PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGHITUNG LUAS SEGITIGA

advertisement
Didaktikum: Jurnal Penelitian Tindakan Kelas
Vol. 17, No. 4, Agustus 2016 (Edisi Khusus)
ISSN 2087-3557
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGHITUNG LUAS SEGITIGA
MELALUI PENERAPAN METODE DEMONSTRASI BENDA RIIL
Nur Chasanah
SD Negeri 02 Pakis putih, Kabupaten Pekalongan, Provinsi Jawa Tengah
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah metode demonstrasi benda riil dapat
meningkatkan kemampuan siswa dalam menghitung luas segitiga pada pembelajaran Matematika.
Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terselesaikan dalam dua siklus.
Setiap siklusnya terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan (planning), pelaksanaan (action),
pengamatan (observation), dan refleksi (reflection). Metode pengambilan data menggunakan metode
tes dan non tes. Metode non tes yang digunakan yaitu observasi, dan dokumentasi. Alat
pengambilan data yang digunakan berupa soal-soal tes dan lembar observasi. Penelitian dilakukan
di SD Negeri 02 Pakisputih, Kecamatan Kabupaten Pekalongan pada semester I Tahun Pelajaran
2015/2016. Subyek penelitian yaitu siswa kelas IV yang berjumlah 40 siswa dengan 15 siswa laki laki dan 25 siswa perempuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui penggunaan metode
demonstrasi dan media riil dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar Matematika tentang
Menghitung Luas Segitiga Dengan Menggunakan Metode Demonstrasi Benda Riil Kelas IV SD
Negeri 02 Pakis Putih Semester 1 Tahun Pelajaran 2015/2016. Motivasi belajar siswa dari siklus I
ke siklus II terdapat peningkatan prestasi itu dilihat pada siklus I Tingkat Ketuntasan Minimal
(KKM) mencapai 30 % yaitu. Dengan rata-rata nilai pada siklus I mencapai 64,50 dan pada siklus
II mencapai Ketuntasan Minimal (KKM) 100% dengan rata-rata nilai mencapai 79,00. Hasil
penelitian ini dapat menjadi inspirasi dan motivasi bagi dunia pendidikan pada umumnya untuk
merenovasi pelaksanaan pembelajarannya agar prestasi siswa dapat lebih meningkat.
© 2016 Didaktikum
Kata Kunci: Menghitung Luas Segitiga; Metode Demonstrasi Benda Riil;
PENDAHULUAN
Tugas seorang guru dalam menyampaikan materi pelajaran kepada peserta didik tidaklah
mudah. Guru harus memiliki berbagai kemampuan yang dapat menunjang tugasnya agar tujuan
pendidikan dapat dicapai. Salah satu kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang guru dalam
meningkatkan kompetensi profesinya ialah kemampuan menentukan dan mengembangkan alat bantu
pembelajaran yaitu metode demonstrasi benda riil pembelajaran.
Dalam menggunakan metode demonstrasi benda riil pembelajaran seorang guru harus dapat
menyesuaikan antara metode demonstrasi benda riil yang dipilihnya dengan materi pelajaran, tujuan
pembelajaran, kondisi peserta didik, situasi dan lingkungan. Oleh karena itu, guru harus mampu
44
Didaktikum: Jurnal Penelitian Tindakan Kelas
Vol. 17. No. 4, Agustus 2016 (Edisi Khusus)
menentukan dan menggunakan metode demonstrasi benda riil pembelajaran yang tepat agar proses
belajar mengajar berjalan lancar dan tujuan yang ingin dicapai dapat terwujud.
Berdasarkan pengalaman peneliti di lapangan, khususnya dalam pembelajaran Matematik a
guru mengalami kesulitan dalam mengembangkan metode demonstrasi benda riil pembelajaran. Ini
pun terjadi di SD Negeri 02 Pakis Putih pada kelas IV Semester I Tahun Pelajaran 2015 / 2016 dari
jumlah peserta didik 40 orang yang mengikuti post tes pada materi pokok luas Segitiga, hanya 15
orang yang dapat dinyatakan lulus ( 37,50% ) dan sisanya sekitar 25 orang dinyatakan belum lulus (
62,50 % ). ( Data selangkapnya dapat dilihat pada tabel di lampiran ).
Data tersebut menunjukkan bahwa hasil belajar Matematika pada kelas IV materi luas Segitiga
dapat dinyatakan belum tuntas. Ketidaktuntasan tersebut terlihat dari bukti persentase kelulusan
seluruh peserta didik hanya mencapai 43,75 %. Persentase tersebut jauh dari persentase ideal antara
85 % - 100%. Bahkan persentase kelulusan tersebut ternyata lebih kecil daripada persentase
ketidaklulusan. Oleh karena itu, untuk kasus tersebut perlu diadakan remedial klasikal. Proses
remedial klasikal dalam kasus ini peneliti lakukan melalui kegiatan penelitian tindakan kelas.
Dalam rangka peningkatan persentase kelulusan atau hasil belajar peserta didik kelas IV
tersebut, tentunya guru dituntut merancang metode demonstrasi benda riil pembelajaran yang lebih
tepat serta memilih metode demonstrasi benda riil pembelajaran yang mudah dan menarik untuk
peserta didik. Berdasarkan kenyataan itulah peneliti (guru) mencoba mengadakan PTK menghitung
luas Segitiga dengan menggunakan metode demonstrasi benda riil sehingga menarik dan dapat
mudah dipahami peserta didik.
Istilah matematika berasal dari bahasa Yunani “mathein” atau manthenein” artinya
“mempelajari”. Menurut Betrand Russel dalam hadiwijoyo (1986) Matematika ialah sain yang
menarik kesimpulan – kesimpulan yang diperlukan. Sedangkan menurut James (setijadi, 1992)
Matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep yang
berhubungan dengan lainnya, yang terbagi dalam tiga bidang yaitu aljabar, analisis, dan geometri.
Menurut BNSP (2006) ruang lingkup matematika di sekolah dasar kelas I meliputi : (1).
Membilang banyak benda, (2). Mengurutkan banyak benda, (3). Menentukan nilai tempat puluhan
dan satuan, (4). Melakukan penjumlahan dan pengurangan bilangan dua angka, (5). Menggunak an
sifat operasi pertukaran dan pengelompokan, (6). Menyelesaikan masalah yang melibatkan
penjumlahan dan pengurangan bilangan dua angka.
Tujuan Pembelajaran adalah perubahan perilaku dan tingkah laku yang positif dari peserta
didik setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar seperti perubahan yang secara psikologis akan
tampil dalam tingkah laku yang dapat diamati melalui alat indra oleh orang baik tutur katanya,
motorik dan gaya hidupnya.
Berdasarkan BNSP (2006) tujuan matematika di sekolah dasar adalah sebagai berikut: (1).
Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep
atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien dan tepat, dalam pemecahan masalah, (2). Menggunak an
penalaran pada pola sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi,
menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika, (3). Memecahkan masalah
yang meliputi kemampuan memahami masalah,merancang model matematika,menyelesaikan model
dan menafsirkan solusi yang diperoleh, (4). Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, table,
diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah, (5). Memiliki sikap menghargai
kegunaan matematika dalam kehidupan.
Rancangan pembelajaran yang kontekstual langkahnya harus mencerminkan karakteristik dari
pembelajaran realistik. Menurut samsul hadi dalam Panduan Pelaksanaan PKG SJ (2002)
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGHITUNG LUAS SEGITIGA MELALUI PENERAPAN METODE
DEMONSTRASI BENDA RIIL
Nur Chasanah
45
menyatakan bahwa pembelajaran matematika yang menggunakan metode demonstrasi atau realistic
meliputi aspek-aspek sebagai berikut : (a) Pendahuluan mengajukan masalah (soal) riil bagi siswa
Sesuai pengalaman dan tingkat pengetahuannya, (b)Pengembangan Siswa mengembangkan atau
menciptakan model simbolik secara informal, (c) Penerapan Melakukan refleksi terhadap setiap
langkah yang ditempuh atau terhadap hasil pembelajaran,(d)Penutup Merangkum hal -hal yang
merupakan inti dari materi bahasan, Guru membimbing dan memberikan kesempatan kepada siswa.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode penelitian Tindakan Kelas. Prosedur Penelitian Tindakan
menurut Arikunto (2009) model bagan penelitian tindakan secara garis besar terdapat 4 tahapan yang
lazim dilalui yaitu (1) Perencanaan, (2) Pelaksanaan, (3) Pengamatan, dan (4) Refleksi.
Penelitian dilaksanakan di SD Negeri 02 Pakisputih, Kabupaten Pekalongan. Subjek penelitian
adalah seluruh siswa kelas IV SD Negeri 02 Pakisputih yang berjumlah 40 siswa. Penelitian dilakukan
di semester ganjil tahun pelajaran 2015/2016. Metode pengumpulan data yang digunakan meliputi:
metode tes, observasi, dan dokumentasi.
Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik kuantitatif dan teknik kualitatif. Teknik
kuantitatif digunakan untuk menganalisis data hasil tes tertulis siswa pada pra siklus, siklus I, dan
siklus II. Sedangkan teknik kualitatif digunakan untuk menganalisis data hasil observasi aktivitas
belajar siswa, dan kinerja guru pada masing-masing siklus. Data hasil tes dan hasil observasi tersebut
dianalisis secara deskriptif dengan membandingkan hasil tes dan hasil observasi pra siklus, siklus I,
dan siklus II.
HASIL DAN PEMB AHASAN
Jenis penelitian yang dilakukan yaitu penelitian tindakan kelas yang biasa disebut PTK.
Dengan demikian penelitian ini sifatnya berbasis kelas karena dilakukan dengan melib atkan
komponen yang terdapat pada proses pembelajaran di dalam kelas, yang meliputi peserta didik, materi
pembelajaran, media/media, dan teknik pembelajaran.
Tujuan dari penelitian ini tidak lain adalah untuk memperbaiki hasil belajar peserta didik dalam
menghitung luas segitiga dengan menggunakan media benda riil. Diharapkan dari penelitian ini hasil
belajar peserta didik lebih maksimal sesuai dengan tujuannya.
Dalam proses penelitian ini ada empat tahapan yang digunakan secara sistematis dan
diterapkan dalam dua siklus, yaitu proses Siklus I dan Siklus II.
Siklus I
1. Perencanaan
Kegiatan yang peneliti lakukan pada tahap perencanaan yaitu: 1) membuat RPP, 2) Menyusun
skenario pembelajaran, 3) menyiapkan sumber bahan pelajaran, 4) membuat indikator penilaian.
2.
Pelaksanaan
Prosedur pelaksanaan perbaikan pembelajaran pada pra siklus ini, peneliti melakukan hal -hal
sebagai berikut :
1) Pra kegiatan
a. Menyiapkan peserta didik
b. Berdoa
46
Didaktikum: Jurnal Penelitian Tindakan Kelas
Vol. 17. No. 4, Agustus 2016 (Edisi Khusus)
c.
d.
2)
a.
b.
c.
3)
a.
b.
c.
d.
Mengabsen peserta didik
Mengkondisikan peserta didik agar siap mengikuti pelajaran
Kegiatan Awal/ Apersepsi
Menanyakan pelajaran yang lalu
Menanyakan rumus luas Segitiga
Menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dilaksanakan.
Kegiatan Inti
Menjelaskan soal-soal yang berhubungan dengan luas Segitiga.
Menjelaskan soal-soal yang berhubungan dengan luas Segitiga.
Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui peserta didik.
Guru bersama peserta didik bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan
penguatan dan penyimpulan.
3. Observasi
Observasi dilakukan oleh rekan peneliti untuk mengambil data mengenai aktivitas belajar siswa
selama kegiatan pembelajaran berlangsung, mulai dari kegiatan awal/ pembukaan, kegiatan inti
sampai dengan kegiatan penutup.
Setelah mengadakan perbaikan pembelajaran pada siklus I selesai, peneliti dan pengamat
melakukan pembicaraan tentang perbaikan dan hasil dari pembicaraan adalah sebagai bahan refleksi
bagi peneliti. Aspek-aspek pengamatan pelaksanaan kegiatan perbaikan pembelajaran pada siklus I
meliputi:
1.
Peserta didik masih kurang aktif
2.
Peserta didik belum berani bertanya
3.
Peserta didik masih ada yang melihat keluar
4.
Peserta didik masih ada yang tidak mampu menjawab pertanyaan
Pelaksanaan perbaikan pembelajaran pada siklus I berjalan cukup baik dengan perolehan nilai
peserta didik mencapai nilai rata-rata 64,5. Pada siklus I sudah menunjukkan peningkatan. Dilihat
dari perolehan nilai peserta didik sudah baik, dari 12 peserta didik 40 dinyatakan tuntas (30 %) dan
28 peserta didik lainnya belum tuntas (70 %).
4. Refleksi
Tahap refleksi yaitu menganalisis hasil tes dan hasil pengamatan, serta mengevaluasi kegiatan
pembelajaran yang baru saja dilaksanakan. Refleksi dilakukan untuk mengetahui kekurangan atau
kendala pada siklus I, sehingga dapat diperoleh kesimpulan tentang bagian yang perlu diperbaiki dan
bagian yang telah mencapai tujuan penelitian. Peneliti dan observer melakukan refleksi dengan
mengevaluasi proses pembelajaran yang telah dilakukan untuk mengetahui peningkatan kemampuan
siswa dalam menghitung luas segitiga.
Pada siklus I, pelaksanaan perbaikan pembelajaran yang telah baik adalah sebagai berikut:
i.
Penggunaan media benda riil
Menggunakan media untuk penyampaian materi dan pemantapan materi.
ii.
Pemberian bimbingan
Memberikan bimbingan dilakukan pada saat kerja kelompok. Dan pelaksanaan perbaikan yang
belum tercapai menjadi pokok penting pada siklus II adalah:
a.
Penjelasan guru dan penyajian proses pembelajaran.
b.
Pengelolaan kelas.
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGHITUNG LUAS SEGITIGA MELALUI PENERAPAN METODE
DEMONSTRASI BENDA RIIL
Nur Chasanah
47
c.
d.
Pemberian tanya jawab.
Pemberian evaluasi
Siklus II
1. Perencanaan
Pada perbaikan siklus II kegiatan perbaikan pembelajaran meliputi penjelasan materi pelajaran,
peserta didik membahas materi dengan aktif, memanfaatkan media, memberikan tugas dan latihanlatihan soal. Setelah itu peneliti meminta supervisor 2 atau penilai 1 untuk mengadakan pengamatan,
dan penilai 2 mengamati jalannya perbaikan pembelajaran secara keseluruhan di dalam kelas.
2.
Pelaksanaan
Pada siklus II peneliti menyusun langkah-langkah perbaikan dalam rencana perbaikan
pembelajaran. Setelah persiapan selesai baik RPP, media dan alat per aga, peneliti melaksanakan
perbaikan pembelajaran siklus II. Pokok dalam melaksanakan perbaikan pembelajaran diikutkan
dalam langkah-langkah perbaikan.
a. Secara klasikal guru membagikan kajian materi pembelajaran.
b. Secara klasikal peserta didik mendengarkan penjelasan guru tentang menghitung luas Segitiga.
c. Secara klasikal guru membuat kelompok untuk mengerjakan latihan soal.
d. Secara klasikal guru memberi tugas individu.
e. Secara klasikal membahas soal latihan dan tugas individu tersebut.
f. Dengan bimbingan guru, peserta didik mengumpulkan materi dan tugas-tugas tersebut.
3. Observasi
Untuk melihat pelaksanaan perbaikan pembelajaran pada akhir pembelajaran, peneliti
melakukan tes formatif. Setelah melaksanakan perbaikan pembelajaran pada siklus II selesai, peneliti
dan pengamat melakukan perbincangan tentang perbaikan dan hasil dari perbincangan tersebut
digunakan sebagai bahan refleksi bagi peneliti.
Pelaksanaan perbaikan pembelajaran pada siklus II berjalan dengan baik, dengan perolehan
nilai peserta didik mencapai nilai rata-rata 79,00. Pada siklus II sudah bisa dikatakan berhasil. Dilihat
dari perolehan nilai peserta didik sudah baik, dari 40 peserta didik seluruhnya dinyatakan tuntas (100
%).
4. Refleksi
Aktivitas perbaikan pembelajaran Matematika pada siklus II mencakup penjelasan materi
pelajaran, khususnya pada materi yang belum dipahami secara baik oleh peserta didik.
Pada akhir siklus II ditemukan kegiatan-kegiatan yang berjalan dengan baik, dengan nilai ratarata 87,5 dengan persentase ketuntasan mencapai 100 %. Oleh karena itu perbaikan pembelajaran
dianggap selesai.
SIMPULAN
Dari hasil perbaikan dan pembelajaran peneliti dapat menarik beberapa kesimpulan sebagai
berikut: (1) Perbaikan pembelajaran mata pelajaran matematika materi menghitung luas Segitiga
dengan menggunakan media benda riil dapat berjalan dengan efektif untuk meningkatkan
48
Didaktikum: Jurnal Penelitian Tindakan Kelas
Vol. 17. No. 4, Agustus 2016 (Edisi Khusus)
kemampuan atau hasil belajar peserta didik, (2) Hasil belajar peserta didik mengalami peningkatan
dengan persentase ketuntasan pada pelaksanaan prasiklus 43,75%, perbaikan pada siklus I sebanyak
68,75%, dan terakhir perbaikan pada siklus II sebanyak 100%, (3) Peningkatan tersebut disebabkan
oleh penggunaan media benda riil dalam menjelaskan materi pembelajaran.
UCAPAN TERIMA KASIH
Ucapan terima kasih, peneliti tujukan kepada Bapak Pengawas Pembina UPT Pendidikan dan
Kebudayaan Kedungwuni, Ibu Kepala Sekolah dan Bapak ,Ibu guru SD Negeri 02 Pakis Putih.
DAFTAR PUSTAKA
Kangnas.
(2011).
Pengertian
Hasil
Belajar
Menurut
Para
Ahli.
Diunduh
dari
http://mbegedut.blogspot.com/2011/02/pengertian-hasil-belajar-menurut-para.html.
m-edukasi. (2013). Manfaat Hasil Penilaian (Hasil Belajar). Diunduh dari
http://www.medukasi.web.id/2013/08/manfaat-hasil-penilaian-hasil-belajar.html.
Qalbu, Himitsu. (2014). Definisi Hasil Belajar Menurut Para Ahli. Diunduh 14 Oktober 2014 dari
http://himitsuqalbu.wordpress.com/2014/03/21/definisi-hasil-belajar-menurut-para-ahli/
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGHITUNG LUAS SEGITIGA MELALUI PENERAPAN METODE
DEMONSTRASI BENDA RIIL
Nur Chasanah
49
Download