PITFALL DALAM TERAPI ANTIBIOTIK Alex Chairulfatah - UKK Infeksi dan Penyakit Tropis IDAI Apakah yang disebut pitfall? Adalah suatu “perangkap” yang bila tidak diwaspadai akan menimbulkan akibat yang merugikan, baik berupa kegagalan dalam pengobatan, pemakaian antibiotik yang berlebihan, maupun timbulnya resistensi terhadap antibiotik. Bukan bagian dari efek samping. Pitfall dalam terapi antibiotik dapat berupa : Pitfall dalam terapi profilaksis Pitfall dalam terapi empiris Pitfall dalam terapi definitif Pitfall dalam terapi profilaksis Prinsip Pitfall Diberikan bila ada Evidencebased Indication Hanya sedikit bahkan tanpa bukti, seperti pemberian antibiotik pada operasi hernia inguinalis Pilih antibiotik dengan spektrum sempit Pemberian sefalosporin generasi ke-3, potensi untuk terjadinya MRSA, Vancomycin resistant enterococci Waktu pemberian antibiotik Terlambat memberikan dan tidak tepat waktu untuk pemberian dosis berikut pada operasi yang lama Pemberian pasca operasi yang sesingkat mungkin Pemberian pasca operasi yang lama Pitfall dalam terapi empiris Prinsip Pitfall Nilai pasien dengan seksama Diagnosis tidak tepat Obati infeksi bakteri, bukan kontaminan Antibiotik diberikan pada kontaminan atau infeksi virus Obati Infeksi bukan kolonisasi Antibiotik ditujukan pada : Isolat urin pada pasien yang asimtomatis, apapun hasil urinalisis. Isolat gram (-) dari ulkus kaki kronik Tujukan antibiotik pada patogen yang paling mungkin disesuaikan dengan data setempat : Ambil dulu kultur, pilih obat dengan dosis-cara pemberian yang tepat, cari rujukan dari antibiotic/clinical guidelines Tidak diambil kultur sebelum pemberian antibiotik Jangan memakai vancomycin secara sembarangan Vancomycin diberikan pada penderita dengan kultur negatif atau gram(+) sensitif betalaktam Nilai pasien tiap 24-48 jam : Bukan infeksi bakteri : stop Bukti pemeriksaan mikrobiologi tersedia : ganti pada terapi terarah Tidak dilakukan pemeriksaan mikrobiologi Pitfall dalam terapi empiris (lanjutan) Prinsip Re-asses penyebab pada demam yang menetap Monoterapi lebih dipilih karena mengurangi : interakasi obat, kesalahan dosis, efek samping dan biaya. Penetrasi antibiotik harus baik Pitfall Menambah antibiotik, mengobati leukositosis. Kombinasi antibiotik Abses, osteomielitis tidak dilakukan tindakan bedah. Materi yang dipasang (implanted material) yang diduga berhubungan dengan infeksi , tidak diangkat. Pitfall dalam terapi definitif Yang sering : lama pemberian. Yang telah banyak diteliti : meningitis, endokarditis bakterialis dan infeksi tulang dan sendi, demam tifoid. Penyakit infeksi yang sering : lama pemberian jarang diteliti, keputusan untuk menghentikan antibiotik sering berdasarkan perbaikan gejala klinis. Bila memungkinkan ambil lama pemberian yang paling pendek. Pitfall dalam terapi definitif (lanjutan) Terlalu lama memberikan antibiotik intravena. Pasien yang mendapat terapi i.v, bila telah mampu meminum obat p.o harus segera dilakukan switching. Pada umumnya sekitar 3 hari setelah didapat perbaikan klinis. Pemilihan obat p.o yang tidak setara i.v The most common error in the management of apparent antibiotic failure is changing/adding additional antibiotics instead of determining the cause For patients with persistent fevers on an antimicrobial regimens that appears to be failing, it is more important to reassess the patient than add additional antibiotics Undiagnosed causes of leukocytosis/low-grade fevers should not be treated with prolonged courses of antibiotics Causes of prolonged fevers include: non-infectious medical disorders (e.g., autoimmune ) drug fever fungal superinfection treating colonization organ hypoperfusion/diminished blood supply (e.g., chronic osteomyelitis) inadequate antibiotic tissue levels or decreased antibiotic activity in tissue (e.g., undrained abscess) antibiotic-unresponsive infectious diseases (most viral infections). drug-induced interactions (antibiotic inactivation, antibiotic antagonism) inadequate coverage/spectrum inadequate antibiotic blood levels