55 eksistensi pekerja sosial di ranah industri indonesia

advertisement
PROSIDING KS: RISET & PKM
VOLUME: 2
NOMOR: 3
HAL: 301 - 444
ISSN: 2442-4480
55
EKSISTENSI PEKERJA SOSIAL DI RANAH INDUSTRI INDONESIA
Oleh :
Danny Dwi Septianto, Sri Sulastri, Gigin Ginanjar Kamil Basar
ABSTRAK
Setiap pekerja industri di seluruh dunia pasti memiliki resiko kecelakaan yang besar
khususnya di Indonesia, hal tersebut tentu membuat perasaan cemas ke para pekerja di perusahaan
tersebut belum lagi resiko kehilangan pekerjaan yang bukan karena kinerja mereka buruk atau
kesalahan kerja, melainkan karena adanya pergantian pekerja dari manusia ke mesin hal itu tentu
member rasa cemas yang bertambah besar dan belum lagi masalah sosial kronis seperti
alienation,alcoholism,absenteeism,accidents dan abuse yang masih menyelimuti banyak pekerja
yang bekerja di ranah industrialisasi. Dan di Indonesia masih belum ada indikasi bahwa Indonesia
akan lebih memperhatikan dan mensejahterakan para pekerja dan lebih memanusiawi kan pekerja di
ranah industrialisasi khususnya kepada pekerja yang tidak memiliki jabatan yang tinggi. Mungkin
karena para pekerja tersebut dianggap tidak berpengaruh atau memang belum ada atau sengaja tidak
mengadakan program pelayanan sosial bagi pegawai, yang jelas adalah Indonesia kini butuh pekerja
sosial industri untuk memperhatikan pekerja, memberi rasa aman bagi para pekerja dan memberi rasa
aman kepada keluarga yang ditinggalkan pekerja baik itu untuk keluar kota karena pekerjaan atau
meninggal dunia. Serta dengan metode yang dimiliki pekerja sosial khususnya pekerja sosial industri
maka masalah sosial kronis yang diderita oleh pekerja yang bekerja di ranah industrialisasi dapat
ditangani agar pekerja dapat melakukan fungsi sosialnya dengan baik dan member dampak positif
pada perusahaan. Hal tersebut yang harus di perhatikan oleh perusahaan-perusahaan Indonesia saat
ini mengingat industrialisasi merupakan salah satu faktor prnting pembangunan sebuah negara.
Keyword: Industri, Pekerja Sosial, Pekerja Sosial Industri
Pendahuluan
Sadarkah anda sekarang bahwa segala sesuatu yang ada disekeliling anda seperti yang anda
lihat, anda rasakan, anda kenakan, anda makan sampai yang anda gunakan untuk tidur nanti sampai
bangun kembali, semua adalah hasil dari kegiatan industri. Secara sadar atau tidak sadar anda sudah
mengeluarkan banyak atau sedikit uang untuk perusahaan industri tersebut, anda telah memberikan
keuntungan bagi perusahaan tersebut anda juga telah menggaji semua karyawan perusahaan terkait.
Tapi tahukah anda apa yang sebenarnya terjadi, masalah dan resiko apa yang terdapat didalam
kegiatan industri khususnya di negara kita Indonesia, yang kita tahu sebagian besar orang
menganggap segala sesuatunya tidak berjalan dengan semestinya? Dan apakah perusahaan di
Indonesia memiliki sesuatu untuk diberikan kepada pegawainya agar selalu merasa aman dan nyaman
ketika bekerja begitu pula tanpa memikirkan keluarga mereka ketika bekerja?
Indonesia merupakan sebuah negara yang memiliki kekayaan alam yang melimpah namun
masih belum sejahtera sampai saat ini, banyak sekali kekayaan alam Indonesia yang terkuras habis
namun tidak memberikan efek positif kepada masyarakat Indonesia sendiri, hal itu dikarenakan
354
PROSIDING KS: RISET & PKM
VOLUME: 2
NOMOR: 3
HAL: 301 - 444
ISSN: 2442-4480
sumber daya alam yang ada di Indonesia lebih banyak dimanfaatkan oleh perusahaan-perusahaan dari
negara luar dan hanya sedikit sekali masyarakat Indonesia yang terkena efek positif dari keberadaan
perusahaan-perusahaan asing tersebut. Selain itu kondisi pekerja Indonesia khususnya di ranah
industri sangat memprihatinkan baik itu pegawai yang memiliki jabatan atau buruh. Berbicara tentang
industri khususnya kepada pegawai dan buruh, Indonesia merupakan negara yang belum sepenuhnya
memperhatikan kesejahteraan pegawainya, padahal kesejahteraan pegawai sangat penting untuk
kondisi perusahaan. Bila pegawai didalam kondisi yang sedang menurun diakibatkan adanya masalah
pribadi baik dari keluarga atau lingkungan kerja maka dikhawatirkan pegawai tersebut bekerja tidak
maksimal dan menimbulkan dampak negatif terhadap perusahaan, begitu juga dengan kondisi buruh
di Indonesia, kesehatan tempat kerja seakan tidak menjadi urusan pihak perusahaan dan hal itu juga
tidak diseimbangkan dengan upah yang diberikan perusahaan terhadap buruh, hal itu juga
dikhawatirkan dapat memberi dampak negatif terhadap perusahaan. Kita dapat mengetahui bahwa
ranah industri merupakan salah satu kekuatan untuk pembangunan ekonomi sebuah negara dan
kesejahteraan rakyatnya.
ISU DAN MASALAH PEGAWAI
Kita dapat mengetahui orang yang bekerja di ranah industri tidak dihadapkan pada
“pekerjaan rumah” perusahaan saja, mereka harus berjibaku dengan dunia luar perusahaan seperti
kemungkinan timbul masalah keluarga, kemacetan di jalan, kebutuhan yang belum tercukupi sampai
dengan isu pemecatan atau sistem outsourcing yang tidak memberi kepastian kepada pegawai dan
memberikan kecemasan setiap waktunya. Dan khusus di Indonesia masalah juga semakin diperparah
dengan kurang berlaku sampai tidak adanya jaminan untuk pegawai khususnya buruh dan pegawai
dengan jabatan rendah.
Pekerjaan,seperti kata Smith (1988), merupakan salah satu dimensi yang paling penting
dalam kehidupan seorang individu. Dalam beberapa aspek,setiap individu memaknakan dirinya
dalam kaitanya dengan apa yang dia lakukan melalui pekerjaanya. Mengutip Perlman, Smith
menambahkan bahwa pekerjaan memberikan seseorang sebuah identitas sosial –yakni sebuah pijakan
bagi masyarakat yang lebih luas serta sebuah medium dengan mana nilai dan kedudukan seseorang
dalam masyarakat diketahui oleh orang lain (Smith, 1988:3). Namun demikian, perubahan sosial
kadangkala tidak selalu ramah terhadap manusia. Industrialisasi, misalnya, adalah salah satu proses
perubahan sosial yang sangat berpengaruh terhadap pekerjaan manusia.
Masalah yang sekarang dikhawatirkan para pegawai khususnya di Indonesia adalah
mekanisasi dan otomatisasi yang merupakan fenomena industrialisasi yang melahirkan rutinitas dan
membuat tenaga manusia tampak semakin tidak penting. Para pegawai kerah biru maupun putih
merasa tidak bermakna dan terancam kapan saja dapat digantikan oleh sainganya, mesin. Perubahan
tekhnologi, pergantian tenaga kerja (shift), dan pemutusan hubungan kerja yang semakin menjadi
fenomena sehari-hari pada masyarakat industri, sering menimbulkan kecemasan bagi para pegawai.
Mengutip Edi Suharto (2005), beliau mengatakan bahwa, di Amerika Serikat proses otomatisasi
menggantikan sekitar dua juta pekerjaan setiap tahunya (Suharto, 2005:15). Para pegawai yang
merasa tidak berguna dan tidak berdaya dalam pekerjaannya seringkali membawa permasalahan
tersebut ke rumah dan lingkungan masyarakat. Hal ini merupakan sebuah ancaman yang dianggap
menakutkan bagi para pegawai perusahaan dan perasaan terlupakan tersebut harus segara dilupakan
untuk menunjang kestabilan kerja mereka dan memberikan profit yang sebesar-besarnya bagi
perusahaan.
Ada beberapa permasalah sosial kronis yang memang sering sekali terjadi di dalam dunia
industri yang menghampiri individu/pegawai. Dan masalah yang terkait dengan dampak negatif
industrialisasi yang oleh Johnson disingkat menjadi 5A ( dalam Suharto,2005: 16).
355
PROSIDING KS: RISET & PKM
VOLUME: 2
NOMOR: 3
HAL: 301 - 444
ISSN: 2442-4480

Alienation: perasaan keterasingan dari diri ,keluarga, dan kelompok sosial yang dapat
menimbulkan apatis, marah dan kecemasan
 Alcoholism atau addiction:ketergantungan terhadap alcohol ,obat-obatan terlarang atau rokok
yang dapat menurunkan produktivitas, merusak kesehatan fisik dan psikis, dan kehidupan
sosial seseorang
 Absenteeism: kemangkiran kerja atau perilaku membolos kerja dikarenakan rendahnya
motivasi pegawai, perasaan-perasaan malas, tidak berguna, tidak merasa memiliki
perusahaan, atau sakit fisik dan psikis.
 Accidents:kecelakaan kerja yang diakibatkan oleh penurunan konsentrasi pegawai atau oleh
lemahnya sistem keselamatan dan kesehatan lingkungan kerja
 Abuse: bentuk-bentuk perlakukan salah terhadap anak-anak atau pasangan dalam keluarga
(suami terhadap istri atau sebaliknya), seperti memukuldan menghardik secara berlebihan
yang ditimbulkan oleh frustrasi, kebosanan, dan kelelahan di tempat kerjanya.
Beberapa permasalahan sosial lainya yang sering ditangani pekerja sosial adalah: diskriminasi
di tempat kerja atau tindakan-tindakan tidak adil terhadap wanita, kaum minoritas, imigran, remaja,
pensiunan dan para penyandang cacat. Beberapa industri dan perusahaan juga kerap menimbulkan
dampak negatif terhadap masyarakat di sekitarnya, seperti polusi (udara, air, suara) dan kerusakan
fisik dan psikis bagi para pegawai.
Pekerja sosial dapat membantu dunia industri untuk mengidentifikasi dan mengatasi berbagai
biaya sosial (social costs) yang ditimbulkan oleh perusahaan. Namun apakah industrialisasi di
Indonesia sudah memiliki divisi atau bahkan lembaga untuk pelayanan pegawainya? Hal itu sangat
ironis jika kita mengetahui bahwa di Indonesia pekerja sosial industri belum banyak dikenal di dunia
kerja Indonesia serta belum banyak memiliki pekerja sosial di dalam industrialisasi dan masih
kurangnya perhatian kepada program pelayanan pegawai sehingga wajar saja jika para pekerja di
Indonesia belum memiliki rasa aman dan nyaman akan pekerjaanya karena belum memiliki jaminan
di tempat kerjanya.
PERAN PEKERJA SOSIAL
Pekerjaan sosial adalah suatu bidang keahlian yang mempunyai tanggung jawab untuk
memperbaiki dan atau mengembangkan interaksi diantara orang dengan lingkungan sosial sehingga
orang ini memiliki kemampuan untuk menyelesaikan tugas-tugas kehidupan mereka, mengatasi
kesulitan-kesulitan,serta mewujudkan aspirasi-aspirasi dan nilai-nilai mereka. Atas dasar pengertian
ini, Soetarso mengatakan pekerjaan sosial memiliki tujuan, fungsi dan tugas-tugas sebagai berikut
(Soetarso, 1995):
1. Meningkatkan kemampuan orang untuk menghadapi tugas-tugas kehidupan dan
kemampuan untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya.
2. Mengkaitkan orang dengan sistem yang dapat menyediakan sumber-sumber, pelayananpelayanan, dan kesempatan-kesempat anyang dibutuhkannya.
3. Meningkatkan kemampuan pelaksanaan sistem tersebut secara efektif
4. Memberikan sumbangan bagi perubahan, perbaikan dan perkembangan kebijakan serta
perundang-undangan sosial (1995:5)
Serta terdapat pula fungsi praktek pekerjaan sosial dan tugas –tugas pekerja sosial yaitu:
1. Membantu orang untuk meningkatkan dan menggunakan secara lebih efektif kemampuan
mereka untuk melaksanakan tugas-tugas kehidupan mereka dan memecahkan masakah
mereka
2. Menciptakan jalur hubungan pendahuluan dianara orang dengan sistem suber
3. Mempermudah interaksi,merubah dan menciptakan hubungan baru diantara orang dengan
sistem sumber kemasyarakatan
356
PROSIDING KS: RISET & PKM
VOLUME: 2
NOMOR: 3
HAL: 301 - 444
ISSN: 2442-4480
4. Mempermudah interaksi, merubah dan menciptakan hubungan diantara orang-orang
dilingkungan sistem sumber
5. Memberikan sumbangan bagi perubahan, perbaikan dan perkembangan kebijaksanaan dan
perundang-undangan sosial
6. Meratakan sumber-sumber material
7. Bertindak sebagai pelaksana control sosial (1995:5)
Tugas-tugas pekerja sosial yaitu :
1. Pekerja sosial menentukan dan mengadakan hubungan dengan orang yang membutuhkan
guna penyelesaian tugas kehidupannya
2. Pekerja sosial dapat memberikan pengertian, dukungan, dan dorongan kepada orang-orang
yang mengalami kritis seperti seseorang yang kehilangan pekerjaanya dan lain-lain
3. Pekerja sosial dapat memberikan kesempatan kepada orang untuk mengutarakan kesulitankesulitan mereka
4. Pekerja sosial dapat membantu orang untuk meneliti berbagai pilihan tentang cara
menangani masalah dan cara menaggulangi masalah
5. Pekerja sosial dapat mengkonfrontasikanorang dengan realitas situasi yang nereka hadapi
dengan jalan memberikan keterangan yang dapat mengganggu keseimbangan pribadi
seseorang untuk kemudian diberikan motivasi guna terjadinya perubahan tertentu
6. Pekerja sosial dapat mengajarkan keterampilan kepada orang untuk mewujudkan aspirasi
mereka. (1995:7)
Jika melihat dari seluruh peran yang dimiliki pekerja sosial rasanya Indonesia sangat
membutuhkan peran dari pekerja sosial tersebut khususnya di bidang industri karena lingkungan
industrilaisasi merupakan sebuah wilayah dimana banyak sekali masalah-maslah terjadi baik itu
masalah kelompok atau individu, baik itu masalah di perusahaan sampai masalah keluarga di rumah,
namun Indonesia masih belum peka bahwa sebenarnya pekerja sosial-lah yang dibutuhkan dalam
kehidupan masyarakat industri karena tidak jarang timbulnya sebuah konflik dan penurunan kinerja
akibat masalah-masalah yang ditimbulkan.
Profesi pekerja sosial sebenarnya juga sudah lama masuk ke ranah industrialisasi namun
hanya di Indonesia yang memang belum banyak mengetahui tentang pekerja sosial industri, padahal
bila ditelaah kehadiran pekerja sosial industri amat sangat membantu pegawai untuk memecahkan
masalah atau hanya sekedar memotivasi pegawai agar kinerja mereka semakin baik dan memberikan
profit yang besar bagi perusahaan.
PEKERJA SOSIAL INDUSTRI
Masyarakat berkembang kompleks. Sasaran, bidang garapan dan intervensi pekerjaan sosial
juga semakin luas. Globalisasi dan industrialisasi telah membuka kesempatan bagi pekerja sosial
untuk terlibat dalam bidang yang relative baru, yakni dunia industri. Dunia industri kini sedang
menggali manfaat positif dari adanya kehadiran Pekerja Sosial Industri (PSI), baik terhadap aspek
financial maupun relasi sosial dengan para pekerja dan masyarakat. Menurut Johnson (1984) di
Amerika Serikat, sekitar setengah dari perusahaan terbesar kini memiliki apa yang dinamakan
employee assistance programs (EAPs), program bantuan kesejahteraan sosial bagi para pekerja dan
keluarganya. Dalam upaya kemangkiran kerja saja, perusahaan sanggu mengeluarkan biaya-biaya
tambahan untuk program-program sosial dan penanggualngan alkoholisme (dalam Suharto, 2005).
Pelayanan sosial seperti ini seringkali disebut sebagai ”kontrak kemanusiaan” oleh karena itu dapat
dikatakan bahwa misi utama PSI adalah lebih memanusiawikan dunia kerja.
Istilah “pekerjaan sosial industri“ sesungguhnya memiliki beberapa nama lain, misalnya
pekerjaan sosial kepegawaian (occupational social worker), pekerjaan sosial di tempat kerja atau
357
PROSIDING KS: RISET & PKM
VOLUME: 2
NOMOR: 3
HAL: 301 - 444
ISSN: 2442-4480
bantuan pelayanan bagi pegawai yang secara konsep PSI lebih luas dari konsep tanggung jawab sosial
perusahaan (CSR) maupun pengembangan masyarakat (comdev). PSI mencakup pelayanan sosial
yang bersifat internal dan eksternal. Secara internal, PSI melibatkan program-program bantuan bagi
pegawai, seperti pelayanan konseling, terapi kelompok, dan pengembangan sumber daya manusia.
Secara eksternal, PSI berwujud dalam berbagai bentuk program CSR termasuk di dalamnya strategi
dan program pengembangan masyarakat (dalam Suharto, 2005:3).
Definisi dari pekerjaan sosial industri sendiri adalah sebagai lapangan praktik pekerjaan sosial
yang secara khusus menangani kebutuhan-kebutuhan kemanusiaan dan sosial di dunia kerja melalui
berbagai intervensi dan penerapan metoda pertolongan yang bertujuan untuk memelihara adaptasi
optimal antara individu dengan lingkunganya, terutama di lingkungan kerja (Suharto, 2005:3).
Dalam konteks ini, PSI dapat menangani beragam kebutuhan individu dan keluarga, rekasi dalam
perusahaan, serta relasi yang lebih luas antara tempat kerja dan masyarakat yang dikenal dengan
istilah tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social responsibility)
Tugas Pekerja Sosial Industri
Menurut Johnson (1984:263-264) ada tiga bidang tugas pekerja sosial yang bekerja di
perusahaan:
1. Kebijakan, perencanaan dan administrasi. Bidang ini umumnya tidak melibatkan pelayanan
sosial secara langsung. Sebagai contoh, perumusan kebijakan untuk peningkatan karir,
pengadministrasian program-program tindakan afirmatif. pengkoordinasian programprogram jaminan sosial dan bantuan sosial bagi para pekerja, atau perencanaan kegiatankegiatan sosial dalam departemen-departemen perusahaan.
2. Praktik langsung dengan individu, keluarga dan populasi khusus. Tugas pekerja sosial dalam
bidang ini meliputi intervensi krisis (crisis intervention), asesmen (penggalian) masalahmasalah personal dan pelayanan rujukan, pemberian konseling bagi pecandu alkohol dan obatobatan terlarang, pelayanan dan perawatan sosial bagi anak-anak pekerja dalam perusahaan
atau organisasi serikat kerja, dan pemberian konseling bagi para pensiunan atau pekerja yang
menjelang pensiun.
3. Praktik yang mengkombinasikan pelayanan sosial langsung dan perumusan kebijakan sosial
bagi perusahaan.
Para pekerja sosial telah memberikan kontribusi penting dalam memanusiawikan dunia kerja.
Mereka umumnya terlibat dalam pemberian konseling di dalam maupun di luar perusahaan,
pengorganisasian program-program personal, konsultasi dengan manajemen dan serikat-serikat kerja
mengenai konsekuensi kebijakan-kebijakan perusahaan terhadap pekerja, serta bekerja dengan bagian
kesehatan dan kepegawaian untuk meningkatkan kondisi lingkungan kerja dan kualitas tenaga kerja
(dalam Suharto, 1997).
Menurut Straussner ada atu cara lagi untuk mengkonseptualisasikan beragam pelayanan sosial
yang diberikan pekerja sosial beserta peranan dan keterampilan yang dijalankanya adalah dengan
membuat sebuah tipologi model setting PSI (Straussner, dalam Suharto, 2005: 17), yaitu:
1. Model pelayanan sosial bagi pegawai
2. Model pelayanan sosial bagi majikan atau organisasi perusahaan
3. Model pelayanan sosial bagi konsumen
4. Model tanggung jawab sosial bagi perusahaan
5. Model kebijakan di bidang kepegawaian
Konsep yang di paparkan Straussner diatas semakin menguatkan indikasi bahwa pekerja sosial
industri memiliki peran yang penting dalam sebuah perusahaan, karena dari pemaparan Straussner
tersebut secara detail dan sistematis pelayanan apa saja yang dapat diberikan oleh pekerja sosial
358
PROSIDING KS: RISET & PKM
VOLUME: 2
NOMOR: 3
HAL: 301 - 444
ISSN: 2442-4480
industri terhadap pegawai/pekerja dalam suatu perusahaan yang memiliki masalah sosial yang dapat
mengganggu pekerjaan pegawai tersebut.
Dunia industri kini sedang menggali manfaat-manfaat positif dari adanya pelayanan sosial
tersebut, baik tehadap aspek finansial maupun relasi sosial dengan para pekerja dan masyarakat. Di
Amerika Serikat, sekitar setengah dari perusahaan-perusahaan terbesar kini memiliki apa yang
dinamakan Employee Assistance Programs (EAPs), program-program bantuan kesejahteraan sosial
bagi para pekerja dan keluarganya. Dalam upaya menurunkan tingkat kemangkiran kerja saja,
peusahaan-perusahaan sanggup mengeluarkan biaya-biaya tambahan untuk program-program sosial
dan penanggulangan alkoholisme. Pelayanan sosial seperti ini seringkali disebut sebagai “kontrak
kemanusiaan” (human contract) atau “wajah manusiawi industri” (the human face of industry)
(Suharto, 2006: 32)
Penutup
Indonesia pengetahuan tentang PSI ini masih amat sangat kurang padahal kita tahu bahwa bila
kita mengevaluasi kegiatan dan program yang dimiliki oleh pekerja sosial industi pasti kita akan
memberikan sebuah argumen bahwa yang sangat dibutuhkan oleh para pekerja di Indonesia adalah
pekerja sosial industri, karena mayoritas pekerja di Indonesia masih belum mencapai kata sejahtera,
masih ada pekerja/pegawai yang dilanda kecemasan berlebih dan terlebih jika memiliki masalah
keluarga itu akan membuat pekerja tidak bekerja secara maksimal dan memiliki tingkat stress yang
sangat tinggi dan memberikan dampak yang negatif terhadap perusahaan.
Rekomendasi
Seharusnya perusahaan-perusahaan di Indonesia lebih memperhatikan pekerja yang bekerja di
perusahaan mereka, karena hal itu merupakan sebuah tanggung jawab dan merupakan sebuah aspek
yang mempengaruhi perusahaan mereka karena kondisi pegawai mempengaruhi cara kerja mereka
dan hal itu penting untuk kelangsungan perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA
Suharto,Edi.2005.Pekerjaan Sosial di Dunia Industri Memperkuat CSR (Corporate Social
Responsibility).
Soetarso (1995). Praktek Pekerjaan Sosial: Koperasi Mahasiswa STKS, Bandung: LSP STKS
Suharto, Edi (1997). Pembangunan, Kebijakan Sosial, dan Pekerjaan Sosial: Spektrum Pemikiran,
Bandung: LSP STKS
359
Download