Modul Mata Kuliah Riset Media Modul I (Minggu 1) Pokok Bahasan Menentukan Topik Penelitian Fakultas Program Studi FIKOM BROADCASTING Tatap Muka 01 Kode MK Disusun Oleh MK41031 Devitri Indriasari, M.Si. DESKRIPSI Pada sesi pertama , pembahasan berkaitan dengan cara menangkap tema, karena tema terkaitan dengan subyek/obyek studi serta peminatan. Yaitu ketika akan melaksanakan sebuah penielitian dan juga hal hal aktual yang memungkinkan akan teliti TUJUAN INSTRUKSIONAL Setelah mengikuti mata kuliah ini diharapkan mahasiswa dapat: 1. Menemukan ide untuk tema yang bisa diangkat dari fenomena yang ada di dunia penyiaran. 2. Menemukan tema yang menarik sesuai dengan subjek / obyek di dunia konteks komunikasi sesuai dengan peminatan dan bidang yang telah dipelajari. . ‘14 1 Riset Media Devitri Indriasari, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id MODUL 1 POKOK BAHASAN: MENENTUKAN TOPIK/TEMA PENELITIAN KOMUNIKASI Pendahuluan KETIKA hendak memulai sebuah penelitian, calon peneliti umumnya bingung dalam menentukan subyek/obyek penelitian. Beberapa diantaranya juga tidak dapat memberi batasan yang tegas antara penelitian yang akan dijalankannya dengan penelitian serupa yang mungkin dilakukan oleh calon peneliti dari disiplin ilmu yang berbeda. Misalnya, ketika seseorang meneliti efek iklan pada penjualan, dia tidak dapat memisahkan secara tegas batasan disiplin ilmu komunikasi yang menjadi ranah penelitiannya dengan penelitian serupa yang mungkin akan dilakukan oleh calon peneliti dari disiplin ilmu ekonomi pemasaran (marketing). Lalu apa yang menjadi subyek/obyek penelitian komunikasi? Mengembangkan konsep yang dikemukakan oleh Mary John Smith (1988), subyek/obyek penelitian komunikasi secara umum dapat dibagi dua. Pertama, subyek/obyek komunikator/komunikan yaitu orang atau pihak yang terlibat dalam sebuah proses komunikasi. Kedua, hasil/pesan yang dibuat/dipertukar dalam proses komunikasi. Kedua subyek/obyek ini dapat dikembangkan sesuai dengan minat atau masalah yang ingin diteliti. Subyek/obyek pertama dapat meliputi: (1) studi komunikator, (2) studi lembaga/media, (3) studi komunikan/efek. Studi komunikator berkaitan dengan perencanaan, gaya, dan tujuan komunikasai. Studi lembaga/media membatasi diri pada aspek manajemen atau kebijakan interen yang terkait dengan output komunikasi lembaga/media. Terakhir studi komunikan/efek, terkait dengan perubahan yang ditimbulkan dalam diri komunikan. Baik pada tingkat kognitif maupun efektif. Untuk peneliti pemula tidak direkomendasikan melakukan penelitian pada ranah perilaku mengingat banyak faktor yang menyertai sebuah perubahan perilaku. ‘14 2 Riset Media Devitri Indriasari, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Subyek/obyek kedua yang berkenaan dengan pesan, dapat dikelompokkan lagi menurut aspek dan jenis pesannya. Aspek pesan yang dapat diteliti meliputi: (1) komposisi pesan; (2) pesan yang menonjol, manifest (nyata), atau terselubung (laten); (3) kemasan pesan. Adapun jenis pesan yang lazim diteliti antara lain: (1) artikel/liputan berita, (2) artikel/program non berita, (3) film, (4) iklan. Pastikan subyek/obyek penelitian yang akan dilakukan. Ini akan memudahkan peneliti menentukan teori yang akan digunakan untuk memandu penelitian. Fenomena Komunikasi, Obyek Formal Ilmu Komunikasi Sebagai sebuah fenomena kemanusiaan, maka komunikasi antar manusia yang oleh Littlejohn disebut dengan human communication itu, sebagaimana dikatakannya terdiri dari beberapa bentuk atau tingkatan. Bentuk atau tingkatan yang sebelumnya diistilahkan Littlejohn dengan setting/konteks komunikasi yang terdiri dari konteks interpersonal, group, organization dan mass (Littlejohn, 1983), itu terdiri dari lima tingkatan (level) : 1-interpersonal, 2-group, 3-public or rhetoric, 4-organizational dan 5- mass. (Littlejohn, 2005 : 11). Fenomena komunikasi yang terjadi dalam lima level itu, masing-masing memiliki problemanya sendiri yang begitu kompleks. Guna memahaminya, diperlukan pemikiran yang relatif serius. Para akademisi yang pertama kali mencoba memahaminya adalah Harold D. Lasswell pada 1948. Menurutnya, cara yang tepat untuk memahami fenomena komunikasi adalah dengan cara menjawab pertanyaan pertanyaan yang tercakup dalam formula yang ia tawarkan. Pertanyaan dimaksud yaitu : Siapa, mengatakan apa, dengan saluran yang mana, kepada siapa dan dengan pengaruh apa ?Formula itu memang relatif memadai, namun akademisi lain tidak puas dan mencoba meningkatkannya ke dalam bentuk yang lebih baik, yakni dalam wujud model, model komunikasi. Model berarti gambaran yang sistematis dan abstrak. Fungsinya untuk menerangkan potensi-potensi tertentu yang berkaitan dengan beragam aspek dari suatu proses (Wiryanto, 2004 : 9). Proses itu misalnya menyangkut fenomena komunikasi, maka melalui sebuah model , fenomena komunikasi yang muncul dalam setiap levelnya itu, unsur-unsur yang terlibat di didalamnya dapat dilihat dengan mudah (Bandingkan, Wiryanto, 2004 : 10). Model komunikasi dibuat untuk ‘14 3 Riset Media Devitri Indriasari, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id membantu kita memahami komunikasi dan men-spesifikasi bentuk-bentuk komunikasi dalam hubungan antarmanusia. Sebagai ilmu yang obyek formanya pada human communication, maka dalam ilmu komunikasi diketahui terdapat banyak model-model komunikasi. Ragam model komunikasi yang ada itu, oleh Mc Quail dan Windahl digolongkan ke dalam lima kelompok model, terdiri dari : Model dasar; model pengaruh personal, penyebaran dan dampak komunikasi massa terhadap individu; model efek komunikasi massa; model khalayak dan model komunikasi tentang sistem, produksi, seleksi dan alir media massa.( Wiryanto, 2004 : 11). Sebuah model komunikasi memang merupakan representasi simbolik dari suatu proses komunikasi. Meskipun demikian, sebuah model komunikasi, tidak mengandung adanya penjelasan mengenai hubungan kausalitas antara komponen yang terdapat dalam model. Penjelasan mana, merupakan salah satu ciri yang harus dipenuhi oleh suatu teori. Jadi, meskipun oleh Severin dan Tankard (1992 : 36, dalam Wiryanto, 2004 : 10) dikatakan model komunikasi itu dapat membantu dalam perumusan suatu teori, namun model tetap saja bukan merupakan suatu teori. Akan tetapi, harus diakui bahwa melalui model komunikasi telah banyak para teoritisi terbantu dalam upaya memunculkan teori komunikasi. Diantaranya adalah salah satu teori efek media yang menurut Tankard (1986 : 246) tergolong moderat, yakni mass media uses and gratification theory, dikembangkan Kazt dan Gurevic dari mass media uses and gratification model yang dipublikasikannya pada 1974. Menentukan topik dan judul penelitian komunikasi Itu sepertinya sudah menjadi semacam ritual akhir perkuliahan yang rutin bagi mahasiswa. Judul apa yang baik untuk diteliti? Kepala dipaksa untuk berpikir. Grasak-grusuk. Apalagi kalo lihat ada teman seangkatannya yang ternyata lebih dulu punya judul dan judul tersebut sudah siap untuk dieksekusi. Mau tanya teman seangkatan, mereka lagi sibuk dengan masalah yang sama. Mau tanya senior, mereka lagi sibuk menyelesaikan skripsi. Pengalaman saat menjadi mahasiwa dan membimbing mahasiswa membawa saya pada beberapa pemahaman sederhana tentang apa yang sebaiknya dilakukan (atau tidak dilakukan) oleh ‘14 4 Riset Media Devitri Indriasari, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id mahasiswa yang sedang mencari judul skripsi. Berikut ini ada beberapa tips yang mungkin dapat membantu. Mengurai sengkarut di dalam kepala: Topik yang paling disukai. Jangan mempersulit diri. Pilih topik penelitian yang Anda sukai. Untuk mahasiswa jurusan Komunikasi, banyak hal yang bisa jadi topik penelitian. Apa saja yang terkait dengan komunikasi. Mulai dari fenomena media massa (majalah, suratkabar, film, radio, televisi, internet) hingga komunikasi yang sifatnya antarpersona, kelompok, organisasi, atau publik. Topik yang paling Anda sukai biasanya paling Anda kuasai. Kalaupun tidak Anda kuasai secara teoritis, setidaknya Anda enjoy saat membuatnya. Se-killer apapun pembimbing dan penguji Anda. Dari topik ini kita dapat melakukan pengamatan dan penelusuran, hal-hal apa saja yang menarik untuk menjadi masalah dalam penelitian. Masalah yang spesifik. Masalah yang akan menjadi motor penggerak skripsi. Ia yang menjadi alasan mengapa penelitian layak atau tidak untuk dilakukan. Dari topik yang disukai, akan lahir banyak masalah. Buatlah pengamatan atau pencarian (melaui internet atau media lain) yang dapat membantu untuk menemukan masalah. Umumnya masalah lahir dari perbedaan antara apa yang seharusnya, dengan apa yang kemudian terjadi di lapangan. Contoh, seharusnya media sosial itu berguna untuk mempererat hubungan antarpribadi. Namun dalam kenyataannya ada fenomena yang menunjukkan pelaku penculikan adalah teman korban di media sosial seperti Facebook. Bagi peneliti pemula, masalah biasanya terlalu luas. Fokuskan pada aspek tertentu saja. Aspek yang dapat dengan tegas Anda jelaskan batasannya. Jika masih bingung menjelaskan batasannya, itu pertanda masalah tersebut belum spesifik. Ada teori yang mendukung. Dalam ilmu komunikasi lazimnya teori dikelompokkan ke dalam kategori unsur-unsur komunikasi. Jadi ada kelompok teori yang terkait dengan komunikator, pesan, saluran, hingga efek. Pastikan topik yang Anda pilih ada penjelasan teoritisnya. Jika tidak, boleh jadi masalah yang Anda pilih terlalu luas atau belum jelas aspek yang menjadi fokusnya. Tugas Anda untuk mengarahkan atau menyesuaikan masalah penelitian ke aspek yang memiliki penjelasan teoritis. ‘14 5 Riset Media Devitri Indriasari, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Memungkinkan untuk diteliti. Yang tidak kalah pentingnya adalah apakah masalah yang Anda pilih itu mungkin untuk diteliti. Mungkin dalam arti dapat dilakukan pada kurun waktu yang ditetapkan. Biasanya dua bulan. Mungkin dalam arti Anda memiliki akses pada informan atau sumber data. Mungkin dalam arti Anda sanggup untuk melaksanakannya. Jika jawabannya “iya”, berarti Anda telah menemukan judul penelitian yang dapat diformulasikan dari rumusan masalah yang akan diteliti. Jika jawabannya “tidak”, cobalah untuk menyesuikan kembali metode penelitian yang Anda pilih. Empat tips sederhana ini tentu tidak serta merta dapat menjawab masalah judul yang saat ini Anda hadapi. Ada beberapa detail yang masih membutuhkan penjelasan lebih lanjut dari dosen atau mereka yang pernah melakuan penelitian serupa. Sedangkan , menurut W.L Neuman (2007) sedikitnya ada 7 langkah yang harus dijalankan: memilih topik, menentukan fokus pertanyaan, membuat desain penelitian, mengumpulkan data, menganalisis data, menginterpretasi hasil analisis, dan terakhit membuat pelaporan. Keseluruhan langkah ini dilakukan dengan panduan teori. Di awal penelitian, memilih topik menjadi penting karena akan mengarahkan peneliti pada fenomena yang akan diteliti. Topik yang dipilih juga akan memudahkan peneliti untuk menentukan teori apa yang akan diteliti. Misalnya dalam konteks ilmu komunikasi, topik penelitian seperti efek media massa, perilaku komunikator, atau komunikasi non-verbal. Lebih spesifik dari topik, adalah fokus pertanyaan. Dalam istilah lain dapat disebut sebagai lingkup atau batasan penelitian. Di sini peneliti memilih aspek yang ingin diteliti dari topik penelitian tadi. Misalnya, dari topik efek media massa tadi, kita fokus pada efek iklan makanan ringan pada anak-anak. Makin spesifik batasan pertanyaan yang ingin kita jawab, makin baik dan mudah penelitian dijalankan. Selanjutnya kita merancang desain penelitian. Isinya berkaitan dengan teknis eksekusi penelitian. Jenis atau ragam data seperti apa yang ingin kita ambil di lapangan. Termasuk cara apa yang akan kita gunakan untuk mengumpulkannya. Setelah ranpung, data dapat kita ‘14 6 Riset Media Devitri Indriasari, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id kumpulkan lalu analisis. Kita dapat menganalisisnya secara kualitatif atau kuantitatif. Metode analisis ini sudah terlebih dahulu ditetapkan saat membaut desain penelitian. Hasil analisis data kemudian kita interpretasikan. Tujuannya untuk menjawab masalah atau fokus pertenyaan yang mengawali penelitian yang kita lakukan. Setelah rampung, dibuatlah laporan untuk memaparkan keseluruhan hasil penelitian Konsep dasar dan sumber masalah Masalah timbul karena adanya tantangan, adanya kesangsian ataupun kebingungan kita terhadap suatu hal atau fenomena,adanya kemenduaan arti (ambiguity), adanya halangan dan rintangan, adanya celah ( gap) baik antara kegiatan ataupun antara fenomena, baik yang telah ada maupun yang akan datang. Sumber ditemukannya “masalah” sebenarnya banyak, tetapi kalau mau di sederhanakan bisa dikategorikan dalam dua sumber. Pertama, masalah yang kita temui dari kehidupan sehari-hari.Bisa dari hasil obrolan di warung,dari diskusi dengan teman, bisa dari pembacaan di koran, dari peristiwa yang kita lihat di televisi, dari pengamatan di sekeliling kehidupan kota atau desa kita dsb.Yang menjadi persoalan kemudian, apakah seluruh kapasitas intelektual di kepala kita siap menangkap fenomena menarik yang tersebar di sekeliling kita? Sampai di sini “masalah” yang kita temukan dalam kehidupan sehari-hari ini masih harus kita “bahasakan” dengan kerangka teori yang kita miliki. Mengapa demikian? Karena tujuan kita menangkap “masalah” memang adalah untuk “digarap” menjadi sebuah penelitian ilmiah. Sementara tugas kita sebagai calon intelektual yang nantinya dipersiapkan untuk menjadi sarjana adalah berlatih untuk meneliti secara ilmiah, academic exercises, sehingga sumber dan cara penyelesaian penelitian itu juga harus beranjak dari kajian teori yang kita pelajari selama ini. Kedua, masalah yang sumbernya dari buku.Dari literatur yang berhubungan dengan keilmuan kita. Yang kedua ini juga sangat bervariasi.Mulai dari rangkaian teori yang kita pelajari dan ternyata ada celah yang membutuhkan pembuktian di lapangan.Dari laporan penelitian yang terekam dalam jurnal dan ternyata di bagian akhir laporan itu ada implikasi teoritis perlu ‘14 7 Riset Media Devitri Indriasari, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id tidaknya penelitian lebih lanjut.Dari informasi baru yang terbit lewat buku baru dan menawarkan temuan baru tetapi konteksnya berbeda dengan konteks tempat kita tinggal, sehingga perlu dibuktikan keberlakuannya dalam konteks masyarakat tempat kita tinggal,dsb. Satu pertimbangan yang perlu dipikirkan dalam pemilihan persoalan atau masalah dalam penelitian adalah apakah kita ingin mengadakan penelitian yang bersifat terapan atau penelitian yang bersifat dasar. Yang dimaksud dengan penelitian terapan adalah penelitian yang mempunyai tujuan praktis, yakni meneliti suatu masalah yang hasilnya diharapkan berupa rekomendasi-rekomendasi yang dapat digunakan untuk membantu dalam menyelesaikan masalah tersebut.Contoh penelitian terapan, ini saya ambil dari proyek penelitian yang kebetulan salah seorang alumnus kita terlibat di dalamnya, adalah penelitian tentang bagaimana masyarakat di kabupaten Kebumen dalam mengakses media massa dan media komunikasi pada umumnya untuk keperluan memenuhi kebutuhan informasi. Bisa ditebak bahwa tujuan dari penelitian semacam ini adalah mendeteksi kira-kira saluran informasi apa saja yang paling tepat manakala pemerintah kabupaten Kebumen hendak menyalurkan informasi pembangunan kepada masyarakat di wilayah tersebut. Konon, pemerintah Kebumen memang sedang membenahi sistem informasi pemerintahan daerahnya dalam upaya meningkatkan peran pemda untuk mensukseskan sistem pemerintahan berbasis otonomi daerah. Contoh lain, ini pernah diajukan dalam salah satu proposal angkatan 2000, penelitian yang mencoba mengangkat kesiapan suatu pemerintah daerah ketika hendak mendirikan sebuah stasiun televisi lokal di daerah tersebut. Dan contoh-contoh lain yang kira-kira bisa anda tebak sendiri “gaya dan arah” penelitiannya.Yang perlu digarisbawahi di sini adalah bahwa penelitian terapan diupayakan dapat membantu usaha penelitian pada umumnya dengan : (1) memberikan bukti-bukti yang meyakinkan akan manfaat penelitian sosial bagi masyarakat pada umumnya; (2) menggunakan dan mengembangkan teknik yang juga dapat dipakai dalam penelitian dasar; (3) memberikan data dan pikiran yang dapat mempercepat proses generalisasi ( Stouffer, 1950, dalam Mely G Tan,1986) Bagaimana dengan penelitian dasar? Pengertian penelitian dasar atau penelitian murni adalah pencarian terhadap sesuatu karena ada perhatian dan keingintahuan terhadap hasil suatu akitivitas ( Nasir 1983 : 29 ). Penelitian dasar dengan demikian tidak terlampau mengarah pada kemanfaatan praktis atau titik terapan.Perhatian utama penelitian jenis ini adalah kesinambungan ‘14 8 Riset Media Devitri Indriasari, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id dan integritas dari ilmu dan filosofi.Penelitian murni bisa diarahkan ke mana saja, tanpa memikirkan ada tidaknya hubungan dengan kejadian-kejadian yang diperlukan masyarakat. Proses pemikiran si peneliti bisa membawanya ke mana saja, tanpa memikirkan sudut apa dan arah mana yang akan dituju. ( Hogben, 1938, dalam Nasir, 1983) Contoh penelitian murni biasanya memang lebih banyak dilakukan oleh ilmuwan eksak, misalnya penelitian tentang rantai genetik,penelitian tentang nucleus, dan sebagainya. Dalam ilmu sosial, sebenarnya agak susah untuk membatasi apakah penelitian yang dilakukan dikategorikan “murni” atau bernada “terapan”, karena sebenarnya istilah “murni” dan “terapan” dalam penelitian sosial hanya mendefinisikan area yang hanya berbeda dalam konsep. Dalam praktek, yang satu membayangi yang lain.Hanya mungkin pada sisi segera atau tidaknya suatu hasil penelitian dapat digunakan masyarakatlah yang lebih bisa dijadikan patokan bahwa penelitian tersebut tergolong terapan. Sementara penelitian sosial yang mencoba untuk, misalnya, menguji keberlakuan suatu teori dalam suatu konteks tertentu bisa dikategorikan sebagai penelitian dasar, karena hasil penelitian ini lebih bermakna sebagai upaya untuk mengembangkan perspektif keilmuan tertentu. Merumuskan dan menetapkan masalah Pertanyaan yang segera muncul tatkala calon peneliti mulai menemukan adanya fenomena yang menarik untuk diteliti adalah bagamana menetapkan, merumuskan dan menyusun suatu permasalahan penelitian.Ada beberapa cara yang dapat membantu anda,misalnya: (1) Inventarisasikan dalam suatu daftar, semua tema permasalahan penelitian yang akan anda teliti, yang timbul dalam pikiran anda.Teliti kembali daftar tersebut, untuk menetapkan tema mana yang sesuai dengan maksud dan tujuan penelitian yang akan anda laksanakan (2) Untuk itu anda dapat mempertanyakan satu per satu tema permasalahan penelitian dalam daftar tersebut: Apakah permasalahan tersebut cukup penting,atau cukup berarti untuk diteliti?Apakah manfaat meneliti permasalahan tersebut bagi diri anda sendiri;bagi orang lain atau masyarakat?Apakah permasalahan tersebut tidak terlalu luas? Apakah mungkin untuk meneliti permasalahan tersebut ditinjau dari sudut kemampuan anda?;ditinjau dari sudut lama waktu penelitian?;ditinjau dari sudut besarnya biaya yang diperlukan untuk penelitian ‘14 9 Riset Media Devitri Indriasari, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id tersebut?Apakah permasalahan tersebut dapat menghasilkan sesuatu yang baru; dalam permasalahan yang dibahas?; dalam cara atau metode yang digunakan, ataupun dalam hasilnya nanti? (3) Melakukan inventarisasi dan evaluasi daftar calon permasalahan seperti di atas paling tidak akan memperjelas permasalahan yang akan anda teliti dan menghilangkan atau mengurangi kesulitan yang mungkin dapat ditimbulkan oleh permasalahan penelitian. Jangan sampai terjadi permasalahan penelitian yang Anda buat justru mendatangkan atau menjadi masalah untuk Anda.Langkah selanjutnya adalah mengumpulkan bahan-bahan sebanyak mungkin sesuai dengan kemampuan anda, mengenai berbagai tulisan yang berkaitan dengan tema permasalahan penelitian tersebut. Bahan-bahan itu nantinya akan sangat bermanfaat ketika anda mulai menuangkannya dalam “studi pustaka” atau penyusunan “kerangka teori” dalam usul penelitian Anda. (4) Setelah bahan terkumpul Anda dapat mulai menyusun kerangka sementara mengenai pokok-pokok yang akan Anda tulis dalam permasalahan penelitian seperti : menyusun dan menuliskan ide-ide pokok yang akan dibahas; dan mencatat berbagai pendapat dari berbagai sumber yang membahas hal-hal yang berkaitan erat dengan tema permasalahan penelitian Anda. (5) Akhirnya, rumuskan dan tuliskan secara lengkap permasalahan penelitian anda dengan sistematis dan logis, yang mencakup hal-hal apa yang melatarbelakangi timbulnya permasalahan penelitian anda tersebut dalam bagian Latar Belakang Masalah kemudian isi permasalahan penelitian anda itu sendiri dalam Rumusan Permasalahan dan kemudian rumuskan pula Tujuan dan Manfaat penelitian yang akan anda lakukan(dimodifikasi dari Malo,2000: 30) Faktor- faktor yang Memengaruhi Permasalahan Penelitian Ada beberapa faktor yang akan memengaruhi, terutama dari segi manfaat isi, perumusan atau penetapan suatu permasalahan penelitian, yaitu meliputi hal-hal seperti : (1) Paradigma penelitian yang digunakan oleh peneliti; (2) Nilai dari penelitian yang bersangkutan ‘14 10 Riset Media Devitri Indriasari, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id (3) Kebereaksian (reactivity) dalam pelaksanaan pengumpulan data penelitian yang bersangkutan; (4) Metodologi yang digunakan oleh peneliti; (5) Satuan analisis yang ditetapkan oleh peneliti; (6) Waktu penelitian tersebut dilaksanakan. Istilah paradigma umumnya dimengerti sebagai suatu cara pandang atau sudut pandang yang digunakan oleh seseorang ataupun sekelompok orang dalam memandang suatu gejala; sehingga berdasarkan paradigma tersebut, seseorang atau sekelompok orang dapat mengartikan gejala yang bersangkutan. Sebagai suatu konsep, istilah paradigma pertama kali diperkenalkan oleh Thomas Kuhn dalam karyanya The Structure of Scientific Revolution (1962). Konsep paradigma yang diperkenalkan oleh Kuhn kemudian dipopulerkan oleh Robert Friedrichs melalui bukunya Sociology of Sociology ( 1970). Adalah kemudian George Ritzer, yang mencoba merumuskan pengertian paradigma yang telah dikemukakan Kuhn dan Friedrichs dalam karyanya Sociology: A Multiple Paradigm Science (1980). Menurut Ritzer pengertian paradigma adalah : “Pandangan yang mendasar dari ilmuawan tentang apa yang menjadi pokok permasalahan yang semestinya dipelajari oleh suatu cabang ilmu pengetahun. Jadi sesuatu yang menjadi pokok persoalan dalam satu cabang ilmu menurut versi ilmuwan tertentu. Paradigma membantu merumuskan tentang apa yang harus dipelajari, persoalan-persoalan apa yang mesti dijawab, bagaimana seharusnya menjawabnya serta aturan-aturan apa yang harus diikuti dalam menginterpretasikan informasi yang dikumpulkan dalam rangka menjawab persoalan-persoalan tersebut” Paradigma dengan demikian, menurut Ritzer, merupakan kesatuan konsensus yang terluas dalam suatu disiplin yang membedakan antara komunitas ilmuwan yang satu dengan yang lainnya. Berdasarkan pada pengertian paradigma di atas, dimungkinkan terdapat dua ilmuwan atau peneliti dari dua komunitas yang berbeda mempunyai sudut pandang yang juga berbeda tentang apa yang menjadi fokus perhatian atau permasalahan dari satu gejala sosial yang sama. Pada ‘14 11 Riset Media Devitri Indriasari, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id paradigma yang berbeda, para peneliti bisa saja menggunakan teori-teori, konsep-konsep, atau istilah-istilah yang berbeda, yang kesemuanya itu berdasar pada paradigma yang dianut oleh peneliti.( Penjelasan lebih mendalam beserta contoh kasusnya akan kita pelajari lebih lanjut kelak dalam mata kuliah Metodologi Penelitian Komunikasi). Sekedar ilustrasi, di sini dikemukakan suatu fenomena yang sama yakni permasalahan ledakan penduduk (over population), tetapi ditanggapi secara berbeda oleh dua ilmuwan yang berbeda paradigma yakni seorang Malthus dan Marx.Menurut Malthus, ledakan penduduk adalah berkaitan dengan aturan (law) tertentu yakni bertambah menurut aturan deret ukur ( 1,2,4,8,16,32,…….). Sedangkan menurut Marx, ledakan penduduk berkaitan dengan masalah yang berkaitan dengan faham kapitalisme, di mana kondisi itu akan menimbulkan masalah eksploitasi tenaga kerja manusia. Menurut Marx, permasalahan utama untuk mengatasi ledakan penduduk adalah mengubah kapitalisme menjadi sosialisme melalui class struggle; sedangkan menurut Malthus, untuk mengurangi masalah yang timbul karena ledakan penduduk maka perlu dilakukan moral restraint, refrain from sex dan delay marriage dan sebagainya. Dalam paradigma tertentu, baik tersirat maupun tersurat tercakup nilai-nilai tertentu. Yang dimaksudkan dengan nilai adalah segala sesuatu yang dianggap baik atau buruk; segala sesuatu yang diinginkan atau tidak diinginkan terjadi. Dari contoh dua ahli ilmu sosial, Malthus dan Marx, yang mendasarkan pada dua paradigma yang berbeda, tersirat pertanyaanpertanyaan bagaimana sesuatu itu “seharusnya”.Semua orang -– termasuk peneliti — mempunyai nilai-nilai tertentu, sebagian mungkin menyadari dan sebagian lain mungkin tidak menyadari nilai-nilai mereka. Menurut pendapat G. Mc Cain dan E.M. Segal ( dalam Malo, 2000:33), bahwa dalam meneliti suatu gejala, seorang peneliti tidaklah melihat suatu gejala kemudian menginterpretasikan gejala tersebut berdasarkan pengetahuan dan pengalamnnya, tetapi melihat gejala yang telah diinterpretasikan berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya.Demikianlah dalam melakukan penelitian,seorang peneliti ketika menetapkan dan merumuskan suatu permasalahan, sedikit banyak dipengaruhi oleh pengetahuan dan pengalamannya, termasuk nilai-nilai peneliti yang berbeda. Peneliti yang mempunyai nilai yang berbeda, dapat berbeda pula dalam melihat dan ‘14 12 Riset Media Devitri Indriasari, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id menetapkan fokus perhatian dalam permasalahan penelitian mereka, dalam mengamati satu gejala sosial yang sama. Hal lain yang dapat memengaruhi penetapan permasalahan penelitian adalah kebereaksian (reactivity) dalam pelaksanaan pengumpulan data suatu penelitian, sehingga data yang hendak dikumpulkan tidaklah sebagaimana yang dimaksudkan dalam permasalahan penelitian yang bersangkutan. Kebereaksian (reactivity) ini, dikenal pula dengan sebutan Hawthorne effect. Sebutan ini diambil dari studi Hawthorn Plant of The Western Electric Company di Chicago di mana keadaan kebereaksian tersebut ditemukan.Dalam studi tersebut, orang-orang yang menjadi objek penelitian studi— yaitu para pekerja perusahan yang bersangkutan— sadar bahwa kehadiran peneliti di lingkungan mereka adalah untuk meneliti tingkah laku mereka sewaktu bekerja. Hal itu menyebabkan tingkah laku mereka tidak terjadi sebagaimana biasanya. Akibat adanya kebereaksian ini dapat memengaruhi maksud dan tujuan permasalahan penelitian yang semula ingin diamati oleh peneliti. Kemudian yang juga dapat memengaruhi permasalahan penelitian adalah metodologi yang digunakan oleh peneliti.Yang dimaksud dengan metodologi dalam penelitian adalah keseluruhan proses berpikir dari mulai menemukan permasalahan kemudian penjabaran dalam suatu kerangka teoritis tertentu, serta pengumpulan data bagi pengujian empiris sampai dengan penjelasan dan penarikan kesimpulan gejala sosial yang diteliti.Dengan kata lain, metodologi adalah “filsafat-nya” dari penelitian dan bukan semata-mata cara mengumpulkan data. Metodologi penelitian berbeda dengan metode penelitian. Yang dimaksud dengan metode adalah cara mengumpulkan data dengan menggunakan berbagai teknik pengumpulan data dan alat pengumpulan data. Untuk mengatahui berbagai karakteristik metodologi yang dipakai dalam penelitian mulai dari yang bersifat kuantitatif maupun yang kualitatif kelak akan kita pelajari dalam sub pokok bahasan perbedaan pokok penelitian kuantitatif dan kualitatif. Satuan analisis dalam penelitian sosial dapat bervariasi. Untuk penelitian yang mengunakan unit satuan analisis individu atau kelompok-kelompok kecil disebut sebagai penelitian mikro.Mengenai batasan jumlah individu dalam suatu kelompok yang dapat dikategorikan ‘14 13 Riset Media Devitri Indriasari, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id sebagai penelitian mikro memang tidak ada konsensus. Ada yang menggunakan 3 – 5 orang sebagai batasan mikro, tapi ada juga yang lebih. Contoh penelitian mikro ini, misalnya : studi tentang “Kohesi sosial organisasi kedaerahan mahasiswa UMB”. Sedangkan penelitian lain yang menggunakan unit satuan analisis yang cukup luas, misalnya bangsa, negara, benua, dan sebagainya. Penelitian yang mencakup banyak individu dan pada wilayah yang luas sekali disebut penelitian makro.Contoh penelitian makro : studi yang menggunakan sensus data penduduk; atau studi tentang kematian dan kelahiran di negara-negara berkembang. Bagi sebagian peneliti adakalanya terlebih dahulu menetapkan satuan unit analisis kemudian dijadikan dasar di dalam menetapkan permasalahan penelitian yang dilakukan. Tetapi ada juga yang tidak begitu mempermasalahkan mengenai batasan satuan unit analisis , yang penting menetapkan permasalahan penelitian terlebih dahulu baru kemudian membuat keputusan berkenaan dengan satuan analisisnya. Yang terakhir yang dapat memengaruhi penetapan suatu permasalahan penelitian adalah faktor waktu pelaksanaan penelitian yang bersangkutan. Waktu pelaksanaan penelitian biasanya dibedakan berdasarkan pada penelitian atau studi cross sectional dan penelitian atau studi longitudinal, atau biasanya juga disebut penelitian atau studi time series. Suatu penelitian cross sectional merupakan penelitian mengenai sejumlah analisis yang dilihat berdasarkan ciri-ciri atau karakteristik tertentu, misalnya berdasarkan umur, pendidikan, penghasilan dsb., di mana pelaksanaan pengumpulan datanya dilakukan dalam satu waktu tertentu.Sedangkan penelitian longitudinal merupakan penelitian yang pengumpulan datanya dilakukan tidak dalam satu waktu, akan tetapi dalam waktu yang berbeda. Dalam penelitian longitudinal seandainya satu permasalahan penelitian yang sama akan dilaksanakan untuk sampel yang sama dalam waktu yang berbeda , biasanya penelitian “longitudinal” yang demikian disebut sebagai panel studi. Sedangkan seandainya satu permasalahan penelitian yang sama akan dilaksanakan untuk sampel yang berbeda dan pada waktu yang berbeda pula, biasanya penelitian “longitudinal” yang demikian itu disebut trend studi. ‘14 14 Riset Media Devitri Indriasari, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id