BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Odonata

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Odonata merupakan kelompok paling primitif dari kelas insekta dan
merupakan serangga terbang pertama yang muncul pada masa Permian (Gillot,
2005). Berdasarkan karakter sayap dan kepala Ordo Odonata diklasifikasikan
kedalam dua subordo yaitu Anisoptera dan Zygoptera (Triplehorn and Johnson,
2005). Anisoptera sering disebut capung (dalam bahasa Indonesia) mempunyai
ciri-ciri sayap depan dan sayap belakang berbeda ukuran, bentuk, dan venasi.
Sedangkan Zygoptera sering disebut capung jarum memiliki ciri-ciri sayap depan
dan belakang hampir sama ukuran, bentuk, dan venasi.
Odonata termasuk dalam kelompok serangga yang mengalami metamorfosis
tidak sempurna (Hemimetabola). Hal ini ditunjukkan dengan tahapan-tahapan
telur-larva-nimfa-imago. Fase larva dan imago pada capung berbeda dalam
beberapa hal, diantaranya adalah lamanya fase dan berkembangnya sayap pada
imago. Fase larva bisa bertahan sampai tahunan, misalnya pada musim winter,
sedangkan pada fase imago hanya bertahan dalam hitungan minggu atau bulan.
Fase imago sudah berkembang sayap, yang berfungsi untuk membantu capung
dalam meneruskan siklus hidup, yaitu mencari daerah teritori, migrasi, dan berreproduksi.
Sayap capung merupakan salah satu organ yang unik pada serangga. Pada
capung, sayap merupakan organ penting dalam proses identifikasi. Hal ini karena
adanya pola venasi yang kompleks dan berbeda antara satu famili dengan famili
lain. Sayap capung mempunyai beberapa keunikan, yaitu ringan, kuat, dan elastis.
Massa sayap capung hanya 1-2% dari tubuhnya (Taluchder et al., 2011), namun
dapat menghasilkan gaya angkat dan daya dorong yang besar, sehingga capung
mampu terbang lebih cepat dan fleksibel dibandingkan serangga yang lain (HuaiHui et al., 2011). Selain itu, ciri khas lain dari sayap capung adalah adanya proses
deformasi pada sayap yang terjadi selama jutaan siklus (Ellington, 1984; Wootton,
1999). Capung dapat mengepakkan sayapnya hingga 35Hz dan mengepak secara
1
berlawanan arah sehingga mampu berakselerasi dari 0-60 mph hanya dalam waktu
1 detik (Kunigal dan Lingaiah, 2007).
Keunikan sayap capung menjadi daya tarik di kalangan peneliti. Sayap
capung mempunyai struktur berupa vena, membran, serta ruang yang terbentuk
antar vena (Huai-Hui, et al., 2011). Vena tersusun dari chitin yang membentuk
struktur seperti bulatan. Antara vena satu dengan vena mempunyai titik temu pada
tempat tertentu, sehingga dari permukaan sayap terlihat seperti jaring (disebut
venasi). Membran pada sayap capung, biasanya berwarna transparan (Tillyard,
1917), namun pada beberapa spesies mempunyai warna tertentu, misalnya
Neurothemis ramburii (merah kecokelatan). Membran mempunyai struktur yang
kaku dan fleksibel (Marocco et al., 2009; Marocco et al., 2010).
Nodus merupakan bagian dari sayap yang hampir terletak ditengah-tengah
tepi anterior sayap. Nodus merupakan pertemuan antar vena Costa dari sisi
proksimal dan distal sayap menuju titik subnodus. Antara dua vena tersebut
dilekatkan oleh resilin. Karena lokasinya yang hampir ditengah-tengah,
memungkinkan nodus untuk mengalami kegagalan (patah) ketika dalam siklus
terbang. Adanya perlekatan (resilin) ini memberikan struktur fleksibel, dan
memungkinkan sayap untuk mengalami deformasi (Haas et al., 2000). Resilin
merupakan protein yang bersifat elastis, tidak larut dan stabil dalam panas, serta
tidak mudah larut dalam kebanyakan pelarut (Weis-Fogh, 1960 dan Andersen dan
Weis-Fogh, 1964). Resilin pada perlekatan vena mempunyai fungsi sebagai
penyimpan energi (Gorb, 1999).
Adanya perlekatan pada nodus memungkinkan nodus bersifat fleksibel.
Penelitian serta referensi mengenai resilin pada perlekatan antar vena masih
sedikit, sehingga diperlukan upaya untuk mengkaji manfaat serta peran resilin
pada bagian tersebut. Selain itu, tidak banyak penelitian yang mengkaji tentang
nodus dari sisi biologi dan mekanik, sehingga diperlukan suatu upaya untuk
mengkaji nodus dari sisi biologi maupun mekanik secara detail.
2
B. Permasalahan
Latar belakang diatas, memunculkan beberapa permasalahan yaitu :
1) Bagaimana perbedaan struktur morfologi nodus pada permukaan dorsal
dan ventral pada sayap belakang capung antar spesies anggota Famili
Libellulidae?
2) Bagaimana geometri morfologi nodus pada permukaan dorsal dan
ventral pada sayap belakang capung antar spesies anggota Famili
Libellulidae?
3) Bagaimana karakteristik mekanik nodus pada permukaan dorsal dan
ventral pada sayap belakang capung antar spesies anggota Famili
Libellulidae?
C. Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Untuk mempelajari
perbedaan struktur morfologi nodus
pada
permukaan dorsal dan ventral pada sayap belakang antar spesies
anggota Famili Libellulidae.
2) Untuk mempelajari geometri morfologi nodus pada permukaan dorsal
dan ventral pada sayap belakang antar spesies anggota Famili
Libellulidae.
3) Untuk mempelajari hubungan antara struktur nodus pada permukaan
dorsal dan ventral pada sayap belakang anggota spesies anggota Famili
Libellulidae dengan karakteristik mekanik.
D. Manfaat
Manfaat dari penelitian ini adalah untuk memperkaya khasanah ilmu di
bidang morfologi sayap capung. Penelitian ini merupakan tahap awal untuk
mempelajari perlekatan antar vena pada sayap capung. Pemahaman mengenai
struktur tersebut, dapat dijadikan referensi untuk melakukan penelitian lebih lanjut
serta kemungkinan bisa diterapkannya pengetahuan tersebut dibidang teknologi.
3
Download