BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Serangga merupakan anggota Filum Arthropoda yang memiliki ciri kaki berjumlah tiga pasang. Saat ini serangga menjadi kelompok hewan yang paling dominan dimuka bumi. Serangga telah berada dibumi diperkirakan sekitar 350 juta tahun yang lalu. Selama kurun waktu tersebut, serangga berevolusi kebanyak arah sehingga mampu beradaptasi dan hidup hampir semua habitat (Riek, 1984). Secara umum morfologi serangga memiliki ciri ukuran tubuh serangga relatif kecil, diperkirakan berkisar antara 0,25-330 mm dan lebar sayap mencapai 0,5-300 mm. Salah satu fosil dari dragonfly yang berhasil ditemukan memiliki lebar sayap berukuran 760 mm. Serangga merupakan salah satu anggota invertebrata yang bersayap. Namun, tidak semua anggota dari kelompok ini yang memiliki sayap. Golongan serangga yang tidak memiliki sayap termasuk Subkelas apterygota. Golongan serangga yang memiliki sayap termasuk kedalam Subkelas pterygota. Salah satu contoh yang termasuk kedalam anggota Subkelas pterygota adalah anggota Ordo Odonata (Borror et al., 2005) Anggota Ordo Odonata termasuk kelompok yang paling primitif dari Subkelas aptreygota. Menurut Dorji (2014) Odonata termasuk anggota Ordo dengan jumlah yang paling sedikit dari keseluruhan anggota Ordo di Kelas Insecta . Jumlah spesies capung saat ini diperkirakan mencapai 5680 spesies dan diperkirakan total keseluruhan hampir 7000 spesies jika dihitung dengan spesies yang belum teridentifikasi. Capung memiliki tubuh yang langsing dengan dua pasang sayap dan memiliki pembuluh darah jala. Ukuran tubuh capung relatif besar dari serangga secara umum dengan memiliki warna tubuh yang beragam. Capung mengalami metamorfosis tidak sempurna (Hemimetabola). Fase pradewasa capung hidup didaerah perairan, sedangkan fase dewasa ditemukan di daerah daratan yang dekat dengan perairan. Semua fase hidup dari anggota Ordo Odonata berperan sebagai predator, dengan memakan berbagai macam serangga dan organisme-organisme yang hidup disekitaran perairan (Borror et al., 1992). Menurut Westfall dan May (1996) spesies terbanyak pada anggota Ordo Odonata terdapat pada Famili Libellulidae. Anggota Famili Libellulidae disebut juga dengan Skimmer. Sebagian besar spesies dari kelompok ini hidup diperairan kolam dan rawa. Capung ini memiliki panjang tubuh sekitar 20-75 mm, spesies dari kelompok ini mempunyai ciri sayap yang ditandai dengan bintik-bintik atau noda-noda (Borror et al., 2005). Sayap pada capung merupakan organ yang penting, karena sayap tersebut digunakan sebagai alat pergerakan ketika terbang. Sayap capung memiliki struktur yang unik dan sifat fleksibelitas dari sayap capung ini mampu melawan kerusakan sayap secara permanen. Fleksibelitas sayap capung dikarenakan adanya Resilin pada perlekatan antar vena diketahui berfungsi dalam pengaturan torsi dan penyimpanan energi (Gorb, 1999). Fungsi lain dari resilin pada perlekatan antar vena adalah memberikan elastisitas pada perlekatan sehingga vena dapat melakukan deformasi. Sehingga dengan cara terbang berbeda menyebabkan perbedaan jumlah resilin pada venasi sayap capung. Kemampuan suatu sayap untuk bergerak sangat dipengaruhi oleh morfologi sayap capung. Morfologi sayap capung sangat tipis, memiliki membran, dan terdiri atas vena longitudinal yang terletak disepanjang sayap biasanya berwarna hitam, kemudian crossvein yang menghubungkan antara vena, serta join vein yaitu gabungan diantara vena (Donoughe et al., 2011). Capung memiliki dua pasang sayap yang sebetulnya tidak berpasangan, karena pada masing-masing sayap memiliki fungsi secara independen (Kesel, 2000). Menurut Gillot (2005) pada golongan Subordo anisoptera sayap bagian depan dan belakang memiliki beberapa perbedaan yaitu ukuran sayap depan dan belakang, bentuk sayap, serta pola venasi yang berbeda disetiap spesies. Selain itu capung juga memiliki antena pendek yang berbentuk rambut, kaki yang berkembang baik, alat mulut tipe pengunyah, matanya majemuk besar, serta abdomen yang panjang dan langsing (Borror et al., 1992). Keunikan sayap capung menjadi daya tarik di kalangan peneliti. Sayap capung mempunyai struktur berupa vena, membran, serta ruang yang terbentuk antar vena (HuaiHui et al., 2011). Venasi merupakan salah satu komponen yang ada pada sayap semua anggota Ordo Odonata. Vena tersusun dari kitin yang membentuk struktur seperti bulatan. Antara vena satu dengan vena mempunyai titik temu pada tempat tertentu, sehingga dari permukaan sayap terlihat seperti jaring (disebut venasi). Sayap capung terdiri atas bagian leading edge dan trailing edge. Bagian leading edge terletak pada sayap bagian atas, sedangkan trailing edge berada pada ujung dan dasar sayap. Selama proses terbang, terdapat beberapa faktor lingkungan yang secara langsung mempengaruhi aktivitas terbang capung yaitu tekanan angin, suhu, dan Intensitas cahaya. Leading edge merupakan bagian pertama yang mendapatkan tekanan angin (wind pressure) terbesar selama terbang (Mingallon et al, 2011). Karena pada saat itu, angin akan selalu dialirkan dari bagian leading edge, agar terhindar dari kerusakan dan patah akibat tekanan angin yang tinggi. Penelitian ini penting dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh faktor lingkungan terhadap perubahan area leading edge sayap capung Orthetrum sabina. Penelitian ini akan dilakukan pengukuran bagian leading edge pada sayap capung O. sabina yang terdiri dari pterostigma, dan posisi nodus yang diambil dari habitat yang berbeda yaitu pada daerah dataran tinggi dan dataran rendah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh faktor lingkungan terhadap perubahan luas daerah leading edge pada sayap capung O. sabina. Sebelum penelitian ini dilakukan, telah ada penelitian yang berkaitan dengan venasi capung yaitu pengukuran panjang kitin, sudut kitin, panjang resilin, dan pengukuran radius resilin terhadap titik pengukuran pada bagian dorsal dan ventral sayap belakang capung anggota Libellulidae. B. Permasalahan Dari latar belakang diatas muncul beberapa pertanyaan 1) Apakah faktor lingkungan mempengaruhi luas area leading edge pada spesies Orthetrum sabina? 2) Apakah faktor lingkungan mempengaruhi ukuran pterostigma? 3) Apakah faktor lingkungan mempengaruhi posisi nodus pada sayap capung O. sabina? 4) Berapakah luas area bagian leading edge pada spesies O. sabina pada daerah dataran tinggi dan dataran rendah? C. Tujuan Tujuan dilakukan penelitian ini adalah: 1) Mengetahui pengaruh faktor lingkungan terhadap ukuran pterostigma pada sayap O. sabina 2) Mengetahui pengaruh faktor lingkungan terhadap posisi nodus pada sayap O. sabina 3) Mengetahui luas area Leading edge pada capung spesies O. sabina yang diperoleh dari habitat yang berbeda. D. Manfaat Manfaat penelitian ini adalah untuk menambah khasanah ilmu, serta untuk pengembangan penelitian mengenai aerodinamis capung, khususnya dengan mengaitkan antara faktor lingkungan dengan perubahan morfologi sayap capung yang terutama pada bagian leading edge yang memiliki peranan penting pada dragonfly. Manfaat penelitian ini bagi masyarakat dapat digunakan referensi untuk konservasi dan penangkaran capung. Bagi capung, penelitian ini bermanfaat untuk mengetahui habitat yang cocok untuk hidup karena capung bagian penting dari ekosistem.