Majlis Pendidikan Dasar dan Menengah Pimpinan Daerah Muhammadiyah Klaten SMK MUHAMMADIYAH 1 KLATEN UTARA Jl. Ki Ageng Pengging 40, Gergunung, Klaten Utara, Telp/Fax;0272_321935 Klaten Website;Http///www.smkmuh1kltu.net, Email;[email protected] NSS : 322031007004 NPSN : 20309531 NIS : 320040 HUMAS HUBIN SMK MUH 1 KLATEN UTARA Safety Safety atau keselamatan kerja merupakan salah satu faktor utama yang sering didengung-dengungkan oleh industri-industri beberapa tahun terakhir ini. Kesadaran akan pentingnya safety ini didasari oleh keadaan di mana suatu investasi yang telah dilakukan, yang umumnya bernilai besar pada suatu pabrik/plant, dapat hilang atau rusak akibat adanya kelalaian dalam pengoperasian atau kelalaian terhadap safety procedure yang ada yang juga dapat membahayakan para pekerja. Safety dapat ditinjau dari dua sisi: 1) sisi teknikal dan 2) sisi manajemen. Dari sisi teknikal, topik bahasan tentunya akan menjadi sangat beragam. Sebagai contoh, sudut pandang safety dari sisi Teknik Kimia tentu saja akan berbeda jika diihat dari sudut pandang Teknik Industri. Teknik Kimia yang lebih banyak bergelut dengan industri proses tentu saja akan lebih banyak bersinggungan dengan faktor safety dari alat-alat (pressured vessel, flare stack, dan lain sebagainya). Dalam hal ini tentunya akan ada parameter-parameter standar yang harus dipatuhi seperti (GPSA, API, ASME, ASTM, dan lain-lain) serta mungkin teman-teman akan sering mendengar istilah MAWP (Maximum Allowable Working Pressure), Mach number (relativitas kecepatan linier fluida terhadap kecepatan suara) dan istilah-istilah lainnya. Sedangkan dari sisi Teknik Industri yang lebih banyak berhubungan dengan industri manufaktur, tentunya istilah dan acuan yang digunakan akan berbeda. Walaupun demikian, akan terdapat beberapa kesamaan prosedur apabila dilihat sisi manajemen. Hal ini didasari akan tujuan safety tiap industri yang tidak terlalu jauh berbeda. Berikut akan dibahas tentang safety procedure dari sisi manajemen. Safe from the start “Safe from the start” ialah suatu jargon yang diharapkan terjadi pada tiap proyek yang dilakukan mulai dari tahapan definition, planning, preliminary design, detailed design, construction, commissioning , dan hingga ke tahap production operation. Banyak parameter yang digunakan dalam menyatakan seberapa patuh dan aware sebuah perusahaan terhadap perihal keselamatan kerja. Salah satu parameter yang digunakan di Amerika Serikat adalah Total Case Incident Rate (TCIR) dimana nilai TCIR ini harus lebih kecil dari 1.0, parameter TCIR ini dikeluarkan oleh US. Occupational Safety and Health Admininstration dan dinyatakan sebagai standar pada tahun 2002. TCIR sendiri dihitung berdasarkan kasus injury/illness yang terjadi selama 200,000 man-hour period (1 man-hour dapat didefinisikan sebagai 1 orang dikalikan dengan 1 jam). Pada konteks 200,000 man-hour period ini dianggap ada 100 orang pekerja dengan waktu kerja 50 minggu pertahunnya dan 40 jam perminggunya. TCIR juga dipakai oleh U.S. Bereau of Labor Statistics (semacam Biro Pusat Statistik untuk buruh) sebagai suatu sumber data untuk kasus kecelakaan kerja yang terjadi. Untuk mencapai angka kecelakaan kerja yang kecil, sebagaimana dinyatakan dalam syarat TCIR diperlukan suatu safety procedure yang baik. Adapun tujuan dari prosedur safety ini antara lain: Menghindari kecelakaan, luka, atau penyakit akibat kelalaian dalam bekerja Menghindari adanya dampak buruk terhadap lingkungan Menghindari adanya pelanggaran terhadap undang – undang keselamatan kerja yang berlaku Menghindari adanya kehilangan aset, produk atau sistem bisnis perusahaan The Safest Company Year 2003 Salah satu perusahaan yang mempunyai record TCIR yang baik adalah Honeywell Process Solution (HPS). Perusahaan ini dilaporkan memiliki nilai TCIR sebesar 0.29 dan 0.05 untuk Project Operation Group (bagian dari perusahaan tersebut yang khusus menangani proyek) pada tahun 2003. Berikut beberapa tahapan penerapan safety yang disadur dari Honeywell Process Solution (HPS): 1. Project Safety Assessment (PSA) Pada tahapan ini, perusahaan akan membentuk suatu tim khusus untuk meninjau dan mengevaluasi setiap faktor atau kejadian yang mungkin terjadi dan menyebabkan terjadinya hazard. Pada tahapan ini biasanya akan menghasilkan beberapa checklist yang akan ditinjau lebih lanjut oleh pihak-pihak terkait dalam proyek. 2. Data Gathering and Scope Checklist yang telah dihasilkan dari tahapan pertama selanjutnya akan diberikan kepada pihak terkait dalam proyek (construction manager) sebagai langkah awal dalam pengumpulan data. Pada tahap ini biasanya akan ada interview dari tim PSA untuk memastikan efek dan cakupan dari bahaya (hazard) yang mungkin terjadi pada tiap tahapan proses. 3. Defining The Action Plan Setelah semua data terkumpul tim PSA akan membandingkan hazard yang mungkin terjadi dengan regulasi dan standar operasi yang telah ada untuk mengembangkan safety action plan yang bersifat spesifik terhadap tiap bahaya. Dalam tahapan ini ada 4 langkah yang harus dilakukan : o Executive overview and project description o Administrative issues o Policies and procedures o forms 4. Management Sign-Off Rencana yang telah ditetapkan tidak akan berjalan dengan baik tanpa adanya dukungan dari pihak manajemen. Untuk itu perlu adanya komitmen dari pihak manajeman, kontraktor, dan pelanggan (customer) dalam mengimplementasikan safety didalam proyek tersebut. Salah satu cara adalah dengan membuat semacam nota kesepakatan yang ditandatangani oleh setiap stakeholder perusahaan yang menyatakan akan selalu mengikuti, menjalankan, dan mengutamakan safety dalam tiap tahapan proyek. 5. Safety Program Kickoff and Training Salah satu bentuk nyata dari komitmen perusahaan adalah dengan mengirimkan para pekerjanya ke dalam suatu bentuk safety training. Para pekerja diwajibkan untuk mengikuti pelatihan tersebut dan harus lulus dengan nilai memuaskan untuk memastikan bahwa safety knowledge telah diterima dengan baik oleh para pekerja tersebut. Daftar pihak – pihak yang terkait dalam pelatihan beserta jenis pelatihan dapat dilihat pada Figure 1. 6. Project Execution Tibalah saatnya untuk menjalankan proyek yang disepakati. Pada tahapan ini akan dilakukan pengontrolan terhadap proyek yang telah berjalan untuk memastikan apakah safety procedure yang telah ditetapkan dipatuhi atau tidak. Berikut salah satu formulir administratif yang harus diisi (contoh dari Honeywell Process Solution). 7. Reward and Recognition Tujuan dari tahapan ini adalah untuk memberikan ‘contoh’ kepada pekerja lain. Dimana pada tahapan ini akan dicari pekerja/tim yang ‘paling’ mematuhi safety procedure yang telah ditetapkan. Penghargaan akan diberikan untuk memicu prestasi dari tim/pekerja lain. Dalam tahapan ini reward juga dapat diberikan oleh project owner kepada contractor. 8. Project Review and Close Setelah proyek selesai akan ada evaluasi oleh tim PSA dengan pihak terkait dalam (konstruksi dan perancangan) proyek. Dalam evaluasi akan dibahas faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kegagalan atau keberhasilan dalam menjalankan safety procedure atau lebih dikenal dengan istilah learned lessons dari suatu proyek. (http://majarimagazine.com/2008/04/safety-in-the-process/ )