keragaman_metabolit_sekunder_kul_2

advertisement
Rita Rakhmawati, M.si., Apt
14 September 2009
Mutu atau kualitas metabolit sekunder sangat
bervariasi tergantung pada tempat
pertumbuhan, penanganan saat panen dan
pasca panen yang benar.
Metabolit sekunder dari bahan alam juga
merupakan hasil resultan berbagai faktor, baik
itu inheren (genetik) maupun faktor eksternal
(lingkungan) sehingga kandungan bahan
aktifnya tidak dapat dijamin selalu tetap (ajeg).
Spesies tumbuhan sama namun ada perbedaan
tempat tumbuh sehingga kandungan kimia akan
berbeda disebut fenomena chemodem:
Faktor luar:
-unsur hara
-air
-suhu
-ketinggian
-tumbuhan yg tumbuh disekitarnya (alelopati)
Sinar matahari
Faktor dalam
-tumbuhan itu sendiri (ada hama, infeksi)
Teknik budidaya maupun pasca panen
merupakan salah satu rantai proses untuk
mencapai jaminan mutu dalam menghasilkan
bahan yang memenuhi spesifikasi dan
parameter bahan aktif yang jelas.
Bahan-bahan hasil panen masih belum
terbebas sepenuhnya dari berbagai aktivitas
biokimia. Namun dengan cara budidaya dan
penanganan pasca panen yang tepat, variasi
kandungan bahan aktif dalam simplisia
diharapkan dapat diperkecil, diatur atau
distandarkan.
Apa yg terjadi ketika tumbuhan
dipotong/ditebang??
• Akan terjadi gangguan pada
metabolismenya, sehingga bagian
tumbuhan yg dipotong segera
dikeringkan. Why??
Agar sampel tidak terjadi perubahan mutu dan
mencapai kadar air yang dipersyaratkan.
Pengeringan adalah suatu cara pengawetan atau
pengolahan pada bahan dengan cara mengurangi
kadar air, sehingga proses pembusukan dapat
terhambat. Dengan demikian dapat dihasilkan
simplisia terstandar, tidak mudah rusak dan tahan
disimpan dalam waktu yang lama. Dalam proses ini,
kadar air dan reaksi-reaksi zat aktif dalam bahan akan
berkurang, sehingga suhu dan waktu pengeringan
perlu diperhatikan.
Suhu pengeringan tergantung pada jenis bahan yang
dikeringkan. Pada umumnya suhu
pengeringan adalah antara 40-600C dan hasil yang
baik dari proses pengeringan adalah simplisia yang
mengandung kadar air kurang dari 10%.
Pengeringan dapat dilakukan dengan :
1. Sinar matahari, secara tidak langsung
namun ditutup dengan kain hitam.
2. Oven, suhu 40-60 derajat C
3. Dikeringanginkan
komponen komponen kimia seperti enzim (Hidrolase,
Oksidase, Polymerase, dll) yang tertinggal pada
jaringan yang dipanen belum berhenti.
enzim bisa terdapat dalam jaringan, selain itu enzim
juga masih mempunyai aktivitas diluar sel hidup.
Oleh karenanya sering terlihat adanya kerusakan
hasil panen yang merubah penampilan fisik menjadi
berwarna coklat akibat aktivitas enzim oksidase.
Enzim memiliki sifat tidak tahan terhadap
pemanasan, dengan demikian tingginya kadar air
pada hasil panen dapat menjadi wahana untuk
aktivitas berikutnya, baik dalam merubah tampilan
fisik (warna) maupun kandungan bahan kimianya.
Kerusakan fisik karena kadar air yang kurang
terkontrol juga berkaitan erat dengan timbulnya
cemaran, khususnya mikroba.
Teknik budidaya maupun pasca panen
merupakan salah satu rantai proses untuk
mencapai jaminan mutu dalam menghasilkan
bahan yang memenuhi spesifikasi dan
parameter bahan aktif yang jelas.
Dengan cara budidaya dan penanganan
pasca panen yang tepat, variasi kandungan
bahan aktif dalam simplisia diharapkan dapat
diperkecil, diatur atau distandarkan.
Budidaya Tanaman


Tanaman obat ditanam bukan sekadar diambil
biomassanya, tetapi lebih dititikberatkan pada
kandungan bahan aktifnya atau lazim juga
dikenal dengan istilah metabolit sekunder.
Tindakan budidaya tanaman obat bertujuan
untuk dapat memanipulasi, mengubah
atau juga meningkatkan kandungan
bahan aktifnya.
Saat Panen
a. Biji
Pemanenan biji dilakukan pada saat biji
telah masak fisiologis. Fase ini ditandai
dengan sudah maksimalnya pertumbuhan
buah atau polong dan biji yang di
dalamnya telah terbentuk dengan
sempurna. Kulit buah atau polong
mengalami perubahan warna misalnya kulit
polong yang semula warna hijau kini
berubah menjadi agak kekuningan dan
mulai mengering.
b. Buah
Buah harus dipanen setelah masak
fisiologis dengan cara
memetik. Pemanenan sebelum masak
fisiologis akan menghasilkan buah dengan
kualitas yang rendah dan kuantitasnya
berkurang.
Pemanenan yang terlambat akan
menyebabkan penurunan kualitas karena
akan terjadi perombakan bahan aktif yang
terdapat di dalamnya menjadi zat lain.
c. Daun
Pemanenan daun dilakukan pada saat
tanaman telah tumbuh maksimal dan
sudah memasuki periode matang fisiologis
dan
dilakukan
dengan
memangkas
tanaman. tanaman jati belanda dapat
dipanen pada umur 1-1,5 tahun, jambu biji
pada umur 6-7 bulan setelah tanam. Pada
beberapa tanaman pemanenan yang
terlambat akan mempersulit proses panen.
d. Rimpang
Untuk jenis rimpang waktu pemanenan
bervariasi tergantung penggunaan. Tetapi pada umumnya
pemanenan dilakukan pada saat
tanaman berumur 8-10 bulan. Seperti
rimpang jahe, untuk kebutuhan ekspor
dalam bentuk segar jahe dipanen pada
umur 8-9 bulan setelah tanam
e. Bunga
Bunga yang digunakan dalam bentuk segar,
pemanenan dilakukan pada saat bunga
kuncup atau setelah pertumbuhannya
maksimal. Berbeda dengan bunga yang
digunakan dalam bentuk kering, pemanenan
dilakukan pada saat bunga sedang
mekar. Seperti bunga piretrum, bunga yang
dipanen dalam keadaan masih
kuncup menghasilkan kadar piretrin yang
lebih tinggi dibandingkan dengan bunga yang
sudah mekar.
f. Herba
Pada beberapa tanaman semusim, waktu panen
yang tepat adalah pada saat pertumbuhan
vegetatif tanaman sudah maksimal dan akan
memasuki fase generatif atau dengan kata lain
pemanenan dilakukan seb.
Pemanenan yang dilakukan terlalu awal
mengakibatkan produksi tanaman yang kita
dapatkan rendah dan kandungan bahan aktifnya
juga rendah. Sedangkan jika pemanenan
terlambat akan menghasilkan mutu rendah
karena jumlah daun berkurang, dan batang
tanaman sudah berkayu. elum tanaman
berbunga
Pasca Panen
Pentingnya penanganan pasca panen
dengan benar adalah karena sebagai
produk biologis, baik sebelum maupun
setelah jadi simplisia, masih berada
dalam kondisi yang riskan terhadap
kerusakan. Kemungkinan terjadinya
perubahan yang berpengaruh terhadap
mutu atau kualitas simplisia masih besar
karena belum terbebas sepenuhnya dari
berbagai aktivitas biokimia.
Kegiatan pasca panen
1.
2.
1.
Pengangkutan hasil panen
Sortasi
untuk memisahkan kotoran-kotoran atau
bahan-bahan asing, bahan yang tua dengan
yang muda atau bahan yang ukurannya lebih
besar atau lebih kecil. Bahan nabati yang
baik memiliki kandungan campuran bahan
organik asing tidak lebih dari 2%.
Pencucian
bertujuan menghilangkan kotoran-kotoran dan
mengurangi mikroba-mikroba yang melekat
pada bahan
4.
5.
Penirisan
Perajangan
Perajangan biasanya hanya dilakukan pada
bahan yang ukurannya agak besar dan tidak
lunak seperti akar, rimpang, batang, buah dan
lain-lain.
Perajangan terlalu tipis dapat mengurangi zat
aktif yang terkandung dalam
bahan. Sedangkan jika terlalu tebal, maka
pengurangan kadar air dalam bahan agak sulit
dan memerlukan waktu yang lama dalam
penjemuran dan kemungkinan besar bahan
mudah ditumbuhi oleh jamur.
6. Pengeringan
Pengeringan adalah suatu cara
pengawetan atau pengolahan pada
bahan dengan cara mengurangi kadar
air, sehingga proses pembusukan dapat
terhambat. Dengan demikian dapat
dihasilkan simplisia terstandar, tidak
mudah rusak dan tahan disimpan dalam
waktu yang lama
Pada umumnya suhu pengeringan adalah
antara 40-600C dan hasil yang baik dari
proses pengeringan adalah simplisia yang
mengandung kadar air kurang dari 10%.
Pengeringan bahan dapat dilakukan secara
tradisional dengan menggunakan sinar
matahari ataupun secara modern dengan
menggunakan alat pengering seperti oven, rak
pengering, blower ataupun dengan fresh
dryer.
Tetapi terdapat beberapa bahan yang
rusak jika dikeringkan dibawah sinar
matahari yang mengandung sinar ultra
violet, misal bahan yang mengandung
minyak Atsiri, pro-Vit A, zat zat
antioksidan.
7. Pengemasan dan penyimpanan
Simplisia yang sudah bersih serta kering
dan bahan baku yang bukan simplisia
yang telah lulus dari pemeriksaan mutu
bila
tidak
langsung
digunakan
hendaklah disimpan dalam wadah
tertutup
dan
diberi
label
yang
menunjukkan status simplisia dan bahan
baku tersebut
Persyaratan jenis kemasan yaitu dapat
menjamin mutu produk yang dikemas,
mudah dipakai, tidak mempersulit
penanganan, dapat melindungi isi pada
waktu pengangkutan, tidak beracun dan
tidak bereaksi dengan isi.
Pasca panen sebagai mata rantai
proses untuk memperoleh jaminan mutu
bagi simplisia, secara umum sangat
dipengaruhi oleh :
(1) kandungan air bahan,
(2) pengaruh sinar ultra violet
(3) pengaruh suhu (pemanasan),
(4) pengaruh pH
Download