UPAYA PENINGKATAN KEAKTIFAN BELAJAR MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING MATA PELAJARAN IPA SISWA KELAS V SD NEGERI BANGUNREJO 2 YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Oleh Eka Vebri Lestari NIM 12108241175 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA SEPTEMBER 2016 ii iii iv MOTTO Bekerjasama dan saling membantu dalam kebaikan adalah kunci keberhasilan, baik yang membantu atau pun yang menerima bantuan. (Eka Vebri Lestari) Ketika sekelompok manusia bersatu dan bekerjasama dengan harmonis, peningkatan energi yang tercipta melalui kerjasama tersebut dialami setiap inividu di dalam kelompok tersebut. (Napoleon Hill) Hal terbaik yang bisa Anda lakukan untuk orang lain bukanlah membagikan kekayaan Anda, tetapi membantu ia untuk memiliki kekayaannya sendiri. (Benjamin Disraeli) “...Dan tolong menolonglah kalian dalam kebaikan dan takwa..” (terjemahan Al-Quran surat Al-Maidah ayat 2) v PERSEMBAHAN Karya yang sederhana ini kupersembahkan kepada: 1. Bapak Prehanta dan Ibu Suharyanti 2. Almamater tercinta Universitas Negeri Yogyakarta. vi UPAYA PENINGKATAN KEAKTIFAN BELAJAR MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING MATA PELAJARAN IPA SISWA KELAS V SD NEGERI BANGUNREJO 2 YOGYAKARTA Oleh Eka Vebri Lestari NIM 12108241175 ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh cara-cara meningkatkan keaktifan belajar siswa Kelas V SD Negeri Bangunrejo 2 dalam pembelajaran IPA melalui penerapan model pembelajaran Cooperative Learning dan mengetahui besar peningkatannya. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian tindakan kelas model Kemmis dan Mc. Taggart berupa siklus yang meliputi perencanaan, pelaksanaan dan observasi, serta refleksi. Penelitian ini terdiri dari dua siklus. Subjek penelitian berjumlah 20 siswa Kelas V SD Negeri Bangunrejo 2. Data keaktifan belajar siswa dikumpulkan menggunakan teknik observasi, wawancara, dan pencermatan dokumen dengan instrumen lembar observasi. Selanjutnya, data tersebut dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keaktifan belajar siswa Kelas V SD Negeri Bangunrejo 2 dalam pembelajaran IPA dapat meningkat melalui penerapan model pembelajaran Cooperative Learning. Pada Siklus I, rata-rata keaktifan belajar siswa berdasarkan hasil observasi sebesar 68,8%. Hasil tersebut belum mencapai indikator keberhasilan sehingga tindakan dilanjutkan pada Siklus II. Pada Siklus II, perbaikan yang dilakukan yaitu 1) Siswa diberikesempatan lebih banyak untuk berbicara; 2) Tugas diskusi dan presentasi dituliskan secara lebih detail pada lembar kerja siswa; dan 3) Setiap kelompok diwajibkan memberikan tanggapan terhadap presentasi kelompok lain. Pada Siklus II, rata-rata keaktifan belajar siswa berdasarkan hasil observasi sebesar 75,3%. Hasil tersebut sudah mencapai indikator keberhasilan yaitu berdasarkan hasil observasi sudah ≥75% sehingga tindakan dihentikan pada siklus tersebut Kata kunci: keaktifan belajar, pembelajaran IPA SD, Cooperative Learning vii KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah Swt. Tuhan seluruh alam, atas limpahan rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Sholawat dan salam senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad Saw., keluarga, dan sahabatnya. Skripsi ini tersusun atas bimbingan, bantuan, dan dukungan dari banyak pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada 1. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan, yang telah memberikan izin penelitian. 2. Ketua Jurusan Pendidikan Sekolah Dasar, yang telah memberikan kesempatan melakukan penelitian. 3. Dosen Pembimbing Skripsi, Bapak Ikhlasul Ardi Nugroho, M.Pd. yang telah membimbing dengan sabar. 4. Kepala SD Negeri Bangunrejo 2, Ibu Antonia Retno Sriningsih, M.Pd yang telah memberikan izin dan dukungan penelitian. 5. Guru Kelas V SD Negeri Bangunrejo 2, Ibu Sulastri, S.Pd. yang telah bersedia berkolaborasi melaksanakan penelitian. 6. Siswa-siswi Kelas V SD Negeri Bangunrejo 2 yang telah bersedia belajar bersama. 7. Orang tua tercinta, Bapak Prehanta dan Ibu Suharyanti yang telah memberikan dukungan material, motivasi, dan kasih sayang serta senantiasa berdoa. 8. Adik tersayang yang telah memberikan semangat dan selalu mengingatkan. 9. Bapak-Bapak dan Ibu-Ibu Dosen yang telah memberikan bekal ilmu selama perkuliahan di PGSD FIP UNY. 10. Seluruh pegawai Tata Usaha dan Perpustakaan kampus di UNY yang telah memberikan fasilitas dan pelayanan yang baik. 11. Keluarga Lele Adventure, Asput, dan sahabat-sahabatku yang selalu memberikan motivasi dan dukungan yang tidak dapat disebutkan satu per satu 12. Sahabat D’Javu PGSD FIP UNY 2012 Kelas D. 13. Semua pihak yang memberikan bantuan, doa, dan motivasi. viii Semoga segala bantuan yang diberikan menjadi amal ibadah dan mendapat imbalan dari Allah Swt. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi keluarga, nusa, bangsa, dan agama. Penulis menyadari terdapat banyak kekurangan dalam skripsi ini. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat penulis harapkan demi perbaikan pada penelitian selanjutnya. Yogyakarta, 21 September 2016 Penulis ix DAFTAR ISI Hal HALAMAN JUDUL........................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................ ii HALAMAN SURAT PERNYATAAN .............................................................. iii HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. iv MOTTO .............................................................................................................. v PERSEMBAHAN ............................................................................................... vi ABSTRAK .......................................................................................................... vii KATA PENGANTAR ........................................................................................ viii DAFTAR ISI ....................................................................................................... x DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiii DAFTAR TABEL ............................................................................................... xiv DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xv BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah............................................................................... 1 B. Identifikasi Masalah .................................................................................... 6 C. Batasan Masalah .......................................................................................... 7 D. Rumusan Masalah ........................................................................................ 7 E. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 7 F. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 8 G. Definisi Operasional ................................................................................... 8 BAB II KAJIAN TEORI A. Pembelajaran IPA SD .................................................................................. 10 1. Hakikat Pembelajaran IPA SD.............................................................. 10 2. Ruang Lingkup IPA SD ........................................................................ 13 B. Karakteristik Siswa di Sekolah Dasar Inklusi .............................................. 14 1. Karakteristik Siswa Sekolah Dasar ....................................................... 14 2. Karakteristik Siswa dengan Gangguan Intelektual ............................... 17 x C. Keaktifan Belajar ........................................................................................ 24 1. Pengertian Keaktifan Belajar ................................................................ 24 2. Cara Menumbuhkan Keaktifan Belajar ................................................ 26 D. Model Pembelajaran Kooperatif .................................................................. 29 1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif ......................................... 29 2. Tujuan Pembelajaran Kooperatif .......................................................... 31 3. Karakteristik Model Pembelajaran Kooperatif ..................................... 32 4. Unsur-unsur Dasar Pembelajaran Kooperatif ....................................... 33 5. Prinsip Model Pembelajaran Kooperatif ............................................... 35 6. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ....................................... 37 E. Penelitian Yang Relevan ............................................................................. 38 F. Kerangka Berpikir ....................................................................................... 39 G. Hipotesis Tindakan ..................................................................................... 41 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian............................................................................................. 42 B. Tempat dan Waktu Penelitian ...................................................................... 43 C. Subyek dan Obyek Penelitian ..................................................................... 43 D. Setting Penelitian ........................................................................................ 43 E. Model Penelitian .......................................................................................... 43 F. Teknik Pengumpulan Data ........................................................................... 46 G. Instrumen Penelitian .................................................................................... 47 H. Uji Validitas Instrumen ............................................................................... 49 I. Teknik Analisis Data ........................................................................................... 49 J. Indikator Keberhasilan ................................................................................. 50 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ............................................................................................ 51 B. Pembahasan .................................................................................................. 70 C. Keterbatasan Penelitian ................................................................................ 74 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan .................................................................................................. 76 B. Saran ............................................................................................................ 77 xi DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 79 LAMPIRAN ........................................................................................................ 82 xii DAFTAR GAMBAR Hal Gambar 1. Kerangka Pikir .................................................................................. 41 Gambar 2. Proses Penelitian Tindakan Kelas Model Kemmis dan Mc Taggart . 44 xiii DAFTAR TABEL Hal Tabel 1. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPA Kelas V SD ............. 14 Tabel 2. Inisial Subjek Penelitian........................................................................ 51 Tabel 3. Jadwal Pengumpulan Data .................................................................... 52 Tabel 4. Hasil Observasi Keaktifan Belajar Siswa pada Siklus I ...................... 60 Tabel 5. Hasil Observasi Keaktifan Belajar Siswa pada Siklus II ...................... 68 Tabel 6. Peningkatan Keaktifan Belajar Siswa .................................................. 69 Tabel 7. Peningkatan Prestasi Belajar Siswa ...................................................... 69 xiv DAFTAR LAMPIRAN Hal Lampiran 1. Silabus Pembelajaran .................................................................. 82 Lampiran 2. RPP Siklus I ................................................................................. 84 Lampiran 3. RPP Siklus II ............................................................................... 96 Lampiran 4. Jadwal Penelitian ........................................................................ 109 Lampiran 5. Kisi-kisi Observasi Keaktifan Belajar Siswa .............................. 110 Lampiran 6. Instrumen Observasi Siklus I Pertemuan ke-1 ............................ 111 Lampiran 7. Instrumen Observasi Siklus I Pertemuan ke-2 ............................ 113 Lampiran 8. Instrumen Observasi Siklus II ..................................................... 116 Lampiran 9. Analisis Data Hasil Observasi Keaktifan Belajar Siswa Siklus I Pertemuan ke-1 ........................................................................... 119 Lampiran 10. Analisis Data Hasil Observasi Keaktifan Belajar Siswa Siklus I Pertemuan ke-2 ............................................................................ 120 Lampiran 11. Analisis Data Hasil Observasi Keaktifan Belajar Siswa Siklus II ..................................................................................................... 121 Lampiran 12. Hasil Wawancara dengan guru ................................................... 122 Lampiran 13. Kekurangan Siklus I dan Rencana Tindakan Siklus II ................ 123 Lampiran 14. Foto Pelaksanaan Pembelajaran IPA melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif ............................................................. 125 Lampiran 15. Contoh Hasil Kerja Siswa Siklus II ............................................. 127 Lampiran 16. Contoh Hasil Evaluasi Siklus I .................................................... 129 Lampiran 17. Contoh Hasil Evaluasi Siklus II................................................... 130 Lampiran 18. Surat Izin Penelitian dari FIP UNY ............................................. 131 Lampiran 19. Surat Izin Penelitian dari Dinas Perizinan Pemerintah Kota Yogyakarta .................................................................................. 132 Lampiran 20. Surat Keterangan Penelitian dari SD Bangunrejo 2 .................... 133 xv BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman dan kemajuan teknologi yang semakin pesat memberikan konsekuensi bagi manusia untuk terus selalu meningkatkan kualitasnya. Salah satu cara meningkatkan kualitas sumber daya manusia adalah melalui pendidikan. Hal ini tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) Bab I Pasal 1 ayat 1 yang menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Setiap manusia berhak memiliki kesempatan untuk memperoleh pendidikan. Hal ini sesuai dengan pasal 31 UUD 1945 bahwa setiap warga Negara berhak mendapat pendidikan. Begitu pula dengan Anak Berkebutuhan Khusus, juga berhak mendapatkan pendidikan yang layak seperti manusia normal lainnya. Hak pendidikan bagi penyandang kelainan atau ketunaan ditetapkan dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 32 bahwa “pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental dan sosial”. 1 Hal ini sangat berarti karena anak berkelainan perlu memperoleh kesempatan yang sama sebagaimana yang diberikan kepada anak normal lainnya dalam hal pendidikan dan pengajaran. Pendidikan inklusi merupakan pendidikan yang diberikan untuk anakanak berkebutuhan khusus di sekolah-sekolah umum. Pendidikan inklusi ada untuk menyamakan hak anak berkebutuhan khusus agar mendapatkan pendidikan sama dengan teman lainnya secara inklusif (tidak terpisah). Pendidikan inklusi berasumsi bahwa perbedaan pada manusia merupakan hal yang normal sehingga pembelajaran harus disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik. Kurikulum sekolah inklusi merupakan kurikulum normal yang dimodifikasi sesuai dengan kemampuan dan karakteristik siswa. Aktivitas belajar di sekolah inklusi tidak menbedakan antara siswa normal dan siswa berkebutuhan khusus. Aktivitas belajar adalah aktivitas yang bersifat fisik maupun mental, yaitu berbuat dan berfikir sebagai suatu rangkaian yang tidak dapat dipisahkan (Sardiman, 2007: 100). Siswa dikatakan aktif apabila sering bertanya kepada guru atau siswa lain, mau mengerjakan tugas yang diberikan guru, mampu menjawab pertanyaan, senang diberi tugas belajar, dan lain sebagainya. Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran akan menyebabkan interaksi yang tinggi antara siswa dengan guru ataupun dengan siswa itu sendiri. Keaktifan belajar siswa merupakan unsur dasar yang penting bagi keberhasilan proses pembelajaran. Belajar adalah berbuat, oleh karena itu 2 tidak ada belajar tanpa aktivitas. Pengalaman belajar hanya dapat diperoleh jika siswa aktif berinteraksi dengan lingkungan. Pengalaman tersebut dapat diperoleh dari interaksi dengan lingkungan sekitar, baik dari proses mengamati, meniru, maupun memodifikasi melalui mata pelajaran yang diajarkan di sekolah, salah satunya Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). IPA merupakan salah satu mata pelajaran wajib pada kurikulum pendidikan dasar dan menengah. Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi pada sekolah dasar dimaksudkan untuk mengenal, menyikapi, dan mengapresiasi ilmu pengetahuan dan teknologi, serta menanamkan kebiasaan berpikir dan berperilaku ilmiah yang kritis, kreatif dan mandiri. Selain itu, Usman Samatowa (2006: 3) juga mengungkapkan empat alasan perlunya IPA diajarkan di SD yaitu 1) karena IPA merupakan dasar teknologi sehingga berfaedah bagi suatu bangsa; 2) IPA memberikan kesempatan berpikir kritis jika IPA diajarkan salah satunya dengan mengikuti metode menemukan sendiri; 3) IPA tidaklah merupakan mata pelajaran yang bersifat hafalan belaka bila IPA diajarkan melalui percobaan-percobaan yang “dilakukan sendiri oleh anak”; dan 4) IPA mempunyai nilai-nilai pendidikan yang dapat membentuk kepribadian anak secara keseluruhan. Oleh karena itu, IPA sangat berperan penting dalam meningkatkan aktifitas siswa yang berpengaruh terhadap keaktifan belajar siswa. 3 Berdasarkan uraian tentang pendidikan inklusi dan pembelajaran IPA tersebut, siswa SD Inklusi diharapkan memiliki hasil belajar yang baik dalam pembelajaran IPA sebagai salah satu aspek perkembangannya. Perkembangan yang dimaksud adalah meningkatnya keaktifan siswa saat proses pembelajaran dan meningkatnya pemahaman siswa terhadap materi yang diterima tanpa tergantung dengan orang lain (guru pembimbing khusus) pada pembelajaran IPA. Peneliti menemukan permasalahan terkait hasil belajar siswa di sekolah inklusi pada saat Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) tahun 2015 di SD Negeri Bangunrejo 2. SD Negeri Bangunrejo 2 merupakan SD Inklusi dengan perbandingan jumlah siswa berkebutuhan khusus yang hampir sama dengan jumlah siswa normal pada umumnya. Hasil observasi menunjukkan siswa kurang aktif dalam pembelajaran. Hal tersebut berdasarkan hasil pengamatan terhadap siswa, yaitu siswa tidak mau bertanya apabila tidak ditunjuk, siswa tidak memiliki inisiatif untuk mengeluarkan buku pelajaran atau alat tulis jika tidak disuruh, saat diberikan pertanyaan oleh guru tidak ada siswa yang berani menjawab secara individu bahkan beberapa siswa tetap diam meskipun sudah ditunjuk. Hasil belajar siswa Kelas V juga belum optimal. Berdasarkan pada rata-rata nilai Ulangan Tengah Semester (UTS) ada dua mata pelajaran yang masih dibawah nilai standar Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), yaitu matematika dan IPA. Rata-rata nilai matematika dan IPA masing-masing adalah 55 dan 59, nilai standar KKM yang ditetapkan oleh sekolah adalah 60. Selisih nilai UTS antara nilai tertinggi dan terendah 4 mata pelajaran matematika adalah 35, dengan nilai tertinggi 80 dan terendah 45. Sedangkan pada mata pelajaran IPA selisih nilai tertinggi dan terendah yaitu 54, dengan nilai tertinggi 90 dan terendah 36. Pada penelitian ini peneliti memilih mata pelajaran IPA karena selisih nilai tertinggi dan terendah mata pelajaran IPA lebih besar dari pada matematika serta rata-rata nilai mata pelajaran matematika hanya sedikit dibawah IPA. Variasi nilai IPA di kelas V disebabkan oleh kemampuan intelegensi siswa yang beragam. Kelas V SD Negeri Bangunrejo 2 terdiri dari 20 orang siswa. Kelas ini merupakan kelas dengan jumlah siswa berkebutuhan khusus yang paling banyak dibandingkan kelas lainnya, yaitu dari 20 anak ada 13 anak merupakan siswa berkebutuhan khusus yang terdiri dari enam anak penyandang tunagrahita ringan dan tujuh anak dengan keterlambatan belajar. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas didapati bahwa cukup banyak siswa yang berkesulitan membaca, menulis, atau berhitung. Siswa yang mengalami kesulitan (berkebutuhan khusus) dibantu oleh Guru Pendamping Khusus (GPK) selama proses pembelajaran. Siswa berkebutuhan khusus juga dibantu oleh GPK pada evaluasi pembelajaran atau ulangan harian sehingga nilai siswa bisa mencapai nilai KKM, tetapi pada Ulangan Tengah Semester (UTS) maupun Ulangan Kenaikan Kelas (UKK) siswa berkebutuhan tidak lagi didampingi oleh GPK sehingga banyak diperoleh nilai yang belum mencapai KKM. Jadi, dapat dikatakan bahwa siswa berkebutuhan khusus dikelas V masih sangat bergantung pada GPK. 5 Berdasarkan hasil observasi, siswa tidak dilibatkan secara aktif pada kegiatan pembelajaran IPA. Siswa cenderung hanya mendengarkan penjelasan guru dan belajar secara individual. Siswa jarang dilibatkan dalam kerja kelompok. Padahal, pembelajaran IPA sangat memungkinkan siswa melakukan kegiatan yang menuntut siswa belajar secara aktif dalam kelompok. Adanya beberapa permalasahan tersebut memancing keinginan peneliti untuk meningkatkan keaktifan belajar siswa melalui kerja tim atau kelompok, khususnya pada mata pelajaran IPA. Salah satu model pembelajaran yang dapat melibatkan siswa aktif dalam kelompok sehingga dapat meningkatkan pemahaman siswa yaitu dengan pembelajaran kooperatif (cooperative learning). Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai hasil belajar berupa prestasi akademik, toleransi, menerima keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial (Agus Suprijono, 2015: 80). Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Upaya Peningkatan Keaktifan Belajar Menggunakan Model Pembelajaran Cooperative Learning Mata Pelajaran IPA Siwa Kelas V SD Negeri Bangunrejo 2 Yogyakarta”. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Persentase siswa dengan gangguan intelektual di kelas V tinggi. 6 2. Terjadi selisih nilai yang besar antara nilai tertinggi dan terendah dalam mata pelajaran IPA, yaitu 54. 3. Penyampaian materi yang disampaikan oleh guru cenderung verbalistik. 4. Sikap siswa kurang aktif bertanya atau berpendapat dalam pembelajaran. 5. Siswa berkebutuhan khusus masih tergantung pada guru pendamping. 6. Hasil belajar IPA siswa Kelas V SD Negeri Bangunrejo 2 rendah. C. Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, permasalahan penelitian ini dibatasi pada upaya peningkatan keaktifan belajar menggunakan model pembelajaran Cooperative Learning mata pelajaran IPA siswa kelas V SD Negeri Bangunrejo 2. D. Perumusan Masalah Berdasarkan batasan masalah di atas, maka permasalahan penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut. “Bagaimana meningkatkan keaktifan belajar menggunakan model pembelajaran Cooperative Learning mata pelajaran IPA siswa kelas V SD Negeri Bangunrejo 2?” E. Tujuan Penelitian Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut. “Untuk meningkatkan keaktifan belajar menggunakan model pembelajaran Cooperative Learning mata pelajaran IPA siswa kelas V SD Negeri Bangunrejo 2.” 7 F. Manfaat Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian di atas, dapat diperoleh beberapa manfaat. Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Bagi pihak sekolah, kontribusi hasil penelitian ini adalah bukti konkrit untuk memberikan informasi dan sebagai refleksi kualitas proses pembelajaran. 2. Bagi guru, hasil penelitian ini sebagai bahan masukan agar terus meningkatkan keaktifan belajar siswa. 3. Bagi peneliti, hasil penelitian ini adalah bagian dari pengabdian yang dapat dijadikan refleksi untuk terus mengembangkan inovasi dalam hal pembelajaran menuju hasil yang lebih baik serta menjadikan pengalaman yang sangat berharga sehingga menjadi bekal dan acuan dalam penyusunan karya ilmiah selanjutnya. 4. Bagi siswa, penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu latihan meningkatkan keaktifan belajar. G. Definisi Operasional 1. Keaktifan belajar dalam pembelajaran IPA yaitu proses kegiatan belajar siswa baik fisik maupun mental yang dilakukan secara optimal agar dapat mencapai tujuan pembelajaran IPA. Keaktifan belajar siswa SD dapat dilihat dari: 1) turut serta siswa dalam melaksanakan tugas belajar; 2) keterlibatan siswa dalam pemecahan masalah; 3) melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk guru; 4) keterlibatan siswa dalam mengambil keputusan, berpendapat atau menerima pendapat orang lain. 8 2. Model pembelajaran Cooperative Learning adalah sebuah model pembelajaran proses dimana siswa aktif belajar dan bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil untuk mencapai tujuan bersama dan pemahaman yang sama. Model pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran ini yaitu model pembelajaran kooperatif tipe Student TeamAchievement Division. 9 BAB II KAJIAN TEORI A. Pembelajaran IPA SD 1. Hakikat Pembelajaran IPA SD Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan terjemahan kata-kata dalam Bahasa Inggris yaitu natural science yang artinya adalah ilmu pengetahuan alam (Usman Samatowa, 2010: 3). Sri Sulistyorini (2007: 39) mengemukakan bahwa IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Sri Sulistyorini (2007: 39) juga mengungkapkan bahwa IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat diidentifikasikan. IPA dapat dikatakan sebagai suatu proses yang sistematis tentang mempelajari alam dengan memecahkan berbagai masalah sehingga berguna bagi kehidupan manusia. Pada hakikatnya, IPA dapat dipandang dari segi produk, proses, dan dari segi pengembangan sikap (Sri Sulistyorini, 2007: 9). IPA sebagai produk adalah hasil dari para perintis IPA terdahulu dan umumnya tersusun secara lengkap dan sistematis dalam bentuk buku teks. IPA sebagai proses adalah upaya manusia untuk memahami berbagai gejala alam dengan metode ilmiah. Siswa SD diharapkan dapat mengembangkan 10 metode ilmiah tersebut secara bertahap dan berkesinambungan sehingga dapat melakukan penelitian sederhana. IPA sebagai sikap pada siswa SD dibatasi pengertiannya pada sikap ilmiah terhadap lingkungan sekitar. Disimpulkan bahwa IPA merupakan sebuah proses menemukan sesuatu (produk) dengan metode ilmiah yang dilakukan dengan sikap ilmiah. IPA merupakan mata pelajaran wajib pada kurikulum KTSP di Sekolah Dasar. IPA di SD membuka kesempatan untuk memupuk rasa ingin tahu siswa secara alamiah (Usman Samatowa, 2010: 2). Aspek pokok dalam pembelajaran IPA adalah siswa dapat menyadari keterbatasan pengetahuannya, memiliki rasa ingin tahu untuk menggali berbagai pengetahuan baru, dan akhirnya dapat mengaplikasikannya dalam kehidupannya (Usman Samatowa, 2010: 10). Adanya mata pelajaran IPA di SD memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan sendiri pengetahuan baru yang dapat ia terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi pada SD dimaksudkan untuk mengenal, menyikapi, dan mengapresiasi ilmu pengetahuan dan teknologi, serta menanamkan kebiasaan berpikir dan berperilaku ilmiah yang kritis, kreatif dan mandiri. Sri Sulistyorini (2007: 40) menyebutkan tujuan pembelajaran IPA SD berdasarkan KTSP 2006 salah satunya adalah mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang 11 saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan masyarakat. Rasa ingin tahu tersebut dapat mendorong siswa agar lebih aktif dalam proses pembelajaran. Berdasarkan beberapa pendapat diatas, IPA wajib diberikan kepada siswa SD karena menanamkan cara berpikir kritis, mandiri, dan kreatif sehingga muncul rasa selalu ingin tahu yang mendorong siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran. Pembelajaran IPA di kelas dipandang sebagai suatu proses yang aktif dan sangat dipengaruhi oleh apa yang sebenarnya ingin dipelajari siswa (Usman Samatowa, 2010: 9). Aspek-aspek penting yang perlu diperhatikan guru dalam memberdayakan potensi siswa melalui pembelajaran IPA adalah 1) Guru perlu memahami bahwa siswa telah memiliki pengetahuan awal sehingga guru sebaiknya tidak terlalu cepat mengabaikan apa yang dipikirkan; 2) Aktivitas anak melalui berbagai kegiatan nyata dengan alam menjadi hal utama dalam pembelajaran IPA; 3) Kegiatan bertanya menjadi bagian yang penting bahkan menjadi bagian utama dalam pembelajaran; dan 4) Pembelajaran IPA memberikan kesempatan kepada anak untuk mengembangkan kemampuan berpikirnya dalam menjelaskan suatu masalah (Usman Samatowa, 2010: 11). Kesimpulannya pembelajaran IPA harus disesuaikan dengan pengetahuan awal yang telah dimiliki siswa dan diajarkan secara bertahap agar pengetahuan baru yang diberikan dapat dipahami siswa dengan maksimal. 12 2. Ruang Lingkup IPA di SD Penjelasan atas UU Sisdiknas Pasal 37 menyebutkan bahwa bahan kajian ilmu pengetahuan alam, antara lain, fisika, biologi, dan kimia dimaksudkan untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis peserta didik terhadap lingkungan alam dan sekitarnya. Ruang Lingkup bahan kajian IPA untuk SD/MI meliputi aspekaspek, antara lain 1) Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan; 2) Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas; 3) Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya dan pesawat sederhana; dan 4) Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya (Sri Sulistyorini, 2007: 40). Berdasarkan penjelasan tersebut dapat diketahui bahwa ruang lingkup IPA di SD meliputi aspek-aspek atau pengetahuan tentang alam sekitar yang mudah dijumpai dalam kehidupan sehari-hari sehingga mudah dimengerti anak SD dan dapat diterapkan dalam kehidupan. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar mata pelajaran IPA Kelas V SD Semester 2 berdasarkan KTSP adalah sebagai berikut (Sri Sulistyorini, 2007: 45). 13 Tabel 1. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPA Kelas V SD Standar Kompetensi Energi dan Perubahannya 5. Memahami hubungan antara gaya, gerak, dan energi, serta fungsinya Kompetensi Dasar 5.1 Mendeskripsikan hubungan antara gaya, gerak dan energi melalui percobaan (gaya gravitasi, gaya gesek, gaya magnet) 5.2 Menjelaskan pesawat sederhana yang dapat membuat pekerjaan lebih mudah dan lebih cepat 6. Menerapkan sifat-sifat 6.1 Mendeskripsikan sifat-sifat cahaya cahaya melalui kegiatan 6.2 Membuat suatu karya/model, misalnya membuat suatu periskop atau lensa dari bahan karya/model sederhana dengan menerapkan sifatsifat cahaya Bumi dan Alam Semesta 7. Memahami perubahan 7.1 Mendeskripsikan proses pembentukan yang terjadi di alam tanah karena pelapukan dan hubungannya 7.2 Mengidentifikasi jenis-jenis tanah dengan penggunaan 7.3 Mendeskripsikan struktur bumi sumber daya alam 7.4 Mendeskripsikan proses daur air dan kegiatan manusia yang dapat mempengaruhinya 7.5 Mendeskripsikan perlunya penghematan air 7.6 Mengidentifikasi peristiwa alam yang terjadi di Indonesia dan dampaknya bagi makhluk hidup dan lingkungan 7.7 Mengidentifikasi beberapa kegiatan manusia yang dapat mengubah permukaan bumi (pertanian, perkotaan, dsb) B. Karakteristik Siswa di Sekolah Dasar Inklusi 1. Karakteristik Siswa Sekolah Dasar Siswa kelas V SD termasuk dalam masa kanak-kanak akhir (7-12 tahun). Siswa kelas V SD memiliki tugas perkembangan yang muncul sesuai periode perkembangannya. Rita Eka Izzaty dan kawan-kawan 14 (2008: 103) menyebutkan tugas-tugas perkembangan siswa SD adalah sebagai berikut. a. Belajar keterampilan fisik yang diperlukan untuk bermain. b. Sebagai makhluk yang sedang tumbuh, mengembangkan sikap yang sehat mengenai diri sendiri. c. Belajar bergaul dengan teman sebaya. d. Mulai mengembangkan peran sosial pria atau wanita. e. Mengembangkan keterampilan-keterampilan dasar untuk membaca, menulis, dan berhitung. f. Mengembangkan pengertian-pengertian yang diperlukan untuk kehidupan sehari-hari. g. Mengembangkan kata batin, moral, dan skala nilai. h. Mengembangkan sikap terhadap kelompok sosial dan lembaga. i. Mencapai kebebasan pribadi. Ahman dan Sunaryo Kartadinata (Mohammad Ali dan kawankawan, 2007: 87) mengemukakan salah satu tugas perkembangan siswa SD yaitu belajar menjadi pribadi mandiri, yang meliputi: a. Memiliki kemampuan mengurus diri sendiri. b. Mampu menyusun rencana kegiatan sehari-hari tanpa bantuan orang lain. c. Mampu melaksanakan rencana kegiatan secara konsekuen. Sejalan dengan pendapat Ahman dan Sunaryo Kartadinata, Suharjo (2006: 37) mengungkapkan bahwa anak-anak SD memiliki karakteristik 15 pertumbuhan kejiwaan yang semakin menyadari diri selain mempunyai keinginan, perasaan tertentu juga semakin bertumbuhnya minat tertentu dan ketergantungan kepada orang dewasa semakin berkurang serta kurang memerlukan perlindungan orang dewasa. Berdasarkan pendapat beberapa tokoh tersebut tugas perkembangan siswa SD dapat disimpulkan sebagai berikut. a. Mengembangkan sikap terhadap kelompok sosial. b. Mengembangkan perannya sesuai dengan jenis kelaminnya. c. Memiliki tanggungjawab. d. Mengembangkan minat dan potensi diri. Rita Eka Izzaty dan kawan-kawan. (2008: 116) menyebutkan ciriciri khas anak masa kelas-kelas tinggi (IV-VI) Sekolah Dasar sebagai berikut. a. Perhatiannya tertuju kepada kehidupan praktis sehari-hari. b. Ingin tahu, ingin belajar dan realistis. c. Timbul minat kepada pelajaran-pelajaran khusus. d. Anak memandang nilai sebagai ukuran yang tepat mengenai prestasi belajarnya di sekolah. e. Anak-anak suka membentuk kelompok sebaya atau peergroup untuk bermain bersama, mereka kelompoknya. 16 membuat peraturan sendiri dalam Ciri-ciri siswa kelas tinggi menurut Usman Samatowa (2006: 11) antara lain: a. Sudah mulai mandiri. b. Sudah ada rasa tanggung jawab pribadi. c. Penilaian terhadap dunia luar tidak hanya dipandang dari dirinya sendiri tetapi juga dilihat dari diri orang lain. d. Sudah menunjukkan sikap yang kritis dan rasional. Berdasarkan pendapat kedua tokoh tersebut, dapat disimpulkan ciri-ciri siswa kelas tinggi sebagai berikut: a. Sudah memiliki rasa tanggung jawab terhadap diri sendiri. b. Memiliki pemikiran yang rasional (realistis). c. Memiliki rasa ingin tahu dan keinginan belajar yang besar. d. Memiliki minat khusus terhadap pelajaran tertentu. e. Bermain secara berkelompok. f. Menganggap nilai sebagai ukuran prestasi. 2. Karakteristik Siswa dengan Gangguan Intelektual a. Pengertian Anak Gangguan Intelektual Anak dengan gangguan intelektual atau mental dikenal dengan istilah tunagrahita, yaitu anak yang memiliki kecerdasan mental di bawah normal (degradasi mental). Bratanata menyatakan bahwa seseorang dikategorikan berkelainan mental subnormal atau tunagrahita jika ia memiliki tingkat kecerdasan yang sedemikian rendahnya (di bawah normal) sehingga untuk meniti tugas perkembangannya 17 memerlukan bantuan atau layanan secara spesifik, termasuk dalam bidang pendidikannya (Mohammad Efendi, 2006: 88). Menurut Rochyadi dan Alimin (2005: 10-12), istilah tunagrahita (intellectual disability) atau dalam perkembangan sekarang lebih dikenal dengan istilah developmental disability. Tunagrahita merupakan kondisi yang komplek menunjukkan kemampuan intelektual yang rendah dan mengalami hambatan dalam perilaku adaptif. Perilaku adaptif diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam memikul tanggung jawab sosial menurut ukuran norma sosial tertentu, dan bersifat kondisi sesuai dengan tahap perkembangannya. Mumpuniarti (2003: 23) menyebutkan bahwa anak tunagrahita ialah anak yang memiliki hambatan di bidang mental. Hambatan tersebut ditunjukkan dengan gejala keterbelakangan atau keterlambatan perkembangan dibanding dengan usia kronologisnya, serta dibanding dengan anak yang usia sebaya menunjukkan keterlambatan dalam segala aspek kemampuan mereka. Anak tunagrahita memiliki hambatan mental untuk mengikuti pembelajaran yang setaraf anak normal. Penggolongan anak tunagrahita untuk keperluan pembelajaran menurut Kemis dan Rosnawati (2013: 12-13) dibagi menjadi empat, yaitu: 1) taraf perbatasan (borderline/slow lerner) dengan IQ 70-85; 2) tunagrahita mampu didik (educable mentally retarded) dengan IQ 5075; 3) , tunagrahita mampu latih (trainable mentally retarded) dengan IQ 30-50; dan 4) tunagrahita butuh rawat (deperndent or profoundly 18 mentally retarded) dengan IQ dibawah 30. Penggolongan anak tunagrahita dilakukan dengan tes intelegensi. Berdasarkan pendapat beberapa tokoh di atas, dapat disimpulkan bahwa anak tunagrahita adalah anak yang memiliki kemampuan berpikir di bawah rata-rata, yaitu anak yang memiliki IQ ≤ 70. Penentuan seorang anak tunagrahita atau bukan dilakukan menggunakan tes intelegensi (IQ). Anak tunagrahita dibagi menjadi tiga tahapan, yaitu mampu didik (tunagrahita ringan), mampu latih (tunagrahita sedang), dan butuh rawat (tunagrahita berat). b. Pengertian dan Karakteristik Anak Tunagrahita Mampu Didik Mohammad Efendi (2006: 90) berpendapat bahwa anak tunagrahita mampu didik disebut juga debil adalah anak tunagrahita yang tidak mampu mengikuti pada program sekolah biasa tetapi masih memiliki kemampuan yang dapat dikembangkan melalui pendidikan walaupun hasilnya tidak maksimal. Kemampuan yang dapat dikembangkan adalah kemampuan bidang akademis, sosial, dan pekejaan. Kemampuan akademis antara lain membaca, menulis, mengeja, dan menghitung. Kemampuan bidang sosial dalam bentuk penyesuaian diri terhadap lingkungan dan tidak menggantungkan diri pada orang lain. Kemampuan dalam bidang pekerjaan yaitu anak tunagrahita ringan memiliki kemampuan sederhana yang dapat digunakan untuk kepentingan kerja di kemudian hari. 19 Anak tunagrahita mampu didik (tunagrahita ringan) secara fisik umumnya tidak berbeda dengan anak normal tetapi secara psikis berbeda. Anak tunagrahita mampu didik memiliki ciri-ciri atau karakteristik khusus yang membedakannya dengan anak normal. Karakteristik anak tunagrahita mampu didik menurut Amin (1995: 37) antara lain: 1) Lancar berbicara tetapi memiliki kurang dalam perbendaharaan kata. 2) Mengalami kesukaran berpikir abstrak. 3) Sebagian tunagrahita ringan usia 16 tahun baru mencapai umur kecerdasan sama dengan usia 12 tahun. 4) Kecerdasan berpikir paling tinggi sama dengan anak usia 12 tahun (The New American Webster dalam Amin, 1995: 37). Menurut Mumpuniarti (2003: 41-42) dalam pembelajaran anak tunagrahita ringan mempunyai karakteristik sebagai berikut. 1) Sukar memahami masalah yang abstrak. 2) Sukar dalam memusatkan perhatian. 3) Perhatiannya cepat beralih sehingga sulit fokus pada satu tugas. 4) Pelupa dan mengalami kesukaran mengungkapkan kembali ingatannya. 5) Kurang mampu membuat asosiasi. 6) Sukar membuat kreasi baru. 20 Berdasarkan pendapat dari beberapa tokoh tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa karakteristik anak tunagrahita ringan dalam pembelajaran antara lain: 1) Bentuk fisik atau penampilan anak tunagrahita ringan sama dengan anak normal pada umumnya. 2) Memiliki perbendaharaan kata yang kurang sehingga saat bicara sedikit terbatah-batah. 3) Memiliki kemampuan intelektual yang lemah sehingga hanya dapat diajarkan membaca, menulis, mengeja, dan berhitung sederhana. 4) Kurang mampu berpikir abstrak dan logis serta menganalisa. 5) Memiliki daya ingat yang lemah. 6) Tidak dapat fokus pada satu hal dalam waktu yang lama (konsentrasinya mudah teralihkan). Karakteristik anak tunagrahita yang berbeda dengan siswa normal menjadikan guru harus menerapkan strategi khusus dalam pembelajaran. Menurut Mumpuniarti (2007: 26) strategi pembelajaran untuk anak tunagrahita ringan (mampu didik) sebagai prosedur meningkatkan daya ingat antara lain: 1) Mengurangi rangsangan lingkunyan yang perlu 2) Menghadirkan masing-masing komponen rangsangan secarajelas yang nilainya sepadan dengan sebelumnya. 3) Dimulai tugas yang sederhana, dilanjutkan tugas yang lebih kompleks. 4) Menghindari materi yang tidak relevan dengan tugas belajar. 5) Melabel rangsangan. 6) Meminimalkan penguat untuk mengurangii antisipasi dari hadiah. 7) Menyediakan praktik untuk ingatan jangka pendek 21 8) Mengintegrasikan materi praktik dengan bidang subject bantu membuat pengalaman sukses pada anak. 9) Mempertunjukkan keterampilan-keterampilan yang melibatkan ingatan jangka pendek, yang menjadikan terpusat pada cara-cara program. c. Pengertian dan Karakteristik Anak Keterlambatan Belajar (Slow Lerner) Menurut Toto (Nini Triani dan Amir, 2013: 3) siswa lamban belajar (slow lerner) ialah siswa yang intelegensinya berada pada taraf perbatasan (borderline) dengan IQ 70-85 berdasarkan tes intelegensi baku. Cooter & Cooter Jr. berpendapat bahwa anak lamban belajar atau slow lerner adalah mereka yang memiliki prestasi belajar rendah atau sedikit dibawah rata-rata dari anak pada umumnya, pada salah satu atau seluruh area akademik. Jika dilakukan pengetesan pada IQ, skor IQ mereka 70-90 (Nini Triani dan Amir, 2013: 3). Tingkat intelegensi yang di bawah anak normal namun masih di atas anak tunagrahita membuat anak lamban belajar memiliki karakteristik yang berbeda. Karakteristik anak lamban belajar menurut Nini Triani dan Amir (10-12) adalah sebagai berikut. 1) Intelegensi Anak lamban belajar (slow lerner) mengalami masalah hampir pada semua mata pelajaran yang berkenaan dengan hafalan dan pemahaman. Sulit memahami hal-hal abstrak. Nilai hasil belajar lebih rendah dibandingkan anak normal. 22 2) Bahasa Anak lamban belajar memiliki kesulitan dalam bahasa ekspresif atau pun menyampaikan ide atau gagasan maupun dalam memahami percakapan orang lain atau bahasa reseptif. Hanya memahami bahasa sederhana yang singkat dan jelas. 3) Emosi Anak lamban belajar memiliki emosi yang kurang stabil, sensitif dan mudah marah, serta mudah putus asa (down). 4) Sosial Anak lamban belajar kurang dapat bersosialisasi dengan baik, bersikap pasif atau bahkan menarik diri dari lingkungan sosial. 5) Moral Anak lamban belajar cenderung tidak patuh atau melanggar aturan karena mereka tidak paham untuk apa peraturan dibuat. Hal tersebut dikarenakan kemampuan mengingat yang rendah sehingga perlu sering diingatkan. Giburrg dan Opper dalam Nini Triani dan Amir (2013: 18) membagi tahap perkembangan kognitif anak lamban belajar (slow lerner) berdasarkan umur, yaitu 1) sensorimotor (0-2 tahun); 2) praoperasional (2-7 tahun); 3) Formal Operasioanal (lebih dari 11 tahun). Tahap operasi formal dimulai pada sekitar umur 11 tahun. Pada tahap ini anak memperlihatkan adanya suatu masa transisi utama dalam 23 proses berpikir. Anak telah mampu berpikir abstrak, menggunakan berbagai teori dan menggunakan berbagai hubungan logis tanpa harus menunjukkan pada hal-hal yang konkret. Tahap operasi formal merupakan landasan yang memungkinkan anak melakukan pemecahan berbagai masalah. Banyak anak berkebutuhan khusus yang meskipun umurnya mencapai 11 tahun tetapi masih berada pada tahapan operasi konkret. Mereka memerlukan banyak bantuan dan latihan agar memiliki landasan yang kuat untuk mencapai tahapan operasi formal. Transisi dari suatu tahapan ke tahapan yang lain memerlukan kematangan. Menurut Piaget dalam Nini Triani dan Amir (2013: 19), tahapantahapan tersebut berurutan dan hierarkis. Anak hendaknya diberi kesempatan untuk memantapkan perilaku dan berpikir sesuai dengan tahapan-tahapan perkembangannya. Anak-anak lamban belajar mengalami kelambatan kematangan fungsi neurologis, kognitif, motorik, dan lain-lain (Nini Triani dan Amir, 2013: 18). Pemberian program pembelajaran atau tuntutantuntutan yang tidak sesuai dengan kematangan peserta didik tidak hanya kurang sesuai, melainkan dapat menyebabkan timbulnya masalah baru atau semakin memperparah kondisi peserta didik. C. Tinjauan Tentang Keaktifan Belajar 1. Pengertian Keaktifan Belajar Proses pembelajaran pada hakekatnya untuk mengembangkan aktivitas dan kreatifitas peserta didik melalui berbagai interaksi dan 24 pengalaman belajar. Keaktifan belajar siswa merupakan unsur dasar yang penting bagi keberhasilan proses pembelajaran. Keaktifan dapat berupa kegiatan fisik maupun psikis (Dimyati, 2006: 45). Kegiatan fisik bisa berupa membaca, mendengar, menulis, berlatih keterampilan-keterampilan dan sebagainya. Kegiatan psikis misalnya menggunakan khasanah pengetahuan yang dimiliki dalam memecahkan masalah yang dihadapi, membandingkan satu konsep dengan yang lain, menyimpulkan hasil percobaan, dan kegiatan psikis yang lain. Melvin Silberman (2006: 28) menyebut istilah keaktifan belajar dengan belajar aktif. Belajar aktif yaitu kegiatan belajar ketika siswa akan mengupayakan sesuatu. Siswa menginginkan jawaban atas sebuah pertanyaan, membutuhkan informasi untuk memecahkan masalah, atau mencari cara untuk mengerjakan tugas. Belajar adalah berbuat dan sekaligus merupakan proses yang membuat anak didik harus aktif (Sardiman: 2007:99). Belajar tidak bisa dipaksakan oleh orang lain dan juga tidak bisa dilimpahkan kepada orang lain. Belajar hanya mungkin terjadi apabila anak aktif mengalaminya sendiri. John Dewey (Dimyati, 2006: 44) mengemukakan bahwa belajar adalah apa yang harus dikerjakan siswa untuk dirinya sendiri, maka inisiatif harus datang dari dirinya sendiri. Belajar merupakan aktivitas yang dilakukan seseorang untuk mendapatkan perubahan dalam dirinya melalui pelatihan-pelatihan atau pengalaman-pengalaman (Baharuddin dan Esa , 2015: 14). Ernes ER. 25 Hilgard mendefinisikan belajar sebagai berikut: Learning is the process by which an activity originates or is charged throught training procedures (whether in the laboratory or in the natural environments) as disitinguised from changes by factor or not attributable to training (Yatim Riyanto, 2009: 4). Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat simpulkan bahwa keaktifan belajar adalah segala kegiatan fisik maupun psikis yang dilakukan oleh siswa secara optimal untuk mencapai tujuan belajar. 2. Cara Menumbuhkan Keaktifan Belajar Martinis Yamin (2007: 77) menyatakan bahwa keaktifan siswa dalam proses pembelajaran akan dapat merangsang dan mengembangkan bakat yang dimilikinya, berfikir kritis, dan dapat memecahkan masalahmasalah dalam kehidupan sehari-hari. Cara merangsang siswa dalam proses pembelajaran dapat dilakukan dengan membuat inovasi pembelajaran yang dapat dilakukan oleh guru. Menurut Sten (Dimyati 2006: 62) peran seorang guru akan memberikan jaminan kepada setiap siswa untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan di dalam proses pembelajaran. Kegiatan yang diberikan oleh guru hendaknya akan dapat menuntut siswa untuk selalu aktif mencari, memperoleh, dan dapat mengolah apa yang telah diperoleh dari hasil belajarnya. Menimbulkan keaktifan belajar pada diri siswa dapat dilakukan oleh guru dengan menerapkan perilaku-perilaku sebagai berikut: 26 a. Menggunakan metode dan media pembelajaran b. Memberikan tugas secara individual maupun kelompok c. Membetuk kelompok-kelompok kecil dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan eksperimen atau percobaan d. Memberikan tugas mempelajari/membaca bahan pelajaran dalam buku pelajaran, atau menyuruh siswa untuk mencatat hal-hal yang kurang jelas e. Mengadakan tanya jawab dan diskusi. Berdasarkan pernyataan diatas, guru memiliki peran yang penting dalam meningkatkan keaktifan belajar siswa. Peran seorang guru yaitu menjamin setiap siswa untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan dalam kondisi yang ada. Guru juga harus memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan keaktifan siswa selama proses pembelajarannya dalam mencari, memperoleh, dan mengolah hasil belajarnya. Guru dapat membuat inovasi dalam kegiatan pembelajaran untuk merangsang keaktifan siswa. Kegiatan pembelajaran dalam kelas dapat menjadi sarana dalam meningkatkan keaktifan belajar siswa. Keaktifan siswa pada proses pembelajaran menurut Nana Sudjana (2005: 61) dapat dilihat melalui : a. Turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya b. Terlibat dalam pemecahan masalah c. Bertanya kepada siswa lain atau kepada guru apabila tidak memahami persoalan yang dihadapinya 27 d. Berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk pemecahan masalah e. Melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk guru f. Menilai kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang diperolehnya g. Melatih diri dalam memecahkan atau menerapkan apa yang telah diperolehnya dalam menyelesaikan tugas atau persoalan yang dihadapinya. Menurut Mc Keachie (Martinis Yamin, 2007: 77) terdapat 6 aspek terjadinya keaktifan siswa, yaitu: a. Partisipasi siswa dalam menetapkan tujuan kegiatan pembelajaran b. Tekanan pada aspek afektif dalam belajar c. Partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran, terutama yang berbentuk interaksi antar siswa d. Kekompakan kelas sebagai kelompok belajar e. Kebebasan belajar yang diberikan kepada siswa, dan kesempatan untuk berbuat serta mengambil keputusan penting dalam proses pembelajaran f. Pemberian waktu untuk menanggulangi masalah pribadi siswa, baik berhubungan maupun tidak berhubungan dengan pembelajaran Berdasarkan pendapat kedua tokoh tersebut dapat disimpulkan bahwa siswa dianggap memiliki keaktifan dalam belajar apabila memiliki ciri-ciri sebagai berikut: a. Berpartisipasi dalam pembelajaran b. Bertanya atau memberikan tanggapan pada waktu pembelajaran 28 c. Berdiskusi dengan teman atau kelompok sesuai dengan petunjuk guru d. Mampu memecahkan masalah dengan mencari informasi sendiri e. Mampu menyelesaikan tugas atau persoalan yang dihadapinya. f. Memberi penilaian diri sendiri dan orang lain. Terdapat beberapa strategi belajar-mengajar dan atau kegiatan belajar-mengajar yang dapat memberi peluang pengembangan keaktifan dalam belajar. Pembelajaran kontekstual merupakan salah satu pendekatan yang mendukung siswa untuk itu karena pembelajaran kontekstual menekankan aktivitas pada siswa secara penuh baik fisik maupun mental (Syaefudin Sa’ud, 2012: 165). Slavin menggagas model pembelajaran kelompok (team) yang mendorong siswa untuk bekerjasama dan saling mendukung untuk berhasil yang disebut Cooperative Learning (Slavin, 2010:8). D. Model Pembelajaran Kooperatif 1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam metode pengajaran di mana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pembelajaran (Slavin, 2010: 4). Pembelajaran kooperatif merupakan sarana yang tepat untuk menumbuhkan kesadaran bahwa para siswa perlu belajar untuk berpikir, menyelesaikan masalah, dan mengintegrasikan serta mengaplikasikan kemampuan dan pengetahuan mereka. Selain itu, pembelajaran kooperatif memiliki kelebihan yang sangat besar untuk 29 mengembangkan hubungan antara siswa dari latar belakang etnik yang berbeda dan antara siswa-siswa pendidikan khusu terbelakang secara akademik dengan teman sekelas mereka. Pembelajaran kooperatif berasal dari kata cooperative yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya dalam satu kelompok atau satu tim (Isjoni, 2010: 8). Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerjasama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar (Sugiyanto, 2010: 37). Abdulhak menjelaskan bahwa pembelajaran kooperatif dilaksanakan melalui berbagai proses antara peserta belajar sehingga dapat mewujudkan pemahaman bersama di antara peserta belajar itu sendiri (Isjoni, 2010: 28). Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran yang terstruktur dan sistematis, di mana kelompokkelompok kecil bekerjasama untuk mencapai tujuan-tujuan bersama, serta bertanggungjawab pada aktivitas belajar anggota kelompoknya, sehingga seluruh anggotanya menguasai materi pelajaran dengan baik (Nur Asma, 2006: 12). Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat dikatakan bahwa model pembelajaran kooperatif adalah sebuah model pembelajaran proses dimana siswa aktif belajar dan bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil untuk mencapai tujuan bersama dan pemahaman yang sama. 30 2. Tujuan Pembelajaran Kooperatif Tujuan utama dalam penerapan model pembelajaran kooperatif adalah agar peserta didik dapat belajar secara berkelompok bersama teman-temannya dengan cara saling menghargai pendapat dan memberikan kesempatan kepada orang lain untuk mengemukakan gagasannya dengan menyampaikan pendapat mereka secara berkelompok (Isjoni, 2010: 33). Menurut Nur Asma tujuan pembelajaran kooperatif ada tiga, yaitu untuk pencapaian hasil belajar, penerimaan terhadap keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial (2006:12). Pembelajaran kooperatif bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik dan meningkatkan penilaian siswa pada belajar akademik dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar sehingga dapat menciptakan budaya lebih dapat menerima prestasi yang menonjol dalam berbagai tugas pembelajaran akademik. Pembelajaran kooperatif memberi peluang kepada siswa yang berbeda latar belakang dan kondisi untuk bekerja saling bergantung satu sama lain atas tugas-tugas bersama, dan melalui penggunaan struktur penghargaan kooperatif, serta belajar untuk menghargai satu sama lain. Pembelajaran ini juga penting untuk mengajarkan kepada siswa keterampilan kerjasama dan kolaborasi. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan pembelajaran kooperatif adalah untuk meningkatkan kerjasama dan peran siswa dalam kelompok, melatih keterampilan siswa untuk memecahkan 31 masalahan, serta mengajarkan siswa untuk saling menghargai dan menerima keberagaman satu sama lain sehingga dapat mencapai hasil belajar yang maksimal. 3. Karakteristik Model Pembelajaran Kooperatif Karakteristik pembelajaran kooperatif menurut Nur Asma (2006: 22) adalah sebagai berikut. a. Kelas dibagi atas kelompok kelompok kecil, dengan anggota kelompok yang terdiri dari beberapa orang siswa yang memiliki kemampuan akademik yang bervariasi serta memperhatika jenis kelamin dan etnis. b. Siswa belajar dalam kelompoknya dengan bekerjasama untuk menguasi materi pembelajaran dengan saling membantu. c. Sistem penghargaan lebih berorientasi kepada kelompok daripada individu. Menurut Slavin (Isjoni, 2010: 33-34) ada tiga konsep sentral yang menjadi karakteristik pembelajaran kooperatif, yaitu sebagai berikut. a. Penghargaan kelompok Penghargaan kelompok diperoleh dari keberhasilan kelompok yang didasarkan pada penampilan individu sebagai anggota kelompok dalam menciptakan hubungan antar personel yang saling mendukung, saling membantu, dan saling peduli 32 b. Pertanggungjawaban individu Keberhasilan kelompok tergantung dari pembelajaran individu dari semua anggorta kelompok. Anggota kelompok harus saling membantu agar setiap anggota siap menghadapi c. Kesempatan yang sama untuk berhasil Setiap siswa baik yang berprestai rendah, sedang atau tinggi samasama memperoleh kesempatan untuk berhasil dan melakukan yang terbaik karena penilaian menggunakan metode skoring dengan melihat peningkatan nilai awal dan akhir. Berdasarkan pendapat kedua tokoh tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa karakteristik model pembelajaran kooperatif yaitu 1) adanya kelompok-kelompok kecil dalam pembelajaran; 2) setiap siswa bertanggung jawab atas kelompoknya dan diri sendiri; dan 3) penghargaan diberikan kepada kelompok bukan individu. 4. Unsur-unsur Dasar Pembelajaran Kooperatif Tidak semua belajar kelompok bisa diangap sebagai kooperatif learning. Roberrt dan David Johnson (Anita Lie, 2007: 31-35) mengatakan bahwa untuk mencapai hasil maksimal ada lima unsur pembelajaran yang harus diterapkan, yaitu sebagai berikut. a. Saling ketergantungan positif, yaitu setiap anggota kelompok saling bekerjasama agar tujuan kelompok dapat tercapai. b. Tanggung jawab perseorangan, setiap siswa dalam kelompok memiliki tanggung jawab atas tugasnya. 33 c. Tatap muka, yaitu setiap kelompok diberikan kesempatan untuk bertemu muka dan berdiskusi sehingga dapat bekerjasaman dengan lebih baik. d. Komunikasi antar anggota, yaitu komunikasi yang baik antar anggota kelompok sehingga mampu memperkaya pengalaman belajar dan dapat mengembangkan mental dan emosional siswa. e. Evaluasi proses kelompok, yaitu evaluasi kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh pengajar untuk mengetahui proses dan hasil kerja kelompok. Menurut Bennet (Isjoni, 2010: 60) ada lima unsur dasar yang dapat membedakan pembelajaran kooperatif dengan kerja kelompok, yaitu: a. Possitive Interdependence, yaitu hubungan timbal balik yang didasari adanya kepentingan yang sama atau perasaan di antara anggota kelompok dimana keberhasilan seseorang merupakan keberhasilan yang lain pula atau sebaliknya. b. Interaction Face to face, yaitu interaksi langsung antar siswa tanpa ada perantara. c. Adanya tanggung jawab pribadi mengenai materi pelajaran dalam anggota kelompok. d. Membutuhkan keluwesan, yaitu menciptakan hubungan antar pribadi, mengembangkan kemampuan kelompok, dan memelihara hubungan kerja yang positif. 34 e. Meningkatkan keterampilan bekerjasama dalam memecahkan masalah (proses kelompok). Berdasarkan pendapat kedua tokoh tersebut, dapat disimpulkan unsur pembelajaran kooperatif sebagai berikut. a. Adanya ketergantungan positif antar siswa dalam kelompok. b. Tatap muka secara langsung siswa dalam kelompok. c. Setiap siswa memiliki tanggung jawab atas tugasnya masing-masing. d. Komunikasi dan hubungan yang baik antar anggota kelompok. e. Evaluasi diberikan kepada kelompok dan individu selama proses pembelajaran agar dapat bekerjasama lebih efektif. 5. Prinsip Model Pembelajaran Kooperatif Nur Asma (2006: 14) menyebutkan dalam pembelajaran kooperatif setidaknya ada lima prinsip yang dianut, yaitu prinsip belajar siswa aktif (student active learning), belajar kerjasama (cooperative learning), pembelajaran partisipatorik, mengajar reaktif (reactive teaching), dan pembelajaran menyenangkan (joyfull learning). a. Belajar siswa aktif Proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif berpusat pada siswa, aktivitas belajar lebih dominan dilakukan siswa, pengetahuan yang dibangun dan ditemukan adalah dengan belajar bersama-sama dengan anggota kelompok sampai masing-masing siswa memahami materi pembelajaran dan mengakhiri dengan membuat laporan kelompok dan individual. 35 b. Belajar Kerjasama Proses pembelajaran dilalui dengan bekerjasama dalam kelompok untuk membangun pengetahuan yang tengah dipelajari. Seluruh siswa terlibat secara aktif dalam kelompok untuk melaakukan diskusi, memecahkan masalah dan mengujinya secara bersama-sama, sehingga bentuk pengetahuan baru dari hasil kerjasama mereka. c. Pembelajaran Partisipatorik Melalui model pembelajaran kooperatif siswa belajar dengan melakukan sesuatu (learning by doing) secara bersama-sama untuk menemukan dan membanngun pengetahuan yang menjadi tujuan pembelajaran. d. Reactive Teaching Guru menciptakan strategi yang tepat agar seluruh siswa mempunyai motivasi belajar yang tinggi. Motivasi siswa dapat dibangkitkan jika guru mampu menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan menarik serta dapat meyakinkan siswanya akan manfaat pelajaran untuk masa depan mereka. e. Pembelajaran yang menyenangkan Pembelajaran harus berjalan dalam suasana menyenangkan, tidak ada lagi suasana yang menakutkan lagi bagi siswa atau suasana belajar yang tertekan. Suasana belajar yang menyenangkan harus dimulai dari sikap dan perilaku guru di dalam maupun di luar kelas. Guru harus 36 memiliki sikap yang ramah dan tutur bahasa yang menyayangi siswasiswanya. 6. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team-Achievement Division Metode Student Team Learning adalah teknik pembelajaran kooperatif yang dikembangkan dan dikembangkan oleh John Hopskins University (Slavin, 2010:10). Student Team Learning yang diadaptasi pada sebagian mata pebelajaran dan tingkat kelas ada tiga, salah satunya adalah Student Team-Achievement Division (STAD). Slavin (2010: 143) juga berpendapat bahwa STAD merupakan salah satu metode pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, dan merupakan model yang paling baik untuk permulaan bagi para guru yang baru menggunakan pendekatan kooperatif. STAD terdiri atas lima komponen utama, yaitu presentasi kelas, tim, kuis, skor kemajuan individual, dan rekognisi tim. Pada pembelajaran STAD menurut Slavin (2010: 11) para siswa dibagi dalam tim belajar yang terdiri atas empat orang yang berbeda-beda tingkat kemampuan, jenis kelamin, dan latar belakang etnik. Guru menyampaikan pelajaran, lalu siswa bekerja dalam tim mereka untuk memastikan bahwa semua anggota tim telah menguasai pelajaran. Selanjutnya, semua siswa mengerjakan kuis mengenai meteri secara sendiri-sendiri, dimana saat itu mereka tidak diperbolehkan untuk saling bantu. Skor kuis pada siswa dibandingkan dengan rata-rata pencapaian mereka sebelumnya, dan kepada masing-masing tim diberikan poin berdasarkan tingkat kemajuan yang diraih siswa dibandingkan hasil yang 37 mereka capai sebelumnya. Perolehan poin digunakan untuk mendapatkan penghargaan. Gagasan utama dari STAD adalah untuk memotivasi siswa supaya dapat saling mendukung dan membantu satu sama lain dalam menguasai kemampuan yang diajarkan oleh guru (Slavin, 2010: 12). Siswa memiliki tanggung jawab individual karena siswa tidak bolek saling bantu pada saat kuis, padahal skor siswa akan berengaruh terhadap skor kelompok. E. Penelitian yang Relevan 1. Skripsi oleh Rossana Nurhayatti dengan judul “Peningkatan Keaktifan Belajar IPA dengan model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achieveent Divisions pada Siswa Kelas IV SD Negeri 01 Ngunut Jumantono Karanganyar Tahun Ajaran 2012/2013. 2. Skripsi oleh Anggita Megasari Nasution dengan judul “Upaya Meningkatkan Keaktifan Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team-Game-Tournaent (TGT) dengan Media Teka-teki Silang (TTS) pada Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di Kelas IV A MI Sultan Agung Yogyakarta”. 3. Skripsi oleh Leni Setiyaningsih dengan judul “Peningkatan Keaktifan dan Prestasi Belajar IPA Siswa Kelas IV SD Negeri Sarikarya Melalui Penerapan Model Pembelajaram Kooperatif Tipe STAD”. 4. Skripsi oleh Tri Budu Nurhasanah dengan judul “Penerapan Cooperative Learning Tipe TGT untuk meningkatkan Keaktifan Siswa dala Pembelajaran IPA”. 38 F. Kerangka Berpikir Belajar terjadi sepanjang hidup manusia. Belajar merupakan kebutuhan setiap manusia. Belajar dapat dilakukan kapan pun, dimana pun, dan oleh siapa pun. Keaktifan dalam belajar sangat diperlukan untuk memenuhi kebutuhan belajar tersebut. Pembentukan keaktifan belajar dapat dilakukan melalui kerja tim yang diajarkan melalui pembelajaran IPA di Sekolah Dasar (SD), baik SD reguler atau SD inklusi. Di SD Inklusi pembelajaran IPA dimaksudkan agar siswa dapat aktif berinteraksi dengan lingkungan dan teman sebayanya serta membantu siswa untuk berpikir secara abstrak serta memiliki rasa percaya diri, dan bertanggung jawab. Keaktifan belajar dalam pembelajaran IPA SD yang dimaksud adalah proses kegiatan belajar siswa baik fisik maupun mental yang dilakukan secara optimal agar dapat mencapai tujuan pembelajaran IPA. Keaktifan belajar siswa dapat ditingkatkan dengan melibatkan siswa secara aktif dalam kegiatan pembelajaran. Salah satu strategi yang melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran adalah strategi pembelajaran Cooperative Learning. Model pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning) bertujuan untuk meningkatkan kerjasama dan peran siswa dalam kelompok, melatih keterampilan siswa untuk memecahkan masalah, serta mengajarkan siswa untuk saling menghargai dan menerima keberagaman satu sama lain sehingga dapat mencapai hasil belajar yang maksimal. Model pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning) juga memberikan kesempatan bagi siswa untuk turut serta dalam melaksanakan tugas belajar, terlibatan dalam pemecahan 39 masalah, melaksanakan diskusi kelompok, dan mengambil keputusan atau berpendapat dan menerima pendapat. Penerapan model pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning) di sekolah Inklusi agar timbul ketergantungan positif antar siswa, siswa saling membantu dalam pemahaman materi. Adanya pembelajaran kooperatif juga diharapkan bisa meningkatkan rasa percaya diri siswa terutama siswa dengan intelegensi rendah agar tidak minder dalam pembelajaran di kelas. Siswa juga diajarkan untuk memiliki tanggung jawab karena nilai akhir adalah hasil kelompok bukan perorangan sehingga siswa akan saling membantu dan berusaha sehingga semua siswa akan aktif bekerja dan tidak mengandalkan dan atau meremehkan orang lain. Pembelajaran dengan berbagai metode dalam Cooperative Learning diharapkan dapat dijadikan inovasi cara mengajar guru yang melibatkan siswa secara aktif untuk dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa baik siswa normal maupun siswa berkebutuhan khusus. Melalui penerapan model pembelajaran Cooperative Learning dalam pembelajaran IPA di sekolah inklusi siswa diharapkan dapat termotivasi untuk selalu belajar dan bertanggung jawab terhadap diri sendiri maupun orang lain sehingga dapat meningkatkan keaktifan belajarnya. 40 Belajar Interaksi dengan lingkungan Interaksi dengan teman sebaya Pembelajaran IPA Model Pembelajaran Kooperatif Pengamatan Menanya Diskusi Presentasi Konfirmasi Siswa Aktif Peningkatan Keaktifan Belajar Siswa Gambar 1. Kerangka Pikir G. Hipotesis Tindakan Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran Cooperative Learning pada pembelajaran IPA dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa Kelas V SD Negeri Bangunrejo 2, Yogyakarta. 41 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Suharsimi Arikunto, Suhardjono, dan Supardi. (2007: 3) mengemukakan bahwa PTK merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersamaan. Menurut Sa’adun Akbar (2010: 28) penelitian tindakan kelas adalah proses investigasi terkendali untuk menemukan dan memecahkan masalah pembelajaran di kelas, proses pemecahan masalah tersebut dilakukan secara bersiklus, dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan hasil pembelajaran di kelas tertentu. Penelitian ini dilaksanakan untuk meningkatkan keaktifan belajar siswa dalam pembelajaran IPA di sekolah inklusi dengan menerapkan model pembelajaran Cooperative Learning yang melibatkan siswa bekerja secara kelompok dalam kegiatan pembelajaran. Penelitian ini dilakukan secara kolaboratif. Kolaboratif artinya peneliti bekerjasama dengan guru kelas yang bersangkutan dalam pelaksanaan tindakan yang direncanakan. Menurut Suharsimi Arikunto (2007: 17) dalam penelitian kolaborasi, yang melakukan tindakan adalah guru itu sendiri, sedangkan yang diminta melakukan pengamatan terhadap berlangsungnya proses tindakan adalah peneliti, bukan guru yang sedang melakukan tindakan. 42 B. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kelas V SD Negeri Bangunrejo 2 yang beralamat di Kricak, Kelurahan Bangunrejo, Kecamatan Tegalrejo, Kota Yogyakarta. Penelitian dilaksanakan dari bulan Maret sampai dengan Juli 2016. Jadwal penelitian secara lebih rinci dipaparkan pada Lampiran 4. C. Subjek dan Objek Penelitian Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri Bangunejo 2 pada semester II tahun ajaran 2015/2016. Adapun jumlah siswa sebanyak 20 siswa, terdiri dari 14 siswa laki-laki dan 6 siswa perempuan yang meliputi 11 siswa normal, 6 siswa tunagrahita ringan, dan 7 siswa keterlambatan belajar. Objek penelitian ini adalah keseluruhan proses pembelajaran IPA melalui penerapan model pembelajaran Cooperative Learning di kelas V SD Negeri Bangunrejo 2. D. Setting Penelitian Setting penelitian ini menggunakan kelas V SD Negeri Bangunrejo 2 pada saat proses pembelajaran IPA berlangsung. E. Model Penelitian Penelitian ini menggunakan model PTK yang dikembangkan oleh Stephen Kemmis dan Robbin Mc Taggart. Model tersebut terdiri dari siklus yang meliputi empat komponen yaitu perencanaan (planning), aksi/ tindakan (acting), observasi (observing), dan refleksi (reflecting). Sesudah satu siklus selesai diimplementasikan, khususnya sesudah ada refleksi, tahap dilanjutkan dengan perencanaan ulang/ revisi terhadap implementasi selanjutnya. Model 43 penelitian ini menyatukan tahap pelaksanaan tindakan dan pengamatan karena keduanya merupakan kegiatan yang tidak terpisahkan (Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, 2011: 20). Rancangan penelitian ini divisualisasikan pada gambar di bawah ini. Gambar 2. Proses Penelitian Tindakan Kelas Model Kemmis dan Mc Taggart (https://tatangmanguny.wordpress.com) Penjabaran kegiatan setiap siklus pada upaya peningkatan keaktifan belajar siswa dalam pembelajaran IPA melalui penerapan model pembelajaran Cooperative Learning adalah sebagai berikut. 1. Perencanaan (Planning) Pada kegiatan ini, peneliti menjelaskan tentang rencana tindakan apa yang akan dilakukan peneliti untuk memperbaiki, meningkatkan proses dan hasil belajar di kelas (H. Sujati, 2000: 24). Penelitian ini difokuskan untuk meningkatkan keaktifan belajar siswa kelas V SD Negeri Bangunrejo 2, Yogyakarta pada pembelajaran IPA menggunakan model pembelajaran 44 Cooperative Learning. Selanjutnya, peneliti melakukan perencanaan, 1) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang akan dilaksanakan pada pembelajaran IPA; 2) Membuat instrumen observasi keaktifan belajar siswa; 3) Menyiapkan sarana pendukung pembelajaran seperti media pembelajaran dan alat tulis; dan 4) Menyiapkan kamera sebagai alat pendokumentasian kegiatan pembelajaran. 2. Pelaksanaan Tindakan dan Pengamatan (Acting and Observing) Kegiatan pelaksanaan tindakan merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan, yaitu mengenakan tindakan di kelas (Suharsimi Arikunto, Suhardjono, dan Supardi, 2007: 18). Pada tahap ini, guru melaksanakan tindakan yang telah direncanakan sesuai RPP. Guru melaksanakan kegiatan pembelajaran IPA dengan menerapkan model pembelajaran Cooperative Learning. Pelaksanaan tindakan dilakukan melalui dua kali pertemuan tatap muka. Tahap kegiatan pada setiap pertemuan secara lebih rinci adalah 1) Guru mnegkondisikan ruang kelas dan mengatur tempat duduk siswa; 2) Guru mengkondisikan siswa ke dalam pengalaman yang sesuai dengan topik yang diajarkan melalui penggunaan metode dan media yang sesuai dengan materi. Pengalaman pada Siklus I yaitu menonton video, diskusi dan membuat rangkuman materi struktur bumi dalam bentuk gambar; 3) Guru memerintahkan siswa untuk saling menjelaskan gambar yang telah di buat kepada siswa yang lain secara berkelompok; 4) Guru memerintahkan siswa mengerjakan soal evaluasi; 5) Guru mengumpulkan hasil pekerjaan siswa; 6) Guru bersama 45 siswa menganalisis hasil evaluasi siswa; dan 7) Guru memberi penghargaan kepada kelompok terbaik. Pada kegiatan pengamatan, peneliti mengamati kegiatan pembelajaran yang sedang berlangsung. Pengamatan meliputi aktivitas siswa dan guru terkait dengan tindakan yang dilakukan. Pengamatan dilakukan berdasarkan pedoman observasi yang telah dirancanng. 3. Refleksi (Reflection) Tahap terakhir merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan (Suharsimi Arikunto, Suhardjono, dan Supardi, 2007: 19). Pada tahap ini, peneliti berdiskusi dengan guru pelaksana setelah selesai melakukan tindakan. Diskusi meliputi refleksi guru pelaksana sendiri dalam melaksanakan tindakan disinkronkan dengan hasil pengamatan peneliti. Diskusi dilakukan untuk melihat kekurangan dan kelebihan pada saat tindakan dilaksanakan serta penentuan siklus selanjutnya. F. Teknik Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini diperoleh menggunakan teknik observasi dan pengamatan dokumen. 1. Observasi Observasi dilakukan untuk mengetahui keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran IPA di dalam kelas dan aktivitas guru pada pelaksanaan pembelajaran IPA 46 menggunakan model pembelajaran Cooperative Learning. Kisi-kisi observasi tersebut terlampir pada Lampiran 5. 2. Wawancara Wawancara dilakukan kepada guru untuk mengungkapkan data yang sulit dicari atau ditemukan dengan cara pengamatan atau mengecek data melalui observasi.. Wawancara dilakukan dengan cara menanyakan hal-hal yang tidak dapat diamati oleh peneliti ketika melakukan pengamatan. 3. Dokumentasi Pengamatan dokumen digunakan untuk memperkuat data yang diperoleh dalam observasi dan memberikan gambaran yang nyata mengenai kegiatan siswa di kelas. Dokumen yang diamati yaitu arsip perencanaan pembelajaran, daftar nilai siswa, dan dokumen berupa foto yang menggambarkan situasi pembelajaran. G. Instrumen Penelitian Instrumen dalam penelitian ini adalah lembar observasi, pedoman wawancara, lembar angket, dan dokumentasi. 1. Lembar Observasi Lembar observasi digunakan untuk melakukan pengamatan dan pencatatan secara logis, sistematis, dan rasional terhadap pembelajaran selama pelaksanaan tindakan berlangsung. Lembar observasi digunakan untuk melihat keaktifan belajar siswa dalam proses pembelajaran IPA dengan model pembelajaran Cooperative Learning. Lembar observasi yang 47 digunakan berupa daftar cek atau check list, yaitu dengan mengamati kegiatan masing-masing siswa dan guru apakah sesuai dengan aspek yang diamati pada daftar yang telah dibuat atau tidak. Jika sesuai maka diberi tanda centang (√). 2. Pedoman Wawancara Pedoman wawancara disusun sebagai pedoman untuk melakukan wawancara yang bertujuan untuk mengetahui sejauh mana tujuan pelaksanaan tindakan tercapai. Wawancara dilakukan kepada guru yang melaksanakan tindakan. Pedoman wawancara ini bersifat bebas, sehingga peneliti dapat mengembangkan sendiri pertanyaan yang ingin diajukan guna memperoleh data selengkap-lengkapnya. Pedoman wawancara pada guru meliputi beberapa pertanyaan seperti: 1) Bagaimana pembelajaran pada siklus ini? 2) Apa kesulitan yang dihadapi pada saat mengajar? 3) Bagaimana pengaruh GPK dalam pembelajaran ini? dan, 4) bagaimana hasil pembelajarannya? 3. Data Dokumentasi Data dokumentasi digunakan untuk mengetahui pelaksanaan penelitian secara menyeluruh. Data dokumentasi berupa foto dan video pelaksanaan penelitian. Foto diambil menggunakan kamera saku pada setiap inti pembelajaran dan fokus kepada subjek yang dekat. Data video diambil menggunakan handycam yang diletakkan pada sudut ruangan agar dapat menjangkau sebagian besar kelas. 48 H. Uji Validitas Instrumen Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Instrumen dikatakan valid apabila instrumen tersebut dapat dengan tepat mengukur apa yang hendak diukur (Eko Putro, 2014: 128). Sebuah tes dikatakan memiliki validitas jika hasilnya sesuai dengan kriterium, dalam arti memiliki kesejajaran antara hasil tes tersebut dengan kriterium (Suharsimi Arikunto, 2007: 69). Suatu instrumen yang valid atau sahih memiliki validitas tinggi. Sebaliknya, instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah (Suharsimi Arikunto, 2010: 211). I. Teknik Analisis Data Data yang diperoleh dari penelitian ini dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif. Rincian analisis data dari masing-masing sumber informasi hasil penelitian adalah sebagai berikut. 1. Analisis Data Hasil Observasi Data hasil observasi kemandirian belajar siswa dianalisis menggunakan daftar cek (Check List). Checklist esensinya adalah untuk menentukan ada atau tidak adanyasuatu unsur, komponen, trait, karakteristik atau kejadian dalam suatu peristiwa, tugas atau suatu kesatuan yang kompleks (Eko Putro, 2014: 107). Check list hanya dapat digunakan untuk menyatakan ada atau tidak adanya suatu hal yang sedang diamati, bukan memberi peringkat atau derajat kualitas hal tersebut. Mutu check list akan sangat tergantung pada kelengkapan dan kejelasan komponen yang 49 dinyatakan dalam daftar untuk bidang dan jenis hasil belajat yang akan diukur serta kemampuan pengamat untuk menandai ada atau tidaknya komponen tersebut dala tingkah laku peserta didik yang diamati. 2. Analisis Data Hasil Wawancara Hasil wawancara dideskripsikan untuk mendukung hasil observasi. 3. Analisis Data Dokumentasi Data-data yang diperoleh dari dokumen diamati kemudian dideskripsikan untuk mendukung hasil observasi. Keabsahan data dalam penelitian ini diperoleh dengan cara mencocokkan data yang satu dengan data yang lain. Data yang telah terkumpul dari berbagai instrumen di atas kemudian dianalisis menurut rumusan masalah sehingga dapat ditarik kesimpulan. J. Indikator Keberhasilan Keberhasilan tindakan sangat tergantung pada kondisi kelas dan PTK sehingga peran guru kelas yang mengetahui tentang segala karakteristik kelas dan siswanya sangatlah penting (Joko Suwandi, 2011: 35). Keberhasilan penelitian tindakan ini ditandai dengan adanya peningkatan keaktifan belajar siswa dalam pembelajaran IPA. Berdasarkan kesepakatan dengan guru kelas, indikator keberhasilan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu rata-rata keaktifan belajar siswa berdasarkan hasil observasi masing-masing ≥ 75%. 50 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kelas V SD Negeri Bangunrejo 2, Yogyakarta pada bulan Maret - Juni 2016. Subjek penelitian yaitu 20 orang siswa yang terdiri dari 13 orang laki-laki dan 6 orang perempuan, 7 orang lambat belajar, 6 orang tunagrahita ringan, dan 7 orang siswa normal. Data inisial subjek ditampilkan pada tabel berikut ini. Tabel 2. Inisial Subjek Penelitian No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Nama Ad Fn Tn Lf Dd Ds Ay Ao Hn Ks Keterangan No 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 LB TR TR TR TR LB LB TR Nama Lg Ab Al Nc As Rg Rf Sw Vr Jh Keterangan TR LB LB LB LB Keterangan: TR : Tunagrahita Ringan LB : Labat Belajar (Slow Learner) Penelitian ini terdiri dari dua siklus yang tiap siklusnya meliputi perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Jadwal pelaksanaan tindakan setiap siklus ditampilkan pada tabel berikut. 51 Tabel 3. Jadwal Pengumpulan Data Siklus I II Hari, tanggal Senin, 2 Mei 2016 Selasa, 3 Mei 2016 Kamis, 12 Mei 2016 Waktu 09.15 - 11.00 WIB 09.15 - 10.25 WIB 11.15 - 13.00 WIB Materi Struktur Bumi Daur Air Deskripsi dan data setiap siklus dipaparkan secara rinci pada penjelasan berikut. 1. Siklus I. Siklus I dilaksanakan dengan dua kali pertemuan yaitu pada Senin, 2 Mei 2016 dan Selasa, 3 Mei 2016. Alokasi waktu setiap pertemuan adalah 3 x 35 menit dan 2 x 35 menit. Materi yang disampaikan yaitu mengenai Struktur Bumi. Rincian tindakan Siklus I dipaparkan secara rinci pada penjelasan berikut. a. Perencanaan Tindakan Siklus I Kegiatan perencanaan dimaksudkan untuk mempersiapkan halhal yang diperlukan sebelum pelaksanaan tindakan. Rincian kegiatan perencanaan tindakan Siklus I, yaitu 1) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) pembelajaran IPA menggunakan model pembelajaran Cooperative Learning selama dua pertemuan. Rancangan penerapan model pembelajaran Cooperative Learning dalam penelitian ini adalah guru mengkondisikan siswa ke dalam pengalaman yang sesuai dengan topik yang diajarkan melalui penggunaan metode dan media yang sesuai dengan materi. Pengalaman pada Siklus I yaitu menonton video, diskusi, praktik membuat gambar struktur bumi, dan 52 presentasi (diskusi kelas), kuis, dan perayaan hasil kuis; 2) Menyiapkan instrumen observasi keaktifan belajar siswa; 3) Menyiapkan sarana pendukung pembelajaran seperti media pembelajaran dan alat tulis; dan 4) Menyiapkan kamera sebagai alat pendokumentasian kegiatan pembelajaran. b. Pelaksanaan Tindakan Siklus I Tindakan Siklus I dilaksanakan sesuai RPP yang telah disusun. Meskipun ada beberapa hal yang tidak dilaksanakan dan berkembang sesuai kondisi kelas, secara keseluruhan pembelajaran berjalan sesuai dengan RPP. Rincian pelaksanaan tindakan pada setiap pertemuan adalah sebagai berikut. 1) Pertemuan Ke-1 Pertemuan pertama pada Siklus I dilaksanakan pada hari Senin, 2 Mei 2016 pukul 09.15 - 11.00 WIB. Pembelajaran diikuti oleh 14 orang siswa. Rincian kegiatan pembelajaran IPA dengan model pembelajaran Cooperative Learning adalah sebagai berikut. a) Guru membantu siswa dalam pengkondisian kelas Guru mengawali pelajaran IPA dengan meminta siswa membereskan buku mata pelajaran sebelumnya kemudian mempersiapkan pelajaran IPA. Salam, presensi, dan doa sudah dilakukan pada pelajaran sebelumnya ketika jam pertama masuk kelas. Guru melakukan apersepsi untuk menggali pengetahuan awal siswa sebelum masuk pada pelajaran inti. Apersepsi 53 dilakukan dengan menanyakan apakah siswa pernah makan telur rebus. Semua siswa menjawab pernah secara bersamaan. Guru menganalogikan telur rebus tersebut sebagai bumi. Guru menjelaskan bahwa bumi terdiri dari beberapa lapisan. Selanjutnya guru menjelaskan bahwa siswa akan belajar tentang Struktur Bumi dengan model pembelajaran kelompok Cooperative Learning. Selanjutnya, guru bertanya apakah siswa sudah mempelajari materi yang akan dipelajari pada hari itu. Sebagian besar siswa sudah mempelajari materi Struktur Bumi. Hal tersebut dikarenakan materi struktur bumi sudah dijelaskan pada pertemuan sebelumnya. b) Guru mengkondisikan siswa ke dalam pengalaman yang sesuai dengan topik yang diajarkan melalui penggunaan metode dan media yang sesuai dengan materi. Pada pertemuan pertama Siklus I ini, pengalaman yang dialami siswa adalah pengamatan, diskusi, menggambar dan merangkum. Siswa diminta untuk mengamati video. Siswa berkelompok menjadi lima kelompok sesuai dengan arahan guru. Selanjutnya siswa dibimbing untuk diskusi kelompok dan membuat rangkuman bergambar. Pada saat mengamati video, ada dua siswa yang tidak fokus (Lampiran 14. Gambar 1.). Hal ini menunjukkan bahwa tidak semua siswa memperhatikan video secara seksama. Guru 54 menegur siswa tersebut kemudian mengulang pengarahan kepada siswa tersebut. Selanjutnya siswa diberi kesempatan terkait video yang sudah diamatinya. Guru memberikan pertanyaan-pertanyaan agar siswa mau bertanya. Ada empat orang yang memberi tanggapan atau jawaban tetapi tidak ada yang bertanya. Sebagian besar siswa hanya mengulangi jawaban siswa lain yang sudah menjawab secara serentak. Ada juga yang diam. Guru memberikan penguatan dan menjelaskan kembali jawabanjawaban siswa. Guru menjelaskan bahwa bumi terdiri dari berbagai lapisan. Setiap lapisan bumi memiliki ketebalan dan material penyusun yang berbeda yang berbeda. Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok dan mengatur tempat duduk siswa sesuai kelompoknya. Pada saat pembagian kelompok tidak dapat sesuai dengan kelompok yang telah dipersiapkan sebelumnya karena ada beberapa siswa yang tidak hadir di kelas pada pembelajaran IPA sehingga guru membentuk kelompok siswa secara spontan di kelas. Ada lima kelompok, empat kelompok terdiri dari tiga orang dan satu kelompok terdiri dari dua orang. Suasana kelas cukup gaduh saat pembagian kelompok tetapi berjalan lancar meskipun kelompok yang terdiri dari dua orang protes karena hanya berdua. Siswa berdiskusi dengan teman satu kelompoknya untuk membuat gambar dan rangkuman tentang struktur bumi 55 (Lampiran 14. Gambar 2). Siswa diberi kesempatan untuk mencari informasi dari buku atau media lainnya. Semua siswa menggunakan buku paket yang sudah disediakan di kelas. Ratarata gambar siswa sama seperti yang ada di buku paket. Rangkuman yang dibuat oleh masing-masing kelompok bervariasi. Ada yang menjiplak buku, ada yang meringkas dari buku, tetapi ada pula yang membuat rangkuman dengan kata-kata sendiri. Proses diskusi berjalan dengan lancar. Tidak ada siswa yang jalan-jalan dikelas atau berbuat gaduh walaupun ada satu anak yang hanya diam melamun saat diskusi dan ada satu kelompo yang bekerja sendiri-sendiri. Guru membimbing diskusi setiap kelompok secara bergantian. Ketika ada hal yang belum dimengerti siswa bertanya kepada guru. Setelah semua kelompok selesai membuat gambar dan rangkuman, guru mengumpulkan semua hasil pekerjaan siswa. Selanjutnya, guru bersama siswa menyimpulkan pelajaran. c) Guru mengingatkan siswa tentang tindak lanjut yang akan dilakukan. Guru menjelaskan secara singkat pelajaran pada pertemuan selanjutnya yaitu presentasi dan tanya jawab. Siswa ditugaskan untuk belajar di rumah tentang materi yang akan 56 dipresentasikan, yaitu struktur bumi. Pembelajaran ditutup dengan salam. 2) Pertemuan Ke-2 Pertemuan kedua pada Siklus I dilaksanakan pada hari Selasa, 3 Mei 2016 pukul 09.15-10.25 WIB. Rincian kegiatannya adalah sebagai berikut. a) Guru mengkondisikan siswa dengan mengatur tempat duduk siswa sesuai kelompok pada pertemuan sebelumnya. Pengkondisian kelas berjalan dengan lancar. Siswa duduk sesuai dengan kelompok masing-masing tanpa membuat kegaduhan. Ada satu orang siswa yang tidak masuk sehingga kelompoknya diganti oleh siswa baru yang tidak hadir pada pertemuan sebelumnya. Siswa yang tidak hadir pada pertemuan sebelumnya membentuk kelompok baru. Jumlah siswa yang hadir ada 19 anak sehingga terdapat satu kelompok beranggotakan empat orang, yang lain tetap tiga. b) Guru mengkondisikan siswa ke dalam pengalaman yang sesuai dengan topik yang diajarkan melalui penggunaan metode dan media yang sesuai dengan materi. Pada pertemuan kedua ini, pengalaman yang dialami siswa adalah presentasi hasil kerja kelompok, kuis, dan perayaan (Lampiran 14. Gambar 3). Setiap kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompok secara bergantian. Semua kelompok maju 57 dengan ditunjuk guru, tanpa kemauan sendiri. Ketika diberi kesempatan umtuk menanggapi presentasi, hanya ada tiga anak yang mau menanggapi. Setelah selesai presentasi siswa diberi kesempatan untuk bertanya tentang perihal yang belum dipahami atau berpendapat tentang materi yang dipresentasikan. Ada lima anak yang memberikan pendapatnya meskipun harus diberi pancingan oleh guru. Guru kemudian memberikan penguatan terhadap tanggapan siswa dan menjelaskan secara singkat materi struktur bumi. Selanjutnya, guru mengadakan kuis. Guru meminta siswa untuk menutup semua buku dan hanya menyisakan alat tulis di meja. Guru membagikan lembar soal kepada siswa tanpa mengacak tempat duduk siswa. Siswa mengerjakan kuis secara individu (Lampiran 14. Gambar 4). Pada saat mengerjakan soal ada tiga siswa yang didampingi oleh guru pendamping khusus (GPK). Dua di antaranya mendapat bantuan jawaban dari GPK (Lampiran 14. Gambar 5). Selain dua orang tersebut, ada tujuh siswa yang didapati bekerjasama dan atau mencontek dengan teman disebelahnya. Pada waktu mengerjakan kuis sebagian besar siswa bertanya kepada guru atau pun peneliti karena kurang paham dengan maksud dari soal yang diberikan. Guru harus menjelaskan maksud dari pertanyaan yang diberikan satu per satu 58 dengan bahasa yang lebih sederhana sehingga siswa paham dengan maksud dari pertanyaannya. Setelah waktu yang diberikan untuk mengerjakan soal habis, guru mengambil jawaban siswa. Ada empat siswa yang membantu mengumpulkan lembar jawaban di sekitarnya. Guru kemudian menukar jawaban siswa dengan siswa lain yang jarak tempat duduknya cukup jauh. Tidak ada siswa yang pindah dari tempat duduknya tetapi suasana kelas cukup gaduh karena siswa saling mengobrol. Siswa bersama guru mencocokkan hasil pekerjaannya. Setelah selesai siswa menjumlah atau menskor hasil jawaban temannya. Guru berkeliling untuk memberikan nilai akhir. Guru bersama siswa menyimpulkan pembelajaran tentang materi struktur bumi. Semua siswa hanya mendengarkan kesimpulan guru, tidak ada yang berpendapat walaupun sudah diberi kesempatan. Guru kemudian meminta siswa untuk menempelkan hasil kerja kelompoknya pada papan yang sudah di sediakan di belakang kelas. Ketika siswa menempelkan karyanya, peneliti menjumlahkan skor kuis tiap kelompok. Selesai menempelkan karya siswa, guru mengumumkan kelompok dengan skor kuis paling tinggi sebagai bentuk dari perayaan (Lampiran 14. Gambar 6). Guru juga mengumumkan bahwa siswa yang ketahuan menyontek atau bekerjasama nilainya 59 dikurangi. Guru dan peneliti kemudian memberikan ucapan selamat kepada kelompok yang mendapat skor tertinggi dan semua siswa memberikan tepuk tangan. c. Observasi Tindakan Siklus I Observasi dilakukan ketika tindakan dilaksanakan pada setiap pertemuan. Hasil observasi pada pertemuan pertama dan kedua menunjukkan bahwa keaktifan belajar siswa termasuk pada kategori cukup, yaitu sebesar 66,5% dan 71,2%. Didapatkan rata-rata observasi keaktifan belajar siswa pada Siklus I sebesar 68,8%. Angka ini termasuk pada kategori sedang. Berikut tabel hasil observasi keaktifan belajar siswa pada Siklus I. Tabel 4. Hasil Observasi Keaktifan Belajar Siswa pada Siklus I No Nama Pertemuan 1 Pertemuan 2 1 Ad 69 73 2 Fn 75 73 3 Tn 67 4 Lf 60 5 Dd 56 6 Ds 63 73 7 Ay 69 73 8 Ao 67 9 Hn 80 10 Ks 53 11 Lg 50 80 12 Ab 63 87 13 Al 44 73 14 Nc 81 73 15 As 60 16 Rg 75 73 17 Rf 50 60 18 Sw 75 73 19 Vr 88 80 20 Jh 75 73 Rata-rata 66,5 71,2 60 Pembelajaran IPA dengan model pembelajaran Cooperative Learning pada Siklus I terlaksana sesuai tindakan yang direncanakan, baik pada pertemuan pertama maupun kedua. Guru juga telah memfasilitasi dan memotivasi siswa untuk meningkatkan keaktifan belajarnya. Namun, masih ada dua indikator yang belum dilaksanakan guru yaitu memberikan timbal balik atas tanggapan atau jawaban siswa serta memberikan kesempatan siswa untuk bertanya lebih banyak d. Refleksi Tindakan Siklus I Setelah Siklus I selesai, peneliti mengamati kembali hasil penelitian dan berdiskusi dengan guru pelaksana. Refleksi menghasilkan beberapa informasi tentang kelebihan dan kekurangan tindakan pada Siklus I. Hasil penelitian pada Siklus I ini belum mencapai indikator keberhasilan karena rata-rata keaktifan belajar siswa berdasarkan hasil observasi belum mencapai 75%. Pelaksanaan pembelajaran IPA menggunakan model pembelajaran Cooperative Learning yang diterapkan di Kelas V SD Negeri Bangunrejo 2 juga memiliki beberapa kekurangan sehingga diperlukan Siklus II untuk memperbaikinya. Kelebihan dan kekurangan Siklus I serta rencana tindakan Siklus II dipaparkan pada penjelasan berikut. 1) Kelebihan a) Kegiatan belajar secara berkelompok memberikan kesempatan pada siswa untuk lebih banyak berdiskusi dan saling membantu pemahaman antar siswa. 61 b) Kegiatan belajar dengan siswa maju ke depan kelas memberikan kesempatan untuk lebih berani tampil. c) Pengelompokan siswa secara acak membuat siswa tidak bergerombol. d) Bimbingan penuh dari guru membantu siswa dalam melaksanakan tugas belajarnya. 2) Kekurangan (secara rinci dapat dilihat pada Lampiran 13) a) Terdapat 7 indikator keaktifan belajar siswa belum mencapai separuh jumlah siswa. b) Terdapat 2 indikator peran guru untuk menumbuhkan keaktifan belajar siswa belum terlihat. c) Siswa belum paham apa yang harus dilaksanakan ketika presentasi. 2. Siklus II Siklus II dilaksanakan berdasarkan hasil refleksi Siklus I. Siklus II dilaksanakan satu kali pertemuan yaitu pada Kamis, 12 Mei 2016. Alokasi waktu adalah 3 x 35 menit. Materi yang disampaikan adalah Daur Air. Rincian tindakan Siklus II adalah sebagai berikut. a. Perencanaan Tindakan Siklus II Rencana tindakan Siklus II didasarkan pada refleksi Siklus I. Perencanaannya hampir sama dengan Siklus I. Perbedaannya adalah pada kegiatan belajarnya yang lebih dijelaskan secara mendetail pada penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Rincian 62 perencanaan tindakan Siklus II, yaitu 1) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) pembelajaran IPA menggunakan model pembelajaran Cooperative Learning untuk satu kali pertemuan. Rancangan penerapan model pembelajaran Cooperative Learning dalam penelitian ini adalah guru mengkondisikan siswa ke dalam kelompok-kelompok kecil yang telah disiapkan dan membawa siswa dalam pengalaman yang sesuai dengan topik yang diajarkan melalui penggunaan metode dan media yang sesuai dengan materi. Pengalaman pada Siklus II yaitu menonton video, diskusi, membuat rangkuman, dan presentasi (diskusi kelas), kuis, dan perayaan hasil kuis; 2) Menyiapkan instrumen observasi keaktifan belajar siswa; 3) Menyiapkan sarana pendukung pembelajaran seperti media pembelajaran dan alat tulis; dan 4) Menyiapkan kamera sebagai alat pendokumentasian kegiatan pembelajaran. b. Pelaksanaan Tindakan Siklus II Tindakan Siklus II dilaksanakan sesuai RPP yang telah disusun. Meskipun ada beberapa hal yang tidak dilaksanakan dan berkembang sesuai kondisi kelas, secara keseluruhan pembelajaran berjalan sesuai dengan RPP. Tindakan siklus II dilaksanakan pada hari Kamis, 12 Mei 2016 pukul 11.15-13.00 WIB. Rincian kegiatannya adalah sebagai berikut. 63 1) Guru membantu siswa dalam pengkondisian kelas Guru mengawali pelajaran IPA dengan meminta siswa membereskan buku mata pelajaran sebelumnya kemudian mempersiapkan pelajaran IPA. Salam, presensi, dan doa sudah dilakukan pada pelajaran sebelumnya ketika jam pertama masuk kelas. Pada pertemuan ini guru mengkondisikan siswa menjadi enam kelompok seperti pada pertemuan ke dua siklus I dengan sedikit perubahan karena ada dua siswa yang tidak hadir dan disesuaikan dengan kemampuan siswa. Selanjutnya guru memberikan apersepsi kepada siswa dengan menanyakan manfaat-manfaat air bagi kehidupan sehari-hari. Ada delapan anak yang memberikan tanggapan sendangkan yang lain hanya mengulangi pendapat teman atau menjawab secara serentak. Guru kemudian menjelaskan bahwa siswa akan belajar tentang Daur Air dengan model pembelajaran kelompok Cooperative Learning. Selanjutnya, guru bertanya apakah siswa sudah mempelajari materi yang akan dipelajari pada hari itu. Sebagian besar siswa belum mempelajari materi Daur Air. 2) Guru mengkondisikan siswa ke dalam pengalaman yang sesuai dengan topik yang diajarkan melalui penggunaan metode dan media yang sesuai dengan materi. Pada Siklus II ini, pengalaman yang dialami siswa adalah pengamatan, diskusi, merangkum, dan presentasi. Siswa diminta untuk mengamati video. Siswa melakukan tanya jawab dengan guru 64 terkait video yang telah dilihat. Siswa dibagikan lembar kerja yang berisi kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan siswa secara berkelompok. Selanjutnya siswa dibimbing untuk melakukan diskusi kelompok, membuat rangkuman, dan presentasi. Pada saat mengamati video, sebagian besar siswa hanya fokus memperhatikan video di awal penayangan dan ada 12 anak yang tidak memperhatikan video di akhir (Lampiran 14. Gambar 7). Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar siswa kurang memperhatikan video secara seksama. Guru menegur para siswa dan melanjutkan pembelajaran. Selanjutnya siswa diberi kesempatan untuk bertanya atau menanggapi video yang sudah diamati. Ada tujuh anak yang mau bertanya tanpa ditunjuk terlebih dahulu dan sembilan anak yang mau menanggapi pertanyaan temannya (Lampiran 14. Gambar 8). Namun ada dua siswa yang tidak memperhatikan teman yang sedang berbicara tetapi tidak mendapat teguran dari guru. Guru memberikan penguatan dan menjelaskan kembali jawaban-jawaban siswa. Guru menjelaskan proses daur air dan memberi penekanan pada evaporasi, presipitasi, dan kondensasi. Semua siswa memperhatikan. Guru meminta siswa untuk mengerjakan tugas kelompok. Guru membagi lembar kerja siswa. Proses diskusi berjalan dengan lancar. Tidak ada siswa yang jalan-jalan dikelas atau berbuat gaduh. Namun, ada tiga orang yang tidak ikut berdiskusi dan mengerjakan 65 tugas membuat rangkuman. Guru selalu mengingatkan siswa agar berdiskusi dan mengerjakan tugas bersama. Guru membimbing diskusi setiap kelompok secara bergantian. Ketika ada hal yang belum dimengerti siswa bertanya kepada guru. (Lampiran 14. Gambar 9) Setelah semua kelompok selesai membuat rangkuman, guru meminta setiap kelompok untuk presentasi (Lampiran 14. Gambar 10). Urutan kelompok yang presentasi ditentukan oleh guru. Ketika ada kelompok yang presentasi, kelompok yang lain wajib memberikan komentar atau tanggapan terhadap presentasi temannya dan ditulis pada lembar yang sudah disediakan. Semua kelompok juga wajib memberikan komentar secara lisan. Kelompok yang memberikan komentar ditunjuk oleh guru agar semua kelompok memiliki kesempatan yang sama. Setelah selesai presentasi siswa diberi kesempatan untuk menyimpulkan hasil presentasi. Ada tiga anak yang memberikan pendapatnya. Guru kemudian memberikan penguatan terhadap tanggapan siswa dan menjelaskan secara singkat materi daur air (Lampiran 14. Gambar 11) Selanjutnya, guru mengadakan kuis. Guru meminta siswa untuk kembali ke tempat duduk seperti pada pembelajaran biasanya serta meminta siswa untuk menutup semua buku dan hanya menyisakan alat tulis di meja. Guru membagikan lembar soal kepada siswa. Pada pembelajaran ini tidak ada guru pendamping khusus di 66 kelas sehingga siswa tidak bisa mengandalkan guru pendamping khusus. Guru tidak menunggui saat siswa mengerjakan kuis sehingga kelas agak gaduh. Ada tiga siswa yang menanyakan jawaban dan melirik pekerjaan temannya dan ada satu anak yang mencontek buku (Lampiran 14. Gambar 12). Pada waktu mengerjakan kuis sebagian besar siswa bertanya kepada peneliti karena kurang paham dengan maksud dari soal yang diberikan. Peneliti harus menjelaskan maksud dari pertanyaan yang diberikan satu per satu dengan bahasa yang lebih sederhana sehingga siswa paham dengan maksud dari pertanyaannya karena tidak ada guru di kelas. Guru kembali ke kelas ketika jam pelajaran tinggal sepuluh menit. Setelah waktu yang diberikan untuk mengerjakan soal habis, guru meminta siswa untuk mengumpulkan jawaban ke depan kelas. Hasil kuis tidak dianalisis bersama-sama di kelas karena waktu hampir habis. Hasil kuis dianalisis oleh peneliti di luar jam pelajaran sehingga tidak ada penghargaan pada hari itu. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyimpulkan pembelajaran pada hari itu. Tidak ada siswa yang berpendapat. Guru kemudian menyimpulkan pelajaran tentang daur air dan memberi nasihat kepada siswa. Guru menutup pembelajaran dengan doa dan salam. 67 c. Observasi Tindakan Siklus II Observasi dilakukan ketika tindakan dilaksanakan. Hasil observasi menunjukkan keaktifan belajar siswa sebesar 75,3%. Berikut tabel hasil observasi keaktifan belajar siswa pada Siklus II. Tabel 5. Hasil Observasi Keaktifan Belajar Siswa pada Siklus II Presentase (%) Ad 76 Fn 76 Tn 64 Lf 72 Dd 72 Ds Ay 84 Ao Hn 92 Ks 68 Rata-rata (%) No Nama No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Presentase (%) Lg 56 Ab 76 Al 68 Nc 76 As 56 Rg 88 Rf 80 Sw 84 Vr 92 Jh 76 75,3 Nama Pembelajaran IPA dengan model pembelajaran Cooperative Learning pada Siklus II terlaksana sesuai tindakan yang direncanakan. Guru juga telah memfasilitasi dan memotivasi siswa untuk meningkatkan keaktifan belajarnya. Namun, masih ada dua indikator yang belum dilaksanakan guru yaitu menganalisis hasil kuis dan mengadakan perayaan. d. Refleksi Tindakan Siklus II Hasil penelitian pada siklus ini telah mencapai indikator keberhasilan. Kekurangan pada Siklus Disimpulkan bahwa pembelajaran 68 IPA I juga dapat menggunakan teratasi. model pembelajaran Cooperative Learning yang diterapkan di Kelas V SD Negeri Bangunrejo 2 dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa. Peningkatan keaktifan belajar siswa dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 6. Peningkatan Keaktifan Belajar Siswa Hasil Data Guru Siklus I Siklus II Observasi 68,8% 75,3% Berdasarkan hasil pencermatan dokumen nilai siswa, rata-rata nilai siswa dari pratindakan ke siklus I mengalami peningkatatan, tetapi pada rata-rata nilai siswa pada siklus I ke siklus II justru mengalami penurunan. Hal tersebut disebabkan ada tujuh anak yang mengalami penurunan, dua anak diketahui mencontek pada siklus I, dua anak tidak didampingi GPK selama siklus II sehingga nilainya turun drastis, dan tiga anak turun sedikit belum diketahui penyebabnya. Hasil prestasi belajar siswa dari pratindakan, siklus I, dan siklus II dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 7. Peningkatan Prestasi Belajar Siswa No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Nama Ad Fn Tn Lf Dd Ds Ay Ao Hn Ks Lg Ab Al Nc As Rg Rf Sw Vr Jh Rata-rata Pratindakan (mid semester) 58 46 36 54 66 46 52 66 62 64 74 90 42 60 58 52 66 64 57 69 Siklus I Siklus II 75 100 40 68 80 100 85 85 80 100 80 75 80 85 68 85 100 85 75 82 93 93 53 73 47 87 73 47 33 100 100 93 83 100 87 93 93 80 79 B. Pembahasan Pada awal penelitian, siswa Kelas V SD Negeri Bangunrejo 2 memiliki keaktifan belajar belum optimal. Hal ini berdasar pada hasil observasi yang menunjukkan siswa cenderung pasif dalam pembelajaran, hanya siswa tertentu yang aktif, nilai ulangan tengah semester siswa yang masih dibawah kritetia ketuntasan minimal yaitu 57, serta selisih nilai tertinggi dan terendah yaitu 53. Mengingat keaktifan belajar sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa dan ilmu pengetahuan alam (IPA) merupakan mata pelajaran yang tepat untuk kerja tim atau kelompok, maka peneliti melakukan tindakan berupa penerapan model pembelajaran Cooperative Learning pada mata pelajaran IPA. Cooperative Learning memberi kesempatan siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pembelajaran (Slavin, 2010: 4). Sugiyanto (2010: 37) mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif (cooperative learning) adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerjasama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar. Nur Asma (2006: 12) juga mengungkapkan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran yang terstruktur dan sistematis, di mana kelompok-kelompok kecil bekerjasama untuk mencapai tujuan-tujuan bersama, serta bertanggungjawab pada aktivitas belajar anggota kelompoknya, sehingga seluruh anggotanya menguasai materi pelajaran dengan baik. 70 Slavin (2010: 143) berpendapat bahwa Student Team-Achievement Division (STAD) merupakan salah satu metode pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, dan merupakan model yang paling baik untuk permulaan bagi para guru yang baru menggunakan pendekatan kooperatif. Menengok kondisi kelas dan diperkuat dengan beberapa pendapat tersebut, peneliti menerapkan model pembelajaran Cooperative Learning tipe STAD pada mata pelajaran IPA. Pada pembelajaran ini siswa melaksanakan kegiatan belajar sesuai yang direncanakan guru. Guru berperan dalam membimbing dan memfasilitasi siswa pada setiap kegiatan seperti pembagian kelompok, pengamatan, diskusi, dan presentasi. Pada Siklus I, seluruh rencana kegiatan diatur oleh guru, dari pembentukan kelompok hingga urutan presentasi. Guru memberitahu apa yang harus dilakukan oleh siswa, menyiapkan apa yang dibutuhkan oleh siswa, dan membimbing setiap tindakan siswa. Meskipun demikian tugas guru hanya sebagai fasilitator, mediator, dan motivator, aktivitas belajar tetap berpusat pada siswa. Salah satu prinsip pembelajaran kooperatif adalah belajar aktif, yaitu pembelajaran berpusat pada siswa, aktivitas belajar lebih dominan dilakukan siswa, pengetahuan yang dibangun dan ditemukan adalah dengan belajar bersama-sama dengan anggota kelompok sampai masingmasing siswa memahami materi pembelajaran dan mengakhiri dengan membuat laporan kelompok dan individual (Nur Asma, 2006: 14). 71 Aktivitas siswa pada Siklus I antara lain menonton video, melakukan diskusi kelompok, membuat gambar stuktur Bumi, membuat rangkuman struktur Bumi, dan melakukan presentasi. Pada pertemuan pertama, hanya ada dua siswa yang memberi tanggapan atau menjawab pertanyaan guru dengan inisiatif sendiri. Kedua siswa tersebut memang biasanya sering aktif menjawab pertanyaan atau maju ke depan kelas. Pada saat diskusi kelompok hanya ada dua kelompok yang seluruh anggotanya ikut berdiskusi, sedangkan pada kelompok lainnya ada satu siswa yang tidak ikut berdiskusi. Hal tersebut juga terjadi ketika siswa diminta membuat gambar dan rangkuman. Namun, pada pertemuan kedua, siswa terlihat lebih aktif. Semua siswa berani tampil di depan kelas untuk melakukan presentasi, walaupun siswa terlihat bingung dengan apa yang harus dilakukan saat presentasi, tetapi guru terus membimbing siswa. Ada empat siswa yang memberi tanggapan presentasi dari kelompok lain. Siswa juga mengerjakan kuis dengan tenang. Pembelajaran kooperatif menunjukkan peningkatan keaktifan siswa. Hasil kuis juga menunjukkan peningkatan dari hasil ulangan tengah semester ke siklus I, yaitu 38,98%. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Sugiyanto belajar (2010: 37) yang menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerjasama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan. Tujuan yang dimaksud adalah pemahaman siswa. Abdulhak (Isjoni, 2010: 28) menjelaskan bahwa pembelajaran kooperatif dilaksanakan 72 melalui berbagai proses antara peserta belajar sehingga dapat mewujudkan pemahaman bersama di antara peserta belajar itu sendiri. Pada pelaksanaan tindakan Siklus I, terdapat beberapa kekurangan, baik dari segi pelaksanaan tindakan maupun aktivitas siswa yang menunjukkan keaktifan belajar. Beberapa indikator keaktifan belajar siswa pada Siklus I belum mencapai separuh dari jumlah siswa sehingga dilakukan perbaikan pada Siklus II. Rencana tindakan yang dilakukan pada Siklus II, guru lebih menegaskan dan memberikan stimulasi kepada siswa agar siswa lebih percaya diri, bertanggung jawab, dan berani bertanya atau berpendapat. Pada Siklus II, siswa sudah bisa lebih cepat dalam pengkondisian kelas (membentuk kelompok) serta menyiapkan buku dan alat tulis yang dibutuhkan. Pengalaman yang dialami siswa pada siklus ini hampir sama dengan siklus I tetapi tugas membuat gambar dihilangkan serta sedikit perubahan pada anggota kelompok. Kegiatan diskusi dan presentasi telah dijelaskan pada lembar kerja siswa. Siswa terlihat lebih aktif bertanya, menjawab pertanyaan, dan mengemukakan pendapat dalam kegiatan pembelajaran. Adanya Lembar Kerja Siswa membantu siswa memahami apa yang harus dilakukan saat diskusi atau pun presentasi. Pemberian hadiah sebagai penghargaan pada akhir Siklus I bagi siswa yang aktif dan kelompok dengan nilai tinggi menjadikan motivasi bagi siswa. Hal ini sesuai dengan pendapat Slavin (2010: 12), yaitu gagasan utama dari STAD adalah untuk memotivasi siswa untuk saling mendukung dan membantu siswa satu sama 73 lain dalam menguasai kemampuan yang diajarkan oleh guru agar timnya mendapatlkan penghargaan. Pada Siklus III, indikator keberhasilan penelitian sudah tercapai. Rata-rata keaktifan belajar siswa mencapai 75,3% berdasarkan hasil evaluasi dan hasil belajar siswa mencapai 79 (rentang 0-100). Berdasarkan data yang diperoleh, dapat dikatakan bahwa penerapan model pembelajaran Cooperative Learning dalam pembelajaran IPA dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa Kelas V SD Negeri Bangunrejo 2, Yogyakarta. Berdasarkan pembahasan penelitian ini, dapat dikatakan bahwa penerapan model pembelajaran Cooperative Learning dalam pembelajaran IPA dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa Kelas V SD Negeri Bangunrejo 2, Yogyakarta. C. Keterbatasan Penelitian Penelitian ini masih jauh dari sempurna. Beberapa keterbatasan dalam penelitian ini dipaparkan pada penjelasan berikut. 1. Observer kurang mampu dalam mengamati setiap siswa secara detail. 2. Peneliti tidak dapat mengontrol seluruh kegiatan pembelajaran sehingga masih ada indikator yang belum dapat ditingkatkan pada setiap siklus. 3. Sebagian besar siswa adalah anak berkebutuhan khusus yang terdiri dari lamban belajar dan tunagrahita ringan. 4. Beberapa siswa sangat tergantung pada guru pendamping khusus (GPK). 5. GPK mendampingi selama Siklus I dan tidak hadir pada Siklus II. 6. Guru kelas meninggalkan pelajaran ketika pelaksanaan kuis pada Siklus II. 74 7. Materi Struktur Bumi sudah diajarkan sebelum dilakukan penelitian, sedangkan materi Daur Air belum. 8. Hasil penelitian ini hanya berlaku pada waktu dan tempat saat dilakukannya penelitian sehingga tidak bisa digunakan untuk generalisasi. 75 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa keaktifan belajar siswa Kelas V SD Negeri Bangunrejo 2, Yogyakarta pada mata pelajaran IPA dapat ditingkatkan melalui penerapan model pembelajaran kooperatif (cooperative learning). Pada Siklus I penerapan model pembelajaran kooperatif dilaksanakan dengan melakukan tahap-tahap sebagai berikut: 1) Pengkondisian kelas, 2) Pengamatan video tentang struktur Bumi, 3) Diskusi kelompok, 4) Presentasi, 5) Kuis, dan 6) Analisis hasil kuis dan perayaan. Hasil observasi menunjukkan bahwa rata-rata keaktifan siswa mencapai 68,8%. Hasil tersebut belum mencapai indikator. Pada Siklus I juga masih terdapat kekurangan pada pelaksanaan pembelajaran IPA dengan penerapan model pembelajaran kooperatif type STAD sehingga penelitian dilanjutkan ke Siklus II. Pada siklus II, perbaikan yang dilakukan yaitu, 1) Siswa diberikesempatan lebih banyak untuk berbicara, 2) Tugas diskusi dan presentasi dituliskan secara lebih detail pada lembar kerja siswa, 3) Setiap kelompok diwajibkan memberikan tanggapan terhadap presentasi kelompok lain. Hasil observasi menunjukkan bahwa rata-rata keaktifan belajar siswa sebesar 75,3%. Hasil tersebut sudah mencapai indikator keberhasilan, yaitu rata-rata keaktifan belajar siswa berdasarkan hasil observasi ≥ 75%. 76 Hasil evaluasi siswa mengalami peningkatan dari pratindakan (nilai ulangan tengah semester) ke Siklus I sebesar 43% yaitu dari 57 ke 82. Namun, dari Siklus I ke SiklusII mengalami penurunan sebesar 3% yaitu dari 82 ke 79. Meskipun demikian hasil penelitian dapat mencapai indikator keberhasilan yang telah ditentukan, yaitu ≥15 siswa mencapai nilai KKM sebesar 70. B. Saran Berdasarkan hasil penelitian, maka saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut. 1. Bagi siswa a. Siswa diharapkan lebih bersungguh-sungguh dalam mengikuti kegiatan pembelajaan agar kualitas belajarnya semakin meningkat. b. Siswa diharapkan dapat bekerjasama dan saling membantu untuk hal positf agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. c. Siswa hendaknya memiliki motivasi, percaya diri, keberanian, kemandirian, dan tanggung jawab dalam melaksanakan kegiatan belajarnya sehingga keaktifan belajarnya dapat tercapai. 2. Bagi guru a. Guru dapat menggunakan model pembelajaran kooperatif dalam menyampaikan materi pada mata pelajaran IPA kelas V di SD Negeri Bangunrejo 2. b. Guru dapat memberikan inovasi pembelajaran dengan menggabungkan beberapa tipe pembelajaan koooperatif yang disesuaikan dengan kondisi siswa dan pembelajaran. 77 3. Bagi peneliti selanjutnya a. Peneliti perlu bekerjasama dengan guru pendamping kelas (bukan hanya guru kelas) agar tindakan yang dilakukan kepada siswa lebih maksimal b. Peneliti perlu mengadakan penelitian yang sama dengan type pebelajaran kooperatif yang berbeda untuk melihat keefektifan penerapan model pembelajaran kooperatif pada kelas inklusi. 78 DAFTAR PUSTAKA Agus Suprijono. (2015). Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi Paikem. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Anita Lie. (2007). Cooperative Learning: Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-ruang Kelas. Jakarta: PT. Grasindo. Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni. (2015). Teori Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. Dimyati dan Mudjiono.(2006). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Dwi Siswoyo, dkk.(2011). Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press. Endang Rochadi dan Zaenal Allimin. (2005). Pengembangan Program Pembelajaran Individual Bagi Anak Turagrahita. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Isjoni. (2010). Pembelajaran Kooperatif: Meningkatkan Kecerdasan Komunikasi antar Peserta Didik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Joko Suwandi. (2011). Penelitian Tindakan Kelas. Solobaru: Qinant Kemis dan Ati Rosnawati. (2013). Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus Tunagrahita. Jakarta: Luxima Martinis Yamin. (2007). Kiat Membelajarkan Siswa. Jakarta: Gaung Persada Press. Melvin L. Silberman. (2006). Active Learning: 101 Cara Belajar Siswa Aktif. Bandung: Nusa Media. Moh. Amin. (1995). Ortopedagogik Anak Tunagrahita. Jakarta: Depdikbud Dirjendikti. Mohammad Ali, dkk. (2007). Ilmu dan Aplikasi Pendidikan. Bandung: Imtima. Mohammad Efendi. (2006). Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan. Jakarta: Bumi Aksara. Mulyasa. (2009). Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Kemandirian Guru dan Kepala Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara. Mumpuniarti. (2003). Ortodidaktik Tunagrahita. Yogyakarta: FIP UNY 79 Mumpuniarti. (2007). Pembelajatran Akademik bagi Tunagrahita. Yogyakarta: FIP UNY. Munawir Yusuf, dkk. (2003). Pendidikan bagi Anak dengan Problema Belajar. Solo: Tiga Serangkai Pustaka Mandiri. Mustaqim. (2011). Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Nana Sudjana. (2005). Penilaian Hasil Proses Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosda Karya. Nana Syaodih Sukmadinata. (2005). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. Nini Triani dan Amir. (2013). Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus Lamban Belajar Slow Lerner. Jakarta: Luxima Metro Media. Nur Asma. (2006). Model Pembelajaran Kooperatif. Jakarta: Depdiknas. Peraturan Menteri Pendidikan No. 22 Tahun 2006. Redja Mudyahardjo. (2008). Filsafat Ilmu Pendidikan: Suatu Pengantar. Bandung: Remaja Rosdakarya Robert E. Slavin. (2010). Cooperative Learning: Teori, Riset dan Praktik. Bandung: Nusa Media. Roestiyah N. K. (2001). Strategi Belajar Mengajar. Ed. 6. Jakarta: Rhineka Cipta. Rita Eka Izzaty, dkk. (2008). Perkembangan Peserta Didik. Yogyakarta: UNY Press. Sa’dun Akbar. (2009). Penelitian Tindakan Kelas: Filosofi, Metodologi, Implementasi. Yogyakarta: Cipta Media. Sardiman. (2007). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Stanley Greenspan dan Serena Wieder dan Robi Simons. (2006). The Child with Special Needs: Anak Berkebutuhan Khusus. Penerjemah: Mieke Gembira Sari. Penyunting: Fridiawati Sulungbudi. Jakarta: Yayasan Ayo Main. Sugiyanto. (2010). Model-model Pembelajaran Inovatif. Ed. 2. Surakarta: Yuma Pustaka. 80 Suharjo. (2006). Mengenal Pendidikan Sekolah Dasar Teori dan Praktek. Jakarta: Depdiknas. Suharsimi Arikunto. (2007). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta: Bumi Aksara. ________________. (2010). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Suharsimi Arikunto, dkk. (2007). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. Sujati. (2000). Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: FIP UNY. Udin Syaefudin Sa’ud. (2012). Inovasi Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Undang-undang Dasar 1945 Pasal 31. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1 Ayat (1). Undang-undang No. 20 Tahun 2003 Pasal 32. Usman Samatowa. (2006). Bagaimana Membelajarkan IPA di Sekolah Dasar. Jakarta: Depdiknas Dirjen Dikti Direktorat Ketenagaan. Usman Samatowa. (2010). Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Jakarta: Indeks. Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitamaga. (2011). Mengenal Penelitian Tindakan Kelas. Ed. 2. Jakarta: Indeks. Yatim Riyanto. (2009). Paradigma Baru Pembelajaran: Sebagai Referensi bagi Pendidik dalam Implementasi Pembelajaran yang Efektif dan Berkualitas. Jakarta: Kencana. 81 Lampiran 1. Silabus Pembelajaran SILABUS PEMBELAJARAN SD NEGERI BANGUNREJO 2 KELAS V SEMESTER 2 MATA PELAJARAN: ILMU PENGETAHUAN ALAM Standar Kompetensi Kompetensi Dasar 7. Memahami perubahan yang terjadi di alam dan hubungannya dengan penggunaan sumber daya alam 7.3 Mendeskripsikan struktur bumi Materi Pokok dan Uraian Materi Struktur Bumi Kegiatan Belajar Mengamati video struktur Bumi Mengamati gambar Struktur Bumi Melakukan tanya jawab tentang struktur Bumi dari video dan gambar yang diamati Mengidentifikasi setiap bagian struktur melalui diskusi Menggambar struktur Bumi secara berkelompok Mempresentasikan hasil diskusi Menyimpulkan hasil presentasi Melaksanakan kuis Mengadakan perayaan hasil belajar 82 Indikator Pencapaian Kompetensi Mengidentifikasi setiap struktur bumi. Menyebutkan struktur bumi. Menunjukkan setiap bagian pada struktur bumi. Menggambarkan struktur bumi. Menampilkan sikap keaktifan belajar. Penilaian Tertulis Alokasi Waktu 5 x 35 menit Sumber/ Bahan/ Alat Buku IPA Kelas V Video Struktur Bumi Perbuatan Gambar Struktur Bumi Standar Kompetensi Kompetensi Dasar 7.4 Mendeskripsikan proses daur air dan kegiatan manusia yang dapat mempengaruhiny a Materi Pokok dan Uraian Materi Daur Air Kegiatan Belajar Mengamati video daur air Melakukan tanya jawab tentang daur air dan manfaatnya dari video yang diamati Menyebutkan proses daur ait dan manfaatnya bagi manusia melalui diskusi Mempresentasikan hasil diskusi Menyimpulkan hasil presentasi Melaksanakan kuis Mengadakan perayaan hasil belajar Indikator Pencapaian Kompetensi Menyebutkan proses daur air Menyebutkan kegiatan manusia yang dapat mempengaruhi daur air Menampilkan sikap keaktifan belajar Penilaian Tertulis Alokasi Waktu 3 x 35 menit Sumber/ Bahan/ Alat Buku IPA Kelas V Video Daur Air Perbuatan Yogyakarta, 2 Mei 2016 Praktikan, Eka Vebri Lestari NIM. 12108241175 83 Lampiran 2. RPP Siklus I RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) SIKLUS I Nama Sekolah : SD Negeri Bangunrejo 2 Mata Pelajaran : IPA Kelas/ Semester : V (Lima) /2 (dua) Alokasi waktu : 5 x 35 menit Waktu : Senin dan Selasa, 2 dan 3 Mei 2016 A. Standar Kompetensi 7. Memahami perubahan yang terjadi di alam dan hubungannya dengan penggunaan sumber daya alam B. Kompetensi Dasar 7.3 Mendeskripsikan struktur bumi C. Indikator 1. Kognitif a. Mengidentifikasi setiap struktur bumi. b. Menyebutkan struktur bumi. c. Menunjukkan setiap bagian pada struktur bumi. d. Menggambarkan struktur bumi. 2. Afektif Menampilkan sikap keaktifan belajar. D. Tujuan Pembelajaran 1. Kognitif a. Setelah mengamati, siswa dapat mengidentifikasi setiap struktur bumi dengan benar. b. Setelah berdiskusi, siswa dapat menyebutkan struktur bumi dengan benar. c. Setelah mengamati gambar struktur bumi, siswa dapat menunjukkan setiap lapisan struktur bumi dengan benar. 84 d. Setelah membuat model struktur bumi, siswa dapat menggambar struktur bumi dengan benar. 2. Afektif Setelah mengikuti kegiatan pembelajaran IPA dengan Cooperative Learning, siswa dapat menampilkan keaktifan belajarnya. E. Materi Ajar Struktur Bumi. F. Strategi Pembelajaran Strategi pembelajaran : Pembelajaran Kontekstual Model pembelajaran : Cooperative Learning G. Langkah-langkah Pembelajaran Pertemuan Ke-1 No. 1. Kegiatan Kegiatan Awal a. Guru mengawali pelajaran dengan mengucapkan salam. b. Siswa berdoa bersama-sama sebelum memulai pelajaran. c. Guru mempresensi dan mengecek kesiapan belajar siswa. d. Guru membagi tempat duduk siswa berdasarkan kemampuan siswa. e. Guru menyampaikan alur kegiatan yang akan dilakukan selama pembelajaran. f. Guru melakukan apersepsi untuk menggali pengetahuan awal siswa sebelum masuk pada pelajaran inti. Guru bertanya “Anak-anak, siapa yang pernah makan telur rebus? Pernahkah kalian memperhatikan bagian-bagian telur rebus?” g. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran. Kegiatan Inti a. Siswa mengamati video dan gambar struktur bumi yang ditampilkan oleh guru b. Siswa diberi pengarahan oleh guru untuk memikirkan apa yang sudah diamati (apa, seperti apa, dan bagaimana?) c. Siswa bertanya kepada guru tentang hal yang belum dimengerti seperti: “Berapa dalam inti bumi? Seberapa panas inti Bumi? Kenapa kita 85 Waktu (Menit) 15 menit 45 menit dapat melihat langit?” d. Siswa diberi kesempatan untuk bertanya jawab dengan teman sebangkunya tentang video dan gambar yang telah mereka amati e. Siswa bersama pasangannya membuat rangkuman bergambar tentang materi struktur bumi yang dapat diperoleh dari berbagai sumber f. Siswa mengumpulkan hasil pekerjaannya g. Siswa melakukan tanya jawab dengan guru tentang hal yang belum dimengeri Kegiatan Akhir a. Siswa saling bercerita tentang pengalaman selama kegiatan pembelajaran b. Guru menjelaskan secara singkat pelajaran pada 10 menit pertemuan selanjutnya yaitu masih pembelajaran kelompok dengan kelompok yang sama c. Guru menutup pelajaran dengan doa bersama dan salam Pertemuan Ke-2 No. 1. 2. Kegiatan Kegiatan Awal a. Guru mengawali pelajaran dengan mengucapkan salam. b. Siswa berdoa bersama sebelum memulai pelajaran c. Guru mempresensi dan mengecek kesiapan belajar siswa d. Guru melakukan apersepsi untuk pengetahuan awal siswa sebelum masuk pada pelajaran inti dengan bertanya jawab dengan siswa tentang materi pada pertemuan sebelumnya e. Guru menyampaikan bahwa siswa akan melanjutkan belajar kelompok pada pertemuan sebelumnya f. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran Kegiatan Inti a. Siswa melanjutkan tugas membuat rangkuman bergambar dari pertemuan sebelumnya b. Siswa bersama pasangannya mempresentasikan hasil pekerjaannya, sedangkan siswa lain mendengarkan dan menanggapinya. c. Siswa bersama guru menyimpulkan hasil presentasi d. Guru memberi penguatan tentang materi yang 86 Waktu (Menit) 15 menit 75 menit 3. sudah dipelajari e. Siswa diberi kesempatan untuk bertanya mengenai hal-hal yang belum dimengerti f. Siswa mengerjakan soal kuis secara individu dengan tempat duduk yang diacak sehingga berjauhan dengan pasangannya g. Siswa bersama guru mencocokan hasil kuis dan menganalis hasilnya agar didapatkan kelompok dengan poin tertinggi h. Siswa dan guru mengadakan perayaan pembelajaran dengan memberikan penghargaan (reward) kepada kelompok dengan hasil kuis tertinggi Kegiatan Akhir a. Siswa bersama guru menyimpulkan pelajaran b. Siswa dan guru saling memberikan pesan dan kesan selama pembelajaran c. Siswa menempelkan hasil kerja kelompoknya di dinding kelas d. Guru menutup pelajaran dengan doa bersama dan salam. 15 menit H. Alat/ Bahan dan Sumber Belajar 1. Choiril Azmiyawati, dkk. 2008. IPA 5 Salingtemas: untuk SD Kelas V SD/ MI (BSE). Jakarta: Pusat Perbukuan. Halaman 139-141. 2. Video Struktur Bumi. 3. Gambar Struktur Bumi. I. Penilaian 1. Teknik penilaian : Tes tertulis dan Nontes 2. Bentuk penilaian : Isian Singkat dan Observasi 3. Instrumen penilaian : Terlampir 4. Kisi-kisi soal penilaian : Terlampir 5. Kunci jawaban : Terlampir 6. Rubrik penilaian : Terlampir 7. Pedoman penskoran : Terlampir 8. Kriteria keberhasilan : a. Kognitif : 70 % dari keseluruhan siswa mendapat nilai di atas 70. 87 b. Afektif : rata-rata keaktifan belajar dalam kategori baik dengan persentase ≥75%. J. Lampiran 1. Ringkasan Materi 2. Media Pembelajaran 3. Kisi-Kisi Penilaian dan Pedoman Penskoran 4. Soal Evaluasi 5. Kunci Jawaban Evaluasi 6. Lembar Kerja Siswa 88 BAHAN AJAR A. Ringkasan Materi Struktur Bumi Bumi tempat kita tinggal saat ini merupakan salah satu anggota tata surya dengan matahari sebagai pusatnya. Struktur bumi dari dalam ke luar adalah lapisan inti bumi dalam, inti bumi luar, selimut/ mantel bumi, kerak bumi, dan atmosfer. Lapisan inti bumi dalam merupakan pusat bumi. Lapisan inti dalam memiliki ketebalan sebesar 2.740 km dengan suhu ±4.500ºC. Lapisan ini terbentuk dari besi dan nikel padat serta merupakan lapisan yang paling panas. Lapisan inti bumi luar merupakan lapisan tersusun atas cairan yang sangat kental. Ketebalan lapisan ini adalah 2.000 km dengan suhu ±2.200ºC. Lapisan ini terbentuk dari besi, nikel, dan zat lain. Lapisan inti bumi luar berbatasan dengan lapisan selimut/ mantel bumi. Lapisan selimut/ mantel bumi merupakan lapisan paling tebal yang memiliki ketebalan 2.900 km dan suhu ±3.700ºC. Lapisan ini terdiri atas mineral silikat. Bagian atas lapisan selimut ini berbatasan dengan kerak bumi. Pada bagian inilah sering terjadi pergerakan yang diakibatkan karena melelehnya kerak bumi bagian bawah dan menerobosnya cairan silikat kental panas melalui celah-celah kerak bumi. Cairan ini dikenal dengan sebutan magma. Pergerakan magma inilah yang menyebabkan terjadinya gempa bumi. Lapisan kerak bumi memiliki ketebalan 6-70 km. Suhu di dasar ±1.050ºC. Lapisan ini merupakan lapisan dimana makhluk hidup tinggal. Pada lapisan ini banyak terdapat batuan. Pada lapisan kerak bumi atas, batuan telah mengalami pelapukan dan membentuk tanah. Lapisan atmosfer berfungsi seperti payung yang melindungi bumi dari pancaran sinar matahari. Semakin jauh (ke atas) dari muka bumi, lapisan udara semakin tipis. Atmosfer tersusun dari lapisan troposfer, stratosfer, mesosfer, dan termosfer. Bagian paling luar dari atmosfer adalah lapisan eksosfer. 89 B. Media Pembelajaran Pertemuan ke-1: Video tentang Struktur Bumi Pertemuan ke-2: Gambar Struktur Bumi 90 LEMBAR KERJA SISWA Lakukanlah dengan teman sebangkumu! Carilah materi tentang struktur Bumi dari buku, internet, atau sumber lainnya. Buatlah gambar struktur Bumi pada kertas yang sudah disediakan gurumu. Di dalam gambar harus ada: 1. Gambar lapisan-lapisan Bumi berserta namanya. 2. Ketebalan lapisan-lapisan Bumi 3. Mineral penyusun lapisan-lapisan Bumi Keterangan: Gambar dibuat semenarik mungkin. Bentuk gambar bebas. Boleh memakai pewarna. 91 SOAL EVALUASI Nama : No. presensi : Kelas : Jawablah pertanyaan berikut dengan benar 1. Bumi terdiri dari lima lapisan, yaitu .... 2. Lapisan yang merupakan pusat bumi adalah .... 3. Manusia tinggal pada lapisan .... 4. Lapisan bumi yang terdiri dari udara dan langsung terhubung dengan angkasa luar adalah .... 5. Lapisan Bumi yang paling tebal disebut ..... 6. Inti bumi dalam terbentuk dari ... dan .... 7. Perhatikan gambar di bawah ini! Sebutkan nama lapisan Bumi pada kolom yang sudah disediakan. 92 KUNCI JAWABAN EVALUASI 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Inti bumi dalam, inti bumi luar, mantel, kerak, atmosfer Inti bumi Kerak bumi Atmosfer Mantel Besi dan nikel Jawaban: Inti Bumi Dalam Inti Bumi Luar Mantel Kerak Bumi 93 KISI-KISI PENILAIAN DAN PEDOMAN PENSKORAN A. Kisi-kisi Penilaian Kognitif Standar Kompetansi: 7. Memahami perubahan yang terjadi di alam dan hubungannya dengan penggunaan sumber daya alam. Kompetensi Dasar 7.3 Mendeskripsikan struktur bumi Indikator Ranah Kognitif C1 1. Menyebutkan struktur bumi. 2. Mengidentifikasi C1 setiap struktur bumi. 3. Menunjukkan setiap C2 bagian pada struktur bumi. 4. Menggambarkan C1 struktur bumi. Bentu k Soal Nomor Soal 1 2, 3, 5, 6 Isian 4 7 B. Kisi-kisi Penilaian Afektif No Aspek yang Diamati 1. Turut serta siswa dalam melaksanakan tugas belajar Keterlibatan siswa dalam pemecahan masalah Melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk guru Keterlibatan siswa dalam mengambil keputusan, berpendapat, atau menerima pendapat orang lain Jumlah 2. 3. 4. Jumlah butir C. Rubrik Penilaian Ranah Kognitif No Jawaban 1 Inti bumi dalam, inti bumi luar, mantel, kerak, atmosfer 2 Inti bumi 3 Kerak bumi 4 Atmosfer 5 Mantel 6 Besi dan nikel Dai kolom atas ke bawah: 7 Inti bumi dalam - inti bumi luar – mantel - kerak Jumlah 94 No. Butir Skor 5 1 1 1 1 2 4 15 95 Lampiran 3. RPP Siklus II RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) SIKLUS II Nama Sekolah : SD Negeri Bangunrejo 2 Mata Pelajaran : IPA Kelas/ Semester : V (Lima) /2 (dua) Alokasi waktu : 3 x 35 menit Waktu : Kamis, 12 Mei 2016 A. Standar Kompetensi Memahami perubahan yang terjadi di alam dan hubungannya dengan penggunaan sumber daya alam B. Kompetensi Dasar 7.4 Mendeskripsikan proses daur air dan kegiatan manusia yang dapat mempengaruhinya C. Indikator 1. Kognitif a. Menyebutkan proses daur air b. Menyebutkan kegiatan manusia yang dapat mempengaruhi daur air 2. Afektif a. Menampilkan sikap keaktifan belajar. D. Tujuan Pembelajaran 1. Kognitif a. Setelah melihat video siswa dapat menyebutkan proses daur air b. Setelah diskusi siswa dapat menjelaskan proses daur air c. Setelah diskusi siswa dapat menyebutkan kegiatan manusia yang dapat mempengaruhi daur air 2. Afektif a. Setelah mengikuti kegiatan pembelajaran IPA dengan Cooperative Learning, siswa dapat menampilkan keaktifan belajarnya. 96 E. Materi Ajar Daur Air F. Strategi Pembelajaran Strategi pembelajaran : Pembelajaran Kontekstual Model pembelajaran : Cooperative Learning G. Langkah-langkah Pembelajaran No. 1. Kegiatan Kegiatan Awal a. Guru mengawali pelajaran dengan mengucapkan salam. b. Siswa berdoa bersama-sama sebelum memulai pelajaran. c. Guru mempresensi dan mengecek kesiapan belajar siswa. d. Guru membagi tempat duduk siswa secara acak. e. Guru menyampaikan alur kegiatan yang akan dilakukan selama pembelajaran. f. Guru melakukan apersepsi untuk menggali pengetahuan awal siswa sebelum masuk pada pelajaran inti. Guru bertanya “Anak-anak, apa yang kita gunakan untuk mandi? Apa yang digunakan untuk masak? Air bersih atau air kotor? Air datangnya dari mana?” g. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran. Kegiatan Inti a. Siswa mengamati video daur air yang ditampilkan oleh guru b. Siswa diberi pengarahan oleh guru untuk memikirkan apa yang sudah diamati (apa, seperti apa, dan bagaimana?) c. Siswa bertanya kepada guru tentang hal yang belum dimengerti seperti: “Mengapa ada hujan? Mengapa air tidak habis kalau dipakai? Apakah itu air tanah?” d. Siswa membentuk kelompok beranggotakan 3 orang dengan bimbingan guru e. Siswa berdiskusi dan membuat rangkuman tentang daur air pada lembar kerja yang telah disediakan 97 Waktu (Menit) 15 menit 80 menit dengan bimbingan guru f. Siswa menjelaskan penjelasan guru tentang aturan presentasi. g. Siswa secara berkelompok mempresentasikan hasil pekerjaannya dengan bimbingan guru h. Siswa yang tidak presentasi wajib memberikan kometar/ tanggapan/ pertanyaan kepada kelompok yang presentasi secara lisan (hanya satu kelompok, kelompok dengan nomor urut selanjutnya) dan tertulis (untuk semua kelompok, satu kelompok satu tanggapan ditulis pada lembar yang telah disediakan) i. Siswa mengumpulkan hasil pekerjaannya j. Siswa bersama guru menyimpulkan hasil presentasi k. Guru memberi penguatan tentang materi yang sudah dipelajari l. Siswa diberi kesempatan untuk bertanya mengenai hal-hal yang belum dimengerti m. Siswa mengerjakan soal kuis secara individu dengan tempat duduk yang diacak sehingga berjauhan dengan pasangannya n. Siswa bersama guru mencocokan hasil kuis dan menganalis hasilnya agar didapatkan kelompok dengan poin tertinggi o. Siswa dan guru mengadakan perayaan pembelajaran dengan memberikan penghargaan (reward) kepada kelompok dengan hasil kuis tertinggi Kegiatan Akhir a. Siswa bersama guru menyimpulkan pelajaran b. Siswa dan guru saling memberikan pesan dan kesan selama pembelajaran c. Guru menutup pelajaran dengan doa bersama dan salam. 10 menit H. Alat/ Bahan dan Sumber Belajar 1. Choiril Azmiyawati, dkk. 2008. IPA 5 Salingtemas: untuk SD Kelas V SD/ MI (BSE). Jakarta: Pusat Perbukuan. Halaman 146-148. 2. Video Daur Air. 98 I. Penilaian 1. Teknik penilaian : Tes tertulis dan Non tes 2. Bentuk penilaian : Isian Singkat dan Observasi 3. Instrumen penilaian : Terlampir 4. Kisi-kisi soal penilaian : Terlampir 5. Kunci jawaban : Terlampir 6. Rubrik penilaian : Terlampir 7. Pedoman penskoran : Terlampir 8. Kriteria keberhasilan : a. Kognitif : 80 % dari keseluruhan siswa mendapat nilai di atas 70. b. Afektif : rata-rata keaktifan belajar dalam kategori baik dengan persentase ≥65%. J. Lampiran 1. Ringkasan Materi 2. Media Pembelajaran 3. Kisi-Kisi Penilaian dan Pedoman Penskoran 4. Soal Evaluasi 5. Kunci Jawaban Evaluasi 6. Lembar Kerja Siswa 99 BAHAN AJAR Ringkasan Materi DAUR AIR Dua per tiga permukaan Bumi adalah air. Semua makhluk hidup membutuhkan air agar dapat bertahan hidup, tanpa air semua makhluk hidup akan binasa. Oleh karena itu, air sangat penting bagi kehidupan manusia. Manusia, hewan, tumbuhan menggunakan air secara terus menerus seperti makan, minum, mandi, dan lain sebagainya. Mengapa air tidak habis? Jawabannya karena air yang sudah dugunakan dapat menjadi air bersih yang bisa kita gunakan lagi melalui suatu proses yang disebut daur air. Daur air merupakan sirkulasi (perputaran) air secara terus-menerus dari bumi ke atmosfer dan kembali ke Bumi. Daur air ini terjadi melalui proses evaporasi (penguapan), presipitasi (pengendapan), dan kondensasi (pengembunan). Air di laut, sungai, dan danau menguap karena pengaruh panas dari sinar matahari. Tumbuhan juga mengeluarkan uap air ke udara. Proses penguapan ini disebut evaporasi. Uap air naik dan berkumpul di udara. Lama-kelamaan, udara tidak dapat lagi menampung uap air (jenuh). Proses ini disebut presipitasi (pengendapan). 100 Jika suhu udara turun, uap air akan berubah menjadi titik-titik air. Titiktitik air ini membentuk awan. Proses ini disebut kondensasi (pengembunan). Titik-titik air di awan kemudian akan turun menjadi hujan. Air hujan akan turun di darat maupun di laut. Air hujan itu akan jatuh ke tanah atau perairan. Air hujan yang jatuh di tanah akan meresap menjadi air tanah. Air tanah akan keluar melalui sumur. Air tanah juga akan merembes ke danau atau sungai. Air hujan juga ada yang jatuh ke perairan, misalnya sungai atau danau. Kondisi ini akan menambah jumlah air di tempat tersebut. Air di sungai akan mengalir ke laut. Di lain pihak sebagian air di sungai dapat menguap kembali. Air sungai yang menguap membentuk awan bersama dengan uap dari air laut dan tumbuhan. Proses perjalanan air di daratan itu terjadi dalam daur air. Dari sini dapat disimpulkan bahwa jumlah air di Bumi secara keseluruhan cenderung tetap., hanya wujud dan tempatnya yang berubah. Secara sederhana daur air dapat digambarkan seperti di bawah ini. Akhir-akhir ini kekeringan terjadi di mana-mana. Padahal secara teori, air tidak akan pernah habis. Apakah faktor yang memengaruhinya? Faktor yang mempengaruhinya adalah kegiatan manusia yang mengakibatkan daur air tidak lancar. Kegiatan-kegiatan tersebut seperti: penggundulan hutan, penutupan tanah oleh aspal dan semen (betonisasi), pembangunan hunian di daerah resapan air, pencemaran air limbah industri, dll. 101 Lembar Kerja Siswa Nama anggota : 1. 2. 3. Langkah Kegiatan: A. Diskusikan dengan teman satu kelompokmu tentang daur air dan faktor-faktor yang mempengaruhi daur air. B. Buatlah skema daur air sederhana dan jelaskan proses daur air secara singkat pada kertas yang telah disediakan. C. Sebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi daur air. D. Presentasikan hasil pekerjaanmu di depan kelas secara berkelompok dan urut dari kelompok pertama. E. Kelompok dengan nomor urut presentasi ke-2 wajib memberikan wajib memberikan tanggapan/komentar/pertanyaan kepada kelompok ke-1. F. Kelompok dengan nomor urut presentasi ke-3 tanggapan/komentar/pertanyaan kepada kelompok ke-2, dan seterusnya sampai presentasi selesai. G. Setiap kelompok wajib memberikan tanggapan/komentar/pertanyaan kepada kelompok yang sedang presentasi pada lembar yang sudah disediakan. H. Hasil kerja dikumpulkan kepada guru. 102 Lembar Hasil Kerja Siswa A. Skema Daur Air Keterangan: .............................................................................................................................. .............................................................................................................................. .............................................................................................................................. .............................................................................................................................. .............................................................................................................................. .............................................................................................................................. .............................................................................................................................. .............................................................................................................................. .............................................................................................................................. .............................................................................................................................. B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Daur Air Jawab: .............................................................................................................................. .............................................................................................................................. .............................................................................................................................. .............................................................................................................................. .............................................................................................................................. .............................................................................................................................. 103 C. Lembar Tanggapan/ Pertanyaan/ Komentar No Kelompok Presentasi Tanggapan/ Pertanyaan/ Komentar 1 2 3 4 5 6 104 Soal Evaluasi Nama : ____________________ No. : ____________________ Jawablah pertanyaan berikut dengan tepat! 1. Air di Bumi tidak pernah habis walaupun digunakan secara terus menerus. 2. Hal ini disebabkan air mengalami .... 3. Evaporasi disebut juga .... 4. Proses dimana uap air jenuh dan mengendap di udara disebut .... 5. Uap air naik ke udara membentuk .... 6. Awan terbentuk karena adanya proses .... 7. Uap air yang suhunya turun akan berubah menjadi air. Air ini akan berkumpul di angkasa kemudian turun menjadi .... 8. Pohon berperan penting dalam proses daur air, yaitu.... 9. Betonisasi jalan-jalan dapat mempengaruhi proses daur air karena .... 10. Contoh kegiatan manusia yang berdampakpositif terhadap proses daur air adalah .... 11. Lengkapilah gambar berikut! b e i. ____________________________ d. __________________________ ii. ____________________________ e. __________________________ iii. ____________________________ f. __________________________ 105 KISI-KISI PENILAIAN DAN PEDOMAN PENSKORAN D. Kisi-kisi Penilaian Kognitif Standar Kompetansi: 7. Memahami perubahan yang terjadi di alam dan hubungannya dengan penggunaan sumber daya alam. Kompetensi Indikator Dasar 7.4 1. Menyebutkan Mendeskripsik proses daur air an proses daur 2. Menyebutkan air dan kegiatan manusia kegiatan yang dapat manusia yang mempengaruhi dapat daur air mempengaruhi -nya E. Rubrik Penilaian Ranah Kognitif No Soal Air di Bumi tidak pernah habis walaupun digunakan secara terus 1 menerus. Hal ini disebabkan air mengalami .... 2 Evaporasi disebut juga .... Proses dimana uap air jenuh dan 3 mengendap di udara disebut .... 4 Uap air naik ke udara membentuk .... Awan terbentuk karena adanya proses 5 .... Uap air yang suhunya turun akan berubah menjadi air. Air ini akan 6 berkumpul di angkasa kemudian turun menjadi .... Pohon berperan penting dalam proses 7 daur air, yaitu.... Betonisasi jalan-jalan dapat 8 mempengaruhi proses daur air karena .... 9 Contoh kegiatan manusia yang berdampakpositif terhadap proses daur air adalah .... 10 Lengkapilah gambar berikut! 106 Ranah Kognitif Bentu k Soal Jawaban Nomor Soal Skor Perputaran 1 Penguapan 1 Presipitasi 1 Awan 1 Kondensasi 1 Hujan 1 Menyimpan cadangan air 1 Mengurangi penyerapan air 1 Reboisasi 1 a. Evaporasi b. Uap air 6 c. d. e. f. b Presipitasi Kondensasi Awan Hujan e Jumlah 15 F. Kisi-kisi Penilaian Afektif No Aspek yang Diamati 1. Turut serta siswa dalam melaksanakan tugas belajar Keterlibatan siswa dalam pemecahan masalah Melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk guru Keterlibatan siswa dalam mengambil keputusan, berpendapat, atau menerima pendapat orang lain Jumlah 2. 3. 4. Jumlah butir No. Butir G. Rubrik Penilaian Keaktifan Siswa No Aspek yang diamati Mengikuti perintah guru dalam pengkondisian kelas dengan 1 tertib 2 Memperhatikan apersepsi dari guru 3 Bertanya atau menangggapi apersepsi guru 4 Memperhatikan penjelasan guru 5 Memperhatikan video yang ditampilkan 6 Tidak mengobrol saat ditampilkan video 7 Bertanya atau menanggapi video yang dilihat 8 Memperhatikan teman yang sedang berbicara 9 Menanggapi pendapat teman 10 Memperhatikan penjelasan materi dari guru Berpindah tempat duduk sesuai dengan kelompok sebelumnya 11 dengan tertib 107 Cek 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 Berdiskusi dengan teman satu kelompok Bekerja sama mengerjakan lembar kerja Tidak berbuat gaduh di kelas pada saat diskusi Tidak jalan-jalan pada waktu diskusi Tidak keluar masuk kelas tanpa seijin guru Mempresentasikan hasil diskusi Memperhatikan teman yang sedang presentasi Bertanya atau menanggapi presentasi teman secara lisan Bertanya atau menanggapi presentasi teman secara tertulis Berpendapat tentang kesimpulan hasil presentasi Mendengarkan penguatan meteri dari guru Mengerjakan soal kuis Tidak mencontek atau bekerjasama dengan teman saat mengerjakan soal Turut serta mencocokkan dan menganalisis hasil kuis Berpendapat tentang kesimpulan pembelajaran materi daur air Berbicara tentang pesan dan kesan pembelajaran 108 Lampiran 4. Jadwal Penelitiam JADWAL PENELITIAN Bulan dalam tahun 2016, minggu keKegiatan Mar 1 2 3 Apr 4 1 2 3 Mei 4 Penyusunan Proposal Penelitian Perizinan Persiapan Pengambilan Data Pengumpulan Data Siklus I Analisis Data Siklus I Pengumpulan Data Siklus II Analisi Sata Siklus II Penyusunan Laporan 109 1 2 3 Jun 4 1 2 3 Jul 4 1 2 3 4 Lampiran 5. Kisi-kisi Observasi Keaktifan Belajar Siswa KISI-KISI OBSERVASI KEAKTIFAN BELAJAR SISWA No. 1. Indikator Aspek yang Diamati Turut serta siswa dalam Mengikuti perintah guru dalam melaksanakan tugas pengkondisian kelas dengan tertib belajar Memperhatikan penjelasan guru Mengamati video dengan seksama 2. Keterlibatan siswa dalam Mengerjakan pemecahan masalah lembar kerja yang diberikan Mengerjakan kuis secara individu Turut serta menganalisis hasil kuis 3. Melaksanakan diskusi Melakukan diskusi kelompok sesuai kelompok sesuai dengan dengan kelompok yang telah ditentukan petunjuk guru Bekerjasama dengan teman kelompoknya dalam mengerjakan tugas kelompok 4. Keterlibatan siswa dalam Bertanya atau menangggapi apersepsi mengambil berpendapat, keputusan, guru atau Menanggapi video yang telah diamati menerima pendapat orang Memperhatikan lain teman yang sedang berbicara dan menghargai pendapatnya Mempresentasikan hasil diskusi Membuat kesimpulan pembelajaran Jumlah 110 Lampiran 6. Lembar Observasi Siklus I Pertemuan ke-1 Lembar Observasi Keaktifan Siswa Hari, tanggal : _____________________________________ Waktu : _____________________________________ Pertemuan ke- : 1 Siklus ke:1 Mapel : IPA SK : 7. Memahami perubahan yang terjadi di alam hubungannya dengan penggunaan sumber daya alam KD : 7.3 Mendeskripsikan struktur bumi Observer : _____________________________________ dan Petunjuk: Berilah tanda centang (√) pada tabel yang telah disediakan jika tindakan siswa sesuai dengan aspek yang diamati. A. Kegiatan Siswa No Aspek yang diamati 1 Mengikuti perintah guru dalam pengkondisian kelas dengan tertib 2 Memperhatikan penjelasan dari guru 3 Bertanya atau menangggapi apersepsi guru 4 Memperhatikan video yang ditampilkan 5 Memperhatikan gambar 6 Tidak mengobrol saat di tampilkan video dan gambar 7 Tidak jalan-jalan di kelas saat ditampilkan gambar 8 Bertanya atau menanggapi video dan gambar yang dilihat 9 Memperhatikan teman yang sedang berbicara 10 Menanggapi pendapat teman 11 Berdiskusi dengan teman sebangku 12 Bekerja sama membuat gambar struktur Bumi 13 Tidak berbuat gaduh di kelas pada saat diskusi 14 Tidak jalan-jalan pada waktu diskusi 15 Tidak keluar masuk kelas tanpa seijin guru 111 Cek 16 Bertanya atau berpendapat tentang hal yang belum dimengerti 17 Bercerita tentang pembelajaran yang sudah dilakukan 18 Memperhatikan penjelasan guru B. Tindakan Guru No Aspek yang diamati Cek 1 Mempresendi dan mengecek kesiapan belajar siswa 2 Mengatur tempat duduk siswa sesuai yang telah disiapkan 3 Menjelaskan alur kegiatan yang akan dilakukan 4 Menyampaikan apersepsi 5 Memberi timbal balik tanggapan siswa 6 Menyampaikan tujuan pembelajaran 7 Menampilkan video 8 9 10 11 12 Menampilkan gambar dan memberikan sedikit penjelasan materi struktur Bumi Meminta siswa untuk berpikir tentang apa yang sudah dilihat, bagaimana, dan seperti apa Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya atau menanggapi Meminta siswa untuk bertanya jawab dengan teman sebangkunya tentang video dan gambar yang telah mereka amati Meminta siswa membuat rangkuman bergambar tentang materi struktur bumi yang dapat diperoleh dari berbagai sumber 13 Membimbing siswa dalam membuat rangkuman bergambar 14 Meminta siswa mengumpulkan gambarnya 15 16 Bertanya kepada siswa tentang pengalaman selama kegiatan pembelajaran Menjelaskan secara singkat pelajaran pada pertemuan selanjutnya Yogyakarta, 2 Mei 2016 Observer 112 Lampiran 7. Lembar Observasi Siklus I Pertemuan ke-2 Lembar Observasi Keaktifan Siswa Hari, tanggal : _____________________________________ Waktu : _____________________________________ Pertemuan ke- : 2 Siklus ke:1 Mapel : IPA SK : 7. Memahami perubahan yang terjadi di alam hubungannya dengan penggunaan sumber daya alam KD : 7.3 Mendeskripsikan struktur bumi Observer : _____________________________________ dan Petunjuk: Berilah tanda centang (√) pada tabel yang telah disediakan jika tindakan siswa sesuai dengan aspek yang diamati. A. Kegiatan Siswa No Aspek yang diamati 1 Mengikuti perintah guru dalam pengkondisian kelas dengan tertib 2 Memperhatikan penjelasa dari guru 3 Bertanya atau menangggapi apersepsi guru 4 Berpindah tempat duduk sesuai dengan kelompok sebelumnya dengan tertib 5 Bekerjasama membuat gambar 6 Tidak membuat gaduh di kelas 7 Tidak jalan-jalan di kelas saat membuat gambar 8 Mempresentasikan gambar yang sudah dibuat 9 Memperhatikan teman yang sedang presentasi 10 Bertanya atau menanggapi presentasi teman 11 Berpendapat tentang kesimpulan hasil presentasi 12 Mendengarkan penjelasan guru 13 Mengerjakan soal kuis 113 Cek 14 Tidak mencontek atau bekerjasama dengan teman saat mengerjakan soal 15 Turut serta mencocokkan dan menganalisis hasil kuis 16 Menerima hasil kuis dengan lapang dada 17 Berpendapat tentang kesimpulan pembelajaran materi struktur Bumi 18 Berbicara tentang pesan dan kesan pembelajaran 19 Menempelkan gambar di tempat yang sudah disediakan B. Tindakan Guru No Aspek yang diamati 1 Mempresensi dan mengecek kesiapan belajar siswa 2 Menyampaikan apersepsi 3 Memberi timbal balik tanggapan siswa 4 Menyampaikan tujuan pembelajaran 5 Membagikan gembar yang dibuat siswa pada pertemuan sebelumnya 6 Memberi kesempatan siswa untuk menyelesaikan gambarnya 7 Meminta siswa untuk mempresentasikan hasil pekerjaannya 8 Membimbing presentasi siswa 9 Memberikan kesempatan kepada siswa lain untuk memberikan tanggapan terhadap presentasi temannya 10 Mengarahkan siswa untuk membuat kesimpulan presentasi 11 Memberikan penguatan terhadap materi yang sudah dipelajari 12 13 14 Memberi kesempatan siswa untuk bertanya bila ada hal yang belum dipahami Memberikan kuis berupa soal untuk dikerjakan siswa secara individu Mengarahkan siswa untuk mencocokkan dan menganalisis hasil kuis bersama-sama 114 Cek 15 16 17 Memberikan reward untuk kelompok dengan hasil kuis paling tinggi Menyimpulkan pembelajaran materi struktur Bumi Memberi kesempatan siswa untuk menyampaikan pesan dan kesan selama pembelajaran Yogyakarta, 4 Mei 2016 Observer 115 Lampiran 8. Lembar Observasi Siklus II Lembar Observasi Keaktifan Siswa Hari, tanggal : _____________________________________ Waktu : _____________________________________ Pertemuan ke- : _____________________________________ Siklus ke:2 Mapel : IPA SK : 7. Memahami perubahan yang terjadi di alam hubungannya dengan penggunaan sumber daya alam KD : 7.3 Mendeskripsikan struktur bumi Observer : _____________________________________ dan Petunjuk: Berilah tanda centang (√) pada tabel yang telah disediakan jika tindakan siswa sesuai dengan aspek yang diamati. Kegiatan Siswa No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Cek Aspek yang diamati Mengikuti perintah guru dalam pengkondisian kelas dengan tertib Berpindah tempat duduk sesuai perintah guru dengan tertib Memperhatikan apersepsi dari guru Bertanya atau menangggapi apersepsi guru Memperhatikan penjelasan guru Memperhatikan video yang ditampilkan Tidak mengobrol saat ditampilkan video Bertanya atau menanggapi video yang dilihat Memperhatikan teman yang sedang berbicara Menanggapi pendapat teman Memperhatikan penjelasan materi dari guru Berdiskusi dengan teman satu kelompok 116 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 Bekerja sama mengerjakan lembar kerja Tidak berbuat gaduh di kelas pada saat diskusi Tidak jalan-jalan pada waktu diskusi Tidak keluar masuk kelas tanpa seijin guru Mempresentasikan hasil diskusi Memperhatikan teman yang sedang presentasi Bertanya atau menanggapi presentasi teman secara lisan Bertanya atau menanggapi presentasi teman secara tertulis Berpendapat tentang kesimpulan hasil presentasi Mendengarkan penguatan meteri dari guru Mengerjakan soal kuis Tidak mencontek atau bekerjasama dengan teman saat mengerjakan soal Turut serta mencocokkan dan menganalisis hasil kuis Berpendapat tentang kesimpulan pembelajaran materi daur air Berbicara tentang pesan dan kesan pembelajaran Skor Tindakan Guru No Aspek yang diamati 1 Mempresensi dan mengecek kesiapan belajar siswa 2 Mengatur tempat duduk siswa sesuai yang telah disiapkan 3 Menyampaikan apersepsi 4 Memberi timbal balik tanggapan siswa terhadap apersepsi 5 Menyampaikan tujuan pembelajaran 6 Menampilkan video 7 Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya atau menanggapi video yang dilihat 8 Memberikan penguatan/jawaban dari pendapat/pertanyaan siswa 117 Cek 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 Memberikan sedikit penjelasan materi daur air Meminta siswa berdiskusi secara kelompok tentang materi daur air Meminta siswa mengerjakan lembar kerja Membimbing siswa dalam berdiskusi Meminta siswa untuk mempresentasikan hasil diskusinya Membimbing presentasi siswa Memberikan kesempatan kepada siswa lain untuk memberikan tanggapan terhadap presentasi temannya Mengarahkan siswa untuk membuat kesimpulan presentasi Memberikan penguatan terhadap materi yang sudah dipelajari Memberi kesempatan siswa untuk bertanya bila ada hal yang belum dipahami Memberikan kuis berupa soal untuk dikerjakan siswa secara individu Mengarahkan siswa untuk mencocokkan dan menganalisis hasil kuis bersama-sama Memberikan reward untuk kelompok dengan hasil kuis paling tinggi Menyimpulkan pembelajaran materi daur air Memberi kesempatan siswa untuk menyampaikan pesan dan kesan selama pembelajaran Yogyakarta, Observer Mei 2016 ______________________ 118 Lampiran 9. Analisis Data Hasil Observasi Siklus I Pertemuan ke-1 119 Lampiran 10. Analisis Data Hasil Observasi Siklus I Pertemuan ke-2 120 Lampiran 11. Analisis Data Hasil Observasi Siklus II 121 Lampiran 12. Hasil Wawancara HASIL WAWANCARA DENGAN GURU No Pertanyaan 1 Bagaimana cara membuat siswa lebih aktif dalam bertanya atau berpendapat? 2 Media apa yang disenangi siswa? 3 Mengapa beberapa siswa yang aktif dan hasil belajar cukup bagus dikategorikan siswa berkebutuhan khusus? 4 Bagaimana keberadaan GPK dikelas saat pembelajaran atau pun saat ulangan? 5 Mengapa siswa terlihat tidak paham tentang presentasi? 6 Kenapa pada siklus I ada siswa yang tidak hadir pada pertemuan pertama tetapi hasil kuisnya bagus? Hasil Sebagai guru kita harus terus memancing siswa, misalnya dengan menunjuk siswa, karena kalau tidak ditunjuk tidak ada yang mau berbicara. Rata-rata siswa disini menyukai video, terutama jika diputarkan film. Karena daam menentukan kebutuhan siswa menggunakan tes IQ terhadap siswa-siswa yang diindikasi memiliki keistimewaan, tetapi ada pula siswa pindahan dari sekolah lain yang sudah dinyatakan berkebutuhan di sekolah lamanya. Adanya GPK pada pembelajaran sangat membantu, karena akan menghabiskan waktu dan materi dalam satu semester tidak dapat terselesaikan jika harus menjelaskan berulangulang pada siswa. Tetapi sebenarnya saya kurang suka kalau GPK terlalu menuntun siswa, seharusnya mereka hanya membantu agar siswa paham. Hasilnya saat ulangan kenaikan kelas dan siswa tidak ditunggui GPK mereka yang terbiasa dituntun menjadi tidak bisa kerja sendiri. Siswa memang jarang melakukan presentasi sebelumnya. Kadang ada presentasi oleh siswa ketika ada mahasiswa praktik, itu pun tidak semua siswa. Sebenarnya materi struktur bumi pernah saya jelaskan sedikit sebelumnya, dan saya juga meminta siswa untuk mempelajarinya di rumah. 122 Lampiran 13. Kekurangan Siklus I dan Rencana Tindakan Siklus II KEKURANGAN SIKLUS I DAN RENCANA TINDAKAN SIKLUS II No 1 2 3 4 5 6 7 Rencana Tindakan Siklus II Siswa menghabiskan Waktu yang dibutuhkan Pembentukan kelompok waktu yang cukup dalam membentuk dan tempat duduk siswa lama dalam kelompok dan diatur di awal pembentukan berpindah tempat dukuk pembelajaran dengan kelompok dan pindah 10 menit anggota tidak jauh tempat sesuai berbeda seperti pada kelompoknya siklus I Materi yang diberikan Pada Kamis, 28 April Memberikan materi yang pernah dibahas, 2016 guru telah belum pernah dipelajari sehingga siswa sudah mengajarkan materi oleh siswa. banyak yang tahu. struktur bumi. Setelah wawancara RPP dibuat jauh hari Data diperoleh dari dengan guru di dapatkan sebelum penelitian wawancara dengan guru materi Daur Air. dilaksanankan. kelas setelah selesai Siklus I Guru kurang Ketika ada siswa yang Ketikan ingin berbiara memperhatikan siswa mengangkat tangan siswa harus mengangkat yang ingin bertanya untuk menjawab tangan dan berbicara atau menjawab. pertanyaan, guru justru dengan keras agar guru menunjuk siswa lain lebih mendengarnya Siswa kurang aktif dan Rata-rata siswa hanya Guru lebih banyak inisiatif dalam menjawab pertanyaan memancing siswa untuk bertanya atau memberi bertanya. tanggapan setelah ditunjuk oleh guru Materi tidak diperjelas Setelah mengamati Setelah mengamati video setelah menonton video diadakan tanya diadakan tanya jawab video jawab tetapi guru tidak dan guru memberikan menjelaskan lebih timbal balik jawaban lanjut tentang materi siswa serta menjelaskan yang diajarkan lebih lanjut tentang materi yang diajarkan Siswa tidak paham apa Guru menjelaskan dan Kemungkinan siswa yang harus dilakukan menuntun (mendikte) sudah paham bagaimana ketika presentasi apa yang harus cara presentasi karen dilakukan setiap sudah dijelaskan setelah kelompok yang maju selesai sesi presentasi presentasi pada Siklus I. Siswa tidak berinisiatif Setelah selesai Setiap kelompok memberikan presentasi satu diwajibkan memberikan Kekurangan Siklus I Data 123 pertanyaan atau tanggapan terhadap presentasi kelompok lain kelompok guru harus menunjuk siswa agar mau memberikan tanggapan 8 Siswa tidak menyiapkan buku sumber atau pun alat tulis. 9 Siswa kurang memperhatikan guru 10 Siswa memiliki ketergantungan pada orang lain Ketikan diminta membuat rangkuman siswa sibuk mencari buku paket dan alat tulis Ketika evaluasi siswa banyak bertanya tentang hal-hal yang sebenarnya sudah dijelaskan Banyak siswa bertanya jawaban hampir setiap nomer pada guru kelas, GPK, atau pun peneliti 124 tanggapan atau pertanyaan kepada kelompok yang presentasi secara lisan dan tertulis pada lembar kerja yang sudah disediakan Siswa diminta menyiapkan buku paket dan alat tulis sebelum pembelajaran dimulai. Siswa diminta mencatat hal-hal yang penting selama pembelajaran Siswa diharuskan mengerjakan sendiri dan tidak ada GPK di kelas saat evaluasi/kuis Lampiran 14. Foto Pelaksanaan Pembelajaran IPA melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Gambar 1. Siswa tidak memperhatikan video yang ditampilkan Gambar 2. Siswa berdiskusi membuat rangkuman Struktur Bumi Gambar 3. Siswa melakukan presentasi dan diskusi kelas Gambar 4. Siswa mengerjakan kuis Gambar 5. Siswa dibantu GPK dalam mengerjakan kuis Gambar 6. Siswa dan guru mengadakan perayaan hasil kuis 125 Gambar 7. Siswa memperhatikan video Daur Air Gambar 8. Siswa menanggapi video yang dilihat Gambar 9. Guru membimbing siswa melakukan diskusi kelompok Gambar 10. Siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompok Gambar 11. Siswa menaggapi presentasi teman Gambar 12. Siswa mengerjakan kuis 126 Lampiran 15. Contoh Hasil Kerja Siswa Siklus II 127 128 Lampiran 16. Contoh Hasil Evaluasi Siklus I 129 Lampiran 17. Contoh Hasil Evaluasi Siklus II 130 Lampiran 18. Surat Izin Penelitian dari FIP UNY 131 Lampiran 19. Surat Izin Penelitian dari Dinas Perizinan Pemerintah Kota Yogyakarta 132 Lampiran 20. Surat Keterangan Penelitian dari SD Bangunrejo 2 133