upaya peningkatan keaktifan belajar menggunakan model

advertisement
UPAYA PENINGKATAN KEAKTIFAN BELAJAR MENGGUNAKAN
MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING MATA
PELAJARAN IPA SISWA KELAS V SD NEGERI BANGUNREJO 2
YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Yogyakarta
untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
Eka Vebri Lestari
NIM 12108241175
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
SEPTEMBER 2016
ii
iii
iv
MOTTO
Bekerjasama dan saling membantu dalam kebaikan adalah kunci keberhasilan,
baik yang membantu atau pun yang menerima bantuan.
(Eka Vebri Lestari)
Ketika sekelompok manusia bersatu dan bekerjasama dengan harmonis,
peningkatan energi yang tercipta melalui kerjasama tersebut dialami setiap inividu
di dalam kelompok tersebut.
(Napoleon Hill)
Hal terbaik yang bisa Anda lakukan untuk orang lain bukanlah membagikan
kekayaan Anda, tetapi membantu ia untuk memiliki kekayaannya sendiri.
(Benjamin Disraeli)
“...Dan tolong menolonglah kalian dalam kebaikan dan takwa..”
(terjemahan Al-Quran surat Al-Maidah ayat 2)
v
PERSEMBAHAN
Karya yang sederhana ini kupersembahkan kepada:
1. Bapak Prehanta dan Ibu Suharyanti
2. Almamater tercinta Universitas Negeri Yogyakarta.
vi
UPAYA PENINGKATAN KEAKTIFAN BELAJAR MENGGUNAKAN
MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING MATA
PELAJARAN IPA SISWA KELAS V SD NEGERI BANGUNREJO 2
YOGYAKARTA
Oleh
Eka Vebri Lestari
NIM 12108241175
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh cara-cara meningkatkan
keaktifan belajar siswa Kelas V SD Negeri Bangunrejo 2 dalam pembelajaran IPA
melalui penerapan model pembelajaran Cooperative Learning dan mengetahui
besar peningkatannya.
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian tindakan kelas model Kemmis
dan Mc. Taggart berupa siklus yang meliputi perencanaan, pelaksanaan dan
observasi, serta refleksi. Penelitian ini terdiri dari dua siklus. Subjek penelitian
berjumlah 20 siswa Kelas V SD Negeri Bangunrejo 2. Data keaktifan belajar
siswa dikumpulkan menggunakan teknik observasi, wawancara, dan pencermatan
dokumen dengan instrumen lembar observasi. Selanjutnya, data tersebut dianalisis
secara kuantitatif dan kualitatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa keaktifan belajar siswa Kelas V SD
Negeri Bangunrejo 2 dalam pembelajaran IPA dapat meningkat melalui penerapan
model pembelajaran Cooperative Learning. Pada Siklus I, rata-rata keaktifan
belajar siswa berdasarkan hasil observasi sebesar 68,8%. Hasil tersebut belum
mencapai indikator keberhasilan sehingga tindakan dilanjutkan pada Siklus II.
Pada Siklus II, perbaikan yang dilakukan yaitu 1) Siswa diberikesempatan lebih
banyak untuk berbicara; 2) Tugas diskusi dan presentasi dituliskan secara lebih
detail pada lembar kerja siswa; dan 3) Setiap kelompok diwajibkan memberikan
tanggapan terhadap presentasi kelompok lain. Pada Siklus II, rata-rata keaktifan
belajar siswa berdasarkan hasil observasi sebesar 75,3%. Hasil tersebut sudah
mencapai indikator keberhasilan yaitu berdasarkan hasil observasi sudah ≥75%
sehingga tindakan dihentikan pada siklus tersebut
Kata kunci: keaktifan belajar, pembelajaran IPA SD, Cooperative Learning
vii
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Swt. Tuhan seluruh alam, atas limpahan rahmatNya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Sholawat dan salam senantiasa
tercurah kepada Nabi Muhammad Saw., keluarga, dan sahabatnya. Skripsi ini
tersusun atas bimbingan, bantuan, dan dukungan dari banyak pihak. Oleh karena
itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada
1.
Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan, yang telah memberikan izin penelitian.
2.
Ketua Jurusan Pendidikan Sekolah Dasar, yang telah memberikan
kesempatan melakukan penelitian.
3.
Dosen Pembimbing Skripsi, Bapak Ikhlasul Ardi Nugroho, M.Pd. yang telah
membimbing dengan sabar.
4.
Kepala SD Negeri Bangunrejo 2, Ibu Antonia Retno Sriningsih, M.Pd yang
telah memberikan izin dan dukungan penelitian.
5.
Guru Kelas V SD Negeri Bangunrejo 2, Ibu Sulastri, S.Pd. yang telah
bersedia berkolaborasi melaksanakan penelitian.
6.
Siswa-siswi Kelas V SD Negeri Bangunrejo 2 yang telah bersedia belajar
bersama.
7.
Orang tua tercinta, Bapak Prehanta dan Ibu Suharyanti yang telah
memberikan dukungan material, motivasi, dan kasih sayang serta senantiasa
berdoa.
8.
Adik tersayang yang telah memberikan semangat dan selalu mengingatkan.
9.
Bapak-Bapak dan Ibu-Ibu Dosen yang telah memberikan bekal ilmu selama
perkuliahan di PGSD FIP UNY.
10. Seluruh pegawai Tata Usaha dan Perpustakaan kampus di UNY yang telah
memberikan fasilitas dan pelayanan yang baik.
11. Keluarga Lele Adventure, Asput, dan sahabat-sahabatku yang selalu
memberikan motivasi dan dukungan yang tidak dapat disebutkan satu per satu
12. Sahabat D’Javu PGSD FIP UNY 2012 Kelas D.
13. Semua pihak yang memberikan bantuan, doa, dan motivasi.
viii
Semoga segala bantuan yang diberikan menjadi amal ibadah dan mendapat
imbalan dari Allah Swt. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat
bagi keluarga, nusa, bangsa, dan agama. Penulis menyadari terdapat banyak
kekurangan dalam skripsi ini. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat penulis
harapkan demi perbaikan pada penelitian selanjutnya.
Yogyakarta, 21 September 2016
Penulis
ix
DAFTAR ISI
Hal
HALAMAN JUDUL........................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................ ii
HALAMAN SURAT PERNYATAAN .............................................................. iii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. iv
MOTTO .............................................................................................................. v
PERSEMBAHAN ............................................................................................... vi
ABSTRAK .......................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ viii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah...............................................................................
1
B. Identifikasi Masalah ....................................................................................
6
C. Batasan Masalah ..........................................................................................
7
D. Rumusan Masalah ........................................................................................
7
E. Tujuan Penelitian .........................................................................................
7
F. Manfaat Penelitian .......................................................................................
8
G. Definisi Operasional ...................................................................................
8
BAB II KAJIAN TEORI
A. Pembelajaran IPA SD .................................................................................. 10
1.
Hakikat Pembelajaran IPA SD.............................................................. 10
2.
Ruang Lingkup IPA SD ........................................................................ 13
B. Karakteristik Siswa di Sekolah Dasar Inklusi .............................................. 14
1.
Karakteristik Siswa Sekolah Dasar ....................................................... 14
2.
Karakteristik Siswa dengan Gangguan Intelektual ............................... 17
x
C. Keaktifan Belajar ........................................................................................ 24
1.
Pengertian Keaktifan Belajar ................................................................ 24
2.
Cara Menumbuhkan Keaktifan Belajar ................................................ 26
D. Model Pembelajaran Kooperatif .................................................................. 29
1.
Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif ......................................... 29
2.
Tujuan Pembelajaran Kooperatif .......................................................... 31
3.
Karakteristik Model Pembelajaran Kooperatif ..................................... 32
4.
Unsur-unsur Dasar Pembelajaran Kooperatif ....................................... 33
5.
Prinsip Model Pembelajaran Kooperatif ............................................... 35
6.
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ....................................... 37
E. Penelitian Yang Relevan ............................................................................. 38
F. Kerangka Berpikir ....................................................................................... 39
G. Hipotesis Tindakan ..................................................................................... 41
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian............................................................................................. 42
B. Tempat dan Waktu Penelitian ...................................................................... 43
C. Subyek dan Obyek Penelitian ..................................................................... 43
D. Setting Penelitian ........................................................................................ 43
E. Model Penelitian .......................................................................................... 43
F. Teknik Pengumpulan Data ........................................................................... 46
G. Instrumen Penelitian .................................................................................... 47
H. Uji Validitas Instrumen ............................................................................... 49
I.
Teknik Analisis Data ........................................................................................... 49
J.
Indikator Keberhasilan ................................................................................. 50
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ............................................................................................ 51
B. Pembahasan .................................................................................................. 70
C. Keterbatasan Penelitian ................................................................................ 74
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan .................................................................................................. 76
B. Saran ............................................................................................................ 77
xi
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 79
LAMPIRAN ........................................................................................................ 82
xii
DAFTAR GAMBAR
Hal
Gambar 1. Kerangka Pikir .................................................................................. 41
Gambar 2. Proses Penelitian Tindakan Kelas Model Kemmis dan Mc Taggart . 44
xiii
DAFTAR TABEL
Hal
Tabel 1. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPA Kelas V SD ............. 14
Tabel 2. Inisial Subjek Penelitian........................................................................ 51
Tabel 3. Jadwal Pengumpulan Data .................................................................... 52
Tabel 4. Hasil Observasi Keaktifan Belajar Siswa pada Siklus I ...................... 60
Tabel 5. Hasil Observasi Keaktifan Belajar Siswa pada Siklus II ...................... 68
Tabel 6. Peningkatan Keaktifan Belajar Siswa .................................................. 69
Tabel 7. Peningkatan Prestasi Belajar Siswa ...................................................... 69
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Hal
Lampiran 1.
Silabus Pembelajaran .................................................................. 82
Lampiran 2.
RPP Siklus I ................................................................................. 84
Lampiran 3.
RPP Siklus II ............................................................................... 96
Lampiran 4.
Jadwal Penelitian ........................................................................ 109
Lampiran 5.
Kisi-kisi Observasi Keaktifan Belajar Siswa .............................. 110
Lampiran 6.
Instrumen Observasi Siklus I Pertemuan ke-1 ............................ 111
Lampiran 7.
Instrumen Observasi Siklus I Pertemuan ke-2 ............................ 113
Lampiran 8.
Instrumen Observasi Siklus II ..................................................... 116
Lampiran 9.
Analisis Data Hasil Observasi Keaktifan Belajar Siswa Siklus I
Pertemuan ke-1 ........................................................................... 119
Lampiran 10. Analisis Data Hasil Observasi Keaktifan Belajar Siswa Siklus I
Pertemuan ke-2 ............................................................................ 120
Lampiran 11. Analisis Data Hasil Observasi Keaktifan Belajar Siswa Siklus II
..................................................................................................... 121
Lampiran 12. Hasil Wawancara dengan guru ................................................... 122
Lampiran 13. Kekurangan Siklus I dan Rencana Tindakan Siklus II ................ 123
Lampiran 14. Foto Pelaksanaan Pembelajaran IPA melalui Penerapan Model
Pembelajaran Kooperatif ............................................................. 125
Lampiran 15. Contoh Hasil Kerja Siswa Siklus II ............................................. 127
Lampiran 16. Contoh Hasil Evaluasi Siklus I .................................................... 129
Lampiran 17. Contoh Hasil Evaluasi Siklus II................................................... 130
Lampiran 18. Surat Izin Penelitian dari FIP UNY ............................................. 131
Lampiran 19. Surat Izin Penelitian dari Dinas Perizinan Pemerintah Kota
Yogyakarta .................................................................................. 132
Lampiran 20. Surat Keterangan Penelitian dari SD Bangunrejo 2 .................... 133
xv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan zaman dan kemajuan teknologi yang semakin pesat
memberikan konsekuensi bagi manusia untuk terus selalu meningkatkan
kualitasnya. Salah satu cara meningkatkan kualitas sumber daya manusia
adalah melalui pendidikan. Hal ini tercantum dalam Undang-Undang
Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
(Sisdiknas) Bab I Pasal 1 ayat 1 yang menyatakan bahwa pendidikan adalah
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa, dan negara.
Setiap manusia berhak memiliki kesempatan untuk memperoleh
pendidikan. Hal ini sesuai dengan pasal 31 UUD 1945 bahwa setiap warga
Negara berhak mendapat pendidikan. Begitu pula dengan Anak Berkebutuhan
Khusus, juga berhak mendapatkan pendidikan yang layak seperti manusia
normal lainnya. Hak pendidikan bagi penyandang kelainan atau ketunaan
ditetapkan dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional Pasal 32 bahwa “pendidikan khusus merupakan
pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam
mengikuti pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental dan sosial”.
1
Hal ini sangat berarti karena anak berkelainan perlu memperoleh kesempatan
yang sama sebagaimana yang diberikan kepada anak normal lainnya dalam
hal pendidikan dan pengajaran.
Pendidikan inklusi merupakan pendidikan yang diberikan untuk anakanak berkebutuhan khusus di sekolah-sekolah umum. Pendidikan inklusi ada
untuk menyamakan hak anak berkebutuhan khusus agar mendapatkan
pendidikan sama dengan teman lainnya secara inklusif (tidak terpisah).
Pendidikan inklusi berasumsi bahwa perbedaan pada manusia merupakan hal
yang normal sehingga pembelajaran harus disesuaikan dengan kebutuhan
peserta didik. Kurikulum sekolah inklusi merupakan kurikulum normal yang
dimodifikasi sesuai dengan kemampuan dan karakteristik siswa. Aktivitas
belajar di sekolah inklusi tidak menbedakan antara siswa normal dan siswa
berkebutuhan khusus.
Aktivitas belajar adalah aktivitas yang bersifat fisik maupun mental,
yaitu berbuat dan berfikir sebagai suatu rangkaian yang tidak dapat
dipisahkan (Sardiman, 2007: 100). Siswa dikatakan aktif apabila sering
bertanya kepada guru atau siswa lain, mau mengerjakan tugas yang diberikan
guru, mampu menjawab pertanyaan, senang diberi tugas belajar, dan lain
sebagainya. Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran akan menyebabkan
interaksi yang tinggi antara siswa dengan guru ataupun dengan siswa itu
sendiri.
Keaktifan belajar siswa merupakan unsur dasar yang penting bagi
keberhasilan proses pembelajaran. Belajar adalah berbuat, oleh karena itu
2
tidak ada belajar tanpa aktivitas. Pengalaman belajar hanya dapat diperoleh
jika siswa aktif berinteraksi dengan lingkungan. Pengalaman tersebut dapat
diperoleh dari interaksi dengan lingkungan sekitar, baik dari proses
mengamati, meniru, maupun memodifikasi melalui mata pelajaran yang
diajarkan di sekolah, salah satunya Ilmu Pengetahuan Alam (IPA).
IPA merupakan salah satu mata pelajaran wajib pada kurikulum
pendidikan dasar dan menengah. Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk
Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, kelompok mata pelajaran ilmu
pengetahuan dan teknologi pada sekolah dasar dimaksudkan untuk mengenal,
menyikapi, dan mengapresiasi ilmu pengetahuan dan teknologi, serta
menanamkan kebiasaan berpikir dan berperilaku ilmiah yang kritis, kreatif
dan mandiri. Selain itu, Usman Samatowa (2006: 3) juga mengungkapkan
empat alasan perlunya IPA diajarkan di SD yaitu 1) karena IPA merupakan
dasar teknologi sehingga berfaedah bagi suatu bangsa; 2) IPA memberikan
kesempatan berpikir kritis jika IPA diajarkan salah satunya dengan mengikuti
metode menemukan sendiri; 3) IPA tidaklah merupakan mata pelajaran yang
bersifat hafalan belaka bila IPA diajarkan melalui percobaan-percobaan yang
“dilakukan sendiri oleh anak”; dan 4) IPA mempunyai nilai-nilai pendidikan
yang dapat membentuk kepribadian anak secara keseluruhan. Oleh karena itu,
IPA sangat berperan penting dalam meningkatkan aktifitas siswa yang
berpengaruh terhadap keaktifan belajar siswa.
3
Berdasarkan uraian tentang pendidikan inklusi dan pembelajaran IPA
tersebut, siswa SD Inklusi diharapkan memiliki hasil belajar yang baik dalam
pembelajaran IPA sebagai salah satu aspek perkembangannya. Perkembangan
yang
dimaksud
adalah
meningkatnya
keaktifan
siswa
saat
proses
pembelajaran dan meningkatnya pemahaman siswa terhadap materi yang
diterima tanpa tergantung dengan orang lain (guru pembimbing khusus) pada
pembelajaran IPA.
Peneliti menemukan permasalahan terkait hasil belajar siswa di
sekolah inklusi pada saat Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) tahun 2015 di
SD Negeri Bangunrejo 2. SD Negeri Bangunrejo 2 merupakan SD Inklusi
dengan perbandingan jumlah siswa berkebutuhan khusus yang hampir sama
dengan jumlah siswa normal pada umumnya. Hasil observasi menunjukkan
siswa kurang aktif dalam pembelajaran. Hal tersebut berdasarkan hasil
pengamatan terhadap siswa, yaitu siswa tidak mau bertanya apabila tidak
ditunjuk, siswa tidak memiliki inisiatif untuk mengeluarkan buku pelajaran
atau alat tulis jika tidak disuruh, saat diberikan pertanyaan oleh guru tidak ada
siswa yang berani menjawab secara individu bahkan beberapa siswa tetap
diam meskipun sudah ditunjuk. Hasil belajar siswa Kelas V juga belum
optimal. Berdasarkan pada rata-rata nilai Ulangan Tengah Semester (UTS)
ada dua mata pelajaran yang masih dibawah nilai standar Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM), yaitu matematika dan IPA. Rata-rata nilai matematika dan
IPA masing-masing adalah 55 dan 59, nilai standar KKM yang ditetapkan
oleh sekolah adalah 60. Selisih nilai UTS antara nilai tertinggi dan terendah
4
mata pelajaran matematika adalah 35, dengan nilai tertinggi 80 dan terendah
45. Sedangkan pada mata pelajaran IPA selisih nilai tertinggi dan terendah
yaitu 54, dengan nilai tertinggi 90 dan terendah 36. Pada penelitian ini
peneliti memilih mata pelajaran IPA karena selisih nilai tertinggi dan
terendah mata pelajaran IPA lebih besar dari pada matematika serta rata-rata
nilai mata pelajaran matematika hanya sedikit dibawah IPA.
Variasi nilai IPA di kelas V disebabkan oleh kemampuan intelegensi
siswa yang beragam. Kelas V SD Negeri Bangunrejo 2 terdiri dari 20 orang
siswa. Kelas ini merupakan kelas dengan jumlah siswa berkebutuhan khusus
yang paling banyak dibandingkan kelas lainnya, yaitu dari 20 anak ada 13
anak merupakan siswa berkebutuhan khusus yang terdiri dari enam anak
penyandang tunagrahita ringan dan tujuh anak dengan keterlambatan belajar.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas didapati bahwa
cukup banyak siswa yang berkesulitan membaca, menulis, atau berhitung.
Siswa yang mengalami kesulitan (berkebutuhan khusus) dibantu oleh Guru
Pendamping Khusus (GPK) selama proses pembelajaran. Siswa berkebutuhan
khusus juga dibantu oleh GPK pada evaluasi pembelajaran atau ulangan
harian sehingga nilai siswa bisa mencapai nilai KKM, tetapi pada Ulangan
Tengah Semester (UTS) maupun Ulangan Kenaikan Kelas (UKK) siswa
berkebutuhan tidak lagi didampingi oleh GPK sehingga banyak diperoleh
nilai yang belum mencapai KKM. Jadi, dapat dikatakan bahwa siswa
berkebutuhan khusus dikelas V masih sangat bergantung pada GPK.
5
Berdasarkan hasil observasi, siswa tidak dilibatkan secara aktif pada
kegiatan pembelajaran IPA. Siswa cenderung hanya mendengarkan
penjelasan guru dan belajar secara individual. Siswa jarang dilibatkan dalam
kerja kelompok. Padahal, pembelajaran IPA sangat memungkinkan siswa
melakukan kegiatan yang menuntut siswa belajar secara aktif dalam
kelompok.
Adanya beberapa permalasahan tersebut memancing keinginan
peneliti untuk meningkatkan keaktifan belajar siswa melalui kerja tim atau
kelompok, khususnya pada mata pelajaran IPA. Salah satu model
pembelajaran yang dapat melibatkan siswa aktif dalam kelompok sehingga
dapat meningkatkan pemahaman siswa yaitu dengan pembelajaran kooperatif
(cooperative learning). Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk
mencapai hasil belajar berupa prestasi akademik, toleransi, menerima
keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial (Agus Suprijono, 2015:
80). Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan
judul
“Upaya
Peningkatan
Keaktifan
Belajar
Menggunakan
Model
Pembelajaran Cooperative Learning Mata Pelajaran IPA Siwa Kelas V SD
Negeri Bangunrejo 2 Yogyakarta”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, identifikasi masalah dalam
penelitian ini adalah:
1. Persentase siswa dengan gangguan intelektual di kelas V tinggi.
6
2. Terjadi selisih nilai yang besar antara nilai tertinggi dan terendah dalam
mata pelajaran IPA, yaitu 54.
3. Penyampaian materi yang disampaikan oleh guru cenderung verbalistik.
4. Sikap siswa kurang aktif bertanya atau berpendapat dalam pembelajaran.
5. Siswa berkebutuhan khusus masih tergantung pada guru pendamping.
6. Hasil belajar IPA siswa Kelas V SD Negeri Bangunrejo 2 rendah.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, permasalahan penelitian ini
dibatasi pada upaya peningkatan keaktifan belajar menggunakan model
pembelajaran Cooperative Learning mata pelajaran IPA siswa kelas V SD
Negeri Bangunrejo 2.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas, maka permasalahan penelitian dapat
dirumuskan sebagai berikut.
“Bagaimana
meningkatkan
keaktifan
belajar
menggunakan
model
pembelajaran Cooperative Learning mata pelajaran IPA siswa kelas V SD
Negeri Bangunrejo 2?”
E. Tujuan Penelitian
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut.
“Untuk meningkatkan keaktifan belajar menggunakan model pembelajaran
Cooperative Learning mata pelajaran IPA siswa kelas V SD Negeri
Bangunrejo 2.”
7
F. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian di atas, dapat diperoleh beberapa
manfaat. Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Bagi pihak sekolah, kontribusi hasil penelitian ini adalah bukti konkrit
untuk memberikan informasi dan sebagai refleksi kualitas proses
pembelajaran.
2. Bagi guru, hasil penelitian ini sebagai bahan masukan agar terus
meningkatkan keaktifan belajar siswa.
3. Bagi peneliti, hasil penelitian ini adalah bagian dari pengabdian yang
dapat dijadikan refleksi untuk terus mengembangkan inovasi dalam hal
pembelajaran menuju hasil yang lebih baik serta menjadikan pengalaman
yang sangat berharga sehingga menjadi bekal dan acuan dalam
penyusunan karya ilmiah selanjutnya.
4. Bagi siswa, penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu latihan
meningkatkan keaktifan belajar.
G. Definisi Operasional
1. Keaktifan belajar dalam pembelajaran IPA yaitu proses kegiatan belajar
siswa baik fisik maupun mental yang dilakukan secara optimal agar dapat
mencapai tujuan pembelajaran IPA. Keaktifan belajar siswa SD dapat
dilihat dari: 1) turut serta siswa dalam melaksanakan tugas belajar; 2)
keterlibatan siswa dalam pemecahan masalah; 3) melaksanakan diskusi
kelompok sesuai dengan petunjuk guru; 4) keterlibatan siswa dalam
mengambil keputusan, berpendapat atau menerima pendapat orang lain.
8
2. Model pembelajaran Cooperative Learning adalah sebuah model
pembelajaran proses dimana siswa aktif belajar dan bekerja sama dalam
kelompok-kelompok
kecil
untuk
mencapai
tujuan
bersama
dan
pemahaman yang sama. Model pembelajaran yang digunakan dalam
pembelajaran ini yaitu model pembelajaran kooperatif tipe Student TeamAchievement Division.
9
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Pembelajaran IPA SD
1. Hakikat Pembelajaran IPA SD
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan terjemahan kata-kata
dalam Bahasa Inggris yaitu natural science yang artinya adalah ilmu
pengetahuan alam (Usman Samatowa, 2010: 3). Sri Sulistyorini (2007: 39)
mengemukakan bahwa IPA berhubungan dengan cara mencari tahu
tentang alam secara sistematis sehingga IPA bukan hanya penguasaan
kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau
prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Sri
Sulistyorini (2007: 39) juga mengungkapkan bahwa IPA diperlukan dalam
kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan manusia melalui
pemecahan masalah-masalah yang dapat diidentifikasikan. IPA dapat
dikatakan sebagai suatu proses yang sistematis tentang mempelajari alam
dengan memecahkan berbagai masalah sehingga berguna bagi kehidupan
manusia.
Pada hakikatnya, IPA dapat dipandang dari segi produk, proses,
dan dari segi pengembangan sikap (Sri Sulistyorini, 2007: 9). IPA sebagai
produk adalah hasil dari para perintis IPA terdahulu dan umumnya
tersusun secara lengkap dan sistematis dalam bentuk buku teks. IPA
sebagai proses adalah upaya manusia untuk memahami berbagai gejala
alam dengan metode ilmiah. Siswa SD diharapkan dapat mengembangkan
10
metode ilmiah tersebut secara bertahap dan berkesinambungan sehingga
dapat melakukan penelitian sederhana. IPA sebagai sikap pada siswa SD
dibatasi pengertiannya pada sikap ilmiah terhadap lingkungan sekitar.
Disimpulkan bahwa IPA merupakan sebuah proses menemukan sesuatu
(produk) dengan metode ilmiah yang dilakukan dengan sikap ilmiah.
IPA merupakan mata pelajaran wajib pada kurikulum KTSP di
Sekolah Dasar. IPA di SD membuka kesempatan untuk memupuk rasa
ingin tahu siswa secara alamiah (Usman Samatowa, 2010: 2). Aspek
pokok dalam pembelajaran IPA adalah siswa dapat menyadari
keterbatasan pengetahuannya, memiliki rasa ingin tahu untuk menggali
berbagai pengetahuan baru, dan akhirnya dapat mengaplikasikannya dalam
kehidupannya (Usman Samatowa, 2010: 10). Adanya mata pelajaran IPA
di SD memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan sendiri
pengetahuan baru yang dapat ia terapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik
Indonesia Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan
Pendidikan Dasar dan Menengah, kelompok mata pelajaran ilmu
pengetahuan dan teknologi pada SD dimaksudkan untuk mengenal,
menyikapi, dan mengapresiasi ilmu pengetahuan dan teknologi, serta
menanamkan kebiasaan berpikir dan berperilaku ilmiah yang kritis, kreatif
dan mandiri. Sri Sulistyorini (2007: 40) menyebutkan tujuan pembelajaran
IPA SD berdasarkan KTSP 2006 salah satunya adalah mengembangkan
rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang
11
saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan masyarakat.
Rasa ingin tahu tersebut dapat mendorong siswa agar lebih aktif dalam
proses pembelajaran. Berdasarkan beberapa pendapat diatas, IPA wajib
diberikan kepada siswa SD karena menanamkan cara berpikir kritis,
mandiri, dan kreatif sehingga muncul rasa selalu ingin tahu yang
mendorong siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran.
Pembelajaran IPA di kelas dipandang sebagai suatu proses yang
aktif dan sangat dipengaruhi oleh apa yang sebenarnya ingin dipelajari
siswa (Usman Samatowa, 2010: 9). Aspek-aspek penting yang perlu
diperhatikan
guru
dalam
memberdayakan
potensi
siswa
melalui
pembelajaran IPA adalah 1) Guru perlu memahami bahwa siswa telah
memiliki pengetahuan awal sehingga guru sebaiknya tidak terlalu cepat
mengabaikan apa yang dipikirkan; 2) Aktivitas anak melalui berbagai
kegiatan nyata dengan alam menjadi hal utama dalam pembelajaran IPA;
3) Kegiatan bertanya menjadi bagian yang penting bahkan menjadi bagian
utama dalam pembelajaran; dan 4) Pembelajaran IPA memberikan
kesempatan kepada anak untuk mengembangkan kemampuan berpikirnya
dalam menjelaskan suatu masalah (Usman Samatowa, 2010: 11).
Kesimpulannya pembelajaran IPA harus disesuaikan dengan pengetahuan
awal yang telah dimiliki siswa dan diajarkan secara bertahap agar
pengetahuan baru yang diberikan dapat dipahami siswa dengan maksimal.
12
2. Ruang Lingkup IPA di SD
Penjelasan atas UU Sisdiknas Pasal 37 menyebutkan bahwa bahan
kajian ilmu pengetahuan alam, antara lain, fisika, biologi, dan kimia
dimaksudkan untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan
kemampuan analisis peserta didik terhadap lingkungan alam dan
sekitarnya. Ruang Lingkup bahan kajian IPA untuk SD/MI meliputi aspekaspek, antara lain 1) Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia,
hewan, tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan; 2)
Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas; 3)
Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik,
cahaya dan pesawat sederhana; dan 4) Bumi dan alam semesta meliputi:
tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya (Sri Sulistyorini,
2007: 40). Berdasarkan penjelasan tersebut dapat diketahui bahwa ruang
lingkup IPA di SD meliputi aspek-aspek atau pengetahuan tentang alam
sekitar yang mudah dijumpai dalam kehidupan sehari-hari sehingga mudah
dimengerti anak SD dan dapat diterapkan dalam kehidupan.
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar mata pelajaran IPA
Kelas V SD Semester 2 berdasarkan KTSP adalah sebagai berikut (Sri
Sulistyorini, 2007: 45).
13
Tabel 1. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPA Kelas V SD
Standar Kompetensi
Energi dan
Perubahannya
5. Memahami hubungan
antara gaya, gerak, dan
energi, serta fungsinya
Kompetensi Dasar
5.1 Mendeskripsikan hubungan antara
gaya, gerak dan energi melalui
percobaan (gaya gravitasi, gaya gesek,
gaya magnet)
5.2 Menjelaskan pesawat sederhana yang
dapat membuat pekerjaan lebih mudah
dan lebih cepat
6. Menerapkan sifat-sifat 6.1 Mendeskripsikan sifat-sifat cahaya
cahaya melalui kegiatan 6.2 Membuat suatu karya/model, misalnya
membuat suatu
periskop atau lensa dari bahan
karya/model
sederhana dengan menerapkan sifatsifat cahaya
Bumi dan Alam
Semesta
7. Memahami perubahan
7.1 Mendeskripsikan proses pembentukan
yang terjadi di alam
tanah karena pelapukan
dan hubungannya
7.2 Mengidentifikasi jenis-jenis tanah
dengan penggunaan
7.3 Mendeskripsikan struktur bumi
sumber daya alam
7.4 Mendeskripsikan proses daur air dan
kegiatan manusia yang dapat
mempengaruhinya
7.5 Mendeskripsikan perlunya
penghematan air
7.6 Mengidentifikasi peristiwa alam yang
terjadi di Indonesia dan dampaknya
bagi makhluk hidup dan lingkungan
7.7 Mengidentifikasi beberapa kegiatan
manusia yang dapat mengubah
permukaan bumi (pertanian, perkotaan,
dsb)
B. Karakteristik Siswa di Sekolah Dasar Inklusi
1. Karakteristik Siswa Sekolah Dasar
Siswa kelas V SD termasuk dalam masa kanak-kanak akhir (7-12
tahun). Siswa kelas V SD memiliki tugas perkembangan yang muncul
sesuai periode perkembangannya. Rita Eka Izzaty dan kawan-kawan
14
(2008: 103) menyebutkan tugas-tugas perkembangan siswa SD adalah
sebagai berikut.
a. Belajar keterampilan fisik yang diperlukan untuk bermain.
b. Sebagai makhluk yang sedang tumbuh, mengembangkan sikap yang
sehat mengenai diri sendiri.
c. Belajar bergaul dengan teman sebaya.
d. Mulai mengembangkan peran sosial pria atau wanita.
e. Mengembangkan keterampilan-keterampilan dasar untuk membaca,
menulis, dan berhitung.
f. Mengembangkan
pengertian-pengertian
yang
diperlukan
untuk
kehidupan sehari-hari.
g. Mengembangkan kata batin, moral, dan skala nilai.
h. Mengembangkan sikap terhadap kelompok sosial dan lembaga.
i. Mencapai kebebasan pribadi.
Ahman dan Sunaryo Kartadinata (Mohammad Ali dan kawankawan, 2007: 87) mengemukakan salah satu tugas perkembangan siswa
SD yaitu belajar menjadi pribadi mandiri, yang meliputi:
a. Memiliki kemampuan mengurus diri sendiri.
b. Mampu menyusun rencana kegiatan sehari-hari tanpa bantuan orang
lain.
c. Mampu melaksanakan rencana kegiatan secara konsekuen.
Sejalan dengan pendapat Ahman dan Sunaryo Kartadinata, Suharjo
(2006: 37) mengungkapkan bahwa anak-anak SD memiliki karakteristik
15
pertumbuhan kejiwaan yang semakin menyadari diri selain mempunyai
keinginan, perasaan tertentu juga semakin bertumbuhnya minat tertentu
dan ketergantungan kepada orang dewasa semakin berkurang serta kurang
memerlukan perlindungan orang dewasa.
Berdasarkan pendapat beberapa tokoh tersebut tugas perkembangan
siswa SD dapat disimpulkan sebagai berikut.
a. Mengembangkan sikap terhadap kelompok sosial.
b. Mengembangkan perannya sesuai dengan jenis kelaminnya.
c. Memiliki tanggungjawab.
d. Mengembangkan minat dan potensi diri.
Rita Eka Izzaty dan kawan-kawan. (2008: 116) menyebutkan ciriciri khas anak masa kelas-kelas tinggi (IV-VI) Sekolah Dasar sebagai
berikut.
a. Perhatiannya tertuju kepada kehidupan praktis sehari-hari.
b. Ingin tahu, ingin belajar dan realistis.
c. Timbul minat kepada pelajaran-pelajaran khusus.
d. Anak memandang nilai sebagai ukuran yang tepat mengenai prestasi
belajarnya di sekolah.
e. Anak-anak suka membentuk kelompok sebaya atau peergroup untuk
bermain
bersama,
mereka
kelompoknya.
16
membuat
peraturan
sendiri
dalam
Ciri-ciri siswa kelas tinggi menurut Usman Samatowa (2006: 11)
antara lain:
a. Sudah mulai mandiri.
b. Sudah ada rasa tanggung jawab pribadi.
c. Penilaian terhadap dunia luar tidak hanya dipandang dari dirinya
sendiri tetapi juga dilihat dari diri orang lain.
d. Sudah menunjukkan sikap yang kritis dan rasional.
Berdasarkan pendapat kedua tokoh tersebut, dapat disimpulkan
ciri-ciri siswa kelas tinggi sebagai berikut:
a. Sudah memiliki rasa tanggung jawab terhadap diri sendiri.
b. Memiliki pemikiran yang rasional (realistis).
c. Memiliki rasa ingin tahu dan keinginan belajar yang besar.
d. Memiliki minat khusus terhadap pelajaran tertentu.
e. Bermain secara berkelompok.
f. Menganggap nilai sebagai ukuran prestasi.
2. Karakteristik Siswa dengan Gangguan Intelektual
a. Pengertian Anak Gangguan Intelektual
Anak dengan gangguan intelektual atau mental dikenal dengan
istilah tunagrahita, yaitu anak yang memiliki kecerdasan mental di
bawah normal (degradasi mental). Bratanata menyatakan bahwa
seseorang dikategorikan berkelainan mental subnormal atau tunagrahita
jika ia memiliki tingkat kecerdasan yang sedemikian rendahnya (di
bawah normal) sehingga untuk meniti tugas perkembangannya
17
memerlukan bantuan atau layanan secara spesifik, termasuk dalam
bidang pendidikannya (Mohammad Efendi, 2006: 88).
Menurut Rochyadi dan Alimin (2005: 10-12), istilah tunagrahita
(intellectual disability) atau dalam perkembangan sekarang lebih
dikenal dengan istilah developmental disability. Tunagrahita merupakan
kondisi yang komplek menunjukkan kemampuan intelektual yang
rendah dan mengalami hambatan dalam perilaku adaptif. Perilaku
adaptif diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam memikul
tanggung jawab sosial menurut ukuran norma sosial tertentu, dan
bersifat kondisi sesuai dengan tahap perkembangannya.
Mumpuniarti (2003: 23) menyebutkan bahwa anak tunagrahita
ialah anak yang memiliki hambatan di bidang mental. Hambatan
tersebut ditunjukkan dengan gejala keterbelakangan atau keterlambatan
perkembangan dibanding dengan usia kronologisnya, serta dibanding
dengan anak yang usia sebaya menunjukkan keterlambatan dalam
segala aspek kemampuan mereka. Anak tunagrahita memiliki hambatan
mental untuk mengikuti pembelajaran yang setaraf anak normal.
Penggolongan anak tunagrahita untuk keperluan pembelajaran
menurut Kemis dan Rosnawati (2013: 12-13) dibagi menjadi empat,
yaitu: 1) taraf perbatasan (borderline/slow lerner) dengan IQ 70-85; 2)
tunagrahita mampu didik (educable mentally retarded) dengan IQ 5075; 3) , tunagrahita mampu latih (trainable mentally retarded) dengan
IQ 30-50; dan 4) tunagrahita butuh rawat (deperndent or profoundly
18
mentally retarded) dengan IQ dibawah 30. Penggolongan anak
tunagrahita dilakukan dengan tes intelegensi.
Berdasarkan
pendapat
beberapa
tokoh
di
atas,
dapat
disimpulkan bahwa anak tunagrahita adalah anak yang memiliki
kemampuan berpikir di bawah rata-rata, yaitu anak yang memiliki IQ ≤
70. Penentuan seorang
anak tunagrahita atau bukan dilakukan
menggunakan tes intelegensi (IQ). Anak tunagrahita dibagi menjadi
tiga tahapan, yaitu mampu didik (tunagrahita ringan), mampu latih
(tunagrahita sedang), dan butuh rawat (tunagrahita berat).
b. Pengertian dan Karakteristik Anak Tunagrahita Mampu Didik
Mohammad Efendi (2006: 90) berpendapat bahwa anak
tunagrahita mampu didik disebut juga debil adalah anak tunagrahita
yang tidak mampu mengikuti pada program sekolah biasa tetapi masih
memiliki kemampuan yang dapat dikembangkan melalui pendidikan
walaupun
hasilnya
tidak
maksimal.
Kemampuan
yang
dapat
dikembangkan adalah kemampuan bidang akademis, sosial, dan
pekejaan. Kemampuan akademis antara lain membaca, menulis,
mengeja, dan menghitung. Kemampuan bidang sosial dalam bentuk
penyesuaian diri terhadap lingkungan dan tidak menggantungkan diri
pada orang lain. Kemampuan dalam bidang pekerjaan yaitu anak
tunagrahita ringan memiliki kemampuan sederhana yang dapat
digunakan untuk kepentingan kerja di kemudian hari.
19
Anak tunagrahita mampu didik (tunagrahita ringan) secara fisik
umumnya tidak berbeda dengan anak normal tetapi secara psikis
berbeda. Anak tunagrahita mampu didik memiliki ciri-ciri atau
karakteristik khusus yang membedakannya dengan anak normal.
Karakteristik anak tunagrahita mampu didik menurut Amin (1995: 37)
antara lain:
1) Lancar berbicara tetapi memiliki kurang dalam perbendaharaan
kata.
2) Mengalami kesukaran berpikir abstrak.
3) Sebagian tunagrahita ringan usia 16 tahun baru mencapai umur
kecerdasan sama dengan usia 12 tahun.
4) Kecerdasan berpikir paling tinggi sama dengan anak usia 12 tahun
(The New American Webster dalam Amin, 1995: 37).
Menurut Mumpuniarti (2003: 41-42) dalam pembelajaran anak
tunagrahita ringan mempunyai karakteristik sebagai berikut.
1) Sukar memahami masalah yang abstrak.
2) Sukar dalam memusatkan perhatian.
3) Perhatiannya cepat beralih sehingga sulit fokus pada satu tugas.
4) Pelupa dan mengalami kesukaran mengungkapkan kembali
ingatannya.
5) Kurang mampu membuat asosiasi.
6) Sukar membuat kreasi baru.
20
Berdasarkan pendapat dari beberapa tokoh tersebut dapat ditarik
kesimpulan bahwa karakteristik anak tunagrahita ringan dalam
pembelajaran antara lain:
1) Bentuk fisik atau penampilan anak tunagrahita ringan sama dengan
anak normal pada umumnya.
2) Memiliki perbendaharaan kata yang kurang sehingga saat bicara
sedikit terbatah-batah.
3) Memiliki kemampuan intelektual yang lemah sehingga hanya dapat
diajarkan membaca, menulis, mengeja, dan berhitung sederhana.
4) Kurang mampu berpikir abstrak dan logis serta menganalisa.
5) Memiliki daya ingat yang lemah.
6) Tidak dapat fokus pada satu hal dalam waktu yang lama
(konsentrasinya mudah teralihkan).
Karakteristik anak tunagrahita yang berbeda dengan siswa
normal menjadikan guru harus menerapkan strategi khusus dalam
pembelajaran. Menurut Mumpuniarti (2007: 26) strategi pembelajaran
untuk anak tunagrahita ringan (mampu didik) sebagai prosedur
meningkatkan daya ingat antara lain:
1) Mengurangi rangsangan lingkunyan yang perlu
2) Menghadirkan masing-masing komponen rangsangan
secarajelas yang nilainya sepadan dengan sebelumnya.
3) Dimulai tugas yang sederhana, dilanjutkan tugas yang lebih
kompleks.
4) Menghindari materi yang tidak relevan dengan tugas belajar.
5) Melabel rangsangan.
6) Meminimalkan penguat untuk mengurangii antisipasi dari
hadiah.
7) Menyediakan praktik untuk ingatan jangka pendek
21
8) Mengintegrasikan materi praktik dengan bidang subject bantu
membuat pengalaman sukses pada anak.
9) Mempertunjukkan
keterampilan-keterampilan
yang
melibatkan ingatan jangka pendek, yang menjadikan terpusat
pada cara-cara program.
c. Pengertian dan Karakteristik Anak Keterlambatan Belajar (Slow
Lerner)
Menurut Toto (Nini Triani dan Amir, 2013: 3) siswa lamban
belajar (slow lerner) ialah siswa yang intelegensinya berada pada taraf
perbatasan (borderline) dengan IQ 70-85 berdasarkan tes intelegensi
baku. Cooter & Cooter Jr. berpendapat bahwa anak lamban belajar atau
slow lerner adalah mereka yang memiliki prestasi belajar rendah atau
sedikit dibawah rata-rata dari anak pada umumnya, pada salah satu atau
seluruh area akademik. Jika dilakukan pengetesan pada IQ, skor IQ
mereka 70-90 (Nini Triani dan Amir, 2013: 3).
Tingkat intelegensi yang di bawah anak normal namun masih di
atas anak tunagrahita membuat anak lamban belajar memiliki
karakteristik yang berbeda. Karakteristik anak lamban belajar menurut
Nini Triani dan Amir (10-12) adalah sebagai berikut.
1) Intelegensi
Anak lamban belajar (slow lerner) mengalami masalah hampir pada
semua mata pelajaran yang berkenaan dengan hafalan dan
pemahaman. Sulit memahami hal-hal abstrak. Nilai hasil belajar
lebih rendah dibandingkan anak normal.
22
2) Bahasa
Anak lamban belajar memiliki kesulitan dalam bahasa ekspresif
atau pun menyampaikan ide atau gagasan maupun dalam
memahami percakapan orang lain atau bahasa reseptif. Hanya
memahami bahasa sederhana yang singkat dan jelas.
3) Emosi
Anak lamban belajar memiliki emosi yang kurang stabil, sensitif
dan mudah marah, serta mudah putus asa (down).
4) Sosial
Anak lamban belajar kurang dapat bersosialisasi dengan baik,
bersikap pasif atau bahkan menarik diri dari lingkungan sosial.
5) Moral
Anak lamban belajar cenderung tidak patuh atau melanggar aturan
karena mereka tidak paham untuk apa peraturan dibuat. Hal tersebut
dikarenakan kemampuan mengingat yang rendah sehingga perlu
sering diingatkan.
Giburrg dan Opper dalam Nini Triani dan Amir (2013: 18)
membagi tahap perkembangan kognitif anak lamban belajar (slow
lerner) berdasarkan umur, yaitu 1) sensorimotor (0-2 tahun); 2)
praoperasional (2-7 tahun); 3) Formal Operasioanal (lebih dari 11
tahun).
Tahap operasi formal dimulai pada sekitar umur 11 tahun. Pada
tahap ini anak memperlihatkan adanya suatu masa transisi utama dalam
23
proses berpikir. Anak telah mampu berpikir abstrak, menggunakan
berbagai teori dan menggunakan berbagai hubungan logis tanpa harus
menunjukkan pada hal-hal yang konkret. Tahap operasi formal
merupakan landasan yang memungkinkan anak melakukan pemecahan
berbagai masalah. Banyak anak berkebutuhan khusus yang meskipun
umurnya mencapai 11 tahun tetapi masih berada pada tahapan operasi
konkret. Mereka memerlukan banyak bantuan dan latihan agar memiliki
landasan yang kuat untuk mencapai tahapan operasi formal. Transisi
dari suatu tahapan ke tahapan yang lain memerlukan kematangan.
Menurut Piaget dalam Nini Triani dan Amir (2013: 19), tahapantahapan tersebut berurutan dan hierarkis. Anak hendaknya diberi
kesempatan untuk memantapkan perilaku dan berpikir sesuai dengan
tahapan-tahapan perkembangannya.
Anak-anak lamban belajar mengalami kelambatan kematangan
fungsi neurologis, kognitif, motorik, dan lain-lain (Nini Triani dan
Amir, 2013: 18). Pemberian program pembelajaran atau tuntutantuntutan yang tidak sesuai dengan kematangan peserta didik tidak hanya
kurang sesuai, melainkan dapat menyebabkan timbulnya masalah baru
atau semakin memperparah kondisi peserta didik.
C. Tinjauan Tentang Keaktifan Belajar
1. Pengertian Keaktifan Belajar
Proses pembelajaran pada hakekatnya untuk mengembangkan
aktivitas dan kreatifitas peserta didik melalui berbagai interaksi dan
24
pengalaman belajar. Keaktifan belajar siswa merupakan unsur dasar yang
penting bagi keberhasilan proses pembelajaran. Keaktifan dapat berupa
kegiatan fisik maupun psikis (Dimyati, 2006: 45). Kegiatan fisik bisa
berupa membaca, mendengar, menulis, berlatih keterampilan-keterampilan
dan sebagainya. Kegiatan psikis misalnya menggunakan khasanah
pengetahuan yang dimiliki dalam memecahkan masalah yang dihadapi,
membandingkan satu konsep dengan yang lain, menyimpulkan hasil
percobaan, dan kegiatan psikis yang lain.
Melvin Silberman (2006: 28) menyebut istilah keaktifan belajar
dengan belajar aktif. Belajar aktif yaitu kegiatan belajar ketika siswa akan
mengupayakan sesuatu. Siswa menginginkan jawaban atas sebuah
pertanyaan, membutuhkan informasi untuk memecahkan masalah, atau
mencari cara untuk mengerjakan tugas. Belajar adalah berbuat dan
sekaligus merupakan proses yang membuat anak didik harus aktif
(Sardiman: 2007:99).
Belajar tidak bisa dipaksakan oleh orang lain dan juga tidak bisa
dilimpahkan kepada orang lain. Belajar hanya mungkin terjadi apabila
anak aktif mengalaminya sendiri. John Dewey (Dimyati, 2006: 44)
mengemukakan bahwa belajar adalah apa yang harus dikerjakan siswa
untuk dirinya sendiri, maka inisiatif harus datang dari dirinya sendiri.
Belajar merupakan aktivitas yang dilakukan seseorang untuk
mendapatkan perubahan dalam dirinya melalui pelatihan-pelatihan atau
pengalaman-pengalaman (Baharuddin dan Esa , 2015: 14). Ernes ER.
25
Hilgard mendefinisikan belajar sebagai berikut: Learning is the process by
which an activity originates or is charged throught training procedures
(whether in the laboratory or in the natural environments) as disitinguised
from changes by factor or not attributable to training (Yatim Riyanto,
2009: 4).
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat simpulkan bahwa
keaktifan belajar adalah segala kegiatan fisik maupun psikis yang
dilakukan oleh siswa secara optimal untuk mencapai tujuan belajar.
2. Cara Menumbuhkan Keaktifan Belajar
Martinis Yamin (2007: 77) menyatakan bahwa keaktifan siswa
dalam proses pembelajaran akan dapat merangsang dan mengembangkan
bakat yang dimilikinya, berfikir kritis, dan dapat memecahkan masalahmasalah dalam kehidupan sehari-hari. Cara merangsang siswa dalam
proses
pembelajaran
dapat
dilakukan
dengan
membuat
inovasi
pembelajaran yang dapat dilakukan oleh guru.
Menurut Sten (Dimyati 2006: 62) peran seorang guru akan
memberikan jaminan kepada setiap siswa untuk memperoleh pengetahuan
dan keterampilan di dalam proses pembelajaran. Kegiatan yang diberikan
oleh guru hendaknya akan dapat menuntut siswa untuk selalu aktif
mencari, memperoleh, dan dapat mengolah apa yang telah diperoleh dari
hasil belajarnya. Menimbulkan keaktifan belajar pada diri siswa dapat
dilakukan oleh guru dengan menerapkan perilaku-perilaku sebagai berikut:
26
a. Menggunakan metode dan media pembelajaran
b. Memberikan tugas secara individual maupun kelompok
c. Membetuk kelompok-kelompok kecil dan memberikan kesempatan
kepada siswa untuk melakukan eksperimen atau percobaan
d. Memberikan tugas mempelajari/membaca bahan pelajaran dalam buku
pelajaran, atau menyuruh siswa untuk mencatat hal-hal yang kurang
jelas
e. Mengadakan tanya jawab dan diskusi.
Berdasarkan pernyataan diatas, guru memiliki peran yang penting
dalam meningkatkan keaktifan belajar siswa. Peran seorang guru yaitu
menjamin setiap siswa untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan
dalam kondisi yang ada. Guru juga harus memberikan kesempatan kepada
siswa
untuk
mengembangkan
keaktifan
siswa
selama
proses
pembelajarannya dalam mencari, memperoleh, dan mengolah hasil
belajarnya. Guru dapat membuat inovasi dalam kegiatan pembelajaran
untuk merangsang keaktifan siswa. Kegiatan pembelajaran dalam kelas
dapat menjadi sarana dalam meningkatkan keaktifan belajar siswa.
Keaktifan siswa pada proses pembelajaran menurut Nana Sudjana
(2005: 61) dapat dilihat melalui :
a. Turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya
b. Terlibat dalam pemecahan masalah
c. Bertanya kepada siswa lain atau kepada guru apabila tidak memahami
persoalan yang dihadapinya
27
d. Berusaha
mencari
berbagai
informasi
yang
diperlukan
untuk
pemecahan masalah
e. Melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk guru
f. Menilai kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang diperolehnya
g. Melatih diri dalam memecahkan atau menerapkan apa yang telah
diperolehnya dalam menyelesaikan tugas atau persoalan yang
dihadapinya.
Menurut Mc Keachie (Martinis Yamin, 2007: 77) terdapat 6 aspek
terjadinya keaktifan siswa, yaitu:
a. Partisipasi siswa dalam menetapkan tujuan kegiatan pembelajaran
b. Tekanan pada aspek afektif dalam belajar
c. Partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran, terutama yang
berbentuk interaksi antar siswa
d. Kekompakan kelas sebagai kelompok belajar
e. Kebebasan belajar yang diberikan kepada siswa, dan kesempatan untuk
berbuat serta mengambil keputusan penting dalam proses pembelajaran
f. Pemberian waktu untuk menanggulangi masalah pribadi siswa, baik
berhubungan maupun tidak berhubungan dengan pembelajaran
Berdasarkan pendapat kedua tokoh tersebut dapat disimpulkan
bahwa siswa dianggap memiliki keaktifan dalam belajar apabila memiliki
ciri-ciri sebagai berikut:
a. Berpartisipasi dalam pembelajaran
b. Bertanya atau memberikan tanggapan pada waktu pembelajaran
28
c. Berdiskusi dengan teman atau kelompok sesuai dengan petunjuk guru
d. Mampu memecahkan masalah dengan mencari informasi sendiri
e. Mampu menyelesaikan tugas atau persoalan yang dihadapinya.
f. Memberi penilaian diri sendiri dan orang lain.
Terdapat beberapa strategi belajar-mengajar dan atau kegiatan
belajar-mengajar yang dapat memberi peluang pengembangan keaktifan
dalam belajar. Pembelajaran kontekstual merupakan salah satu pendekatan
yang mendukung siswa untuk itu karena pembelajaran kontekstual
menekankan aktivitas pada siswa secara penuh baik fisik maupun mental
(Syaefudin Sa’ud, 2012: 165). Slavin menggagas model pembelajaran
kelompok (team) yang mendorong siswa untuk bekerjasama dan saling
mendukung untuk berhasil yang disebut Cooperative Learning (Slavin,
2010:8).
D. Model Pembelajaran Kooperatif
1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam metode
pengajaran di mana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil
untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi
pembelajaran (Slavin, 2010: 4). Pembelajaran kooperatif merupakan
sarana yang tepat untuk menumbuhkan kesadaran bahwa para siswa perlu
belajar untuk berpikir, menyelesaikan masalah, dan mengintegrasikan
serta mengaplikasikan kemampuan dan pengetahuan mereka. Selain itu,
pembelajaran kooperatif memiliki kelebihan yang sangat besar untuk
29
mengembangkan hubungan antara siswa dari latar belakang etnik yang
berbeda dan antara siswa-siswa pendidikan khusu terbelakang secara
akademik dengan teman sekelas mereka.
Pembelajaran kooperatif berasal dari kata cooperative yang artinya
mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu
sama lainnya dalam satu kelompok atau satu tim (Isjoni, 2010: 8).
Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) adalah pendekatan
pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk
bekerjasama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan
belajar (Sugiyanto, 2010: 37).
Abdulhak
menjelaskan
bahwa
pembelajaran
kooperatif
dilaksanakan melalui berbagai proses antara peserta belajar sehingga dapat
mewujudkan pemahaman bersama di antara peserta belajar itu sendiri
(Isjoni, 2010: 28). Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model
pembelajaran yang terstruktur dan sistematis, di mana kelompokkelompok kecil bekerjasama untuk mencapai tujuan-tujuan bersama, serta
bertanggungjawab pada aktivitas belajar anggota kelompoknya, sehingga
seluruh anggotanya menguasai materi pelajaran dengan baik (Nur Asma,
2006: 12).
Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat dikatakan bahwa
model pembelajaran kooperatif adalah sebuah model pembelajaran proses
dimana siswa aktif belajar dan bekerja sama dalam kelompok-kelompok
kecil untuk mencapai tujuan bersama dan pemahaman yang sama.
30
2. Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Tujuan utama dalam penerapan model pembelajaran kooperatif
adalah agar peserta didik dapat belajar secara berkelompok bersama
teman-temannya
dengan
cara
saling
menghargai
pendapat
dan
memberikan kesempatan kepada orang lain untuk mengemukakan
gagasannya dengan menyampaikan pendapat mereka secara berkelompok
(Isjoni, 2010: 33).
Menurut Nur Asma tujuan pembelajaran kooperatif ada tiga, yaitu
untuk pencapaian hasil belajar, penerimaan terhadap keragaman, dan
pengembangan keterampilan sosial (2006:12). Pembelajaran kooperatif
bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik
dan meningkatkan penilaian siswa pada belajar akademik dan perubahan
norma yang berhubungan dengan hasil belajar sehingga dapat menciptakan
budaya lebih dapat menerima prestasi yang menonjol dalam berbagai
tugas pembelajaran akademik. Pembelajaran kooperatif memberi peluang
kepada siswa yang berbeda latar belakang dan kondisi untuk bekerja saling
bergantung satu sama lain atas tugas-tugas bersama, dan melalui
penggunaan struktur penghargaan kooperatif, serta belajar untuk
menghargai satu sama lain. Pembelajaran ini juga penting untuk
mengajarkan kepada siswa keterampilan kerjasama dan kolaborasi.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan
pembelajaran kooperatif adalah untuk meningkatkan kerjasama dan peran
siswa dalam kelompok, melatih keterampilan siswa untuk memecahkan
31
masalahan, serta mengajarkan siswa untuk saling menghargai dan
menerima keberagaman satu sama lain sehingga dapat mencapai hasil
belajar yang maksimal.
3. Karakteristik Model Pembelajaran Kooperatif
Karakteristik pembelajaran kooperatif menurut Nur Asma (2006:
22) adalah sebagai berikut.
a. Kelas dibagi atas kelompok kelompok kecil, dengan anggota kelompok
yang terdiri dari beberapa orang siswa yang memiliki kemampuan
akademik yang bervariasi serta memperhatika jenis kelamin dan etnis.
b. Siswa belajar dalam kelompoknya dengan bekerjasama untuk menguasi
materi pembelajaran dengan saling membantu.
c. Sistem penghargaan lebih berorientasi kepada kelompok daripada
individu.
Menurut Slavin (Isjoni, 2010: 33-34) ada tiga konsep sentral yang
menjadi karakteristik pembelajaran kooperatif, yaitu sebagai berikut.
a. Penghargaan kelompok
Penghargaan kelompok diperoleh dari keberhasilan kelompok yang
didasarkan pada penampilan individu sebagai anggota kelompok
dalam menciptakan hubungan antar personel yang saling mendukung,
saling membantu, dan saling peduli
32
b. Pertanggungjawaban individu
Keberhasilan kelompok tergantung dari pembelajaran individu dari
semua anggorta kelompok. Anggota kelompok harus saling membantu
agar setiap anggota siap menghadapi
c. Kesempatan yang sama untuk berhasil
Setiap siswa baik yang berprestai rendah, sedang atau tinggi samasama memperoleh kesempatan untuk berhasil dan melakukan yang
terbaik karena penilaian menggunakan metode skoring dengan melihat
peningkatan nilai awal dan akhir.
Berdasarkan pendapat
kedua tokoh tersebut dapat ditarik
kesimpulan bahwa karakteristik model pembelajaran kooperatif yaitu 1)
adanya kelompok-kelompok kecil dalam pembelajaran; 2) setiap siswa
bertanggung jawab atas kelompoknya dan diri sendiri; dan 3) penghargaan
diberikan kepada kelompok bukan individu.
4. Unsur-unsur Dasar Pembelajaran Kooperatif
Tidak semua belajar kelompok bisa diangap sebagai kooperatif
learning. Roberrt dan David Johnson (Anita Lie, 2007: 31-35) mengatakan
bahwa untuk mencapai hasil maksimal ada lima unsur pembelajaran yang
harus diterapkan, yaitu sebagai berikut.
a. Saling ketergantungan positif, yaitu setiap anggota kelompok saling
bekerjasama agar tujuan kelompok dapat tercapai.
b. Tanggung jawab perseorangan, setiap siswa dalam kelompok memiliki
tanggung jawab atas tugasnya.
33
c. Tatap muka, yaitu setiap kelompok diberikan kesempatan untuk
bertemu muka dan berdiskusi sehingga dapat bekerjasaman dengan
lebih baik.
d. Komunikasi antar anggota, yaitu komunikasi yang baik antar anggota
kelompok sehingga mampu memperkaya pengalaman belajar dan
dapat mengembangkan mental dan emosional siswa.
e. Evaluasi proses kelompok, yaitu evaluasi kegiatan pembelajaran yang
dilakukan oleh pengajar untuk mengetahui proses dan hasil kerja
kelompok.
Menurut Bennet (Isjoni, 2010: 60) ada lima unsur dasar yang dapat
membedakan pembelajaran kooperatif dengan kerja kelompok, yaitu:
a. Possitive Interdependence, yaitu hubungan timbal balik yang didasari
adanya kepentingan yang sama atau perasaan di antara anggota
kelompok dimana keberhasilan seseorang merupakan keberhasilan
yang lain pula atau sebaliknya.
b. Interaction Face to face, yaitu interaksi langsung antar siswa tanpa ada
perantara.
c. Adanya tanggung jawab pribadi mengenai materi pelajaran dalam
anggota kelompok.
d. Membutuhkan keluwesan, yaitu menciptakan hubungan antar pribadi,
mengembangkan kemampuan kelompok, dan memelihara hubungan
kerja yang positif.
34
e. Meningkatkan keterampilan bekerjasama dalam memecahkan masalah
(proses kelompok).
Berdasarkan pendapat kedua tokoh tersebut, dapat disimpulkan
unsur pembelajaran kooperatif sebagai berikut.
a. Adanya ketergantungan positif antar siswa dalam kelompok.
b. Tatap muka secara langsung siswa dalam kelompok.
c. Setiap siswa memiliki tanggung jawab atas tugasnya masing-masing.
d. Komunikasi dan hubungan yang baik antar anggota kelompok.
e. Evaluasi diberikan kepada kelompok dan individu selama proses
pembelajaran agar dapat bekerjasama lebih efektif.
5. Prinsip Model Pembelajaran Kooperatif
Nur Asma (2006: 14) menyebutkan dalam pembelajaran kooperatif
setidaknya ada lima prinsip yang dianut, yaitu prinsip belajar siswa aktif
(student active learning), belajar kerjasama (cooperative learning),
pembelajaran partisipatorik, mengajar reaktif (reactive teaching), dan
pembelajaran menyenangkan (joyfull learning).
a. Belajar siswa aktif
Proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif berpusat pada siswa, aktivitas belajar lebih dominan
dilakukan siswa, pengetahuan yang dibangun dan ditemukan adalah
dengan belajar bersama-sama dengan anggota kelompok sampai
masing-masing siswa memahami materi pembelajaran dan mengakhiri
dengan membuat laporan kelompok dan individual.
35
b. Belajar Kerjasama
Proses pembelajaran dilalui dengan bekerjasama dalam kelompok
untuk membangun pengetahuan yang tengah dipelajari. Seluruh siswa
terlibat secara aktif dalam kelompok untuk melaakukan diskusi,
memecahkan masalah dan mengujinya secara bersama-sama, sehingga
bentuk pengetahuan baru dari hasil kerjasama mereka.
c. Pembelajaran Partisipatorik
Melalui model pembelajaran kooperatif siswa belajar dengan
melakukan sesuatu (learning by doing) secara bersama-sama untuk
menemukan dan membanngun pengetahuan yang menjadi tujuan
pembelajaran.
d. Reactive Teaching
Guru menciptakan strategi yang tepat agar seluruh siswa mempunyai
motivasi belajar yang tinggi. Motivasi siswa dapat dibangkitkan jika
guru mampu menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan
menarik serta dapat meyakinkan siswanya akan manfaat pelajaran
untuk masa depan mereka.
e. Pembelajaran yang menyenangkan
Pembelajaran harus berjalan dalam suasana menyenangkan, tidak ada
lagi suasana yang menakutkan lagi bagi siswa atau suasana belajar
yang tertekan. Suasana belajar yang menyenangkan harus dimulai dari
sikap dan perilaku guru di dalam maupun di luar kelas. Guru harus
36
memiliki sikap yang ramah dan tutur bahasa yang menyayangi siswasiswanya.
6. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team-Achievement Division
Metode Student Team Learning adalah teknik pembelajaran
kooperatif yang dikembangkan dan dikembangkan oleh John Hopskins
University (Slavin, 2010:10).
Student Team Learning yang diadaptasi
pada sebagian mata pebelajaran dan tingkat kelas ada tiga, salah satunya
adalah Student Team-Achievement Division (STAD). Slavin (2010: 143)
juga
berpendapat
bahwa
STAD
merupakan
salah
satu
metode
pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, dan merupakan model
yang paling baik untuk permulaan bagi para guru yang baru menggunakan
pendekatan kooperatif. STAD terdiri atas lima komponen utama, yaitu
presentasi kelas, tim, kuis, skor kemajuan individual, dan rekognisi tim.
Pada pembelajaran STAD menurut Slavin (2010: 11) para siswa
dibagi dalam tim belajar yang terdiri atas empat orang yang berbeda-beda
tingkat kemampuan, jenis kelamin, dan latar belakang etnik. Guru
menyampaikan pelajaran, lalu siswa bekerja dalam tim mereka untuk
memastikan bahwa semua anggota tim telah menguasai pelajaran.
Selanjutnya, semua siswa mengerjakan kuis mengenai meteri secara
sendiri-sendiri, dimana saat itu mereka tidak diperbolehkan untuk saling
bantu. Skor kuis pada siswa dibandingkan dengan rata-rata pencapaian
mereka sebelumnya, dan kepada masing-masing tim diberikan poin
berdasarkan tingkat kemajuan yang diraih siswa dibandingkan hasil yang
37
mereka capai sebelumnya. Perolehan poin digunakan untuk mendapatkan
penghargaan.
Gagasan utama dari STAD adalah untuk memotivasi siswa supaya
dapat saling mendukung dan membantu satu sama lain dalam menguasai
kemampuan yang diajarkan oleh guru (Slavin, 2010: 12). Siswa memiliki
tanggung jawab individual karena siswa tidak bolek saling bantu pada saat
kuis, padahal skor siswa akan berengaruh terhadap skor kelompok.
E. Penelitian yang Relevan
1. Skripsi oleh Rossana Nurhayatti dengan judul “Peningkatan Keaktifan
Belajar IPA dengan model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team
Achieveent Divisions pada Siswa Kelas IV SD Negeri 01 Ngunut
Jumantono Karanganyar Tahun Ajaran 2012/2013.
2. Skripsi
oleh Anggita
Megasari
Nasution
dengan judul
“Upaya
Meningkatkan Keaktifan Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Team-Game-Tournaent (TGT) dengan Media Teka-teki
Silang (TTS) pada Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di Kelas
IV A MI Sultan Agung Yogyakarta”.
3. Skripsi oleh Leni Setiyaningsih dengan judul “Peningkatan Keaktifan dan
Prestasi Belajar IPA Siswa Kelas IV SD Negeri Sarikarya Melalui
Penerapan Model Pembelajaram Kooperatif Tipe STAD”.
4. Skripsi oleh Tri Budu Nurhasanah dengan judul “Penerapan Cooperative
Learning Tipe TGT untuk meningkatkan Keaktifan Siswa dala
Pembelajaran IPA”.
38
F. Kerangka Berpikir
Belajar terjadi sepanjang hidup manusia. Belajar merupakan
kebutuhan setiap manusia. Belajar dapat dilakukan kapan pun, dimana pun,
dan oleh siapa pun. Keaktifan dalam belajar sangat diperlukan untuk
memenuhi kebutuhan belajar tersebut. Pembentukan keaktifan belajar dapat
dilakukan melalui kerja tim yang diajarkan melalui pembelajaran IPA di
Sekolah Dasar (SD), baik SD reguler atau SD inklusi. Di SD Inklusi
pembelajaran IPA dimaksudkan agar siswa dapat aktif berinteraksi dengan
lingkungan dan teman sebayanya serta membantu siswa untuk berpikir secara
abstrak serta memiliki rasa percaya diri, dan bertanggung jawab. Keaktifan
belajar dalam pembelajaran IPA SD yang dimaksud adalah proses kegiatan
belajar siswa baik fisik maupun mental yang dilakukan secara optimal agar
dapat mencapai tujuan pembelajaran IPA. Keaktifan belajar siswa dapat
ditingkatkan dengan melibatkan siswa secara aktif dalam kegiatan
pembelajaran. Salah satu strategi yang melibatkan siswa secara aktif dalam
pembelajaran adalah strategi pembelajaran Cooperative Learning.
Model pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning) bertujuan
untuk meningkatkan kerjasama dan peran siswa dalam kelompok, melatih
keterampilan siswa untuk memecahkan masalah, serta mengajarkan siswa
untuk saling menghargai dan menerima keberagaman satu sama lain sehingga
dapat mencapai hasil belajar yang maksimal. Model pembelajaran kooperatif
(Cooperative Learning) juga memberikan kesempatan bagi siswa untuk turut
serta dalam melaksanakan tugas belajar, terlibatan dalam pemecahan
39
masalah, melaksanakan diskusi kelompok, dan mengambil keputusan atau
berpendapat dan menerima pendapat. Penerapan model pembelajaran
kooperatif (Cooperative Learning) di sekolah
Inklusi agar timbul
ketergantungan positif antar siswa, siswa saling membantu dalam
pemahaman materi. Adanya pembelajaran kooperatif juga diharapkan bisa
meningkatkan rasa percaya diri siswa terutama siswa dengan intelegensi
rendah agar tidak minder dalam pembelajaran di kelas. Siswa juga diajarkan
untuk memiliki tanggung jawab karena nilai akhir adalah hasil kelompok
bukan perorangan sehingga siswa akan saling membantu dan berusaha
sehingga semua siswa akan aktif bekerja dan tidak mengandalkan dan atau
meremehkan orang lain.
Pembelajaran dengan berbagai metode dalam Cooperative Learning
diharapkan dapat dijadikan inovasi cara mengajar guru yang melibatkan siswa
secara aktif untuk dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa baik siswa
normal maupun siswa berkebutuhan khusus. Melalui penerapan model
pembelajaran Cooperative Learning dalam pembelajaran IPA di sekolah
inklusi siswa diharapkan dapat termotivasi untuk selalu belajar dan
bertanggung jawab terhadap diri sendiri maupun orang lain sehingga dapat
meningkatkan keaktifan belajarnya.
40
Belajar
Interaksi dengan lingkungan
Interaksi dengan teman sebaya
Pembelajaran IPA
Model Pembelajaran Kooperatif
Pengamatan
Menanya
Diskusi
Presentasi
Konfirmasi
Siswa Aktif
Peningkatan Keaktifan Belajar Siswa
Gambar 1. Kerangka Pikir
G. Hipotesis Tindakan
Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah penerapan model
pembelajaran
Cooperative
Learning
pada
pembelajaran
IPA
dapat
meningkatkan keaktifan belajar siswa Kelas V SD Negeri Bangunrejo 2,
Yogyakarta.
41
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
Suharsimi Arikunto, Suhardjono, dan Supardi. (2007: 3) mengemukakan
bahwa PTK merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa
sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas
secara bersamaan. Menurut Sa’adun Akbar (2010: 28) penelitian tindakan
kelas adalah proses investigasi terkendali untuk menemukan dan memecahkan
masalah pembelajaran di kelas, proses pemecahan masalah tersebut dilakukan
secara bersiklus, dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran
dan hasil pembelajaran di kelas tertentu. Penelitian ini dilaksanakan untuk
meningkatkan keaktifan belajar siswa dalam pembelajaran IPA di sekolah
inklusi dengan menerapkan model pembelajaran Cooperative Learning yang
melibatkan siswa bekerja secara kelompok dalam kegiatan pembelajaran.
Penelitian ini dilakukan secara kolaboratif. Kolaboratif artinya peneliti
bekerjasama dengan guru kelas yang bersangkutan dalam pelaksanaan
tindakan yang direncanakan. Menurut Suharsimi Arikunto (2007: 17) dalam
penelitian kolaborasi, yang melakukan tindakan adalah guru itu sendiri,
sedangkan yang diminta melakukan pengamatan terhadap berlangsungnya
proses tindakan adalah peneliti, bukan guru yang sedang melakukan tindakan.
42
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di kelas V SD Negeri Bangunrejo 2 yang
beralamat di Kricak, Kelurahan Bangunrejo, Kecamatan Tegalrejo, Kota
Yogyakarta. Penelitian dilaksanakan dari bulan Maret sampai dengan Juli
2016. Jadwal penelitian secara lebih rinci dipaparkan pada Lampiran 4.
C. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri Bangunejo 2
pada semester II tahun ajaran 2015/2016. Adapun jumlah siswa sebanyak 20
siswa, terdiri dari 14 siswa laki-laki dan 6 siswa perempuan yang meliputi 11
siswa normal, 6 siswa tunagrahita ringan, dan 7 siswa keterlambatan belajar.
Objek penelitian ini adalah keseluruhan proses pembelajaran IPA melalui
penerapan model pembelajaran Cooperative Learning di kelas V SD Negeri
Bangunrejo 2.
D. Setting Penelitian
Setting penelitian ini menggunakan kelas V SD Negeri Bangunrejo 2
pada saat proses pembelajaran IPA berlangsung.
E. Model Penelitian
Penelitian ini menggunakan model PTK yang dikembangkan oleh
Stephen Kemmis dan Robbin Mc Taggart. Model tersebut terdiri dari siklus
yang meliputi empat komponen yaitu perencanaan (planning), aksi/ tindakan
(acting), observasi (observing), dan refleksi (reflecting). Sesudah satu siklus
selesai diimplementasikan, khususnya sesudah ada refleksi, tahap dilanjutkan
dengan perencanaan ulang/ revisi terhadap implementasi selanjutnya. Model
43
penelitian ini menyatukan tahap pelaksanaan tindakan dan pengamatan karena
keduanya merupakan kegiatan yang tidak terpisahkan (Wijaya Kusumah dan
Dedi Dwitagama, 2011: 20). Rancangan penelitian ini divisualisasikan pada
gambar di bawah ini.
Gambar 2. Proses Penelitian Tindakan Kelas Model Kemmis dan Mc Taggart
(https://tatangmanguny.wordpress.com)
Penjabaran kegiatan setiap siklus pada upaya peningkatan keaktifan
belajar siswa dalam pembelajaran IPA melalui penerapan model pembelajaran
Cooperative Learning adalah sebagai berikut.
1. Perencanaan (Planning)
Pada kegiatan ini, peneliti menjelaskan tentang rencana tindakan
apa yang akan dilakukan peneliti untuk memperbaiki, meningkatkan proses
dan hasil belajar di kelas (H. Sujati, 2000: 24). Penelitian ini difokuskan
untuk meningkatkan keaktifan belajar siswa kelas V SD Negeri Bangunrejo
2, Yogyakarta pada pembelajaran IPA menggunakan model pembelajaran
44
Cooperative Learning. Selanjutnya, peneliti melakukan perencanaan, 1)
Membuat
rencana
pelaksanaan
pembelajaran
(RPP)
yang
akan
dilaksanakan pada pembelajaran IPA; 2) Membuat instrumen observasi
keaktifan belajar siswa; 3) Menyiapkan sarana pendukung pembelajaran
seperti media pembelajaran dan alat tulis; dan 4) Menyiapkan kamera
sebagai alat pendokumentasian kegiatan pembelajaran.
2. Pelaksanaan Tindakan dan Pengamatan (Acting and Observing)
Kegiatan pelaksanaan tindakan merupakan implementasi atau
penerapan isi rancangan, yaitu mengenakan tindakan di kelas (Suharsimi
Arikunto, Suhardjono, dan Supardi, 2007: 18). Pada tahap ini, guru
melaksanakan tindakan yang telah direncanakan sesuai RPP. Guru
melaksanakan kegiatan pembelajaran IPA dengan menerapkan model
pembelajaran Cooperative Learning. Pelaksanaan tindakan dilakukan
melalui dua kali pertemuan tatap muka. Tahap kegiatan pada setiap
pertemuan secara lebih rinci adalah 1) Guru mnegkondisikan ruang kelas
dan mengatur tempat duduk siswa; 2) Guru mengkondisikan siswa ke
dalam pengalaman yang sesuai dengan topik yang diajarkan melalui
penggunaan metode dan media yang sesuai dengan materi. Pengalaman
pada Siklus I yaitu menonton video, diskusi dan membuat rangkuman
materi struktur bumi dalam bentuk gambar; 3) Guru memerintahkan siswa
untuk saling menjelaskan gambar yang telah di buat kepada siswa yang lain
secara berkelompok; 4) Guru memerintahkan siswa mengerjakan soal
evaluasi; 5) Guru mengumpulkan hasil pekerjaan siswa; 6) Guru bersama
45
siswa menganalisis hasil evaluasi siswa; dan 7) Guru memberi penghargaan
kepada kelompok terbaik.
Pada
kegiatan
pengamatan,
peneliti
mengamati
kegiatan
pembelajaran yang sedang berlangsung. Pengamatan meliputi aktivitas
siswa dan guru terkait dengan tindakan yang dilakukan. Pengamatan
dilakukan berdasarkan pedoman observasi yang telah dirancanng.
3. Refleksi (Reflection)
Tahap terakhir merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali
apa yang sudah dilakukan (Suharsimi Arikunto, Suhardjono, dan Supardi,
2007: 19). Pada tahap ini, peneliti berdiskusi dengan guru pelaksana setelah
selesai melakukan tindakan. Diskusi meliputi refleksi guru pelaksana
sendiri
dalam
melaksanakan
tindakan
disinkronkan
dengan
hasil
pengamatan peneliti. Diskusi dilakukan untuk melihat kekurangan dan
kelebihan pada saat tindakan dilaksanakan serta penentuan siklus
selanjutnya.
F. Teknik Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini diperoleh menggunakan
teknik observasi dan pengamatan dokumen.
1. Observasi
Observasi dilakukan untuk mengetahui keaktifan siswa dalam
mengikuti pembelajaran IPA di dalam kelas dan aktivitas guru pada
pelaksanaan
pembelajaran
IPA
46
menggunakan
model
pembelajaran
Cooperative Learning. Kisi-kisi observasi tersebut terlampir pada
Lampiran 5.
2. Wawancara
Wawancara dilakukan kepada guru untuk mengungkapkan data
yang sulit dicari atau ditemukan dengan cara pengamatan atau mengecek
data melalui observasi.. Wawancara dilakukan dengan cara menanyakan
hal-hal yang tidak dapat diamati oleh peneliti ketika melakukan
pengamatan.
3. Dokumentasi
Pengamatan dokumen digunakan untuk memperkuat data yang
diperoleh dalam observasi dan memberikan gambaran yang nyata mengenai
kegiatan siswa di kelas. Dokumen yang diamati yaitu arsip perencanaan
pembelajaran, daftar nilai siswa, dan dokumen berupa foto yang
menggambarkan situasi pembelajaran.
G. Instrumen Penelitian
Instrumen dalam penelitian ini adalah lembar observasi, pedoman
wawancara, lembar angket, dan dokumentasi.
1. Lembar Observasi
Lembar observasi digunakan untuk melakukan pengamatan dan
pencatatan secara logis, sistematis, dan rasional terhadap pembelajaran
selama pelaksanaan tindakan berlangsung. Lembar observasi digunakan
untuk melihat keaktifan belajar siswa dalam proses pembelajaran IPA
dengan model pembelajaran Cooperative Learning. Lembar observasi yang
47
digunakan berupa daftar cek atau check list,
yaitu dengan mengamati
kegiatan masing-masing siswa dan guru apakah sesuai dengan aspek yang
diamati pada daftar yang telah dibuat atau tidak. Jika sesuai maka diberi
tanda centang (√).
2. Pedoman Wawancara
Pedoman wawancara disusun sebagai pedoman untuk melakukan
wawancara yang bertujuan untuk mengetahui sejauh mana tujuan
pelaksanaan tindakan tercapai. Wawancara dilakukan kepada guru yang
melaksanakan tindakan. Pedoman wawancara ini bersifat bebas, sehingga
peneliti dapat mengembangkan sendiri pertanyaan yang ingin diajukan guna
memperoleh data selengkap-lengkapnya. Pedoman wawancara pada guru
meliputi beberapa pertanyaan seperti: 1) Bagaimana pembelajaran pada
siklus ini? 2) Apa kesulitan yang dihadapi pada saat mengajar? 3)
Bagaimana pengaruh GPK dalam pembelajaran ini? dan, 4) bagaimana hasil
pembelajarannya?
3. Data Dokumentasi
Data dokumentasi digunakan untuk mengetahui pelaksanaan
penelitian secara menyeluruh. Data dokumentasi berupa foto dan video
pelaksanaan penelitian. Foto diambil menggunakan kamera saku pada setiap
inti pembelajaran dan fokus kepada subjek yang dekat. Data video diambil
menggunakan handycam yang diletakkan pada sudut ruangan agar dapat
menjangkau sebagian besar kelas.
48
H. Uji Validitas Instrumen
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat
kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Instrumen dikatakan valid apabila
instrumen tersebut dapat dengan tepat mengukur apa yang hendak diukur
(Eko Putro, 2014: 128). Sebuah tes dikatakan memiliki validitas jika hasilnya
sesuai dengan kriterium, dalam arti memiliki kesejajaran antara hasil tes
tersebut dengan kriterium (Suharsimi Arikunto, 2007: 69). Suatu instrumen
yang valid atau sahih memiliki validitas tinggi. Sebaliknya, instrumen yang
kurang valid berarti memiliki validitas rendah (Suharsimi Arikunto, 2010:
211).
I. Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh dari penelitian ini dianalisis secara kuantitatif dan
kualitatif. Rincian analisis data dari masing-masing sumber informasi hasil
penelitian adalah sebagai berikut.
1. Analisis Data Hasil Observasi
Data
hasil
observasi
kemandirian
belajar
siswa
dianalisis
menggunakan daftar cek (Check List). Checklist esensinya adalah untuk
menentukan ada atau tidak adanyasuatu unsur, komponen, trait,
karakteristik atau kejadian dalam suatu peristiwa, tugas atau suatu kesatuan
yang kompleks (Eko Putro, 2014: 107). Check list hanya dapat digunakan
untuk menyatakan ada atau tidak adanya suatu hal yang sedang diamati,
bukan memberi peringkat atau derajat kualitas hal tersebut. Mutu check list
akan sangat tergantung pada kelengkapan dan kejelasan komponen yang
49
dinyatakan dalam daftar untuk bidang dan jenis hasil belajat yang akan
diukur serta kemampuan pengamat untuk menandai ada atau tidaknya
komponen tersebut dala tingkah laku peserta didik yang diamati.
2. Analisis Data Hasil Wawancara
Hasil wawancara dideskripsikan untuk mendukung hasil observasi.
3. Analisis Data Dokumentasi
Data-data yang diperoleh dari dokumen diamati kemudian
dideskripsikan untuk mendukung hasil observasi.
Keabsahan data dalam penelitian ini diperoleh dengan cara
mencocokkan data yang satu dengan data yang lain. Data yang telah
terkumpul dari berbagai instrumen di atas kemudian dianalisis menurut
rumusan masalah sehingga dapat ditarik kesimpulan.
J. Indikator Keberhasilan
Keberhasilan tindakan sangat tergantung pada kondisi kelas dan PTK
sehingga peran guru kelas yang mengetahui tentang segala karakteristik kelas
dan siswanya sangatlah penting (Joko Suwandi, 2011: 35). Keberhasilan
penelitian tindakan ini ditandai dengan adanya peningkatan keaktifan belajar
siswa dalam pembelajaran IPA. Berdasarkan kesepakatan dengan guru kelas,
indikator keberhasilan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu rata-rata
keaktifan belajar siswa berdasarkan hasil observasi masing-masing ≥ 75%.
50
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Kelas V SD Negeri Bangunrejo 2,
Yogyakarta pada bulan Maret - Juni 2016. Subjek penelitian yaitu 20 orang
siswa yang terdiri dari 13 orang laki-laki dan 6 orang perempuan, 7 orang
lambat belajar, 6 orang tunagrahita ringan, dan 7 orang siswa normal. Data
inisial subjek ditampilkan pada tabel berikut ini.
Tabel 2. Inisial Subjek Penelitian
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Nama
Ad
Fn
Tn
Lf
Dd
Ds
Ay
Ao
Hn
Ks
Keterangan
No
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
LB
TR
TR
TR
TR
LB
LB
TR
Nama
Lg
Ab
Al
Nc
As
Rg
Rf
Sw
Vr
Jh
Keterangan
TR
LB
LB
LB
LB
Keterangan:
TR
: Tunagrahita Ringan
LB
: Labat Belajar (Slow Learner)
Penelitian ini terdiri dari dua siklus yang tiap siklusnya meliputi
perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Jadwal pelaksanaan
tindakan setiap siklus ditampilkan pada tabel berikut.
51
Tabel 3. Jadwal Pengumpulan Data
Siklus
I
II
Hari, tanggal
Senin, 2 Mei 2016
Selasa, 3 Mei 2016
Kamis, 12 Mei 2016
Waktu
09.15 - 11.00 WIB
09.15 - 10.25 WIB
11.15 - 13.00 WIB
Materi
Struktur Bumi
Daur Air
Deskripsi dan data setiap siklus dipaparkan secara rinci pada
penjelasan berikut.
1. Siklus I.
Siklus I dilaksanakan dengan dua kali pertemuan yaitu pada
Senin, 2 Mei 2016 dan Selasa, 3 Mei 2016. Alokasi waktu setiap
pertemuan adalah 3 x 35 menit dan 2 x 35 menit. Materi yang disampaikan
yaitu mengenai Struktur Bumi. Rincian tindakan Siklus I dipaparkan
secara rinci pada penjelasan berikut.
a. Perencanaan Tindakan Siklus I
Kegiatan perencanaan dimaksudkan untuk mempersiapkan halhal yang diperlukan sebelum pelaksanaan tindakan. Rincian kegiatan
perencanaan tindakan Siklus I, yaitu 1) Membuat rencana pelaksanaan
pembelajaran
(RPP)
pembelajaran
IPA
menggunakan
model
pembelajaran Cooperative Learning selama dua pertemuan. Rancangan
penerapan model pembelajaran Cooperative Learning dalam penelitian
ini adalah guru mengkondisikan siswa ke dalam pengalaman yang
sesuai dengan topik yang diajarkan melalui penggunaan metode dan
media yang sesuai dengan materi. Pengalaman pada Siklus I yaitu
menonton video, diskusi, praktik membuat gambar struktur bumi, dan
52
presentasi (diskusi kelas), kuis, dan perayaan hasil kuis; 2) Menyiapkan
instrumen observasi keaktifan belajar siswa; 3) Menyiapkan sarana
pendukung pembelajaran seperti media pembelajaran dan alat tulis; dan
4) Menyiapkan kamera sebagai alat pendokumentasian kegiatan
pembelajaran.
b. Pelaksanaan Tindakan Siklus I
Tindakan Siklus I dilaksanakan sesuai RPP yang telah disusun.
Meskipun ada beberapa hal yang tidak dilaksanakan dan berkembang
sesuai kondisi kelas, secara keseluruhan pembelajaran berjalan sesuai
dengan RPP. Rincian pelaksanaan tindakan pada setiap pertemuan
adalah sebagai berikut.
1) Pertemuan Ke-1
Pertemuan pertama pada Siklus I dilaksanakan pada hari
Senin, 2 Mei 2016 pukul 09.15 - 11.00 WIB. Pembelajaran diikuti
oleh 14 orang siswa. Rincian kegiatan pembelajaran IPA dengan
model pembelajaran Cooperative Learning adalah sebagai berikut.
a) Guru membantu siswa dalam pengkondisian kelas
Guru mengawali pelajaran IPA dengan meminta siswa
membereskan buku mata pelajaran sebelumnya kemudian
mempersiapkan pelajaran IPA. Salam, presensi, dan doa sudah
dilakukan pada pelajaran sebelumnya ketika jam pertama masuk
kelas. Guru melakukan apersepsi untuk menggali pengetahuan
awal siswa sebelum masuk pada pelajaran inti. Apersepsi
53
dilakukan dengan menanyakan apakah siswa pernah makan telur
rebus. Semua siswa menjawab pernah secara bersamaan. Guru
menganalogikan telur rebus tersebut sebagai bumi. Guru
menjelaskan
bahwa
bumi
terdiri
dari
beberapa
lapisan.
Selanjutnya guru menjelaskan bahwa siswa akan belajar tentang
Struktur
Bumi
dengan
model
pembelajaran
kelompok
Cooperative Learning. Selanjutnya, guru bertanya apakah siswa
sudah mempelajari materi yang akan dipelajari pada hari itu.
Sebagian besar siswa sudah mempelajari materi Struktur Bumi.
Hal tersebut dikarenakan materi struktur bumi sudah dijelaskan
pada pertemuan sebelumnya.
b) Guru mengkondisikan siswa ke dalam pengalaman yang sesuai
dengan topik yang diajarkan melalui penggunaan metode dan
media yang sesuai dengan materi.
Pada pertemuan pertama Siklus I ini, pengalaman yang
dialami siswa adalah pengamatan, diskusi, menggambar dan
merangkum. Siswa diminta untuk mengamati video. Siswa
berkelompok menjadi lima kelompok sesuai dengan arahan guru.
Selanjutnya siswa dibimbing untuk diskusi kelompok dan
membuat rangkuman bergambar.
Pada saat mengamati video, ada dua siswa yang tidak
fokus (Lampiran 14. Gambar 1.). Hal ini menunjukkan bahwa
tidak semua siswa memperhatikan video secara seksama. Guru
54
menegur siswa tersebut kemudian mengulang pengarahan kepada
siswa tersebut. Selanjutnya siswa diberi kesempatan terkait video
yang sudah diamatinya. Guru memberikan pertanyaan-pertanyaan
agar siswa mau bertanya. Ada empat orang yang memberi
tanggapan atau jawaban tetapi tidak ada yang bertanya. Sebagian
besar siswa hanya mengulangi jawaban siswa lain yang sudah
menjawab secara serentak. Ada juga yang diam. Guru
memberikan penguatan dan menjelaskan kembali jawabanjawaban siswa. Guru menjelaskan bahwa bumi terdiri dari
berbagai lapisan. Setiap lapisan bumi memiliki ketebalan dan
material penyusun yang berbeda yang berbeda.
Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok dan
mengatur tempat duduk siswa sesuai kelompoknya. Pada saat
pembagian kelompok tidak dapat sesuai dengan kelompok yang
telah dipersiapkan sebelumnya karena ada beberapa siswa yang
tidak hadir di kelas pada pembelajaran IPA sehingga guru
membentuk kelompok siswa secara spontan di kelas. Ada lima
kelompok, empat kelompok terdiri dari tiga orang dan satu
kelompok terdiri dari dua orang. Suasana kelas cukup gaduh saat
pembagian kelompok tetapi berjalan lancar meskipun kelompok
yang terdiri dari dua orang protes karena hanya berdua.
Siswa berdiskusi dengan teman satu kelompoknya untuk
membuat gambar dan rangkuman tentang struktur bumi
55
(Lampiran 14. Gambar 2). Siswa diberi kesempatan untuk
mencari informasi dari buku atau media lainnya. Semua siswa
menggunakan buku paket yang sudah disediakan di kelas. Ratarata gambar siswa sama seperti yang ada di buku paket.
Rangkuman
yang
dibuat
oleh
masing-masing
kelompok
bervariasi. Ada yang menjiplak buku, ada yang meringkas dari
buku, tetapi ada pula yang membuat rangkuman dengan kata-kata
sendiri.
Proses diskusi berjalan dengan lancar. Tidak ada siswa
yang jalan-jalan dikelas atau berbuat gaduh walaupun ada satu
anak yang hanya diam melamun saat diskusi dan ada satu
kelompo yang bekerja sendiri-sendiri. Guru membimbing diskusi
setiap kelompok secara bergantian. Ketika ada hal yang belum
dimengerti siswa bertanya kepada guru.
Setelah semua kelompok selesai membuat gambar dan
rangkuman, guru mengumpulkan semua hasil pekerjaan siswa.
Selanjutnya, guru bersama siswa menyimpulkan pelajaran.
c) Guru mengingatkan siswa tentang tindak lanjut yang akan
dilakukan.
Guru
menjelaskan
secara
singkat
pelajaran
pada
pertemuan selanjutnya yaitu presentasi dan tanya jawab. Siswa
ditugaskan untuk belajar di rumah tentang materi yang akan
56
dipresentasikan, yaitu struktur bumi. Pembelajaran ditutup dengan
salam.
2) Pertemuan Ke-2
Pertemuan kedua pada Siklus I dilaksanakan pada hari
Selasa, 3 Mei 2016 pukul 09.15-10.25 WIB. Rincian kegiatannya
adalah sebagai berikut.
a) Guru mengkondisikan siswa dengan mengatur tempat duduk
siswa sesuai kelompok pada pertemuan sebelumnya.
Pengkondisian kelas berjalan dengan lancar. Siswa
duduk sesuai dengan kelompok masing-masing tanpa membuat
kegaduhan. Ada satu orang siswa yang tidak masuk sehingga
kelompoknya diganti oleh siswa baru yang tidak hadir pada
pertemuan sebelumnya. Siswa yang tidak hadir pada pertemuan
sebelumnya membentuk kelompok baru. Jumlah siswa yang hadir
ada 19 anak sehingga terdapat satu kelompok beranggotakan
empat orang, yang lain tetap tiga.
b) Guru mengkondisikan siswa ke dalam pengalaman yang sesuai
dengan topik yang diajarkan melalui penggunaan metode dan
media yang sesuai dengan materi.
Pada pertemuan kedua ini, pengalaman yang dialami
siswa adalah presentasi hasil kerja kelompok, kuis, dan perayaan
(Lampiran 14. Gambar 3). Setiap kelompok mempresentasikan
hasil kerja kelompok secara bergantian. Semua kelompok maju
57
dengan ditunjuk guru, tanpa kemauan sendiri. Ketika diberi
kesempatan umtuk menanggapi presentasi, hanya ada tiga anak
yang mau menanggapi.
Setelah selesai presentasi siswa diberi kesempatan untuk
bertanya tentang perihal yang belum dipahami atau berpendapat
tentang materi yang dipresentasikan.
Ada lima anak yang
memberikan pendapatnya meskipun harus diberi pancingan oleh
guru. Guru kemudian memberikan penguatan terhadap tanggapan
siswa dan menjelaskan secara singkat materi struktur bumi.
Selanjutnya, guru mengadakan kuis. Guru meminta
siswa untuk menutup semua buku dan hanya menyisakan alat
tulis di meja. Guru membagikan lembar soal kepada siswa tanpa
mengacak tempat duduk siswa. Siswa mengerjakan kuis secara
individu (Lampiran 14. Gambar 4). Pada saat mengerjakan soal
ada tiga siswa yang didampingi oleh guru pendamping khusus
(GPK). Dua di antaranya mendapat bantuan jawaban dari GPK
(Lampiran 14. Gambar 5). Selain dua orang tersebut, ada tujuh
siswa yang didapati bekerjasama dan atau mencontek dengan
teman disebelahnya. Pada waktu mengerjakan kuis sebagian besar
siswa bertanya kepada guru atau pun peneliti karena kurang
paham dengan maksud dari soal yang diberikan. Guru harus
menjelaskan maksud dari pertanyaan yang diberikan satu per satu
58
dengan bahasa yang lebih sederhana sehingga siswa paham
dengan maksud dari pertanyaannya.
Setelah waktu yang diberikan untuk mengerjakan soal
habis, guru mengambil jawaban siswa. Ada empat siswa yang
membantu mengumpulkan lembar jawaban di sekitarnya. Guru
kemudian menukar jawaban siswa dengan siswa lain yang jarak
tempat duduknya cukup jauh. Tidak ada siswa yang pindah dari
tempat duduknya tetapi suasana kelas cukup gaduh karena siswa
saling mengobrol.
Siswa bersama guru mencocokkan hasil pekerjaannya.
Setelah selesai siswa menjumlah atau menskor hasil jawaban
temannya. Guru berkeliling untuk memberikan nilai akhir. Guru
bersama siswa menyimpulkan pembelajaran tentang materi
struktur bumi. Semua siswa hanya mendengarkan kesimpulan
guru, tidak ada yang berpendapat walaupun sudah diberi
kesempatan. Guru kemudian meminta siswa untuk menempelkan
hasil kerja kelompoknya pada papan yang sudah di sediakan di
belakang kelas. Ketika siswa menempelkan karyanya, peneliti
menjumlahkan skor kuis tiap kelompok.
Selesai menempelkan karya siswa, guru mengumumkan
kelompok dengan skor kuis paling tinggi sebagai bentuk dari
perayaan (Lampiran 14. Gambar 6). Guru juga mengumumkan
bahwa siswa yang ketahuan menyontek atau bekerjasama nilainya
59
dikurangi. Guru dan peneliti kemudian memberikan ucapan
selamat kepada kelompok yang mendapat skor tertinggi dan
semua siswa memberikan tepuk tangan.
c. Observasi Tindakan Siklus I
Observasi dilakukan ketika tindakan dilaksanakan pada setiap
pertemuan. Hasil observasi pada pertemuan pertama dan kedua
menunjukkan bahwa keaktifan belajar siswa termasuk pada kategori
cukup, yaitu sebesar 66,5% dan 71,2%. Didapatkan rata-rata observasi
keaktifan belajar siswa pada Siklus I sebesar 68,8%. Angka ini
termasuk pada kategori sedang. Berikut tabel hasil observasi keaktifan
belajar siswa pada Siklus I.
Tabel 4. Hasil Observasi Keaktifan Belajar Siswa pada Siklus I
No Nama Pertemuan 1 Pertemuan 2
1
Ad
69
73
2
Fn
75
73
3
Tn
67
4
Lf
60
5
Dd
56
6
Ds
63
73
7
Ay
69
73
8
Ao
67
9
Hn
80
10
Ks
53
11
Lg
50
80
12
Ab
63
87
13
Al
44
73
14
Nc
81
73
15
As
60
16
Rg
75
73
17
Rf
50
60
18
Sw
75
73
19
Vr
88
80
20
Jh
75
73
Rata-rata
66,5
71,2
60
Pembelajaran IPA dengan model pembelajaran Cooperative
Learning pada Siklus I terlaksana sesuai tindakan yang direncanakan,
baik pada pertemuan pertama maupun kedua. Guru juga telah
memfasilitasi dan memotivasi siswa untuk meningkatkan keaktifan
belajarnya. Namun, masih ada dua indikator yang belum dilaksanakan
guru yaitu memberikan timbal balik atas tanggapan atau jawaban siswa
serta memberikan kesempatan siswa untuk bertanya lebih banyak
d. Refleksi Tindakan Siklus I
Setelah Siklus I selesai, peneliti mengamati kembali hasil
penelitian
dan
berdiskusi
dengan
guru
pelaksana.
Refleksi
menghasilkan beberapa informasi tentang kelebihan dan kekurangan
tindakan pada Siklus I. Hasil penelitian pada Siklus I ini belum
mencapai indikator keberhasilan karena rata-rata keaktifan belajar siswa
berdasarkan hasil observasi belum mencapai 75%. Pelaksanaan
pembelajaran IPA menggunakan model pembelajaran Cooperative
Learning yang diterapkan di Kelas V SD Negeri Bangunrejo 2 juga
memiliki beberapa kekurangan sehingga diperlukan Siklus II untuk
memperbaikinya. Kelebihan dan kekurangan Siklus I serta rencana
tindakan Siklus II dipaparkan pada penjelasan berikut.
1) Kelebihan
a) Kegiatan belajar secara berkelompok memberikan kesempatan
pada siswa untuk lebih banyak berdiskusi dan saling membantu
pemahaman antar siswa.
61
b) Kegiatan belajar dengan siswa maju ke depan kelas memberikan
kesempatan untuk lebih berani tampil.
c) Pengelompokan siswa secara acak membuat siswa tidak
bergerombol.
d) Bimbingan
penuh
dari
guru
membantu
siswa
dalam
melaksanakan tugas belajarnya.
2) Kekurangan (secara rinci dapat dilihat pada Lampiran 13)
a) Terdapat 7 indikator keaktifan belajar siswa belum mencapai
separuh jumlah siswa.
b) Terdapat 2 indikator peran guru untuk menumbuhkan keaktifan
belajar siswa belum terlihat.
c) Siswa belum paham apa yang harus dilaksanakan ketika
presentasi.
2. Siklus II
Siklus II dilaksanakan berdasarkan hasil refleksi Siklus I. Siklus
II dilaksanakan satu kali pertemuan yaitu pada Kamis, 12 Mei 2016.
Alokasi waktu adalah 3 x 35 menit. Materi yang disampaikan adalah Daur
Air. Rincian tindakan Siklus II adalah sebagai berikut.
a. Perencanaan Tindakan Siklus II
Rencana tindakan Siklus II didasarkan pada refleksi Siklus I.
Perencanaannya hampir sama dengan Siklus I. Perbedaannya adalah
pada kegiatan belajarnya yang lebih dijelaskan secara mendetail pada
penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Rincian
62
perencanaan tindakan Siklus II, yaitu 1) Membuat rencana pelaksanaan
pembelajaran
(RPP)
pembelajaran
IPA
menggunakan
model
pembelajaran Cooperative Learning untuk satu kali pertemuan.
Rancangan penerapan model pembelajaran Cooperative Learning
dalam penelitian ini adalah guru mengkondisikan siswa ke dalam
kelompok-kelompok kecil yang telah disiapkan dan membawa siswa
dalam pengalaman yang sesuai dengan topik yang diajarkan melalui
penggunaan metode dan media yang sesuai dengan materi. Pengalaman
pada Siklus II yaitu menonton video, diskusi, membuat rangkuman, dan
presentasi (diskusi kelas), kuis, dan perayaan hasil kuis; 2) Menyiapkan
instrumen observasi keaktifan belajar siswa; 3) Menyiapkan sarana
pendukung pembelajaran seperti media pembelajaran dan alat tulis; dan
4) Menyiapkan kamera sebagai alat pendokumentasian kegiatan
pembelajaran.
b. Pelaksanaan Tindakan Siklus II
Tindakan Siklus II dilaksanakan sesuai RPP yang telah
disusun. Meskipun ada beberapa hal yang tidak dilaksanakan dan
berkembang sesuai kondisi kelas, secara keseluruhan pembelajaran
berjalan sesuai dengan RPP. Tindakan siklus II dilaksanakan pada hari
Kamis, 12 Mei 2016 pukul 11.15-13.00 WIB. Rincian kegiatannya
adalah sebagai berikut.
63
1) Guru membantu siswa dalam pengkondisian kelas
Guru mengawali pelajaran IPA dengan meminta siswa
membereskan
buku
mata
pelajaran
sebelumnya
kemudian
mempersiapkan pelajaran IPA. Salam, presensi, dan doa sudah
dilakukan pada pelajaran sebelumnya ketika jam pertama masuk
kelas. Pada pertemuan ini guru mengkondisikan siswa menjadi enam
kelompok seperti pada pertemuan ke dua siklus I dengan sedikit
perubahan karena ada dua siswa yang tidak hadir dan disesuaikan
dengan kemampuan siswa. Selanjutnya guru memberikan apersepsi
kepada siswa dengan menanyakan manfaat-manfaat air bagi
kehidupan sehari-hari. Ada delapan anak yang memberikan
tanggapan sendangkan yang lain hanya mengulangi pendapat teman
atau menjawab secara serentak. Guru kemudian menjelaskan bahwa
siswa akan belajar tentang Daur Air dengan model pembelajaran
kelompok Cooperative Learning. Selanjutnya, guru bertanya apakah
siswa sudah mempelajari materi yang akan dipelajari pada hari itu.
Sebagian besar siswa belum mempelajari materi Daur Air.
2) Guru mengkondisikan siswa ke dalam pengalaman yang sesuai
dengan topik yang diajarkan melalui penggunaan metode dan media
yang sesuai dengan materi.
Pada Siklus II ini, pengalaman yang dialami siswa adalah
pengamatan, diskusi, merangkum, dan presentasi. Siswa diminta
untuk mengamati video. Siswa melakukan tanya jawab dengan guru
64
terkait video yang telah dilihat. Siswa dibagikan lembar kerja yang
berisi kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan siswa secara
berkelompok. Selanjutnya siswa dibimbing untuk melakukan diskusi
kelompok, membuat rangkuman, dan presentasi.
Pada saat mengamati video, sebagian besar siswa hanya
fokus memperhatikan video di awal penayangan dan ada 12 anak
yang tidak memperhatikan video di akhir (Lampiran 14. Gambar 7).
Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar siswa kurang
memperhatikan video secara seksama. Guru menegur para siswa dan
melanjutkan pembelajaran. Selanjutnya siswa diberi kesempatan
untuk bertanya atau menanggapi video yang sudah diamati. Ada
tujuh anak yang mau bertanya tanpa ditunjuk terlebih dahulu dan
sembilan anak yang mau menanggapi
pertanyaan temannya
(Lampiran 14. Gambar 8). Namun ada dua siswa yang tidak
memperhatikan teman yang sedang berbicara tetapi tidak mendapat
teguran dari guru. Guru memberikan penguatan dan menjelaskan
kembali jawaban-jawaban siswa. Guru menjelaskan proses daur air
dan memberi penekanan pada evaporasi, presipitasi, dan kondensasi.
Semua siswa memperhatikan.
Guru meminta siswa untuk mengerjakan tugas kelompok.
Guru membagi lembar kerja siswa. Proses diskusi berjalan dengan
lancar. Tidak ada siswa yang jalan-jalan dikelas atau berbuat gaduh.
Namun, ada tiga orang yang tidak ikut berdiskusi dan mengerjakan
65
tugas membuat rangkuman. Guru selalu mengingatkan siswa agar
berdiskusi dan mengerjakan tugas bersama. Guru membimbing
diskusi setiap kelompok secara bergantian. Ketika ada hal yang
belum dimengerti siswa bertanya kepada guru. (Lampiran 14.
Gambar 9)
Setelah semua kelompok selesai membuat rangkuman, guru
meminta setiap kelompok untuk presentasi (Lampiran 14. Gambar
10). Urutan kelompok yang presentasi ditentukan oleh guru. Ketika
ada kelompok yang presentasi, kelompok yang lain wajib
memberikan komentar atau tanggapan terhadap presentasi temannya
dan ditulis pada lembar yang sudah disediakan. Semua kelompok
juga wajib memberikan komentar secara lisan. Kelompok yang
memberikan komentar ditunjuk oleh guru agar semua kelompok
memiliki kesempatan yang sama. Setelah selesai presentasi siswa
diberi kesempatan untuk menyimpulkan hasil presentasi. Ada tiga
anak yang memberikan pendapatnya. Guru kemudian memberikan
penguatan terhadap tanggapan siswa dan menjelaskan secara singkat
materi daur air (Lampiran 14. Gambar 11)
Selanjutnya, guru mengadakan kuis. Guru meminta siswa
untuk kembali ke tempat duduk seperti pada pembelajaran biasanya
serta meminta siswa untuk menutup semua buku dan hanya
menyisakan alat tulis di meja. Guru membagikan lembar soal kepada
siswa. Pada pembelajaran ini tidak ada guru pendamping khusus di
66
kelas sehingga siswa tidak bisa mengandalkan guru pendamping
khusus. Guru tidak menunggui saat siswa mengerjakan kuis sehingga
kelas agak gaduh. Ada tiga siswa yang menanyakan jawaban dan
melirik pekerjaan temannya dan ada satu anak yang mencontek buku
(Lampiran 14. Gambar 12).
Pada waktu mengerjakan kuis sebagian besar siswa
bertanya kepada peneliti karena kurang paham dengan maksud dari
soal yang diberikan. Peneliti harus menjelaskan maksud dari
pertanyaan yang diberikan satu per satu dengan bahasa yang lebih
sederhana sehingga siswa paham dengan maksud dari pertanyaannya
karena tidak ada guru di kelas. Guru kembali ke kelas ketika jam
pelajaran tinggal sepuluh menit.
Setelah waktu yang diberikan untuk mengerjakan soal
habis, guru meminta siswa untuk mengumpulkan jawaban ke depan
kelas. Hasil kuis tidak dianalisis bersama-sama di kelas karena
waktu hampir habis. Hasil kuis dianalisis oleh peneliti di luar jam
pelajaran sehingga tidak ada penghargaan pada hari itu.
Guru
memberikan
kesempatan
kepada
siswa
untuk
menyimpulkan pembelajaran pada hari itu. Tidak ada siswa yang
berpendapat. Guru kemudian menyimpulkan pelajaran tentang daur
air dan memberi nasihat kepada siswa. Guru menutup pembelajaran
dengan doa dan salam.
67
c. Observasi Tindakan Siklus II
Observasi dilakukan ketika tindakan dilaksanakan. Hasil
observasi menunjukkan keaktifan belajar siswa sebesar 75,3%. Berikut
tabel hasil observasi keaktifan belajar siswa pada Siklus II.
Tabel 5. Hasil Observasi Keaktifan Belajar Siswa pada Siklus II
Presentase
(%)
Ad
76
Fn
76
Tn
64
Lf
72
Dd
72
Ds
Ay
84
Ao
Hn
92
Ks
68
Rata-rata (%)
No Nama
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
Presentase
(%)
Lg
56
Ab
76
Al
68
Nc
76
As
56
Rg
88
Rf
80
Sw
84
Vr
92
Jh
76
75,3
Nama
Pembelajaran IPA dengan model pembelajaran Cooperative
Learning pada Siklus II terlaksana sesuai tindakan yang direncanakan.
Guru
juga
telah
memfasilitasi
dan
memotivasi
siswa
untuk
meningkatkan keaktifan belajarnya. Namun, masih ada dua indikator
yang belum dilaksanakan guru yaitu menganalisis hasil kuis dan
mengadakan perayaan.
d. Refleksi Tindakan Siklus II
Hasil penelitian pada siklus ini telah mencapai indikator
keberhasilan.
Kekurangan pada Siklus
Disimpulkan
bahwa
pembelajaran
68
IPA
I juga dapat
menggunakan
teratasi.
model
pembelajaran Cooperative Learning yang diterapkan di Kelas V SD
Negeri Bangunrejo 2 dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa.
Peningkatan keaktifan belajar siswa dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 6. Peningkatan Keaktifan Belajar Siswa
Hasil
Data Guru
Siklus I
Siklus II
Observasi
68,8%
75,3%
Berdasarkan hasil pencermatan dokumen nilai siswa, rata-rata
nilai siswa dari pratindakan ke siklus I mengalami peningkatatan,
tetapi pada rata-rata nilai siswa pada siklus I ke siklus II justru
mengalami penurunan. Hal tersebut disebabkan ada tujuh anak yang
mengalami penurunan, dua anak diketahui mencontek pada siklus I,
dua anak tidak didampingi GPK selama siklus II sehingga nilainya
turun drastis, dan tiga anak turun sedikit belum diketahui
penyebabnya. Hasil prestasi belajar siswa dari pratindakan, siklus I,
dan siklus II dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 7. Peningkatan Prestasi Belajar Siswa
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
Nama
Ad
Fn
Tn
Lf
Dd
Ds
Ay
Ao
Hn
Ks
Lg
Ab
Al
Nc
As
Rg
Rf
Sw
Vr
Jh
Rata-rata
Pratindakan
(mid semester)
58
46
36
54
66
46
52
66
62
64
74
90
42
60
58
52
66
64
57
69
Siklus I
Siklus II
75
100
40
68
80
100
85
85
80
100
80
75
80
85
68
85
100
85
75
82
93
93
53
73
47
87
73
47
33
100
100
93
83
100
87
93
93
80
79
B. Pembahasan
Pada awal penelitian, siswa Kelas V SD Negeri Bangunrejo 2
memiliki keaktifan belajar belum optimal. Hal ini berdasar pada hasil
observasi yang menunjukkan siswa cenderung pasif dalam pembelajaran,
hanya siswa tertentu yang aktif, nilai ulangan tengah semester siswa yang
masih dibawah kritetia ketuntasan minimal yaitu 57, serta selisih nilai
tertinggi dan terendah yaitu 53. Mengingat keaktifan belajar sangat
berpengaruh terhadap hasil belajar siswa dan ilmu pengetahuan alam (IPA)
merupakan mata pelajaran yang tepat untuk kerja tim atau kelompok, maka
peneliti melakukan tindakan berupa penerapan model pembelajaran
Cooperative Learning pada mata pelajaran IPA.
Cooperative Learning memberi kesempatan siswa bekerja dalam
kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam
mempelajari materi pembelajaran (Slavin, 2010: 4). Sugiyanto (2010: 37)
mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif (cooperative learning)
adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok
kecil siswa untuk bekerjasama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk
mencapai tujuan belajar. Nur Asma (2006: 12) juga mengungkapkan bahwa
pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran yang
terstruktur dan sistematis, di mana kelompok-kelompok kecil bekerjasama
untuk mencapai tujuan-tujuan bersama, serta bertanggungjawab pada
aktivitas belajar anggota kelompoknya, sehingga seluruh anggotanya
menguasai materi pelajaran dengan baik.
70
Slavin (2010: 143) berpendapat bahwa Student Team-Achievement
Division (STAD) merupakan salah satu metode pembelajaran kooperatif yang
paling sederhana, dan merupakan model yang paling baik untuk permulaan
bagi para guru yang baru menggunakan pendekatan kooperatif. Menengok
kondisi kelas dan diperkuat dengan beberapa pendapat tersebut, peneliti
menerapkan model pembelajaran Cooperative Learning tipe STAD pada
mata pelajaran IPA.
Pada pembelajaran ini siswa melaksanakan kegiatan belajar sesuai
yang
direncanakan
guru.
Guru
berperan
dalam
membimbing
dan
memfasilitasi siswa pada setiap kegiatan seperti pembagian kelompok,
pengamatan, diskusi, dan presentasi.
Pada Siklus I, seluruh rencana kegiatan diatur oleh guru, dari
pembentukan kelompok hingga urutan presentasi. Guru memberitahu apa
yang harus dilakukan oleh siswa, menyiapkan apa yang dibutuhkan oleh
siswa, dan membimbing setiap tindakan siswa. Meskipun demikian tugas
guru hanya sebagai fasilitator, mediator, dan motivator, aktivitas belajar tetap
berpusat pada siswa. Salah satu prinsip pembelajaran kooperatif adalah
belajar aktif, yaitu pembelajaran berpusat pada siswa, aktivitas belajar lebih
dominan dilakukan siswa, pengetahuan yang dibangun dan ditemukan adalah
dengan belajar bersama-sama dengan anggota kelompok sampai masingmasing siswa memahami materi pembelajaran dan mengakhiri dengan
membuat laporan kelompok dan individual (Nur Asma, 2006: 14).
71
Aktivitas siswa pada Siklus I antara lain menonton video, melakukan
diskusi kelompok, membuat gambar stuktur Bumi, membuat rangkuman
struktur Bumi, dan melakukan presentasi. Pada pertemuan pertama, hanya
ada dua siswa yang memberi tanggapan atau menjawab pertanyaan guru
dengan inisiatif sendiri. Kedua siswa tersebut memang biasanya sering aktif
menjawab pertanyaan atau maju ke depan kelas. Pada saat diskusi kelompok
hanya ada dua kelompok yang seluruh anggotanya ikut berdiskusi, sedangkan
pada kelompok lainnya ada satu siswa yang tidak ikut berdiskusi. Hal tersebut
juga terjadi ketika siswa diminta membuat gambar dan rangkuman.
Namun, pada pertemuan kedua, siswa terlihat lebih aktif. Semua
siswa berani tampil di depan kelas untuk melakukan presentasi, walaupun
siswa terlihat bingung dengan apa yang harus dilakukan saat presentasi, tetapi
guru terus membimbing siswa. Ada empat siswa yang memberi tanggapan
presentasi dari kelompok lain. Siswa juga mengerjakan kuis dengan tenang.
Pembelajaran kooperatif menunjukkan peningkatan keaktifan siswa. Hasil
kuis juga menunjukkan peningkatan dari hasil ulangan tengah semester ke
siklus I, yaitu 38,98%. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Sugiyanto belajar
(2010: 37) yang menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah
pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil
siswa untuk bekerjasama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk
mencapai tujuan. Tujuan yang dimaksud adalah pemahaman siswa. Abdulhak
(Isjoni, 2010: 28) menjelaskan bahwa pembelajaran kooperatif dilaksanakan
72
melalui berbagai proses antara peserta belajar sehingga dapat mewujudkan
pemahaman bersama di antara peserta belajar itu sendiri.
Pada pelaksanaan tindakan Siklus I, terdapat beberapa kekurangan,
baik dari segi pelaksanaan tindakan maupun aktivitas siswa yang
menunjukkan keaktifan belajar. Beberapa indikator keaktifan belajar siswa
pada Siklus I belum mencapai separuh dari jumlah siswa sehingga dilakukan
perbaikan pada Siklus II. Rencana tindakan yang dilakukan pada Siklus II,
guru lebih menegaskan dan memberikan stimulasi kepada siswa agar siswa
lebih percaya diri, bertanggung jawab, dan berani bertanya atau berpendapat.
Pada Siklus II, siswa sudah bisa lebih cepat dalam pengkondisian
kelas (membentuk kelompok) serta menyiapkan buku dan alat tulis yang
dibutuhkan. Pengalaman yang dialami siswa pada siklus ini hampir sama
dengan siklus I tetapi tugas membuat gambar dihilangkan serta sedikit
perubahan pada anggota kelompok. Kegiatan diskusi dan presentasi telah
dijelaskan pada lembar kerja siswa. Siswa terlihat lebih aktif bertanya,
menjawab pertanyaan, dan mengemukakan pendapat dalam kegiatan
pembelajaran. Adanya Lembar Kerja Siswa membantu siswa memahami apa
yang harus dilakukan saat diskusi atau pun presentasi. Pemberian hadiah
sebagai penghargaan pada akhir Siklus I bagi siswa yang aktif dan kelompok
dengan nilai tinggi menjadikan motivasi bagi siswa. Hal ini sesuai dengan
pendapat Slavin (2010: 12), yaitu gagasan utama dari STAD adalah untuk
memotivasi siswa untuk saling mendukung dan membantu siswa satu sama
73
lain dalam menguasai kemampuan yang diajarkan oleh guru agar timnya
mendapatlkan penghargaan.
Pada Siklus III, indikator keberhasilan penelitian sudah tercapai.
Rata-rata keaktifan belajar siswa mencapai 75,3% berdasarkan hasil evaluasi
dan hasil belajar siswa mencapai 79 (rentang 0-100). Berdasarkan data yang
diperoleh,
dapat
dikatakan
bahwa
penerapan
model
pembelajaran
Cooperative Learning dalam pembelajaran IPA dapat meningkatkan
keaktifan belajar siswa Kelas V SD Negeri Bangunrejo 2, Yogyakarta.
Berdasarkan pembahasan penelitian ini, dapat dikatakan bahwa
penerapan model pembelajaran Cooperative Learning dalam pembelajaran
IPA dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa Kelas V SD Negeri
Bangunrejo 2, Yogyakarta.
C. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini masih jauh dari sempurna. Beberapa keterbatasan dalam
penelitian ini dipaparkan pada penjelasan berikut.
1. Observer kurang mampu dalam mengamati setiap siswa secara detail.
2. Peneliti tidak dapat mengontrol seluruh kegiatan pembelajaran sehingga
masih ada indikator yang belum dapat ditingkatkan pada setiap siklus.
3. Sebagian besar siswa adalah anak berkebutuhan khusus yang terdiri dari
lamban belajar dan tunagrahita ringan.
4. Beberapa siswa sangat tergantung pada guru pendamping khusus (GPK).
5. GPK mendampingi selama Siklus I dan tidak hadir pada Siklus II.
6. Guru kelas meninggalkan pelajaran ketika pelaksanaan kuis pada Siklus II.
74
7. Materi Struktur Bumi sudah diajarkan sebelum dilakukan penelitian,
sedangkan materi Daur Air belum.
8. Hasil penelitian ini hanya berlaku pada waktu dan tempat saat
dilakukannya penelitian sehingga tidak bisa digunakan untuk generalisasi.
75
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa keaktifan
belajar siswa Kelas V SD Negeri Bangunrejo 2, Yogyakarta pada mata
pelajaran IPA dapat ditingkatkan melalui penerapan model pembelajaran
kooperatif (cooperative learning).
Pada Siklus I penerapan model pembelajaran kooperatif dilaksanakan
dengan melakukan tahap-tahap sebagai berikut: 1) Pengkondisian kelas, 2)
Pengamatan video tentang struktur Bumi, 3) Diskusi kelompok, 4) Presentasi,
5) Kuis, dan 6) Analisis hasil kuis dan perayaan. Hasil observasi menunjukkan
bahwa rata-rata keaktifan siswa mencapai 68,8%. Hasil tersebut belum
mencapai indikator. Pada Siklus I juga masih terdapat kekurangan pada
pelaksanaan pembelajaran IPA dengan penerapan model pembelajaran
kooperatif type STAD sehingga penelitian dilanjutkan ke Siklus II.
Pada siklus II, perbaikan yang dilakukan yaitu, 1) Siswa
diberikesempatan lebih banyak untuk berbicara, 2) Tugas diskusi dan
presentasi dituliskan secara lebih detail pada lembar kerja siswa, 3) Setiap
kelompok diwajibkan memberikan tanggapan terhadap presentasi kelompok
lain. Hasil observasi menunjukkan bahwa rata-rata keaktifan belajar siswa
sebesar 75,3%. Hasil tersebut sudah mencapai indikator keberhasilan, yaitu
rata-rata keaktifan belajar siswa berdasarkan hasil observasi ≥ 75%.
76
Hasil evaluasi siswa mengalami peningkatan dari pratindakan (nilai
ulangan tengah semester) ke Siklus I sebesar 43% yaitu dari 57 ke 82. Namun,
dari Siklus I ke SiklusII mengalami penurunan sebesar 3% yaitu dari 82 ke 79.
Meskipun demikian hasil penelitian dapat mencapai indikator keberhasilan
yang telah ditentukan, yaitu ≥15 siswa mencapai nilai KKM sebesar 70.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, maka saran yang dapat diberikan
adalah sebagai berikut.
1.
Bagi siswa
a.
Siswa diharapkan lebih bersungguh-sungguh dalam mengikuti
kegiatan pembelajaan agar kualitas belajarnya semakin meningkat.
b.
Siswa diharapkan dapat bekerjasama dan saling membantu untuk hal
positf agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.
c.
Siswa hendaknya memiliki motivasi, percaya diri, keberanian,
kemandirian, dan tanggung jawab dalam melaksanakan kegiatan
belajarnya sehingga keaktifan belajarnya dapat tercapai.
2.
Bagi guru
a.
Guru dapat menggunakan model pembelajaran kooperatif dalam
menyampaikan materi pada mata pelajaran IPA kelas V di SD
Negeri Bangunrejo 2.
b.
Guru
dapat
memberikan
inovasi
pembelajaran
dengan
menggabungkan beberapa tipe pembelajaan koooperatif yang
disesuaikan dengan kondisi siswa dan pembelajaran.
77
3.
Bagi peneliti selanjutnya
a.
Peneliti perlu bekerjasama dengan guru pendamping kelas (bukan
hanya guru kelas) agar tindakan yang dilakukan kepada siswa lebih
maksimal
b.
Peneliti perlu mengadakan penelitian yang sama dengan type
pebelajaran kooperatif yang berbeda untuk melihat keefektifan
penerapan model pembelajaran kooperatif pada kelas inklusi.
78
DAFTAR PUSTAKA
Agus Suprijono. (2015). Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi Paikem.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Anita Lie. (2007). Cooperative Learning: Mempraktikkan Cooperative Learning
di Ruang-ruang Kelas. Jakarta: PT. Grasindo.
Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni. (2015). Teori Belajar dan Pembelajaran.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Dimyati dan Mudjiono.(2006). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Dwi Siswoyo, dkk.(2011). Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press.
Endang Rochadi dan Zaenal Allimin. (2005). Pengembangan Program
Pembelajaran Individual Bagi Anak Turagrahita. Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional.
Isjoni. (2010). Pembelajaran Kooperatif: Meningkatkan Kecerdasan Komunikasi
antar Peserta Didik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Joko Suwandi. (2011). Penelitian Tindakan Kelas. Solobaru: Qinant
Kemis dan Ati Rosnawati. (2013). Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus
Tunagrahita. Jakarta: Luxima
Martinis Yamin. (2007). Kiat Membelajarkan Siswa. Jakarta: Gaung Persada
Press.
Melvin L. Silberman. (2006). Active Learning: 101 Cara Belajar Siswa Aktif.
Bandung: Nusa Media.
Moh. Amin. (1995). Ortopedagogik Anak Tunagrahita. Jakarta: Depdikbud
Dirjendikti.
Mohammad Ali, dkk. (2007). Ilmu dan Aplikasi Pendidikan. Bandung: Imtima.
Mohammad Efendi. (2006). Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan.
Jakarta: Bumi Aksara.
Mulyasa. (2009). Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Kemandirian Guru dan Kepala Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara.
Mumpuniarti. (2003). Ortodidaktik Tunagrahita. Yogyakarta: FIP UNY
79
Mumpuniarti. (2007). Pembelajatran Akademik bagi Tunagrahita. Yogyakarta:
FIP UNY.
Munawir Yusuf, dkk. (2003). Pendidikan bagi Anak dengan Problema Belajar.
Solo: Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.
Mustaqim. (2011). Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Nana Sudjana. (2005). Penilaian Hasil Proses Pembelajaran. Bandung: Remaja
Rosda Karya.
Nana Syaodih Sukmadinata. (2005). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Nini Triani dan Amir. (2013). Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus Lamban
Belajar Slow Lerner. Jakarta: Luxima Metro Media.
Nur Asma. (2006). Model Pembelajaran Kooperatif. Jakarta: Depdiknas.
Peraturan Menteri Pendidikan No. 22 Tahun 2006.
Redja Mudyahardjo. (2008). Filsafat Ilmu Pendidikan: Suatu Pengantar.
Bandung: Remaja Rosdakarya
Robert E. Slavin. (2010). Cooperative Learning: Teori, Riset dan Praktik.
Bandung: Nusa Media.
Roestiyah N. K. (2001). Strategi Belajar Mengajar. Ed. 6. Jakarta: Rhineka Cipta.
Rita Eka Izzaty, dkk. (2008). Perkembangan Peserta Didik. Yogyakarta: UNY
Press.
Sa’dun Akbar. (2009). Penelitian Tindakan Kelas: Filosofi, Metodologi,
Implementasi. Yogyakarta: Cipta Media.
Sardiman. (2007). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
Stanley Greenspan dan Serena Wieder dan Robi Simons. (2006). The Child with
Special Needs: Anak Berkebutuhan Khusus. Penerjemah: Mieke Gembira
Sari. Penyunting: Fridiawati Sulungbudi. Jakarta: Yayasan Ayo Main.
Sugiyanto. (2010). Model-model Pembelajaran Inovatif. Ed. 2. Surakarta: Yuma
Pustaka.
80
Suharjo. (2006). Mengenal Pendidikan Sekolah Dasar Teori dan Praktek. Jakarta:
Depdiknas.
Suharsimi Arikunto. (2007). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi).
Jakarta: Bumi Aksara.
________________. (2010). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Rineka Cipta.
Suharsimi Arikunto, dkk. (2007). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi
Aksara.
Sujati. (2000). Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: FIP UNY.
Udin Syaefudin Sa’ud. (2012). Inovasi Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Undang-undang Dasar 1945 Pasal 31.
Undang-undang No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1 Ayat (1).
Undang-undang No. 20 Tahun 2003 Pasal 32.
Usman Samatowa. (2006). Bagaimana Membelajarkan IPA di Sekolah Dasar.
Jakarta: Depdiknas Dirjen Dikti Direktorat Ketenagaan.
Usman Samatowa. (2010). Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Jakarta: Indeks.
Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitamaga. (2011). Mengenal Penelitian Tindakan
Kelas. Ed. 2. Jakarta: Indeks.
Yatim Riyanto. (2009). Paradigma Baru Pembelajaran: Sebagai Referensi bagi
Pendidik dalam Implementasi Pembelajaran yang Efektif dan Berkualitas.
Jakarta: Kencana.
81
Lampiran 1. Silabus Pembelajaran
SILABUS PEMBELAJARAN
SD NEGERI BANGUNREJO 2 KELAS V SEMESTER 2
MATA PELAJARAN: ILMU PENGETAHUAN ALAM
Standar
Kompetensi
Kompetensi
Dasar
7. Memahami
perubahan yang
terjadi di alam dan
hubungannya dengan
penggunaan sumber
daya alam
7.3
Mendeskripsikan
struktur bumi
Materi Pokok
dan Uraian
Materi
Struktur
Bumi
Kegiatan Belajar
 Mengamati video struktur
Bumi
 Mengamati gambar Struktur
Bumi
 Melakukan tanya jawab
tentang struktur Bumi dari
video dan gambar yang
diamati
 Mengidentifikasi setiap
bagian struktur melalui
diskusi
 Menggambar struktur Bumi
secara berkelompok
 Mempresentasikan hasil
diskusi
 Menyimpulkan hasil
presentasi
 Melaksanakan kuis
 Mengadakan perayaan hasil
belajar
82





Indikator
Pencapaian
Kompetensi
Mengidentifikasi
setiap struktur
bumi.
Menyebutkan
struktur bumi.
Menunjukkan
setiap bagian
pada struktur
bumi.
Menggambarkan
struktur bumi.
Menampilkan
sikap keaktifan
belajar.
Penilaian
Tertulis
Alokasi
Waktu
5 x 35
menit
Sumber/
Bahan/
Alat
Buku
IPA
Kelas V
Video
Struktur
Bumi
Perbuatan
Gambar
Struktur
Bumi
Standar
Kompetensi
Kompetensi
Dasar
7.4
Mendeskripsikan
proses daur air
dan kegiatan
manusia yang
dapat
mempengaruhiny
a
Materi Pokok
dan Uraian
Materi
Daur Air
Kegiatan Belajar
 Mengamati video daur air
 Melakukan tanya jawab
tentang daur air dan
manfaatnya dari video yang
diamati
 Menyebutkan proses daur ait
dan manfaatnya bagi
manusia melalui diskusi
 Mempresentasikan hasil
diskusi
 Menyimpulkan hasil
presentasi
 Melaksanakan kuis
 Mengadakan perayaan hasil
belajar
Indikator
Pencapaian
Kompetensi
 Menyebutkan
proses daur air
 Menyebutkan
kegiatan
manusia
yang
dapat
mempengaruhi
daur air
 Menampilkan
sikap keaktifan
belajar
Penilaian
Tertulis
Alokasi
Waktu
3 x 35
menit
Sumber/
Bahan/
Alat
Buku
IPA
Kelas V
Video
Daur Air
Perbuatan
Yogyakarta, 2 Mei 2016
Praktikan,
Eka Vebri Lestari
NIM. 12108241175
83
Lampiran 2. RPP Siklus I
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
SIKLUS I
Nama Sekolah
: SD Negeri Bangunrejo 2
Mata Pelajaran
: IPA
Kelas/ Semester
: V (Lima) /2 (dua)
Alokasi waktu
: 5 x 35 menit
Waktu
: Senin dan Selasa, 2 dan 3 Mei 2016
A. Standar Kompetensi
7. Memahami perubahan yang terjadi di alam dan hubungannya dengan
penggunaan sumber daya alam
B. Kompetensi Dasar
7.3 Mendeskripsikan struktur bumi
C. Indikator
1. Kognitif
a. Mengidentifikasi setiap struktur bumi.
b. Menyebutkan struktur bumi.
c. Menunjukkan setiap bagian pada struktur bumi.
d. Menggambarkan struktur bumi.
2. Afektif
Menampilkan sikap keaktifan belajar.
D. Tujuan Pembelajaran
1. Kognitif
a. Setelah mengamati, siswa dapat mengidentifikasi setiap struktur bumi
dengan benar.
b. Setelah berdiskusi, siswa dapat menyebutkan struktur bumi dengan
benar.
c. Setelah mengamati gambar struktur bumi, siswa dapat menunjukkan
setiap lapisan struktur bumi dengan benar.
84
d. Setelah membuat model struktur bumi, siswa dapat menggambar
struktur bumi dengan benar.
2. Afektif
Setelah mengikuti kegiatan pembelajaran IPA dengan Cooperative
Learning, siswa dapat menampilkan keaktifan belajarnya.
E. Materi Ajar
Struktur Bumi.
F. Strategi Pembelajaran
Strategi pembelajaran
: Pembelajaran Kontekstual
Model pembelajaran
: Cooperative Learning
G. Langkah-langkah Pembelajaran
Pertemuan Ke-1
No.
1.
Kegiatan
Kegiatan Awal
a. Guru mengawali pelajaran dengan mengucapkan
salam.
b. Siswa berdoa bersama-sama sebelum memulai
pelajaran.
c. Guru mempresensi dan mengecek kesiapan belajar
siswa.
d. Guru membagi tempat duduk siswa berdasarkan
kemampuan siswa.
e. Guru menyampaikan alur kegiatan yang akan
dilakukan selama pembelajaran.
f. Guru melakukan apersepsi untuk menggali
pengetahuan awal siswa sebelum masuk pada
pelajaran inti. Guru bertanya “Anak-anak, siapa
yang pernah makan telur rebus? Pernahkah kalian
memperhatikan bagian-bagian telur rebus?”
g. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
Kegiatan Inti
a. Siswa mengamati video dan gambar struktur bumi
yang ditampilkan oleh guru
b. Siswa diberi pengarahan oleh guru untuk
memikirkan apa yang sudah diamati (apa, seperti
apa, dan bagaimana?)
c. Siswa bertanya kepada guru tentang hal yang
belum dimengerti seperti: “Berapa dalam inti
bumi? Seberapa panas inti Bumi? Kenapa kita
85
Waktu
(Menit)
15 menit
45 menit
dapat melihat langit?”
d. Siswa diberi kesempatan untuk bertanya jawab
dengan teman sebangkunya tentang video dan
gambar yang telah mereka amati
e. Siswa bersama pasangannya membuat rangkuman
bergambar tentang materi struktur bumi yang dapat
diperoleh dari berbagai sumber
f. Siswa mengumpulkan hasil pekerjaannya
g. Siswa melakukan tanya jawab dengan guru tentang
hal yang belum dimengeri
Kegiatan Akhir
a. Siswa saling bercerita tentang pengalaman selama
kegiatan pembelajaran
b. Guru menjelaskan secara singkat pelajaran pada
10 menit
pertemuan selanjutnya yaitu masih pembelajaran
kelompok dengan kelompok yang sama
c. Guru menutup pelajaran dengan doa bersama dan
salam
Pertemuan Ke-2
No.
1.
2.
Kegiatan
Kegiatan Awal
a. Guru mengawali pelajaran dengan mengucapkan
salam.
b. Siswa berdoa bersama sebelum memulai pelajaran
c. Guru mempresensi dan mengecek kesiapan belajar
siswa
d. Guru melakukan apersepsi untuk pengetahuan
awal siswa sebelum masuk pada pelajaran inti
dengan bertanya jawab dengan siswa tentang
materi pada pertemuan sebelumnya
e. Guru menyampaikan bahwa siswa akan
melanjutkan belajar kelompok pada pertemuan
sebelumnya
f. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
Kegiatan Inti
a. Siswa melanjutkan tugas membuat rangkuman
bergambar dari pertemuan sebelumnya
b. Siswa bersama pasangannya mempresentasikan
hasil pekerjaannya, sedangkan siswa lain
mendengarkan dan menanggapinya.
c. Siswa bersama guru menyimpulkan hasil
presentasi
d. Guru memberi penguatan tentang materi yang
86
Waktu
(Menit)
15 menit
75 menit
3.
sudah dipelajari
e. Siswa diberi kesempatan untuk bertanya mengenai
hal-hal yang belum dimengerti
f. Siswa mengerjakan soal kuis secara individu
dengan tempat duduk yang diacak sehingga
berjauhan dengan pasangannya
g. Siswa bersama guru mencocokan hasil kuis dan
menganalis hasilnya agar didapatkan kelompok
dengan poin tertinggi
h. Siswa dan guru mengadakan perayaan
pembelajaran dengan memberikan penghargaan
(reward) kepada kelompok dengan hasil kuis
tertinggi
Kegiatan Akhir
a. Siswa bersama guru menyimpulkan pelajaran
b. Siswa dan guru saling memberikan pesan dan
kesan selama pembelajaran
c. Siswa menempelkan hasil kerja kelompoknya di
dinding kelas
d. Guru menutup pelajaran dengan doa bersama dan
salam.
15 menit
H. Alat/ Bahan dan Sumber Belajar
1. Choiril Azmiyawati, dkk. 2008. IPA 5 Salingtemas: untuk SD Kelas V SD/
MI (BSE). Jakarta: Pusat Perbukuan. Halaman 139-141.
2. Video Struktur Bumi.
3. Gambar Struktur Bumi.
I.
Penilaian
1. Teknik penilaian
: Tes tertulis dan Nontes
2. Bentuk penilaian
: Isian Singkat dan Observasi
3. Instrumen penilaian
: Terlampir
4. Kisi-kisi soal penilaian : Terlampir
5. Kunci jawaban
: Terlampir
6. Rubrik penilaian
: Terlampir
7. Pedoman penskoran
: Terlampir
8. Kriteria keberhasilan
:
a. Kognitif
: 70 % dari keseluruhan siswa mendapat nilai di atas 70.
87
b. Afektif
: rata-rata keaktifan belajar dalam kategori baik dengan
persentase ≥75%.
J.
Lampiran
1. Ringkasan Materi
2. Media Pembelajaran
3. Kisi-Kisi Penilaian dan Pedoman Penskoran
4. Soal Evaluasi
5. Kunci Jawaban Evaluasi
6. Lembar Kerja Siswa
88
BAHAN AJAR
A. Ringkasan Materi Struktur Bumi
Bumi tempat kita tinggal saat ini merupakan salah satu anggota tata
surya dengan matahari sebagai pusatnya. Struktur bumi dari dalam ke luar
adalah lapisan inti bumi dalam, inti bumi luar, selimut/ mantel bumi, kerak
bumi, dan atmosfer.
Lapisan inti bumi dalam merupakan pusat bumi. Lapisan inti dalam
memiliki ketebalan sebesar 2.740 km dengan suhu ±4.500ºC. Lapisan ini
terbentuk dari besi dan nikel padat serta merupakan lapisan yang paling panas.
Lapisan inti bumi luar merupakan lapisan tersusun atas cairan yang
sangat kental. Ketebalan lapisan ini adalah 2.000 km dengan suhu ±2.200ºC.
Lapisan ini terbentuk dari besi, nikel, dan zat lain. Lapisan inti bumi luar
berbatasan dengan lapisan selimut/ mantel bumi.
Lapisan selimut/ mantel bumi merupakan lapisan paling tebal yang
memiliki ketebalan 2.900 km dan suhu ±3.700ºC. Lapisan ini terdiri atas
mineral silikat. Bagian atas lapisan selimut ini berbatasan dengan kerak bumi.
Pada bagian inilah sering terjadi pergerakan yang diakibatkan karena
melelehnya kerak bumi bagian bawah dan menerobosnya cairan silikat kental
panas melalui celah-celah kerak bumi. Cairan ini dikenal dengan sebutan
magma. Pergerakan magma inilah yang menyebabkan terjadinya gempa bumi.
Lapisan kerak bumi memiliki ketebalan 6-70 km. Suhu di dasar
±1.050ºC. Lapisan ini merupakan lapisan dimana makhluk hidup tinggal. Pada
lapisan ini banyak terdapat batuan. Pada lapisan kerak bumi atas, batuan telah
mengalami pelapukan dan membentuk tanah.
Lapisan atmosfer berfungsi seperti payung yang melindungi bumi dari
pancaran sinar matahari. Semakin jauh (ke atas) dari muka bumi, lapisan
udara semakin tipis. Atmosfer tersusun dari lapisan troposfer, stratosfer,
mesosfer, dan termosfer. Bagian paling luar dari atmosfer adalah lapisan
eksosfer.
89
B. Media Pembelajaran
Pertemuan ke-1: Video tentang Struktur Bumi
Pertemuan ke-2: Gambar Struktur Bumi
90
LEMBAR KERJA SISWA
Lakukanlah dengan teman sebangkumu!
Carilah materi tentang struktur Bumi dari buku, internet, atau sumber lainnya.
Buatlah gambar struktur Bumi pada kertas yang sudah disediakan gurumu.
Di dalam gambar harus ada:
1. Gambar lapisan-lapisan Bumi berserta namanya.
2. Ketebalan lapisan-lapisan Bumi
3. Mineral penyusun lapisan-lapisan Bumi
Keterangan:
Gambar dibuat semenarik mungkin.
Bentuk gambar bebas.
Boleh memakai pewarna.
91
SOAL EVALUASI
Nama
:
No. presensi :
Kelas
:
Jawablah pertanyaan berikut dengan benar
1. Bumi terdiri dari lima lapisan, yaitu ....
2. Lapisan yang merupakan pusat bumi adalah ....
3. Manusia tinggal pada lapisan ....
4. Lapisan bumi yang terdiri dari udara dan langsung terhubung dengan angkasa
luar adalah ....
5. Lapisan Bumi yang paling tebal disebut .....
6. Inti bumi dalam terbentuk dari ... dan ....
7. Perhatikan gambar di bawah ini!
Sebutkan nama lapisan Bumi pada kolom yang sudah disediakan.
92
KUNCI JAWABAN EVALUASI
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Inti bumi dalam, inti bumi luar, mantel, kerak, atmosfer
Inti bumi
Kerak bumi
Atmosfer
Mantel
Besi dan nikel
Jawaban:
Inti Bumi Dalam
Inti Bumi Luar
Mantel
Kerak Bumi
93
KISI-KISI PENILAIAN DAN PEDOMAN PENSKORAN
A. Kisi-kisi Penilaian Kognitif
Standar Kompetansi: 7. Memahami perubahan yang terjadi di alam dan
hubungannya dengan penggunaan sumber daya alam.
Kompetensi
Dasar
7.3
Mendeskripsikan
struktur bumi
Indikator
Ranah
Kognitif
C1
1. Menyebutkan
struktur bumi.
2. Mengidentifikasi
C1
setiap struktur bumi.
3. Menunjukkan setiap C2
bagian pada struktur
bumi.
4. Menggambarkan
C1
struktur bumi.
Bentu
k Soal
Nomor
Soal
1
2, 3, 5, 6
Isian
4
7
B. Kisi-kisi Penilaian Afektif
No
Aspek yang Diamati
1.
Turut serta siswa dalam melaksanakan
tugas belajar
Keterlibatan siswa dalam pemecahan
masalah
Melaksanakan diskusi kelompok sesuai
dengan petunjuk guru
Keterlibatan siswa dalam mengambil
keputusan, berpendapat, atau menerima
pendapat orang lain
Jumlah
2.
3.
4.
Jumlah
butir
C. Rubrik Penilaian Ranah Kognitif
No
Jawaban
1 Inti bumi dalam, inti bumi luar, mantel, kerak, atmosfer
2 Inti bumi
3 Kerak bumi
4 Atmosfer
5 Mantel
6 Besi dan nikel
Dai kolom atas ke bawah:
7
Inti bumi dalam - inti bumi luar – mantel - kerak
Jumlah
94
No. Butir
Skor
5
1
1
1
1
2
4
15
95
Lampiran 3. RPP Siklus II
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
SIKLUS II
Nama Sekolah
: SD Negeri Bangunrejo 2
Mata Pelajaran
: IPA
Kelas/ Semester
: V (Lima) /2 (dua)
Alokasi waktu
: 3 x 35 menit
Waktu
: Kamis, 12 Mei 2016
A. Standar Kompetensi
Memahami perubahan yang terjadi di alam dan hubungannya dengan
penggunaan sumber daya alam
B. Kompetensi Dasar
7.4 Mendeskripsikan proses daur air dan kegiatan manusia yang dapat
mempengaruhinya
C. Indikator
1. Kognitif
a. Menyebutkan proses daur air
b. Menyebutkan kegiatan manusia yang dapat mempengaruhi daur air
2. Afektif
a. Menampilkan sikap keaktifan belajar.
D. Tujuan Pembelajaran
1. Kognitif
a. Setelah melihat video siswa dapat menyebutkan proses daur air
b. Setelah diskusi siswa dapat menjelaskan proses daur air
c. Setelah diskusi siswa dapat menyebutkan kegiatan manusia yang dapat
mempengaruhi daur air
2. Afektif
a. Setelah mengikuti kegiatan pembelajaran IPA dengan Cooperative
Learning, siswa dapat menampilkan keaktifan belajarnya.
96
E. Materi Ajar
Daur Air
F. Strategi Pembelajaran
Strategi pembelajaran
: Pembelajaran Kontekstual
Model pembelajaran
: Cooperative Learning
G. Langkah-langkah Pembelajaran
No.
1.
Kegiatan
Kegiatan Awal
a. Guru mengawali pelajaran dengan mengucapkan
salam.
b. Siswa berdoa bersama-sama sebelum memulai
pelajaran.
c. Guru mempresensi dan mengecek kesiapan belajar
siswa.
d. Guru membagi tempat duduk siswa secara acak.
e. Guru menyampaikan alur kegiatan yang akan
dilakukan selama pembelajaran.
f. Guru melakukan apersepsi untuk menggali
pengetahuan awal siswa sebelum masuk pada
pelajaran inti. Guru bertanya “Anak-anak, apa
yang kita gunakan untuk mandi? Apa yang
digunakan untuk masak? Air bersih atau air kotor?
Air datangnya dari mana?”
g. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
Kegiatan Inti
a. Siswa mengamati video daur air yang ditampilkan
oleh guru
b. Siswa diberi pengarahan oleh guru untuk
memikirkan apa yang sudah diamati (apa, seperti
apa, dan bagaimana?)
c. Siswa bertanya kepada guru tentang hal yang
belum dimengerti seperti: “Mengapa ada hujan?
Mengapa air tidak habis kalau dipakai? Apakah
itu air tanah?”
d. Siswa membentuk kelompok beranggotakan 3
orang dengan bimbingan guru
e. Siswa berdiskusi dan membuat rangkuman tentang
daur air pada lembar kerja yang telah disediakan
97
Waktu
(Menit)
15 menit
80 menit
dengan bimbingan guru
f. Siswa menjelaskan penjelasan guru tentang aturan
presentasi.
g. Siswa secara berkelompok mempresentasikan hasil
pekerjaannya dengan bimbingan guru
h. Siswa yang tidak presentasi wajib memberikan
kometar/ tanggapan/ pertanyaan kepada kelompok
yang presentasi secara lisan (hanya satu kelompok,
kelompok dengan nomor urut selanjutnya) dan
tertulis (untuk semua kelompok, satu kelompok
satu tanggapan ditulis pada lembar yang telah
disediakan)
i. Siswa mengumpulkan hasil pekerjaannya
j. Siswa bersama guru menyimpulkan hasil
presentasi
k. Guru memberi penguatan tentang materi yang
sudah dipelajari
l. Siswa diberi kesempatan untuk bertanya mengenai
hal-hal yang belum dimengerti
m. Siswa mengerjakan soal kuis secara individu
dengan tempat duduk yang diacak sehingga
berjauhan dengan pasangannya
n. Siswa bersama guru mencocokan hasil kuis dan
menganalis hasilnya agar didapatkan kelompok
dengan poin tertinggi
o. Siswa dan guru mengadakan perayaan
pembelajaran dengan memberikan penghargaan
(reward) kepada kelompok dengan hasil kuis
tertinggi
Kegiatan Akhir
a. Siswa bersama guru menyimpulkan pelajaran
b. Siswa dan guru saling memberikan pesan dan
kesan selama pembelajaran
c. Guru menutup pelajaran dengan doa bersama dan
salam.
10 menit
H. Alat/ Bahan dan Sumber Belajar
1. Choiril Azmiyawati, dkk. 2008. IPA 5 Salingtemas: untuk SD Kelas V
SD/ MI (BSE). Jakarta: Pusat Perbukuan. Halaman 146-148.
2. Video Daur Air.
98
I.
Penilaian
1. Teknik penilaian
: Tes tertulis dan Non tes
2. Bentuk penilaian
: Isian Singkat dan Observasi
3. Instrumen penilaian
: Terlampir
4. Kisi-kisi soal penilaian : Terlampir
5. Kunci jawaban
: Terlampir
6. Rubrik penilaian
: Terlampir
7. Pedoman penskoran
: Terlampir
8. Kriteria keberhasilan
:
a. Kognitif
: 80 % dari keseluruhan siswa mendapat nilai di atas 70.
b. Afektif
: rata-rata keaktifan belajar dalam kategori baik dengan
persentase ≥65%.
J.
Lampiran
1. Ringkasan Materi
2. Media Pembelajaran
3. Kisi-Kisi Penilaian dan Pedoman Penskoran
4. Soal Evaluasi
5. Kunci Jawaban Evaluasi
6. Lembar Kerja Siswa
99
BAHAN AJAR
Ringkasan Materi
DAUR AIR
Dua per tiga permukaan Bumi adalah air. Semua makhluk hidup
membutuhkan air agar dapat bertahan hidup, tanpa air semua makhluk hidup akan
binasa. Oleh karena itu, air sangat penting bagi kehidupan manusia.
Manusia, hewan, tumbuhan menggunakan air secara terus menerus seperti
makan, minum, mandi, dan lain sebagainya. Mengapa air tidak habis?
Jawabannya karena air yang sudah dugunakan dapat menjadi air bersih yang bisa
kita gunakan lagi melalui suatu proses yang disebut daur air.
Daur air merupakan sirkulasi (perputaran) air secara terus-menerus dari
bumi ke atmosfer dan kembali ke Bumi. Daur air ini terjadi melalui proses
evaporasi
(penguapan),
presipitasi
(pengendapan),
dan
kondensasi
(pengembunan).
Air di laut, sungai, dan danau menguap karena pengaruh panas dari sinar
matahari. Tumbuhan juga mengeluarkan uap air ke udara. Proses penguapan ini
disebut evaporasi.
Uap air naik dan berkumpul di udara. Lama-kelamaan, udara tidak dapat
lagi menampung uap air (jenuh). Proses ini disebut presipitasi (pengendapan).
100
Jika suhu udara turun, uap air akan berubah menjadi titik-titik air. Titiktitik air ini membentuk awan. Proses ini disebut kondensasi (pengembunan).
Titik-titik air di awan kemudian akan turun menjadi hujan. Air hujan akan turun di
darat maupun di laut. Air hujan itu akan jatuh ke tanah atau perairan. Air hujan
yang jatuh di tanah akan meresap menjadi air tanah.
Air tanah akan keluar melalui sumur. Air tanah juga akan merembes ke
danau atau sungai. Air hujan juga ada yang jatuh ke perairan, misalnya sungai
atau danau. Kondisi ini akan menambah jumlah air di tempat tersebut. Air di
sungai akan mengalir ke laut. Di lain pihak sebagian air di sungai dapat menguap
kembali. Air sungai yang menguap membentuk awan bersama dengan uap dari air
laut dan tumbuhan.
Proses perjalanan air di daratan itu terjadi dalam daur air. Dari sini dapat
disimpulkan bahwa jumlah air di Bumi secara keseluruhan cenderung tetap.,
hanya wujud dan tempatnya yang berubah. Secara sederhana daur air dapat
digambarkan seperti di bawah ini.
Akhir-akhir ini kekeringan terjadi di mana-mana. Padahal secara teori, air
tidak akan pernah habis. Apakah faktor yang memengaruhinya?
Faktor yang mempengaruhinya adalah kegiatan manusia yang mengakibatkan
daur air tidak lancar. Kegiatan-kegiatan tersebut seperti: penggundulan hutan,
penutupan tanah oleh aspal dan semen (betonisasi), pembangunan hunian di
daerah resapan air, pencemaran air limbah industri, dll.
101
Lembar Kerja Siswa
Nama anggota : 1.
2.
3.
Langkah Kegiatan:
A. Diskusikan dengan teman satu kelompokmu tentang daur air dan faktor-faktor
yang mempengaruhi daur air.
B. Buatlah skema daur air sederhana dan jelaskan proses daur air secara singkat
pada kertas yang telah disediakan.
C. Sebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi daur air.
D. Presentasikan hasil pekerjaanmu di depan kelas secara berkelompok dan urut
dari kelompok pertama.
E. Kelompok
dengan
nomor
urut
presentasi
ke-2
wajib
memberikan
wajib
memberikan
tanggapan/komentar/pertanyaan kepada kelompok ke-1.
F. Kelompok
dengan
nomor
urut
presentasi
ke-3
tanggapan/komentar/pertanyaan kepada kelompok ke-2, dan seterusnya sampai
presentasi selesai.
G. Setiap kelompok wajib memberikan tanggapan/komentar/pertanyaan kepada
kelompok yang sedang presentasi pada lembar yang sudah disediakan.
H. Hasil kerja dikumpulkan kepada guru.
102
Lembar Hasil Kerja Siswa
A. Skema Daur Air
Keterangan:
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Daur Air
Jawab:
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
103
C. Lembar Tanggapan/ Pertanyaan/ Komentar
No
Kelompok
Presentasi
Tanggapan/ Pertanyaan/ Komentar
1
2
3
4
5
6
104
Soal Evaluasi
Nama : ____________________
No.
: ____________________
Jawablah pertanyaan berikut dengan tepat!
1. Air di Bumi tidak pernah habis walaupun digunakan secara terus menerus.
2. Hal ini disebabkan air mengalami ....
3. Evaporasi disebut juga ....
4. Proses dimana uap air jenuh dan mengendap di udara disebut ....
5. Uap air naik ke udara membentuk ....
6. Awan terbentuk karena adanya proses ....
7. Uap air yang suhunya turun akan berubah menjadi air. Air ini akan berkumpul
di angkasa kemudian turun menjadi ....
8. Pohon berperan penting dalam proses daur air, yaitu....
9. Betonisasi jalan-jalan dapat mempengaruhi proses daur air karena ....
10. Contoh kegiatan manusia yang berdampakpositif terhadap proses daur air
adalah ....
11. Lengkapilah gambar berikut!
b
e
i.
____________________________ d. __________________________
ii.
____________________________ e. __________________________
iii.
____________________________ f. __________________________
105
KISI-KISI PENILAIAN DAN PEDOMAN PENSKORAN
D. Kisi-kisi Penilaian Kognitif
Standar Kompetansi: 7. Memahami perubahan yang terjadi di alam dan
hubungannya dengan penggunaan sumber daya alam.
Kompetensi
Indikator
Dasar
7.4
1. Menyebutkan
Mendeskripsik
proses daur air
an proses daur 2. Menyebutkan
air dan
kegiatan manusia
kegiatan
yang
dapat
manusia yang
mempengaruhi
dapat
daur air
mempengaruhi
-nya
E. Rubrik Penilaian Ranah Kognitif
No
Soal
Air di Bumi tidak pernah habis
walaupun digunakan secara terus
1
menerus.
Hal ini disebabkan air mengalami ....
2 Evaporasi disebut juga ....
Proses dimana uap air jenuh dan
3
mengendap di udara disebut ....
4 Uap air naik ke udara membentuk ....
Awan terbentuk karena adanya proses
5
....
Uap air yang suhunya turun akan
berubah menjadi air. Air ini akan
6
berkumpul di angkasa kemudian
turun menjadi ....
Pohon berperan penting dalam proses
7
daur air, yaitu....
Betonisasi jalan-jalan dapat
8 mempengaruhi proses daur air karena
....
9
Contoh kegiatan manusia yang
berdampakpositif terhadap proses
daur air adalah ....
10
Lengkapilah gambar berikut!
106
Ranah
Kognitif
Bentu
k Soal
Jawaban
Nomor
Soal
Skor
Perputaran
1
Penguapan
1
Presipitasi
1
Awan
1
Kondensasi
1
Hujan
1
Menyimpan cadangan
air
1
Mengurangi
penyerapan air
1
Reboisasi
1
a. Evaporasi
b. Uap air
6
c.
d.
e.
f.
b
Presipitasi
Kondensasi
Awan
Hujan
e
Jumlah
15
F. Kisi-kisi Penilaian Afektif
No
Aspek yang Diamati
1.
Turut serta siswa dalam melaksanakan tugas
belajar
Keterlibatan siswa dalam pemecahan
masalah
Melaksanakan diskusi kelompok sesuai
dengan petunjuk guru
Keterlibatan siswa dalam mengambil
keputusan, berpendapat, atau menerima
pendapat orang lain
Jumlah
2.
3.
4.
Jumlah
butir
No. Butir
G. Rubrik Penilaian Keaktifan Siswa
No
Aspek yang diamati
Mengikuti perintah guru dalam pengkondisian kelas dengan
1
tertib
2 Memperhatikan apersepsi dari guru
3 Bertanya atau menangggapi apersepsi guru
4 Memperhatikan penjelasan guru
5 Memperhatikan video yang ditampilkan
6 Tidak mengobrol saat ditampilkan video
7 Bertanya atau menanggapi video yang dilihat
8 Memperhatikan teman yang sedang berbicara
9 Menanggapi pendapat teman
10 Memperhatikan penjelasan materi dari guru
Berpindah tempat duduk sesuai dengan kelompok sebelumnya
11
dengan tertib
107
Cek
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
Berdiskusi dengan teman satu kelompok
Bekerja sama mengerjakan lembar kerja
Tidak berbuat gaduh di kelas pada saat diskusi
Tidak jalan-jalan pada waktu diskusi
Tidak keluar masuk kelas tanpa seijin guru
Mempresentasikan hasil diskusi
Memperhatikan teman yang sedang presentasi
Bertanya atau menanggapi presentasi teman secara lisan
Bertanya atau menanggapi presentasi teman secara tertulis
Berpendapat tentang kesimpulan hasil presentasi
Mendengarkan penguatan meteri dari guru
Mengerjakan soal kuis
Tidak mencontek atau bekerjasama dengan teman saat
mengerjakan soal
Turut serta mencocokkan dan menganalisis hasil kuis
Berpendapat tentang kesimpulan pembelajaran materi daur air
Berbicara tentang pesan dan kesan pembelajaran
108
Lampiran 4. Jadwal Penelitiam
JADWAL PENELITIAN
Bulan dalam tahun 2016, minggu keKegiatan
Mar
1
2
3
Apr
4
1
2
3
Mei
4
Penyusunan
Proposal
Penelitian
Perizinan
Persiapan
Pengambilan
Data
Pengumpulan
Data Siklus I
Analisis Data
Siklus I
Pengumpulan
Data Siklus II
Analisi Sata
Siklus II
Penyusunan
Laporan
109
1
2
3
Jun
4
1
2
3
Jul
4
1
2
3
4
Lampiran 5. Kisi-kisi Observasi Keaktifan Belajar Siswa
KISI-KISI OBSERVASI KEAKTIFAN BELAJAR SISWA
No.
1.
Indikator
Aspek yang Diamati
Turut serta siswa dalam Mengikuti perintah guru dalam
melaksanakan
tugas pengkondisian kelas dengan tertib
belajar
Memperhatikan penjelasan guru
Mengamati video dengan seksama
2.
Keterlibatan siswa dalam Mengerjakan
pemecahan masalah
lembar
kerja
yang
diberikan
Mengerjakan kuis secara individu
Turut serta menganalisis hasil kuis
3.
Melaksanakan
diskusi Melakukan diskusi kelompok sesuai
kelompok sesuai dengan dengan kelompok yang telah ditentukan
petunjuk guru
Bekerjasama dengan teman kelompoknya
dalam mengerjakan tugas kelompok
4.
Keterlibatan siswa dalam Bertanya atau menangggapi apersepsi
mengambil
berpendapat,
keputusan, guru
atau Menanggapi video yang telah diamati
menerima pendapat orang Memperhatikan
lain
teman
yang
sedang
berbicara dan menghargai pendapatnya
Mempresentasikan hasil diskusi
Membuat kesimpulan pembelajaran
Jumlah
110
Lampiran 6. Lembar Observasi Siklus I Pertemuan ke-1
Lembar Observasi Keaktifan Siswa
Hari, tanggal : _____________________________________
Waktu
: _____________________________________
Pertemuan ke- : 1
Siklus ke:1
Mapel
: IPA
SK
: 7. Memahami perubahan yang terjadi di alam
hubungannya dengan penggunaan sumber daya alam
KD
: 7.3 Mendeskripsikan struktur bumi
Observer
: _____________________________________
dan
Petunjuk:
Berilah tanda centang (√) pada tabel yang telah disediakan jika tindakan siswa
sesuai dengan aspek yang diamati.
A. Kegiatan Siswa
No
Aspek yang diamati
1
Mengikuti perintah guru dalam pengkondisian kelas dengan tertib
2
Memperhatikan penjelasan dari guru
3
Bertanya atau menangggapi apersepsi guru
4
Memperhatikan video yang ditampilkan
5
Memperhatikan gambar
6
Tidak mengobrol saat di tampilkan video dan gambar
7
Tidak jalan-jalan di kelas saat ditampilkan gambar
8
Bertanya atau menanggapi video dan gambar yang dilihat
9
Memperhatikan teman yang sedang berbicara
10
Menanggapi pendapat teman
11
Berdiskusi dengan teman sebangku
12
Bekerja sama membuat gambar struktur Bumi
13
Tidak berbuat gaduh di kelas pada saat diskusi
14
Tidak jalan-jalan pada waktu diskusi
15
Tidak keluar masuk kelas tanpa seijin guru
111
Cek
16
Bertanya atau berpendapat tentang hal yang belum dimengerti
17
Bercerita tentang pembelajaran yang sudah dilakukan
18
Memperhatikan penjelasan guru
B. Tindakan Guru
No
Aspek yang diamati
Cek
1
Mempresendi dan mengecek kesiapan belajar siswa
2
Mengatur tempat duduk siswa sesuai yang telah disiapkan
3
Menjelaskan alur kegiatan yang akan dilakukan
4
Menyampaikan apersepsi
5
Memberi timbal balik tanggapan siswa
6
Menyampaikan tujuan pembelajaran
7
Menampilkan video
8
9
10
11
12
Menampilkan gambar dan memberikan sedikit penjelasan materi
struktur Bumi
Meminta siswa untuk berpikir tentang apa yang sudah dilihat,
bagaimana, dan seperti apa
Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya atau
menanggapi
Meminta siswa untuk bertanya jawab dengan teman sebangkunya
tentang video dan gambar yang telah mereka amati
Meminta siswa membuat rangkuman bergambar tentang materi
struktur bumi yang dapat diperoleh dari berbagai sumber
13
Membimbing siswa dalam membuat rangkuman bergambar
14
Meminta siswa mengumpulkan gambarnya
15
16
Bertanya kepada siswa tentang pengalaman selama kegiatan
pembelajaran
Menjelaskan secara singkat pelajaran pada pertemuan selanjutnya
Yogyakarta, 2 Mei 2016
Observer
112
Lampiran 7. Lembar Observasi Siklus I Pertemuan ke-2
Lembar Observasi Keaktifan Siswa
Hari, tanggal : _____________________________________
Waktu
: _____________________________________
Pertemuan ke- : 2
Siklus ke:1
Mapel
: IPA
SK
: 7. Memahami perubahan yang terjadi di alam
hubungannya dengan penggunaan sumber daya alam
KD
: 7.3 Mendeskripsikan struktur bumi
Observer
: _____________________________________
dan
Petunjuk:
Berilah tanda centang (√) pada tabel yang telah disediakan jika tindakan siswa
sesuai dengan aspek yang diamati.
A. Kegiatan Siswa
No
Aspek yang diamati
1
Mengikuti perintah guru dalam pengkondisian kelas dengan tertib
2
Memperhatikan penjelasa dari guru
3
Bertanya atau menangggapi apersepsi guru
4
Berpindah tempat duduk sesuai dengan kelompok sebelumnya
dengan tertib
5
Bekerjasama membuat gambar
6
Tidak membuat gaduh di kelas
7
Tidak jalan-jalan di kelas saat membuat gambar
8
Mempresentasikan gambar yang sudah dibuat
9
Memperhatikan teman yang sedang presentasi
10
Bertanya atau menanggapi presentasi teman
11
Berpendapat tentang kesimpulan hasil presentasi
12
Mendengarkan penjelasan guru
13
Mengerjakan soal kuis
113
Cek
14
Tidak mencontek atau bekerjasama dengan teman saat
mengerjakan soal
15
Turut serta mencocokkan dan menganalisis hasil kuis
16
Menerima hasil kuis dengan lapang dada
17
Berpendapat tentang kesimpulan pembelajaran materi struktur
Bumi
18
Berbicara tentang pesan dan kesan pembelajaran
19
Menempelkan gambar di tempat yang sudah disediakan
B. Tindakan Guru
No
Aspek yang diamati
1
Mempresensi dan mengecek kesiapan belajar siswa
2
Menyampaikan apersepsi
3
Memberi timbal balik tanggapan siswa
4
Menyampaikan tujuan pembelajaran
5
Membagikan gembar yang dibuat siswa pada pertemuan
sebelumnya
6
Memberi kesempatan siswa untuk menyelesaikan gambarnya
7
Meminta siswa untuk mempresentasikan hasil pekerjaannya
8
Membimbing presentasi siswa
9
Memberikan kesempatan kepada siswa lain untuk memberikan
tanggapan terhadap presentasi temannya
10
Mengarahkan siswa untuk membuat kesimpulan presentasi
11
Memberikan penguatan terhadap materi yang sudah dipelajari
12
13
14
Memberi kesempatan siswa untuk bertanya bila ada hal yang
belum dipahami
Memberikan kuis berupa soal untuk dikerjakan siswa secara
individu
Mengarahkan siswa untuk mencocokkan dan menganalisis hasil
kuis bersama-sama
114
Cek
15
16
17
Memberikan reward untuk kelompok dengan hasil kuis paling
tinggi
Menyimpulkan pembelajaran materi struktur Bumi
Memberi kesempatan siswa untuk menyampaikan pesan dan kesan
selama pembelajaran
Yogyakarta, 4 Mei 2016
Observer
115
Lampiran 8. Lembar Observasi Siklus II
Lembar Observasi Keaktifan Siswa
Hari, tanggal : _____________________________________
Waktu
: _____________________________________
Pertemuan ke- : _____________________________________
Siklus ke:2
Mapel
: IPA
SK
: 7. Memahami perubahan yang terjadi di alam
hubungannya dengan penggunaan sumber daya alam
KD
: 7.3 Mendeskripsikan struktur bumi
Observer
: _____________________________________
dan
Petunjuk:
Berilah tanda centang (√) pada tabel yang telah disediakan jika tindakan siswa
sesuai dengan aspek yang diamati.
Kegiatan Siswa
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Cek
Aspek yang diamati
Mengikuti
perintah
guru
dalam
pengkondisian kelas dengan tertib
Berpindah tempat duduk sesuai perintah
guru dengan tertib
Memperhatikan apersepsi dari guru
Bertanya atau menangggapi apersepsi
guru
Memperhatikan penjelasan guru
Memperhatikan video yang ditampilkan
Tidak mengobrol saat ditampilkan video
Bertanya atau menanggapi video yang
dilihat
Memperhatikan teman yang sedang
berbicara
Menanggapi pendapat teman
Memperhatikan penjelasan materi dari
guru
Berdiskusi dengan teman satu kelompok
116
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
Bekerja sama mengerjakan lembar kerja
Tidak berbuat gaduh di kelas pada saat
diskusi
Tidak jalan-jalan pada waktu diskusi
Tidak keluar masuk kelas tanpa seijin
guru
Mempresentasikan hasil diskusi
Memperhatikan teman yang sedang
presentasi
Bertanya atau menanggapi presentasi
teman secara lisan
Bertanya atau menanggapi presentasi
teman secara tertulis
Berpendapat tentang kesimpulan hasil
presentasi
Mendengarkan penguatan meteri dari
guru
Mengerjakan soal kuis
Tidak mencontek atau bekerjasama
dengan teman saat mengerjakan soal
Turut
serta
mencocokkan
dan
menganalisis hasil kuis
Berpendapat
tentang
kesimpulan
pembelajaran materi daur air
Berbicara tentang pesan dan kesan
pembelajaran
Skor
Tindakan Guru
No
Aspek yang diamati
1 Mempresensi dan mengecek kesiapan belajar siswa
2 Mengatur tempat duduk siswa sesuai yang telah disiapkan
3 Menyampaikan apersepsi
4 Memberi timbal balik tanggapan siswa terhadap apersepsi
5 Menyampaikan tujuan pembelajaran
6 Menampilkan video
7 Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya atau
menanggapi video yang dilihat
8 Memberikan penguatan/jawaban dari pendapat/pertanyaan siswa
117
Cek
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
Memberikan sedikit penjelasan materi daur air
Meminta siswa berdiskusi secara kelompok tentang materi daur air
Meminta siswa mengerjakan lembar kerja
Membimbing siswa dalam berdiskusi
Meminta siswa untuk mempresentasikan hasil diskusinya
Membimbing presentasi siswa
Memberikan kesempatan kepada siswa lain untuk memberikan
tanggapan terhadap presentasi temannya
Mengarahkan siswa untuk membuat kesimpulan presentasi
Memberikan penguatan terhadap materi yang sudah dipelajari
Memberi kesempatan siswa untuk bertanya bila ada hal yang
belum dipahami
Memberikan kuis berupa soal untuk dikerjakan siswa secara
individu
Mengarahkan siswa untuk mencocokkan dan menganalisis hasil
kuis bersama-sama
Memberikan reward untuk kelompok dengan hasil kuis paling
tinggi
Menyimpulkan pembelajaran materi daur air
Memberi kesempatan siswa untuk menyampaikan pesan dan kesan
selama pembelajaran
Yogyakarta,
Observer
Mei 2016
______________________
118
Lampiran 9. Analisis Data Hasil Observasi Siklus I Pertemuan ke-1
119
Lampiran 10. Analisis Data Hasil Observasi Siklus I Pertemuan ke-2
120
Lampiran 11. Analisis Data Hasil Observasi Siklus II
121
Lampiran 12. Hasil Wawancara
HASIL WAWANCARA DENGAN GURU
No
Pertanyaan
1
Bagaimana cara membuat
siswa lebih aktif dalam
bertanya atau berpendapat?
2
Media apa yang disenangi
siswa?
3
Mengapa beberapa siswa
yang aktif dan hasil belajar
cukup bagus dikategorikan
siswa berkebutuhan
khusus?
4
Bagaimana keberadaan
GPK dikelas saat
pembelajaran atau pun saat
ulangan?
5
Mengapa siswa terlihat
tidak paham tentang
presentasi?
6
Kenapa pada siklus I ada
siswa yang tidak hadir pada
pertemuan pertama tetapi
hasil kuisnya bagus?
Hasil
Sebagai guru kita harus terus memancing
siswa, misalnya dengan menunjuk siswa,
karena kalau tidak ditunjuk tidak ada yang
mau berbicara.
Rata-rata siswa disini menyukai video,
terutama jika diputarkan film.
Karena daam menentukan kebutuhan siswa
menggunakan tes IQ terhadap siswa-siswa
yang diindikasi memiliki keistimewaan, tetapi
ada pula siswa pindahan dari sekolah lain
yang sudah dinyatakan berkebutuhan di
sekolah lamanya.
Adanya GPK pada pembelajaran sangat
membantu, karena akan menghabiskan waktu
dan materi dalam satu semester tidak dapat
terselesaikan jika harus menjelaskan berulangulang pada siswa. Tetapi sebenarnya saya
kurang suka kalau GPK terlalu menuntun
siswa, seharusnya mereka hanya membantu
agar siswa paham. Hasilnya saat ulangan
kenaikan kelas dan siswa tidak ditunggui GPK
mereka yang terbiasa dituntun menjadi tidak
bisa kerja sendiri.
Siswa memang jarang melakukan presentasi
sebelumnya. Kadang ada presentasi oleh siswa
ketika ada mahasiswa praktik, itu pun tidak
semua siswa.
Sebenarnya materi struktur bumi pernah saya
jelaskan sedikit sebelumnya, dan saya juga
meminta siswa untuk mempelajarinya di
rumah.
122
Lampiran 13. Kekurangan Siklus I dan Rencana Tindakan Siklus II
KEKURANGAN SIKLUS I DAN RENCANA TINDAKAN SIKLUS II
No
1
2
3
4
5
6
7
Rencana Tindakan
Siklus II
Siswa menghabiskan
Waktu yang dibutuhkan Pembentukan kelompok
waktu yang cukup
dalam membentuk
dan tempat duduk siswa
lama dalam
kelompok dan
diatur di awal
pembentukan
berpindah tempat dukuk pembelajaran dengan
kelompok dan pindah 10 menit
anggota tidak jauh
tempat sesuai
berbeda seperti pada
kelompoknya
siklus I
Materi yang diberikan Pada Kamis, 28 April
Memberikan materi yang
pernah dibahas,
2016 guru telah
belum pernah dipelajari
sehingga siswa sudah
mengajarkan materi
oleh siswa.
banyak yang tahu.
struktur bumi.
Setelah wawancara
RPP dibuat jauh hari
Data diperoleh dari
dengan guru di dapatkan
sebelum penelitian
wawancara dengan guru materi Daur Air.
dilaksanankan.
kelas setelah selesai
Siklus I
Guru kurang
Ketika ada siswa yang
Ketikan ingin berbiara
memperhatikan siswa mengangkat tangan
siswa harus mengangkat
yang ingin bertanya
untuk menjawab
tangan dan berbicara
atau menjawab.
pertanyaan, guru justru dengan keras agar guru
menunjuk siswa lain
lebih mendengarnya
Siswa kurang aktif dan Rata-rata siswa hanya
Guru lebih banyak
inisiatif dalam
menjawab pertanyaan
memancing siswa untuk
bertanya
atau memberi
bertanya.
tanggapan setelah
ditunjuk oleh guru
Materi tidak diperjelas Setelah mengamati
Setelah mengamati video
setelah menonton
video diadakan tanya
diadakan tanya jawab
video
jawab tetapi guru tidak dan guru memberikan
menjelaskan lebih
timbal balik jawaban
lanjut tentang materi
siswa serta menjelaskan
yang diajarkan
lebih lanjut tentang
materi yang diajarkan
Siswa tidak paham apa Guru menjelaskan dan
Kemungkinan siswa
yang harus dilakukan
menuntun (mendikte)
sudah paham bagaimana
ketika presentasi
apa yang harus
cara presentasi karen
dilakukan setiap
sudah dijelaskan setelah
kelompok yang maju
selesai sesi presentasi
presentasi
pada Siklus I.
Siswa tidak berinisiatif Setelah selesai
Setiap kelompok
memberikan
presentasi satu
diwajibkan memberikan
Kekurangan Siklus I
Data
123
pertanyaan atau
tanggapan terhadap
presentasi kelompok
lain
kelompok guru harus
menunjuk siswa agar
mau memberikan
tanggapan
8
Siswa tidak
menyiapkan buku
sumber atau pun alat
tulis.
9
Siswa kurang
memperhatikan guru
10
Siswa memiliki
ketergantungan pada
orang lain
Ketikan diminta
membuat rangkuman
siswa sibuk mencari
buku paket dan alat
tulis
Ketika evaluasi siswa
banyak bertanya
tentang hal-hal yang
sebenarnya sudah
dijelaskan
Banyak siswa bertanya
jawaban hampir setiap
nomer pada guru kelas,
GPK, atau pun peneliti
124
tanggapan atau
pertanyaan kepada
kelompok yang
presentasi secara lisan
dan tertulis pada lembar
kerja yang sudah
disediakan
Siswa diminta
menyiapkan buku paket
dan alat tulis sebelum
pembelajaran dimulai.
Siswa diminta mencatat
hal-hal yang penting
selama pembelajaran
Siswa diharuskan
mengerjakan sendiri dan
tidak ada GPK di kelas
saat evaluasi/kuis
Lampiran 14. Foto Pelaksanaan Pembelajaran IPA melalui Penerapan Model
Pembelajaran Kooperatif
Gambar 1. Siswa tidak memperhatikan
video yang ditampilkan
Gambar 2. Siswa berdiskusi membuat
rangkuman Struktur Bumi
Gambar 3. Siswa melakukan presentasi
dan diskusi kelas
Gambar 4. Siswa mengerjakan kuis
Gambar 5. Siswa dibantu GPK dalam
mengerjakan kuis
Gambar 6. Siswa dan guru mengadakan
perayaan hasil kuis
125
Gambar 7. Siswa memperhatikan video
Daur Air
Gambar 8. Siswa menanggapi video
yang dilihat
Gambar 9. Guru membimbing siswa
melakukan diskusi kelompok
Gambar 10. Siswa mempresentasikan
hasil diskusi kelompok
Gambar 11. Siswa menaggapi
presentasi teman
Gambar 12. Siswa mengerjakan kuis
126
Lampiran 15. Contoh Hasil Kerja Siswa Siklus II
127
128
Lampiran 16. Contoh Hasil Evaluasi Siklus I
129
Lampiran 17. Contoh Hasil Evaluasi Siklus II
130
Lampiran 18. Surat Izin Penelitian dari FIP UNY
131
Lampiran 19. Surat Izin Penelitian dari Dinas Perizinan Pemerintah Kota
Yogyakarta
132
Lampiran 20. Surat Keterangan Penelitian dari SD Bangunrejo 2
133
Download