Materi 7 Pencernaan II A. Gerakan usus dan kerutan segmen usus di luar tubuh Tujuan a. Mempelajari gerakan usus in situ pada kelinci. b. Mempelajari segmen usus yang diisolasi dan mengamati : Kontraksi ritmis usus yang normal. Pengaruh suhu terhadap frekuensi dan kekuatan kontraksi Pengaruh zat-zat kimia/obat-obatan yang otonom. Dasar teori Usus halus merupakan bagian terpenting dari saluran pencernaan. Di dalamnya berlangsung tahap-tahap akhir pencernaan bahan makanan, yang kemudian disiapkan untuk diabsorpsi. Dengan demikian gerakan usus halus sangat erat kaitannya dengan fungsi absorbsi di dalam usus. Gerakan-gerakan usus tersebut ialah gerakan segmentasi, gerakan pendulum dan gerakan peristaltik. Gerakan segmentasi diduga sebagai gerakan usus yang paling penting pada usus halus dan berfungsi memotong-motong massa makanan yang terletak memanjangnya menjadi potongan-potongan lonjong dengan cara kontraksi pada interval-interval yang teratur sepanjang massa makanan di dalam usus. Sesaat kemudian masingmasing potongan ini dipotong-potong lagi, sedangkan potongan-potongan yang berdekatan saling mendekat dan membentuk potongan baru. Potongan ini selanjutnya dipotong-potong lagi dan prosesnya berulang kembali. Gerakan bandul lonceng (pendulum), berperan dalam pencampuran lokal isi usus dengan getah-getah pencernaan. Pada PENUNTUN PRAKTIKUM FISIOLOGI VETERINER II FKH IPB 1 gerakan ini usus kontraksi segemental pada interval-interval tertentu sepanjang ujung halus. Oleh karena itu makanan seolah-olah diremasremas secara bergilir pada tempat-tempat tertentu. Gerakan peristaltik merupakan mekanisme utama dari gerakan maju dari usus yang lunak. Pada gerakan ini terbentuk cincin konstriksi yang mendorong isi usus yang sedang relaksasi. Gelombang konstriksi ini bergerak sepanjang usus sebagai gelombang peristaltik yang membawa ingesta ke arah belakang saluran pencernaan. Aktivitas motorik dari saluran pencernaan ada di bawah pengaruh susunan saraf otonom (SSO) melalui serabut-serabut simpatis dan parasimpatis yang memasuki lapisan otot dan melalui sistem saraf intrinsik yang terdiri dari pleksus-pleksus saraf. Ada dua macam pleksus utama, yaitu : 1. Pleksus mienterik (Aurbach) yang terletak diantara lapisan otot longitudinal dan sirkuler. 2. Pleksus submukosa (Meisner) yang terletak diantara lapisan otot sirkuler dan muskularis mukossa. Rangsangan pada saraf-saraf simpatis atau parasimpatis dapat merubah kerutan usus yang normal. Demikian pula pemberian zat-zat neurotransmitternya serta zat-zat otonom lainnya. Bahan dan alat - Kelinci, alat-alat diseksi - Latutan Tyrode 37o C - Cawan petri besar ukuran diameter 30 cm - Alat suntik (syringe) 20 cc, kimograf, statif, klem-klem, tromel - Alat pencatat kerutan usus, alat pencatat rangsangan - Gelas beker 300 ml, gelas beker 800 ml. Aerator - Benang, air panas 40o C - Adrenalin 1 : 10.000, asetil kolin 1 : 100.000 PENUNTUN PRAKTIKUM FISIOLOGI VETERINER II FKH IPB 2 Tata kerja 1. Seekor kelinci dianestesi dengan nembutal dan disiapkan untuk insisi pada abdomennya. 2. Abdomen dibuka dan amatilah dan catat yang berikut ini : a. Gerakan segmentasi b. Gerakan pendulum c. Gerakan peristaltik 3. Keluarkanlah usus kelinci tersebut dan masukkan ke dalam cawan petri besar yang berisikan lautan Tyrode 37o C 4. Dengan syring 20 cc yang berisikan larutan Tyrode 37 o C, isi usus perlahan-lahan disemprot keluar sampai bersih 5. Ambillah sepotong (3-4 cm) dari usus halusnya. 6. Ikatlah kedua ujung potongan usus tersebut dengan benang. 7. Ikatkan ujung bawah usus tersebut pada ujung tabung gelas aerator, sedangkan ujung atau usus dihubungkan dengan alat pencatat kontraksi (gambar 11) 8. Pengikatan no.6 dilakukan dalam gelas beker yang berisikan larutan Tyrode 37o C. 9. Isilah gelas beker yang lebih besar (800ml) dengan air hangat 40o C, dan masukan gelas beker no.8 ke dalam gelas beker yang berisikan air ini. 10. Siapkan kimograf untuk putaran yang agak lambat (15cm/menit) dan aturlah agar alat pencatat kontraksi usus dan alat pencatat rangsangan menyentuh kertas yang melekat pada tromol kimograf. 11. Jagalah agar supaya suhu larutan Tyrode tetap 37 o C dan masukkan O2 melalui aerator. 12. Buatlah pencatatan kerutan usus yang normal sepanjang 5 cm. 13. Buatlah pencatatan kontraksi ritmik usus hentikan, turunkan suhu larutan Tyrode normal sepanjang 5 cm, menjadi 33o C dengan cara menukar air 40o C dalam gelas beker luar dengan air dingin. PENUNTUN PRAKTIKUM FISIOLOGI VETERINER II FKH IPB 3 14. Buatlah pencatatan lagi sepanjang 5 cm selama usus berada di dalam larutan Tyrode yang bersuhu 33o C. 15. Buatlah pencatatan kontraksi ritmik usus hentikan, naikkan suhu larutan Tyrode normal sepanjang 5 cm, menjadi 40 o C Buatlah pencatatan lagi sepanjang 5 cm. 16. Kembalikan suhu larutan Tyrode menjadi 37 o C dan buatlah lagi pencatatan kontraksi usus yang normal sepanjang 5 cm. Teteskan asetilkolin 1 : 100.000 sebanyak 5-6 tetes dan buat lagi pencatatan efeknya sepanjang 5 cm. Bilas usus 2x dengan larutan Tyrode 37 o C yang baru (bersih). 17. Buatlah pencatatan kontraksi usus yang normal sepanjang 5 cm. Teteskan adrenalin 1 : 10.000 sebanyak 5-6 tetes ke dalam larutan Tyrode dan buatlah pencatatan efeknya sepanjang 5 cm. Gambar 13. Alat untuk pecatatan kontraksi usus, gelas beker yang bagian dalam berisikan larutan Tyrode tabung gelas bengkok yang berfungsi sebagai pensuplai oksigen, juga digunakan untuk mengikat ujung bawah potongan usus. PENUNTUN PRAKTIKUM FISIOLOGI VETERINER II FKH IPB 4 Laporan Praktikum Materi: Pencernaan Kelompok: Dosen: Asisten: Tanggal: Hasil Percobaan: Gerakan Usus in situ: Rekaman Gerakan Usus: PENUNTUN PRAKTIKUM FISIOLOGI VETERINER II FKH IPB 5 Frekuensi/menit Tinggi gelombang (mm) 1. Normal 2. Suhu 33o C 3. Suhu 40o C 4. Asetil kolin 5. Adrenalin Pembahasan: PENUNTUN PRAKTIKUM FISIOLOGI VETERINER II FKH IPB 6 PENUNTUN PRAKTIKUM FISIOLOGI VETERINER II FKH IPB 7 Kesimpulan: Daftar Pustaka: PENUNTUN PRAKTIKUM FISIOLOGI VETERINER II FKH IPB 8