3. METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu

advertisement
3. METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di kawasan ekosistem mangrove Segara Anakan,
Cilacap, Jawa Tengah. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan dengan metode
purposive sampling berupa penempatan lokasi penelitian berdasarkan berbagai
pertimbangan (Usman dan Pramono, 2008). Pertimbangan yang digunakan pada
penelitian ini antara lain merupakan kawasan mangrove yang berkriteria baik,
sedang ataupun rusak sebagai akibat dari degradasi yang terjadi. Kriteria kondisi
mangrove mengacu pada data sekunder yang didapatkan dalam proses penelitian.
Selain itu, penentuan stasiun diambil berdasarkan kondisi yang representatif dari
wilayah Segara Anakan dan berdasar karakter habitat P. erosa yang lebih banyak
ditemukan di subtrat lumpur yang relatif lunak. Metode lain yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode deskriptif yang bertujuan membuat penjelasan
secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta yang didapatkan di lapangan
(Yulius, 2006).
Penelitian dilaksanakan dalam satu tahap rentang waktu pengambilan
sampel. Pengambilan sampel dilakukan pada dua belas stasiun yang ditentukan.
Seluruh stasiun dikelompokan menjadi empat kelompok stasiun berdasar tingkat
kerusakan mangrove (data sekunder). Tingkat kerusakan terbagi menjadi rusak
berat (A), rusak (B), kurang bagus (C) dan bagus (D) (Gambar 3.1). Setiap stasiun
dilakukan pengulangan pengambilan sampel sebanyak tiga kali dalam bentok plot
sampling. Kegiatan identifikasi dan analisis sampel akan dilaksanakan di
Laboratorium Biologi Akuatik Fakultas Biologi UNSOED.
Alat dan Bahan Penelitian
Parameter yang diukur, alat dan bahan yang digunakan dalam pengambilan
sampel dapat dilihat pada Tabel 3.1:
Tabel 3.1. Daftar materi penelitian
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
Nama Alat dan Bahan
Coolbox dan kantong plastik
Termometer
Handrefractometer
Lux meter
pH meter
Sekop kecil
Tali dan rol meter
Spektrofotometer
Oven
Perahu
GPS
Label, alat tulis dan laptop
Kamera
Quisioner
Jangka Sorong
Parameter dan Kegunaan
Menyimpan sampel
Temperatur
Salinitas
Intensitas cahaya
pH air dan tanah
Mengambil sampel tanah
Membuat line transek
Fosfat sedimen
Mengeringkan sampel sedimen
Transportasi pengambilan sampel
Penentuan koordinat stasiun
Mencatat dan mengolah data
Memotret lokasi penelitian dan sampel
Mengetahui pemanfaatan P. erosa
Mengukur panjang cangkang
12
Teknik Pengumpulan Data
Pengambilan Sampel Kerang
Pengambilan sampel kerang dilakukan dengan area sampling di beberapa
lokasi yang masih terdapat dalam kawasan dengan melihat kondisi mangrove
yang terdapat disekitarnya. Penentuan area sampling menggunakan sistem stasiun.
Penelitian kali ini menggunakan dua belas stasiun. Seluruh stasiun dikelompokan
berdasarkan peta tingkat kerusakan mangrove (Gambar 3.1). Setiap stasiun
pengambilan sampel diambil tiga titik berbeda secara acak disesuaikan dengan
titik pengamatan mangrove dengan menggunakan plot sampling untuk membatasi
pengambilan sampel P. erosa. Setiap plot digunakan sebagai ulangan. Ukuran plot
yang digunakan adalah 1 x 1 m. Metode plot digunakan karena menurut Fachrul
(2007), metode ini baik digunakan untuk pengambilan sampel pada populasi
vegetasi, satwa dengan pergerakan yang lambat. Satwa yang hidup di dalam
lubang, sarang dan biota bentik. P. erosa merupakan salah satu moluska yang
memiliki pergerakan lambat.
Gambar 3.1. Klasifikasi kerusakan mangrove (Anwari et al., 2013), lokasi, skema
dan layout pengambilan sampel P. erosa dan mangrove pada tiap
stasiun
Penggunaan plot selaku ulangan setiap setasiun sebanyak tiga kali. Ulangan
bertujuan agar mendapatkan P. erosa sebanyak mungkin di tengah kondisi
degradasi yang terjadi di ekosistem Segara Anakan, Cilacap. P. erosa yang telah
diambil dimasukan ke dalam kantung plastik yang telah diberi label dan
dimasukan ke dalam coolbox.
13
Pengamatan Mangrove
Metode pengambilan data untuk vegetasi mangrove mengikuti kesesuaian
dengan sampel kerang dengan jarak antar plot sampling adalah 50 m. Pengamatan
mangrove terbagi menjadi pengamatan pohon, anakan dan kategori semai, semak
dan herba. Menurut Mueller-Dumbois dan Ellenberg (1974), kategori pohon
memiliki diameter at breast height (dbh) ≥ 4 cm, anakan 1 ≤ dbh < 4 cm dan
semai, semak dan herba dengan ketinggian < 1 m. Plot yang digunakan yaitu 10 x
10 m untuk kategori pohon, 5 x 5 m untuk anakan dan 1 x 1 m untuk semai,
semak dan herba. Selain itu data yang diambil terdiri dari jumlah dan jenis
tegakan mangrove, diameter pohon serta keterangan lain yang mendukung
kelengkapan data. Identifikasi mangrove dilakukan dengan berpedoman pada
Tomlinson (1994) dan Giesen et al. (2007).
Pohon
Data vegetasi kategori pohon dengan dbh ≥ 4 cm yang telah diambil dari
plot transek berukuran 10 x 10 m meliputi nama spesies, jumlah tegakan, dbh dan
keterangan lain yang mendukung (Onrizal, 2008). Salah satu spesies mangrove
yaitu Nypa fructicans termasuk kedalam kategori pohon bila ketinggian mencapai
≥ 3 m. Data yang didapat digunakan untuk mendapatkan nilai analisis dari
kerapatan (K), kerapatan relatif (KR), frekuensi (F), frekuensi relatif (FR),
dominansi (D), dominansi relatif (DR) dan nilai penting (NP).
Anakan
Data kategori anakan berupa vegetasi dengan 1 ≤ dbh < 4 cm dan tinggi < 1
m yang telah diambil dari plot transek berukuran 5 x 5 m (Onrizal, 2008). Data
anakan yang didapat digunakan untuk mendapatkan nilai kerapatan (K), kerapatan
relatif (KR), frekuensi (F), frekuensi relatif (FR), dominansi (D), dominansi relatif
(DR) dan nilai penting (NP).
Semai, semak dan herba
Data semai, semak dan herba merupakan data dari vegetasi dengan
ketinggian < 1 m pada plot 1 x 1 m. Data yang diambil berupa nama spesies,
jumlah tegakan dan keterangan yang mendukung (Onrizal, 2008). Data yang
diambil dianalisa untuk mengetahui kerapatan (K), kerapatan relatif (KR),
frekuensi (F), frekuensi relatif (FR) dan nilai penting (NP).
Pengukuran Parameter Lingkungan
Pengukuran parameter lingkungan dilakukan pada setiap titik pengambilan
P. erosa dan pengamatan mangrove. Hal ini dilakukan agar mengetahui kondisi
ekologis secara fisika dan kimia dari P. erosa. Selain itu pengukuran parameter
lingkungan juga digunakan sebagai data pendukung sejauh mana terjadinya
degradasi di kawasan ekosistem mangrove Segara Anakan, Cilacap. Pengukuran
parameter lingkungan terbagi menjadi dua tahap yaitu secara eksitu (pengukuran
dilakukan di laboratorium) dan insitu (pengukuran langsung di lapangan).
Pengukuran yang dilakukan secara eksitu seperti kandungan bahan organik,
14
komposisi dan tekstur substrat sedangkan pengukuran yang dilakukan secara
insitu yaitu temperatur, salinitas, intensitas cahaya dan pH. Sampel yang akan
dilakukan pengukuran secara eksitu dimasukan ke dalam kantong plastik berlabel
dan di masukan ke dalam coolbox dengan tujuan pengawetan.
Pemanfaatan P. erosa
Pemanfaatan P. erosa dapat diketahui dengan cara menyebarkan daftar
pertanyaan (quisioner) kepada masyarakat sekitar (Narbuko dan Achmadi, 2005)
dan melakukan wawancara dengan nelayan di kawasan ekosistem mangrove
Segara Anakan. Setelah quisioner dan wawancara dilakukan, data yang didapat
ditabulasi dan dianalisis secara deskriptif.
Metode yang digunakan untuk menentukan jumlah responden yaitu metode
Solvin (Siregar, 2011) yaitu :
𝑛=
𝑁
1 + 𝑁𝑒 2
Keterangan :
n : Ukuran sampel atau jumlah responden
N : Ukuran populasi dalam waktu tertentu
e : Nilai kritis (batas ketelitian 5%)
Analisis Data
Kepadatan Populasi P. erosa
Fachrul (2007) mengatakan bahwa pengkajian populasi biota yang sifatnya
tidak bergerak dengan cepat dapat dilakukan dengan metode sensus atau plot. Hal
ini sesuai dengan sifat hidup dari P. erosa yang cenderung memiliki tingkat
migrasi relatif rendah sehingga akan tepat bila metode plot digunakan untuk
pengkajian kepadatan populasi P. erosa. Nilai kepadatan P. erosa dapat diartikan
banyaknya P. erosa per satuan unit luas plot yang diamati. Hasil yang didapat
dianalisis dengan rumus sebagai berikut (Heryanto et al.,2006):
𝐷=
𝑋𝑖
𝑛
Keterangan :
𝑋𝑖 = jumlah total individu jenis kerang I (ind)
n
= luas plot (m2)
D = kepadatan (ind/m2)
Nilai kepadatan yang didapatkan dipergunakan untuk pembuatan peta
persebaran P. erosa di ekosistem mangrove Segara Anakan. Pembuatan peta
persabaran ini menggunakan software arcGIS 9 dengan metode interpolasi.
Metode interpolasi menggunakan hasil kelimpahan tiap stasiun pengambilan
sampel sehingga didapaatkan estimasi dugaan persebaran P. erosa.
15
Sebaran Kelompok Ukuran (Sebaran Umur)
Penentuan kelompok umur pada penelitian ini menggunakan teknik
pergeseran kelas modus dengan analisis frekuensi panjang (Morton, 1984).
Penentuan ini dimaksudkan untuk mengetahui kelompok umur dalam populasi P.
erosa dengan asumsi bahwa pertumbuhan panjang cangkang berbanding lurus
dengan umur. Setelah didapatkan data panjang cangkang P. erosa, data
dikelompokan dengan interval tertentu dan digambarkan pada suatu histogram
frekuensi panjang yang berbentuk piramida.
Pola distribusi
Pola distribusi dianalisis dengan menggunakan indeks variansi, dengan
masih-masing rumus perhitungan sebagai berikut :
 x
n
S2 
n 1
i
x

2
n 1
Keterangan :
S = sampel
n = jumlah sampel
x i = perbedaan nilai pada saat observasi
x = rata-rata sampel
Tabel 3.2. Penentuan pola distribusi menurut Spellerberg (1998)
Perbandingan rata-rata dan ragam (S2)
S2= 0
Uniform (tersebar rata)
X = S2
X<S
Pola distribusi
2
Random (acak)
Aggregate (mengelompok)
Analisis Data Vegetasi
Metode yang digunakan untuk analisis data vegetasi menggunakan metode
menurut Dombois dan Ellenberg (1974), yaitu :
16
Selain menggunakan rumus di atas, dilakukan juga analisis degradasi
mangrove berdasarkan peta landsat 2012. Hal ini digunakan untuk mengetahui
kondisi luas mangrove pada tahun 2012 (saat penelitian). Peta landsat yang
didapat diolah dengan menggunakan metode delineasi pada software arcGIS 9.
Setelah didapatkan luas mangrove tahun 2012, kondisinya dibandingkan dengan
luas mangrove pada tahun-tahun sebelumnya (data sekunder).
Analisis Data Parameter Lingkungan
Data parameter lingkungan dalam penelitian ini digunakan untuk melihat
variabel lingkungan yang berpengaruh terhadap populasi P. erosa. Keterkaitan ini
dianalisis dengan Principal Component Analysis (PCA) (Begen, 2000). Analisis
ini digunakan untuk mengetahui keterkaitan variabel secara grafik dan dibentuk
dalam ruang multidimensi sehingga kategori mirip akan berdekatan (Yamin dan
Kurniawan, 2009).
Analisis Keterkaitan Ekosistem Mangrove dengan Populasi P. erosa
Parameter degradasi mangrove dalam penelitian ini adalah menurunnya luas
mangrove. Keterkaitan antara kondisi mangrove di ekosistem mangrove Segara
Anakan, Cilacap dengan kondisi populasi P. erosa dianalisis menggunakan
regresi menggunakan SPSS v 19. Analisis regresi dilakukan untuk memperoleh
gambaran mengenai fungsi hubungan masing-masing faktor. Yamin dan
Kurniawan (2009) menyatakan bahwa analisis regresi digunakan untuk
menyatakan ada tidaknya hubungan yang signifikan antara variabel satu dengan
yang lain. Regresi yang digunakan adalah regresi kubik. Regresi kubik memiliki
persamaan Y = a + bX + cX2 + dX3 dengan nilai Y adalah kepadatan P. erosa dan
X adalah kerapatan mangrove. Selain itu digunakan korelasi Pearson. Berikut
merupakan klasifikasi hasil regresi antara mangrove dengan kepadatan P. erosa
yaitu 0 tidak ada korelasi, 0 – 0.199 korelasi sangat lemah, 0.20 – 0.399 korelasi
rendah, 0.40 – 0.599 korelasi cukup kuat, 0.60 – 0.70 korelasi kuat, 0.80 – 1
korelasi sangat kuat (Ridwan dan Sunarto, 2009).
Download