EVALUASI PASCA HUNI TERHADAP PERFORMANSI FISIK RUANG INSTALASI GAWAT DARURAT RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA UNIT II POST OCCUPANCY EVALUATION OF PHISYCAL PERFORMANCE THE EMERGENCY ROOM AT PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA UNIT II HOSPITAL Triandari Sumantri¹, Widodo Hariyono², Iswanta3 1.Program Studi Manajemen Rumah Sakit, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta 55183 Email: [email protected] 2. Dosen Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Gadjah Mada. 3.Dosen Program Studi Manajemen Rumah Sakit, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta ABSTRAK Latar Belakang : Salah satu kriteria penilaian pelayanan di rumah sakit adalah pelayanan kesehatan yang diberikan oleh tenaga paramedik yang berada di Instalasi Gawat Darurat. Fisik rumah sakit merupakan suatu hal yang sangat penting bagi suatu rumah sakit. Bidang fisik termasuk bangunan, performansi ruang, infrastruktur pendukung. Penelitian ini untuk memperoleh gambaran dari pengguna ruang instalasi gawat darurat terhadap penampilan fisik ruang instalasi gawat darurat saat melakukan evaluasi pasca huni ruang instalasi gawat darurat RS PKU Muhammadiyah Unit II. Metode : Jenis penelitian deskriptif observasional. Jenis data dan analisis data berupa data kualitatif dan kuantitatif. Populasi pada penelitian ini adalah pengguna internal dan eksternal IGD. Total keseluruhan sampel sebanyak 56 responden. Analisis data menggunakan triangulasi untuk kemudian dilakukan pengolahan data dan kesimpulan. Hasil dan pembahasan : Hasil performansi fisik menunjukkan lokasi IGD mudah diakses oleh pasien akan tetapi di sisi lain masih belum cukup luas untuk menampung beberapa kendaraan secara bersamaan. Tingkat pencahayaan sebesar 328 lux, tingkat kelembaban sebesar 58% sudah sesuai dengan pedoman teknis, akan tetapi tingkat kebisingan 55,8 db dan suhu ruangan 27,8°C masih belum sesuai dengan pedoman teknis. Dari observasi di 5 titik pengamatan diperoleh hasil, yaitu untuk kategori keselamatan baik, kategori keamanan baik dan kenyamanan cukup. Kesimpulan : Dari penelitian evaluasi pasca huni yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa berdasarkan persepsi pengguna dilihat dari aspek keselamatan, kenyamanan dan keamanan perlu ditingkatkan. Lokasi, pencahayaan, kelembaban dan suhu di instalasi gawat darurat belum sepenuhnya memenuhi standar. Kata Kunci: evaluasi pasca huni, instalasi gawat darurat ABSTRACT Background : One of the assessment criteria for hospital services is health services provided by paramedics who were in the emergency room. Physical a hospital is something that very important for a hospital. Physical fields including construction, performance space, and supporting infrastructure. This study aims to describe from the emergency room users for the physical condition of emergency room during a post occupancy evaluation of emergency room PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II Hospital. Method : This study is a descriptive observational. The type of data and data analysis in the form of qualitative and quantitative data. The population in this study are the internal and external users emergency room. The total sample of 56 respondents. Data analysis was then performed using triangulation to data processing and conclusions. Result and Discussion : Physical performance results show emergency room location is easily accessible by the patient but on the other side is still not enough to accommodate some transportation at the same time. The lighting level is 328 lux, the moisture level is 58% it means appropiate with the technical guidelines, but the noise level is 55,8 db and the room temperature is 27,8°C it means not appropiate with the technical guidelines. According to the result of observation in 5 location, the result for safety category is good, security category is good and comfort is enough. Summary : from the research that has been done, we can conclude that based on users perception views from safety category, security category and comfort needs to be improved. Location, lighting, humidity and temperature in emergency room are not fulfill the standard yet. Keywords : post occupancy evaluation, emergency room PENDAHULUAN yang kesemuanya membangun Rumah sakit sebagai salah citra layanan kesehatan di satu fasilitas pelayanan kesehatan kelasnya. Bangunan yang indah, perorangan merupakan bagian fungsional, efisien dan bersih dari sumber daya kesehatan yang memberikan kesan yang positif sangat dalam bagi seluruh pengguna rumah penyelenggaraan sakit, terutama konsumen dan diperlukan mendukung kesehatan. 1 upaya Tercantum pasien (Hatmoko AU, 2010). pada Undang – undang No. 44 Pada dasarnya fisik rumah tahun 2009 pasal 7 menyebutkan sakit juga berhubungan langsung bahwa dengan kualitas layanan medik. rumah sakit harus memenuhi persyaratan lokasi, bangunan, prasarana, sumber Bangunan yang yang peralatan. pemanfaatannya pasal 10 akan memberikan tingkat kenyamanan daya manusia, kefarmasian dan Pada baik tinggi dalam sehingga disebutkan bahwa Ruang Gawat memberikan sumbangan pada Darurat adalah salah satu ruang proses penyembuhan pasien dan yang disyaratkan harus ada pada produktivitas pelaku. Bangunan bangunan yang baik juga akan memberikan rumah merupakan khusus sakit, ruang yang pelayanan yang yang pelayanan bagi terlaksananya menyediakan prosedur-prosedur komprehensif medik yang diberikan. dan berkesinambungan selama 24 jam (Kemenkes RI, 2012). Fisik jaminan rumah Bangunan pelayanan IGD harus menyediakan sarana penerimaan sakit untuk penatalaksanaan pasien, merupakan suatu hal yang sangat hal ini merupakan bagian dari penting bagi suatu rumah sakit. perannya Bidang fisik termasuk bangunan, kepada pasien. Penunjang dalam performansi ruang, tata lansekap pemberian pelayanan IGD adalah dan pendukung fasilitas dan kualitas dari gedung mulai didekati dengan indikator bangunan IGD itu sendiri. Banyak kenyamanan, serta rumah sakit yang mengupayakan keberpihakkan pada lingkungan penampilan fisiknya sebagai salah infrastruktur keindahan dalam pelayanan satu unsur dalam strategi Pasca Huni (EPH) merupakan pengembangan (Miller et all, pengkajian atau penilaian tingkat 1995). keberhasilan Menurut Garvin, et all., suatu dalam memberikan kepuasan dan dalam Tjiptono (2008), salah satu dukungan mengukur kepuasan Terhadap terutama suatu kebutuhannya. produk adalah service bangunan ability, dimana pelayanan yang kepada pemakai, nilai-nilai dan Bagaimana kondisi diberikan tidak terbatas hanya performansi fisik di dalam ruang sebelum penjualan, tetapi selama instalasi gawat darurat di RS PKU proses penjualan hingga purna Muhammadiyah Yogyakarta Unit jual, II saat ini? yang juga mencakup pelayanan reperasi ketersediaan komponen dan yang LANDASAN TEORI dibutuhkan. Peningkatan fungsi dan pelayanan rumah sakit Penampilan fisik adalah merupakan suatu hal yang merupakan fenomena yang selalu penting bagi sebuah rumah sakit. dihadapi oleh para pengelola Dari rumah sakit. paramedik, rumah sakit yang baik Menurut Slamet Haryadi (1996) dan perencanaan pengembangan dalam rangka peningkatan fungsi dan sisi secara dokter maupun fungsional akan meningkatkan kinerja, semangat dan produktivitas. Dari sisi pasien dan pengunjung, penampilan pelayanan rumah sakit selalu rumah sakit yang menarik akan berdasarkan memberi rasa aman dan nyaman sebenarnya keadaan saat ini, yang untuk mencapai kondisi yang lebih baik di saat mendatang. yang dapat mempercepat penyembuhannya. Untuk Evaluasi pasca huni mengetahui keadaan sebenarnya didefinisikan sebagai pengkajian dari prasarana dan sarana fisik atau saat ini perlu dilakukan evaluasi, keberhasilan yaitu evaluasi pasca huni (post dalam memberikan kepuasan dan occupancy evaluation). Evaluasi dukungan penilaian suatu kepada tingkat bangunan pemakai, terutama nilai-nilai dan kebutuhannya. Evaluasi terhadap standar RS tipe C dari Kementrian Kesehatan RI. tingkat kepuasan pengguna atas sebuah bangunan mempelajari elemen-elemen bangunan tersebut digunakan setelah beberapa Pengetahuan performansi BAHAN DAN CARA performance (tampilan) sakit dengan saat. tentang bangunan rumah merupakan peninhkatan dasar fungsi dan pelayanan rumah sakit. Jenis menggunakan penelitian ini rancangan mix method. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif observasional. Jenis data dan analisis data berupa data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif diperoleh dari observasi dan wawancara Untuk dapat melengkapi dan data kuantitatif diperoleh standar pelayanan medik rumah dari sakit, diperlukan adanya standar pengukuran suhu, pencahayaan, medis yang harus dijadikan acuan kebisingan dan kelembaban di dalam upaya meningkatkan dan Instalasi Gawat Darurat RS PKU mengembangkan Muhammadiyah II Yogyakarta. rumah sakit data kuesioner untuk mencapai kondisi yang Populasi sesuai yang adalah pengguna internal dan fasilitas eksternal instalasi gawat darurat dengan ditetapkan. standar Pedoman pada dan penelitian rumah sakit yang dikeluarkan RS oleh Direktorat Jenderal Medik Yogyakarta. Kementrian Kesehatan RI dapat digunakan pada penelitian ini dipakai adalah seluruh jumlah populasi salah satu acuan. PKU ini Muhammadiyah Sampel penelitian Standarisasi adalah penyesuaian pada bentuk (ukuran, kualitas, dsb) sampel untuk pengguna internal dengan pedoman (standar) yang sebanyak ditetapkan atau dapat disebut sedangkan jumlah sampel untuk pembakuan dalam penelitian ini pengguna eksternal sebanyak 30 standar yang digunakan adalah responden. responden 26 Total ini. yang Jumlah responden, keseluruhan sebanyak 56 responden. Data dikumpulkan melalui : 1. (r hitung) untuk item pernyataan dalam angket pengguna internal Observasi lapangan lebih besar dari nilai r tabel (0,05; dengan dibantu cek list dan 26) gambar pernyataan pengguna yang peneliti dilakukan dengan oleh = 0,388, sehingga item internal kamera. dinyatakan valid. Sementara itu, Observasi dilakukan dalam jangka nilai pearson correlation (r hitung) waktu untuk item pernyataan dalam 1 bulan, pada bulan Agustus 2015. 2. angket pengguna eksternal lebih Kuesioner oleh besar dari nilai r tabel (0,05; 30) = pengguna gedung baik pengguna 0,361, sehingga item pernyataan internal maupun eksternal. Data pengguna eksternal dinyatakan yang diperoleh dari kuesioner dan valid observasi sebelum Sementara, pengujian realibilitas dilakukan pengolahan data mulai instrumen angket menggunakan dari membuat ringkasan. Pada nilai alpha cronbach. Nilai Alpha penelitian akan Cronbach untuk angket internal dan dan eksternal lebih besar dari 0,6 reliabilitas pada instrumen yang sehingga instrumen dinyatakan digunakan. memiliki reliabilitas baik. dilakukan diisi lapangan, kuantitatif uji validitas Tujuan dari uji (Arikunto, 2006). validitas tersebut untuk menguji 2. Hasil Observasi kelayakan instrumennya. Untuk a. Fisik bangunan IGD uji validitas menggunakan teknik Letak bangunan IGD RS PKU analisis korelasi bivariate pearson. Muhammadiyah Yogyakarta Unit Sedangkan, untuk II dalam hal ini dapat dikatakan reliabilitas menggunakan Alpha strategis, yaitu terletak pada jalan Cronbach. Dinyatakan reliabel jika, utama yang mudah dijangkau. nilai Alpha Cronbach diatas 0,600. Pintu utama untuk mengakses pengujian IGD RS PKU Muhammadiyah HASIL Yogyakarta Unit II dalam hal ini 1. Uji Validitas dan Reliabilitas adalah satu. Berdasarkan keluar masuk olah data SPSS diperoleh nilai pearson correlation sehingga pasien akses dan pengunjung terpusat pada satu menjadi satu akses jalur dengan pintu tersebut. dropping b. Observasi pada Titik area umum. Hasil observasi di titik dropping area Pengamatan pasien dalam hal ini menunjukkan Observasi dilakukan pada lima bahwa titik pengamatan ruang dalam, keselamatan, keamanan, maupun main entrance, dropping area kenyamanan berada pada kriteria pasien, untuk katagori ruang tunggu dan cukup. Permasalahan utama yang area umum. Hasil dapat dilihat pada titik observasi observasi pada ruang utama di ini adalah bahwa lokasi dropping bagian menunjukkan area pasien yang terlalu dekat bahwa untuk area pengamatan di dengan jalan umum, sehingga ruang utama IGD, keselamatan menyebabkan dan keamanan berada dalam menjadi tidak bebas bising dan kriteria sedangkan belum cukup luas. Hasil observasi kenyamanan dalam kriteria baik. ruang tunggu menunjukkan hasil Permasalahan utama dalam hal ini yang baik dilihat dari kategori adalah bahwa jumlah pintu utama keselamatan, keamanan, dan hanya satu. Sementara itu, di kenyamanan. Terdapat dua dalam indikator dropping dalam cukup, ruangan sendiri tidak area saja tersebut yang tidak terpenuhi unsur bebas tabrakan. terpenuhi, yaitu belum adanya Hasil observasi main entrance dua buah pintu keluar dan suhu menunjukkan pintu masuk utama yang belum optimal. di IGD mudah ditemukan karena 3. Deskripsi Data posisinya berada pada koridor Kuesioner utama. Permasalahan yang dapat a. Profil Responden dilihat dari hasil pengamatan di Responden penelitian terdiri dari main entrance di IGD adalah pengguna internal dan pengguna bahwa hanya tersedia satu pintu eksternal. keluar dan belum cukup luas. internal meliputi petugas media, Hasil observasi dropping area petugas pasien manajemen rumah sakit yang dropping menunjukkan area pasien bahwa masih terdiri Untuk non dari pengguna medis, 26 dan responden. Sementara pengguna eksternal tersebut sisi pengguna eksternal berjumlah 30 responden yang menilai kondisi pintu masuk IGD mewakili seorang pasien di IGD cukup mudah dicapai pasien. RS. Berdasarkan hal tersebut, Selain maka responden pengguna eksternal keseluruhan responden itu, sebagian pada penelitian ini berjumlah 56 dan responden. menyatakan bahwa IGD dekat b. dengan jalan umum (jalan raya) Persepsi Pengguna IGD RS pengguna besar PKU Muhammadiyah Yogyakarta atau Unit II memudahkan internal parkir, juga sehingga pasien dalam 1) Persepsi Keselamatan kondisi darurat yang memerlukan Persepsi keselamatan dalam hal penanganan segera. Sementara ini berkaitan dengan kondisi pintu untuk sistem proteksi kebakaran, keluar dan tanda atau simbol di IGD sudah dilengkapi dengan yang digunakan untuk mengakses satu alat pemadam kebakaran pintu kondisi dan sudah terpasang di dalam kedaruratan. Hasil pengolahan ruangan sehingga jika terjadi data kebakaran alat tersebut sudah keluar dalam kuesioner menunjukkan bahwa aspek keselamatan secara siap langsung umum belum dipersepsikan baik Berdasarkan oleh sebagian besar responden, dapat baik pengguna internal maupun untuk aspek keselamatan dalam pengguna eksternal. Bagi hal ini masih perlu ditingkatkan. pengguna internal, unsur uraian dilihat Terutama digunakan. bahwa tersebut, capaian berkaitan dengan pengguna internal keselamatan ini juga berkaitan persepsi dengan posisi masuk maupun eksternal mengenai lalu dengan kemudahannya untuk lintas pasien yang terganggu Hasil akibat pintu masuk jadi satu menurunkan pintu pasien. penelitian menunjukkan bahwa dengan pintu keluar IGD. sebagian 2) Persepsi Keamanan besar menyatakan bahwa posisi pintu masuk IGD Persepsi keamanan dalam hal ini mudah untuk berkaitan dengan tiga hal utama, pasien. Sejalan menurunkan dengan hal yaitu bebas tabrakan, tidak licin, dan terkontrol. Untuk unsur eksternal menilai bahwa lantai bebas tabrakan, hasil penelitian IGD RS PKU menunjukkan bahwa responden Yogyakarta Unit II tidak licin. pengguna internal yang menilai Sementara untuk proses triase bahwa aktivitas kerja di IGD sendiri, belum bebas tabrakan masih menyatakan cukup tinggi. Sebagian besar belum responden internal pengawasan semua kegiatan di menilai kondisi pintu IGD belum pintu masuk, ruang tunggu, ruang cukup siap didorong. Artinya tindakan, dan ruang observasi. bahwa unsur bebas tabrakan Pada sisi lain, tempat pemisahan belum dipersepsikan baik oleh ruang sebagian besar responden penyakit sudah ada. Begitu pula pengguna internal. Sementara dengan pemisahan antara ruang untuk bebas licin, sebagian besar tindakan dan pemeriksaan yang responden, telah pengguna baik pengguna Muhammadiyah 50% responden bahwa lokasinya menunjang kemudahan sesuai dengan dilakukan, serta kondisi ruang internal maupun eksternal dalam tindakan bedah dan non bedah hal ini telah memiliki persepsi yang juga telah dibedah. Terlepas positif. dari kondisi tersebut, sebagian Hal bahwa pasien ini menunjukkan tempat menurunkan di IGD rumah sakit besar internal responden dalam hal pengguna ini telah tersebut dapat meminimalisasi menyatakan bahwa bekerja di terjadinya kejadian yang tidak IGD sudah aman. Berdasarkan diinginkan uraian tersebut, dapat dinyatakan dalam proses menurunkan pasien. bahwa permasalahan yang masih Selain bebas tabrakan dan terdapat pada aspek keamanan bebas licin, keamanan dalam hal terdapat ini juga berkaitan dengan kondisi tabrakan dan terkontrol. yang terkontrol. Hal ini berkaitan 3) Persepsi Kenyamanan dengan beberapa kondisi. Kondisi Persepsi kenyamanan dalam hal pertama adalah kebersihan lantai. ini berkaitan dengan beberapa sebagian besar respoden, baik unsur. Pertama adalah unsur suhu pengguna optimal. Terkait dengan hal ini, internal maupun pada unsur bebas responden pengguna internal dinilai cukup terang, baik pada maupun eksternal menunjukkan pagi, siang, maupun malam hari. adanya Unsur perbedaan persepsi ketiga mengenai unsur ini. Responden kebisingan. pengguna menunjukkan internal maupun adalah Hasil bebas kuesioner sebagian besar eksternal sebagian besar telah pengguna internal menilai bahwa menyatakan IGD belum bebas kebisingan. bahwa di IGD. Sementara itu, untuk kesesuaian Berbeda suhu pengguna ruangan IGD dengan dengan responden eksternal yang kebutuhan dalam hal ini terlihat sebagian besar menilai bahwa adanya ruang IGD sudah bebas dari perbedaan. Bagi responden pengguna internal, kebisingan. Unsur keempat menyatakan bahwa suhu IGD adalah cukup luas sebagian besar telah sesuai dengan kebutuhan. responden pengguna internal dan Berbeda eksternal dengan pengguna persepsi eksternal menyatakan sudah yang merasa nyaman dengan keadaan sebagian besar menilai bahwa luas ruang pemeriksaan, tindakan suhu ruangan IGD belum sesuai atau observasi. dengan kebutuhan. Sedangkan Selain itu , unsur berdasarkan hasil pengamatan selanjutnya dalam hal ini adalah dan pengukuran langsung di IGD penilaian kenyamanan pengguna dengan IGD atas berbagai fasilitas yang menggunakan alat humidity meter suhu ada di dalamnya. Sebagian besar ruangan IGD di RS menunjukkan responden internal telah merasa angka 27,8°C. Angka ini lebih nyaman dengan kondisi fasilitas besar yang atau sarana di ruang IGD. Presepsi ditetapkan dan dapat disimpulkan positif atas kenyamanan tersebut bahwa suhu ruangan di IGD masih dinilai untuk kamar mandi, ruang tidak sesuai atau masih terlalu tunggu, ruang istirahat, maupun panas. tata dari standar Unsur kedua adalah cukup terang. Hasil kuesioner menunjukkan suhu di IGD telah letak peralatan. Permasalahan yang dapat dilihat adalah pada banyaknya keluarga pasien yang dirasakan oleh sebagian besar responden merasa nyaman dengan kondisi cukup fasilitas atau sarana di ruang IGD. menganggu kinerja dalam ruang Persepsi positif atas kenyamanan IGD. tersebut pengguna internal Sementara untuk kondisi ruang istirahat petugas, sebagian besar responden dinilai untuk kamar mandi, ruang tunggu, maupun ruang pemeriksaan. pengguna internal menyatakan tidak ada PEMBAHASAN ruang 1. Performansi fisik di dalam istirahat petugas dan merasa tidak nyaman dengan ruang ruang istirahat. Hasil penelitian Muhammadiyah menunjukkan Unit II ada ketidak- nyamanan dari ruang istirahat perawat dengan alas tidur IGD di RS PKU Yogyakarta a. Lokasi IGD Berdasarkan pedoman seadanya dan tidak terlalu rapi. teknis Dari hasil wawancara langsung gawat darurat rumah sakit dengan salah satu petugas yang dari bekerja mengatakan Kesehatan RI Tahun 2012, bahwa tidak disediakan ruang lokasi IGD Rumah Sakit istirahat khusus untuk perawat. harus memenuhi beberapa Ruang istirahat perawat yang kriteria. Bangunan gawat sekarang digunakan adalah ruang darurat terletak di lantai operasi yang tidak terpakai dan dasar dengan akses masuk tidak layak digunakan sebagai yang ruang istirahat. Berbeda dengan khususnya ruang datang di IGD, istirahat dokter yang bangunan Kementrian mudah untuk (Kemenkes, 2012). jaga. yang dengan menggunakan dokter dicapai pasien memang sudah disediakan khusus istirahat ruang ambulan Diruang tersebut sudah tersedia Lokasi tempat tidur, meja, kursi, almari. gawat darurat harus dapat Hasil menunjukkan penelitian bahwa juga sebagian besar responden eksternal telah dengan bangunan ruang mudah dikenal dari jalan raya baik dengan menggunakan pencahayaan lampu atau Intensitas tanda lainnya perlu disesuaikan dengan (Kemenkes, 2012). Hasil kebutuhan penglihatan di observasi dalam ruang berdasarkan arah menunjukkan pencahayaan lokasi IGD dekat dengan aktivitas-aktivitas jalan raya sehingga mudah dalamnya. diakses pasien termasuk sebagai sarana pelayanan yang publik datang dengan menggunakan ambulan. di Rumah yang sakit penting. Kualitas pelayanan dalam Permasalahan pada lokasi rumah IGD ditingkatkan apabila dropping area dimana jalur didukung dengan dropping area peningkatan kualitas IGD hanya dapat dilalui fasilitas oleh merupakan ini terletak dua pada ambulance sakit dapat fisik. IGD salah satu sekaligus. Oleh sebab itu, wujud fasilitas fisik yang ketika terdapat beberapa penting bagi kendaraan pasien. Tata pencahayaan yang pelayanan bersamaan akan masuk, dalam maka mempengaruhi terdapat sebelum antrian pasien dapat IGD kenyamanan dapat pasien, di diturunkan dari kendaraan. samping juga berpengaruh b. bagi kelancaran paramedis Pencahayaan Pencahayaan merupakan dalam salah satu aspek penting aktivitasnya dalam perancangan ruang. pasien. Pencahayaan yang Ruang telah baik dapat mendukung aktivitas dan fungsinya kegiatan lainnya pengguna dirancang yang tidak memenuhi menjalankan digunakan dengan baik apabila tidak bangunan, disediakan fungsi pencahayaan. akses untuk mendukung keamanan menciptakan yang melayani dan lingkungan sesuai dan menyenangkan 1985). (Simha, Rumah Berdasarkan tempat Sakit sebagai pelayanan pedoman teknis bangunan kesehatan ruang darurat masyarakat harus memiliki dari ruang IGD yang memenuhi gawat rumah sakit Kementrian Kesehatan RI syarat Tahun termasuk 2012, ruang bagi kesehatan kualitas tindakan dalam IGD harus udaranya. Ruangan yang mempunyai tidak tingkat memenuhi syarat pencahayaan sebesar 300 kesehatan akan mudah sampai dengan 500 lux. menularkan Hasil pengukuran tingkat melalui peralatan, bahan pencahayaan yang digunakan, makanan tindakan angka di ruang menunjukkan 328 lux. Hasil pengukuran tingkat pencahayaan minuman, petugas kesehatan dan pengunjung. Untuk mencegah menunjukkan tingkat penyakit bahwa pencahayaan penularan penyakit, Kementrian Kesehatan RI sudah lebih besar dari mensyaratkan agar tingkat standar yang kelembaban relatif ruang tentukan, sehingga dapat tindakan adalah 30-60%. dikatakan bahwa tingkat Tingkat pencahayaan ruang diukur sudah menggunakan tindakan memenuhi Dengan minimal di IGD persyaratan. adanya humidity pengukuran kelembaban dengan meter. alat Hasil tingkat pencahayaan yang baik ini kelembaban di ruangan dapat mendukung IGD menunjukkan angka aktivitas dan kegiatan di 58,0%. Hasil pengukuran ini ruang tindakan IGD. menunjukkan angka yang c. lebih besar dari standar Kelembaban tingkat kelembaban. Berdasarkan hal tersebut, ruang maka dapat disimpulkan terlepas dari lokasi RS tingkat yang dekat dengan jalan kelembaban di IGD ini ruangan IGD sudah sesuai raya dengan rekomendasi dari suara pedoman kendaraan bermotor yang teknis yang sehingga tidak banyak lalu lalang telah ditetapkan. terdengar sampai RS. d. e. Kebisingan Suhu Pentingnya kenyamanan di Permasalahan sekitar merupakan sakit suhu kawasan rumah khususnya pada penting untuk dicermati. maka Suhu yang terlalu panas bangunan IGD hal RS yang sedapat mungkin kawasan dapat menimbulkan rumah sakit terhindar dari perasaan capai kebisingan kantuk, sedangkan terlalu lingkungan sekitarnya seperti dari dingin dan membuahkan kendaraan bermotor. Hasil ketidaktegangan studi mengurangi daya atensi menunjukkan kebisingan dapat (Sastrowinoto, dan 1985). mengganggu kinerja Kementrian Kesehatan RI tenaga ketika mensyaratkan medis suhu bekerja. Oleh karena itu ruangan yang ideal bagi RS Kementrian Kesehatan RI antara 21,1 – 23,9oC. Hasil mensyaratkan batas pengukuran suhu ruangan tingkat IGD di RS menunjukkan kebisingan untuk kawasan angka 27,8oC. Angka ini RS tidak lebih dari 55 dB. lebih besar dari standar Hasil pengukuran tingkat yang kebisingan ruang IGD di RS karena menunjukkan angka 55,8 disimpulkan bahwa suhu dB. Angka ini sedikit lebih ruangan besar dari standar yang terlalu panas. paparan ditetapkan. Kebisingan di ditetapkan itu di oleh dapat IGD masih 2. Evaluasi Pasca Huni keselamatan berdasarkan persepsi pengguna ditingkatkan internal dan eksternal terhadap Khususnya terkait dengan kondisi performansi fisik ruang instalasi pintu masuk yang masih jadi satu gawat dengan darurat RS PKU masih oleh pintu perlu pihak keluar RS. yang Muhammadiyah Yogyakarta Unit menganggu lalu lintas pasien. Hal II ini juga sesuai dengan hasil Ada lima titik observasi observasi dimana jumlah pintu dari segi keselamatan, keamanan utama dan kenyamanan yang digunakan sehingga dalam melakukan evaluasi pasca pemisahan antara jalan masuk huni IGD. 8Menurut Daniar Valent, dengan jalan keluar. Tentu saja, dkk (2014), evaluasi pasca huni hal adalah proses evaluasi terhadap masuk dan keluar ruang IGD bangunan dengan cara sistematis menjadi dan demikian, dilihat dari kemudahan teliti selesai setelah dibangun bangunan dan telah ini IGD RS hanya tidak dilakukan mengakibatkan terganggu. satu, akses Meskipun pintu masuk ruang IGD untuk dipakai untuk menurunkan beberapa waktu. Tahapan yang besar responden menilai pintu dilakukan dalam evaluasi pasca masuk mudah untuk menurunkan huni perencanaan, pasien. Selain itu, pintu masuk data IGD juga mudah dicapai oleh adalah pengumpulan dan penerapan. Aspek berhubungan pasien, sebagian pasien. Hal ini sesuai dengan hasil keselamatan dengan observasi dimana posisi pintu kondisi masuk utama IGD berada pada pintu keluar dan tanda atau koridor utama. Ruang IGD yang simbol yang digunakan untuk dekat dengan jalan umum atau mengakses pintu keluar pada parkir juga memudahkan untuk kondisi darurat. Hasil kuesioner diakses sehingga dapat dengan menunjukkan aspek keselamatan segera menurunkan pasien dalam masih belum dipersepsikan baik kondisi darurat yang memerlukan oleh sebagian besar responden penanganan segera. sehingga capaian untuk aspek Aspek keamanan dalam hal ini berhubungan pemisahan ruang bedah dan non dengan bedah. Sebagian besar responden bebas tabrakan, tidak licin dan menyatakan lantai IGD sudah terkontrol. bersih. Hasil menunjukkan kuesioner permasalahan Sementara untuk pemisahan ruang sesuai dengan utama pada aspek keamanan kondisi terletak bebas Ruang triage di IGD juga sudah terkontrol. ada. Pemisahan antara ruang pada tabrakan unsur dan penyakit sudah Sementara unsur tidak licin sudah tindakan dipersepsikan pemeriksaan juga sudah ada. baik oleh dengan ada. ruang pengguna internal dan pengguna Sementara eksternal. Unsur bebas tabrakan ruang tindakan bedah dan non di bedah juga sudah ada di ruang ruang IGD maih belum pemisahan antara terpenuhi karena pintu IGD masih IGD. terbentur Aspek kenyamanan dalam hal ini peralatan angkut penggerak saat didorong. Selain berhubungan bebas tabrakan, aspak keamanan tingkat juga terkait dengan unsur bebas kebisingan, tingkat kelembaban licin. Sebagian besar responden dan fasilitas yang ada di ruang menyatakan tempat menurunkan IGD pasien sudah bebas licin dan menunjukkan aman dapat utama pada aspek kenyamanan yang terletak pada unsur suhu belum tidak diinginkan ketika sedang optimal, tingkat kebisingan dan menurunkan pasien. Lantai di fasilitas RS. Ruang IGD telah ruang IGD sendiri juga sudah memiliki alat pendingin ruangan bebas licin. Sementara itu, untuk akan tetapi pengguna eksternal unsur kondisi yang terkontrol sebagain berkaitan kebersihan ruangan IGD masih belum sesuai lantai, tempat pemisahan ruang, dengan kebutuhan, sementara terdapat ruang triage, letak ruang untuk pengguna internal suhu triage, pemisahan ruang tindakan sudah sesuai dengan kebutuhan. dengan ruang pemeriksaan dan Hasil observasi pengukuran suhu sehingga meminimalisasi kejadian dengan dengan pencahayaan, RS. Hasil besar suhu, tingkat kuesioner permasalahan merasa suhu seharusnya yaitu 56,2 db. Unsur dengan pedoman teknis yang berikutnya adalah cukup luas. dikeluarkan oleh Kemenkes RI Hasil 2012. kuesioner menunjukkan ruang IGD sudah cukup luas dan 2. sesuai dengan kebutuhan. Unsur aspek selanjutnya dianggap terkait dengan Evaluasi pasca huni pada keselamatan belum masih baik oleh fasilitas yang ada di RS. Pengguna sebagian besar responden baik eksternal sendiri telah merasa pengguna internal dan eksternal nyaman dengan fasilitas yang sehingga capaian untuk aspek diberikan sementara keselamatan pengguna internal masih merasa ditingkatkan terganggu Sedangkan evaluasi pasca huni RS dengan keluarga pasien banyaknya yang keluar pada masih oleh aspek dianggap belum hal kuesioner juga maka dapat pihak keamanan masuk ruang IGD. Berdasarkan tersebut perlu baik. RS. juga Hasil menunjukkan disimpulkan bahwa suhu, tingkat permasalahan utama pada aspek kebisingan dan fasilitas RS masih keamanan terletak pada unsur harus ditingkatkan. bebas tabrakan dan terkontrol. Evaluasi pasca huni pada aspek SIMPULAN 1. Hasil kenyamanan performansi fisik masih dianggap belum baik sehingga masih perlu menunjukkan lokasi IGD mudah untuk diakses oleh pasien akan tetapi di kuesioner sisi lain masih belum cukup luas permasalahan utama pada aspek untuk kenyamanan terletak pada unsur menampung kendaraan pada secara dropping beberapa bersamaan area pasien, suhu ditingkatkan. belum Hasil menunjukkan optimal, tingkat kebisingan dan fasilitas RS. tingkat pencahayaan dan tingkat kelembaban sudah sesuai dengan DAFTAR PUSTAKA pedoman teknis, 1. tingkat ruangan kebisingan akan tetapi dan masih belum suhu sesuai Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan. 2012. “ Pedoman Teknis Bangunan Produktivitas Rumah Sakit Ruang Gawat Ergonomi.” Jakarta: PT. Darurat Pustaka “. Jakarta : Kementrian Kesehatan RI. 2. Hatmoko., AU., et 2010.“Arsitektur 3. al. Pressindo. 8. Rumah et al. 2015. “Evaluasi Purna Huni Wisata Budaya Senaputra 1995.“New Malang “. Jurusan Teknik Direction in pada and Healthcare Arsitektur Facility Design.” New York : Brawijaya. Garvin,. Et 9. al. Dewi, Taman Universitas Dyah Permata 2008. Kurnia. 2006. “ Analisis dari Tata Sirkulasi Manusia di http://repository.usu.ac.id/ Instalasi bitstream Rumah Sakit DR Sardjito /123456789/28926/5/Chapt Yogyakarta “. Tesis IKM FK er%20I. pdf UGM. Haryadi&Sudibyo.1996, Evaluasi Pasca 10. Huni, Rawat Aswin, Prof.dr. Soedjono, Program Pendidikan Pasca Penelitian Sarjana Yogyakarta Kerjasama Magister Depkes RI, “Building Kedokteran”. 11. Pelayanan Medik. 2008. “ D.A (1985), Pedoman Penyelenggaraan Environment, Pelayanan Rumah Sakit “. Jakarta Publishing Kesehatan RI. Company Limited”. 1985. Fakultas Direktorat Jenderal Bina New Delhi : Mc Graw-Hill Suyatno : Kedokteran UGM. Jakarta. Simha, Darurat PhD. 2001. “ Metodologi Manajemen Rumah Sakit– 7. Daniar., Miller, R.L., Swensson, E.S. Diunduh 6. Valent, Fasilitas Mc Graw-Hill,Inc. 5. Binaman Sakit.” Yogyakarta. Hospital 4. dengan 12. Sastrowinoto. “Meningkatkan : Departemen Nugroho, D. 2011. “Evaluasi Pasca Huni Pengguna Internal Berdasarkan Performa Fisik Kamar Operasi RS Panembahan Senopati Bantul”. Tesis MMR UMY. 13. Poliman. 1997. “Strategi Pengembangan Unit Gawat Darurat Rumah Sakit Honoris dengan Menggunakan Teori Evaluasi Pasca Huni”. Tesis IKM FK UGM. 14. Suryadhi. 2005. “ Evaluasi Pasca Huni Instalasi Gawat Darurat di Badan Rumah Sakit Umum Tabanan”. Tesis IKM FK UGM. 15. Preiser, V.F.E., Rabinowitz, H.Z., White, ET. 1998. “ Post Occupancy Evaluation”. New York : Van Nostrand Company. Ranhola