BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seperti halnya pada industri lain, pasar jasa konstruksi di Indonesia sangat dipengaruhi oleh daya beli dari masyarakat dan pemerintah, dimana daya beli ini berkaitan erat dengan perkembangan ekonomi makro Indonesia yang mengalami gangguan akibat krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1997/1998 tersebut. Sebelum krisis ekonomi pada tahun 1997, Biro Pusat Statistik (BPS, 2006a) mencatat adanya pertumbuhan di sektor konstruksi yang mencapai 13,71% per tahun. Tingkat pertumbuhan ini lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi nasional yang mencapai 7,85%. Akan tetapi setelah krisis ekonomi menyerang Indonesia, konstruksi merupakan sektor yang paling merasakan imbas dari krisis ekonomi tersebut dimana sektor konstruksi pada tahun 1998 terpuruk hingga minus 36,4% dan mengalami pertumbuhan yang paling parah dibandingkan sektor ekonomi yang lainnya seperti manufaktur dan pertanian. Dalam kurun waktu tersebut perusahaan-perusahaan jasa konstruksi sangat terpukul pada saat terjadinya krisis ekonomi karena volume pekerjaan konstruksi berkurang drastis, proyek ditangguhkan atau dihentikan sementara oleh pemiliknya dan juga pemilik proyek banyak yang kesulitan melakukan pembayaran kepada kontraktor. Sementara dalam waktu yang bersamaan, kontraktor memiliki kewajiban membayar kepada pihak ketiga, terutama pengusaha golongan ekonomi lemah, disamping harus membayar bunga pinjaman kepada pihak 1 2 perbankan yang mana pada saat itu suku bunga perbankan melonjak drastis sampai mencapai sekitar 25-26% per tahunnya. Menurunnya tingkat suku bunga deposito perbankan saat ini (berkisaran antara 8-10% per tahun) dapat mendorong masyarakat untuk bergerak ke sektor riil untuk berinvestasi, terutama ke sektor properti. Demikian juga halnya dengan adanya peningkatan nilai Produk Domestik Bruto (PDB) rakyat Indonesia yang berarti suatu refleksi mulai pulihnya daya beli masyarakat yang pada akhirnya dapat meningkatkan permintaan terhadap produk-produk konstruksi seperti misalnya perumahan, perkantoran dan sebagainya. Perbaikan beberapa indikator ekonomi makro seperti yang diuraikan di atas membuka peluang bagi pasar swasta untuk berkembang pada tahun-tahun berikutnya. Seiring dengan pertumbuhan ekonomi nasional, pada saat ini pangsa pasar di sektor konstruksi nasional terus tumbuh hingga kisaran 8,6 % dari PDB nasional, atau setara dengan Rp. 52,3 triliun pada triwulan II 2006 (BPS, 2006b). Namun jumlah tersebut relatif belum dapat dikatakan cukup besar jika dibandingkan dengan jumlah usaha di sektor konstruksi yang mencapai lebih dari 80.000 perusahaan, sehingga dapat diartikan sebagai masih terbatasnya pangsa pasar dan ketatnya persaingan di sektor jasa konstruksi nasional. Di sisi lain perkembangan pasar industri konstruksi tidak saja hanya dipengaruhi oleh sektor ekonomi, akan tetapi juga dipengaruhi oleh perkembangan politik baik di dalam negeri maupun di luar negeri terutama tingkat regional. Kebijakan penerapan otonomi daerah pada tahun 2000 menyebabkan beralihnya pengelolaan proyek-proyek dari pusat ke daerah-daerah. Konsumen yang tadinya terkonsentrasi di Jakarta akan terbagi bagi ke daerah-daerah potensial. Hal ini akan 3 berpengaruh pada penerapan strategi meraih pangsa pasar dari masing-masing pelaku jasa konstruksi. Selain otonomi daerah, saat ini kontraktor nasional juga dihadapkan dengan era globalisasi yang ditandai dengan diberlakukannya Asean Free Trade Area (AFTA) pada tahun 2003 yang menyebabkan kontraktor-kontraktor asing dapat dengan bebas ikut bersaing memperebutkan proyek-proyek pada pasar konstruksi di Indonesia. Dengan masuknya kontraktor-kontraktor asing tersebut di tengah belum pulihnya kondisi pasar industri konstruksi saat ini, tentunya akan menyebabkan semakin ketatnya persaingan di antara pelaku bisnis konstruksi di Indonesia. Di tengah ketatnya kondisi persaingan bisnis jasa konstruksi ini, para pelaku bisnis jasa konstruksi di Indonesia, dalam hal ini adalah kontraktor jasa konstruksi, berupaya keras untuk menjaga kelangsungan hidup perusahaannya. Terjaganya eksistensi suatu perusahaan diantaranya tergantung pada kemampuan perusahaan tersebut untuk melihat peluang-peluang pasar yang ada. Dalam kondisi seperti ini, bidang pemasaran perusahaan memegang peranan yang sangat penting dalam hal melihat peluang-peluang pasar yang ada. Bidang pemasaran ini memiliki kontak paling besar dengan lingkungan eksternal perusahaan. Tidak saja berfungsi untuk melihat peluang pasar, namun secara keseluruhan bidang pemasaran difungsikan untuk memenangkan ketatnya persaingan pasar. Sayangnya dalam banyak kasus di industri konstruksi, kontraktor masih kurang memberikan perhatian pada fungsi pemasaran ini. Perkembangan dunia otomotif khususnya mobil di Indonesia saat ini menunjukkan grafik peningkatan, peningkatan yang terjadi tidak hanya dari segi kuantitas saja, tetapi dari segi kualitas produk yang diluncurkan dari Agen Tunggal 4 Pemegang Merek (ATPM) yang semakin meningkat. Hal ini dapat kita saksikan pada saat peluncuran serta pameran-pameran mobil yang diadakan belakangan ini, banyak inovasi baru dari ATPM. Dalam setiap pameran yang diadakan dapat dipastikan penjualan para ATPM peserta pameran dapat melebihi target perkiraan panitia. 1.2 Ruang Lingkup Ruang lingkup penelitian ini dibatasi pada bagian operasional dan bagian pengadaan bahan baku didalam perusahaan PT. Intidasa Perkasa. Obyek penelitian ini adalah konstruksi bangunan yang terdapat didalam PT. Intidasa Perkasa. 1.3 Tujuan dan Manfaat 1.3.1 Tujuan Menganalisa Enterprise Architecture yang sedang berjalan pada perusahaan. Membuat usulan Enterprise Architecture untuk 3 tahun yang akan datang. Membuat perencaan strategi system dan teknologi informasi pada PT. Intidasa Perkasa. 5 1.3.2 Manfaat Manfaat dari penulisan skripsi ini adalah : Memberikan pengetahuan tambahan bagi penulis mengenai cara menganalisa Enterprise Architecture dan membuat usulan Enterprise Architecture yang baik. Mampu merealisasikan semua perencanaan strategi sistem dan teknologi informasi yang sudah dibuat. Menerapkan usulan Enterprise Architecture selama periode 3 tahun mendatang bagi perusahaan Meningkatkan permintaan jasa konstruksi pada PT. Intidasa Perkasa serta meningkatkan kualitas konstruksi. Memberikan pengalaman serta pengetahuan tambahan bagi teman- teman yang lain dalam menyusun serta mengusulkan Enterprise Architecture pada penulisan topik yang sama. 1.4 Metodologi Metode yang dipakai dalam penyusunan skripsi ini adalah : Metode Pengumpulan Data a) Studi Lapangan Penulis melakukan survey atau observasi pada PT. Intidasa Perkasa. b) Wawancara 6 Penulis melakukan wawancara dengan wakil direktur PT. Intidasa Perkasa untuk mendapatkan informasi yang terkait dan dibutuhkan dalam penyusunan skripsi ini. Studi kepustakaan Mencari informasi dengan cara membaca buku-buku atau thesis-thesis literature yang berhubungan dengan topik skripsi. Manfaat yang didapat dengan studi pustaka adalah : a. Mengambil beberapa materi untuk penambahan kajian pada teori-teori khusus maupun teori-teori umum b. Mencari landasan teori yang merupakan pedoman bagi pendekatan pemecahan masalah dan pemikiran untuk perumusan hipotesis Searching internet Dengan adanya internet kami dapat memperoleh datadata perkembangan bisnis dan sumber-sumber materi maupun data –data yang dibutuhkan untuk mendukung kelancaran dalam pengumpulan informasi 1.5 Sistematika Penulisan 7 Penulisan skripsi ini terdiri dari lima bab yaitu Pendahuluan, landasan teori, analisis strategi dan sistem yang sedang berjalan, usulan perencanaan strategi sistem dan teknologi informasi, simpulan dan saran. BAB 1 : PENDAHULUAN Pada bab ini dibahas mengenai latar belakang, sejauh mana ruang lingkup dari sistem yang akan dibangun, tujuan dan manfaat dari dilakukannya penulisan skripsi ini, metodologi apa yang digunakan dalam perencanaan strategi sistem dan teknologi informasi pada PT. Intidasa Perkasa serta sistematika penulisan. BAB 2 : LANDASAN TEORI Pada bab ini dibahas mengenai landasan teori yang digunakan dalam melakukan perencanaan strategi sistem dan teknologi informasi pada PT. Intidasa Perkasa, baik landasan teori umum maupun landasan teori khusus. BAB 3 : ANALISIS SISTEM DAN CURRENT ENTERPRISE ARCHITECTURE Pada bab ini dibahas mengenai sejarah perusahaan, struktur organisasi pada perusahaan, Enterprise Architecture yang sedang berjalan, mendefinisikan masalah yang ada serta mendefinisikan solusi apa yang diperlukan untuk mengatasi masalah tersebut sehingga sistem dapat berjalan dengan baik. 8 BAB 4 : USULAN FUTURE ENTERPRISE ARCHITECTURE DAN RENCANA STRATEGI PENGEMBANGAN TEKNOLOGI INFORMASI Pada bab ini dibahas mengenai usulan Enterprise Architecture berdasarkan pada hasil yang diperoleh pada tahap sebelumnya yaitu tahap analisis terhadap sistem yang berjalan. BAB 5 : SIMPULAN DAN SARAN Pada bab ini terdapat kesimpulan dari dilakukannya perencanaan strategi sistem dan teknologi informasi pada PT. Intidasa Perkasa serta saran demi terciptanya hasil yang lebih baik.