Identifikasi Bakteri Vibrio sp Serta Pengujian - e

advertisement
I
JURNAL MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
Volume 7, Nomor 1, April 2011
ANALISIS PENGARUH KEBIJAKAN PEMERINTAH
TERHADAP PENGEMBANGAN KAWASAN PERIKANAN
DI KABUPATEN MALUKU TENGAH
TEKNOLOGI PROSES PEGARAMAN DI INDONESIA
VULNERABILITY INDICES AND
SUSTAINABLE DEVELOPMENT OF SMALL ISLANDS
THEIR UTILIZATION, USEFULNESS AND PROBLEMS : MALUKU CASE
KONSENTRASI KLOROFIL-a PERMUKAAN
PERAIRAN TELUK AMBON DALAM
DISTRIBUSI STROMBIDAE DI ZONA INTERTIDAL
SEKITAR PERAIRAN PULAU-PULAU LEASE, MALUKU TENGAH
POLA SEBARAN SEDIMEN PANTAI PADA
PERAIRAN PANTAI HUTUMURI DAN WAYAME
PENGUJIAN SENSITIVITAS DAN EFEKTIVITAS ANTIBIOTIK
TERHADAP PENYAKIT VIBRIOSIS PADA
KERAPU TIKUS Chromileptes altivelis
JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS PATTIMURA
AMBON
TRITON
Vol. 7
No. 1
Hlm. 1-65
Ambon, April 2011
ISSN 1693-6493
60
Pengujian Sensitivitas dan Efektivitas Antibiotik ...
PENGUJIAN SENSITIVITAS DAN EFEKTIVITAS
ANTIBIOTIK TERHADAP PENYAKIT VIBRIOSIS PADA
KERAPU TIKUS CHROMILEPTES ALTIVELIS
(Sensitivity And Effectivity Tests Of Antibiotics Against Vibriosis
In Polkadot GrouperChromileptes altivelis)
Nally Y.G.F. Erbabley
Jurusan Teknologi Hasil Perikanan, Program Studi Teknologi Budidaya Perikanan
Politeknik Perikanan Negeri Tual
Jln. Karel Sadsuitubun No. 1 Telp (0916) 21377 Tual Maluku Tenggara
ABSTRACT : Diseases inpolkadot grouper culture often result in
death, one of them is vibriosis disease caused by bacterial infection of
vibrio sp. One way that is often use by fish farmers to control bacterial
diseases is by usingantibiotics. However, the use of excessive
antibiotics can also cause sideeffects that can makes bacterial
pathogens become resistant to antibiotics. The aims of this study were
to isolate and identify the type of vibrio found on polkadot grouper, to
analyze the test of bacterial sensitivity to antibiotic inrofloks and to
analyze theeffectiveness of somedoses of antibiotic inrofloks against
vibriosis. This research was conducted at the Institute for Marine
Aquaculture of Ambon City, MalukuProvince, from April to July
2010.
Based on the results of isolation and identification by
biochemical tests, the bacteria found to infect polkadot grouper was
Vibrio anguillarum. These bacteria wereGram negative, rod-shaped or
straight or coma, moves by using polarflagella, fermentative and
cytochrom oxidase positive. The results showed that treatmentusing
inrofloks 10 ppm, 15 ppm and 20 ppm gave significant effects on the
diameter of the barrier zone (P< 0.05). This means that all three doses
of antibiotics infrolks tested had the same ability to control the
bacterium Vibrio in polkadot grouper. The affectivity test results
showed that administration of different doses of antibiotics
significantly affected the percentage value relative infection (RPI) of
cultured grouper (P <0.05). This means that all three doses of
antibiotics had an average of different levels of effectiveness for the
control of vibrio bacteria in polkadot grouper.
Keywords : Bacteria Vibrio, Antibiotics, Polkadot Grouper
PENDAHULUAN
Diantara jenis ikan budidaya laut, ikan kerapu merupakan salah satu jenis
ikan yang mempunyai nilai eksport cukup tinggi, bahkan pernah dicapai angka
Jurnal TRITON Volume 7, Nomor 1, April 2011, hal. 60 – 65
61
peningkatan eksport sebesar 350 % pada tahun 1987, yaitu dari 19 ton menjadi 57
ton pada tahun 1988 (Anonimous, 1991). Salah satu jenis ikan kerapu yang
mempunyai nilai ekonomis penting yaitu ikan kerapu tikus Chromileptes altivelis.
Kerapu tikus merupakan jenis ikan demersal yang menyukai hidup didaerah
perairan berkarang, diantara celah-celah karang di dasar perairan. Ikan karnivor
ini relatif mudah dibudidayakan karena mempunyai daya adaptasi tang cukup
tinggi (Anonimous, 1991).
Munculnya beberapa penyakit ikan yang bila tidak ditangani secara dini,
akan mengganggu dan menghambat perkembangan usaha tersebut bahkan bisa
menyebabkan kematian yang tinggi, yang dapat mengakibatkan terjadinya
penurunan produksi. Untuk mencegah merosotnya produksi yang disebabkan oleh
serangan penyakit, salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan terlebih
dahulu mengetahui jenis penyebab (jasad patogennya), sehingga upaya
penanggulangannya dapat dilakukan secara tepat.
Penyakit yang disebabkan oleh bakteri yang sering menyerang ikan kerapu
adalah Vibrio sp, Aeromonas sp, Pseudomonas sp, Streptococcus sp, Pasteurella
sp dan Mycobacterium sp (Diani dkk., 1995). Cara yang sering dilakukan
pembudidaya untuk menanggulangi penyakit bakteri patogen ialah dengan
menggunakan antibiotik. Melihat banyaknya obat yang beredar di pasaran, maka
perlu diamati dan diteliti jenis obat yang efektif digunakan. Namum penggunaan
antibiotik yang berlebihan juga dapat menimbulkan efek samping yaitu dapat
menjadikan bakteri patogen menjadi resisten (Kurniastuty dkk, 2006). Selanjutnya
dikatakan pula bahwa hal umum yang dilakukan para pembudidaya adalah
melakukan pengobatan terhadap ikan sakit dengan menggunakan obat-obatan
(termasuk didalamnya antibiotik yang diberikan baik lewat perendaman maupun
lewat pakan yang diberikan pada ikan). Berdasarkan hal tersebut, maka perlu
dilakukan penelitian, untuk menguji efektivitas antibiotik yang digunakan dalam
penanggulangan penyakit yang terkena serangan bakteri khususnya pada ikan
kerapu tikus.
METODE PENELITIAN
Alat dan Bahan
Peralatan yang digunakan adalah : bak fiberglass, akuarium, ember,
peralatan gelas (petri dish, beaker glass, gelas ukur, objek gelas dan cover gelas),
mikroskop, peralatan inolukasi, peralatan suntik, inkubator, timbangan analitik,
hotplate stirrer, autoclave, spatula, lampu bunsen, tabung durham, laminary flow,
mikro pipet dan jarum ose.
Bahan yang dianalisis dalam penelitian ini adalah ikan kerapu tikus
Chromileptes altivelis berukuran 6-8 cm, media TSA, NB, dan TCBS, larutan
pewarnaan gram, media uji biokimia (media OFBM, glucose,larutan H2O2 3 %,
reagen kovac’s, simmons citrat agar, TSIA, SIM media, raegen methyl red, alpha
naptol 5 gr, H2O2 40 %, dan phenol red broth) larutan fisiologis, akuades, air laut
steril, alkohol, dan antibiotik INROFLOKS10 ppm, 15 ppm dan 20 ppm.
62
Pengujian Sensitivitas dan Efektivitas Antibiotik ...
1. Isolasi dan Identifikasi Bakteri Vibrio sp
Sumber isolasi pada ikan diambil dari bagian tubuh sirip ekor dengan nomor
isolat SE1, SE2, SE3, SE4, SE5, SE6 , rahang bawah dengan nomor isolat RB1,
RB2, RB3, RB4, RB5, RB6 dan ginjal dengan nomor isolat G1, G2, G3, G4, G5,
G6 dari ikan kerapu tikus yang mengalami kelainan patologi yang disebabkan
oleh penyakit bakterial dari bagian tubuh eksternal maupun internal. Isolasi
dilakukan pada media TCBS (thiosulphate citrate bile salt sucrosa agar)
sebanyak 18 plate yang diisolasi dari 6 ekor ikan dengan ukuran panjang dan berat
yang berbeda dengan tujuan untuk mengidentifikasi mikroorganisme penyebab
penyakit.
2. Uji Sensitivitas Terhadap Antibiotik
Uji sensitivitas dilakukan dengan menggunakan metode difusi dish, dimana
media TSA pada cawan petri disiapkan, selanjutnya 200 µl suspensi bakteri
dituang pada permukaan media TSA, diratakan dengan menggunakan spatel steril
dan dibiarkan selama 5-10 menit agar bakteri menempel pada permukaan media.
Kertas dish diletakkan dengan konsentrasi 10 ppm, 15 ppm dan 20 ppm diatas
permukaan media dengan mengguakan pinset steril, dimana 1 cawan petri berisi 1
kertas dish. Cawan petri berisi media, kertas dish dan antibiotik diinkubasi pada
suhu 28 0C selama 24 jam dan selanjutnya dilakukan pengamatan terhadap daerah
pertumbuhan bakteri yang ada disekeliling kertas dish dan ukur diameter zona
penghambat yang terbentuk dengan menggunakan mistar.
3. Uji Efektivitas Terhadap Antibiotik
Aplikasi pengobatan dilakukan dengan cara perendaman menggunakan
antibiotik inroflok dengan konsentrasi 10 ppm, 15 ppm dan 20 ppm selama 3 hari
berturut-turut. Setelah 3 hari pengobatan dilanjutkan dengan pemeliharaan ikan
selama 1 bulan untuk melihat tingkat mortalitas ikan yang disebabkan oleh infeksi
bakteri vibrio sp dengan pemantauan yang intensif setiap harinya.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Isolasi dan Identifikasi Bakteri Vibrio
Berdasarkan hasil isolasi dan identifikasi melalui uji biokimia, maka bakteri
yang ditemukan menginfeksi ikan kerapu tikus adalah bakteri Vibrio
anguillarum, dengan tand-tanda klinis sebagai berikur : mengeluarkan lendir
yang berlebihan, timbul perdarahan dan nekrosa pada tempat infeksi, luka (ulcer)
pada tempat infeksi, rontok pada insang dan sirip, bengkak pada perut dan
mengeluarkan cairan kuning darah (dropsy), mata gerakan ikan lemah, produksi
lendir berkurang setelah ikan yang terinfeksi menonjol (exophthalmos).
B.
Uji Sensitivitas Bakteri terhadap Antibiotik
Jenis bakteri vibrio yang didapatkan berdasarkan hasil isolasi dan uji lanjut
digunakan untuk uji sensitivitas terhadap antibiotik yang dilakukan dengan cara
in-vitro. Pengujian dilakukan dengan menggunakan lempeng antibiotik untuk
Jurnal TRITON Volume 7, Nomor 1, April 2011, hal. 60 – 65
63
mengetahui jenis antibiotik yang dapat digunakan sebagai alternatif pengendalian
infeksi bakteri baik melalui pakan maupun perendaman.
Tabel 1.
Sensitivitas Bakteri
Pengenceran 10 5
Ulangan
1.
2.
Terhadap
Antibiotik
Secara
In-Vitrio
Dengan
Jenis Lempeng Antibiotik
A.Inroflox 10 ppm
B. Inroflox 15 ppm
C. Inroflox 20 ppm
A.Inroflox 10 ppm
B. Inroflox 15 ppm
C. Inroflox 20 ppm
Zona Penghambat (mm)
10
12
12
10
15
9
A. Inroflox 10 ppm
B. Inroflox 15 ppm
C. Inroflox 20 ppm
7
16
11
3.
Pada tabel 1 menunjukan bahwa bakteri sensitif terhadap antibiotik
inrofloks 10 ppm, 15 ppm dan 20 ppm. Hal ini dapat dilihat dari diameter zona
penghambat yang dihasilkan, dimana kisaran zona penghambat yang dihasilkan
antara 10-16 mm. Menurut Hermanti dkk (2009), bakteri dikategorikan peka
terhadap antibiotik tertentu, apabila dengan konsentrasi-konsentrasi tertentu dapat
terjadi diameter hambatan pertumbuhan bakteri yang besar. Bakteri kurang peka
apabila diameter hambatan tidak terlalu besar, selain itu tidak peka apabila
diameter hambatan sangat kecil atau tidak terjadi daerah hambatan untuk
menentukan kategori tersebut.
C.
Uji Efektivitas Terhadap Antibiotik
0.9
0.8
0.7
0.6
Presentase Infeksi 0.5
Relatif (RPI) 0.4
0.3
0.2
0.1
0
Kontrol
10 ppm
15 ppm
20 ppm
Dosis Antibiotik
Gambar 1. Nilai Total Presentase Infeksi Relatif Tiap Perlakuan
Berdasarkan hasil analisis statistik dengan menggunakan program SPSS 14,
maka diperoleh bahwa pemberian dosis antibiotik yang berbeda berpengaruh
64
Pengujian Sensitivitas dan Efektivitas Antibiotik ...
nyata terhadap presentase mortalitas yang dihitung berdasarkan nilai presentase
infeksi relatif (RPI) ikan kerapu yang dipelihara (P<0.05), dimana perlakuan
penggunaan inrofloks 10 ppm, 15 ppm dan 20 ppm memberikan pengaruh yang
nyata terhadap nilai presentase infeksi relatif (RPI). Ini berarti bahwa ketigadosis
antibiotik memiliki rata-rata tingkat efektivitas yang berbeda untuk
penanggulangan bakteri vibrio pada ikan kerapu tikus.
Pada gambar 1 memperlihatkan, ikan-ikan pada akuarium kontrol
memiliki nilai presentase infeksi relatif (RPI) yang rendah jika dibandingkan
dengan perlakuan 10 ppm, 15 ppm dan 20 ppm. Total nilai RPI untuk akuarium
kontrol sebesar (0,2), nilai RPI dengan perlakuan 10 ppm (A = 0,733), perlakuan
15 ppm (B = 0,6 ) dan perlakuan 20 ppm nilai RPI sebesar (C = 0,86). Dari hasil
di atas maka dapat dikatakan bahwa jumlah ikan yang bertahan hidup dapat
ditemukan pada perendaman menggunakan inrofloks 20 ppm. Sehingga dapat
dikatakan bahwa inrofloks dengan dosis 20 ppm lebih efektif digunakan untuk
penanggulangan bakteri vibrio pada kerapu tikus jika dibandingkan dengan
perendaman dengan menggunakan dosis 10 ppm dan 15 ppm.
KESIMPULAN DAN SARAN
1.
2.
3.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
Jenis bakteri yang menginfeksi ikan kerapu tikus C. altivelis yang dipelihara
di Balai Budidaya Laut (BBL) adalah bakteri Vibrio anguillarum.
Hasil uji sensitivitas menunjukan bahwa bakteri Vibrio anguillarum sensitif
terhadap antibiotik inrofloks dengan konsentrasi 10 ppm dan 15 ppm, dan 20
ppm.
Keefektifan inrofloks berbeda untuk tiap konsentrasi yang dicobakan, dimana
konsentrasi 20 ppm lebih efektif dibandingkan dengan konsentrasi 10 ppm
dan 15 ppm untuk penanggulangan penyakit vibriosis pada ikan kerapu tikus
Adapun saran yang dapat disampaikan berdasarkan hasil penelitian ini yaitu
perlu penelitian lanjutan uji efektifitas dengan menggunakan antibiotik jenis
lainnya untuk menanggulangi penyakit vibriosis yang menyerang ikan kerapu
tikus C. altivelis.
DAFTAR PUSTAKA
Antoro, S., H.A. Sarwono dan Sudjiharno. 2004. Budidaya Ikan Kerapu. Seri Budidaya
Laut No:13. ISBN: 979-98903-0-6. Departemen Kelautan dan Perikanan.
Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya. Balai Budidaya Laut Lampung.
Austin, B and D.A. Austin. 1987. Bacterial Fish Pathogens: Disease in farmed and wild
fish.John wiley and Son. New York. p.70.
Cowan, S.T. 1981. Manual For The Identification of Medical Bacteria. Second Edition.
Cambridge University Press Cambridge London, New York New Rochelle
Melbourne Sydney.
Diani, S., S. Redjeki dan A. Supriatna. 1995. Pengendalian Penyakit di Keramba Jaring
Apung. Prosiding Temu Usaha Pemasyarakatan Teknologi Keramba Jaring Apung
Bagi Budidaya Laut, Jakarta 12-13 April. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Perikanan.
Jurnal TRITON Volume 7, Nomor 1, April 2011, hal. 60 – 65
65
Feliatra. 1999. Identifikasi Bakteri Patogen (Vibrio sp) di Perairan Nongsa Batam
Provinsi Riau. Jurnal Natur Indonesia I1 (1) : 28-33.
Feliatra, I. Effendy dan E. Suryadi. 2004. Isolasi dan Identifikasi Bakteri Probiotik Ikan
Kerapu Macan. Jurnal Natur Indonesia 6 (2) : 75-80. ISSN 1410-9379.
Franklin, T.J and Snow, G.A. in Collaboration With Barret-Bee, K.J. and R.D. Nolan.,
1989. Biochemistry of Antimicrobial Action, Fourth Edition. Chapman and Hall.
London.
Hambali, S. 2002. Penyakit Bakterial Pada Ikan. Makalah Pelatihan Dasar Pengelolaan
Kesehatan Ikan dan Lingkungan 14 Oktober-2 November di Jakarta.
Hermanti, A., R. Nuchsin dan J. Dewi. 2009. Screening Bakteri Penghambat Untuk Bakteri
Penyebab Penyakit Pada Budidaya Ikan Kerapu Dari Perairan Banten Dan Lampung.
Poklit Biologi Oseanografi, Puslit Oseanografi LIPI, Jakarta Utara. Balai Budidaya
Besar Lut DKP, Teluk Hurun Lampung. Jurnal Makara Sains, Vol 13. No 1. 81-86.
Hoa, T., D. T. Hoang and Nguyen T.P. 2002. Characterization and Pathogenicity of Vibrio
Bacteria Isolated From Freshwater Prawn (Macrobrachium resenbergii) Hatcheries.
Institute for Marine Aquaculture College of Agriculture, Can Tho University Can
Tho, Vietnam.
Hold, J.G., N.R. Krieg., P.H.A. Sneath., J.T. Staley and S.T. Williams. 1994. Bergey’s
Manual of Determinative Bacteriology. Ninth Edition. Williams & Wilkins
Baltimore. USA. Pp.
Post, G. 1987. Text Book of Fish Health. Revisedand Expanded Edition. T.F.H. Publication,
Inc. Manufactured in The United States of America.
Download