BALINT’S SYNDROME Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Neuropsikologi DISUSUN OLEH: KELOMPOK 10 Ratu Annissa Apsyari 190110080016 Nuri Ayudha Rachma Dewi 190110080088 Destri Diana 190110080017 Vivin Uswatun Hasanah 190110080100 Eva Fatimah 190110080068 Fitriany Juhari 190110080102 Nanan Nuranini 190110080069 Farida Susanty 190110080115 Rizky Ajeng A. 190110080074 Isma Yuliani 190110080129 Miryam Wedyaswari 190110080081 Neni Maesaroh 190110080132 Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran 2011 BALINT’S SYNDROME Sindroma balint adalah suatu gangguang neuropsikologis yang jarang dan tidak difahami secara utuh, utamanya terdiri dari ketidakmampuan untuk mempersepsi visual field secara utuh (simultanogsia), kesulitan dalam fiksasi mata (ocular apraksia) dan ketidakmampuan untuk memindahkan tangan pada sebuah objek yang spesifik (optik ataksia) [1] pertama kali ditemukan oleh seorang dokter Hungaria bernama Reszo Balint pada tahun 1909[2] ETIOLOGI DAN ANATOMI BALINT’S SYNDROME Sindroma ini terjadi akibat kerusakan dari kedua lobus parietal, dengan faktor etiologi yang sangat beragam[1]. Tidak ada suatu metode terapi yang khusus dapat menyembuhkan sindroma ini kecuali memperbaiki penyakit yang mendasarinya, dan prognosis yang dimiliki juga tergantung dari penyakit yang mendasarinya, namun biasanya buruk. Secara anatomi, tidak hanya lesi yang dapat menyebabkan hemispasial neglect ( tamanya pada daerah perbatasan temporoparietal) yang dapat menyebabkan sindroma ini, tapi juga lesi lesi bilateral yang memiliki jarak penghubung pada area asosiasi posterior didaerah korteks. Lesi didaerah oksipitoparietal, yang mengenai gyrus angularis pada lobus oksipital dorsorostral, lalu area precuneus juga dapat menyebabkan sindroma ini, dengan penyebaran ke area girus temporalis superior. Apabila sindroma Balint terjadi tanpa hemispasial neglect, maka kemungkinan penyebab terbesar, kerusakan melibatkan daerah kuneus dan prekuneus dari perbatasan parieto-oksipital, dan girus angularis pada kedua belah sisi otak besar. Keterlibatan girus parieto-oksipital dalam hal ini, dapat terjadi akibat stroke akibat emboli jantung, penetrasi peluru, dan hal hal lainnya ; hal ini disebabkan karena girus ini terletak pada daerah yang diperdarahi arteri otak bagian medial dan posterior, sehingga sebab- sebab lainnya yang disebut diatas dapat pula mencakup akibat hipoperfusi cerebral secara global, oligemia yang disebabkan hipoksia, hiperglikemia, peningkatan asidosis laktat disepanjang daerah tersebut. Selain itu, syndrom balint’s dapat disebabkan oleh glioma yang bercorak kupu – kupu dan penyakit degeneratif seperti alzheimer. KELAINAN-KELAINAN YANG SERING TIMBUL PADA BALINT’S SYNDROME 1. Gangguan konstriksi atensi pada visual : Simultanagnosia Simultanogsia adalah ketidakmampuan individu untuk menangkap dua objek stimulus sekaligus.[3] Balin’t menyimpulkan bahwa atensi pasien terbatas pada satu objek saja di satu waktu, satu hal yang juga menyebabkan pasien kesulitan membaca karena setiap kata dipersepsikan terpisah. 2. Disorientasi spasial Holmes dan Horax mengatakan bahwa disorientasi spasial merupakan tanda utama dari sindroma Balint. Mereka menjelaskan, bahwa pada pemeriksaan terhadap seorang pasien yang menderita sindroma Balint, bahwa pasien itu sedang berada beberapa meter dari tempat tidurnya, begitu disuruh kembali untuk merubah arahnya menuju tempat tidurnya ; si pasien berbalik, dengan kebingungan mencari dimana tempat tidurnya ; begitu menemukan tempat tidurnya, dan pada saat ia mulai melangkah ; isi pasien berkata ; bahwa ia harus mencari kembali dimana posisi tempat tidurnya. 3. Pergerakan mata yang bermasalah Pergerakan okulomotor yang bermasalah, juga kerapkali timbul dalam sindroma Balint, seperti gangguan fiksasi, sakadik ,pergerakan pursuit dan bola mata.1 Hal ini penghayatan persepsi penglihatan yang kacau karena pergerakan bola mata yang kacau. 4. Ataksia Optik Pada penderita sindroma Balin’t, terdapat beberapa keterbatasan dalam menjangkau objek yang dipandu secara visual / diperoleh melalui informasi visual.[4] Pasien tidak mampu untuk meraih objek ketika dia melihat pada objek tersebut dikarenakan tidak adanya koordinasi antara mata dan perpindahan tangan. [5] MANIFESTASI Beberapa ahli menemukan tanda – tanda penderita Bálint's syndrome menunjukkan hal berikut ini : 1. Keterbatasan untuk mempersepsi stimulus dihadapannya dan bergeser 35 sampai 40 derajat ke kanan. Pasien mampu melakukan eye movement tetapi tidak dapat melakukan fikasasi mata pada objek spesifik.[5] 2. Memiliki keterbatasan atensi pada satu objek di waktu yang sama. (ataxia)[4] 3. Tidak bisa mengidentifikasi stimulus lain setelah melihat satu objek. Begitupun ketika melihat objek baru, ia akan lupa pada objek sebelumnya (simultanogsia).[4] 4. Pasien akan menggunakan sendok yang berisi makanan dengan mengarahkannya ke atas atau kebawah mulut (tidak bisa tepat masuk ke mulut). Akan tetapi, ada kemungkinan pasien akan memasukkan sendok tepat ke mulut setelah beberapa kali uji coba, hal ini termasuk kedalam optik ataksia[5] TERAPI DAN PROGNOSIS Terapi dari sindroma ini sangat tidak spesifik, karena harus berawal dari penyakit yang mendasarinya. Sehingga apabila underlying desease yang menyebabkannya sudah diatasi, diharapkan manifestasi klinis yang timbul dapat membaik. Menurut peneliti, terdapat tiga pendekatan untuk rehabilitasi penderita perceptual deficits (penurunan persepsi) yang terlihat pula pada penderita Balint's syndrome[6]: The adaptive (functional) approach, pendekatan ini meliputi tugas fungsional pada kemampuan dan kekuatan pasien, membantu mereka untuk mengkompensasi masalah atau mengubah lingkungan untuk memperkecil ketidakmampuan mereka The remedial approach, pendekatan ini meliputi restorasi dari CNS yang rusak dengan melatih kemampuan perseptual yang dapat digeneralisasikan pada seluruh aktivitas kehidupan sehari-hari. Hal ini dapat diraih dengan aktivitas makan di meja maupun latihan sensorimotor The multicontext approach, hal ini didasari fakta bahwa learning itu tidak lah secara otomatis berpindah dari satu keadaan ke keadaan lainnya. Hal ini mencakup berlatih menggunakan strategi yang sudah ditetapkan pada lingkungan yang beragam dengan berbagai tugas dan rintangan pergerakan sehingga hal ini merupakan kesatuan dari tugas self awareness. Prognosis yang dimiliki akan sangat tergantung dari underlying desease yang menyebabkan sindroma ini terjadi, namun biasanya dikarenakan pasien sudah dalam stadium lanjut waktu memeriksakan penyakitnya ke dokter , prognosis yang biasanya terjadi adalah buruk. PENGARUH BALINT SYNDROME TERHADAP KOGNITIF INDIVIDU Penderita Balint’s Syndrom mengalami gangguan pada beberapa aspek kognisi terutama pada atensi dan persepsi. Hal ini pun mempengaruhi proses kognisi selanjutnya terutama dalam proses problem solving dan decision making. Penderita Balint’s syndrom membutuhkan waktu yang relatif lama untuk menyelesaikan kedua proses itu dibadingkan dengan orang normal. Kesulitannya untuk mendiferensiasi dua benda yang berdekatan akan menghambat proses pengambilan keputusan. PENGARUH BALINT SYNDROME TERHADAP INTERAKSI SOSIAL INDIVIDU Kondisi penderita sindroma Balint yang tampak seperti orang buta atau terganggu pola penglihatannya , tidak ada reflek ancam, gaya berjalan tampak seperti orang sempoyongan, dan tidak dapat mempertahankan posisi bila berhadapan dengan lawan bicaranya secara frontal, akan mempengaruhi bagaimana interaksi orang tersebut dengan orang lain. Mereka akan bergantung pada bantuan dari orang lain. PENGARUH BALINT SYNDROME TERHADAP MOTIVASI INDIVIDU Dengan kondisi yang telah dipaparkan, pasien kurang memiliki dorongan untuk tetap di lingkungan. Tidak ada suatu metode terapi yang khusus dapat menyembuhkan sindroma ini kecuali memperbaiki penyakit yang mendasarinya dan prognosis yang dimiliki juga tergantung dari penyakit yang mendasarinya, namun biasanya buruk. Jika pasien menyadari akan kondisinya yang sudah berbeda dengan manusia sehat, ini akan menyebabkan kondisi psikologis pasien yang tidak baik. Artinya ia perlu menyadari bahwa ini kenyataan yang harus diterimanya. Bila pada pasien yang sudah menerima keadaannya sendiri, ini akan membawanya pada penguatan motivasi untuk berjuang hidup sementara pada pasien yang memiliki motivasi rendah maupun dorongan dari lingkungan ditolak olehnya, akan membawa pada keterpurukan dan menyalahkan kondisi yang ada sehingga ia akan menjauhi lingkungannya. DAFTAR PUSTAKA 1. Udesen H, Madsen AL. "Bálint's syndrome—visual disorientation." Ugeskr Laeger. 1992 May 18;154(21):1492-4. Dapat diunduh di http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/1598720 2. http://www.whonamedit.com/, diunduh pada 1 Desember 2011 3. "Bálint Syndrome and Related Visuo-Spatial and Visuo-Motor Disturbances". Medscape News Today.http://www.medscape.com/viewarticle/410860_5 4. Kolb, Bryan; Whishaw, Ian G. 1996. Fundamentals of Human Neuropsychology 4th Edition. New York: W. H. Freeman and Company. 5. Radtke, Susan and Sarah Leonard. "Optic ataxia." U of Waterloo, dapat diunduh di http://ahsmail.uwaterloo.ca/kin356/ataxia/ataxia.htm 6. Al-Khawaja, I. and N. H. J. Haboubi. Al-Khawaja. (2001) "Neurovisual rehabilitation in Bálint’s syndrome." J Neurol Neurosurg Psychiatry 2001;70:406–425 dapat diunduh di : http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1737281/pdf/v070p00416.pdf