Pengaruh Tingkat Pengangguran Terhadap Daya Beli Masyarakat Tingkat pengangguran merupakan salah satu indikator penting dalam perekonomian yang dapat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan sosial dan ekonomi, termasuk daya beli masyarakat. Tingkat pendapatan masyarakat erat terkait dengan daya beli masyarakat. Tingkat pendapatan masyarakat yang lebih tinggi akan berdampak pada kemampuan daya beli masyarakat. Jika tidak ada pekerjaan, tidak akan ada pendapatan, yang pada gilirannya akan berdampak pada daya beli masyarakat (Penulis et al., 2014). Akibatnya apabila tingkat pengangguran tinggi, akan menyebabkan daya beli masyarakat rendah. Menurunnya daya beli masyarakat akan berpengaruh langsung terhadap menurunnya konsumsi rumah tangga karena konsumsi rumah tangga berasal dari penjumlahan daya beli dalam suatu rumah tangga. Konsumsi rumah tangga yang menurun akan berdampak terhadap pertumbuhan ekonomi pula (Prayogo, n.d.) Menurut data yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) pada bulan Agustus 2024 menunjukkan tren positif dengan penurunan sebesar 0,41 persen poin dibandingkan periode yang sama pada Agustus 2023. Penurunan ini menjadi sinyal pemulihan ekonomi setelah sebelumnya, sejak tahun 2019, TPT terus mengalami peningkatan yang dipengaruhi oleh dampak pandemi COVID-19. Kondisi ini mencerminkan adanya perbaikan pada pasar tenaga kerja dan kebangkitan sektor-sektor ekonomi yang sempat terdampak berat selama pandemi. Meskipun begitu, tingkat pengangguran di Indonesia masih tergolong tinggi jika dibandingkan dengan negara-negara lain di kawasan Asia Tenggara. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun terjadi perbaikan, tantangan struktural dalam pasar tenaga kerja Indonesia, seperti ketidaksesuaian antara kebutuhan pasar dengan keterampilan tenaga kerja, masih perlu diatasi. Ditulisnya essai ini bertujuan untuk menganalisis tingkat pengangguran pada daya beli masyarakat, di mana sejauh mana pengangguran mempengaruhi pendapatan individu dan perilaku konsumsi juga dipertimbangkan. Selain itu, esai ini juga membahas dampak pengurangan daya beli terhadap perekonomian secara umum, termasuk pengaruhnya pada tingkat permintaan barang dan jasa, tingkat pertumbuhan ekonomi, dan ketimpangan sosial. Akibatnya, melalui analisis semacam itu, dimungkinkan untuk mencari solusi kebijakan efektif untuk mempersempit dampak negatif pengangguran pada daya beli masyarakat dan perekonomian. Seseorang yang tidak memiliki pekerjaan atau pengangguran artinya mereka tidak memiliki pendapatan untuk melakukan pembelian barang atau jasa di masyarakat dan tingkat pendapatan yang rendah dalam masyarakat akan menurunkan daya beli dari masyarakat itu sendiri, dari penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya oleh (Umar Andreanto et al., n.d.) tentang pengaruh pendapatan terhadap konsumsi masyarakat didapatkan bahwa penambahan pendapatan berdampak positif dan signifikan terhadap perilaku konsumsi masyarakat. Ketika pendapatan masyarakat meningkat, mereka cenderung meningkatkan persentase konsumsi mereka karena merasa memiliki pendapatan yang lebih besar. Sehingga apabila tingkat pengangguran meningkat maka daya beli dari masyarakat akan menurun karena menurunnya pendapatan. Kemampuan individu sebagai konsumen untuk membeli barang dan jasa yang dibutuhkan dikenal sebagai daya beli masyarakat. Daya beli masyarakat ditunjukkan dengan kenaikan atau penurunan, yaitu jika daya beli meningkat dibandingkan periode sebelumnya dan jika daya beli menurun dibandingkan periode sebelumnya (Latifah, N. 2022). Daya beli masyarakat yang menurun dalam jangka panjang akan menyebabkan banyak dampak yang ditimbulkan seperti memperlambat pertumbuhan ekonomi, meningkatkan ketimpangan sosial, dan mempengaruhi sektor-sektor yang bergantung pada konsumsi. Seperti yang diungkapkan (Daya et al., 2019) efek dari penurunan daya beli masyarakat, yang mengakibatkan penurunan yang cukup besar dalam profit keuangan perusahaan. Hal ini dapat mengakibatkan terjadinya penurunan pada pendapatan nasional dan menghambat pertumbuhan ekonomi. Pengangguran menimbulkan dampak yang banyak menimbulkan banyak masalah baru lainnya karena mereka tidak memiliki penghasilan dan tidak dapat memberikan kontribusi untuk memutar roda perekonomian, oleh karena itu perlu ada kebijakan dari pemerintah untuk mengurangi tingkat pengangguran. Langkah yang dapat dilakukan pemerintan antara lain dengan membantu para pelaku usaha UMKM dengan pengetahuan, keterampilan, dan wawasan tentang jiwa kewirausahaan, serta bimbingan manajemen dan teknis yang dapat membantu mereka memulai bisnis mereka sendiri. Selain itu, pemerintah juga dapat berusaha untuk membangun, membenahi, dan mengemban wilayah terpencil untuk menciptakan lapangan kerja baru dan memberikan perhatian khusus kepada mereka. Mereka juga dapat membangun lembaga sosial yang menjamin kehidupan orang yang menganggur, menyederhanakan kehidupan mereka, dan membangun sarana transportasi dan komunikasi baru. (Anan Elsaviya & Dea Abdul Fatika Sari, 2023) Tingginya angka pengangguran ternyata juga mempengaruhi daya beli masyarakat secara signifikan, terutama setelah pendapatan masyarakat merosot. Yang terserap adalah konsumsi rumah tangga serta pertumbuhan ekonomi. Tingginya jumlah pengangguran tentu berimplikasi pada banyaknya masyarakat yang kehilangan pendapatan tetap. Sehingga, kemampuan dan minat untuk membeli barang dan jasa pun berkurang, mengakibatkan penurunan permintaan yang turut menggerus sektor ekonomi yang bergantung pada konsumsi. Dalam jangka panjang, konsekuensi dari peningkatan jumlah pengangguran bakal mengendorkan laju pertumbuhan ekonomi, meningkatnya ketimpangan sosial, hingga membahayakan keberlangsungan kondisi perekonomian nasional. Karena itu, untuk mengatasinya, dibutuhkan kebijakan dari pemerintah, seperti menguatkan UMKM, membangun infrastruktur di wilayah terpencil agar masyarakat di sana memiliki kesempatan kerja, dan menyempurnakan pelatihan keterampilan tenaga kerja. Dengan hal-hal tersebut, tingkat pengangguran diharapkan turun, dimana yang berarti daya beli masyarakat kembali normal dan memacu pertumbuhan yang lebih adil dan lestari. DAFTAR PUSTAKA Latifah, N. (2022). Saluran distribusi dan daya beli masyarakat terhadap volume penjualan. Jurnal Riset Mahasiswa Ekonomi (RITMIK), 4(4), 246-255. Anan Elsaviya, F., & Dea Abdul Fatika Sari, I. (2023). Kebijakan Pemerintah Untuk Mengatasi Masalah Pengangguran di Indonesia Pasca Pandemi Covid-19. https://journal.civiliza.org/index.php/jess Daya, P., Di, B., Prasetiyani, E., & Novitasari, S. (2019). Dan Dampaknya Terhadap Harga Saham Perusahaan Ritel Go Publik. Majalah Ilmiah BIJAK, 30(1), 30–37. http://ojs.stiami.ac.id Penulis, Z., Dosen, A., & Pontianak, I. (2014). PENGARUH PENGANGGURAN TERHADAP DAYA BELI MASYARAKAT KALBAR. In Jurnal Khatulistiwa-Journal Of Islamic Studies (Vol. 4). Prayogo, D. (n.d.). Determinan Daya Beli Masyarakat Indonesia Selama Pandemi Covid-19 Tahun 2020 (Determinants of Indonesian People’s Purchasing Power During the Covid19 Pandemic in 2020). Umar Andreanto, M., Aris Safi, M., & Pekalongan, I. (n.d.). Analisis Pengaruh Pendapatan Terhadap Perilaku Konsumsi Masyarakat (Studi Kasus Kelurahan Kuripan Yosorejo).