Uploaded by mlullairawan

Pengantar Studi Islam: Pengertian, Ruang Lingkup, Tujuan, Metodologi

advertisement
DAFTAR PUSTAKA
A.
Latar Belakang................................................................................................................................. 3
B.
Rumusan masalah ........................................................................................................................... 3
C.
Tujuan ............................................................................................................................................. 3
A.
Pengertian Studi Islam .................................................................................................................... 4
B.
Ruang Lingkup Studi Islam .............................................................................................................. 5
C.
Tujuan Studi Islam ........................................................................................................................... 5
D.
Pendekatan dan Metodologi studi Islam. ....................................................................................... 6
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kajian mengenai Islam tidak hanya dilakukan oleh umat Islam saja, tetapi juga
oleh mereka yang berasal dari luar komunitas Muslim. Di dunia Barat, kajian ini dikenal
dengan istilah Islamic Studies, yang secara umum merupakan upaya untuk memahami
segala hal yang berkaitan dengan ajaran Islam. Islam sendiri diyakini sebagai agama
terakhir yang menyempurnakan agama-agama sebelumnya, serta membawa misi
sebagai rahmat bagi seluruh alam semesta (rahmatan lil ‘alamin). Ajaran Islam
disampaikan oleh Nabi Muhammad Saw. melalui wahyu dari Allah Swt.
Untuk mendalami ajaran Islam, lahirlah sebuah disiplin ilmu yang dikenal
sebagai Studi Islam. Studi ini sebenarnya sudah ada sejak awal kemunculan Islam itu
sendiri, dan karena itulah, Studi Islam menimbulkan sejumlah persoalan mendasar,
seperti: apa yang dimaksud dengan Studi Islam, apa ruang lingkup dan objek kajiannya,
apa tujuannya, serta pendekatan dan metode apa yang digunakan dalam
mempelajarinya.
Seiring dengan perkembangan zaman dan dinamika keilmuan, kesempatan
untuk mempelajari Studi Islam semakin terbuka melalui berbagai jalur. Dalam
mempelajari Studi Islam, penting untuk memahami pengertian, ruang lingkup,
pendekatan, dan metode yang digunakan. Islam memberikan kebebasan yang luas
kepada manusia untuk menggunakan akal dan pikirannya secara maksimal dalam
memahami ajarannya, selama tidak keluar dari batasan yang telah ditentukan oleh Allah
Swt.
Salah satu langkah penting dalam kajian apa pun adalah memahami secara jelas
apa yang sedang dipelajari. Pemahaman ini menjadi landasan dalam membentuk
kerangka pikir, menentukan arah kajian, dan merancang strategi yang tepat. Tanpa
pemahaman tersebut, mustahil seseorang dapat meraih hasil studi yang optimal.
B. Rumusan masalah
1.
2.
3.
4.
Apa yang dimaksud dengan studi islam ?
Apa saja ruang lingkup studi islam ?
Apa tujuan dari studi islam ?
Apa saja pendakatan dan metodologi studi islam ?
C. Tujuan
1.
2.
3.
4.
Untuk mengetahui pengertian studi islam.
Untuk mengetahui ruang lingkup dalam studi islam.
Untuk mengetahui tujuan – tujuan studi islma.
Untuk mengetahui pendakatan dan metodologi studi islam
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Studi Islam
Secara etimologis, istilah "Studi Islam" berasal dari terjemahan bahasa Arab
Dirasah Islamiyah. Sementara itu, di dunia Barat, istilah ini dikenal dengan sebutan
Islamic Studies. Dalam arti literal, Studi Islam merujuk pada kajian mengenai segala
hal yang berkaitan dengan agama Islam. Karena maknanya masih sangat umum,
diperlukan definisi terminologis yang lebih spesifik agar kajian ini dapat dilakukan
secara sistematis dan terpadu.1
Dengan kata lain, Studi Islam adalah suatu upaya yang dilakukan secara sadar
dan terstruktur untuk memahami serta menganalisis berbagai aspek yang berhubungan
dengan Islam—baik yang berkaitan dengan ajarannya, sejarahnya, maupun praktik
penerapannya dalam kehidupan nyata sepanjang masa.
Secara sederhana, Studi Islam bisa dimaknai sebagai “kajian tentang Islam.”
Namun demikian, pengertian ini bersifat luas dan bisa ditafsirkan secara beragam
tergantung pada siapa yang mengartikannya. Perbedaan latar belakang pendidikan,
keilmuan, pengalaman, dan aspek lainnya akan memengaruhi cara seseorang
memahami istilah tersebut. Oleh karena itu, definisi dan cakupan Studi Islam bisa
berbeda-beda sesuai dengan perspektif yang digunakan.
Istilah "Studi Islam" sendiri memiliki beberapa tujuan. Pertama, untuk
menggambarkan aktivitas atau program akademik yang menjadikan Islam sebagai
objek kajian, seperti dalam studi tentang zakat profesi. Kedua, untuk menunjukkan
bidang kajian tertentu yang berisi materi atau kurikulum terkait Islam, seperti fikih dan
ilmu kalam. Ketiga, untuk merujuk pada lembaga atau institusi yang mengkaji Islam,
baik secara formal seperti di perguruan tinggi, maupun secara nonformal seperti dalam
forum diskusi atau halaqah. Dengan demikian, penggunaan istilah ini dapat diterapkan
secara luas dalam kalangan akademis.
Cakupan Studi Islam mencakup kajian mengenai ajaran agama Islam serta
aspek-aspek sosial dan budaya masyarakat Muslim. Berdasarkan pendekatannya,
terdapat tiga jenis kajian dalam Studi Islam. Pertama, kajian normatif yang umumnya
dilakukan oleh para sarjana Muslim untuk menggali kebenaran ajaran Islam, biasanya
dikembangkan di masjid, madrasah, dan lembaga pendidikan Islam lainnya. Kedua,
kajian non-normatif atas ajaran Islam yang dilakukan di institusi akademik, bertujuan
untuk menelaah ajaran Islam secara lebih mendalam. Ketiga, kajian non-normatif yang
fokus pada budaya dan kehidupan masyarakat Muslim, yang tidak secara langsung
berkaitan dengan aspek normatif agama Islam.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa Studi Islam memiliki beragam
pengertian, klasifikasi, dan ruang lingkup. Namun fokus utamanya tetap tertuju pada
inti ajaran Islam yang bersumber murni dari Al-Qur’an dan Hadis, seperti dalam hal
akidah, ibadah, dan akhlak.2
1
2
Rosihon Anwar, et.al., Pengantar Studi Islam (Bandung: Pustaka Setia,2009), h. 25.
Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, (Jakarta: RajaGrafindo Persada,1998), h. 104.
B. Ruang Lingkup Studi Islam
Kajian terhadap agama dapat dibagi menjadi tiga kategori, yaitu: agama sebagai
doktrin, dinamika dan struktur masyarakat yang dipengaruhi oleh agama, serta sikap
masyarakat terhadap doktrin agama tersebut. Kajian ini mencakup analisis tentang
substansi ajaran agama, serta pemikiran dan refleksi yang berkembang terhadap ajaran
tersebut. Fokus penelitian agama sebagai doktrin adalah pada bagaimana manusia
memahami ajaran-ajaran agama itu sendiri. Kajian agama juga mencakup bagaimana
agama berperan dalam kehidupan sosial dan perkembangan sejarah, serta cara
masyarakat berinteraksi dengan simbol-simbol dan ajaran agama.
Namun, tidak semua aspek agama, khususnya Islam, dapat dijadikan objek
kajian. Dalam Studi Islam, ada beberapa aspek tertentu yang dapat menjadi fokus
penelitian, seperti: Islam sebagai doktrin yang berasal dari Tuhan, yang bagi
pemeluknya dianggap benar dan diterima secara mutlak. Selain itu, Islam juga
dipandang sebagai gejala budaya, yaitu segala hal yang berkaitan dengan kreasi
manusia dalam konteks agama, termasuk bagaimana pemahaman terhadap ajaran
agama itu berkembang. Islam juga dapat dipelajari sebagai interaksi sosial, yang
mencerminkan realitas kehidupan umat Islam.
Terdapat tiga bidang keilmuan dalam agama Islam yang dapat dijadikan objek
studi, yaitu: pertama, praktik keyakinan dan pemahaman terhadap wahyu yang telah
diinterpretasikan oleh para ulama dan tokoh masyarakat. Bidang ini lebih
mengutamakan pengalaman, dan biasanya tidak melibatkan klarifikasi atau
pembersihan teoritis. Kedua, teori-teori keilmuan yang dirancang dan disusun oleh
ilmuwan dan ulama, dengan sistematika dan metodologi yang sesuai dengan bidang
kajian masing-masing. Di sini, yang dipelajari adalah "teori-teori" keilmuan agama
Islam, baik yang diturunkan secara deduktif dari teks-teks wahyu, maupun secara
induktif dari praktik keagamaan yang berlangsung di masyarakat sepanjang sejarah
Islam. Kajian ini sering disebut sebagai metadiscourse, yaitu telaah terhadap sejarah
perkembangan teori-teori yang disusun oleh kalangan ilmuwan dan ulama. Ketiga,
wilayah yang lebih kompleks dan mendalam ini berkaitan dengan filsafat ilmu-ilmu
keislaman.
Objek kajian Islam secara keseluruhan adalah substansi ajaran Islam, seperti
kalam, fikih, dan tasawuf. Dalam konteks ini, agama lebih dipandang sebagai penelitian
budaya, karena ilmu-ilmu keislaman tersebut merupakan bentuk doktrin yang
dirumuskan oleh penganutnya, yang berasal dari wahyu Allah melalui proses pemikiran
dan refleksi.3
C. Tujuan Studi Islam
Tujuan utama dari Studi Islam adalah untuk menunjukkan hubungan antara
Islam dan berbagai aspek kehidupan manusia, menjelaskan nilai moral dan nilai-nilai
yang terkandung dalam berbagai cabang kajian Islam, serta merespons tantangantantangan baru yang muncul akibat perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi,
filsafat, dan ideologi baru. Selain itu, studi ini juga mengeksplorasi hubungan Islam
dengan visi, misi, dan tujuan ajaran Islam itu sendiri.
Studi Islam bertujuan untuk mempelajari Islam secara mendalam, mencakup
semua aspek yang berhubungan dengan agama ini. Kajian ini dilaksanakan dengan arah
dan tujuan yang jelas, sehingga menjadi upaya yang terencana dan sistematis. Tujuan
dari Studi Islam dapat dirumuskan sebagai berikut:
3
Naim, Pengantar Studi, h. 6-9.
pertama, untuk memahami hakikat agama Islam, serta posisi dan hubungannya
dengan agama-agama lain dalam konteks budaya manusia. Asumsi dasar dari studi ini
adalah bahwa agama diturunkan oleh Allah untuk membimbing, mengarahkan, dan
menyempurnakan perkembangan agama-agama dan budaya umat manusia. Islam hadir
untuk menyempurnakan ajaran-ajaran yang sebelumnya ada, dengan mengarahkan
umat manusia menuju agama tauhid yang benar. Dalam konteks ini, Islam tumbuh
seiring dengan perkembangan akal, pikiran, dan budaya manusia, serta tidak ada
konflik antara ajaran Islam dan perkembangan tersebut. Jika ada pertentangan, itu
menunjukkan adanya penyimpangan dalam perkembangan pemikiran dan budaya
manusia yang perlu diperbaiki dengan mengkaji kembali hakikat ajaran Islam.
Kedua, tujuan studi Islam adalah untuk memahami secara mendalam pokokpokok ajaran Islam yang asli, serta bagaimana penerapan dan pengembangan ajaran
tersebut dalam budaya dan peradaban Islam sepanjang sejarah. Ajaran Islam dipandang
sebagai agama fitrah, yang sesuai dengan potensi dasar manusia yang tercipta dalam
proses penciptaannya. Manusia, dengan potensi fitrah ini, memiliki kemampuan untuk
mengatur kehidupannya, berbudaya, dan menciptakan sistem kehidupan yang sesuai
dengan lingkungan mereka. Ajaran Islam, sebagai agama fitrah, berkembang secara
harmonis dengan perkembangan fitrah manusia, beradaptasi dan berintegrasi dengan
setiap sistem hidup dan budaya yang ditemui.
Ketiga, tujuan studi Islam adalah untuk menggali sumber dasar ajaran Islam
yang tetap abadi namun dinamis, serta bagaimana ajaran ini teraktualisasi sepanjang
sejarah. Ajaran Islam, sebagai agama terakhir yang diturunkan Allah, dianggap bersifat
final dan mampu menjawab tantangan dan permasalahan hidup manusia sepanjang
zaman. Sumber ajaran Islam tetap relevan dalam menghadapi tantangan kehidupan,
meskipun masalah dan tuntutan zaman semakin kompleks.
Keempat, tujuan studi Islam adalah untuk memahami prinsip-prinsip dasar dan
nilai-nilai ajaran Islam, serta bagaimana ajaran ini membimbing, mengarahkan, dan
mengontrol perkembangan budaya dan peradaban manusia di era modern. Ajaran Islam
sebagai Rahmatan lil-Alamin memiliki nilai-nilai universal yang dapat mengarahkan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta membantu mengendalikan
dinamika sistem budaya dan peradaban manusia. Di era globalisasi, umat manusia
memerlukan nilai-nilai universal untuk mengendalikan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, sehingga tercipta kehidupan yang adil, makmur, aman, dan
sejahtera.
Dengan tujuan-tujuan tersebut, jelas bahwa karakteristik studi Islam di perguruan tinggi
tidak hanya bersifat konvensional, melainkan lebih menggabungkan pendekatan
subjektif doktriner dari kalangan umat Islam dan pendekatan ilmiah dari luar Islam.
Oleh karena itu, studi Islam diwarnai oleh analisis kritis terhadap hasil kajian dari kedua
pendekatan tersebut.
Studi Islam diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam pembaharuan dan
pengembangan kurikulum pendidikan Islam, serta transformasi kehidupan sosial
budaya dan agama umat Islam. Dengan demikian, misi Islam sebagai Rahmatan lilAlamin dapat terwujud dalam kehidupan sosial budaya modern di masa depan.4
D. Pendekatan dan Metodologi studi Islam.
1. Pendekatan Studi Islam
Agama hadir sebagai solusi untuk menyelesaikan berbagai masalah yang
dihadapi oleh manusia. Agama bukan hanya simbol kesalehan atau sekadar konsep
4
Anwar, et.al., Pengantar Studi, h. 34-37
teoretis, tetapi juga menunjukkan cara-cara yang efektif untuk mengatasi masalah
yang ada. Untuk menjawab tuntutan ini, pemahaman agama yang selama ini banyak
menggunakan pendekatan teologis normatif perlu dilengkapi dengan pendekatan
lain yang dapat memberikan solusi secara operasional dan konseptual. Agama bisa
diteliti dengan berbagai paradigma.
Untuk memulai Studi Islam, ada beberapa istilah yang perlu dipahami dengan
baik, yaitu pendekatan, metode, dan metodologi. Pendekatan merujuk pada cara
memperlakukan sesuatu, sementara metode adalah cara untuk mengerjakan sesuatu.
Secara etimologis, metodologi berasal dari kata "method" yang berarti cara, dan
"logos" yang berarti teori atau ilmu, sehingga metodologi berarti ilmu atau teori
yang membahas tentang cara.
Beberapa pendekatan yang digunakan dalam Studi Islam antara lain:
a. Pendekatan Teologis
Pendekatan ini bersifat normatif dan subjektif terhadap agama, biasanya
dilakukan oleh penganut agama tertentu dalam upaya mereka memahami agama
lain. Pendekatan teologis sering juga disebut pendekatan tekstual atau kitabi,
yang cenderung apologetik dan deduktif. Secara harfiah, pendekatan teologis
normatif berarti usaha memahami agama dengan kerangka ilmu ketuhanan yang
berasumsi bahwa agama yang diyakini adalah yang paling benar. Dalam
konteks pemikiran keagamaan Islam kontemporer, terdapat empat jenis
pemikiran: fundamentalis, modernis, nasionalis, dan tradisional. Keempat
pemikiran ini sering kali sulit disatukan karena memiliki keyakinan teologis
yang berbeda.
Ciri khas teologi masa kini adalah sifat kritisnya, yang pertama-tama
diarahkan pada agama itu sendiri. Teologi kritis berusaha mengungkapkan
berbagai kecenderungan dalam institusi agama yang menghambat tujuannya
untuk menyelamatkan umat manusia. Teologi ini juga kritis terhadap
lingkungan sosialnya dan terbuka untuk menggabungkan ilmu sosial dalam
pengembangan teologinya. Dengan demikian, teologi ini tidak hanya
memahami ajaran agama tetapi juga mendorong perubahan sosial, yang sering
disebut teologi transformatif.
b. Pendekatan Antropologis
Pendekatan ini bertujuan untuk memahami agama dengan cara
mengamati praktik keagamaan yang tumbuh dan berkembang dalam
masyarakat. Pendekatan antropologis membuat agama tampak lebih dekat
dengan masalah-masalah yang dihadapi oleh manusia, berusaha menjelaskan
dan memberikan solusi. Dalam penelitian antropologi agama, sering ditemukan
hubungan antara kepercayaan agama dengan kondisi ekonomi dan politik.
Melalui pendekatan ini, kita bisa melihat bagaimana agama mempengaruhi etos
kerja dan perkembangan ekonomi suatu masyarakat, serta bagaimana
perubahan pandangan agama dapat mengubah sikap dan etos kerja seseorang.
c. Pendekatan Sosiologis
Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari kehidupan bersama dalam
masyarakat, termasuk hubungan antara individu dan kelompok. Sosiologi
berusaha memahami sifat dan tujuan kehidupan bersama, serta bagaimana
persekutuan hidup terbentuk, berkembang, dan berubah. Ilmu ini mengkaji
struktur, lapisan, dan gejala sosial dalam masyarakat, serta faktor-faktor yang
mendorong hubungan sosial dan mobilitas sosial. Pendekatan sosiologi penting
dalam memahami agama karena banyak ajaran agama yang berkaitan dengan
masalah sosial. Perhatian agama terhadap masalah sosial mendorong
pemahaman ilmu sosial sebagai alat untuk memahami ajaran agama.
d. Pendekatan Filosofis
Pendekatan filosofis adalah cara memahami permasalahan melalui sudut
pandang filsafat dengan menerapkan metode berpikir analitis dan spekulatif.
Filsafat sendiri bertujuan untuk menjawab pertanyaan atau persoalan dengan
pemikiran yang mendalam, namun tidak semua bentuk berpikir bisa disebut
filsafat. Filsafat yang dimaksud di sini adalah pemikiran yang sistematis,
mendalam, dan menyeluruh. Filsafat membahas persoalan-persoalan yang
berada di antara dunia transenden (ketuhanan) dan dunia ilmiah (empiris),
sehingga berfungsi sebagai jembatan antara aspek spiritual dan rasional.
Dalam konteks Islam, pendekatan filosofis sangat relevan karena Islam
mendorong penggunaan akal dalam memahami ajaran-ajarannya. Namun,
pendekatan ini belum sepenuhnya diterima secara luas, khususnya di kalangan
tradisionalis-formalistis yang lebih fokus pada pelaksanaan aturan-aturan
agama secara tekstual dan formal.
e. Pendekatan Historis
Pendekatan historis bertujuan untuk melihat dan menganalisis suatu
masalah berdasarkan perspektif sejarah, dengan memperhatikan unsur waktu,
tempat, latar belakang, dan pelaku peristiwa. Melalui pendekatan ini, kejadian
masa lalu dianalisis secara mendalam agar dapat dipahami konteks sebenarnya.
Pendekatan ini mengajak kita beralih dari cara pandang idealis ke realitas
empiris dan faktual. Dengan begitu, kesenjangan atau keselarasan antara
gagasan ideal dengan kenyataan sejarah bisa dikenali. Pendekatan historis
membantu agar agama tidak dipahami secara lepas dari konteksnya, yang bisa
menimbulkan kesalahan dalam pemahaman.
f. Pendekatan Kebudayaan
Kebudayaan merupakan hasil dari kemampuan intelektual dan spiritual
manusia yang mencakup pengetahuan, nilai-nilai, seni, moral, adat istiadat, dan
lain-lain. Semua elemen tersebut berperan sebagai kerangka acuan dalam
menyikapi berbagai persoalan kehidupan. Budaya terus dikembangkan dan
diwariskan oleh masyarakat dari generasi ke generasi. Dalam studi Islam,
kebudayaan dapat digunakan sebagai sarana untuk memahami bagaimana
agama tampak dalam kehidupan nyata, karena agama yang dipraktikkan
masyarakat sangat dipengaruhi oleh budaya setempat. Oleh karena itu,
pemahaman terhadap budaya penting untuk dapat mengamalkan ajaran Islam
secara kontekstual, misalnya dalam hal cara bergaul, berpakaian, dan
bersosialisasi.
g. Pendekatan Psikologis
Pendekatan psikologis bertujuan untuk menggali dimensi batin dari
pengalaman keagamaan dengan dasar ilmu jiwa. Psikologi mempelajari jiwa
seseorang melalui perilaku yang dapat diamati, dan dapat membantu memahami
tingkat internalisasi ajaran agama dalam diri individu. Pendekatan ini juga
berperan penting dalam menentukan metode yang tepat untuk menanamkan
nilai-nilai agama berdasarkan usia dan kondisi psikologis seseorang. Sebagai
contoh, dampak ibadah seperti salat, puasa, dan zakat terhadap perilaku
keagamaan dapat dipelajari melalui psikologi.
Zakiah Daradjat menyatakan bahwa perilaku manusia secara lahiriah
dipengaruhi oleh keyakinan agamanya. Tindakan seperti mengucapkan salam,
menghormati orang tua, menutup aurat, dan bersikap jujur merupakan cerminan
dari keimanan, yang dapat dianalisis melalui pendekatan psikologis. Pendekatan
ini tidak memperdebatkan benar atau tidaknya suatu agama, melainkan fokus
pada bagaimana keyakinan tersebut memengaruhi sikap dan perilaku individu.
h. Pendekatan Doktriner
Pendekatan doktriner, atau pendekatan konvensional dalam studi Islam,
menekankan bahwa Islam sebagai objek kajian adalah ajaran yang suci dan
berasal dari Tuhan, dengan kebenaran yang bersifat mutlak dan universal.
Pendekatan ini menganggap bahwa ajaran Islam yang berkembang pada masa
awal (salaf) merupakan bentuk ajaran yang paling otentik, termasuk mazhabmazhab dalam bidang teologi dan hukum Islam. Doktrin-doktrin tersebut
kemudian dianggap tetap, tidak berubah, dan menjadi dasar dalam memahami
Islam secara keseluruhan.
i. Pendekatan Normatif
Pendekatan normatif dalam studi Islam melihat persoalan dari sisi aturan
legal-formal dan ketentuan normatif yang terkandung dalam teks-teks agama.
Aspek legal formal mencakup ketentuan seperti halal-haram atau bolehtidaknya suatu tindakan, sedangkan aspek normatif mencakup seluruh isi ajaran
agama yang berasal dari teks-teks suci. Pendekatan ini sangat luas, mencakup
metode yang digunakan oleh para ahli ushul fikih, fikih, tafsir, dan hadis dalam
menggali ajaran Islam dari sumbernya. Pendekatan normatif berfokus pada
aturan dan norma agama sebagai pedoman hidup umat Islam.5
2. Metodologi Studi Islam
Dalam konteks Studi Islam, metodologi merujuk pada pembahasan seputar
berbagai metode yang dapat digunakan untuk mendalami dan menganalisis ajaran
Islam. Menurut Ali Syari’ati, terdapat empat pendekatan utama dalam metode studi
Islam, yaitu:Mengenal Tuhan dan membandingkan-Nya dengan konsep ketuhanan
dalam agama lain, Menganalisis al-Qur’an dan membandingkannya dengan kitabkitab samawi lainnya, Mengkaji kepribadian Nabi Muhammad dan
membandingkannya dengan tokoh-tokoh besar pembaharu dunia, Menelaah tokohtokoh penting dalam agama serta aliran pemikiran lain.Secara umum, metode studi
Islam dapat dikelompokkan sebagai berikut:
1. Metode Ilmu Pengetahuan (Ilmiah)
Merupakan metode sistematis yang digunakan dalam sains untuk mencapai
kebenaran, baik dalam bentuk proposisi tentang realitas (dalam ilmu spekulatif),
maupun dalam bentuk norma-norma yang membimbing tindakan (dalam ilmu
normatif).
a. Metode Diakronis (Sosiohistoris)
Metode ini menekankan pendekatan sejarah dalam memahami Islam,
memungkinkan studi komparatif terhadap perkembangan ilmu pengetahuan
dalam peradaban Islam. Dengan metode ini, pemahaman Islam dikaitkan
5
Anwar, et.al., Pengantar Studi
dengan konteks waktu, tempat, budaya, kelompok sosial, dan lingkungan di
mana suatu kepercayaan atau kejadian terjadi.
b. Metode Sinkronis-Analitis
Metode ini fokus pada analisis teoritis terhadap ajaran Islam. Meskipun
tidak menekankan pada aplikasi praktis secara langsung, pendekatan ini
memperkuat fondasi pemahaman teoretis yang mendalam terhadap Islam,
sehingga memperkaya nalar dan keyakinan umat.
c. Metode Problem Solving
Dalam metode ini, umat Islam diajak untuk menghadapi dan mencari
solusi terhadap persoalan-persoalan dalam satu cabang ilmu tertentu. Tujuan
utamanya adalah pelatihan keterampilan dalam pemecahan masalah. Namun,
pendekatan ini bisa terbatas karena dapat membuat pemikiran umat terkekang
dalam pola pikir tetap dan kurang berkembang secara kreatif.
d. Metode Empiris
Merupakan pendekatan yang menekankan pada proses penerapan dan
internalisasi nilai-nilai Islam dalam kehidupan nyata. Melalui interaksi sosial
yang muncul dari pengamalan nilai-nilai tersebut, dapat diidentifikasi pola-pola
baru dan rumusan norma yang relevan dengan kondisi aktual.
e. Metode Deduktif
Metode ini berangkat dari prinsip atau kaidah umum yang disusun
secara logis dan filosofis, kemudian diterapkan untuk menyelesaikan
permasalahan praktis (furu’). Kaidah yang digunakan bersifat tetap dan
menentukan, meskipun kadang terlepas dari kecocokannya dengan mazhab
tertentu.
f. Metode Induktif
Kebalikan dari metode deduktif, pendekatan ini dimulai dari masalahmasalah spesifik, lalu dianalisis untuk merumuskan kaidah hukum. Namun,
dalam pelaksanaannya, tetap disesuaikan terlebih dahulu dengan pemahaman
mazhab yang dianut.6
6
Muhaimin, et. al., Studi Islam,
BAB III
KESIMPULAN
Metodologi dalam Studi Islam memegang peran penting sebagai kerangka
untuk memahami ajaran Islam secara sistematis, mendalam, dan kontekstual.
Berbagai metode yang digunakan—seperti metode ilmiah, diakronis, sinkronisanalitis, problem solving, empiris, deduktif, dan induktif—menunjukkan bahwa
pendekatan terhadap Islam tidak bersifat tunggal, melainkan beragam sesuai
dengan tujuan, ruang lingkup, dan objek kajiannya.
Metode tersebut memungkinkan umat Islam untuk tidak hanya memahami
ajaran agamanya secara normatif dan tekstual, tetapi juga secara historis, kultural,
sosial, dan psikologis. Dengan pendekatan yang tepat, Studi Islam dapat
berkembang menjadi disiplin ilmu yang dinamis dan responsif terhadap tantangan
zaman.
Download