Tias Anggoro Setyo Asih / 2004311003 / AK1B September, 22nd 2020 Pendekatan Keberagaman dan Pemahaman Agama Objektif dan Subjektif A. Pendekatan Keberagaman dalam Agama Pendekatan Keberagaman dalam Agama adalah pendekatan yang memasukkan unsur-unsur agama untuk menanamkan jiwa agama kepada seseorang. B. Pemahaman Agama Objektif Kebenaran Objektif ialah kebenaran yang mandiri yang kenyataannya sesuai dengan objek itu sendiri dan tidak dipengaruhi atau bergantung pada pendekatan apapun di luar dirinya, sehingga siapapun yang mengatakan itu salah dapat dipersalahkan. 1) Metode Sosiologis Pendekatan Sosiologis dalam Pemahaman Keagamaan mengandaikan terjadinya proses kontekstualisasi atas apa yang pernah terjadi di masa lampau. Pendekatan Metode Sosiologis ini bisa menjadi aktual, bukan karena dibuat-buat tetapi karena senantiasa sesuai dengan perkembangan zaman yang terjadi, dan tidak bersifat indoktrinasi karena kerangka berpikir yang dibangun adalah kerangka berpikir kekinian. Pendekatan Metode Sosiologis ini ada tiga perspektif utama yang seringkali digunakan sebagai landasan dalam melihat fenomena keagamaan di masyarakat, yaitu: Perspektif Fungsionalis Perspektif Fungsionalis memandang masyarakat sebagai suatu jaringan kelompok yang bekerjasama secara terorganisasi yang bekerja dalam suatu cara yang agak teratur menurut seperangkat peraturan dan nilai yang dianut oleh sebagian besar masyarakat tersebut. Perspektif Konflik Perspektif Konflik adalah pandangan yang dilihat sebagai determinan utama dalam pengorganisasian kehidupan sosial sehingga struktur dasar masyarakat sangat ditentukan oleh upaya-upaya yang dilakukan berbagai individu dan kelompok untuk mendapatkan sumber daya yang terbatas yang akan memenuhi kebutuhan dan keinginan mereka. Perspektif Interaksionisme Simbolik Perspektif Interaksionisme Simbiolik melihat pentingnya agama bagi manusia karena agama mempengaruhi tiap individu dan hubungan-hubungan sosial. 2) Metode Anthropologi Pendekatan Anthropologi dalam Pemahaman Keagamaan adalah pendekatan yang mempelajari agama sebagai fenomena budaya, bukan agama atau ajaran yang datang dari Tuhan. Pendekatan Anthropologi ini digunakan untuk kenyataan yang tampak empiris atau juga bagaimana hubungan pikiran, sikap, dan perilaku manusia. 3) Metode Psikologis Pendekatan Psikologis dalam Pemahaman Kegamaaan ini berusaha memperhatikan situasi psikologis personal secara tersendiri dan mandiri yang terkait dengan rasa keagamaannya. 4) Metode Historis Pendekatan Historis dalam Pemahaman Keagamaan adalah suatu periodesasi atau tahapan-tahapan yang ditempuh untuk sebuah penelitian sehingga mempunyai kerangka berprikir yang komprehensif hingga ke masa silam untuk kemudian merefleksikan masa sekarang dan untuk masa mendatang. Yang dimaksud dengan kebenaran sejarah tidaklah harus sampai pada kenyataan dan kebenaran yang mutlak, sebab hal tersebut berada di luar kemampuan yang bisa disebabkan oleh hilangnya petunjuk, misalnya bekas peninggalan, atau karena ada tujuan dan kepentingan tertentu. Dengan demikian hakikat yang ditemukan sejarah adalah hakikat yang valid namun relatif, sedangkan tujuan dari penelitian sejarah itu sendiri adalah membuat rekonstruksi masa lampau yang sistematis dan obyektif dengan mengumpulkan, mengevaluasi, memverifikasi serta menyintesiskan bukti-bukti untuk menegakkan fakta dan memperoleh kesimpulan yang kuat. C. Pemahaman Agama Subjektif Kebenaran Subjektif ialah kebenaran yang bergantung pada kesepakatan yang memiliki dasar superior untuk pertanggungjawabannya 1) Metode Teologi Pendekatan Teologi dalam Pemahaman Keagamaan adalah pendekatan yang menekankan pada bentuk forma atau simbol-simbol keagamaan yang masing-masing mengaku dirinya sebagai yang paling benar dibandingkan dengan yang lainnya. 2) Metode Teologi Normatif Pendekatan Teologi Normatif dalam Pemahaman Keagaman menggunakan cara berpikir deduktif, yang berupaya memahami agama dengan menggunakan kerangka ilmu ketuhanan yang bertolak dari suatu keyakinan bahwa wujud empirik dari suatu keagamaan dianggap sebagai yang paling benar dibandingkan dengan yang lainnya. Contohnya ialah cara berpikir yang berawal dari keyakinan yang diyakini benar dan mutlak adanya, karena ajaran yang berasal dari Tuhan sudah pasti benar.