Uploaded by common.user150821

Teori Hegemoni Antonio Gramsci: Analisis dan Konsep Utama

advertisement
Antonio Gramsci, Teori Hagemoni
Sumbangan terbesar Antonio Gramsci untuk Marxisme adalah bahwa ia mensistematisasi apa yang
ditulis Marx secara tersirat menjadi suatu ilmu tentang aksi politik. Sekaligus mengungkap bahwa
konsep Hagemoninya merupakan paham tersendiri dalam khazanah Marxisme (Listiyono Santoso.dkk,
2015:78).
Antonio Gramsci (1891-1937) merupakan seorang tokoh intelektual Marxis dari Italia, sempat dipilih
sebagai Ketua PCI (Partai Komunis Italia) di tahun 1924, dan anggota parlemen Italia. Gramsci hidup
pada era pemerntahan Fasisme menguasai Italia dibawah pimpinan Benito Mussolini kemudian
menyatakan PCI atau Partai Komunis Italia sebagai partai terlarang di tahun 1926, Gramsci ditahan dan
dijatuhi hukuman 20 tahun penjara walaupun ia hanya menjalaninya selama 12 tahun, dibebaskan
karena kesehatannya menurun, setelah itu ia meninggal diumur 46 tahun. Karya-karya hebat Gramsci
justru lahir selama dalam masa tahanan salah satunya Prison Notebooks, atau Catatan-Catan di Penjara.
Gramsci adalah pemikir radikal sekaligus kritikus Marxis yang progresif, unik dan jenius dengan
keberagaman ide maupun terobosan pemikiran-pemikirannya yang relevan dengan perkembangan
sejarah. Marxisme ortodoks dengan determinisme ekonominya ditentang habis-habisan oleh Gramsci
kerena secara tidak langsung telah memisahkan antara teori dan praxis, bagi Gramsci teori dan praxis
tidak dapat dipisahkan yang merupakan satu kesatuan. Pandangan Marxisme ortodoks yang
deterministik, mekanistik, fatalistik, tidak bisa ia terima, teori Marxisme harus selalu diikuti dengan
praxis.
Menurut Gramsci tidak ada "Kebenaran Objektif" lepas dari perjuangan kelas yang berlangsung. Sebuah
teori adalah benar sejauh mengungkapkan perkembangan nyata pada zamannya. Secara tidak langsung
Gramsci mengangkat kembali pemikiran Marx muda, bahwa "Pertanyaan, apakah pemkiran manusia
memiliki kebenaran objektif, bukanlah pertanyaan teori melainkan pertanyaan praktis." (dalam tesis
tentang Feuerbach).
Tidak ada kodrat manusia yang objekif, menurutnya kita tidak dapat berbicara tentang sebuah alam
objektif, yang kita hadapi selalu alam kita, alam objek praxis kita, sedangkan tentang sebuah dunia yang
tidak berkaitan dengan praxis kita sama sekali kita tidak mengetahui sesuatu. Gramsci juga mengkritik
Lukacs yang menolak adanya dialektika alam, juga tak mau kembali ke Engels, melainkan argumennya
bahwa kita tak dapat berbicara alam lepas dari manusia, alam ya alam padanan praktik manusia, tidak
bisa disangkal dengan dialektikanya. "Pikiran lahir bukan dari pikiran lain, filsafat bukan dari filsafat lain
melainkan ungkapandari perkembangan historis nyata" (Kolakokowski III:253).
Begitu pula dengan Marxisme bukan sebuah ilmu objektif yang berlaku disegala zaman. melainkan teori
yang mengungkapkan keberadaan zamannya dengan paling baik. Bagi Gramsci Marxisme itu benar
karena dengan paling tepat mengungkapkan kecenderungan objektif dalam proletariat yang merupakan
kelas masa depan. Dalam pandangan Gramsci marxisme bukanlah sebuah deskripsi ilmiah realitas
masyarakat yang darinya lalu disimpulkan aturan-atran praktis untuk tindakan politik nyata, melainkan
ungkapan kesadaran kelas proletariat dan dengan demikian sebuah unsur atau sudut dalam perjuangan
praktis proletariat itu. (Magnis Suseno, 2017:169-170).
Dengan ini jelas bahwa Gramsci menolak teori Determinisme ekonomi yang mekanis dan fatalistik
seperti pada ramalan Kapitalisme yang pasti akan runtuh dan segera digatikan oleh Sosialisme
merupakan hal yang tak terelakkan, ramalan tersebut menurut Gramsci cenderung dengan unsur
materialisme metafisik. Determinisme ekonomi merupakan sikap pasif dengan menunggu keruntuhan
ekonomi yang tak terhindarkan, dan hal ini melemahkan munculnya inisiatif politik dari gerakan buruh.
Determinisme ekonomi yang intinya bukan kesadaran yang menentukan eksistensi sosial, tetapi
eksistensi sosial lah yang menentukan kesadaran. Ini yang ditolak oleh Gramsci, ia lebih setuju dengan
Voluntarisme Lenin yang menghadirkan "Self Consciousnes" atau kesadaran revolusioner dengan syaratsyarat tertentu sebagai titik tolak, dan bukan menunggu datangnya revousi.
Gramsci juga mengkritik Marxisme Ortodok atau klasik tentang keragka Basic Structure dan Super
Structure atau Bangunan Bawah dan Bangunan Atas, dalam "A Critique of Political Economy". Bagi
Gramsci, antara bangunan bawah dan bangunan atas tidak mempunyai arti yang signifikan, Bangunan
bawah tidak selamanya selalu ekonomi, pendekatan ekonomistik tidak harus selalu menjadi
fundamental perubahan, sebagai satu-satunya penjelasan terhadap perubahan sosial. Faktor
Kebudayaan juga berperan penting dalam perubahan sosial. Ia juga menolak kebudayaan ditentukan
oleh hubungan-hubungan produksi, inilah titik tekan dalam teori Gramsci. Membedakan keduanya, basis
dan bangunan atas tidak ada artinya dan tidak ada primer maupun sekunder. Juga sudah jelas diatas
bahwa Gramsci menolak faktor kesadaran yang digolongkan sebagai super structure atau bangunan
atas. Bahwa kesadaran adalah hasil dari kondisi-kondisi material objektif dalam hubungan-hubungan
produksi yang merupakan faktor kunci kedudukan mereka (proletariat) secara historis dalam
menumbangkan sistem Kapitalisme.
Teori Hagemoni Gramsci
Negara adalah alat untuk menjamin kedudukan kelas atas yang fungsinya secara politik meredam usahausaha kelas bawah untuk membebaskan diri dari penghisapan kelas atas (Magnis Suseno, 1992:266).
Peran Hagemoni dalam sebuah Negara sangatlah besar, Menurut Gramsci hagemoni dilaksanakan
kelompok dominan diseluruh masyarakat dan juga dominasi langsung yang diekspresikan melalui
Negara dan pemerintahan yuridis. Sistem Kapitalisme melakukan penyesuaian-penyesuaian agar mereka
tetap dominan. Negara secara aktif telah melakukan kompromi dengan borjuasi atau kelompok dominan
untuk menghindari lahirnya revolusi, karena keyakinan ideal mayarakatlah yang akan menciptakan
perubahan, itulah yang kemudian mendorong sistem kapitalisme mengambil strategi Force dan Consent
dan melahirkan sebuah hagemoni.
Hegemoni dalam bahasa Yunani hegeisthai pada awalnya merujuk pada dominasi atau kepemimpinan
suatu negara-kota Yunani terhadap negara-kota lain dan berkembang menjadi dominasi negara
terhadap negara lain. Hegemoni merupakan sebuah cara berpikir sekaligus pandangan hidup yang
dominan, yang didalamnya sebuah konsep tentang kenyataan disebarluaskan dalam masyarakat baik
secara institusional maupun perorangan (ideologi) mendiktekan seluruh cita rasa, kebiasaan moral,
prinsip-prinsip religius dan politik, serta seluruh hubungan-hubungan sosial, khususnya dalam makna
intelektual dan moral.
Hagemoni borjuasi berhasil ketika masyarakat yang hidup dalam situasi kehidupan sosial yang bersifat
kapitaistik dengan dominasi modal dianggap sebagai hal wajar dan memang seperti itulah yang
semestinya terjadi, menjadi cara pandang umum masyarakat, atau Common Sense.
Hegemoni digunakan untuk menunjukan kekuasaan dari suatu kelas sosial atas kelas sosial lainnya
dalam hal ini penguasaan dari kelas borjuis terhadap kelas proletar. Hegemoni seperti yang telah
dinyatakan diatas bukan saja dalam masalah ekonomi dan politik saja. akan tetapi menunjukan
kemampuan suatu kelas sosial yang dominan untuk memproyeksikan dan mempertunjukan bagaimana
mereka memandang dunia, cara pandang mereka terhadap sesuatu menunjuk kepada control
kehidupan masyarakat melalui sarana-saran budaya, dalam membentuk negara bersifat Statolatry.
Mencapai hagemoni total menjadikan masyarakat sebagai aparat ideologi, aparat sistem secara total
baik melalui dominasi fisik maupun hagemoni secara persuasif, dan pada akhirnya masyarakat hanya
akan menjadi pion-pion negara atas kontrol budaya sosial.
Gramsci berangkat pada asumsinya bahwa kapitalisme bertahan karena saling keterkaitan antara basis
dan super struktur dalam menentukan perubahan social, meskipun prakondisi social ekonomi untuk
transisi sudah ada. Konsep Hagemoni Gramsci, Kapitalisme masih bertahan karena buruh menerima
keadaan umum dominasi budaya borjuasi yang membuat penggunaan kekuatan politik tidak diperlukan
lagi dalam mempertahankan kekuasaan. Dengan kata lain, salah satu penyebab kapitalisme bertahan
adalah karena genggaman ideologisnya terhadap massa proletariat (Listiyono Santoso.dkk, 2015).
Gramsci memakai konsep hagemoni untuk menjabarkan dan menganalisis bagaimana masyarakat
kapitalis modern diorganisasi pada masa lalu dan kini. Menurutnya, kaum borjuis Inggris telah relatif
sukses dalam menjalakan kepemimpinan hagemoni pada tingkat masyarakat sipil, negara dan ekonomi.
Di Prancis setelah revolusi tahun 1789, borjuasi disana telah menjalankan hagemoni, tetapi kontrasnya,
borjuasi Italia telah gagal menjalakan hagemoninya, konsekuensinya negara Italia malah memunculkan
fasis, karna tidak mendasarkan kepemimpinan borjuisnya dalam masyarakat sipil dan negara. (Listiyono
Santoso.dkk, 2015:90)
Dibawah kekuasaan fasisme di Italia, Gramsci menganalisis kembali teori Marxisme yang mengalami
impoten dan tidak menciptakan revolusi seperti di Rusia, terdapat kesenjangan teori marx dengan
praktek politik kelas proletariat dan pada akhirnya yang tumbuh di barat khususnya Italia, bukannya
sosialisme melainkan fasisme. Membuat Gramsci mengadopsi konsep hagemoni berdasrkan realitas
dunia barat dan merekonstruksi teori Marxisme, kemudian melahirkan teori yang lebih kritis, radikal dan
relevan. Pada hakikatnya Hagemoni mempunyai konsep yang netreal, tidak mempuyai kecenderungan
baik atau buruk, tetapi tergantung siapa yang menggunakan konsep tersebut dan ini juga digunakan
Gramsci dalam perjuangan kelas dalam sebuah masyarakat lewat Counter Hagemony.
Counter Hagemony, Blok Historis hingga Peran Intelektual
Kita tidak bisa beranjak keluar dari hagemoni untuk memahami dunia, tetapi kita bisa mengkonfigurasi
sesuai dengan kepentingan kelas, melalui counter hagemony.
Blok historis merupakan kesatuan dialektis antara semua dimensi kehidupan kelas-kelas sosial sebuah
masyarakat sedemikian rupa, sehingga saling mendukung dibawah hagemoni sebuah kelas (borjuasi).
Dan tanda blok historis adalah keselarasan tiga unsur penting ini, unsur ekonomi, unsur militer dan
unsur politik (Magnis suseno,2017:177).
dalam kedudkan kelas sosial yang pertama-tama berakar dalam logika proses produksi, dalam dialektika
antara alat-alat produksi dan hubungan-hubungan produksi. krisis ekonomi menjadi kesadaran awal
masyarakat dalam perubahan sosial, tetapi hal ini belum dapat merubah struktur sosial ekonomi, ini
hanya merupakan tanda atau syarat-syarat dalam perubahan sosial.
unsur militer, kekuatan borjuasi tidak hanya berdasar pada modal tetapi juga penguasaan negara
beserta aparat negara, alat-alat represif yang membungkam perlawanan. dan kaum buruh/revolusioner
harus memperhatkan tersebut, karena dalam konfrontasi langsung sulit bagi kaum revolusioner untuk
dapat menang, kecuali counter hagemony telah berhasil meyakinkan aparat secara moral.
unsur politik gramsci, atau unsur kesadaran. bukan kesadaran secara ekonomis maupun kesadaran
kelas, kesadaran akan kepentingannya (borjuasi) sebagai pemilik modal berhadapan denga kelas buruh,
melainkan kesadaran yang lebih universal. kelas yang memimpin blok historis harus mengembangkan
sebuah pandangan dunia dan sistem nilai yang menjadi nilai seluruh masyarakat atau sedikitnya menjadi
milik seua kelas penting. dengan kata lain kelas harus mencapai hagemon intelektual, moral dan politik.
(Magnis suseno,2017:179)
Jalan pembebasan kondisi ini adalah massa harus dibebaskan dari keterpesonaan pada hagemoni
kultural kelas kapitalis sebelum melakukan perlawanan terhadap Negara penindas. Gramsci menolak
interpretasi materialism vulgar dan kecenderungan sosiologi positivis evolusioner. Yang menyatakan
bahwa kejatuhan kapitalisme dan munculnya sosialisme akan berlangsung alami, seperti malam
mengikuti siang (nezar patria dan andi arif, 1999:17)
Download