MAKALAH PERKEMBANGAN ISLAM DALAM MASA BANI UMAYYAH Dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata pelajaran PAI dan BP oleh guru pengampu Agus Samsul Nahar Disusun Oleh: KELOMPOK 2 XII MIPA 3 Angga Aji Permana (04) Dava Dwiki Ramadani (06) Falisha Jauza Salsabila (07) Malika Wasifahhusna Ahya (15) R Kayla Hurul Aini (24) SMAN 7 BANDUNG JL. LENGKONG KECIL NO. 53 2023 Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kejadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya, yang telah melimpahkan berkah-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Kami ingin menyampaikan rasa terima kasih yang setulus-tulusnya kepada guru kami yang telah memberikan dukungan dalam penyusunan makalah ini. Kami juga ingin berterima kasih kepada teman-teman kami yang telah berkontribusi dalam mengerjakan makalah ini. Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada para pembaca mengenai “Perkembangan Islam dalam Masa Bani Umayyah” dan mampu menjadi bahan pembelajaran yang bermanfaat. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk perbaikan di masa yang akan datang. Bandung, 29 Oktober 2023 Penulis i Daftar Isi KATA PENGANTAR.............................................................................................i DAFTAR ISI.................................................................................. ........................ii BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1 A. Latar Belakang..........................................................................................1 B. Rumusan Masalah.....................................................................................1 C. Tujuan.......................................................................................................1 BAB II PEMBAHASAN........................................................................................2 A. Asal-Usul Dinasti Umayyah.....................................................................2 B. Khalifah Dinasti Umayyah.......................................................................3 C. Keberhasilan Dinasti Umayyah................................................................9 D. Keruntuhan Dinasti Umayyah................................................................11 BAB III PENUTUP..............................................................................................13 A. Kesimpulan.............................................................................................13 B. Saran........................................................................................................13 DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................15 ii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dinasti Umayyah dibentuk setelah masa Khulafaur Rasyidin, yaitu para khalifah yang menggantikan kedudukan Nabi Muhammad SAW sebagai pemimpin. Khulafaur Rasyidin berakhir setelah masa pemerintahan Khalifah Ali bin Abi Thalib. Kejatuhan Ali disebabkan oleh berhasilnya kaum khawarij membunuh Ali. Dinasti Umayyah berkuasa dari tahun 661-750 M di wilayah Jazirah Arab dengan ibu kota di Dasmaskus, Suriah, serta dari 756-1031 di Cordoba Andalusiana dan Spanyol. Selama masa Khulafaur Rasyidin, kepemimpinan dalam Islam didasarkan pada prinsip musyawarah. Khalifah dipilih melalui proses musyawarah. Mereka juga mengambil keputusan penting melalui musyawarah dengan para pembesar lainnya ketika menghadapi masalah atau keputusan yang sulit. Pergantian pemerintahan menyebabkan perubahan besar dalam dinamika kepemimpinan Islam. Perubahan ini mencakup pergeseran dari sistem musyawarah ke kepemimpinan yang lebih sentralistik dan otoriter di bawah pemerintahan Dinasti Umayyah. Ini adalah aspek penting dalam pemahaman perkembangan peradaban Islam setelah masa Khulafaur Rasyidin. B. Rumusan Masalah 1. Dari mana asal usul Dinasti Umayyah? 2. Siapa saja khalifah-khalifah pada Dinasti Umayyah? 3. Apa saja keberhasilan yang dicapai Dinasti Umayyah? 4. Apa saja faktor-faktor penyebab keruntuhan Dinasti Umayyah? C. Tujuan 1. Mengetahui asal-usul Dinasti Umayyah. 2. Mengetahui khalifah-khalifah pada Dinasti Umayyah. 3. Mengetahui keberhasilan yang dicapai Dinasti Umayyah. 4. Mengetahui faktor-faktor penyebab keruntuhan Dinasti Umayyah. 1 BAB II PEMBAHASAN A. Asal-Usul Dinasti Umayyah Dinasti Umayyah di dirikan oleh Muawiyah bin Abi Sufyan dengan cara menolakmembai’at Ali, memerangi Khalifah Ali dan melakukan perdamaian (tahkim) yang dilihat secara politik hal ini sangat menguntungkan Muawiyah. Peristiwa tahkim terjadi karena perang Siffin. Perang siffin terdiri atas dua golongan yang berseteru akibat krisis kepemimpinan tersebut yaitu golongan Khalifah Ali dan golongan Muawiyah dengan dalih menuntut darah Utsman menuntut Ali agar menyikapi dan menyelesaikan tragedi pembunuhan Utsman - dengan menyusun kekuatan menentang pemerintahan Ali. Keberuntungan Muawiyah berikutnya adalah keberhasilan pihak Khawarij membunuh Khalifah Ali. Jabatan Khalifah setelah Ali wafat, dipegang oleh putranya, Hasan Ibn Ali selama beberapa bulan. Akan tetapi, karena tidak didukung oleh pasukan yang kuat, sedangkan pihak Muawiyah semakin kuat, akhirnya Muawiyah melakukan perjanjian dengan Hasan Ibn Ali. Isi perjanjian itu adalah bahwa pergantian pemimpin akan diserahkan kepada umat Islam setelah masa Muawiyah berakhir. Perjanjian ini dibuat padatahun 661 M dan tahun tersebut disebut am jama’ah karena perjanjian ini mempersatukan umat Islam kembali menjadi satu kepemimpinan politik. Keberhasilan Muawiyah mendirikan Dinasti Umayyah bukan hanya akibat darikemenangan diplomasi di perang siffin dan terbunuhnya Khalifah Ali saja, dari sejak semula Gubernur Suriah itu memiliki basis rasional yang solid bagi landasan pembangunan politiknya di masa depan. Pertama dukungan yang kuat dari rakyat suriah dan dari keluarga Bani Umayyah sendiri. Kedua sebagai seorang administrator, Muawiyah sangat bijaksana dalam menempatkan para pembantunya pada jabatan-jabatan penting. Ketiga, Muawiyah memiliki kemampuan menonjol sebagai negarawan. Berani memaklumkan jabatan Khalifah secara turun temurun 2 B. Khalifah Dinasti Umayyah Dinasti Umayyah selama kurun waktu sekitar 90 tahun di pimpin oleh empat belas orang khalifah. Keempat belas khalifah Dinasti Umayyah ialah sebagai berikut: 1. Muawiyah (41-60 H/ 661-680 M) Muawiyah dilahirkan kira-kira lima belas tahun sebelum Hijrah, dan masuk Islam pada hari penaklukan kota Mekkah bersama-sama penduduk kota Mekkah lainnya.Waktu itu ia berusia 23 tahun. Rasulullah ingin sekali mendekatkan orang-orang yang baru masuk Islam diantara pemimpinpemimpin keluarga ternama kepadanya, agar perhatian mereka kepada Islam itu dapat terjamin, dan agar ajaran-ajaran Islam itu benar-benar tertanam dalam hati mereka. Sebab itu Rasulullah berusaha supaya Muawiyah menjadi lebih akrab dengan beliau. Muawiyah lalu diangkat menjadi salah satu penulis wahyu. Inilah yang menyebabkan Khalifah Umar suka kepadanya. Selanjutnya, pada masa Khalifah Utsman, semua daerah Syam diserahkan kepada Muawiyah. Dia sendiri yang mengangkat dan memberhentikan pejabatpejabat pemerintahannya. Dengan demikian, Muawiyah telah berhasil memegang jabatan 6 Gubernur selama 20 tahun. Dan sesudah itu menjadi Khalifah selama 20 tahun pula. 2. Yazid (60-64 H/ 680-683 M) Penunjukkan Muawiyah terhadap penggantinya adalah suatu tindakan yang bijaksana, dan adanya yang baru itu dari kalangan Bani Umayyah adalah suatu hal yang dapat diterima karena keadaan darurat. Muawiyah mewajibkan seluruh rakyatnya untuk menyatakan setia terhadap anaknya Yazid. Meskipun dalam internal Bani Umayyah adaorang yang lebih baik daripada Yazid, misalnya Abdul Malik Ibn Marwan. Deklarasi pengangkatan anaknya Yazid sebagai putera mahkota menyebabkan munculnya gerakan-gerakan oposisi dikalangan rakyat yang mengakibatkan terjadinya perang saudara beberapa kali dan berkelanjutan. Akhir riwayat hidup Yazid tidak panjang. Masa pemerintahannya berlangsung hanya tiga tahun. Ia mati dalam usia muda. Ia tidak dapat 3 merasakan kenikmatan sebagai khalifah. Begitu ia naik tahta, dihadapannya telah berkecamuk bermacam-macam peristiwa, yang merupakan penyakit berat bagi negaranya. Pada masa pemerintahan Yazid terjadi gerakan oposisi dimana memperotes Yazid yang naik kursi kekhalifaan tanpa musyawarah di kalangan kaum muslim. Gerakan protes ini menyebabkan terbunuhnya cucu Rasulullah saw. Husein Ibn Ali oleh Ubaidullah bin Ziyad dan memenggal kepalanya. 3. Muawiyah II (64 H/ 683 M) Masa jabatannya tidak lebih dari 40 hari. Kemudian mengundurkan diri karena sakit. Dan selanjutnya ia mengurung dirinya dirumah sampai ia meninggal tiga bulan kemudian. Alasan ia dipilih karena kakeknya, yaitu Muawiyah I telah meletakkan asas-asas sistem warisan dalam jabatan khalifah itu. Ia telah berjuang selama bertahun-tahun untuk melaksanakan pengangkatan Yazid. 4. Marwan Ibn Hakam (64-65 H/683-685 M) Marwan bin Hakam memegang peranan penting dalam perang Jamal. Setelah perang Jamal selesai, Marwan mengundurkan diri dari kancah politik kemudian ia memberikan baiah dan sumpah setianya atas pengangkatan Ali menjadi Khalifah. Muawiyah menganggap hal itu dilakukan Marwan hanyalah karena suatu sebab yang memaksa, yaitu untuk menjaga kemaslahatan Bani Umayyah yang berada di Mekah dan Madinah. Marwan adalah seorang yang bijaksana, berpikiran tajam, fasih berbicara, dan berani. Ia ahli dalam pembacaan al-Quran dan banyak meriwayatkan hadis-hadis daripara sahabat Rasulullah yang terkemuka, terutama dari Umar bin Khattab dan Usmanbin Affan. Ia juga telah berjasa dalam menertibkan alat-alat takaran dan timbangan. Ia meninggal pada bulan Ramadhan tahun 63 H, setelah ia membujuk lebih dahulu dua orang puteranya untuk menggantikannya berturut-turut, yaitu Abdul Malik dan Abdul Aziz. Dengan demikian telah mengabaikan putusan Muktamar al Jabiyah. 4 Muktamar al-Jabiyah (Sebuah musyawarah) dilaksanakan pada penghujung tahun 64 H di kota al-Jabiyah adalah suatu tempat adalah diputuskan adanya keharusan untuk mendirikan kekhalifahan, dalam pertemuan itu juga telah diputuskan juga sebuah prinsip yang sangat penting bahwa pemilihan seorang khalifahhanya terlaksana melalui prosedur pemilihan dari umat, aspirasi umat atau wakil umat yang aspiratif dan mempresentasikan kedaulatan umat. 5. Abdul Malik Ibn Marwan (65-86 H/ 685-705 M) Abdul Malik ini dipandang sebagai pendiri kedua bagi Daulah Umayyah. Ketika ia diangkat menjadi Khalifah, alam islami sedang berada dalam keadaan terpecah-belah. Ibn Zubair di Hijjaz/Mekah memproklamirkan dirinya sebagai Khalifah. Kaum Syiah mengadakan pemberontakan. Dari kaum Khawarij membangkang pula. Namun, semua kekacauan ini mampu dilewati oleh Abdul Malik. Ia berhasil mengembalikan seluruh wilayah taat kepada kekuasaannya. Begitu pula, ia dapat menumpas segala pembangkangan dan pemberontakan. Sebab itulah ia berhak disebut sebagai “pendiri yang kedua” bagi Dinasti Umayyah. Khalifah Abdul Malik memerintah paling lama, yakni dua puluh satu tahun ditopang oleh para pembantunya yang juga termasuk orang kuat dan menjadi kepercayaannya, seperti al-Hajjaj bin Yusuf yang gagah berani di medan perang dan Abdul Aziz, saudaranya yang dipercaya memegang jebatan sebagai Gubernur Mesir. Adapun karakter Abdul Malik, antara lain ialah: percaya diri, dan diantara antara Yordania dan Damaskus, sebuah muktamar bersejarah yang menghasilkan keputusan yang sangat monumental dalam sejarah kekhalifahan dan sejarah Islam, orang-orang yang semasa dengan dia tak ada yang dapat menandinginya. Diantara karya Abdul Malik yang patut dipuji ialah mengarahkan kantor-kantor pemerintahan, membuat mata uang dengan cara yang teratur. 6. Al Walid Ibn Abdul Malik (86-96 H/ 705-715 M) Khalifah al Walid dilahirkan pada tahun 50 H. Tumbuh dengan semua kemewahan. Ia mempelajari Kebudayaan Islam. Tetapi pendidikannya tentang bahasa Arab sangat lemah, sehingga ia berbicara kurang fasih. 5 Khalifah al Walid bin Abdul Malik memerintah sepuluh tahun lamanya. Pada masa pemerintahannya kekayaan dan kemakmuran melimpah ruah. Kekuasaan Islam melangkah ke Spanyol dibawah pimpinan pasukan Tariq bin Ziyad ketika Afrika Utara dipegang oleh Gubernur Musa bin Nusair. Karena kekayaan melimpah ruah ia sempurnakan pembangunan gedung-gedung, pabrik-pabrik, dan jalan-jalan yang dilengkapi dengan sumur untuk para kafilah dagang yang berlalu lalang di jalur tersebut. Ia membangun masjid al-Amawwi yang terkenal hingga masa kini di Damaskus. Disamping itu ia menggunakan kekayaan negerinya untuk menyantuni para yatim piatu, diberinya mereka jaminan hidup, dan disediakannya para pendidik untuk mereka. Begitu pula untuk orang-orang yang cacat, disediakannya pelayan- pelayan khusus. Dan untuk orangorang buta, disediakannya pula para penuntun. Orang-orang itu semua diberinya gaji yang teratur. Khalifah itu wafat tahun 96H/715 M, dan digantikan oleh adiknya, Sulaiman sebagaimana wasiat ayahnya. 7. Sulaiman Ibn Abdul Malik (96-99 H/ 715-717 M) Sulaiman bin Abdul Malik dilahiran pada tahun 54 H/674 M. Ia dilantik menjadi Khalifah setelah saudaranya, Al Walid meninggal dunia. Sebelum wafatnya, Al Walidpernah bermaksud untuk memecat Sulaiman dari kedudukannya sebagai putera mahkota, karena ia ingin mengangkat puteranya sendiri yang bernama Abdul Aziz. Khalifah Sulaiman tidak sebijaksana kakaknya, kurang bijaksana, suka harta sebagaimana diperlihatkan ketika ia menginginkan harta rampasan perang (Ganimah) dari Spanyol yang dibawa oleh Musa bin Nusair. Ia menginginkan harta itu jatuh ketangannya, bukan ke tangan kakaknya, al Walid yang saat itu masih hidup walau dalam keadaan sakit. Musa bin Nusair diperintahkan oleh Sulaiman agar memperlambat datangnya ke Damascus dengan harapan harta yang dibawanya itu jatuh ke tangannya. Namun Musa enggan melaksanakan perintah Sulaiman tersebut, yang mengakibatkan ia disiksa dan dipecat dari jabatannya ketika Sulaiman naik menjadi Khalifah menggantikan al-Walid. 6 8. Umar Ibn Abdul Aziz (99-101 H/ 717-720 M) Khalifah ketiga yang besar ialah Umar bin Abdul Aziz, meskipun masa pemerintahannya sangat pendek, namun Umar merupakan lembaran putih Bani Umayyah dan sebuah periode yang berdiri sendiri, mempunyai karakter yang tidak terpengaruh oleh kebijaksanaan-kebijaksanaan Daulah Umayyah yang banyak disesali. Dia merupakan personifikasi seorang Khalifah yang takwa dan bersih. Suatu sikap yangjarang sekali ditemukan pada sebagian besar pemimpin Bani Umayyah. 9. Yazid Ibn Abdul Malik (101-105 H/ 720-724 M) Ia tumbuh berkembang dalam kemewahan dan manja, membuatnya tidak merasakan nilai dan harga kekuasaan. Sebab, ia mendapatkan kekuasaan dan sama sekali tidak merasakan jerih payahnya. Ia menjadi khalifah setelah Umar bin Abdul Aziz, sesuai dengan pesan saudaranya yang bernama Sulaiman bin Abdul Malik. Peristiwa-peristiwa penting yang terjadi pada masa pemerintahan Yazid ini, antara lain ialah pemberontakan yang dilakukan oleh Yazid bin Muhallab. Khalifah Umar mencurahkan tenaga yang tidak sedikit untuk melenyapkan segala kezaliman dan memelihara Baitul mal milik kaum muslimin, tetapi Yazid segera meruntuhkan usaha Khalifah yang terdahulu dengan cara mengembalikan tanah-tanah dan hibah-hibah itu kepada para pemegangnya semula. Yazid meninggal pada tahun 105 H/723 M dan memerintah selama 4 tahun. 10. Hisyam Ibn Abdul Malik (105-125 H/ 724-743 M) Khalifah Hisyam bin Abdul Malik perlu dicatat juga sebagai khalifah yang sukses. Ia memerintahkan dalam waktu yang panjang yakni 20 tahun. ia dapat pula dikategorikan sebagai khalifah Umayyah yang terbaik karena kebersihan pribadinya, pemurah, gemar kepada keindahan, berakhlak mulia dan tergolong teliti terutama dalamhal keuangan, di samping bertakwa dan berbuat adil. Masa pemerintahan Hisyam cukup lama, yaitu kira-kira dua puluh tahun. Hisyam termasuk Khalifah-khalifah yang terbaik. Terkenal sebagai seorang yang penyantun dan bersih pribadinya. Ia telah mengatur kantor- 7 kantor pemerintahan dan membetulkan perhitungan keuangan Negara dengan amat teliti. 11. Al Walid Ibn Yazid (125-126 H/ 743-744 M) Al Walid dilahirkan pada tahun 90 H. Ketika ayahnya diangkat menjadi Khalifah, al-Walid berusia sebelas tahun, dan ketika ayahnya menderita sakit yang terakhir, al-Walid sudah berumur lima belas tahun. Diriwayatkan bahwa, pada waktu kematian menghampiri ayahnya, alWalid maju ke mimbar kemudian mengumumkan kematian ayahnya dan kemudian al-Walid mendeklarasikan dia sebagai khalifah, kemudian dia dibai’at. Al-Walid moralnya tidak begitu tinggi, dia mempunyai sifat kegila-gilaan, yaitu sifat yang diwarisinya dari ayahnya. Faktor-faktor itulah nampaknya yang telah mendorong pemuda itu untuk menguburkan rasa pilu dan sedihnya kedalam gelas minuman keras, dan hidup dalam pelukan dayang-dayang dan hamba-hamba sahaya perempuan, bergelimang dosa dan maksiat. 12. Yazid Ibn Walid Yazid tidak dapat menikmati kedudukannya sebagai Khalifah, yang telahdicapainya dengan usaha baik secara rahasia ataupun terang-terangan. Masapemerintahannya berlangsung lebih kurang enam bulan. Dan masa yang pendek itupenuh dengan kesukaran-kesukaran. Yazid meninggal dunia setelah memangku jabatan Khalifah dalam masa beberapabulan itu. Ia memberikan wasiat bagi saudaranya, Ibrahim untuk menjadi Khalifahsesudahnya 13. Ibrahim Ibn Walid (126 H/ 744 M) Ibrahim bin al-Walid hanya memerintah dalam waktu singkat pada tahun 126 Hsebelum ia turun tahta, dan bersembunyi dari ketakutan terhadap lawanlawan politiknya.Karena kondisi pemerintahan saat itu mengalami goncangan, naiknya Ibrahim bin Walidsebagai Khalifah tidak disetujui oleh sebagian kalangan keluarga Bani Umayyah. 8 14. Marwan Ibn Muhammad (127-132 H/ 744-750 M) Ia dibaiat sebagai khalifah setelah ia memasuki Damaskus dan setelah Ibrahim bin Walid melarikan diri dari Damaskus pada tahun 127 H/744 M. Marwan adalah orang besar, berani dan memiliki kebijaksanaan serta kelicinan. Gejolak dan pemberontakan muncul dimana-mana. Tidak ada satu kata tunggal di kalangan Bani Marwan. Orang-orang Hismh memberontak, disusul kemudian oleh penduduk Palestina. Pemberontakan ini berhasil dia taklukkan. Mempunyai pengalaman yang luas dalambidang pertempuran. Ia berhasil membuat rencana untuk penyusunan kembali kekuatan-kekuatan Islam. Ia meninggalkan sistim pembagian bala tentara kepada beberapa kesatuan, yang masing-masingnya terdiri dari orang-orang yang berasal dari satu kabilah. Dan sebagai ganti dari sistim tersebut ia menyusun suatu bala tentara yang teratur, dimana masing-masing anggotanya mendapat gaji tertentu. C. Keberhasilan Dinasti Umayyah Umayyah Dinasti Umayyah dalam keberhasilannya melakukan ekspansi kekuasaan Islam jauh lebih besar daripada imperium Roma pada puncak kebesarannya. Keberhasilan ini diikuti pula oleh keberhasilan perjuangan bagi penyebaran syariat Islam, baik dalam bidang keagamaan maupun dalam bidang politik dan ekonomi. Dengan begitu, Umayyah Timur berhasil pula mengembangkan aspek-aspek peradaban Islam yang sangat besar konstribusinya bagi Islam pada masa selanjutnya. 1. Arsitektur Seni bangunan Pada zaman Umayyah bertumpu pada bangunan sipil berupa kota-kota, dan bangunan agama berupa masjid-masjid. Pada masa Walid bin Abd al-Malik dibangun pula masjid agung yang terkenal dengan nama “Masjid Damaskus” atas kreasi arsitektur Abu Ubaidah bin Jarrah. Khalifah Abdul Malik bin Marwan juga menyediakan dana 10.000 dinar emas untuk memperluas dan menyempurnakan perbaikan Masjid al-Haram. 9 Begitu pula Masjid Nabawi, juga diperindah dan diperluas dengan arsitektur Syiria di bawah pengawasan Umar bin Abdul Aziz. 2. Organisasi Militer Pada masa Umayyah Organisasi militer terdiri dari Angkatan Darat (alJund), Angkatan Laut (al-Bahriyah), dan Angkatan Kepolisian (as-Syurtah). Adapun organisasi kepolisian pada mulanya merupakan bagian dari organisasi kehakiman. Tetapi kemudian bersifat independen, dengan tugas mengawasi dan mengurus soal-soal kejahatan. Pada masa Hisyam bin Abdul Malik, dalam organisasi kepolisian dibentuk Nidham al-Ahdas sistem penangkal bahaya yang bertugas hampir serupa dengan tugas-tugas tentara. 3. Perdagangan Setelah Dinasti Umayyah berhasil menguasai wilayah yang cukup luas, maka lalu lintas perdagangan mendapat jaminan yang layak. Lalu lintas darat melalui jalan Suterake Tiongkok guna memperlancar perdagangan sutera, keramik, obat-obatan dan wewangian. Adapun lalu lintas di lautan ke arah negeri-negeri belahan timur untuk demikian membawa ibu kota Bashrah di teluk Persi menjadi pelabuhan dagang yang teramat ramai dan makmur, begitu pula kota Aden. Dari kedua kota pelabuhan itu iring-iringan kafilah dagang hampir tak pernah putus menuju Syamdan Mesir. 4. Kerajinan Pada masa Khalifah Abd Malik mulai dirintis pembuatan tiraz (semacam bordiran), yakni cap resmi yang dicetak pada pakaian Khalifah dan para pembesar pemerintahan. Di bidang seni lukis, sejak Khalifah Muawiyah sudah mendapat perhatian masyarakat. Seni lukis tersebut selain terdapat di masjid-masjid juga tumbuh di luar masjid. Adanya lukisan di istana Bani Umayyah, merupakan langkah baru yang munculdi kalangan bangsawan Arab. Sebuah lukisan yang pertama kali ditorehkan oleh Khalifah Walid I, adalah diadopsi kebudayaan Yunani (Hellenistik), tetapi kemudian dimodifikasi menurut cara-cara Islam, sehingga menarik perhatian para penulis Eropa. 10 5. Pengembangan Ilmu-Ilmu Agama Pengembangan ilmu-ilmu agama sudah mulai dikembangkan karena terasa betapa penduduk-penduduk di luar Jazirah Arab sangat memerlukan berbagai penjelasan secara sistematis dan kronologis tentang Islam. Ilmuilmu yang berkembang saat itu diantaranya tafsir, hadis, fikih, ilmu kalam dan Sirah/Tariksh. D. Keruntuhan Dinasti Umayyah Ada beberapa faktor yang menyebabkan Daulah Bani Umayyah lemah dan membawanya kepada kehancuran. Faktor-faktor itu antara lain adalah: 1. Sistem pergantian khalifah melalui garis keturunan adalah sesuatu yang baru bagi tradisi Arab yang lebih menekankan aspek senioritas. Pengaturannya tidak jelas. Ketidakjelasan sistem pergantian khalifah ini menyebabkan terjadinya persaingan yang tidak sehat di kalangan anggota keluarga istana. 2. Latar belakang terbentuknya Daulah Bani Umayyah tidak bisa dipisahkan dari konflik-konflik politik yang terjadi di masa Ali. Kelompok Syi’ah (para pengikut Ali) dan Khawarij terus menjadi gerakan oposisi, baik secara terbuka seperti di masa awal danakhir maupun secara tersembunyi seperti di masa pertengahan kekuasaan Bani Umayyah. Penumpasan terhadap gerakan-gerakan ini banyak menyedot kekuatan pemerintah. 3. Pada masa kekuasaan Bani Umayyah, pertentangan etnis antara suku Arabia Utara (Bani Qays) dan Arabia Selatan (Bani Kalb) yang sudah ada sejak zaman sebelum Islam, makin meruncing. Perselisihan ini mengakibatkan para penguasa Bani Umayyah mendapat kesulitan untuk menggalang persatuan dan kesatuan. Di samping itu, sebagian besar golongan mawali (non Arab), terutama di Irak dan wilayah bagian timur lainnya, merasa tidak puas karena status mawali, ditambah dengan keangkuhan bangsa Arabyang diperlihatkan pada masa Bani Umayyah. 4. Lemahnya pemerintahan daulah Bani Umayyah juga disebabkan oleh sikap hidup mewah di lingkungan istana sehingga anak-anak khalifah tidak 11 sanggup memikul beban berat kenegaraan tatkala mereka mewarisi kekuasaan. 5. Kelemahan pemerintahan pusat dalam mengendalikan dan mengontrol wilayah yang amat luas. 6. Penyebab langsung tergulingnya kekuasaan Daulah Bani Umayyah adalah munculnya kekuatan baru yang dipelopori oleh keturunan Abbas bin Abdul Muthalib. Gerakan ini mendapat dukungan penuh dari Bani Hasyim dan golongan Syi’ah, serta dukungan dari kaum mawali yang merasa dikelas duakan oleh pemerintahan Bani Umayyah. 12 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Setelah Khalifah Ali Ibn Abi Thalib wafat yang menjadi pemimpin umat Islam yaitu Muawiyah Ibn Abi Sufyan. Muawiyah merubah sistem pemilihan pemimpin Islam adalah musyawarah umat menjadi penunjukkan Putra Mahkota. Sejak masa kepemimpinannya berdirilah Dinasti Umayyah selama kurang lebih Sembilan puluh tahun. Ada empat belas orang khalifah yang memimpin umat Islam selama kurang lebih Sembilan puluh tahun. Sebagian memiliki masa pemerintahan yang lama dan sebagian lagihanya sebentar bahkan hanya beberapa hari. Pemimpin-pemimpin Dinasti Umayyah telah menunjukkan peradaban yang begitu maju di tandai dengan arsitektur-arsitektur bangunan, pengembangan ilmu pengetahuan, organisasi pemerintahan dan sebagainya. Majunya suatu peradaban tentu akan menemui masa kehancuran. Runtuhnya Dinasti Umayyah terjadi karena beberapa hal yaitu persaingan keluarga kerajaan untuk menduduki kursi kepemimpinan, pemberontakanpemberontakan, pertentangan etnis antara suku Arabia Utara (Bani Qays) dan Arabia Selatan (Bani Kalb) yang sudah ada sejak zaman sebelum Islam, makin meruncing, sikap hidup mewah anak-anak khalifah, kelemahan pemerintah pusat dalam menangani wilayah kekuasaan yang begitu luas, munculnya kekuatan baru yang dipelopori oleh keturunan Abbas Ibn Abdul Muthalib yang di dukung kaum mawali dansyi’ah. B. Saran Saran kami bagi penulis selanjutnya adalah sebaiknya jika ingin membuat makalah mengenai pembahasan yang serupa dengan kami, jangan hanya terfokus pada satu sumber saja. Carilah sumber lain sebanyak-banyaknya. Bisa melalui berbagai media seperti artikel, jurnal, podcast dan sebagainya. Sangat penting untuk memperhatikan kredibilitas sumber. Disarankan untuk mengutip 13 sumber yang memiliki nama penulisnya agar dapat dipertanggungjawabkan kredibilitasnya. 14 Daftar Pustaka Lestari, dkk. (2020). Makalah Peradaban Islam Pada Masa Bani Umayyah. (Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam). Tersedia dalam. https://www.studocu.com/id/document/institut-agama-islam-negeri-pekalo ngan/sharia-economy-20/makalah-spi-kel-3/46309152.Diakses di Bandung 29 Oktober 2023. Auladi, dkk. (2017). Peradaban Islam Pada Dinasti Umayyah. (Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang). Tersedia dalam. https://www.studocu.com/id/document/institut-agama-islam-negeri-pekalo ngan/sharia-economy-20/makalah-spi-kel-3/46309152.Diakses di Bandung 29 Oktober 2023. Dimyathi, S. & Ghozali, F. (2018). Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti. Jakarta: Kementerian Kebudayaan dan Pendidikan. Tersedia dalam. https://static.buku.kemdikbud.go.id/content/pdf/bukuteks/k13/bukusiswa/ Kelas%2012%20Islam%20BS%20press.pdf. Diakses di Bandung 29 Oktobert 2023. 15 Lampiran Kegiatan Foto Hasil Kerja Kelompok: 1 Foto Hasil Diskusi: 2 Foto Hasil Notulensi: 3