DAKWAH PADA ZAMAN UMAYYAH DAN ABBASYIAH Posted on 7 Mei 2013 by exaputra PENDAHULUAN Dinasti Bani Umayyah yang didirikan oleh Muawiah berumur kurang lebih 90 tahun dan di zaman ini ekspansi yang terhenti di zaman kedua khaifah terakhir dianjutkan. Daulat ini resmi berdiri setelah terbunuhnya Marwan Ibnu Muahmmad (khalifah Bani Umayyah) di Fushat (Mesir) pada bulan Dzulhijjah 123 H. Akibat dari peperangan antara kekuatasn Abu Abbas melawan pasukan Marwan II pasukan Syiria pimpinan Marwan berhasil ditaklukan. Jatuhnya Syiria, khususnya jatuhnya Damaskus berakhirlah kekuasaan Bani Umayyah. Kekuasaan Abbasiyah merupakan kelanjutan dari pemerintahan Bani Umayyah di Damskus. Nama ini diambil dari nama pendiri Abdullah Al-Shaffah Ibnu Muhammad dan Ali Ibn Abdullah Ibn Al-Abbas. Kekuasaan dinasti ini berlangsung dari tahun 132 H-656H / 750 M1258 M. Kelahiran dinasti Bani Abbas erat kaitannya dengan gerakan oposisi yang di lancarka oeh aliran Syi’ah selama pemerintahan Bani Umaiyah merasa tertekan dan tersingkir karena kebijakan yang di ambil oleh pemerintah. PEMBAHASAN DAKWAH PADA ZAMAN UMAYYAH DAN ABBASYIAH Dakwah Pada Masa Dinasti Umayyah (41-133 H / 661-750 M) Kekuasaan bani Umayyah berumur kurang lebih 90 tahun. Pusat pemerintahan yang semula berada di Madinah, di pindahkan oleh Mu’awiyah ke Damaskus. Selama masa itu, bani Umayyah di pimpin oleh khalifah sebagai berikut : Mu’awiyah bin Abi Sufyan (661-680 M), Yazid I (680-683 M), Mu’awiyah II (683-684 M), Marwan bin Hakam (684-685 M), Abdul Malik (685-705 M), Al Walid I (705-715 M), Umar bin Abdul Aziz (717-720 M), Yazid II (720-724 M), Hisyam (724-743 M) Al Walid II (743-744 M), Yazid III (744 M), Ibrahim (744 M), dan Marwan II (744-750 M). Membuka Wilayah Dakwah Baru Perluasan dakwah di lakukan tiga kawasan, yaitu : Asia kecil dan Negeri Romawi Dalam hal ini kaum muslimin banyak menguasai kepulauan-kepulauan di kawasan ini. Kemudian mereka maju menuju Konstatinopel. Mereka mengepung kota ini selama tujuh tahun tetapi belum berhasil di takhlukkan. Kawasan Afrika Utara dan Andalusia Uqbah bin Nafi’i r.a melanjutkan aktivitas dakwahnya pada masa Ustman bin Affan sampai mampu menundukkan Tharabulus Barat. Kemudian beliau bergerak ke selatan sampai negeri Sudan. Kemudian beliau melanjutkan perjalanan hingga berhasil mendirikan kota Qoirowan tahun 50 H, dan kota ini di jadikan sebagai markas utama kaum muslimin. Kemudian beliau melanjutkan kegiatan nya hingga menembus pantai Samudera Atlantik dan di sana beliau syahid. Kemudian Musa bin Nushair membuka kota Tonjah. Berikut nya tunduk pula kota Sabtah yang teretak di pantai Afrika. Pada masa Umar bin Abdul Aziz, dakwah islam dan bahasa arab tersosialisasi di antara penduduk Barbar. Pada tahun 100 H, sepuluh ulama tabi’in di tugaskan oeh Umar bin Abdul Aziz untuk berdakwah di kawasan ini. Mereka menyebar di seluruh wilayah dan mereka diterima dengan sangat baik oleh masyrakat kawasan ini dan mayoritas masyarakat akhirnya memeluk islam. Musa bin Nushair melanjutkan perjalanan menuju negeri Andalusia. Hasil nya Cordova, Granada, dan Thulaithilah menjadi markas kaum muslimin. Disini mereka membangun budaya ilmiah, pemikiran dan arsitektur selama lebih dari delapan abad. Kaum muslimin juga meanjutkan perjalanan sampai menembus Perancis (dekat dengan kota Perancis) di bawah komando Abdurrahman A Ghafiqi tahun 112 H. Disinilah pertempuran Bilath Asy Syuhada’ terjadi (114 H), dan disini Abdurrahman al Ghafiqi mati syahid. Pasukannya akhirnya mundur setelah pertempuran panjang. Kawasan Sind dan Negeri di Seberang Sungai Gerakan dakwah di kawasan ini menempuh dua strategi, yaitu : Di kawasan Timur Laut, yaitu negeri-negeri yang terletak di seberang sungai, atau negerinegeri yang terletak di antara dua sungai, Jihun dan Sihun. Di kawasan Tenggara, di daerah Sind, Muhammad bin al Qasim ats Tsaqafi berangkat menuju kawasan ini dengan menggunakan jalan darat dan laut. Dakwah di bidang Kajian dan Penulisan Ilmiah Gerakan ilmiah pada masa dinasty Umayyah sangat gencar dan dapat di anggap sebagai toggak ilmu-ilmu keislaman buat masa berikutnya. Gerakan ilmiah ini selalu bersamaan dengan gerakan futuhat Islamiyyah. Setiap kali pasukan menundukkan negeri baru, selalu di tindak lanjuti oleh para ulama dengan mengajarkan fikih, syariah, hadis, tafsir. Mereka mengajarakan Isam dan menjelaskan kepada penduduk problematika yang dihadapi mereka. Menyebarnya ulama ke berbagai negeri membuahkan gerakan ilmiah di negeri-negeri tersebut. Berdirilah kelompok-kelompok kajian dan halaqah-halaqah ilmu. Dalam halaqah ilmiah ini, semua orang mendapatkan kesempatan yang sama untuk menimba ilmu seluasluas nya. Pakar sejarah menyebutkan tentang banyak nya mawali (istilah buat budak yang telah di merdekakan) yang memiliki kontribusi besar dalam bidang ilmu pengetahuan pada masa Umayyah. Memakmurkan Masjid dengan Kajian Keagamaan Pada masa daulah bani umayyah, fenomena profesionalitas dalam dakwah sudah mulai kelihatan. Muncul kelompok – kelompok kajian dan halaqah-halaqah dakwah di masjidmasjid. Para ustad duduk di masjid dan di kelilingi oleh murid-murid. Model pengajaran saat itu adalah model halaqah. Besar kecil nya halaqah sangat tergantung kepada kadar kemampuan ustad yang menyampaikan ilmu nya. Pemurnian dan Penggalakan Berbabahasa Arab Akibat angsung dari meluas nya negeri islam adalah terjadinya kontak budaya antara masyarakat pendatang dengan penduduk asli. Untuk mengantisipasi terjadinya kerusakan bahasa arab yang juga bahasa Al-Quran akibat kontak budaya tersebut, para ulama akhirnya berhasil meletakkan kaidah-kaidah bahasa arab. Pelopor dalam bidang ini adalah Abul Aswad ad Duali. Pengumpulan, Penulisan, dan Peletakan dasar-dasar Metodologi Hadist Perhatian masyarakat terhadap hadist amat tinggi pada masa daulah bani umayyah. Bentuk kepedulian tersebut di wujudkan dalam tiga kegiatan yaitu pengkajian, pengumpulan, dan pembukuan hadist. Perhatian terhadap hadist saat ini menempati posisi paling terdepan dalam bidang kajian ilmiah. Pembukuan sunah pada masa ini merupakan upaya untuk memelihara sumber kedua dari ajaran Islam dari gerakan yang hendak merusak Islam dari asasnya. Bidang Hukum Islam Pada masa Bani Umayyah, ijtihad dilakukan di awali dengan mengacu kepada khazanah yang telah di tinggalkan oleh para khulafaur Rasyidin. Mazhab fikih yang sempat belum lahir pada masa ini, meskipun para Imam Mujtahid, seperti Al Auza’i, Ibrahim an Nakha’i, ja’far ash Shodiq sudah mulai bermunculan. Baru pada masa akhir pemerintahan bani Umayyah dua imam mazhab muncul. Abu Hanifah (80 H-150) di Irak dan Imam Malik bin Anas (96 H-179 H) di Madinah. Imam Malik menulis kitab Muwattha’ yang sampai hari ini tetap menjadi rujukan daam bidang hadist dan fikih