STRUKTUR KOMUNITAS ZOOPLANKTON PADA INLET AREA PERTAMBAKAN KALISODO DESA PADEAN KECAMATAN REJOSO KABUPATEN PASURUAN Rochmayanti, R1, Dharmawan, A2, Tuarita, H2 1 Program Studi Biologi, FMIPA, Universitas Negeri Malang 2 Jurusan Biologi, FMIPA, Universitas Negeri Malang Jalan Semarang 5 Malang 65145, Indonesia e-mail: [email protected] ABSTRAK Kawasan pesisir utara Jawa Timur memiliki tipe pantai landai, berlumpur, dan banyak muara sungai serta adanya hutan bakau sehingga kawasan pesisirnya banyak dimanfaatkan oleh masyarakat untuk budidaya ikan dengan sistem pertambakan tradisional, salah satunya Kabupaten Pasuruan. Tambak tradisional mengandalkan pakan alami berupa zooplankton sehingga air yang masuk (inlet) ke tambak sangat menentukan produktivitas tambak. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui struktur komunitas zooplankton pada inlet area pertambakan Kalisodo Desa Padean Kecamatan Rejoso Kabupaten Pasuruan serta hubungan faktor abiotik yang berpengaruh terhadap struktur komunitas zooplankton. Untuk melihat perbedaan densitas, dominansi, dan indeks nilai penting dari inlet satu dengan yang lain menggunakan uji Anava dan uji Duncan. Untuk menghitung pengaruh faktor abiotik yang berpengaruh terhadap nilai penting dihitung dengan Anava sekaligus Regresi Ganda. Hasil dari penelitian ditemukan 26 spesies dari 13 stasiun pengambilan sampel. Indeks Nilai penting tertinggi pada stasiun 1,2,3 adalah Nauplis copepod sedangkan stasiun 4 hingga 13 adalah Brachionus sp dan Brachionus falcatus. Faktor abiotik yang paling berpengaruh terhadap struktur komunitas adalah salinitas. Kata kunci: Zooplankton, Densitas Relatif, Dominansi Relatif, Frekuensi Relatif, Indeks Nilai Penting PENDAHULUAN Pantai di Jawa Timur lebih didominasi pantai berlumpur dan berpasir. Hal ini dikarenakan tipe pantai landai, ombak kecil, dan banyak muara sungai serta adanya hutan bakau sehingga kawasan pesisirnya banyak dimanfaatkan oleh masyarakat untuk budidaya ikan dengan sistem pertambakan tradisional. Sistem pertambakan di Pasuruan khususnya Kecamatan Rejoso juga merupakan sistem pertambakan tradisional. Tambak tradisional mengandalkan pakan alami berupa zooplankton maupun fitoplankton sehingga air yag masuk ke tambak sangat menentukan produktivitas tambak. Ketersediaan pakan alami pada air laut sangat ditunjang oleh keberadaan hutan bakau di sepanjang aliran sungai sehingga menjadikan daerah eustuaria di kawasan ini kaya akan nutrient khususnya plankton. Zooplankton merupakan pakan ikan pada saat larva. Menurut Ferianita (2006) zooplankton menempati posisi penting dalam rantai makanan dan jaring-jaring kehidupan di perairan. Kemelimpahan zooplankton akan menentukan kesuburan suatu perairan, oleh karena itu dengan mengetahui kondisi plankton (zooplankton) di suatu daerah perairan, maka akan diketahui kualitas perairan tersebut. Sungai Kalisodo berada di sepanjang pertambakan. Pemerintah bersama masyarakat khususnya petani tambak telah mengembangkan sistem kanal dengan cara memperlebar sungai Kalisodo yang pada awalnya lebar 3 m menjadi 6,5 m. Hal ini sebagai upaya untuk memperluas daerah jangkauan aliran air dan volume air yang masuk tambak yang dengan harapan akan meningkatkan ketersediaan pakan alami. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian deskripstif eksploratif dengan pendekatan kuantitatif tentang perhitungan kerapatan, kelimpahan, frekuensi dan indeks nilai penting pada inlet area pertambakan. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh zooplankton yang terjaring pada saat pengambilan sampel. Sampel penelitian ini adalah zooplankton yang terambil dalam jaring plankton pada 13 titik pencuplikan. Pengambilan sampel zooplankton digunakan jaring plankton dengan diameter 25 cm dan mata jala ukuran 200 mesh/inchi atau 5 mikro. Faktor abiotik yang diukur pada inlet area pertambakan adalah pH, suhu, kekeruhan/turbiditas, salinitas air, dan kadar oksigen terlarut (DO). Pengamatan morfologi dan perhitungan jumlah zooplankton digunakan mikroskop dengan bantuan Sedwick Rafter Countig (SRC cell). Lokasi pengampilan sampel pada inlet area pertambakan Kalisodo Desa Padean Kecamatan Rejoso dapat disajikan pada gambar berikut. Gambar Titik Pengambilan Sampel (stasiun 1 hingga stasiun 13) Titik pengambilan sebanyak 13 stasiun. Pada sketsa diatas bisa dilihat 13 titik dengan warna merah. Jarak pengambilan sampel dari stasiun 1 hingga 13 berbeda. Laut hingga stasiun 1 mempunyai jarak 672,60 m. Stasiun 1 hingga stasiun 2 berjarak 165,35 m. Jarak stasiun 2 ke 3 adalah 167,44 m. Stasiun 3 hingga stasiun 4 berjarak 220,22 m. Stasiun 4 hingga stasiun 5 mempunyai jarak 222, 96 m. 242,94 m merupakan jarak stasiun 5 hingga stasiun 6. Stasiun 6 hingga stasiun 7 berjarak 219,76 m. Stasiun 7 ke stasiun 8 berjarak 129,11 m. Stasiun 8 hingga stasiun 9 berjarak 373,22 m. Stasiun 9 hingga 10 mempunyai jarak 300,33 m. Stasiun 10 sampai stasiun 11 berjarak 284,78 m. 159,06 m merupakan jarak stasiun 11 ke stasiun 12. Untuk melihat perbedaan densitas, dominansi, dan indeks nilai penting dari inlet satu dengan yang lain menggunakan uji Anava, jika ada beda nyata dilanjutkan dengan Uji Duncan. Untuk menghitung pengaruh faktor abiotik yang berpengaruh terhadap nilai penting dihitung dengan Anava sekaligus Regresi Ganda. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada inlet area pertambakan Kalisodo Desa Padean Kecamatan Rejoso Kabupaten Pasuruan ditemukan 26 spesies. yaitu Nauplius copepod, Nauplius balanus, Brachionus plicatilis, Brachionus pala, Brachionus sp, Brachionus caliclyflorus, Brachionus falcatus, Platyas polyacanthus, Platyas quadricormis, Platyas patulus, Obelia sp, Keratella serrulata, Cyclops sp, Diaptomus minute, Pompholyx sulcata, Alona bicolor, Cladocera, Nereis sp, Balanus Amphitrite, Arcella sp, Favella sp, Philodina roseola, Eucyclop agilis, Filinia terminalis, Globigerina sp, Ceriodaphnia quadrangular. Komunitas adalah kumpulan dari populasi-populasi yang terdiri dari spesies berbeda yang menempati daerah tertentu. Menurut Odum (1994), komunitas dapat diklasifikasikan berdasarkan bentuk atau sifat struktur utama seperti spesies dominan. Komunitas dapat dikaji berdasarkan klasifikasi sifat-sifat struktural (struktur komunitas). Syafei (1990) menyebutkan bahwa terdapat beberapa faktor sebagai penunjuk dalam pembentukan komunitas, antara lain kerapatan untuk menggambarkan jumlah individu dari populasi sejenis, dominansi adalah nilai proporsi dari jumlah individu per total spesies yang ditemukan, frekuensi untuk menggambarkan penyebaran dari populasi di suatu kawasan, dan indeks nilai penting untuk menggambarkan besarnya pengaruh suatu hewan terhadap komunitasnya. Hasil perhitungan Kerapatan Relatif, Dominansi Relatif, Frekuensi Relatif, dan Indeks Nilai Penting (nilai setiap stasiun diambil 5 tertinggi) dapat disajikan pada tabel di bawah ini. Tabel Hasil Perhitungan Kerapatan Relatif (KR), Dominansi Relatif (DR), Frekuensi Relatif (FR), Indeks Nilai Penting (INP) (5 tertinggi setiap stasiun). Stasiun 1 Taksa Nauplius copepod Brachionus plicatilia Brachionus sp Nauplius balanus Keratella dan Brachionus pala 2 Nauplius copepod Brachionus sp Favella sp Brachionus pala KR DR FR INP 3.266 1.139 22.222 26.587 6.8 4.938 10.675 22.413 3.86 1.596 3.050 8.056 1.6 0.273 5.228 7.102 3.066 1.004 2.614 6.684 18.933 14.571 38.172 71.676 9.066 3.341 18.279 30.687 6 1.463 12.096 19.560 2.866 0.334 5.779 8.980 Brachionus Keratella 3 4 plicatilia 2.666 0.289 5.37634 8.332 Nauplius copepoda 21.533 15.901 39.876 77.311 Favella sp 11.133 4.250 20.617 36.001 Brachionus sp 3.733 0.477 6.913 11.124 Brachionus plicatilia 2.933 0.295 5.432 8.660 Brachionus calycliforus 2.466 0.208 4.567 7.243 Brachionus sp 14 12.373 35.176 61.549 Nauplius copepoda 8.2 4.245 20.603 33.048 Pompholix sulcata 3.93 0.376 9.882 14.793 2.2 0.305 5.52 8.03 1.67 0.18 4.19 6.02 29.533 33.186 57.607 120.326 Nauplius copepod 8.266 2.600 16.124 26.991 Pompholix sulcata 3.733 0.530 7.282 11.545 Nauplius balanus 1.933 0.142 3.771 5.846 Favella sp 1.666 0.105 3.250 5.023 14.2 22.504 47.438 84.143 2.8 0.875 9.354 13.029 Larva Nereis sp 2.133 0.507 7.126 9.768 Arcella 2.066 0.476 6.904 9.447 1.8 0.361 6.013 8.174 32.4 61.247 78.260 171.908 2.933 0.502 7.0853 10.520 2.4 0.336 5.797 8.533 Cyclopoda 1.466 0.125 3.542 5.134 Radiolaria 0.6 0.021 1.449 2.070 42.4 69.118 83.137 194.655 Radiolaria 3.933 0.594 7.712 12.240 Nauplius copepod 1.533 0.090 3.006 4.630 Cladocera dan Arcella 0.933 0.033 1.830 2.796 Pompholix sulcata 0.466 0.008 0.915 1.390 Brachionus plicatilia 34.666 37.691 61.393 133.751 Nauplius balanus 10.533 3.479 18.654 32.667 Pompholix sulcata 4.466 0.625 7.910 13.002 Radiolaria 1.266 0.050 2.243 3.560 Cyclopoda 1.133 0.040 2.007 3.180 26.9333 78.838 88.791 194.563 1.6 0.278 5.274 7.152 Nauplius copepod 0.666 0.048 2.197 2.912 Nauplius balanus 0.4 0.017 1.318 1.736 0.266 0.007 0.879 1.153 Brachionus pala Obelia 5 6 Brachionus sp Brachionus plicatilia Cladocera Pompholix sulcata 7 Brachionus sp Nauplius copepod Brachionus falcatus 8 9 10 dan Brachionus sp Brachionus plicatilia Radiolaria Cyclopoda 11 12 13 Brachionus plicatilia 19.8 40.971 64.008 124.779 Nauplius copepod 3.6 1.354 11.637 16.592 Radiolaria 1.8 0.338 5.818 7.957 Nassarius sp 1.466 0.224 4.741 6.432 Pompholix sulcata 1.153 0.134 3.663 4.931 Brachionus plicatilia 13.33 11.34 33.67 58.34 Nauplius copepod 9.4 5.64 23.73 38.77 Nauplius balanus 6.47 2.66 16.33 25.46 Radiolaria 4.4 1.24 11.11 16.75 Cyclopoda 3 0,57 7.57 11.15 Brachionus plicatilia 7.066 45.008 67.088 119.164 Radiolaria 0.866 0.676 8.227 9.771 Nauplius copepod 0.666 0.400 6.329 7.396 Cyclopoda 0.333 0.100 3.164 3.598 0.4 0.064 2.531 2.862 Nauplius balanus Dari perhitungan analisis data, setiap stasiun memiliki nilai Kerapatan Relatif (KR), Dominansi Relatif (DR), Frekuensi Relatif (FR), Indeks Nilai Penting (INP) yang bervariasi. Tabel di atas menyajikan nilai KR, DR, FR, dan INP dari 5 tertinggi setiap stasiun. Nilai KR pada masing-masing stasiun bervariasi dari yang terendah pada stasiun 10 sebesar 0,26% (Cyclops sp), dan tertinggi yaitu Brachionus plicatilia sebesar 34,66% pada stasiun 9. Nilai kerapatan masing-masing dihitung berdasarkan jumlah individu suatu jenis. Nilai DR tertinggi pada masing-masing stasiun juga bervariasi dari yang tertinngi yaitu Brachionus plicatilia sebesar 78,83% pada stasiun 10, dan terendah yaitu Cyclops sp sebesar 0.007% pada stasiun 10. Brachionus plicatilia ditemukan hampir seluruh 13 stasiun pengamatan. Oleh sebab itu Brachionus plicatilia merupakan Zooplankton yang dominan pada inlet area pertambakan Kalisodo Desa Padean Kecamatan Rejoso Kabupaten Pasuruan. Menurut Supono (2008) indeks dominansi menunjukan ada atau tidaknya dominansi psesies tertentu terhadap spesies-spesies lainnya yang berada dalam satu ekosistem sama, berkaitan dengan kestabilan kondisi lingkungan dan tekanan ekologi dalam ekosistem tersebut. Indeks dominansi digunakan untuk pemusatan dan penyebaran jenis-jenis dominan. Dominansi relatif dihitung dengan rumus kuadrat jumlah individu tiap spesies dibagi jumlah individu seluruh spesies. Nilai FR juga bevariasi pada masing-masing stasiun, dari yang terendah sebesar 0,87% pada stasiun 10 yaitu Cyclops sp, dan yang mempunyai nilai frekuensi relatif tertinggi pada stasiun 10 yaitu Brachionus plicatilia (88,79%). Oleh sebab itu Brachionus plicatilia termasuk jenis yang memiliki kemampuan adaptasi yang baik terhadap komdisi lingkungan pada inlet area pertambakan Kalisodo Desa Padean Kecamatan Rejoso Kabupaten Pasuruan. Berdasarkan nilai FR, dapat diketahui bahwa Brachionus plicatilia ditemukan hampir 13 stasiun. Frekuensi relatif dihitung dengan rumus jumlah individu spesies dibagi seluruh jumlah individu yang mendiami suatu komunitas. Kehadiran suatu spesies pada daerah tertentu menunjukan kemampuan spesies tersebut untuk beradaptasi dengan kondisi lingkungan setempat, sehingga jenis yang mendominasi suatu areal dapat dinyatakan sebagai jenis yang memiliki kemampuan adaptasi dan toleransi yang lebar terhadap kondisi lingkungan. Indeks Nilai Penting dihitung berdasarkan jumlah nilai KR, DR, FR (Mueller-Dumbios dan Ellenberg , 1974 dalam Soerinaga dan Indrawan, 1988). Stasiun 1, 2, 3 yang mempunyai nilai Indeks Nilai Penting tertinggi adalah Nauplius copepoda . Pada stasiun 4 hingga 13 Brachionus sp dan Brachionus plicatilia merupakan nilai INP yang tertinggi dibandingkan dengan spesies yang lain. Stasiun 1, 2, 3 merupakan stasiun yang dekat dengan laut dibanding dengan stasiun 4 hongga 13. Menurut Suwono (2010) Nauplius copepod tergolong dalam Crustacea Subkelas Copepoda. Menurut Sundarapandian dan Swamy (2000), indeks nilai penting merupakan salah satu parameter yang dapat memberikan gambaran tentang peranan jenis yang bersangkutan dalam komunitasnya atau pada lokasi penelitian. Jenis Nauplius copepod, Brachionus sp, Brachionus plicatilia merupakan jenis yang mendominasi pada inlet area pertambakan Kalisodo Desa Padean Kecamatan Rejoso Kabupaten Pasuruan karena memlikiki INP tertinggi yang dipengaruhi berdasarkan jumlah nilai KR, DR, FR. Brower (1992) dalam Sutirjo (2001) mengungkapkan bahwa besarnya pengaruh dalam suatu komunitas dapat dilihat dari nilai penting. Spesies yang memiliki nilai penting tinggi dapat dikatakan bahwa spesies itu dominan. Indeks nilai penting yang tinggi menunjukan faktor abiotik sangat mendukung keberadaan Zooplankton khususnya Nauplius copepod, Brachionus sp, Brachionus plicatilia. Cara untuk mengetahui pengaruh dari faktor abiotik tersebut dapat dihitung menggunakan software SPSS 19 dengan uji statistik regresi. Tabel ringkasan analisis regresi faktor abiotik terhadap struktur komunitas zooplankton dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel Ringkasan Uji Signifikansi Koefisien Regresi Faktor Abiotik terhadap struktur Komunitas Zooplankton. R Kuadrat (R2) 3,66% F 1,877 Sig. 0,231 Dari uji regresi seperti pada tabel 4.5 dapat dilihat bahwa semua faktor abiotik diukur selama penelitian yang dilakukan dapat menentukan struktur komunitas zooplankton. Nilai semua faktor yang memnentukan struktur komunitas zooplankton adalah R Kuadrat sebesar 3,66 %. Uji lanjut R Kuadrat digunakan untuk menunjukan pola sumbangan dengan perhitungan uji R Kuadrat. Dengan nilai R Kuadrat toral 3,66% didapatkan hasil bahwa perhitungan faktor abiotik (suhu, pH, turbiditas, oksigen terlarut, salinitas, konduktivitas) dengan nilai R Kuadrat dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel Ringkasan Uji Signifikansi Koefisien Regresi Faktor Abiotik terhadap struktur Komunitas Zooplankton. Faktor suhu pH Beta 0.129 0.693 t 0.259 1.128 Signifikansi t 0.805 0.302 turbiditas oksigen terlarut salinitas konduktivitas -0.049 -0.384 -0.414 -0.139 -0.090 -0.893 -3.217 -0.382 0.931 0.406 0.004 0.715 Dari tabel signifikansi di atas dapat dilihat bahwa nilai signifikansi salinitas adalah 0.004. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa salinitas memberikan dukungan secara signifikan terhadap struktur komunitas zooplankton (kurang dari 0,005). Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan Nybakken (1992) bahwa perairan muara memiliki cirri berfluktuasinya salinitas yang akan tampak pada saat tertentu. Pada saat pasang maksimal, debit air yang masuk ke dalam badan sungai (muara) akan besar, akan membawa banyak organisme yang ada. SIMPULAN (1). Spesies yang ditemukan pada inlet area pertambakan Kalisodo Desa Padean Kecamatan Rejoso Kabupaten Pasuruan sebanyak 26 spesies. (2). Nilai densitas relatif atau kerapatan relatif (KR) pada masing-masing stasiun bervariasi dari yang terendah pada stasiun 10 sebesar 0,26% (Cyclops sp), dan tertinggi yaitu Brachionus plicatilia sebesar 34,66% pada stasiun 9. (3). Nilai dominansi relatif (DR) tertinggi pada masing-masing stasiun juga bervariasi dari yang tertinngi yaitu Brachionus plicatilia sebesar 78,83% pada stasiun 10, dan terendah yaitu Cyclops sp sebesar 0.007% pada stasiun 10. (4). Nilai frekuensi relatif (FR) juga bevariasi pada masing-masing stasiun, dari yang terendah sebesar 0,87% pada stasiun 10 yaitu Cyclops sp, dan yang mempunyai nilai frekuensi relatif tertinggi pada stasiun 10 yaitu Brachionus plicatilia (88,79%). (5). Dari 13 stasiun pengambilan sampel, Indeks Nilai Penting tertinggi pada stasiun 1, 2, 3 adalah Nauplius copepod, pada stasiun 4 hingga 13 Brachionus sp dan Brachionus plicatilia. (6). Berdasarkan analisis faktor abiotik yang diukur, faktor lingkungan yang paling berpengaruh terhadap struktur komunitas zooplankton adalah salinitas. SARAN Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dan lebih luas untuk mengetahui struktur komunitas zooplankton pada inlet area pertambakan Kalisodo Desa Padean Kecamatan Rejoso Kabupaten Pasuruan. Saran yang lain adalah perlu diadakan upaya menjaga kelestarian biota akuatik khususnya ketersediaan pakan alami (zooplankton) sehingga dapat dilakukan lebih lanjut untuk pembudidayaan ikan. DAFTAR RUJUKAN Ferianita Fachrul, M. 2006. Metode Sampling Bioekologi. Jakarta. Bumi Aksara. Nyabakken, J. W. 1992. Biologi Laut: Suatu Pendekatan Ekologi. Jakarta: PT. Gramedia Utama. Odum, E.P., 1994. Dasar-dasar Ekologi (Terjemahan) Edisi ke tiga. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta: pp 174 – 200. Soerinagara, I dan A. Indrawan. 1988. Ekologi Hutan Indonesia. Laboratotium Ekologi Hutan. Fakultas Kehutanan IPB Bogor. Bogor. Sundarapandian, S. M. and P. S. Swamy. 2000. Forest Ecosystem Structure and Composition Along an Altitudinal Gradient in the Western Ghats, South India. Journal of Tropical Forest Science 12(1): 104-123 Supono. 2008. Analisis Diatom Epipelic Sebagai Indikator Kualitas Lingkungan Tambak Untuk Budidaya Udang. Tesis diterbitkan. Semarang: Universitas Diponegoro. Sutirjo. 2001. Struktur Komonitas Zooplankton. Tesis tidak diterbitkan: UM. Suwono, Hadi. 2010. Dasar-Dasar Limnologi. Surabaya: Putra Media Nusantara. Syafei, Eden Surasana. 1990. Pengantar Ekologi Tumbuhan. Bandung. ITB