View/Open - Repository | UNHAS

advertisement
Torani, Vol.13 (3) September 2003: 129 – 134
ISSN:0853-4489
PERKEMBANGAN ORGAN PENCERNAAN DAN AKTIVITAS ENZIM PROTEASE
LARVA IKAN BAWAL AIR TAWAR Collosoma macropoma
Development of digestive organs and protease enzyme activity in tambaqui larvae
Haryati1) & Ing Mokoginta2)
1)
Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Unhas, Makassar
2)
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB
ABSTRACT
The “tambaqui” Collosoma macropoma is one of the commercially important fishes. Succed of such fish
culture is highly depending on larvae number and quality. Subsequently, the good quality of larva is depending on
their appropriate feed. The Syudy was aimed to examine the development of digestive organ and protease enzyme
activity of tambaqui larvae. Tambaqui larvae. Tambaqui larvae of 5, 10,15, 20,25, 35 and 35 days old after
hatching were examined. Whole bodies of larvae were used to determine the activities of enzyme. The study
showed that digestive organ being differentiated on the 10 days after hatching, liver and pancreas coulb be detected,
the villis were present in the intestine and getting higher as the larvae getting older. The protease enzyme activity
increased as tge age of larvae increased. The highest relative increase of protease enzyme (91,60%) occurred when
the larvae at 30 days old (20.02 – 21.03 mm in body length). It was suggested that the use of artificial diets coub
begin on this size.
Key words: tambaqui, collosoma macropoma, digestive organ, protease enzyme activity, larvae
Torani, Vol.13 (4) Desember 2003: 174 – 181
ISSN:0853-4489
PERKEMBANGAN AKTIVITAS ENZIM PENCERNAAN IKAN BANDENG
Chanos chanos Forsskal SELAMA PERIODE LARVA
Development of digestive enzyme activity in milkfish Chanos chanos Forsskal larvae
Haryati1), Kusman Sumawidjaja2), Ing Mokoginta2), Maggy T. Suhartono3)Darnas Dana2)&
Dedi Soedharma2)
1)
2)
Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Unhas
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB
3)
Pusat Riset Bioteknologi IPB, Bogor
ABSTRACT
The ability of fish larvae to consume artificial diet optimally will depend on the completeness of their
digestive organ and availability of digestive enzyme. Unfortunately, information on development of digestive
enzyme activities in milkfish larvae is still negligible. Therefore, this experiment was conducted to examine the
activities of α-amilase, lipase trypsin and pepsin enzyme that can be used to decide the proper time for larvae to start
consuming artificial diet. Milkfish larvae of 5 – 35 days after hatching were used. Amilase, lipase and protease
(trypsin and pepsin) activities were determined by using the whole body of larvae. The results revealed that
activities of α-amylase, lipase, trypsin and pepsin increased as the latvae age increase. The highest increases of αamilase, lipase and trypsin were determined at 10 and 15 days larvae. Artificial diets can be applied on 15 days
larvae.
Key words: digestive enzyme, larva milkfish, Chanos chanos
PENGARUH PENGGANTIAN PAKAN ALAMI DENGAN PAKAN BUATAN
TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP LARVA IKAN
BANDENG, Chanos chanos FORSKAL, SISTEM PEMBENIHAN
(The Effect of Replacing Live Food With Artificial Diets on Growth and Survival Rate of
Milkfish, Chanos chanos Forskal Larvae, )1
Haryati2, Kusman Sumawidjaja3, Ing Mokoginta2, Maggy T. Suhartono4, Darnas Dana3
dan Dedi Soedharma3
Abstract
The obyective of this research were to determine the weaning period of milkfish larvae from live to
artificial diets. Spesific growth rate and survival rate of larvae fed on Brachionus and combination between
Brachionus and artificial diets were similar, while poorest growth rate was obtain in the larvae fed on artificial diets
starting on day 10 after hatching. The growth and survival rate of larvae fed on artificial diets starting on day 15 and
20 after hatching were similar with those of larva fed on Brachionus and combination between Brachionus and
artificial diets. Based on this research, artificial diets can replace Brachionus as food of larvae starting on days 15
after hatching, and combination between Brachionus and artificial diets can be used starting on 10 days after
hatching.
Keywords : artificial diet, live diet, milkfish larvae, weaning period
1. Disampaikan pada Simposium Nasional Perkembangan & Inovasi dan Teknologi Akuakultur,
Semarang 27-28 Januari 2004
2. Staf pengajar Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan UNHAS
3. Staf Pengajar Fakultas Perikanan dan Kelautan IPB
4. Pusat Riset Bioteknologi, IPB
STUDI PERBANDINGAN AKTIVITAS ENZIM PENCERNAAN PADA LARVA IKAN
BANDENG, Chanos chanos Forskall YANG DIBERI PAKAN Brachionus DAN PAKAN
BUATAN
(Comparative Study of Digestive Enzymes Activity in Milkfish, Chanos chanos Forskall
Larvae Feed on Brachionus and Artificial Diets)*
Haryati**
Abstract
Research were conducted at 10, 15 and 20 days old milkfish larvae. Based on digestive physiology, the
replacing period of this larvae from live to artificial diets was evaluated. The increasing rate of -amilase activity,
maximum activity of tripsin and lipase enzyme in milkfish larvae fed on artificial diets starting on 10 days after
hatching were significantly lower than those in the Brachionus and in the combination between Brachionus and
artificial diets fed group. The enzyme activities in the artificial diets fed group start at 15 and 20 days old larvae
were similar to other group. The result show that the digestive physiology of milkfish larvae starting on 15 days
after hatching (0.0039 g average body weight) can readily adapt to artificial diets, and that these can successful
replacelive food.
Keywords: milkfish, artificial diets, Brachionus, digestive tract, digestive enzyme, larvae
*
Makalah Konas Akuakulture 2005
** Lecturer in the Faculty of Marine Science and Fisheries, Hasanuddin University
Simposium Forum Inovasi Teknologi Akuakultur, 2009
PENAMPILAN REPRODUKSI INDUK UDANG WINDU (Penaeus monodon Fab.) YANG
DIBERI BERNAGAI KOMBINASI PAKAN SEGAR
Haryati, Edison Saade & Zainuddin
Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Hasanuddin, Kampus Tamalanrea
Jl. Perintis Kemerdekaan km 10, Sulawesi Selatan
Email: [email protected]
ABSTRAK
Tujuan dari studi ini adalah mendeterminasi pengaruh berbagai kombinasi pakan segar terhadap penampilan
reproduksi, yaitu kecepatan pematangan telur, frekuensi bertelur, diameter telur dan ukuran nauplii udang windu
(Penaeus monodon Fab.) lokal (dari perairan Siwa) dan juga membandingkan penampilan reproduksi induk udang
windu lokal dengan induk dari perairan Aceh. Penampilan reproduksi diukur setelah 30 hari ablasi mata. Hasil
penelitian mengindikasikan bahwa kecepatan pematangan telur, frekuensi bertelur, diameter telur dan ukuran nauplii
udang windu yang diberi pakan berupa kombinasi antara cumi-cumi (50%) dan cacing laut (50%) adalah yang
paling baik dan diikuti oleh kombinasi cumi-cumi (30%), cacing laut (30%) dan kerang (40%). Potensi reproduksi
induk udang windu lokal dengan yang berasal dari Aceh yang diberi kombinasi pakan segar yang sama, yaitu 50%
cumi-cumi dan 50% cacing laut tidak berbeda.
KATA KUNCI: Udang windu, reproduksi, pakan segar, cumi-cumi, cacing laut, Sulawesi Selatan
PERTUMBUHAN, EFISIENSI KECERNAAN DAN EKSKRESI NITROGEN JUVENIL
UDANG VANNAMEI (Litopenaeus vannamei) PADA BERBAGAI KANDUNGAN
PROTEIN PAKAN
(Growth, digestion efficiency and nitrogen excretion of juvenile Vannamei, Litopenaeus vanamei at various
dietary protein content)*
Haryati**
ABSTRAK
Penelitian bertujuan untuk mengetahui kadar protein pakan yang menghasilkan pemeliharaan juvenile udang
vananmei. Empat kadar protein pakan dicobakan pada penelitian ini yaitu 24,36%, 29,84%, 34,79% dalam
percobaan ini meliputi laju pertumbuhan bobot individu spesifik (SGR), rasio konversi pakan, daya cerna bahan
kering dan daya cerna protein pakan, ekskresi nitrogen serta tingkat kelangsungan hidup. Hewan uji dipelihara
selama satu bulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa laju pertumbuhan bobot individu spesifik dan rasio konversi
pakan pada kadar protein 24,36% dan 29,84% tidak berbeda nyata, tetapi lebih rendah dan nyata berbeda
dibandingkan dengan pada kadar protein 34,79% dan 40,55%, sedangkan antara kadar protein 34,79% dan 40,55%
relatif sama. Perbedaan kadar protein pakan memberikan respon yang sama terhadap efisiensi cerna, baik kecernaan
bahan kering maupun kecernaan protein. Ekskresi nitrogen udang yang diberi pakan dengan kandungan protein
24,36% dan 29,84% juga relatif sama, tetapi lebih rendah dan berbeda nyata apabila dibandingkan yang diberi pakan
dengan kandungan protein 34,79% dan 40,55%. Ekskresi nitrogen udang vannamei yang diberi pakan dengan
kandungan protein 40,55% adalah yang paling tinggi, namun tidak berbeda nyata dibandingkan yang diberi pakan
dengan kandungan protein 34,79%. Perbedaan kadar protein pakan memberikan respon yang sama terhadap
sintasan yaitu berkisar antara 80 – 86,67%. Untuk mencapai efisiensi pemanfaatan protein dan menurunkan ekskresi
nitrogen ke dalam media pemeliharaan sehingga budidaya ramah lingkungan dapat tercapai, dalam pemeliharaan
juvenile udang vannamei disarankan diberi pakan dengan kandungan protein sekitar 35%.
Kata-kata kunci: efisiensi cerna, ekskresi nitrogen, pertumbuhan, protein, sintasan, udang vannamei
*Makalah seminar nasional perikanan dan kelautan kawasan Timur Indonesia, 10 Oktober 2009
** Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan UNHAS
Konperensi Akuakultur Indonesia 2009
BIOENCAPSULATED OF LIVE FEEDS WITH CAROTENOID OF NON ECONOMIC CRAB SHELL:
EFFECT ON SURVIVAL AND GROWTH RATES OF BLUE CRAB
(Scylla olivacea) ZOEA STAGE
Haryati, Yusri Karim , Sri Rahayu Ekawati
Abstract
The aim of the study were to determine the optimal dose of bioencapsulated carotenoid emulsion of non economic
crab to increase carotenoid content of natural food (rotifer and nauplii Artemia) and to decide on the optimal dose of
bioencapsulated carotenoid emulsion to improve growth and survival rate of blue crab (Scylla olivacea).
The research result showed that the enrichment with carotenoid on rotifer under dose of 10.59 g/l and on nauplii
Artemia under dose of 9.85 g/l can increase the content of carotenoid in the rotifer and nauplii Artemia.. The
maximum survival rate of 39.12% reached at dosage 7.34 g/l and the maximum carapace growth reached at
range of dosage between 7.25 and 8.29 g/l
Key words: bioencapsulated, blue crab, carotenoid, growth , live feeds, survival rate
Seminar Nasional Tahunan VII Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan, 24 Juli 2010
APLIKASI PAKAN BUATAN
UNTUK PENINGKATAN KUALITAS INDUK UDANG WINDU LOKAL
Haryati, Edison Saade dan Zainuddin
Abstrak
Percobaan dilakukan untuk membandingkan penampilan reproduksi udang windu (Penaeus monodon) lokal yang
diberi pakan segar (50% cumi-cumi dan 50% cacing laut), kombinasi antara pakan segar dan pakan buatan dalam
bentuk basah (75% pakan segar dan 25% pakan buatan, 50% pakan segar dan 50% pakan buatan , 25% pakan segar
dan 75% pakan buatan) serta yang diberi pakan buatan 100%. Induk yang digunakan dalam percobaan ini berasal
hasil tangkapan dari perairan Siwa (Teluk Bone) Kabupaten Bone Sulawesi Selatan. Parameter yang digunakan
dalam penelitian ini adalah fekunditas dan daya tetas telur serta tingkat kelangsungan hidup larva sampai stadia
protozoea. Hasil penelitian menunjukkan bahwa fekunditas dan daya tetas telur yang berasal dari induk yang diberi
pakan berupa 100% pakan segar rata-rata berturut-turut 2790 butir telur dan 77,20%, sedangkan yang berasal dari
induk yang diberi pakan berupa 25% pakan segar dan 75% pakan buatan rata-rata berturut-turut 2520 butir telur per
gram induk dan 83,34%. Tingkat kelangsungan hidup larva (sampai stadia protozoea) yang berasal dari induk yang
diberi pakan berupa kombinasi antara 25% pakan segar dan 75% pakan buatan (rata-rata 85,34%) lebih tinggi
dibandingkan yang berasal dari induk yang hanya diberi pakan segar (rata-rata 77,20%). Penggantian pakan segar
dengan pakan buatan sampai mencapai 75% dapat digunakan untuk pemeliharaan induk udang windu lokal.
Kata-kata kunci: daya tetas, fekunditas, pakan buatan, pakan segar, tingkat kelangsungan hidup larva, Penaeus
monodon
ILMU KELAUTAN September 2010, Vol. 15(3):163 – 169
ISSN 0853-7291
Pengaruh Pemberian Berbagai Kombinasi Pakan Alami Pada Induk Udang Windu
(Penaeus monodon Fab.) Terhadap Potensi Reproduksi dan Kualitas Larva
Haryati* , Zainuddin, Muchlis Syam
*
Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan UNHAS
Jl. Perintis Kemerdekaan Km.10, Telp.0411-586025/Fax.586025
No. Hp. 081355406332, [email protected]
Abstrak
Percobaan dilakukan untuk mendeterminasi pengaruh berbagai kombinasi pakan alami terhadap penampilan
reproduksi induk udang windu (Penaeus monodon Fab.) lokal (dari perairan Siwa) dan membandingkan potensi
reproduksi induk udang windu local dengan yang berasal dari Aceh. Pakan percobaan terdiri dari 50% cumi-cumi
dan 50% cacing laut (D1), 30% cumi-cumi, 30% cacing laut dan 40% kerang (D2) , 30% cumi-cumi, 30% cacing
laut dan 40% rajungan (D3) serta kombinasi antara cumi-cumi, cacing laut, kerang dan rajungan masing-masing
25% (D4). Potensi reproduksi dievaluasi berdasarkan fekunditas dan daya tetas telur, sedangkan kualitas larva
dievaluasi berdasarkan tingkat kelangsungan hidup dan pertumbuhan dari stadia nauplii-1 ke stadia zoea-1. Hasil
penelitian mengindikasikan bahwa fekunditas, daya tetas dan pertumbuhan larva yang berasal dari induk yang
diberi pakan kombinasi antara cumi-cumi (50%) dan cacing laut (50%) adalah yang paling tinggi, diikuti oleh
cumi-cumi (30%), cacing laut (30%) dan kerang (40%). Tingkat kelangsungan hidup larva tidak dipengaruhi oleh
pakan yang pakan percobaan. Potensi reproduksi dan kualitas larva induk udang windu local dan yang berasal
dari Aceh yang diberi pakan yang sama yaitu 50% cumi-cumi dan 50% cacing laut nampak identik.
Kata-kata kunci: induk udang windu, kombinasi pakan , penampilan reproduksi
Abstract
Experiments were conducted to determined the effect of various natural diet combination on reproductive
performance of local prawn (Penaeus monodon Fab.) broodstock (from Siwa waters) and to comparing the
potential reproduction of local and Aceh prawn broodstock. Experimental diet consisted of 50% squid and 50%
sea worm (D1), 30% squid, 30% sea worm and 40% mussels (D 2), 30% squid, 30% sea worm and 40% swimming
crab (D3), and combination between squid, sea worm, mussels and swimming crab 25% for each other (D4). The
potential reproduction were evaluated based on the fecundity and hatchability, and larval quality were evaluated
based on survival rate and growth from nauplii-1 to zoea-1. The research indicated that fecundity, hatchability and
growth of larvae from broodstock fed combination between squid (50%) and sea worm (50%) diet was higher and
following by broodstock fed combination between squid (30%), sea worm. (30%) and mussels (40%). Survival rate
of larvae not affected by the test diets. Identical reproduction potential and larvae quality of local and Aceh prawn
broodstock with the same food combination (50%) squid and sea worm (50%) was showed.
Key words: Black tiger broodstock,diet combination, reproductive performance
,,
Proceding of International Seminar on Indonesian Fisheries Development 2010
THE EFFECT OF A DIETS ON REPRODUCTIVE PERFORMANCE OF LOCAL
PRAWN BROODSTOCK
Haryati, Zainuddin, Edison Saade and Ansar Haryasakti
Faculty of Marine Science and Fisheries Hasanuddin University
Abstract
Experiment were conducted to determine the substitution level of fresh frozen diet with artificial diet that can
improve reproductive performance and larval quality of local prawn (Penaeus monodon). The broodstocks were
used in this research was from Siwa’s waters (Bone bay) of Bone Regency, South Sulawesi. Dietary treatment
consisted of 100% fresh frozen diet ( D1), combination of 75% fresh frozen diet and 25% artificial diet (D 2), 50%
fresh frozen diet and 50% artificial diet (D3), 25% fresh frozen diet and 75% artificial diet (D4) and 100% artificial
diet (D4(). Fresh frozen diet consists of 50% squid (Loligo sp.) and 50% sea worms (Nereis sp.). The reproductive
performance and larvae quality were evaluated based on the gonadal maturation rate, diameter of eggs and nauplii
and protozoea carapace lengths. The research showed that the gonadal maturation rate of prawn broodstock fed
100% signicantly longer than spawn fed D1, D2, D3 and D4 (P< 0.05). Gonadal maturation rate for groups fed D 1,
D2, D3 and D4 were undifferent (P>0.05). The diameter of eggs, nauplii and protozoea carapace lengths from spawn
fed D1, D2, D3 and D4 were unsignicantly different (P>0.05). Changing the fresh frozen diet with artificial one until
75% could be used to the maintenance the local prawn broostock
The keyword: artificial diet, diameter of eggs, fresh frozen diet, nauplii and protozoea carapace lengths, Penaeus
monodon
Seminar Nasional Perikanan Indonesia 2 – 3 Desember 2010
Perkembangan Organ Pencernaan (Usus) dan Kelenjar Pencernaan (Pankreas) Larva
Ikan Beronang (Siganus guttatus)
Kamaruddin1), Haryati 2)& Aslamiah2)
ABSTRAK
Perkembangan alat pencernaan ikan pada umumnya sejalan dengan pola pertumbuhan
larva, artinya apabila kondisi lingkungan optimal maka perkembangan alat pencernaan akan
berjalan secara normal. Saat terbentuknya atau sempurnanya suatu bagian dari alat pencernaan
disamping dipengaruhi oleh factor dalam juga dipengaruhi oleh factor luar. Dengan demikian,
saat pencapaian kesempurnaan alat pencernaan ini akan berbeda antara jenis ikan yang satu
dengan jenis ikan yang lainnya dan antara kondisi lingkungan yang satu dengan kondisi
lingkungan yang lain untuk jenis ikan yang sama. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan
tercapainya fase definitive dari organ pencernaan berdasarkan perkembangan organ. Wadaah
yang digunakan adalah fiber volume 1 ton sebanyak 2 buah masing-masing dilengkapi dengan
aerasi, setiap wadah diisi dengan 700 L air laut dengan salinitas 30 ppt. pakan alami yang
digunakan adalah Rotifera, nauplii Artemia dan trocopor tiram. Hewan uji yang digunakan larva
ikan beronang, mulai dari umur 2 hari. Kepadatan larva dalam wadah penelitian sekitar 50
ekor/L. Pengamatan perkembangan organ pencernaan dilakukan pada larva umur 2, 5, 10, 15,
20, 25. 30 dan 35 hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa organ pencernaan larva ikan
beronang mulai mengalami perkembangan pada umur 10 hari, organ pencernaan larva mencapai
fase definitive pada umur 25 hari
Kata kunci: perkembangan organ pencernaan
1)
Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau Maros
2)
Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas hasanuddin
Seminar Nasional Tahunan VIII Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan 16 Juli 2011
Pengaruh Tingkat Substitusi Tepung Ikan dengan Tepung Magot Terhadap Daya Cerna,
Tingkat Konsumsi pakan, Pertumbuhan Serta Tingkat Kelangsungan Hidup Ikan
Bandeng (Chanos chanos Forskall)
Haryati
Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan UNHAS
Jl. Perintis Kemerdekaan Km.10, Telp.0411-586025/Fax.586025
E mail : [email protected]
Abstrak
Percobaan dilakukan untuk menentukan tingkat substitusi tepung ikan dengan tepung maggot yang menghasilkan
respon terbaik terhadap daya cerna bahan kering, tingkat konsumsi pakan, pertumbuhan dan tingkat kelangsungan
hidup ikan bandeng. Bobot individu ikan yang digunakan dalam percobaan berkisar antara 0,8 – 0,9 gram, dengan
padat penebaran
15 ekor per 45 liter media. Wadah percobaan berupa akuarium dengan ukuran panjang x lebar x
tinggi: 50 x 40 x 50 cm yang dilengkapi dengan pompa resirkulasi. Percobaan dilakukan selama 40 hari. Pakan
diberikan sebanyak 10% biomasa per hari dengan frekuensi pemberian pakan tiga kali per hari pada pukul 07.00,
12.00 dan 17.00. Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap dengan lima perlakuan dan
tiga kali ulangan.Perlakuan yang dicobakan adalah tingkat substitusi tepung ikan dengan tepung maggot sebesar
0%, 25%, 50%, 75% dan 100%. . Parameter penelitian meliputi daya cerna bahan kering, tingkat konsumsi pakan,
pertumbuhan dan tingkat kelangsungan hidup. Selain itu juga dianalisis kualitas pakan berdasarkan hasil analisis
proksimat, komposisi asam amino dan asam lemak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat substitusi tepung
ikan dengan tepung maggot memberikan respon yang sama (P>0,05) terhadap parameter-parameter tersebut. Daya
cerna pakan, tingkat konsumsi pakan relatif, pertumbuhan mutlak individu rata-rata, laju pertumbuhan spesifik
individu rata-rata serta tingkat kelangsungan hidup berturut-turut berkisar antara 90,83 – 98,10%,
57,46 -77,74%,
1,402 – 1,713 g, 2,384 – 2,721% serta 73,33- 95,56%. Dalam pemeliharaan ikan bandeng, penggunaan 100%
maggot dapat menggantikan tepung ikan sebagai bahan baku protein.
Kata-kata kunci: daya cerna, maggot, ikan bandeng, kelangsungan hidup, pertumbuhan, tepung ikan, tingkat
konsumsi pakan
Jurnal Ikhtiologi Indonesia, 11(2): 185 – 194
ISSN 1693 -0339
Pengaruh Tingkat Substitusi Tepung Ikan dengan Tepung Magot Terhadap Efisiensi
Pakan dan Retensi Nutrisi Pada Ikan Bandeng
(Chanos chanos Forskal)
[The Effect of Substitution Levels of Fish Meal with Flour Magot on the Feed Efficiency and
Nutrient Retention in the Milkfish (Chanos Chanos Forskal)]
Haryati
Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan UNHAS
Jl. Perintis Kemerdekaan Km.10, Telp.0411-586025/Fax.586025
E mail : [email protected]
Abstrak
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan tingkat substitusi tepung ikan dengan tepung maggot yang
menghasilkan respon terbaik terhadap efisiensi pakan serta retensi nutrisi dan enersi pada ikan bandeng. Bobot
individu ikan yang digunakan dalam percobaan berkisar antara 0,8- 0,9 gram, dengan padat penebaran 15 ekor per
45 liter media. Percobaan dilakukan di akuarium dengan ukuran panjang x lebar x tinggi: 50 x 40 x 50 cm yang
dilengkapi dengan pompa resirkulasi. Percobaan dilakukan selama 40 hari. Pakan diberikan sebanyak 10% biomasa
per hari dengan frekuensi pemberian pakan tiga kali per hari pada pukul 07.00, 12.00 dan 17.00. Rancangan
percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap dengan lima perlakuan dan tiga kali ulangan. Perlakuan
yang dicobakan adalah tingkat substitusi tepung ikan dengan tepung maggot sebesar 0%, 25%, 50%, 75% dan
100%. . Parameter penelitian meliputi efisiensi pakan serta retensi protein, lemak dan enersi. Kualitas pakan
dievaluasi berdasarkan hasil analisis proksimat, komposisi asam amino dan asam lemak. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa tingkat substitusi tepung ikan dengan tepung maggot memberikan respon yang sama (P>0,05)
terhadap parameter-parameter tersebut. Rata-rata efisiensi pakan, retensi protein, lemak dan enersi berturut-turut
berkisar antara 23,48-31,67%, 16,41-28,99%, 16,91-22,67% dan 10,63-20,14%. Dalam pemeliharaan ikan bandeng,
penggunaan 100% maggot dapat menggantikan tepung ikan sebagai sumber protein.
Kata penting: efisiensi pakan, ikan bandeng, retensi nutrisi, tepung ikan, tepung maggot
Abstract
The purpose of this study was to determine the substitution level of fish meal with maggot flour that generates the
best response to the feed efficiency and retention of nutrient and energy in milkfish. The weight of individual fish
used in the experiment ranged from 0.8 to 0.9 grams, with a density
15 fish per 45 liters of media. The
experiment was carried out in the aquarium with length x width x height: 50 x 40 x 50 cm equipped with a
recirculation pump. The experiments were conducted for 40 days. The feed was given as much as 10% of biomass
per day with the feeding frequency of three times per day at 07.00, 12.00 and 17.00. Experimental design used was
completely randomized design with five treatments and three times replication. Treatments who attempted was the
rate of substitution of fish meal with maggot meal at 0%, 25%, 50%, 75% and 100%. Parameters of the study
include the feed efficiency and retention of protein, fat and energy. Feed quality was evaluated based on the results
of proximate analysis, amino acid and fatty acids composition. The results showed that the rate of substitution of
fish meal with maggot meal give the same response (P> 0.05) on these parameters. The average of feed efficiency
ration ,retention of protein , fat and energy ranged from 23,48 to 31,67%, 16.41 to 28.99%, 16,91 to 22.67% and
10,63 to20,14% respectively. In the maintenance of fish, the use of 100% maggots can replace fish meal as a
protein source.
Keywords: feed efficiency , milkfish, retention of nutrition, fish meal, , magot meal
Nama Judul Karya Ilmiah
(Unsur*)
Sub.Unsur
Nilai
Angka
Kredit
1
2
3
1
Perkembangan organ pencernaan
dan aktivitas enzim protease larva
ikan bawal air tawar Collosoma
macropoma
Torani, jurnal Ilmu Kelautan
dan Perikanan, Vol. 13 No. 3
edisi September 2003
ISSN : 0853-4489 (Terakreditasi)
N : 25 x 60% =
Perkembangan aktivitas enzim
pencernaan ikan bandeng Chanos
chanos Forskall selama periode
larva
Torani, jurnal Ilmu Kelautan
dan Perikanan, Vol. 13 No. 4
edisi Desember 2003
ISSN : 0853-4489 (Terakreditasi)
N : 25 x 60% =
Pengaruh penggantian pakan
alami dengan pakan buatan
terhadap
pertumbuhan
dan
kelangsungan hidup larva ikan
bandeng, Chanos chanos Forskal,
dalam sistem pembenihan
Makalah
pada
Simposium
Nasional Perkembangan &
Inovasi
dan
Teknologi
Akuakultur, Semarang 27 – 28
Januari 2004
N : 3 x 60%
No.
2.
3
Angka Kredit Menurut
Nilai Tim
Nilai Tim Tim Teknis
PAK
PAK
Dewan
Fakultas
UNHAS
Guru Besar
4
5
6
Ket./Bukti
Fisik
7
Jurnal
terlampir
15
Sda
15
Paper
terlampir
Sertifikat
pemakalah
1,8
2
1
4
5
6
7
8
9
2
Mikrodiet untuk larva bandeng
Dimuat
dalam
majalah
TROBOS Februari 2004
N = 1 x 100%
Studi perbandingan aktivitas
enzim pencernaan pada larva ikan
bandeng, Chanos chanos Forskal
yang diberi pakan Brachionus dan
pakan buatan
Makalah
pada
Konferensi
Nasional Akuakultur , Makassar
23 – 25 Nop. 2005
N = 3 x 100%
Penampilan reproduksi induk
udang windu (Penaeus monodon
Fab.) yang diberi berbagai
kombinasi pakan segar
Prosiding
Seminar
Forum
Inovasi Teknologi Akuakultur,
Surabaya 23 – 29 Juni 2009
ISBN 978-979-786-030-1
N = 10 x 60%
Pemanfaatan tepung DOC sebagai
bahan baku pakan bagi kultivan
Prosiding Seminar
Forum
Inovasi Teknologi Akuakultur,
Surabaya 23 – 29 Juni 2009,
ISBN 978-979-786-030-1
N = 10 x 40% : 2 =
Effect
of
enriched-Artemia
density on growth and survival of
seahorse
(Hyppocampus
barbouri) larvae
Prosiding
Seminar
Forum
Inovasi Teknologi Akuakultur,
Surabaya 23 – 29 Juni 2009,
ISBN 978-979-786-030-1
N = 10 x 40% : 2 =
Pertumbuhan, Efisiensi kecernaan
dan ekskresi Nitrogen Juvenil
udang vannamei (Littopenaeus
Vannamei)
pada
berbagai
kandungan protein pakan
Makalah Seminar Nasional
Perikanan dan Kelutan Kawasan
3
1
3
4
5
6
7
Tulisan
Terlampir
Paper
terlampir
Sertifikat
pemakalah
Prosiding
terlampir
6
Sda
2
Sda
2
3
Paper
terlampir
Sertifikat
pemakalah
10
Timur Indonesia, Makassar 10
Oktober 2009
N = 3 x 100%
Bioencapsulated of live feeds
with carotenoid of non economic
crab shell:Effect on survival and
growth rates of blue crab (Scylla
olivacea)zoea stage
Prosiding konperensi
akuakultur Indonesia 2009
menuju pembangunan
akuakultur yang efisien,
berkelanjutan dan harmonis
ISBN:978-979-704-905-8
N= 10 x 60%
Proseding
terlampir
6
3
1
11
12
2
Aplikasi pakan buatan untuk
peningkatan kualitas induk udang
windu lokal
Proseding seminar nasional
tahunan VII Hasil Penelitian
Perikanan
dan
Kelautan,
Jogjakarta 16 Juli 2010
ISBN: 978-979-19942-7-9
N = 10 x 60%
Pengaruh berbagai kombinasi
pakan alami pada induk udang
windu (Penaeus monodon Fab.)
terhadap potensi reproduksi dan
kualitas larva
Ilmu Kelautan (Indonesian
Journal of Marine Science) Vol.
15(3) September 2010
ISSN 0853-7291(terakreditasi)
3
4
5
6
7
Prosiding
Terlampir
6
Sda
15
13
14
15
N = 25 x 60%
The effect of a diets on
reproductive performance of local
tiger prawn broodstock
Proceding
the
interntional
seminar on Indonesian Fisheries
Development: Enhancing Fish
Productionand Competitiveness
in the International Market,
Makassar 22 November 2010.
ISBN:
N = 15 x 60%
Perkembangan organ pencernaan
(usus) dan kelenjar pencernaan
(pancreas) larva ikan beronang
(Siganus guttatus)
Prosiding seminar nasional
perikanan Indonesia, Jakarta 2
s/d 3 Desember 2010 (Poster)
ISSN: 1978-7278
N: 5 x 40% : 2 =
Pengaruh
tingkat
substitusi
tepung ikan dengan tepung magot
terhadap tingkat konsumsi pakan,
daya cerna, pertumbuhan serta
tingkat kelangsungan hidup ikan
bandeng
(Chanos
chanos
Forskall)
Prosiding seminar nasional
tahunan VIII Hasil Penelitian
Perikanan
dan
Kelautan,
Jogjakarta 16 Juli 2011
ISBN978-602-9221-05-3
N : 10 x 100%
Jumlah =
Sda
9
Sda
1
Sda
10
95,8
Download