PERATURAN DAERAH PROPINSI MALUKU UTARA NOMOR : 12 TAHUN 2009 TENTANG SEKRETARIAT BADAN KOORDINASI PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN PROPINSI MALUKU UTARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR MALUKU UTARA, Menimbang : a. bahwa sebagai tindak lanjut pelaksanaan Undang – Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah dan Pasal 8 ayat (2) dan Pasal 13 ayat (2) Undang – Undang Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan, maka perlu dibentuk Sekretariat Badan Koordinasi Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Propinsi Maluku Utara; a. bahwa Pembentukan Badan Koordinasi Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Propinsi Maluku Utara sebagaimana dimaksud di atas adalah dalam rangka melakukan Koordinasi, Integrasi, Sinkronisasi, Optimalisasi, Partisipasi dan advokasi masyarakat lintas sektoral dan memfasilitasi pengembangan kelembagaan umpan balik kepada Pemerintah Daerah disektor Pertanian, Perikanan dan Kehutanan; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksudd huruf a dan huruf b, maka perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang Sekretariat Badan Koordinasi Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Propinsi Maluku Utara. Mengingat : 1. Undang – Undang Nomor 8 Tahun tentang Pokok – Pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Tahun 1974 Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3014) sebagaimana telah diubah dengan Undang – Undang Nomor 43 Tahun 1999 (Lembaran Negara RI Tahun 1999 Nomor 169 Nomor 3890); 2. Undang – Undang Nomor 5 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistimnya (Lembaran Negara Tahun 1990 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3419); 3. Undang – Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang sistem Budidaya Tanaman (Lembaran Negara RI Tahun 1992 Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara Nomor 47 B); 4. Undang – Undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan (Lembaran Negara Tahun 1990 Nomor 99, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3656); 5. Undang – Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup ( Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3699 ); 6. Undang – Undang Nomor 46 Tahun 1999 Tentang Pembentukan Propinsi Maluku Utara, Kabupaten Buru, dan Kabupaten Maluku Tenggara Barat, (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 174, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3895); 7. Undang – Undang Nomor 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan (Lembaran Negara RI Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3888); 8. Undang – Undang Nomor 18 Tahun 2004 Tentang Kehutanan (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 85, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4411); 9. Undang – Undang Nomor 10 Tahun 2004 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang – Undangan (Lembaran Negara RI Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan lembaran Negara Nomor 4389); 10. Undang – Undang Nomor 31 Tahun 2004 Tentang Perikanan (Lembaran Negara RI Tahun 1990 Nomor, Tambahan lembaran Negara Nomor); 11. Undang – Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437) sebagaimana telah diubah dengan Undang – Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang – Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan Undang – Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Peraturan Daerah menjadi Undang – Undang (Lembaran Negara RI Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4548; 12. Undang – Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara RI Tahun 2004 Nomor 126); 13. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (Lembaran Negara RI Tahun 1990 Nomor 92, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4660 ); 14. Peraturan Pemerintah Nomor 38 tahun 2007 tentang Pembagian urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Propinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten / Kota (Lembaran Negara RI Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4737); 15. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara RI Tahun 2007 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4741); 16. Peraturan Daerah Propinsi Maluku Utara Nomor 4 Tahun 2008 tentang Kewenangan Urusan Pemerintahan Propinsi Maluku Utara ( Lembaran Daerah Tahun 2008 Nomor 4, Tambahan Lembaran Daerah Nomor 2); 17. Peraturan Daerah Propinsi Maluku Utara Nomor 6 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata kerja Sekretariat Daerah dan Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Propinsi Maluku Utara ( Lembaran Daerah Propinsi Maluku Utara Tahun 2008 Nomor 6, Tambahan Lembaran Daerah Tahun 2008 Nomor 3); 18. Peraturan Daerah Propinsi Maluku Utara Nomor 7 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata kerja Dinas Daerah Propinsi Maluku Utara (Lembaran Daerah Propinsi Maluku Utara Tahun 2008 Nomor 7, Tambahan Lembaran Daerah Tahun 2008 Nomor 4); 19. Peraturan Daerah Propinsi Maluku Utara Nomor 8 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata kerja Inspektorat, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Lembaga Teknis Daerah Propinsi Maluku Utara (Lembaran Daerah Propinsi Maluku Utara Tahun 2008 Nomor 8, Tambahan Lembaran Daerah Tahun 2008 Nomor 5); Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROPINSI MALUKU UTARA Dan GUBERNUR MALUKU UTARA MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN SEKRETARIAT DAERAH BADAN PROPINSI MALUKU KOORDINASI UTARA PENYULUHAN PERIKANAN DAN KEHUTANAN PROPINSI MALUKU UTARA. TENTANG PERTANIAN, BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Daerah Propinsi Maluku Utara; 2. Pemerintah Daerah adalah Gubernur Maluku Utara dan Perangkat Daerah sebagai unsur Penyelenggara Pemerintah Daerah; 3. Kepala Daerah adalah Gubernur Maluku Utara; 4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah selanjutnya disebut DPRD adalah lembaga perwakilan rakyat daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintah Daerah; 5. Sekretariat Daerah Propinsi adalah Sekretaris Daerah Propinsi Maluku Utara; 6. Badan adalah Badan Koordinasi Penyuluh Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Propinsi Maluku Utara; 7. Sekretariat adalah sekretariat Badan Koordinasi Penyuluh Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Propinsi Maluku Utara; 8. Kepala Sekretariat adalah Kepala Sekretariat Badan Koordinasi Penyuluh Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Propinsi Maluku Utara; 9. Sitem Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan yang selanjutnya disebut sistem Penyuluhan adalah seluruh rangkaian pengembangan kemampuan, pengetahuan, keterampilan serta sikap pelaku utama dan pelaku usaha melalui penyuyluhan; 10. Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan yang selanjutnya disebut Sistem Penyuluhan adalah proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan dan sumber daya lainnya, sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan dan kesejahteraan, serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup; 11. Pertanian yang mencakup tanaman pangan, holtikultura, perkebunan dan petemakan yang selanjutnya disebut pertanian adalah seluruh kegiatan yang meliputi usaha hulu, usaha tani, agro industri, pemasaran dan penunjang; 12. Pengelolaan sumberdaya alam hayati dalam agro ekosistem yang sesuai dan berkelanjutan dengan bantuan teknologi, modal, tenaga kerja dan manajemen untuk mendapatkan manfaat sebesar besamya bagi kesejahteraan masyarakat; 13. Perikanan adalah semua kegiatan yang berghubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ikan dan lingkungannya secara berkelanjutan mulai dari pra produksi, produksi pengelolaan sampai dengan pemasaran yang dilaksanakan dalam suatu sistem bisnis perikanan; 14. Kehutanan dalah sistem pengurusan yang bersangkut paut dengan hutan, kawasan hutan, dan hasil hutan yang diselenggarkan secara terpadu dan berkelanjutan; 15. Pelaku utama kegiatan pertanian, perikanan dan kehutanan yang selanjutnya disebut pelaku utama adalah masyarakat didalam dan sekitar kawasan hutan, petani, pekebun, petemak, nelayan, pembudidaya ikan, pengelola ikan sert keluarganya; 16. Pelaku usaha adalah perorangan warga Negara Indonesia atau koperasi yang dibentuk menurut hukum Indonesia yang mengelola usaha pertanian, perikanan dan kehutanan; 17. Kelembagaan petani, pekebun, petemak, nelayan, pembudidaya ikan, pengelola ikan dan masyarakat didalam dan sekitar kawasan hutan adalah lembaga yang ditumbuhkembangkan dari, oleh dan untuk pelaku utama; 18. Penyuluh pertanian, penyuluh perikanan dan penyuluh kehutanan baik penyuluh PNS, Swasta, maupun Swadya yang selanjutnya disebut penyuluh adalah Perorangan Warga Negara Indonesia yang melakukan kegiatan penyuluhan; 19. Penyuluh Swasta adalah penyuluh yang berasal dari dunia usaha dan atau lembaga yang mempunyai kompetensi dalam bidang penyuluhan; 20. Penyuluh Swadaya adalah pelaku utama yang berhasil dalam usahanya dan warga masyarakat lainnya yang dengan kesadarannya sendiri mau dan mampu menjadi penyuluh; 21. Materi Penyuluh adalah bahan penyuluhan yang akan disampaikan oleh para penyuluh kepada pelaku uatma dan pelaku usaha dalam berbagai bentuk yang meliputi informasi, teknologi, rekayasa sosial, manajemen, ekonomi, hukum dan kelestarian lingkungan; 22. Program penyuluhan pertanian, perikanan dan kehutanan yang selanjutnya disebut program penyuluhan rencana tertulis yang disusun secara sistematik untuk memberikan arah dan pedoman sebagai alat pengendali pancapaian penyuluhan; 23. Rekomendasi adalah pemberian persetujuan terhadap teknologi yang akan digunakan sebagai materi penyuluhan; 24. Kelembagaan penyuluh adalah lembaga Pemerintah dan atau masyarakat yang mempunyai tugas dan fungsi menyelenggarakan penyuluhan; 25. Komisi penyuluh pertanian, perikanan dan kehutanan yang selanjutnya disebut komisi penyuluhan adalah kelembagaan independen yang dibentuk pada tingkat pusat, Propinsi dan Kabupaten/Kota yang terdiri atas pakar dan atau praktisi yang mempunyai kehlian dan kepedulian dalam bidang penyuluhan atau pembangunan desa; BAB II PEMBENTUKAN Pasal 2 Dalam Peraturan Daerah ini dibentuk Sekretariat Badan Koordinasi Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Propinsi Maluku Utara. BAB III KEDUDUKAN, TUGAS DAN FUNSI Bagian Kesatu Pasal 3 1. Sekretariat Badan Koordinasi Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan berkedudukan di Ibukota Propinsi Maluku Utara; 2. Sekretariat Badan Koordinasi Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan dipimpin oleh seorang kepala sekretariat; 3. Untuk menunjang kegiatan Badan Koordinasi Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan dibentuk sekretariat; Bagian Kedua Tugas Pasal 4 Sekretariat Badan Koordinasi Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan kehutanan mempunyai tugas: 1. Melakukan koordinasi, integritas, sinkronisasi lintas sektor, optimalisasi partisipasi, advokasi masyarakat dengan melibatkan unsur pakar, dunia usaha, institusi terkait, perguruan tinggi dan sasaran penyuluhan; 2. Menyusun kebijakan dan program pnyuluhan Propinsi yang sejalan dengan kebijakan dan Program penyuluhan nasional; 3. Memfasilitasi pengembangan kelembagaan dan forum masyarakat bagi pelaku utama dan pelaku usaha untuk mengembangkan usahanya dan memberikan umpan balik kepada Pemerintah daerah; 4. Melaksanakan peningkatan kapasitas penyuluh PNS, Swadaya dan Swasta. Bagian Ketiga Fungsi Pasal 5 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam pasal 4, Sekretariat Badan Koordinasi Penyuluh Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Propinsi Maluku Utara menyelenggarakan fungsi : 1. Pengkoordinasian dan perumusan kebijakan dan program penyuluhan Propinsi; 2. Pengfasilitasian pengembangan kelembagaan dan forum masyarakat; 3. Pelaksanaan peningkatan kapasitas penyuluhan; 4. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh pimpinan. BAB IV ORGANISASI Bagian Pertama Susunan Organisasi Sekretariat Badan Koordinasi Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Pasal 6 (1) Susunan Organisasi Sekretariat Badan Koordinasi Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Propinsi Maluku Utara terdiri atas a. Kepala Badan; b. Bagian Tata Usaha membawakan; 1. Sub Bagian Kepegawaian; 2. Sub Bagian Keuangan; 3. Sub Bagian Umum dan perlengkapan. c. Bidang Kelembagaan Penyuluhan, membawahi : 1. Seksi Kelembagaan Petani, Nelayan dan Masyarakat Sekitar Hutan; 2. seksi kelembagaan penyuluh. d. Bidang Ketenagaan dan Sumber Daya Manusia, membawahi : 1. Seksi Pendidikan dan Non Formal; 2. Seksi Pelatihan Aparatur dan Non Aparatur. e. Bidang Penyelenggara Penyuluhan, membawahi : 1. Seksi Perencanaan dan Evaluasi Penyuluhan; 2. Seksi Penyelenggaraan Penyuluhan. f. Bidang Sarana dan Prasarana, membawahi : 1. Pengembangan Sarana dan Prasarana Penyuluhan: 2. Inventarisasi dan Rehabilitasi Sarana Penyuluhan. g. Kelompok Jabatan Funsional. (2) Bagan Struktur Organisasi Sekretariat Badan Koordinasi Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Propinsi Maluku Utara sebagaimana Lampiran Peraturan ini. Bagian Kedua Ketua Badan Pasal 7 (1) Ketua Badan mempunyai tugas koordinasi, integrasi, sinkronisasi lintas sektor, optimalisasi, partisipasi, advokasi masyarakat dengan melibatkan unsur pasar, dunia usaha, intitusi terkait, perguruan tinggi dan sasaran penyuluhan; (2) Badan dikepalai oleh Kepala Badan dan dibantu oleh seorang Sekretariat setingkat Eselon II/a. Bagian Ketiga Sekretariat Pasal 8 (1). Sekretariat Badan mempunyai tugas : a. Melakukan koordinasi, integrasi, sinkronisasi kegiatan penyuluhan dengan instansi terkait, lintas sektor agar kegiatan penyuluhan dapat berjalan dengan baik; b. Melakukan pembinaan dan pengawasan pada ketatausahaan; c. Melakukan pembinaan dan pengawasan pada koordinator kelembagaan; d. Melakukan pembinaan dan pengawasan pada koordinator ketenagaan dan sumberdaya manusia; e. Melakukan pembinaan dan pengawasan pada Koordinator Penyelenggaraan Penyuluhan; f. Melakukan pembinaan dan pengawasan pada Koordinator Sarana dan Prasarana; g. Melakukan pembinaan Pegawai Negeri Sipil dan penyuluh yang akan naik. (2). Sekretariat Badan dipimpin oleh seorang sekretariat yang secara teknis operasional bertanggung jawab langsung Kepada Ketua Badan. Bagian Keempat Bagian Tata Usaha Pasal 9 (1). Bagian Tata Usaha mempunyai tugas melaksanakan urusan ketatausahaan, kepegawaian, keuangan, perlengkapan, kerumahtanggaan, perundang – Undangan, dokumentasi dan kepustakaan. (2). Bagian Tata Usaha dipimpin oleh seorang kepala bagian yang berada dibawah dan bertanggungjawab langsung kepada Sekretariat Badan. Pasal 10 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam pasal 9, Tata Usaha menyelenggarakan fungsi : a. Pengelolaan Administrasi Keuangan; b. Pengelolaan Administrasi Kepegawaian; c. Pengelolaan kesekretariatan, rumah tangga, perlengkapan, dan surat menyurat. Bagian Kelima Bidang Kelembagaan Pasal 11 (1) Bidang Kelembagaan mempunyai tugas : a. Melakukan koordinasi, integrasi dan sinkronisasi serta program penyuluhan lintas sektoral dan lintas komoditas, agar potensi pertanian, perikanan dan kehutanan dapat dikembangkan secara optimal; b. Menyiapkan data – data dan permasalahan tentang kelembagaan penyuluhan pertanian, mulai dari tingkat Desa/kelurahan sampai pada tingkat Propinsi; c. Membantu Kabupaten/Kota dalam menata dan mengembangkan lembaga – lembaga penyuluhan Tingkat Kabupaten/Kota; d. Menyiapkan bahan/Agenda Rapat Komisi Penyuluhan Propinsi dan Penilaian Kelembagaan Penyuluhan. (2) Bidang Kelembagaan dipimpin oleh seorang kepala bidang yang berada dibawah dan bertanggungjawab lansung kepada kepala sekretariat Pasal 12 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam pasal 11, Bidang kelembagaan menyelenggarakan fungsi : 1. Pelaksanaan kegiatan pendataan kelembagaan penyuluhan; 2. Pelaksanaan pengembangan kelembagaan penyuluhan; 3. Pelaksanaan pembinaan dan penelitian kelembagaan penyuluhan. Bagian Keenam Bidang Ketenagaan dan Sumber Daya manusia Pasal 13 (1) Bidang Ketenagaan dan Sumber Daya Manusia mempunyai tugas : a. Menyiapkandata base penyuluh baik penyuluh Pegawai Negeri Sipil, penyuluh swasta maupun swadaya dan memfasilitasi pengangkatan dan penetapan penyuluh Pegawai Negeri Sipil sesuai kebutuhan dan formasi; b. Megkoordinir keberadaan penyuluh swasta dan swadaya untuk memenuhi kebutuhan pelaku utama dan pelaku usaha; c. Memfasilitasi peningkatan kompetensi penyuluh Pegawai Negeri Sipil, penyuluh swasta dan penyuluh swadaya melalui pendidikan dn pelatihan yang berpedoman pada standar, akreditas serta pola diklat; d. Memfasilitasi peningkatan kompetensi pelaku utama dan pelaku usaha melalui pelatihan, kursus dan lain – lain. (2) Bidang ketenagaan dan Sumber Daya Manusia dipimpin oleh seorang Kepala Bidang yang berada dibawah dan bertanggungjawab lansung kepada kepala sekretariat. Pasal 14 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam pasal 13 bidang ketenagaan dan Sumber Daya Manusia menyelenggarakan fungsi : 1. Penyususnan data base penyuluh Pegawai Negeri Sipil; 2. Pelaksanaan koordinasi penataan penyuluhan Pegawai Negeri Sipil; 3. Peningkatan kualitas mengikutsertakan penyuluh pada berbagai pelatihan; 4. Peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia pelaku utama dan pelaku usaha; 5. Penilaian terhadap penyuluh teladan yang berprestasi. Bagian Ketujuh Bidang Penyelenggaraan penyuluhan Pasal 15 (1) Bidang Penyelenggaraan Penyuluhan mempunyai tugas : a. Menyiapkan data – data tentang potensi wilayah dan penyusunan program penyuluhan; b. Menyiapkan dan menyusun program penyuluhan Propinsi; c. Memfasilitasi penyusunan rencana kerja setiap penyuluh yang disesuaikan dengan program penyuluhan; d. Mengembangkan metode dan materi penyuluhan yang disesuaikan dengan patensi wilayah dan kebutuhan pelaku utama dan pelaku usaha; e. Menyelenggarakan forum yang terkait dengan penyuluhan pertanian, perikanan dan kehutanan; f. Menyiapkan informasi pertanian, perikanan dan pelatihan dan kehutanan dalam rangka penyelenggaraan penyuluhan; g. Merencanakan supervisi monitoring dan evaluasi pelaporan. (2) Bidang Penyelenggaraan Penyuluhan dipimpin oleh seorang Kepala Bidang yang berada dibawah dan bertanggungjawab lansung kepada kepala sekretariat. Pasal 16 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam pasal 15, Bidang Penyelenggaraan Penyuluhan menyelenggarakan fungsi : 1. Penyiapan data potensi wilayah dan penyusunan program kegiatan penyuluhan; 2. Penyusunan program penyuluhan Propinsi; 3. Penyusunan rencana kerja penyuluh disesuaikan dengan program daerah; 4. Memfasilitasi penyusunan rencana kerja penyuluh; 5. Pengembangan metode dan materi penyuluh; 6. Penyelenggaraan forum petani dan penyiapan informasi penyuluhan; 7. Pelaksanaan pembinaan monitoring dan evaluasi serta pelaporan. Bagian Kedelapan Bidang Sarana dan Prasarana Pasal 17 (1) Bidang Sarana dan Prasarana mempunyai tugas : a. Melaksanakan penyusunan kebutuhan sarana dan prasarana penyuluhan; b. Mengadakan sarana dan prasarana penyuluhan; c. Mengkoordinasi penggunaan operasional sarana dan prasarana. (2) Bidang Sarana dan Prasarana dipimpin oleh seorang Kepala Bidang yang berada dibawah dan bertanggungjawab lansung kepada kepala sekretariat. Pasal 18 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dalam pasal 17, bidang sarana dan prasarana penyelenggaaraan fungsi : a. Pelaksanaan penyusunan kebutuhan sarana dan prasarana penyuluhan; b. Pengadaan sarana dan prasarana penyuluhan; c. Pengkoordinasian penggunaan operasional sarana dan prasarana. BAB V TAT KERJA Pasal 19 Dalam melaksanakan tugas, Kepala Sekretariat, Bagian Tata Usaha, Bidang Kelembagaan, Ketenagaan dan Sumber Daya manusia, penyelenggara penyuluhan dan sarana dan prasarana wajib menerapkan prinsip koordinasi, integrasi dan sinkronisasi baik di lingkungan masing – masing maupun antar satuan organisasi dilingkungan badan maupun diluar badan sesuai dengan tugas masing – masing. Pasal 20 Kepala Sekretariat Badan Koordinasi Penyuluhan dan Koordinasi wajib membina dan mengawasi pelaksanaan tugas bawahannya masing – masing dan memberikan petunjuk serta mengambil langkah – langkah yang diperlukan sesuai dengan peraturan perundang – Undangan yang berlaku. Pasal 21 Kepala Sekretariat Badan Koordinasi penyuluhan dan Koordinasi bertanggungjawab memimpin dan mengkoordinasikan bawahannya masing – masing dan memberikan bimbingan serta petunjuk bagi pelaksanaan tugas bawahan. Pasal 22 Kepala Bidang mengikuti dan mematuhi petunjuk serta bertanggungjawab kepada atasannya dan menyampaikan laporan berkala tepat pada waktunya. Pasal 23 Setiap laporan yang diterima oleh Kepala Sekretariat Badan dari bawahannya diolah dan dipergunakan sebagai bahan untuk menyusun laporan lebih lanjut dan untuk memberikan petunjuk kepada bawahannya. Pasal 24 Dalam menyampaikan laporan lebih lanjut, tembusan wajib disampaikan pula kepada satuan organisasi lain yang secara fungsional mempunyai hubungan kerja. Pasal 25 Dalam melaksanakan tuags, Kepala Sekretariat Badan dibantu oleh pejabat fungsional lainnya dan dalam rangka pemberian bimbingan pada bawahannya wajib mengadakan rapat berkala. BAB VI PENGANGKATAN DALAM JABATAN Pasal 26 Kepala Sekretariat Badan, Bagian Tata Usaha dan Kepala Bidang adalah pejabat fungsional penyuluh diangkat dan diberhentikan oleh Gubernur sesuai dengan peraturan perundang – Undangan yang berlaku. Pasal 27 Jenjang jabatan dan pengangkatan diatur sesuai dengan ketentuan perundang – Undangan yang berlaku Pasal 28 Pembinaan Pegawai Negeri Sipil yang ditugaskan pada sekretariat badan secara teknis fungsional dilakukan oleh Pejabat Pembina Kepegawaian dan Pembinaan Teknis Administratif Kepegawaian berada pada instansi masing – masing. BAB VII KETENTUAN PENUTUP Pasal 29 Hal – hal yang belum cukup diatur dalam peraturan daerah ini sepanjang mengenai pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut oleh Gubernur dengan peraturan tersendiri. Pasal 30 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan menempatkannya dalam Lembaran Daerah Propinsi Maluku Utara. Ditetapkan di Ternate, Pada Tanggal 1 Oktober 2009 GUBERNUR MALUKU UTARA TTD H. THAIB ARMAIYN Diundangkan di Ternate, Pada Tanggal 1 Oktober 2009 SEKERTARIS DAERAH PROPINSI MALUKU UTARA TTD H. MUHADJIR ALBAAR ( Lembaran Daerah Propinsi Maluku Utara Tahun 2009 Nomor 10 ) Badan Struktur Organisasi Sekretariat Badan Koordinasi Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Propinsi Maluku Utara Lampiran : Nomor Tanggal : : Peraturan Daerah Propinsi Maluku Utara 12 Tahun 2009 1 Oktober 2009 KEPALA SEKRETARIAT BAGIAN TATA USAHA SUB BAGIAN KEPEGAWAIAN BIDANG KELEMBAGAAN BIDANG KETENAGAAN DAN SDM SEKSI SEKSI KELEMBAGAAN PETANI, NELAYAN & MASYARAKAT SEKITAR HUTAN PENDIDIKAN FORMAL & NON FORMAL SEKSI KELEMBAGAAN PENYULUHAN SEKSI PELATIHAN APARATUR & NON APARATUR SUB BAGIAN KEUANGAN BIDANG PENYELENGGARAAN SUB BAGIAN UMUM DAN PERLENGKAPAN BIDANG SARANA DAN PRASARANA SEKSI PERENCANAAN & EVALUASI PENYULUHAN SEKSI PENGEMBANGAN SARANA DAN PRASARANA PENYULUHAN SEKSI PENYELENGGARAAN PENYULUHAN SEKSI INVENTARISASI & REHABILITASI SARANA PENYULUHAN KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL GUBERNUR MALUKU UTARA TTD H. THAIB ARMAIYN PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROPINSI MALUKU UTARA NOMOR 12 TAHUN 2009 TENTANG SEKRETARIAT BADAN KOORDINASI PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN PROPINSI MALUKU UTARA I. UMUM Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan undang – Undang Dasar Tahun 1945 bertujuan antara lain mewujudkan kesejahteraan umum dan mencerdasarkan kehidupan bangsa. Maluku Utara sebagai daerah agraris dan bahari memiliki hutan tropis dengan keragaman hayati yang beranekaragam. Hal ini merupakan modal dasar yang sangat penting dalam meningkatkan perekonomian daerah karena telah terbukti dan teruji pada saat krisis ekonomi melanda Indonesia Tahun 1988, bidang pertanian, perikanan dan kehutanan mampu memberikan kontribusi yang signifikan pada produk domestik bruto, oleh karena itu kita wajib beryukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas karunia sumberdaya alam, hayati, tanah yangsubur, iklim yang sesuai, sehingga bidang pertanian, perikanan dan kehutanan dapat menjadi tulang penggung perekonomian Daerah Maluku Utara. Petani pekebun, petemak, nelayan, pembudidayaan ikan, pengolah ikan, dan masyarakat didalam dan disekitar kawasan hutan merupakan bagian dari masyarakat Indonesia sehingga perlu ditingkatkan kesejahteraan dan kecerdasannya, salah satu upaya peningkatan tersebut melalui kegiatan penyuluhan. Penyuluhan pertaniian, perikanan dan kehutanan merupakan proses pembelajaran bagi pelaku utama agar mereka mau dan mampu menolong dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan dan sumberdaya lainnya, sehingga upaya untuk meningkatkan produktifitas, efisiensi usaha, pendapatan dan kesejahteraannya serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup. Untuk menjawab perubahan lingkungan strategis diperlukan upaya revitalisasi pertanian, perikanan dan kehutanan. Revitalisasi tersebut akan berhasil jika didukung antara lain oleh adanya sistem penyuluhan pertanian, perikanan dan kehutanan. Sistem penyuluhan selama ini belum didukung oleh peraturan perundang – Undangan yang kuat dan lengkapsehingga kurang memberikan jaminan kepastian hukum serta keadilan bagi pelaku utama, pelaku usaha dan penyuluh. Kondisi tersebut menimbulkan perbedaan pamahaman dan pelaksanaan dikalangan masyarakat. Disamping itu, adanya perubahan peraturan perundang – Undangan dan kebijakan penyuluha yang demikian cepat telah melemahkan semangat dan kinerja penyuluh sehingga dapat menggoyahkan ketahanan pangan dan menghambat pengembangan perekonomian daerah. Undang – Undang yang ada selama ini masih bersifat parsial dan belum mengatur sistem penyuluhan secara jelas dan lengkap. Hal ini dapat dilihat dalam undang – undang sebagai berikut : 1. Undang – Undang Nomor 6 Tahun 1967 Tentang Ketentuan – ketentuan Pokok Petemakan dan Kesehatan Hewan. 2. Undang – Undang Nomor 5 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya. 3. Undang – Undang Nomor 16 Tahun 1992 Tentang Karantina, Hewan, Ikan dan Hewan. 4. Undang – Undang Nomor 12 Tahun 1992 Tentang Sistem Budidaya Tanaman. 5. Undang – Undang Nomor 7 Tahun 1996 Tentang Pangan. 6. Undang – Undang Nomor 23 Tahun 1997 Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup. 7. Undang – Undang Nomor 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan. 8. Undang – Undang Nomor296 Tahun 2000 Tentang Perlindungan Varitas Tanaman. 9. Undang – Undang Nomor 18 Tahun 2002 Tentang Sistem Nasional Penilaian dan Pengembanga dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. 10. Undang – Undang Nomor 18 Tahun 2004 Tentang Perkebunan. 11. Undang – Undang Nomor 31 Tahun 2004 Tentang Perikanan. 12. Undang – Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah. Atas dasar pertimbangan tersebut, Peraturan Daerah Propinsi Maluku Utara ini mengatur sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan secara holistik dan komprehensif dalam suatu pengaturan yang terpadu, serasi penyuluhan yang diselenggarakan oleh kelembagaan penyuluhan Pemerintah, kelembagaan penyuluh swasta dan kelembagaan swadaya kepada pelaku utama dan pelau usaha. II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Cukup Jelas Pasal 2 Cukup Jelas Pasal 3 Cukup Jelas Pasal 4 Ayat (1) Pada Tingkat Propinsi dibentuk Badan Koordinasi Penyuluhan karena sebagian besar kegiatan penyuluhan berada di Kabupaten/Kota, sedangkan di Propinsi badan itu lebih bersifat koordinatif. Ayat (2) Cukup Jelas Ayat (3) Cukup Jelas Ayat (4) Cukup Jelas Pasal 5 Cukup Jelas Pasal 6 Cukup Jelas Pasal 7 Cukup Jelas Pasal 8 Cukup Jelas Pasal 9 Cukup Jelas Pasal 10 Cukup Jelas Pasal 11 Cukup Jelas Pasal 12 Cukup Jelas Pasal 13 Ayat (1) a. Ketentuan pengangkahan Penyuluh Pegawai Negeri Sipil harus mendapat prioritas oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah untuk mencakupi kebutuhan Penyuluh Pegawai Negeri Sipil. b. Yang dimaksud dengan penyuluh swasta dan penyuluh swadaya adalah penyuluh yang bekerja atas kemauan sendiri atau atas dibiayai lembaga/pelaku usaha. Ayat (2) Cukup Jelas Pasal 14 Cukup Jelas Pasal 15 Cukup Jelas Pasal 16 Cukup Jelas Pasal 17 Cukup Jelas Pasal 18 Cukup Jelas Pasal 19 Cukup Jelas Pasal 20 Cukup Jelas Pasal 21 Cukup Jelas Pasal 22 Cukup Jelas Pasal 23 Cukup Jelas Pasal 24 Cukup Jelas Pasal 25 Cukup Jelas Pasal 26 Cukup Jelas Pasal 27 Cukup Jelas Pasal 28 Cukup Jelas Pasal 29 Cukup Jelas Pasal 30 Cukup Jelas (Tambahan Lembaran Daerah Propinsi Maluku Utara Nomor 10)