Nama NPP Kelas No. Urut : A. Ashabul Kahfi Kaleleng : 30.1159 : I-1 : 21 1. Apa yang anda ketahui tentang administrasi kependudukan. Uraikan lingkupnya Jawab : Administrasi Kependudukan adalah rangkaian kegiatan penataan dan penertiban dalam penertiban dokumen dan data kependudukan, melalui pendaftaran penduduk, pencatatan sipil, pengelolaan informasi penduduk lalu pendayagunaan hasilnya untuk pelayanan publik dan pembangunan sektor lain. Lalu Pencatatan Sipil adalah pencatatan peristiwa penting yan dialami oleh seseorang dalam daftar pencatatan sipil pada Instansi pelaksana. Dokumen Kependudukan adalah sebuah dokumen resmi yang diterbitkan oleh Instansi Pelaksana yang mempunyai kekuatan hukum sebagai alat bukti authentic yang dihasilkan dari pelayanan pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil. Adapun manfaat dokumen kependudukan adalah : Memberikan kejelasan identitas dan status bagi penduduk. Memberikan kepastian hukum. Memberikaan perlindungan hukum dan kenyaman bagi pemiliknya. Memberikan manfaat bagi kepentingan administrasi dan pelayanan publik lainnya. Adapun ruang lingkup administrasi kependudukan adalah pencatatan sipil dan pendaftaran penduduk, kemudian yang dimaksud tertib administrasi kependudukan, adalah sebagai berikut : Tertib Database Kependudukan. Tertib Penerbitan NIK. Tertib Dokumen Kependudukan (KK, KTP, Akta Pencatatan Sipil) 2. Jelaskan kebijakan kependudukan sebelum kemerdekaan dan setelah kemerdekaan, sebelum orde baru, masa orde baru, masa reformasi hingga saat ini - Sebelum kemerdekaan Transmigrasi: Kebijaksanaan yang menyangkut distribusi penduduk sudah diikuti sejak pemulaan abad ini oleh pemerintah Hindia Belanda. Kolonisasi kebeberapa daerah luar jawa dengan memindahkan penduduk dari jawa adalah usah reditribusi penduduk. Usaha itu merupakan kebijaksanaan kependudukan. Sekalipun hasilnya tidaklah besar, tetapi pemerintah Hindia Belanda telah memulai program itu dan setelah mengalami berbagai hambatan, menjelang perang dunia ke II kolonisasi itu menjadi cukup penting. -Sesudah Kemerdekaan Pada era kepemimpinan Presiden Soekarno sangat pro terhadap kelahiran, karena sumber daya manusia di era Presiden Soekarno sangat penting bagi kelanjutanpembangunan bangsa. Pada era ini, pengendalian kelahiran bukan menjadi hal yang dianggap penting sehingga kebijakannya bersifat pro-natalis dan isu tersebut dianggap mengikuti budaya Barat. Soekarno mempunyai pandangan bahwa perempuanyang mempunyai anak banyak menyimbolkan adanya suatu kekuatan, kecantikan, dan ketahanan (BKKBN,2011a). -Sebelum orde baru Salah satu kebijakan dalam bidang kependudukan yang sangat penting di Indonesia dan telah menunjukkan keberhasilannya adalah kebijakan pengendalian jumlah penduduk melalui program KB. Ide dasar tentang pembangunan keluarga sejahtera merupakan landasan filosofis pemerintah dalam merumuskan kebijakan kependudukan. Penerjemahan ide dasar ini secara konkret terutama pada masa-masa awal gerakan kependudukan lebih Sejarah keluarga berencana (KB) di Indonesia dimulai pada tahun 1950-an, didasarkan atas keprihatinan sekelompok individu yang terdiri dari dokter, par ibu, sarjana hukum dan sebagainya, terhadap keadaan kesehatan perempuan pada saat itu. Menurut dokter Kartono Mohamad, saat itu angka kematian ibu mencapai angka sekitar 800/100.000. Pada saat itu perempuan banyak menderita sakit dan mengalami kematian terutama sewaktu hamil dan melahirkan, bahkan sesudahnya. Hal ini terjadi karena jumlah kehamilan yang terlalu dekat jaraknya, terlalu sering hamil, terlalu sering keguguran atau sering melahirkan yang mengakibatkan banyak anak (Kollman, 1997:13). Pada era pemerintahan Presiden Soeharto, LPP berhasil ditekan sejalan dengan membaiknya kesadaran akanmasalah kependudukan di sepanjang 32 tahunpemerintahannya. Tercatat dalam Sensus Penduduk kedua pada tahun 1971 (SP 1971), angka LPP sebesar 2,31% dapat ditekan menjadi 1,98% pada sensus tahun 1990. Perlambatan laju pertumbuhan juga ditunjukkan dengan menurunnya TKT dari 5,5% pada tahun 1967 menjadi 2,8% pada tahun 1997. -Masa orde baru Program Keluarga Berencana (atau yang sering disebut dengan istilah “Program KB” saja) adalah sebuah program kependudukan (demografi) yang digagas dan berlangsung pad periode Indonesia era orde baru. Penerapan program ini sudah dimulai semenjak awal orde baru, atau tepatnya pada pidato Presiden Soeharto di depan sidang Dewan Perwakilan Rakyat – Gotong Royong (DPR-GR) tanggal 16 Agustus 1967. Tujuan utama program ini adalah pengendalian jumlah penduduk (populasi penduduk) Indonesia yang dianggap berlebih. Pemerintah menyarankan bahwa sebuah keluarga ideal cukup memiliki dua anak saja. Masyarakat juga diharapkan agar dapat memiliki keturunan dengan perencanaan yang bertanggungjawab. Untuk menekan jumlah kelahiran anak yang tidak diinginkan, pemerintah membantu masyarakat untuk mendapatkan fasilitas kesehatan berupa alat pengendalian kelahiran. Selain itu, pemerintah juga mengadakan program pendidikan keluarga dengan harapan masyarakat dapat memiliki kualitas keluarga yang lebih baik, yang berarti peningkatan kualitas penduduk atau kualitas sumber daya manusia di Indonesia. -Masa Reformasi Era kepemimpinan Presiden B.J. Habibie dimulai dengansemangat reformasi disemua bidang. Kabinet kerjadinamakan kabinet reformasi, yang merupakan masatransisi fokus pembangunan sentralisasi ke desentralisasi. Perubahan program KB menyebabkan perombakan total struktur organisasi kelembagaan program KB yang sudah berhasil di era Presiden Soeharto. Keputusan dan arahan yang sebelumnya dipusatkan sentris di ibukota menjadi diberikan otonomi/desentralisasi kepada tiap daerah sesuai dengankarakteristik dan kebutuhan masing – masing daerah. Kala itu, pemerintah masih disibukkan dengan reformasidan pergantian pemerintahan menuju desentralisasi,sehingga, program KB tidak terlalu menjadi perhatian. Walaupun demikian, seperti yang dikemukakan oleh Robinson (2009), usaha yang dilakukan oleh Presiden B.J. Habibie adalah meningkatkan kualitas pelayanan klinik sejalan dengan International Conference on Population and Development (ICPD) di Kairo tahun 1994. Slogan program KB dalam kepemimpinan Presiden B.J.Habibie adalah “Dua Anak Cukup, LakiLaki/Perempuan Sama Saja”. Program keluarga berencana nasional merupakan salah satu program untuk meningkatkan kualitas penduduk,mutu sumber daya manusia, kesehatan dan kesejahteraan sosial yang dilaksanakan melalui pengaturan kelahiran, pendewasaan usia perkawinan, kesehatan dan kesejahteraan sosial dan keluarga. Hal ini berasal dari butir-butir. Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) tahun 1999 dan perundang-undangan. -Saat ini Kebijakan kependudukan merupakan suatu gejala yang relatif masih mudah. Berbagai kebijakan bidang ekonomi maupun social merupakan alternative dalam peningkatan tingkat kesejahteraan penduduk. Kebijakan tersebut meliputi bidang antara lain : Penyediaan lapangan kerja, kesemptan pendidikan, meningkatakan kesehatan serta usaha-usaha menambah kesejahteraan penduduk lainnya. Berbagai hal tersebut mempengaruhi penduduk baik mengenai jumlah, komposisi dan distribusi atau persebaran pertumbuhan serta cici-ciri penduduk lainnya. Kebijaksanaan kependudukan utama di Indonesia adalah kebijaksanaan Keluarga Berencana (KB) Kebijaksanaan ini sudah luas di ketahui oleh semua petugas KB maupun masyarakat luas. KB dapat di laksanakan di daerah-daerah pedesaan secara efektif. Ini berbeda dengan pola penyebaran KB yang biasanya mulai dari kota ke pedesaan, sehingga prosesnya lambat. Kebijakan penduduk berkaitan erat dengan dinamika kependudukan yaitu perubahanperubahan terhadap tingkat fertilitas, mortalitas, dan migrasi. Bentuk dan macam kebijakan kependudukan adalah Transmigrasi, Program Keluarga Berencana, sehingga Kebijakan penduduk yang utama di Indonesia adalah Program Keluaraga Berencana. Adapun Kebijakan kependudukan Indonesia telah di atur dalam GBHN yang meliputi : Bidang-bidang pendendalian kelahiran; Penurunan tingkat kematian terutama kematian ana-anak, Perpanjangan harapan kerja, Penybaran penduduk yang lebih serasi dan seimbang, Pola urbanisasi yang lebih berimbang dan merata, Perkembangan dan penyebaran angkatan kerja. Sedangkan 7 sasaran transmigrasi terdiri atas : 1. Peningkatan taraf hidup; 2. Pembangunan daerah; 3. Keseimbangan penyebaran penduduk; 4. Pembangunan yang merata di seluruh Indonesia; 5. Pemanfaatan sumber-sumber alam dan tenaga manusia; 6. Kesatuan dan persatuan bangsa; 7. Memperkuat pertahanan dan keamanan nasional. 3. Apa yang anda ketahui tentang kebijakan dibidang kependudukan sebelum UU 23 Tahun 2006 dan setelah UU 23 Tahun 2006 (perubahan kebijakan) ada apa saja dan beri contohnya. Administrasi Kependudukan dalam UU 23 tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan adalah rangkaian kegiatan penataan dan penertiban dalam penerbitan dokumen dan Data Kependudukan melalui Pendaftaran Penduduk, Pencatatan Sipil, pengelolaan informasi Administrasi Kependudukan serta pendayagunaan hasileya untuk pelayanan publik dan pembangunan sektor lain. Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pada hakikatnya berkewajiban memberikan perlindungan dan pengakuan terhadap penentuan status pribadi dan status hukum atas setiap Peristiwa Kependudukan dan Peristiwa Penting yang dialami oleh Penduduk Indonesia yang berada di dalam dan/atau di luar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Untuk memberikan perlindungan, pengakuan, penentuan status pribadi dan status hukum setiap Peristiwa Kependudukan dan Peristiwa Penting yang dialami oleh Penduduk Indonesia dan Warga Negara Indonesia yang berada di luar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, perlu dilakukan pengaturan tentang Administrasi Kependudukan Perubahan Undang-Undang No. 23 Tahun 2006 menjadi Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013 tentang Administrasi Kependudukan yang telah disahkan oleh DPR RI pada tanggal 26 Nopember 2013 merupakan perubahan yang mendasar di bidang administrasi kependudukan. Tujuan utama dari perubahan Undang-undang dimaksud adalah untuk meningkatkan efektivitas pelayanan administrasi kependudukan kepada masyarakat, menjamin akurasi data kependudukan dan ketunggalan Nomor Induk Kependudukan (NIK) serta ketunggalan dokumen kependudukan.Perubahan mendasar dalam UU No. 24 Tahun 2013 tersebut antara lain meliputi: a. Masa berlaku KTP-el Masa berlaku KTP-el yang semula 5 (lima) tahun diubah menjadi berlaku seumur hidup sepanjang tidak ada perubahan elemen data dalam KTP. ( UU No. 24 Tahun 2013, Pasal 64 ayat (7) huruf a). KTP-el yang sudah diterbitkan sebelum UU No. 24 Tahun 2013 ditetapkan berlaku seumur hidup. (UU No. 24 Tahun 2013, Pasal 101 huruf c). b. Penggunaan Data Kependudukan Kementerian Dalam Negeri Data Kependudukan Kementerian Dalam Negeri yang bersumber dari data kependudukan kabupaten/kota, merupakan satu-satunya data kependudukan yang digunakan untuk semua keperluan: alokasi anggaran (termasuk untuk perhitungan DAU), pelayanan public, perencanaan pembangunan, pembangunan demokrasi, penegakan hukum, dan pencegahan kriminal. c. Pencetaan Dokumen/Personalisasi KTP-el Pencetakan dokumen/personalisasi KTP-el yang selama ini dilaksanakan terpusat di Jakarta diserahkan kepada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten/Kota pada Tahun 2014. d. Penerbitan Akta Kelahiran Penerbitan Akta Kelahiran yang Pelaporannya melebihi Batas Waktu 1 (satu) Tahun Penerbitan akta kelahiran yang pelaporannya melebihi batas waktu 1 (satu) tahun, semula memerlukan penetapan Pengadilan Negeri, diubah cukup dengan Keputusan Kepala Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten/Kota. Hal ini sesuai dengan Putusan Mahkamah Konstitusi tanggal 30 April 2013. (UU No.24 Tahun 2013, Pasal 32 ayat (1)). e. Penerbitan Akta Pencatatan Sipil Penerbitan Akta Pencatatan SipilYang semula dilaksanakan di tempat terjadinya peristiwa penting, diubah menjadi penerbitannya di tempat domisili penduduk. (UU No. 24 Tahun 2013, Pasal 102 huruf b). f. Pengakuan dan Pengesahan Anak Pengakuan Anak Pengakuan dan Pengesahan Anak Pengakuan Anak dibatasi hanya untuk anak yang dilahirkan dari perkawinan yang telah sah menurut hukum agama tetapi belum sah menurut hukum negara. (UU No.24 Tahun 2013, Pasal 49 ayat (2)). Pengesahan anak yang selama ini hanya dengan catatan pinggir diubah menjadi Akta Pengesahan Anak. (UU No. 24 Tahun 2013, Pasal 50). g. Pengurusan dan Penerbitan Dokumen Kependudukan Tidak Dipungut Biaya (Gratis) Larangan untuk tidak dipungut biaya semula hanya untuk penerbitan KTPel, diubah menjadi untuk semua dokumen kependudukan (KK, KTP-el, Akta Kelahiran, Akta Perkawinan, Akta Kematian, Akta Perceraian, Akta Pengakuan Anak, dan lain-lain), (UU No. 24 Tahun 2013,Pasal 79A). h. Pencatatan Kematian Pelaporan pencatatan kematian yang semula menjadi kewajiban penduduk, diubah menjadi kewajiban RT untuk melaporkan setiap kematian warganya kepada Instansi Pelaksana. Pelaporan tersebut dilakukan secara berjenjang melalui RW, Desa/Kelurahan dan Kecamatan. Dengan kebijakan ini diharapkan cakupan pencatatan kematian akan meningkat secara signifikan. (UU No. 24 Tahun 2013,Pasal 44). i. Semula stelsel aktif Semula stelsel aktif diwajibkan kepada penduduk, diubah menjadi stelsel aktif diwajibkan kepada pemerintah melalui petugas. (Penjelasan UU No. 24 Tahun 2013). j. Penambahan Sanksi. Setiap orang yang memerintahkan dan/atau memfasilitasi dan/atau melakukan manipulasi data kependudukan dan/atau elemen data penduduk sebagaimana dimaksud dalam Pasal 77 dipidana dengan penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda paling banyak Rp.75.000.000,00 (tujuh puluh lima juta rupiah). (UU No. 24 Tahun 2013, Pasal 94) Setiap pejabat dan petugas pada desa/kelurahan, kecamatan, UPT Instansi Pelaksana, Intansi Pelaksana yang memerintahkan dan atau memfasilitasi pungutan biaya kepada Penduduk dalam pengurusan dan penerbitan Dokumen Kependudukan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 79A dipidana dengan penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 75.000.000,00 (tujuh puluh lima ribu rupiah). (UU No. 24 Tahun 2013, Pasal 95B). Setiap orang atau Badan hukum yang tanpa hak mencetak, menerbitkan, dan/atau mendistribusikan Dokumen Kependudukan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) huruf c dipidana dengan penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 ( satu miliar rupiah). (UU No. 24 Tahun 2013, Pasal 96A).