Uploaded by User122657

pdfcoffee.com meralgia-paresthetica-pdf-free

advertisement
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
1
BAB I. PENDAHULUAN
2
BAB II. LAPORAN KASUS
3
BAB III. TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Definisi
13
3.2 Epidemiologi
13
3.3 Anatomi dan Fisiologi
14
3.4 Patofisiologi
18
3.5 Etiologi
19
3.6 Manifestasi Klinik
19
3.7 Diagnosa
21
3.8 Diagnosa Banding
22
3.9 Penatalaksanaan
23
3.10.Komplikasi
25
3.11 Prognosis
26
BAB IV. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
27
28
Meralgia Paresthetica | 1
BAB I
PENDAHULUAN
Meralgia parestetika (MP) merupakan mononeuropati saraf kutaneus femoralis lateral
(LFCN), pertama kali dideskripsikan oleh Bernhardt pada tahun 1878; Hager pada tahun
1885, mendeskripsikan nyeri panggul sekunder akibat trauma LFCN. Pada tahun 1895,
Bernhardt dan Roth mempublikasikan artikel tentang MP, dan sindrom ini dikenal juga
sebagai sindrom Bernhardt-Roth. Roth kemudian memberikan istilah meralgia, yang berasal
dari bahasa Yunani yaitu meros yang berarti paha dan algos yang berarti nyeri.
Meralgia parestetika merupakan neuropati sensorik yang terjadi akibat kompresi
LFCN pada ligamentum ingunale. Kompresi LFCN pada ligamentum inguinale ini
berhubungan dengan kehamilan, obesitas, dan pemakaian ikat pinggang ketat. LFCN juga
dapat mengalami cedera karena pembedahan, terutama pembedahan di daerah inguinal.
Diagnosis MP dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Bila
meragukan, dapat digunakan pemeriksaan elektrodiagnostik yang efektif untuk menegakkan
diagnosis.
Meralgia Paresthetica | 2
BAB II
LAPORAN KASUS
Nama Dokter Muda
:
Tanggal
: 20 Mei 2014
IDENTITAS
Nama
: Muhammad Nur
Agama
: Islam
Umur
: 37 Tahun
Status perkawinan
: Menikah
Jenis kelamin
: Laki-laki
Pekerjaan
: Wiraswasta
Alamat
: Gp. Daulat
Masuk rumah sakit
: 20-5-2014
ANAMNESIS
Diperoleh dari autoanamnesa
Keluhan Utama
Pangkal paha sampai dengan ujung kaki terasa panas seperti disiram air cabe dan
terasa berdenyut.
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke poli saraf RSUD Langsa dengan keluhan pangkal paha sampai
dengan ujung kaki terasa panas seperti disiram air cabe dan terasa berdenyut seperti ditusuk
sejak 3 bulan. Panas hanya dirasakan pada paha bagian kanan dan terus menerus yang
memberat pada saat istirahat terutama pada malam hari dan berkurang pada saat beraktivitas
di siang hari saat berkerja. Awalnya panas yang dirasakan tidak terlalu berat, namun saat ini
semakin terasa berat dan mengganggu aktivitas.
Sebelumnya pasien pernah berobat ke mantri dan diberikan obat minum yang pasien
tidak mengetahui nama obatnya, namun keluhan tersebut tidak berkurang. Pasien tidak
pernah mengalami hal serupa sebelumnya. Riwayat mengalami trauma juga disangkal.
Demam (-), mual (-), muntah (-), BAK dan BAB dalam batas normal.
Riwayat Penyakit Dahulu
-
Riwayat hipertensi ( - )
Meralgia Paresthetica | 3
-
Riwayat diabetes mellitus ( - )
Riwayat Penyakit Keluarga
-
Riwayat penyakit dengan keluhan yang sama dalam keluarga disangkal.
Riwayat Penggunaan Obatan
-
Riwayat penggunaan obat didaptakan dari mantri namun pasien tidak mengetahui
nama obatnya.
ANAMNESIS SISTEM
Sistem serebrospinal
: Rasa panas dan seperti ditusuk pada paha sebelah kanan
sampai ke ujung kaki.
Sistem kardiovaskuler
: Nyeri dada (-)
Sistem respirasi
: Sesak nafas (-), batuk (-)
Sistem gastrointestinal
: Nyeri ulu hati (-), mual (-), muntah (-)
Sistem muskuloskeletal
: Tidak ada
Sistem integumentun
: Tidak ada
Sistem urogenital
: Retensi urin (-), disuria (-), hematuria (-)
RESUME ANAMNESIS
Os datang ke poli saraf RSUD langsa dengan keluhan pangkal paha sampai dengan
ujung kaki terasa panas seperti disiram air cabe dan terasa berdenyut seperti ditusuk sejak 3
bulan. Panas hanya dirasakan pada paha bagian kanan dan terus menerus yang memberat
pada saat istirahat terutama pada malam hari dan berkurang pada saat beraktivitas di siang
hari saat berkerja. Riwayat hipertensi (+), Riwayat penggunaan obat – obatan.
DIAGNOSA SEMENTARA
Diagnosis klinis
: Rasa panas dan tertusuk pada paha kanan sampai ujung kaki
Diagnosis topis
: n. cutaneus femoralis lateral dextra
Diagnosis etiologis
: Vaskuler dd/ infeksi dd/ trauma
PEMERIKSAAN FISIK
I.
Status Generalis
BB
kg
Tekanan darah :
kanan 110/70 mmHg
Meralgia Paresthetica | 4
TB
cm
kiri
Pernafasan 20x/menit
Denyut nadi
:
Suhu 36,7 oC
Keadaan umum
: Baik
Status gizi
: Baik
Paru-paru
: Inspeksi
Jantung
Abdomen
II.
kanan 78
x/menit
kiri
x/menit
: Nyeri tekan (-)
Perkusi
: Sonor
Auskultasi
: Vesikuler: +/+
: Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi
: Ictus cordis teraba (+)
Perkusi
: Redup
Auskultasi
: Mur-mur (-)
: Inspeksi
78
: Simetris, retraksi (-)
Palpasi
: Inspeksi
110/70 mmHg
: Kembung (-)
Palpasi
: Nyeri tekan (-)
Perkusi
: Tympani
Auskultasi
: Peristaltik (+)
Hepar
: Tidak terdapat perbesaran
Lien / Splen
: Tidak terdapat perbesaran
Status Neurologis
Kesadaran kualitatif
: ( compos mentis )
Kesadaran kuantitatif
: GCS : ( E4V5E6 )
Tingkah laku
( baik )
Perasaan hati ( cemas (+) )
Orientasi : Tempat ( baik )
Jalan pikiran
( bagus )
Waktu ( baik ) Orang ( baik ) Sekitar ( baik )
Kecerdasan
( baik )
Daya ingat kejadian “baru” ( baik ) “lama” ( baik )
Kemampuan bicara
: ( baik )
Sikap tubuh ( normal )
Cara berjalan ( dalam batas normal )
Gerakan abnormal ( tremor (-) )
Kepala
Ukuran ( dalam batas normal )
: Bentuk ( normochepali )
Pulsasi ( + ) Nyeri tekan ( - ) Bising ( - )
Leher
: Gerakan ( bebas )
Kaku kuduk ( - )
Bentuk vertebra (normal) Nyeri tekan vertebra ( - ) pulsasi ( - )
Bising karotis “kanan” ( - ) “kiri” ( - )
Meralgia Paresthetica | 5
Bising subklavia “kanan” ( - ) “kiri” ( - )
Lhermitte ( - ) Nafziger ( - ) Valsava ( - ) Brudzinski (tidak
dilakukan)
Saraf otak
daya pembau “kanan” ( dbn )
N.I (Olfaktorius) :
“kiri” ( dbn )
N.II (Optikus)
kanan
kiri
Daya penglihatan
( dbn )
(dbn)
Pengenalan warna
( baik )
(dbn)
Medan penglihatan
( dbn )
(dbn)
N.III (Okulomotorius)
kanan
kiri
( - )
( - )
Refleks cahaya langsung
(+)
(+)
Gerak “medial” ( + )
( + )
Refleks cahaya tak langsung (+)
(+ )
Mata “atas”
( +)
Refleks akomodatif
(+)
(+ )
Ptosis
Ke
( + )
“bawah” ( + )
kanan
kiri
( + )
Ukuran pupil
(3mm) (3mm )
Strabismus divergen
(- )
(- )
Bentuk pupil
(bulat)
Diplopia
( -)
(-)
(bulat)
N.IV (Troklearis)
kanan
kiri
Gerak mata ke medial bawah
( + )
( +)
Strabismus konvergen
( - )
( - )
Diplopia
( - )
( - )
N.V (Trigeminus)
kanan
kiri
kanan
kiri
Mengigit
(+)
(+ )
Refleks kornea
( tidak dilakukan )
Membuka mulut
(+)
(+)
Refleks bersin
( tidak dilakukan )
Sensibilitas “atas” ( + )
(+ )
Refleks maseter
( tidak dilakukan )
Muka “tengah” ( + )
(+ )
Refleks zigomatikus ( - )
(-)
“bawah” ( + )
(+ )
Trismus
(-)
( - )
Meralgia Paresthetica | 6
N.VI (Abdusen)
kanan
kiri
Gerak mata ke lateral
( + )
( + )
Strabismus konvergen
( - )
( - )
Diplopia
( - )
( - )
N.VII (Fasialis)
kanan
kiri
Kerutan kulit dahi
(+)
(+)
Tik fasialis
Kedipan mata
(+)
(+)
Lakrimasi
Lipatan naso-labial
(+)
(+)
Daya kecap lidah
Sudut mulut
(+)
(+)
2/3 depan
Mengerutkan dahi
(+)
(+)
Refleks visuopapebra
(+ )
(+)
Mengerutkan alis
(+)
(+)
Refleks glabella
(-)
(-)
Menutup mata
(+)
(+)
Refleks aurikulopalpebral (- )
(-)
Meringis
(+ )
( +)
Tanda Myerson
(-)
(-)
Mengembungkan pipi (+ )
( +)
Tanda Chovstek
(-)
(-)
Bersiul
kanan
kiri
(-)
(-)
(-)
(-)
(tdk dilakukan)
(+)
N.VIII (Akustikus)
kanan
kiri
kanan
kiri
Mendengar suara berbisik
( + )
(+)
Tes Rinne
(tdk dilakukan)
Mendengar detik arloji
( + )
(+)
Tes Weber
(tdk dilakukan)
Tes Schwabach(tdk dilakukan)
N.IX (Glosofaringeus)
Arkus faring
kanan
kiri
( + )
( + )
Sengau
( - )
Tersedak
( - )
Daya kecap lidah
1/3 belakang
(tdk dilakukan)
Refleks muntah
( tidak dilakukan )
N.X (Vagus)
kanan
kiri
Arkus faring
( + )
( + )
Bersuara ( + )
Nadi
(+ )
( + )
Menelan ( + )
N.XI (Aksesorius)
Memalingkan kepala
Sikap bahu
kanan
( + )
kiri
(+ )
(simetris) (simetris)
kanan
kiri
Mengangkat bahu ( + )
(+)
Trofi otot bahu
( eutrofi )
Meralgia Paresthetica | 7
N.XII (Hipoglosus)
kanan
kiri
Sikap lidah
(baik)
(baik)
Kekuatan lidah
Artikulasi
(baik)
(baik)
Trofi otot lidah
Tremor lidah
( - )
(- )
Fasikulasi lidah
Menjulurkan lidah
( dbn )
kanan
kiri
( dbn )
(dbn)
( eutrofi )
(- )
(-)
( dbn )
Badan
Trofi otot punggung ( eutrofi ) Trofi otot dada ( eutrofi )
Nyeri membungkukkan badan ( -
)
Palpasi dinding perut nyeri tekan (
- )
Kolumna vertebralis: bentuk ( dbn ) gerakan ( dbn ) nyeri tekan ( + )
Refleks dinding perut: kanan ( normal) kiri ( normal )
Refleks kremaster ( tidak dilakukan)
Alat kelamin ( tidak dilakukan )
Anggota Gerak Atas
kanan
kiri
Inspeksi : drop hand
(- )
( - ) claw hand
(-)
(-)
( - )
( - ) kontraktur
(-)
(-)
pitcher’s hand
warna kulit
kanan
kiri
( coklat ) ( coklat)
palpasi: (sebut kelainannya) ( - )
Lengan atas
Lengan bawah
Tangan
kanan
kiri
kanan
kiri
kanan
kiri
Gerakan
(B )
(B )
(B )
(B )
(B )
(B )
Kekuatan
(5 )
(5 )
(5 )
(5 )
(5 )
(5 )
Tonus
(dbn)
(dbn)
(dbn)
(dbn)
(dbn)
(dbn)
Trofi
(eutrofi)
(eutrofi)
(eutrofi)
(eutrofi)
(eutrofi)
(eutrofi)
( + )
( + )
( +)
( + )
( + )
( +)
( + )
( + )
( + )
(+)
(+)
(+)
Sensibilitas:
Nyeri
( + )
Termis
( tidak dilakukan )
Taktil
( + )
Diskriminasi
( tidak dilakukan )
Posisi
( + )
Vibrasi
( tidak dilakukan )
( + )
(+)
( +)
Meralgia Paresthetica | 8
Biseps
Triseps
kanan
kiri
kanan
Refleks fisiologis
( +2 )
( +2 )
( +2)
Perluasan refleks
( - )
( - )
Refleks silang
( - )
( - )
Refleks patologis:
kanan ( - )
Radius
kiri
kanan
Ulna
kiri
kanan
kiri
( +2 ) ( +2 )
( +2 )
(+2)
(+2)
( - )
( - ) ( - )
( - )
( - )
( - ) ( - )
( - )
(-)
(- )
(-)
(-)
kiri ( - )
Anggota Gerak Bawah
Kanan
kiri
Inspeksi : drop foot
( - )
( - )
palpasi:
( - )
( - )
edema
Tungkai atas
kanan
kanan
kiri
Kontraktur
(- )
(-)
Warna kulit
(coklat)
(coklat)
Tungkai bawah
kiri
kanan
Kaki
kiri
kanan
kiri
Gerakan
(B)
( B)
( B)
( B)
(B)
(B)
Kekuatan
(5)
(5)
(5)
(5)
(5)
(5)
Tonus
(dbn)
(dbn)
(dbn)
(dbn)
(dbn)
(dbn)
Trofi
(eutrofi)
(eutrofi)
(eutrofi)
(eutrofi)
(eutrofi) (eutrofi
Sensibilitas:
Nyeri
( ++ )
Termis
( tidak dilakukan )
Taktil
(
Diskriminasi
( tidak dilakukan )
Posisi
( + )
Vibrasi
( tidak dilakukan )
)
(+)
( + )
( + )
( + )
( +)
(+ )
( +)
(+ )
( + )
( + )
Patella
Refleks fisiologis
( + )
( + )
( + )
( + )
( +)
Archilles
kanan
kiri
( +2 )
(+2)
kanan
( +2 )
kiri
( +2 )
Meralgia Paresthetica | 9
Perluasan refleks
( - )
( - )
( - )
( - )
Refleks silang
( - )
( - )
( - )
( - )
Refleks patologis:
kanan (
-
( - )
) kiri
kanan
kiri
kanan
kiri
Babinsky
( - )
( - )
Gonda
( - )
(- )
Chaddock
( - )
( - )
Bing
( - )
( - )
Oppenheim
( - )
( - )
Rossolimo
( - )
( - )
Gordon
( - )
( - )
Mendel
( - )
( - )
Schaeffer
( - )
( - )
Bechterew
kanan
kiri
kanan
kiri
Laseque
( - )
( - )
Brudzinski II (tidak dilakukan)
O’Connel
( - )
( - )
Guillan
( tidak dilakukan)
Patrick
( - )
( - )
Edelman
( tidak dilakukan)
Kontra Patrick
( - )
( - )
Kernig
( tidak dilakukan)
Gaenslen
( tidak dilakukan )
Klonus paha
( - )
Homan
( tidak dilakukan )
Klonus kaki
( - )
( - )
( - )
Koordinasi, langkah, dan keseimbangan
Cara berjalan (dalam batas normal)
Tes Romberg ( - ) Ataksia ( - )
Disdiadokokinesis (dalam batas normal ) Reboud Phenomen ( tidak dilakukan)
Nistagmus (
-
)
Dismetri: tes telunjuk hidung (dalam batas normal ) tes hidung-telunjuk-hidung
(dalam batas normal )
Tes telunjuk-telunjuk (dalam batas normal)
Gerakan abnormal: tremor
(
-
) khorea (
-
)
balismus (
-
) atetose (
-
)
Fungsi Vegetatif
Miksi: inkontinensia urin ( - ) retensi urin ( - ) anuria ( - ) poliuria ( - )
Defekasi: inkontinensia alvi ( - ) retensi alvi (
-
) ereksi ( tidak dilakukan )
Meralgia Paresthetica | 10
RESUME PEMERIKSAAN
Dari pemeriksaan didapatkan paha kanan sampai ke ujung kaki terasa panas sejak 3
bulan.. Riwayat trauma (-), Riwayat hipertensi (-), Riwayat diabetes mellitus (-), Riwayat
penggunaan obat- obatan (+), riwayat mengalami hal yang serupa sebelumnya disangkal
-
Keadaan umum : Baik
-
Kesadaran
: Compos mentis
-
GCS
: E4 V5 M 6
-
Tanda vital : TD : 110/70 mmhg
HR : 78
x/i
RR : 24
x/i
o
T : 36,7
-
C
Kelainan saraf :
n. cutaneus femoralis lateral dextra
DIAGNOSA AKHIR
Diagnosis Klinis
: neurophati femoris lateral dextra
Diagnosa Topis
: nervus cutaneus femoralis lateral dextra
Diagnosa etiologis
: meralgia paresthetica dd syndrom piriformis dd ischialgia dd
hnp
PENATALAKSANAAN
-
Metilprednisolon 3 x 4 mg
-
Provelyn 1 x 75 mg
-
Renadinac 1 x 50 mg
-
Amitriptilin 1 x 12,5 mg
-
Omeprazole 1 x 1
PROGNOSIS
Death
: Dubia at bonam
Meralgia Paresthetica | 11
Disease
: Dubia at bonam
Disability
: Dubia at bonam
Discomfort
: Dubia at malam
Dissatisfaction : Dubia at bonam
Destitution
: Dubia at bonam
BAB III
Meralgia Paresthetica | 12
TINJAUAN PUSTAKA
3.1. DEFINISI
Meralgia parestetika merupakan mononeuropati saraf kutaneus femoralis lateral
(LFCN) yang ditandai dengan keluhan nyeri, mati rasa atau kesemutan regio anterolateral
paha. LFCN merupakan saraf sensorik berasal dari radiks saraf lumbal 2 dan lumbal 3.
Kelainan ini sering berhubungan dengan cedera atau adanya tekanan pada LFCN.1
Meralgia parestetika merupakan neuropati sensorik yang terjadi akibat kompresi
LFCN pada ligamentum ingunale. Kompresi LFCN pada ligamentum inguinale ini
berhubungan dengan kehamilan, obesitas, dan pemakaian ikat pinggang ketat. LFCN juga
dapat mengalami cedera karena pembedahan, terutama pembedahan di daerah inguinal.
Diagnosis MP dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Bila
meragukan, dapat digunakan pemeriksaan elektrodiagnostik yang efektif untuk menegakkan
diagnosis. 1
3.2. EPIDEMIOLOGI
Meralgia paresthetica (MP) paling sering terjadi pada individu berusia 30 sampai 40
tahun dengan tingkat kejadian dilaporkan 4,3 kasus per 10.000 pasien pertahun pada populasi
umum dan 247 kasus per 100.000 pasien pertahun pada individu dengan diabetes mellitus.
MP memiliki kecenderungan yang lebih tinggi pada laki-laki daripada perempuan dewasa.
Beberapa peneliti juga melaporkan terjadinya MP dalam berbagai olahraga dan kegiatan fisik
termasuk: senam, baseball, sepak bola, body building, dan latihan berat. Sebagian dari
investigasi ini adalah laporan kasus tanpa korelasi cedera.2
3.3. ANATOMI DAN FISIOLOGI
LFCN merupakan saraf sensorik primer, saraf ini juga mengandung serabut-serabut
eferen simpatetik, yang membawa impuls vasomotor, pilomotor, dan sudomotor. Saraf ini
berasal dari pleksus lumbalis radiks L2 dan L3, berjalan sepanjang area posterolateral
muskulus psoas mayor, di atas muskulus iliaka di dalam fasia iliaka menuju area spina iliaka
anterior superior (SIAS). Saraf ini mungkin berhubungan dengan nervus femoralis saat
melalui ligamentum inguinale atau mungkin atas atau menembus ligamentum inguinale; area
ini merupakan lokasi lesi LFCN paling sering. Kadangkala saraf ini memasuki paha di dalam
atau di bawah muskulus sartorius. Saraf ini membagi menjadi divisi anterior dan posterior
Meralgia Paresthetica | 13
pada jarak yang bervariasi dari SIAS. Cabang anterior memasuki fasia lata sekitar 10 cm
inferior SIAS, dan menginervasi kulit di area anterolateral dari paha hingga lutut.Cabang
posterior yang lebih kecil menginervasi kulit di atas trochanter mayor ke bawah hingga ke
area yang diinervasi oleh cabang anterior.1
Gambar 1 : perjalanan nervus cutaneus femoris lateralis
Beberapa variasi anatomi penting untuk diketahui sebagai pertimbangan untuk
melakukan tindakan bedah pada rongga pelvis untuk mengurangi resiko terjadinya MP.
3.4. PATOFISIOLOGI
Jebakan nervus cutaneus femoris lateralis dapat terjadi pada 3 tempat potensial.
1.
Di samping kolumna spinalis
2.
Dalam cavum abdomen dimana nervus melintas sepanjang pelvis
3.
Sewaktu nervus keluar pelvis
Tempat ketiga ini adalah yang paling sering terjadi dimana jebakan saraf mungkin
melibatkan m.sartorius atau mungkin disebabkan kompresi superficial sederhana dekat crista
Meralgia Paresthetica | 14
iliaca dan SIAS oleh pakaian yang ketat atau trauma.
Gambar : kompresi nervus cutaneus femoris lateralis oleh ligamentum inguinale
Penekukan nervus cutaneus femoris lateralis melintasi crista iliaca terjadi akibat
tenaga kompresi dengan reposisi postural. Sebuah pendapat mengatakan bahwa ikatan
fibrosa dalam fascia menyebabkan gangguan daya regang nervus cutaneus femoris
lateralis. Saraf yang melintasi pada lintasan superfisial ketika memasuki kompertemen
paha membuatnya cenderung mudah mendapat trauma akibat kompresi pada tulang di
bawahnya.3
Gerakan pinggul dengan perubahan angilasi dan regangan saraf, yang dapat
mempegaruhi gejala yang terjadi. Sebagai contoh, ekstensi pangkal paha dapat
meningkatkan angulasi dan regangan saraf, sedangkan fleksi dapat mengurangi kekuatan
tersebut.3
Beberapa proses dapat menimbulkan gangguan nervus cutaneus femoris lateralis
sepanjang perjalanannya yang menyebabkan gangguan sensorik yang dirasakan pada
disribusi kutaneusnya. Proses-proses dibawah ini dapat menyebabkan meralgia
paresthetica dan proses patologis yang membangkitkan gejala berkaitan dengan lesi pada
tempat tertentu sepanjang nervus. 3
 Trauma
 Kompresi akut pada NCFL pada ligamentum inguinalis dari tekanan sabuk
pengaman pada kecepatan tinggi saat kecelakaan kendaraan bermotor.
 Frakttur pelvis
 Peninggian pelvis sesisi karena pemendekan salah satu tungkai, duduk
bersila terlalu lama. Hal-hal tersebut dapat menyebabkan jaringan dibawah
ujung lateral ligamentum inguinale atau fascia lata berproliferasi dan
menjerat serabut-serabut nervus cutaneus femoris lateralis.
 Iatrogenik – perlukaan pada NCFL dilaporkan setelah menjalani prosedur operasi
 Pencangkokan tulang crista iliaca
 Osteotomi pelvis
 Operasi shelf pada insufisiansi acetabulum
 Diseksi nodus limfatikus inguinal
 Appendektomi
 Hiterektomi total abdominal.
Meralgia Paresthetica | 15
 Mekanikal retroperitoneal subakut - proses ini dapat menyebabkan pleksopati
 Invasi tumor
 Hemoragik
 Abses

Obstetri dan ginekologi
 Endometriosis – nyeri MP berulang dan berkurang saat menstruasi
 Kompresi fetus selama trisemester kedua dan ketiga

Kompresi mekanik kronik dan subakut atau oeregangan pada ligamentum inguinale
 Pakaian ketat pinggang
 Penahan, pembebatan
 Ikat pinggang tukang kayu, polisi
 Ikat pinggang pembawa bendera
 Kegemukan (Obesitas)

Penyebab mekanik lainnya, termasuk :
 Penampungan untuk pengobatan intratekal yang diletakkan pada abdomen
kuadran kanan bawah
 Ascites
 Kompresi radiks L2-L3
Menurut Jiang dkk, dari 232 pasien yang terbukti dengan stenosis spinalis
lumbal,
13
memiliki
gejala
meralgia
paraesthetica.
Laminektomi
dekompresi secara signifikan mengurangi area hipo-aestesi pada paha,
penyembuhan yang baik ditemukan 7 dari 11 kasus. Radikulopati multipel
(patologi pada akar saraf), kelompok otot termasuk muskulus paraspinal
yang diinervasi akar saraf L2-L3, kelemahan atau perubahan denervasi pada
pemeriksaan EMG jarum.

Gangguan metabolik dan reaksi imunologi
 Diabetes
 plexitis

Kondisi infeksi : termasuk herpes zoster
 Faktor etiologi yang bersifat infeksi juga pernah disebut sehigga dianggap
sebagai faktor menifestasi neuritis sensorik mutlak.

Idiopatik
Meralgia Paresthetica | 16
Beberapa proses sitemik sering merusak nervus perifer termasuk nervus cutaneus
femoris lateralisasi. Diabetes mellitus termasuk salah satu penyebabnya, dimana terjadi
neuropati fokal atau difus
3.5. ETIOLOGI
Etiologi MP sangat bervariasi dan dapat dikategorikan menjadi dua, spontan dan
iatrogenik. MP spontan terjadi tanpa riwayat pembedahan dan dibagi atas jenis idiopatik dan
metabolik. MP iatrogenik dapat terjadi sebagai komplikasi beberapa prosedur operasi; faktor
mekanik atau metabolic mungkin terlibat pada MP iatrogenik. Kasus MP spontan melibatkan
factor mekanik seperti obesitas, kehamilan dan kondisi lain yang berhubungan dengan
peningkatan tekanan intraabdominal. LFCN dapat mengalami trauma pada beberapa area
sepanjang perjalanannya.
Daerah yang paling sering adalah saat saraf ini menembus atau menyilang
ligamentum inguinale. Penggunaan ikat pinggang, korset, dan celana ketat dapat memberikan
tekanan langsung pada LFCN. Penggunaan ikat pinggang ketat, disertai sarung untuk pistol
telah dilaporkan dapat menyebabkan MP bilateral. Penyakit dalam panggul, seperti tumor
intraabdomen, telah dilaporkan dapat menyebabkan MP. Saraf ini juga dapat terjerat di
daerah retroperitoneal atau saat penetrasi dalam fasia lata.
Faktor metabolik yang mempunyai implikasi dalam MP meliputi keracunan timbal,
alkohol, dan diabetes melitus. Pada diabetes, terdapat dua teori yang menjelaskan bagaimana
diabetes berkembang menjadi MP. Teori pertama melibatkan kelainan metabolism piruvat,
sorbitol dan lipid. Perubahan sekunder pada metabolisme mioinositol dan fosfoinositid
menghasilkan kerusakan aktivitas Na-K-ATPase, yang menyebabkan gangguan fungsi saraf.
Teori kedua adalah pembengkakan saraf akibat penurunan transpor aksoplasmik, yang
menyebabkan saraf lebih rentan terhadap kompresi.
Sasson dan Pesach (2011), melaporkan kasus MP akibat penggunaan simvastatin.
Kerusakan saraf akibat fungsi inhibisi statin yang tidak hanya menghambat sintesis
kolesterol, tetapi juga menghambat pembentukan dolichol dan ubiquinone. Kedua enzim ini
merupakan enzim kunci pada respirasi mitokondria.8 Penyebab iatrogenik MP meliputi
prosedur ortopedi, osteotomi panggul dan operasi spinal. Beberapa teknik pembedahan lain
yang dapat menyebabkan trauma LFCN meliputi kolesistektomi laparoskopik, miomektomi
laparoskopik, coronary artery bypass grafting, dan pembedahan katup aorta. Reparasi
laparoskopik hernia inguinalis juga telah dilaporkan berhubungan dengan MP.
Meralgia Paresthetica | 17
3.6. MANIFESTASI KLINIK
Gejala klinis MP berkaitan dengan luka atau penekanan LFCN. Mengingat saraf ini
tidak mempersarafi otot, tidak didapatkan gejala kelemahan otot, atrofi , atau hilangnya
refleks.
Gejala MP meliputi parestesia di paha atas dan lateral. Sebagian besar unilateral, 20%
bilateral. Keluhan berupa sensasi terbakar, tersengat, atau kesemutan, nyeri dan mati rasa
pada paha dan biasanya dapat dilokalisir. Beberapa pasien juga mengeluhkan alodinia pada
area distribusi saraf. Keluhan ini dapat ditimbulkan dengan mengetuk ligamentum inguinale;
ekstensi paha ke posterior yang menyebabkan tarikan saraf dapat memperburuk gejala,
kondisi berdiri terlalu lama juga telah diidentifi kasi dapat memperburuk gejala. Pada
pemeriksaan fisik sering didapatkan nyeri tekan pada lateral ligamentum inguinale tepat di
atas menyilangnya LFCN. Pasien juga mungkin mempunyai area tidak berambut di paha
anterior karena garukan untuk mengurangi gejala, dan ini merupakan tanda diagnostik
penting. Tanda Tinel biasanya didapatkan pada 1 cm medial dan anterior SIAS, tergantung
dari variasi anatomi. LFCN mungkin dapat di palpasi pada orang kurus dan dapat
menyebabkan iritasi.
3.7. DIAGNOSA
Meralgia parestetika ialah diagnosa yang di buat untuk gangguan perasa protopatik,
yang terdiri dari kesemutan atau “kecabaian” perasaan pada kulit bagaikan terkena lombok
atau cabai rawit) di daearah persarafan nervus kutaneus femoralis lateralis. Pada sikap
berbaring perasa abnormal tersebut menghilang atau berkurang, tetapi pada waktu berjalan
atau berdiri menjadi lebih menjemuhkan. Usapan pada daerah yang terkena memperkeras
parestesia/”kecabaian”. Gangguan perasa protopatik tidak begitu jarang dan lansung dapat
dikenal kalau kita sudah pernah menjumpainya.
A. Anamnesa
1. Nyeri pada sisi luar paha, kadang-kadang memanjang hingga ke sisi luar lutut,
biasanya konstan.
2. Sesnsasi seperti terbakar, kesemutan, atau mati rasa (kebas) di wilayah yang
sama. Terkadang dirasakan seperti sengatan lebah. Dirasakan tanpa dipicu oleh
suatu stimulasi fisik pada kulit.
3. Kadang-kadang nyeri di daerah selangkangan atau nyeri menyebar ke pantat.
4. Biasanya lebih sensitif terhadap sentuhan ringan dari pada tekanan kuat.
Meralgia Paresthetica | 18
5. Kepekaan yang berlebihan terhadap panas ( air hangat dari pancuran terasa
seperti terbakar ).
6. perubahan postur atau duduk atau berdiri yang lama dapat menimbulkan gejala
fluktuatif.
7. Gejala yang tampak dapat berkaitan dengan berhubungan dengan beberapa faktor
resiko, seperti kecelakaan kendaraan bermotor, kehamilan, riwayat operasi di
daerah pelvis, kegemukan dan lain-lain.
Gambar . Distribusi abnormalitas sesorik pada meralgia parestetika
B. Pemeriksaan fisik
Penguji akan memeriksa setiap perbedaan sensasi antara kaki yang terkena dan
kaki yang lain. Pemeriksaan abdomen dan paggul mungkin diperlukan untuk
mengecualikan masalah di daerah tersebut.
1. Pemeriksaan meunjukkan mati rasa pada paha anterolateral di semua atau
bagian dari daerah yang terlibat dengan parestesi, kadang-kadang hiperestesi.
Dengan “test pinprick” dapat ditemukan penurunan apresiasi, bersamaan dengan
munculnya reaksi hiperpatia pada perabaan.
Meralgia Paresthetica | 19
Gambar 8. Metode pengukuran area yang mengalami hipoaestesi pada paha
lateral dengan menggunakan tusukan jarum (pin-prick) dan sebuah film
transparan.
2. Ketukan di atas dan aspek lateral ligamentum inguinalis atau memperpanjang
paha posterior (merentangkan saraf) dapat mereproduksi atau memperburuk
parestesi.
3. palpasi dalam tepat di bawah SIAS (pengujian kompresi panggul) mereproduksi
gejala.
4. kekuatan motorik tungkai yang terlibat harus normal, tidak ada atrofi otot
ataupun perubahan refleks.
3.8. DIAGNOSA BANDING
Meskipun diagnosis MP dapat ditegakkan dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik,
diagnosis banding yang relevan tetap diperlukan. Tanda-tanda bahaya (red flags), seperti
metastasis pada krista iliaka dan herniasi diskus intervertebralis, dapat menyerupai MP.
Fraktur avulsi SIAS telah dilaporkan dapat menimbulkan MP. Appendisitis kronis dapat juga
memberikan gejala klinis sindrom mirip MP (MP-like syndrome). Gejala MP disertai keluhan
gastrointestinal dan urogenital mengarah ke tumor pelvis. Gejala MP adalah murni defisit
sensoris dan tidak sesuai dermatom, berbeda dengan herniasi diskus yang dapat menimbulkan
defisit motorik. Pada MP, tanda Laseque negatif.
3.9. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan akan bervariasi tergantung berat ringannya gejala yang
ditunjukkan. Dalam kebanyakan kasus, pengobatan terbaik adalah menghilangkan penyebab
kompresi dengan memodifikasi perilaku pasien, dikombinasi dengan perawatan medis untuk
menghilangkan peradangan dan rasa nyeri.
3.9.1. Fisioterapi
Pada meralgia paraesthetica dapat dilakukan terapi konservatif, seperti
fisioterapi, penguranga berat badan untuk mengurangi lingkar perut, aplikasi termal,
dan analgetik. Pasien harus menghindari pakaian ketata terutama didaerah pinggul
depan atas, ikat pinggang yang lebar, atau penyangga yang memberikan tekanan fokal
berlebihan pada ligamntum inguinale.
Meralgia Paresthetica | 20
Terapi fisikal direkomendasikan sebagai tambahan untuk terapi dengan
analgetik untuk mengontrol nyeri pada pasien dengan MP. Sebagai tambahan
pemanasan lembab, modilitas lain ang direkomendasikan termasuk trans cutaneus
electrical nerve stimulation (TENS). Modalitas ini digunakan untuk membantu
meredakan nyeri dan memampukan pasien melakukan latihan peregangan dengan
lebih santai.
3.9.2. Intervensi Bedah
Pasien yang gagal terapi konservatif dirujuk ke ahli bedah untuk menjalani
pembedahan dekomresi NCFL. Parameter untuk dilakukan pembedahan antara lain
Tinel Sign positif, EMG abnormal dan pembebasan segara gejala-gejala yang
mengiringi blok NCFL. Meskipun tindakan bedah transeksi NCFL ditujukan sebagai
terapi, hasilnya masih kurang memuaskan, dan beberapa pasien melaporkan disestesi
yang semakin berat. Tindakan bedah tidak selalu berhasil penuh dan dapat kambuh
kembali rata-rata 15-2-%.
3.9.3. Terapi Medikamentosa
Obat anti inflamasi non steroid (OAINS) akan mengurangi rasa nyeri.
Biasanya diberikan 7-10 hari. Penambahan narkotik untuk membunuh rasa sakit
mungkin diperlukan pada tingkat rasa sakit berat menyebabkan pasien terkadang sulit
tidur. Hindari penggunaan OAINS atau narkotik jangka panjang jika memungkinkan.
Selain itu dapat diberikan TCA atau antikonvulsan yang dimulai dari dosis rendah dan
dititrasi naik sampai gejala mereda atau sebaliknya muncul efek samping. Obat ini
sebaiknya dihentikan jika gejala tidak mereda dengan jumlah maksimal. Kesalahan
yang sering terjadi adalah menghentikan pengobatan sebelum level serym mencapai
rentang terapi.
Pada kasus yang parah dapat dilakukan blok saraf lokal pada ligamentum
inguinal dengan suntikan kombinasi obat bius lokal (lidokain, bupivacain) dan
Meralgia Paresthetica | 21
kortikosteroid. Suntikan dilakukan satu jari ke arah medial SIAS, dibawah ujung
lateral ligamentum inguinale atau di tempat serabut-serabut nervus cutaneus femoras
lateralis keluar dari fascia lata atau di kawasan disestetia / paraestesia / hipestesia
sendiri dapat menyembuhkan walaupun hanya meredakan gejala untuk sementara.
3.9.4. Terapi Lain
Perbaikan gejala mungkin dapat terjadi dengan melakukan koreksi
ketidaksesuaian panjang tungkai. Dapat dilakukan dengan menambah bantalan sepatu
atau modifikasi lainnya untuk mengoreksi ketidaksesuaian sehingga hiperekstensi
paha dapat diminimalkan pada sisi yag terpengaruh.
Pasien yang mengalami nyeri yang berkepanjangan dan membandel dengan
terapi konservatif dan blok saraf multipel dengan steroid lola;, dapat diberikan pulsed
radiofrequency. Penggunaan konvensional prosedur ini melibatkan aplikasi kontinyu
temperature tinggi, yang dihubungkan dengan degenerasi Wallerian, neurodestruksi
berat dan efek deafferensiasi.
3.10. PROGNOSIS
Prognosis tergantung pada etiologi gangguan NCFL. Meralgia parestetica ringan
yang disebabkan oleh mekanisme trauma external atau ringan terkadang dapat
mengalami remisi secara spontan. Bila dilakukan intervensi bedah dengan dekompresi
Meralgia Paresthetica | 22
saraf pada kasus yang terseleksi dengan baik, dilaporkan memiliki hasil yang cukup baik,
tetapi dapat kambuh kembali sekitar 15-20% kasus.
Apapun penyebabnya, pemulihan biasanya memerlukan beberapa minggu ke bulan,
tergantung pada keparahan kerusakan saraf. Pada kebanyakan pasien, meralgia
paresthetica dapat sembuh sendiri, dan dengan edukasi, pasien belajar untuk
mentoleransi gejala dan memodifikasi aktivitas, sekaligus untuk mencegah tindakan
bedah dan tindakan agresif lainnya. Instruksikan pasien untuk menghindari aktivitas
yang dapat menyebabkan trauma pada NCFL.
.
BAB IV
KESIMPULAN
Meralgia parestetika merupakan neuropati sensorik yang terjadi akibat kompresi
LFCN pada ligamentum ingunale. Kompresi LFCN pada ligamentum inguinale ini
berhubungan dengan kehamilan, obesitas, dan pemakaian ikat pinggang ketat. LFCN juga
dapat mengalami cedera karena pembedahan, terutama pembedahan di daerah inguinal.
Diagnosis MP dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Bila
meragukan, dapat digunakan pemeriksaan elektrodiagnostik yang efektif untuk menegakkan
diagnosis.
Gejala MP meliputi parestesia di paha atas dan lateral. Sebagian besar unilateral,
20% bilateral. Keluhan berupa sensasi terbakar, tersengat, atau kesemutan, nyeri dan mati
rasa pada paha dan biasanya dapat dilokalisir. Beberapa pasien juga mengeluhkan alodinia
pada area distribusi saraf.
Penatalaksanaan akan bervariasi tergantung berat ringannya gejala yang
ditunjukkan. Dalam kebanyakan kasus, pengobatan terbaik adalah menghilangkan penyebab
kompresi dengan memodifikasi perilaku pasien, dikombinasi dengan perawatan medis untuk
menghilangkan peradangan dan rasa nyeri.
Meralgia Paresthetica | 23
DAFTAR PUSTAKA
1. Djamil Y, A Basjiruddin. Kapita selekta neurologi. 2009. Yogyakarta: Gadjah Mada
University.
2. Sidharta, Priguna. Neurologi Klinis Dalam Praktek Umum. 1979. Dian Rakyat.
3. Ikhamuan.
Bell’s
Palsy.
2013.
Cited
21
Maret
2014.
Available
from
http://ikhamuan.blogspot.com/2013/07/bells-palsy.html
4. Lumbantobing.Neurologi Klinik. 2007. Jakarta: Universitas Indonesia.
5. Irga.
Bell’s
Palsy.
2009.
Cited
22
Maret
2014.
Available
from
http://www.irwanashari.com/260/bells-palsy.html.
6. Dr P Nara, Dr Sukardi. Bell’s Palsy, 2009. Cites 20 Maret 2014. Available from
“http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/sPalsy.pdf/ sPalsy.html
7. Nurdin, Moslem Hendra. 2010. Bell Palsy. Cited 22 Maret 2014. Available from
http://coolhendra.blogspot.com/2010/08/bell-palsy.html
8. Sabirin J. Hadinoto dkk. Gangguan Gerak Cetakan I. 1990. Semarang : Fakultas
Kedokteran Universitas Diponegoro.
9. Danette C Taylor, DO, MS. Bell Palsy. 2011. Cited 19 Maret 2014. Available from
“http://emedicine.medscape.com/article/1146903-overview#a0156”
Meralgia Paresthetica | 24
Download