Arah Kebijakan Pembangunan Bidang Pengendalian

advertisement
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTAAN
DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PERUBAHAN IKLIM
PROGRAM DAN KEGIATAN
PENGENDALIAN PERUBAHAN IKLIM
2015-2019
Disampaikan dalam Rapat Kerja Pengendalian Pembangunan Ekoregion se- Papua
Jakarta,2 Desember 2015
KARAKTER KEGIATAN
PENGENDALIAN PERUBAHAN IKLIM
Perubahan iklim merupakan isu yang berbasis ‘science’
Berdimenesi lokal, nasional, dan global melibatkan multi
stakeholder lintas sektoral/multilateral lintas nasional
Pengendalian perubahan iklim di Indonesia memerlukan
proses nasional dan internasional yang bersifat iterative
dan sinergis
PENANGANAN PERUBAHAN IKLIM : MEMERLUKAN PROSES
NASIONAL DAN INTERNASIONAL YANG ITERATIVE DAN
SINERGIS
• Mengusulkan para ‘scentists’
dalam ‘Roaster of Experts’
UNFCCC, dan
• Mendorong sebanyakbanyaknya tulisan ilmiah/
hasil penelitian dalam
jurnal internasional, agar dapat
menjadi bahan pertimbangan
IPCC.
KLHK – Lembaga
Ilmiah
IPCC
Melalui
Kontribusi
ilmiah Eksternalisasi
NASIONALSUB NASIONAL
Implementasi hasil
penterjemahan
Keputusan COP.
(negosiasi)
KLHK – KEMLU
Intergovernmental Panel on Climate
Change (IPCC) adalah Panel Ahli
yang bertugas menyiapkan basis
ilmiah (guidance/ guidelines teknismetodologis) baik untuk pengambilan
Keputusan COP maupun pelaksanaan
MAPI oleh negara peratifikasi
Konvensi/Protocol.
Posisi negosiasi yang disusun
berdasarkan
kebijakan/kepentingan nasional,
dg mempertimbangkan rangkaian
proses baik sejarah maupun ke
depan Catatan : peran ‘National
Focal Point/NFP’ sangat penting.
Internalisasi
(penterjemahan
Keputusan
COP ke konteks
nasional)
KLHK – BAPPENAS
UNFCCC
Keputusan COP untuk
diinternalisasikan
ke konteks nasional,
Catatan : koordinasi/komunikasi
yang
efektif diperlukan antara NFP dengan
penentu kebijakan di sektor terkait
dan
mitra, baik di Pusat maupun Daerah.
PPI DALAM KONTEKS PEMBANGUNAN
BERKELANJUTAN
Cat : Penanganan PI (terutama mitigasi)
harus DMRVable
non carbon benefits
(biodiversity, environmental services,
partisipasi/engagement,
governance, capacity
building dll)
Sustainable use
of natural resources
in production
processes,
low emissions,
adaptive to CC
Kelestarian
Lingkungan
Kelestari-an
Sosial
SD
LECDS
REDD+
Sustainable consumption,
socially acceptable,
low emissions, adaptive to CC
non carbon benefits (livelihood,
tenurial, partisipasi/engagement,
governance, capacity building dll)
Kelestari-an
Ekonomi
Sustainable
production, low
emissions,
adaptive
to CC
carbon benefits
(pengurangan emisi, konservasi carbon,
peningkatan stok carbon); dan incentives,
carbon market
TANTANGAN DAN KOMITMEN NASIONAL
Kondisi :



Berdasarkan Komunikasi Nasional Kedua, tahun 2010, emisi gas rumah kaca Indonesia
diprediksi sebesar 1.800 MtC02e pada tahun 2005.
Sebagian besar emisi (63 %) berasal dari perubahan penggunaan lahan dan kebakaran gambut,
dan sisanya dari pembakaran bahan bakar fosil yaitu sekitar 19 % dari total emisi.
Baseline emisi Indonesia menggunakan BAU tahun 2010 berdasarkan data histori (2000-2010)
memperkirakan bahwa emisi sektor energi ·meningkat dengan asumsi ketiadaan tindakan
mitigasi
Komitmen Nasional :


Pada tahun 2009 Indonesia secara sukarela berkomitmen menurunkan
emisi sebesar 26 % dengan upaya sendiri dan 41 % dengan dukungan
internasional pada tahun 2020, dibanding skenario business as usual
dengan pertumbuhan ekonomi 7 % pertahun.
Pada tahun 2030 berkomitmen mengurangi 29 % dengan upaya sendiri
(Indonesia’s INDC issued in 2015)
KEBIJAKAN NASIONAL
PENGENDALIAN PERUBAHAN IKLIM



Pemerintah Indonesia memandang konsep yang terintegrasi antara
mitigasi dan adaptasi perubahan iklim sebagai upaya dalam
membangun ketahanan dan pengamanan terhadap banjir,
ketersediaan air, dan sumber energi.
Tujuan Kebijakan Adaptasi Perubahan Iklim:
 untuk mempertahankan ekonomi nasional yang kuat, untuk
menjamin keamanan pangan, serta untuk melindungi mata
pencaharian dan kesejahteraan rakyat dengan membangun
ketahanan bagi masyarakat yang terkena dampak serta
ketahanan sektor.
Arah Tindakan Adaptasi Perubahan Iklim :

pemberdayaan masyarakat dalam rangka meningkatkan
kapasitas ketahanan dalam mengatasi dampak
perubahan iklim.
STRATEGI PENGENDALIAN PERUBAHAN IKLIM



Diperlukan rencana yang komprehensif dan menyeluruh yang secara efektif
dapat menerapkan pola produksi dan konsumsi yang berkelanjutan,
dengan mengambil manfaat dari kearifan lokal masyarakat adat.
Pendekatan strategis didasarkan pada prinsip-prinsip dasar sebagai
berikut:
1. Pendekatan tataruang
2. Mempromosikan best practices yang sudah ada
3. Pengarustamaan agenda iklim ke dalam perencanaan pembangunan
4. Mempromosikan ketahanan iklim untuk pangan, air dan energi
Pengembangan dan Penguatan Kelembagaan
 Membentuk Direktorat Jenderal Pengendalian Perubahan lklim yang baru
dibawah Kementerian Ungkungan Hidup dan Kehutanan sesuai dengan
Peraturan Presiden No 16 tahun 2015, bertugas sebagai Nasional Focal
Point untuk Konvensi Party (COP) dari the United Nations Framework on
Climate Change Convention (UNFCCC).
 Dalam rangka mengefektifkan koordinasi hasil-hasil dan proses dari
berbagai sektor dan parapihak maka Kementerian menetapkan Dewan
Pengarah Pengendalian Perubahan lklim tingkat Nasional sebagai badan
ad -hoc
DITJEN PPI
DASAR
TUGAS
FUNGSI
PERAN
•Peraturan Presiden Nomor 16 tahun 2015
•Peraturan Menteri LHK No. 18/2015
•menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang
pengendalian perubahan iklim
•Penyelengaraan fungsi perumusan kebijakan dan pelaksanaan kebijakan di bidang penyelenggaraan mitigasi, adaptasi, penurunan emisi
GRK, penurunan dan penghapusan bahan perusak ozon, mobilisasi sumber daya, inventarisasi GRK, monitoring, pelaporan dan verifikasi
perubahan iklim serta pengendalian kebakaran hutan dan lahan; penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, koordinasi dan
sinkronisasi pelaksanaan kebijakan, pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi; pelaksanaan evaluasi dan pelaporan, pelaksanaan
administrasi DJPPI; dan pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri
• National Focal Point Pengendalian Perubahan Iklim
TARGET KINERJA PROGRAM DITJEN PPI
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 39 Tahun 2015 tentang
Renstra Kementerilan LHK, Ditjen PPI diberi mandat dalam pencapaian 2 (dua)
Sasaran Strategis Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
KINERJA KEMENTERIAN
KINERJA PROGRAM
SASARAN STRATEGIS
INDIKATOR KINERJA
SASARAN PROGRAM
Menjaga kualitas lingkungan
hidup untuk meningkatkan daya
dukung lingkungan, ketahanan
air dan kesehatan masyarakat
(S1)
Indeks kualitas
lingkungan hidup berada
pada kisaran 66,5 – 68,5
Pengendalian Perubahan Iklim (P6)
Melestarikan keseimbangan
ekosistem dan keanekaragaman
hayati serta keberadaan
sumberdaya alam sebagai sistem
penyangga kehidupan untuk
mendukung pembangunan
berkelanjutan (S3)
Derajat keberfungsian
ekosistem meningkat
setiap tahun
Pengendalian Perubahan Iklim (P6)
Meningkatnya efektifitas adaptasi
mitigasi perubahan iklim (S1.P6)
INDIKATOR KINERJA PROGRAM
dan
Persentase penurunan emisi Gas Rumah
Kaca (GRK) dari sektor kehutanan, gambut
dan limbah sebesar 21,7% (S1.P6.IKP)
Menurunnya luas areal kebakaran hutan
(S3.P6.1)
Luas areal kebakaran hutan dan lahan
menurun setiap tahun (S3.P6.1.IKP)
Meningkatnya wilayah yang memiliki
kapasitas adaptasi perubahan iklim
(S3.P6.2)
Jumlah wilayah yang memiliki kapasitas
adaptasi perubahan iklim meningkat setiap
tahun (S3.P6.IKP.2)
SASARAN KEGIATAN
ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM
KEGIATAN
INDIKATOR
Meningkatnya kemampuan a. Jumlah wilayah yang difasilitasi pengembangan
adaptasi perubahan iklim di
skenario iklim sebanyak 15 wilayah
15 wilayah
b. Jumlah wilayah yang difasilitasi dalam
pengembangan (downscalling) rencana aksi
adaptasi perubahan iklim di daerah sebanyak 15
wilayah
c. Jumlah wilayah yang difasilitasi dalam
pengembangan adaptasi perubahan iklim berbasis
ekosistem di 15 wil. rentan
TARGET
2016
5 Wilayah
5 Wilayah
2 Wilayah
d. Pengembangan dan Operasionalisasi SIDIK yang
terintegrasi dengan data iklim dan data kerentanan 100 % Data
Sosek
sektor prioritas
e. Fasilitasi inisiatif lokal adaptasi perubahan iklim
melalui Program Kampung Iklim (Proklim) sebanyak
2.000 Desa
200 Desa
Layanan Perkantoran dan Keg. Pendukung
12 Bulan
Lokasi : - 2015 (Jawa Tengah, Riau, Kalsel, Bali, Sulut, Sulsel)
- 2016 (Jawa Timur, Sumsel, Kaltim, Sultra, NTB)
SASARAN KEGIATAN
MITIGASI PERUBAHAN IKLIM
KEGIATAN
INDIKATOR
1. Ketersediaan kebijakan dan
a. Jumlah kebijakan yang termutakhirkan dalam
perangkat mitigasi perubahan
penurunan emisi GRK di bidang kehutanan, lahan
iklim di bidang kehutanan,
gambut, dan limbah
lahan gambut, dan limbah
b. Jumlah perangkat mitigasi perubahan Iklim yang
termutakhirkan di bidang kehutanan dan lahan
gambut: baseline, faktor emisi, data aktivitas,
skenario mitigasi, safeguards
c. Jumlah provinsi yang menerapkan RAD-GRK di
bidang kehutanan dan lahan gambut
2. Penurunan konsumsi bahan
perusak ozon
a. Persentase tingkat penurunan konsumsi bahan
perusak ozon jenis HCFC dari 403,9 ODP ton
tahun 2013 menjadi 282,71 ODP ton atau 30%
Layanan Perkantoran dan Keg. Pendukung
TARGET
2016
2 kebijakan
3 perangkat
16 provinsi
15%
12 Bulan
Ket: a. Kebijakan: Perencanaan Mitigasi PI, REDD+
b. Perangkat: Perencanaan Mitigasi; Perencanaan dan Evaluasi Pelaksanaan Mitigasi;
Perencanaan, Pelaksanaan & Pemantauan REDD+, Pembinaan Teknis Mitigasi
c. Provinsi: Sumut, Riau, Sumbar, Jambi, Sumsel, Jabar, Jateng, DIY, Jatim, Bali, Kalbar,
Kalteng, Kaltim, Sulut, Sulsel, Papua
SASARAN KEGIATAN
INVENTARISASI GRK & MPV
KEGIATAN
INDIKATOR
Terwujudnya penyelenggaraan a. Jumlah laporan hasil inventarisasi Gas
inventarisasi GRK, serta
Rumah Kaca Nasional
monitoring, pelaporan dan
b. Jumlah laporan Komunikasi nasional
verifikasi Emisi GRK yang
perubahan iklim
dilaporkan secara berkala
setiap tahun
c. Jumlah bidang mitigasi yang ter
Measurement Reporting and Verification
TARGET
2016
1 Dokumen
1 Dokumen Lap.
Third
Nat Com
5 Bidang
d. Jumlah bidang aksi mitigasi yang terdaftar
dalam Sistem Registry Nasional
5 Bidang
Layanan Perkantoran dan Keg. Pendukung
12 Bulan
Ket: a. Sistem Inventarisasi GRK Nasional yang Sederhana, Mudah, Akurat, Ringkas &
Transparan (SIGN-SMART)
b. Dokumen Forest Reference Emission Level (FREL) / Biennial Update Report (BUR)
c. 5 Bidang: Kehutanan, Pertanian, Industri, Energi & Transportasi, Limbah
SASARAN KEGIATAN
MOBILISASI SD PERUBAHAN IKLIM
KEGIATAN
INDIKATOR
a. Diterapkannya mekanisme pengembangan
Meningkatnya
manfaat dan penanganan deforestrasi dan
ketersediaan
degradasi hutan di 25 lokasi
pendanaan dan
b. Jumlah kerjasama dengan dunia usaha,
kapasitas
peguruan tinggi dan lembaga lainnya terkait
pengembangan sains
perdagangan carbon, teknologi rendah karbon
perubahan iklim dan
dam Sains perubahan iklim sebanyak 15 kerja
teknologi rendah
sama
karbon, sebesar 60% c. Jumlah kegiatan/proyek yang mendapat
dari kebutuhan dengan rekomendasi teknis untuk investasi
baseline 2015
penurunann emisi GRK di bidang energi, dan
limbah sebanyak 200 yang akan dibiayai
melalui pusat pembiayaan pembangunan
hutan dan lingkungan
d. Persentase Posisi Indonesia dalam perjanjian
dan forum internasional bidang perubahan
iklim diterima sebesar 80% per tahun
Layanan Perkantoran dan Keg. Pendukung
TARGET
2016
Mekanisme benefit
sharing terbentuk
3 Kerjasama
30 Keg.
7 Perjanjian
12 Bulan
Lanjutan…
KETERANGAN
MOBILISASI SUMBER DAYA UNTUK
PERUBAHAN IKLIM
Ket: a. 5 Lokasi: Jatim, NTB, Kaltim, TN Berbak, TN Sebangau
b. 3 Kerjasama: Peningkatan sains dan teknologi dengan PT(ITB, UGM, Univ. Pattimura);
PEMDA (Prov. DKI Jakarta, Kota Bandung); Asosiasi Profesi (APIK)
c. Penyusunan 4 kriteria teknis dan pengusulan 35 UKM/kegiatan pada BLU Pusat P2H
KLHK
d. 7 Perjanjian: 1. Technical Working Group/ Ministerial Steering Committee on ASEAN
Transboundary Haze Pollution (TWG/ MSC - COP ASEAN Agreement
on Transboundary Haze Pollution (AATHP)
2. ASEAN Regional Knowledge Network on Forest and Climate Change
(ARKN FCC)
3. ASEAN Working Group on Climate Change (AWGCC)
4. ASEAN Senior Officials on Forestry (ASOF)
5. ASEAN Senior Officials on Environment (ASOEN)
6. COP United Nations Framework Convention on Climate Change
(UNFCCC)
7. Subsidiary Body for Implementatition/ Subsidiary Body for Scientific
and Technological Advice (SBI/ SBSTA)
SASARAN KEGIATAN
PENGENDALIAN KARHUTLA
KEGIATAN
INDIKATOR
Terjaminnya efektivitas dan a. Presentase penurunan jumlah hotspot pada
jangkauan pengedalian
kawasan hutan non konservasi dan lahan di
karhutla (PUSAT + 32 UPT)
Pulau Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi
sebesar 10% dari batas toleransi maksimum
jumlah hotspot sebesar 32.323 HS menjadi
29.091 HS pada tahun 2019
b. Presentase penurunan luas kebakaran hutan
non konservasi, dan lahan di Pulau Sumatera,
Kalimantan dan Sulawesi sebesar 10% dari
batas toleransi maksimum luas kebakaran
hutan dan lahan seluas 498.736 Ha menjadi
448.863 Ha pada tahun 2019
TARGET
2016
2%
2%
c. Jumlah SDM Pengendalian Kebakaran Hutan dan
Lahan yang ditingkatkan kapasitasnya
(Manggala Agni dan MPA) sebanyak 5.000
Orang
1.000 orang
d. Jumlah brigade Pengendalian Kebakaran Hutan
pada kesatuan pengeolaan hutan (KPH) yang
difasilitasi pembentukannya di Pulau Sumatera,
Kalimantan dan Sulawesi sebanyak 50 Brigade
10 Brigade
Layanan Perkantoran dan Keg. Pendukung
12 Bulan
Lanjutan…
KETERANGAN
PENGENDALIAN KARHUTLA
Ket: a. Skenario 34 Provinsi, Baseline data hotspot (Satelit NOAA18, Terra/Aqua MODIS)
b. Skenario 30 Provinsi (Kec. Sulbar, Banten, DKI Jakarta, Maluku), Baseline data luas
karhutla th 2010-2014
c. Personil Satuan MA DAOPS 1.815 org, MA Non DAOPS 1.200 org, MPA 9.099 org
d. 8 Brigade KPHK Model (Riau 1, Sumsel 5, Babel 2)
2 Brigade KPHL Model (Kep. Riau 1, Sumsel 1)
TANTANGAN TERBESAR DITJEN PPI
Disamping pengendalian kebakaran hutan dan
lahan yang saat ini menjadi sorotan nasional,
adalah pelaksanaan fungsi
operasional/implementasi untuk mitigasi
perubahan iklim di sektor kehutanan dan fungsi
koordinatif/leadership untuk mitigasi dan adaptasi
perubahan iklim di keseluruhan sektor terkait,
termasuk monitoring, evaluasi, dan pelaporan
pelaksanaan mitigasi dan adaptasi perubahan iklim,
baik pelaporan di tingkat nasional maupun
internasional (ke UNFCCC).
TERIMA kasih
passion & integrity
Download