BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Belajar dan Pembelajaran Istilah belajar dan pembelajaran merupakan suatu istilah yang memiliki keterkaitan yang sangat erat dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain dalam proses pendidikan. Pembelajaran sesungguhnya merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menciptakan suasana atau memberikan pelayanan agar siswa belajar. Oleh karena itu, harus dipahami bagaimana siswa memperoleh pengetahuan dari kegiatan belajarnya. Seorang guru akan dapat menentukan strategi pembelajaran yang tepat bagi siswanya, jika ia dapat memahami proses pemerolehan pengetahuan. Perbedaan antara belajar dan pembelajaran terletak pada penekanannya. Pembahasan masalah belajar lebih menekankan pada bahasan tentang siswa dan proses yang menyertai dalam rangka perubahan tingkah lakunya. Adapun pembahasan mengenai pembelajaran lebih menekankan pada guru dalam upaya untuk membuat siswa dapat belajar. a. Konsep Dasar Belajar Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya (Sugihartono dkk,2007:76). Menurut Arif S. Sadiman (2006:2) belajar adalah suatu proses yang komplek yang 7 terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup, sejak dia masih bayi hingga ke liang lahat nanti. Wina Sanjaya (2008:112) mendefinisikan belajar sebagai proses perubahan perilaku sebagai akibat dari pengalaman dan latihan. Oemar Hamalik (2003:27) mendefinisikan belajar sebagai modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman (lerarning is defined as the modification or strengrhening of behavior through experiencing). Menurut berbagai definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu proses memperoleh pengetahuan dan pengalaman dalam wujud perubahan tingkah laku dan kemampuan bereaksi yang relatif permanen atau menetap karena adanya interaksi individu dengan lingkungannya. Tidak semua tingkah laku dikategorikan sebagai aktivitas belajar. Adapun tingkah laku yang dikategorikan sebagai perilaku belajar memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1) Perubahan tingkah laku secara sadar 2) Perubahan sifat kontinu dan fungsional 3) Perubahan sifat positif dan aktif 4) Perubahan sifat permanen 5) Perubahn dalam belajar bertujuan dan terarah 6) perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku Terdapat 2 faktor yang mempengaruhi dalam belajar yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang 8 ada dalam individu yang sedang belajar, sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang ada di lur individu. Faktor internal meliputi faktor jasmaniah dan faktor psikologis. Faktor jasmaniah meliputi faktor kesehatan dan cacat tubuh, sedangkan faktor psikologis meliputi intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan kelelahan. Faktor eksternal yang berpengaruh dalam belajar meliputi faktor keluarga, faktor sekolah dan faktor masyarakat. Faktor keluarga dapat meliputi orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua dan latar belakang kebudayaan. Faktor keluarga yang mempengaruhi belajar antara lain metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi antar siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung , metode belajar dan tugas rumah. Faktor masyarakat dapat berupa kegiatan siswa dalam masyarakat, teman bergaul, bentuk kehidupan dalam masyarakat dan media masa. b. Konsep Dasar Pembelajaran Pembelajaran menurut Sugihartono (2007:80) merupakan suatu upaya yang dilakukan dengan sengaja oleh pendidik untuk menyampaikan ilmu pengetahuan, mengorganisasi dan menciptakan sistem lingkungan dengan berbagai metode sehingga siswa dapat melakukan kegiatan belajar secara efektif dan efisien serta dengan hasil yang optimal. Pembelajaran menurut Toto Ruhimat (2011:128) adalah suatu upaya yang dilakukan oleh seseorang guru atau pendidk 9 untuk membelajarkan siswa yang belajar. Gulo (dalam Sugihartono dkk, 2007:80) mendefinisikan pembelajaran sebagai usaha untuk menciptakan sistem lingkungan yang mengoptimalkan kegiatan belajar. Lingkungan dalam hal ini tidak hanya meliputi ruang belajar, tetapi juga meliputi guru, alat peraga, perpustakaan, laboratorium dan sebagainya yang relevan dengan kegiatan belajar siswa. Dari berbagai pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan suatu upaya yang dilakukan oleh guru untuk menyampaikan ilmu pengetahuan kepada peserta didik secara efektif dan efisien agar diperoleh hasil yang optimal. Peran guru dalam aktivitas pembelajaran sangat kompleks. Guru tidak sekedar menyampaikan ilmu pengetahuan kepada anak didiknya, akan tetapi guru juga dituntut untuk memainkan berbagai peran yang bertujuan untuk mengembangkan potensi anak didiknya secara optimal. Djamarah (dalam Sugihartono, 2007:85) merumuskan peran guru dalam pembelajaran sebagai berikut; (1) sebagai korektor, (2) inspirator, (3) informator, (4) organisator, (5) motivator, (6) inisiator, (7) fasilitator, (8) pembimbing, (9) demonstrator, (10) pengelola kelas, (11) mediator, (12) supervisor, dan (13) evaluator. 2. Pengembangan Sumber dan Bahan Ajar Agar menghasilkan lulusan yang mempunyai kemampuan utuh diperlukan pengembangan pembelajaran untuk kompetensi secara 10 sistematis dan terpadu, agar siswa dapat menguasai setiap kompetensi secara tuntas (mastery learning). a. Sumber Belajar Sumber belajar menurut Abdul Majid (2011:170) diartikan sebagai segala tempat atau lingkungan sekitar, benda dan orang yang mengandung informasi dapat digunakan sebagai wahana bagi peserta didik untuk melakukan proses perubahan tingkah laku. Wina Sanjaya (2008:174) mendefinisikan sumber belajar sebagai segala sesuatu yang dapat dimanfaatkan oleh siswa untuk mempelajari bahan dan pengalaman belajar sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Bentuk media tidak terbatas apakah dalam bentuk cetakan, video, format perangkat lunak atau kombinasi dari berbagai format yang dapat digunakan oleh siswa ataupun guru. Sumber belajar juga diartikan sebagai segala tempat atau lingkungan sekitar, benda dan orang yang mengandung informasi dapat digunakan sebagai wahana bagi peserta didik untuk melakukan proses perubahan tingkah laku. Sumber belajar akan menjadi bermakna bagi peserta didik maupun guru apabila sumber belajar diorganisir melalui satu rancangan yang memungkinkan seseorang dapat memanfaatkannya sebagai sumber belajar. Jika tidak maka tempat atau lingkungan alam sekitar, benda, alam atau buku hanya sekedar tempat, benda, orang atau buku yang tidak berarti tidak apa-apa. 11 Sumber belajar harus dipergunakan secara efektif sehingga melakukan kontak pada pelajar secara tepat. Personalia yang terlibat di dalamnya harus melakukan fungsinya, untuk memperoleh kegiatan seperti itu. Fungsi tidak sama dengan pekerjaan (job), tetapi lebih cendrung mengandung arti pengelompokkan tugas-tugas atau kegiatan. Beberapa pekerjaan mungkin terdiri dari tugas-tugas, dan tugas-tugas ini berada dalam lingkungan fungsi. b. Bahan Ajar Bahan ajar menurut Abdul Majid (2011:174) adalah seperangkat materi yang disusun secara sistematis sehingga tercipta lingkungan yang memungkinkan siswa belajar dengan baik. Menurut Wina Sanjaya (2008:175) bahan ajar adalah segala sesuatu yang mengandung pesan yang akan disampaikan kepada siswa. Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis. Bahan ajar menurut Nana Sudjana dan Ahmad Rivai (2002:1) adalah seperangkat materi keilmuan yang terdiri atas fakta, konsep, prinsip, generalisasi suatu ilmu pengetahuan yang bersumber dari kurikulum dan dapat menunjang tercapainyatujuan pembelajaran. Adanya bahan ajar memungkinkan siswa dapat mempelajari suatu kompetensi atau kompetensi dasar secara runtut dan sistematis sehingga secara akumulatif mampu menguasai semua kompetensi secara utuh dan terpadu. 12 Pengelompokan bahan ajar menurut faculté de Psychologie et des Sciences de l’Education Université de Genéve dalam website-nya adalah media tulis, audio visual, elektronik dan interaktif terintegrasi yang kemudian disebut sebagai medienverbund (bahasa jerman yang berarti media terintegrasi) atau mediamix. Sebuah bahan ajar paling tidak mencakup antara lain: 1. Petunjuk belajar (petunjuk siswa/guru) 2. Kompetensi yang akan dicapai 3. Informasi pendukung 4. Latihan-latihan 5. Petunjuk kerja, dapat berupa lebar kerja (LK) 6. Evaluasi Menurut beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa bahan ajar adalah seperangkat materi pembelajaran yang disusun secara sistematis dan menarik sehingga membantu guru menciptakan suasana yang memungkinkan siswa untuk belajar. Bentuk bahan ajar paling tidak dapat dikelompokkan mejadi empat yaitu: 1) Bahan Ajar Cetak (Printed) Bahan ajar cetak dapat ditampilkan dalam berbagai bentuk misalnya handout, buku, modul, lembar kegiatan siswa, brosur, leaflet, wallchart, foto/gambar, model/maket.Salah satu bahan ajar cetak yang disebutkan tadi adalah modul.Modul merupakan sebuah buku yang ditulis dengan tujuan agar peserta didik dapat belajar 13 secara mandiri tanpa atau dengan bimbingan guru, sehingga modul berisi paling tidak tentang segala komponen dasar bahan ajar yang telah disebutkan sebelumnya. Sebuah modul akan bermakna kalau peserta didik dapat dengan mudah menggunakannya. Pembelajaran dengan modul memungkinkan seorang peserta didik yang memiliki kecepatan yang tinggi dalam belajar akan lebih cepat menyelesaikan satu atau lebih kompetensi dasar dibanding dengan peserta didik lainnya. Melihat hal tersebut, maka modul harus menggambarkan kompetensi dasar yang akan dicapai oleh peserta didik, disajikan dengan menggunakan bahasa yang baik, menarik, dan dilengkapi dengan ilustrasi. Jika bahan ajar cetak tersusun secara baik maka bahan ajar akan mendatangkan beberapa keuntungan seperti yang dikemukakan oleh Steffen Peter Ballsteadt (dalam Abdul Majid,2011:175 ) yaitu: 1. Bahan tertulis biasanya menampilkan daftar isi, sehingga memudahkan guru untuk menunjukkan kepada peserta didik bagian mana yang sedang dipelajari. 2. Biaya untuk penggandaannya relative sedikit. 3. Bahan tertulis cepat digunakan dan dapat dengan mudah dipindah-pindah. 4. Menawarkan kemudahan secara luas dan kreativitas bagi individu. 14 5. Bahan tertulis relatif ringan dan dapat dibaca dimana saja. 6. Bahan ajar yang baik akan dapat memotivasi pembaca untuk melakukan aktivitas, seperti menandai, mencatat, membuat sketsa. 7. Bahan tertulis dapat dinikmati sebagai sebuah dokumen yang bernilai besar. 8. Pembaca dapat mengatur tempo secara mandiri. 2) Bahan Ajar Dengar (Audio) Bahan ajar dengar (audio) bisa berupa kaset/piringan hitam maupun radio.Media kaset dapat menyimpan suara yang dapat secara berulang-ulang diperdengarkan kepada peserta didik yang menggunakannnya sebagai bahan ajar.Sedangkan radio adalah media dengar yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan ajar, dengan radio peserta didik bisa belajar sesuatu.Program radio dapat dirancang sebagai bahan ajar, misalnya pada jam-jam tertentu guru merencanakan sebuah program pembelajaran melalui radio.Misalnya mendengarkan siaran langsung suatu kejadian/fakta yang sedang berlangsung. 3) Bahan Ajar Pandang Dengar (Audio Visual) Video/film merupakan salah satu bahan ajar pandang dengar (audio visual).Umumnya program video telah dibuat dalam rancangan lengkap, sehingga setiap akhir dari penayangan radio siswa dapat menguasai satu atau lebih kompetensi dasar. Baik 15 tidaknya video tergantung dari desain awalnya mulai dari analisis kurikulum, penentuan media, skema yang menunjukkan sekuensi (dikenal dengan sekenario) dari sebuah program video, skrip, pengambilan gambar dan proses editingnya. Selain video/film, orang atau nara sumber juga bisa disebut sebagai bahan ajar pandang dengar. Seseorang dapat belajar dengan nara sumber, misalnya orang tersebut (nara sumber) memiliki suatu bakat atau keterampilan tertentu sehingga orang lain belajar kepadanya. Melalui bakat dan keterampilan, seseorang dapat dijadikan sebagai sunber belajar. 4) Bahan Ajar Interaktif (interactive teaching material) Bahan ajar interaktif menurut Guidelines forBibliographic Description of Interactive Multimedia, p. 1 dijelaskan sebagai berikut: Multimedia interaktif adalah kombinasi dari dua atau lebih media (audio, teks, grafik, gambar, animasi dan video) yang oleh penggunannya dimanipulasi untuk mengendalikan perintah dan atau perilaku alami dari suatu presentasi.Biasanya bahan ajar multimedia dirancang secara lengkap mulai dari petunjuk penggunaannya sampai penilaiannya. 16 3. Media Pendidikan Secara umum media merupakan kata jamak dari “medium”, yang berarti perantara pengantar. Kata media berlaku untuk berbagai kegiatan atau usaha, seperti media dalam penyampaian pesan, media pengantar magnet atau panas dalam bidang teknik. Istilah media digunakan juga dalam bidang pengajaran atau pendidikan sehingga istilahnya menjadi media pendidikan atau media pembelajaran. Ada beberapa konsep atau definisi media pendidikan atau media pembelajaran. Menurut Arief S. Sadiman (2006:7) media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi. Menurut Dwi Siswoyo (2008:137) media pembelajaran adalah segala sesuatu yang secara langsung mebantu terwujudnya pencapaian tujuan pendidikan. Gerlach dan Ely (dalam Wina Sanjaya 2008:163) menyatakan: “A medium, conceived is any person, material or event that establish condition which enable the leaner to ecquire knowledge, skill and attitude.” Menurut Gerlach secara umum media ini meliputi orang, bahan, peralatan, atau kegiatan yang menciptakan kondisi yang memungkinkan siswa memperoleh pengetahuan, keterampilan dan sikap. Jadi, dalam pengertian ini media bukan hanya alat perantara seperti radio, TV, slide, bahan cetakan tetapi meliputi orang atau manusia sebagai sumber belajar 17 atau juga berupa kegiatan semacam diskusi, seminar, karya wisata, simulasi dan lain sebagainya yang dikondisikan untuk menambah pengetahuan dan wawasan, mengubah sikap siswa, atau untuk menambah keterampilan. Media pembelajaran dapat diklasifikasikan menjadi beberapa klasifikasi tergantung dari sudut mana melihatnya. a. Dilahat dari sifatnya, media dapat dibagi ke dalam: 1) Mediaauditif, yaitu media yang hanya dapat didengar saja, atau hanya memiliki unsur suara seperti radio dan rekaman suara. 2) Media visual, yaitu media yang hanya dapat dilihat saja dan tidak mengandung suara. Yang termasuk ke dalam media ini adalah film slide, foto, transparansi, lukisan, gambar dan lain-lain. 3) Media audiovisual, yaitu jenis media yang selain mengandung unsur suara juga mengandung unsur gambar yang bisa dilihat, misalnya rekaman video, berbagai ukuran film, slide, suara dan lain sebagainya. b. Dilihat dari kemampuan jangkauannya, media dapat pula dapat dibagi ke dalam: 1) Media yang memiliki daya liput yang luas dan serentak seperti radio dan televisi. 2) Media yang mempunyai daya liput yang terbatas oleh ruang dan waktu seperti film slide, film, video dan lain sebagainya. 18 c. Dilihat dari cara atau teknik pemakaiannya, media dapat dibagi ke dalam: 1) Media yang diproyeksikan seperti film, slide, film strip, transparansi dan lain sebagainya. 2) Media yang tidak diproyeksikan seperti gambar, foto, lukisan, buku, radio dan lain sebagainya. Agar media pembelajaran benar-benar digunakan untuk membelajarkan siswa, maka ada sejumlah prinsip yang harus diperhatikan, diantaranya adalah: a. Media yang akan digunakan oleh guru harus sesuai dan diarahkan untuk mencapai tujuan pembelajaran. b. Media yang akan digunakan harus sesuai dengan materi pembelajaran. c. Media pembelajaran harus sesuai dengan minat, kebutuhan dan kondisi siswa. d. Media yang digunakan harus memperhatikan efektivitas dan efisien. e. Media yang digunakan harus sesuai dengan kemampuan guru dalam mengoperasikannya. Dalam hubungannnya dengan penggunaan media pada waktu berlangsungnya pengajaran setidak-tidaknya digunakan guru pada situasi sebagai berikut. a. Perhatian siswa terhadap pengajaran sudah berkurang akibat kebosanan mendengarkan uraian guru. Penjelasan atau penuturan 19 secara verbal oleh guru mengenai bahan pengajaran biasanya sering membosankan apalagi bila cara guru menjelaskan tidak menarik. b. Bahan pengajaran yang diajarkan guru kurang dipahami oleh siswa. Dalam situasi ini sangat bijak apabila guru menampilakan media untuk memperjelas pemahaman siswa tentang bahan pengajaran. c. Terbatasnya sumber pengajaran. Tidak semua sekolah mempunyai buku sumber, atau tidak semua bahan pengajaran ada dalam buku sumber. d. Guru tidak bergairah dalam menjelaskan bahan pengajaran melalui penuturan kata-kata (verbal) akibat terlalu lelah disebabkan telah mengajar terlalu lama. Dalam situasi ini guru dapat menampilakan media sebagai sumber belajar bagi siswa. Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa peranan media dalam proses pembelajaran dapat ditempatkan sebagai: a. Alat untuk memperjelas bahan pengajaran pada saat guru menyampaiakan pengajaran. Dalam hal ini media digunakan guru sebagai variasi penjelasan verbal mengenai bahan pengajaran. b. Alat untuk mengangkat persoalan untuk dikaji lebih lanjut dan dipecahkan oleh siswa dalam proses belajarnya. Paling tidak guru dapat menempatkan media sebagai sumber pertanyaan atau stimulasi belajar siswa. 20 c. Sumber belajar bagi siswa, artinya media tersebut berisikan bahanbahan yang harus dipelajari para siswa baik individu maupun kelompok. 4. Modul a. Pengertian dan Karakteristik Modul Modul adalah sebuah buku yang ditulis dengan tujuan agar peserta didik dapat belajar secara mandiri tanpa atau dengan bimbingan guru (Abdul Majid, 2011:176). Modul merupakan bahan ajar cetak yang dirancang untuk dapat dipelajari secara mandiri oleh peserta pembelajaran (Surya Dharma, 2008:3). Sedangkan menurut Joko Sutrisno (2008:4) modul adalah salah satu bentuk bahan ajar yang dikemas secara utuh dan sistematis, di dalamnya memuat seperangkat pengalaman belajar yang terencana dan didesain untuk membantu peserta didik menguasai tujuan belajar yang spesifik. Dari beberapa pengertian di atas disimpulkan bahwa modul adalah sebuah bahan ajar cetak yang didesain secara sistematis dan utuh dengan tujuan untuk membantu peserta didik belajar secara mandiri. Modul disebut juga media untuk belajar mandiri karena di dalamnya telah dilengkapi petunjuk untuk belajar sendiri. Artinya, pembaca dapat melakukan kegiatan belajar tanpa kehadiran pengajar secara langsung. Bahasa, pola, dan sifat kelengkapan lainnya yang terdapat dalam modul ini diatur sehingga ia seolah-olah merupakan 21 ”bahasa pengajar” atau bahasa guru yang sedang memberikan pengajaran kepada murid-muridnya dengan tatap muka, tetapi cukup dengan modul-modul ini. Modul minimal memuat tujuan pembelajaran, materi/substansi belajar, dan evaluasi. Modul merupakan alat atau sarana pembelajaran yang berisi materi, metode, batasan-batasan dan cara mengevaluasi yang dirancang secara sistematis dan menarik untuk mencapai kompetensi yang diharapkan sesuai dengan tingkat kompleksitasnya. Sebuah modul bisa dikatakan baik dan menarik apabila terdapat karakteristik sebagai berikut: 1) Self instructional; yaitu melalui modul tersebut seseorang atau peserta belajar mampu membelajarkan diri sendiri, tidak tergantung pada pihak lain. Untuk memenuhi karakter self instructional, maka di dalam modul harus; a) Berisi tujuan yang dirumuskan dengan jelas. b) Berisi materi pembelajaran yang dikemas ke dalam unit-unit kecil/spesifik sehingga memudahkan belajar secara tuntas. c) Menyediakan contoh dan ilustrasi yang mendukung kejelasan pemaparan materi pembelajran. d) Menampilkan soal-soal latihan, tugas dan sejenisnya yang memungkinkan pengguna memberikan respon dan mengukur tingkat penguasaannya. 22 e) Kontekstual yaitu materi-materi yang disajikan terkait dengan suasana atau konteks tugas dan lingkungan penggunaannya. f) Menggunakan bahasa yang sederhana dan komunikatif. g) Terdapat rangkuman materi pembelajaran. h) Terdapat instrumen penilaian/assessment, yang memungkinkan penggunaan diklat melakukan ”self assessment”. i) Terdapat instrumen yang dapat digunakan penggunanya mengukur atau mengevaluasi tingkat penguasaan materi. j) Terdapat umpan balik atas penilaian, sehingga penggunannya mengetahui tingkat penguasaan materi, dan k) Tersedia informasi tentang rujukan/pengayaan/referensi yang mendukung materi pembelajaran dimaksud. 2) Self contained; yaitu seluruh materi pembelajaran dari satu unit kompetensi atau sub kompetensi yang dipelajari terdapat di dalam satu modul secara utuh. Tujuan dari konsep ini adalah memberikan kesempatan peserta didik/pebelajar mempelajari materi pembelajaran yang tuntas, karena materi dikemas ke dalam satu kesatuan yang utuh. Jika harus dilakukan pembegian atau pemisahan materi dari satu unit kompetensi harus dilakukan dengan hati-hati dan memperhatikan keluasan kompetensi yang harus dikuasai. 3) Stand Alone (berdiri sendiri); yaitu modul yang dikembangkan tidak tergantung pada media lain atau tidak harus digunakan 23 bersama-sama dengan media pembelajaran yang lain. Pembelajar tidak tergantung dan harus menggunakan media yang lain untuk mempelajari dan atau mengerjakan tugas pada modul tersebut jiks mempergunakan modul ini, jika masih menggunakan dan tergantung pada media lain selain modul yang digunakan, maka media tersebut tidak dikategorikan sebagai media yang berdiri sendiri. 4) Adaptive; modul hendaknya memiliki daya adaptif yang tinggi terhadap perkembangan ilmu dan teknologi. Dikatakan adaptif jika modul dapat menyesuaikan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta fleksibel digunakan. Dengan memperhatikan percepatan perkembangan ilmu dan teknologi pengembangan modul multimedia hendaknya tetap “up to date”. Modul yang adaptif adalah jika isi materi pembelajaran dapat digunakan sampai dengan kurun waktu tertentu. 5) User Friendly; modul hendaknya bersahabat dengan pemakainya. Setiap instruksi dan paparan informasi yang tampil bersifat membantu dan bersahabat dengan pemakainya, termasuk kemudahan pemakai dalam merespon, mengakses sesuai dengan keinginan. Penggunaan bahasa yang sederhana, mudah dimengerti serta menggunakan istilah yang umum digunakan merupakan salah satu bentuk user friendly. 24 b. Prosedur Penulisan Modul Penulisan modul merupakan proses penyusunan materi pembelajaran yang dikemas secara sistematis sehingga siap dipelajari oleh pembelajaruntuk mencapai kompetensi atau sub kompetensi. Penyusunan modul belajar mengacu pada kompetensi yang terdapat didalam tujuan yang ditetapkan. Terkait dengan hal tersebut dilakukan langkah-langkah sebagai berikut: 1) Analisis Kebutuhan Modul Analisi kebutuhan modul merupakan kegiatan menganalisis kompetensi/tujuan untuk menentukan jumlah dan judul modul yang dibutuhkan untuk mencapai suatu kompetensi tersebut. Penetapan judul modul didasarkan pada kompetensi yang terdapat pada garis-garis besar program yang ditetapkan. Analisis kebutuhan modul bertujuan untuk mengidentifikasi, menetapkan jumlah dan judul modul yang harus dikembangkan. Analisis kebutuhan modul dapat dilakukan dengan langkah sebagai berikut: a) Tetapkan kompetensi yang terdapat di dalam garis-garis besar program pembelajaran yang akan disusun modulnya. b) Identifikasi dan tentukan ruang lingkup unit kompetensi tersebut. c) Identifikasi dan tentukan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dipersyaratkan. d) Tentukan judul modul yang akan ditulis 25 e) Kegiatan analisis kebutuhan modul dilaksanakan pada periode awal pengembangan modul. 2) Penyusunan Draft Penyusunan draft modul merupakan proses penyusunan dan pengorganisasian materi pembelajaran dari suatu kompetensi atau sub kompetensi menjadi satu kesatuan yang sistematis. Penyususnan draft modul bertujuan menyediakan draft suatu modul sesuai dengan kompetensi atau sub kompetensi yang telah ditetapkan. Penulisan draft modul dapat dilaksanakan dengan mengikuti langkah-langkah sebagai berikut: a) Tetapkan judul modul. b) Tetapkan tujuan akhir yaitu kemampuan yang harus dicapai oleh peserta didik setelah selesai mempelajari suatu modul. c) Tetapkan tujuan antara yaitu kemampuan spesifik yang menunjang tujuan akhir. d) Tetapkan gari-garis besar atau outline modul e) Kembangkan materi-materi pada garis besar. f) Periksa ulang draft yang telah dihasilkan Kegiatan penyusunan draft modul hendaknyamenghasilkan draft modul yang sekurang-kurangnya mencakup: a) Judul modul; menggambarkan materi yang akan dituangkan didalam modul. 26 b) Kompetensi atau sub kompetensi yang akan dicapai setelah menyelesaikan mempelajari modul. c) Tujuan terdiri dari tujuan akhir dan tujuan antara yang akan dicapai peserta didik setelah mempelajari modul. d) Materi pelatihan yang berisi pengetahuan, keterampilan dan sikap yang harus dipelajari dan dikuasai oleh peserta didik. e) Prosedur atau kegiatan pelatihan yang harus diikuti oleh peserta didik untuk mempelajari modul. f) Soal-soal, latihan dan atau tugas yang harus dikerjakan atau diselesaiakan oleh peserta didik. g) Evaluasi atau penilaian yang berfungsi mengukur kemampuan peserta didik dalam menguasai modul. h) Kunci jawaban dari soal, latihan dan taua pengujian. 3) Uji Coba Uji coba draft modul adalah kegiatan penggunaan modul pada peserta terbatas, untuk mengetahui keterlaksanaan dan manfaat modul dalam pembelajaran sebelum modul tersebut digunakan secara umum. Untuk melakukan uji coba draft modul dapat diikuti langkah-langkahsebagai berikut a) Siapkan dan gandakan draft modul yang akan diuji cobakan sebanyak peserta yang akan diikutkan dalam uji coba. b) Susun instrumen pendukung uji coba. 27 c) Distribusikan draft modul dan instrumen pendukung uji coba kepada peserta. d) Informasikan kepada peserta uji coba tentang tujuan uji coba dan kegiatan yang harus dilakukan oleh peserta uji coba. e) Kumpulkan kembali draft modul dan instrumen uji coba. f) Proses dan simpulkan hasil pengumpulan masukan yang dijaring melalui intrumen uji coba. Diharapkan dari hasil uji coba diperoleh masukan sebagai bahan penyempurnaan draft modul yang diuji cobakan. Terdapat dua macam uji coba yaitu, uji coba dalam kelompok kecil dan uji coba lapangan. Uji coba kelompok kecil adalah uji coba yang dilakukan hanya kepada 2-4 peserta didik, sedangkan uji coba lapangan adalah uji coba yang dilakukan kepada peserta dengan jumlah 20-30 peserta didik. 4) Validasi Validasi adalah proses permintaan persetujuan atau pengesahan terhadap kesesuaian modul dengan kebutuhan. Untuk mendapatkan pengakuan kesesuaian tersebut, maka validasi perlu dilakukan dengan melibatkan pihak praktisi yang ahli sesuai dengan bidang-bidang terkait dalam modul. Validasi modul bertujuan untuk memperoleh pengakuan atau pengesahan kesesuaian modul dengan kebutuhan sehingga modul tersebut 28 layak dan cocok digunakan dalam pembelajaran. Validasi modul dinilai dari segi isi materi dan dari segi medianya (tampilan). Validasi dapat dimintakan dari beberapa pihak sesuai dengan keahliannya masing-masing untuk menghasilkan modul pembelajaran yang mampu memerankan fungsi dan perannyadalam pembelajaran yang efektif, maka modul yang dirancang harus memperhatikan beberapa aspek yang mensyaratkan. Menurut Joko Sutrisno (2008:12) elemen mutu modul tersebut yaitu; a) Format (1) Gunakan format kolom (tunggal atau multi) yang proporsional. Penggunaan kolom tunggal atau multi harus sesuai dengan bentuk dan ukuran kertas. (2) Gunakan format kertas (vertikal atau horisontal) yang tepat. Penggunaan format kertas vertikal atau horisontal harus memperhatikan tata letak dan format pengetikan. (3) Gunakan tanda-tanda ikon yang mudah ditangkap dan bertujuan untuk menekankan pada hal-hal yang dianggap penting atau khusus. Tanda dapat berupa gambar, cetak tebal, cetak miring atau lainnya. b) Organisasi (1) Tampilkan peta/bagan yang menggambarkan cakupan materi yang akan dibahas dalam modul. 29 (2) Organisasikan isi materi pembelajaran dengan urutan dan susunan yang sistematis, sehingga memudahkan peserta didik memahami materi pembelajaran. (3) Susun dan tempatkan naskah, gambar dan ilustrasi sedemikian rupa sehingga informasi mudah dimengerti oleh peserta didik. (4) Organisasikan antar bab, antar unit, dan antar paragrap dengan susunan dan alur yang memudahkan peserta didik memahaminya. (5) Organisasikan antar judul, sub judul dan uraian yang mudah diikuti oleh peserta didik. c) Daya Tarik Daya tarik modul dapat ditempatkan di beberapa bagian seperti; (1) Bagian sampul (cover) depan, dengan mengkombinasikan warna, gambar (ilustrasi), bentuk dan ukuran huruf yang serasi. (2) Bagian isi modul dengan menempatkan rangsanganrangsangan berupa gambar atau ilustrasi, pencetakan huruf tebal, miring, garis bawah atau warna. (3) Tugas dan latihan dikemas sedemikian rupa sehingga menarik. 30 d) Bentuk dan ukuran huruf (1) Gunakan bentuk dan ukuran huruf yang mudah dibaca sesuai dengan karakteristik umum peserta didik. (2) Gunakan perbandingan huruf yang proporsional antar judul, sub judul dan isi naskah. (3) Hindari penggunaan huruf kapital untuk seluruh teks, karena dapat membuat membaca menjadi sulit. e) Ruang (spasi kosong) Gunakan spasi atau ruang kosong tanpa naskah atau gambar untuk menambah kontras penampilan modul. Spasi kosong dapat berfungsi untuk menambahkan catatan penting dan memberikan kesempatan jedah kepada peserta didik. Penempatan ruang spasi kosong dapat dilakukan di beberapa tempat seperti; (1) Ruang sekitar judul bab dan sub judul (2) Batas tepi (margin) (3) Spasi antar kolom (4) Pergantian antar paragraf dan dimulai dengan huruf kapital (5) Pergantian antar bab atau bagian f) Konsistensi (1) Gunakan bentuk-bentuk huruf secara konsisten dari halamke halaman. 31 (2) Gunakan jarak spasi yang konsisten. Jarak antar judul dengan baris pertama, antar judul dengan teks utama. Jarak baris atau spasi yang tidak sama sering dianggap buruk. (3) Gunakan tata letak pengetikan yang konsisten, baik pola pengetikan maupun batas pengetikan. 5) Revisi Revisi atau perbaikan merupakan proses penyempurnaan modul setelah memperoleh masukan dari kegiatan uji coba dan validasi. Kegiatan revisi draft modul bertujuan untuk melakukan finalisasi atau penyempurnaan akhir yang komperenshif terhadap modul, sehingga modul siap diproduksi sesuai dengan masukkan yang diperoleh dari kegiatan sebelumnya, maka perbaikan modul harus mencakup aspek-aspek penting penyusunan modul di antaranya yaitu : a. Pengorganisasian materi pembalajaran; b. Penggunaan metode intruksional; c. Penggunaan bahasa; dan d. Pengorganisasian tata tulis dan perwajahan. Mengacu pada prinsip peningkatan mutu kesinambungan, secara terus menerus modul dapat ditinjau ulang dan diperbaiki. 32 5. Materi Las TIG Materi las TIG merupakan salah satu pelajaran yang diberikan di kelas XI pada semester ganjil di SMK N 1 Purworejo pada jurusan Teknik Las. Berikut adalah isi singkat dari materi modul las gas tungsten yang dikembangkan. Gas tungsten arc welding atau las TIG adalah jenis las listrik yang menggunakan bahan elektroda tungsten sebagai elektroda tidak terumpan (Sri Widarto, 2008:195). Elektroda ini digunkan untuk menghasilkan busur nyala listrik saja. Daerah pengelasan dilindungi oleh gas lindung (gas tidak aktif) agar tidak terkontaminasi dengan udara luar. Menurut Sri Widarto (2008:196) prinsip kerja dari las gas tungsten ialah busur listrik dihasilkan dari arus listrik melalui konduktor dan mengionisasi gas pelindung. Busur terjadi diantara ujung elektroda tungsten dengan logam induk (benda kerja).Panas yang dihasilkan busur listrik langsung mencairkan logam induk dan juga bahan tambah atau logam pengisi (filler metal). Bahan elektroda adalah tungsten murni atau paduan tungsten.Bahan ini tidak terumpan dalam pengelasan apabila dilakukan dengan hatihati.Titik lebur dari elektroda tungsten adalah 6.170oF (3.410 o C).persyaratan terkini tentang elektroda tungsten tertera dalam standar ANSI-AWS A%.12 (Specification for Tungsten and Alloy Electrodes for Arc Welding & Cutting). Arti kode klasifikasi adalah: E : elektroda 33 W : wolframe atau tungsten P : tungsten murni (pure tungsten) G : umum (general) dimana komposisi tambahan bisa tidak disebut. Bentuk ujung elektroda merupakan variabel proses yang penting dalam las TIG. Elektroda tungsten dapat digunakan dalam berbagai bentuk ujung (TIP). Ujung berbentuk bola digunakan pada elektroda tungsten murni dan zirconiated tungsten untuk pengelasan dengan arus AC. Elektroda dengan bentuk serong dengan sudut tertentu dan kadang-kadang sedikit terpangkas (truncated) merupakan konfigurasi ujung elektroda thoriated, ceriated dan lanthanated yang digunakan dalam pengelasan dengan arus DC. Gas lindung (inert gas) adalah gas yang tidak bereaksi dengan logam maupun dengan gas yang lain. Gas ini dipakai sebagai pelindung busur dan logam panas ketika dilakukan proses pengelasan. Gas pelindung yang biasa dipakai di dalam las gas tungsten dapat berupa gas argon, helium atau campuran antara argon dan helium. B. KerangkaPikir Modul Mengelas dengan Proses Las Gas Tungsten merupakan salah satu bentuk bahan ajar yang dirancang secara utuh dan sistematis, didalamnya memuat seperangkat pengalaman belajar tentang proses pengelasanGas Tungsten Arc Welding (GTAW)dengan standar kompetensi mengelas dengan proses las gas tungsten. Modul ini dirancang untuk membantu proses 34 pembelajaran yang di dalamnya memuat teori-teori tentang pesawat las TIG, jenis-jenis arus listrik yang digunakan, jenis-jenis elektroda, sambungan las, pengujian dan pemeriksaan hasil las dan lain-lain. Untuk mewujudkan proses pembelajaran yang optimal dan efektif maka diperlukan adanya sumber belajar berupa modul las TIG pada standar kompetensi mengelas dengan proses las gas tungsten. Dengan menggunakan modul yang dikembangkan ini, maka siswa dapat belajar secara aktif dan mandiri baik di sekolah maupun di rumah, dapat mengukur atau mengevaluasi hasil belajarnya sendiri. Diharapkan dengan pengembangan modul las TIG ini siswa lebih mudah memahami materi tentang proses pengelasan dengan las gas tungsten sehingga siswa motivasi belajar siswa meningkat dan juga hasil belajarnya. C. Pertanyaan Penelitian Berdasarkan uraian yang telah ditulis oleh penelitian ini dapat dirumuskan pertanyaan penelitiannya sebagai berikut: 1. Bagaimanakah proses pembuatan modulmata pelajaran mengelas dengan proses las gas tungsten di SMK N 1Purworejo ? 2. Bagaimanakah kelayakan modul untuk mendukung dalam proses pembelajaran teori las gas tungsten di SMK N 1 Purworejo ? 35