Welding BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Berdasarkan penemuan benda benda sejarah dapat diketahui bahwa teknik penyambungan logam telah diketahui sejak jaman prasejarah, misalnya pembrasingan logam paduan emas tembaga dan pematrian paduan timbal-timah. Menurut keterangan yang didapat telah diketahui dan dopraktekkan dalam rentang waktu antara tahun 3000 sampai 4000 SM. Alat-alat las busur dipakai secara luas setelah alat tersebut digunakan dalam praktek oleh Benardes dalam tahun 1985. dalam penggunaan yang pertama ini benardes memakai elektroda yang dibuat dari batang karbon atau grafit. Karena panas yang timbul, maka logam pengisi yang terbuat dari logam yang sama dengan logam induk mencair dan mengisi tempat sambungan. Dalam tahun 1889 Zerner mengembangkan cara pengelasan busur yang baru dengan dengan menggunakan busur listrik yang dihasilkan oleh dua batang karbon. Slavianoff dalam tahun 1892 adalah orang pertama yang menggunakan kawat logam elektroda yang turut mencair karena panas yang ditimbulkan oleh busur listrik yang terjadi. Kemudian Kjellberg menemukan bahwa kualitas sambungan las menjadi lebih baik bila bila kawat elektroda logam yang digunakan dibungkus dengan terak Di samping penemuan-penemuan oleh Slavianoff dan Kjellberg dalam las busur dengan elektroda terbungkus seperti diterangkan diatas, dalam tahun 1886 Thomas menciptakan proses las resistansi listrik, Goldschmitt menemukan las termit dalam tahun 1895 dan dalam tahun 1901 las oksi-asitelin mulai digunakan oleh Fouche dan Piccard. Dan baru pada tahun 1926 ditemukannya las hidrogen atom oleh Lungumir, las busur logam dengan pelindung gas mulia oleh Hobart dan Dener dan las busur rendam oleh Kennedy dalam tahun 1935. kemudian dalam tahun 1936 Wasserman menyusul dengan menemukan cara pembrasingan yang mempunyai kekuatan tinggi. Dari tahun 1950 sampai sekarang telah ditemukan cara-cara las baru antara lain las tekan dingin, las listrik terak, las busur dengan pelindung gas CO2, las gesek, las ultrasonik, las sinar elektron, las busur plasma, las laser, dan masih banyak lagi lainnya. Welding I.2. Tujuan Percobaan 1.2.1. Tujuan umum 1. Mengetahui prinsip dasar dari pengelasan. 2. Mengetahui jenis-jenis mesin las. 3. Mengetahui peralatan-peralatan yang digunakan dalam pengelasan. 4. Mengetahui cara-cara pengelasan yang baik dan benar. 1.2.2. Tujuan khusus 1. Mengetahui jenis-jenis sambungan dan kampuh las. 2. Mengetahui posisi dan teknik-teknik pengelasan. 3. Mengetahui macam-macam elektroda. 4. mengetahui proses timbulnya busur listrik. I.3. Aplikasi 1.3.1. Praktikan 1. Praktikan dapat mengelas benda kerja dan menghasilkan produk yang berkualitas. 2. Praktikan dapat menghitung kekuatan sambungan las sehingga dapat membuat produk yang lebih kokoh dan tahan lama. 1.3.2. Dunia Industri 1. Dalam skala kecil teknik pengelasan digunakan pada perbengkelan yang melayani pesanan berbagai macam produk las. 2. Teknik pengelasan digunakan sebagai salah satu faktor utama dalam proses produksi yang akan dihasilkan seperti industri mobil, pesawat terbang, perkapalan, dan lain-lain. Welding BAB II TEORI DASAR II.1. Teori Dasar Pengelasan adalah suatu proses penyambungan logam dimana logam menjadi satu akibat panas dengan atau tanpa tekanan, atau dapat didefinisikan sebagai akibat dari metalurgi yang ditimbulkan oleh gaya tarik menarik antara atom. Sebelum atom-atom tersebut membentuk ikatan, permukaan yang akan menjadi satu perlu bebas dari gas yang terserap atau oksida-oksida. Bila permukaan yang rata dan bersih ditekan, beberapa kristal akan tertekan dan bersinggungan. Bila tekanan diperbesar daerah singgungan ini bertambah luas. Lapisan oksida yang luas, rapuh, pecah logam mengalami deformasi plastis.Batas antara dua permukaan kristal dapat menjadi satu dan terjadilah sambungan yang disebut pengelasan dingin. Ada empat cara yang dapat ditempuh untuk memanaskan logam pada penyambungan, yaitu : 1. Pencelupan benda yang akan disambung dalam logam pengisi atau fluks cair. Bila dicelupkan dalam fluks cair dalam suhu yang cukup tinggi untuk mencairkan logam pengisi, benda-benda yang akan disambung harus dijepit dengan jig dan sela sudah terisi paduan patri. 2. Mematri dengan menggunakan dapur, disini benda dijepit dan dimasukkan dalam dapur dengan lingkungan yang terkendali pada suhu pencairan logam patri. Pemanasan dapur dapat dengan listrik atau gas, dapur satuan atau kontinu. 3. Mematri dengan nyala, adalah sama dengan pengelasan oksiasitelin. Panas berasal dari nyala oksiasitelin atau oksihidrogen dan logam pengisi dalam bentuk kawat dicairkan pada celah sambungan. Fluks ditambahkan dengan cara mencelupkan kawatnya. 4. Pada patri listrik panas berasal dari tahanan induksi atau busur. Welding Sambungan las Agar sambungan las cukup kuat, sambungan tersebut harus dirancang sesuai cara penggunaannya. Sambungan-sambungan tersebut, seperti sambungan tumpul dapat dibagi lagi sesuai dengan ketebalan bahan yang akan disambung. Sambungan untuk las tempa berbeda dalam cara-cara persiapannya, sehingga tidak serupa dengan sambungan yang telah digambarkan. Sambungan tumpang dan las tumpul biasanya digunakan pada pengelasan resistensi. Proses pengelasan Berbagai proses pengelasan telah dikembangkan, tergantung pada cara pemanasan dan peralatan yang digunakan., proses pengelasan yaitu : I. II. Pengelasan patri 1) Nyala 1. Titik 2) Celup 2. Kampuh 3) Tahanan 3. Proyeksi 4) Infra merah 4. Tumpu 5) Dapur 5. Nyala 6) Induksi 6. Perkussion Pengelasan Tempa 1) Dikerjakan dengan tangan 2) Dikerjakan dengan mesin III. IV. Pengelasan tahanan V. Pengelasan induksi Frekuensi tinggi VI. Pengelasan Busur - Rol - Pukul - Terlindung - Die - Tanpa lindungan Pengelasan gas 1) Udara-asitelin 1. Elektroda karbon 2. Elektroda logam Terlindung 2) Oksiasitelin a. Busur terlindung 3) Oksihidrogen b. Titik busur 4) Tekanan c. Hidrogen atom VII. Berkas elektron d. Gas inert VIII. Pengelasan laser e. Busur terendam IX. Pengelasan gesekan f. Lantak X. Pengelasan termit g. Terak elektro Welding 1. Tekanan Tanpa lindungan 2 Tanpa tekanan XI. Pengelasan alir a. Logam polos b. Lantak XII Pengelasan dingin 1. Tekanan 2. Ultrasonik XIII.Pengelasan letup ELEKTRODA Dikenal tiga jenis elektroda logam, yaitu elektroda polos, elektroda fluks, elektroda lapis tebal. Elektroda polos terbatas penggunaannya, antara lain untuk besi tempa ddan baja lunak. Biasanya digunakan polaritas langsung. Elektroda fluks dilapisi terak dan fluks digunakan pada pengelasan logam dan paduan bukan besi. Lapisan fluks mempunyai fungsi yaitu : 1. Membentuk lingkungan pelindung, 2. Membentuk terak dengan sifat tertentu. 3. Memungkinkan pengelasan atas kepala dan tegak lurus. 4. Menstabilkan busur. 5. Menambah unsur paduan pada logam induk. 6. Memurnikan logam secara metalurgi. 7. Mengurangi cipratan logam pengisi. 8. Meningkatkan efisiensi pengendapan. 9. Menghilangkan oksida dan ketidakmurnian. 10. Mempengaruhi kedalamam penetrasi busur. 11. Mempengaruhi bentuk manik. 12. Memperlambat kecepatan pendinginan sambungan las. 13. Menambah lapisan logam las yang berasal dari serbuk logam dalam lapisan pelindung. Elektroda lapis tebal adalah elektroda yang mempunyai lapisan tebal dan kandungan serbuk logam yang tinggi cocok untuk pengelasan teknik kontak atau belah. Welding TEKNIK PENGELASAN Posisi pengelasan atau sikap pengelasan adalah pengaturan posisi dan gerakan arah dari pada elektroda sewaktu mengelas. Adapun pisisi mengelas terdiri dari empat macam yaitu: 1. Posisi di Bawah Tangan Posisi di bawah tangan yaitu suatu cara pengelasan yang dilakukan pada permukaan rata/datar dan dilakukan dibawah tangan. Kemiringan elektroda las sekitar 10º - 20º terhada garis vertikal dan 70º - 80º terhadap benda kerja. 2. Posisi Tegak (Vertikal) Mengelas posisi tegak adalah apabila dilakukan arah pengelasannya keatas atau kebawah. Pengelasan ini termasuk pengelasan yang paling sulit karena bahan cair yang mengalir atau menumpuk diarah bawah dapat diperkecil dengan kemiringan elektroda sekitar 10º - 15º terhada garis vertikal dan 70º 85º terhadap benda kerja. 3. Posisi Datar (Horisontal) Mengelas dengan horisontal biasa disebut juga mengelas merata dimana kedudukan benda kerja dibuat tegak dan arah elektroda mengikuti horisontal. Sewaktu mengelas elektroda dibuat miring sekitar 5º - 10º terhada garis vertikal dan 70º - 80º kearah benda kerja. 4. Posisi di Atas Kepala (Over Head) Posisi pengelasan ini sangat sukar dan berbahaya karena bahan cair banyak berjatuhan dapat mengenai juru las, oleh karena itu diperlukan perlengkapan yang serba lengkap antara lain: Baju las, sarung tangan, sepatu kulit dan sebagainya. Mengelas dengan posisi ini benda kerja terletak pada bagian atas juru las dan kedudukan elektroda sekitar 5º - 20º terhada garis vertikal dan 75º - 85º terhadap benda kerja. BAGIAN –BAGIAN MESIN 1. Tombol pemutar berfungsi untuk menghidupkan mesin las (transformator) 2. Lampu sinyal sebagai indilator apakah mesin sudah berfungsi atau tidak. 3. Pengatur arus berfungsi mengatur besarnya kuat arus yang diijinkan. 4. Kutub + sebagai sumber arus positif. 5. Kutub – sebagai sumber arus negatif. 6. Penjepit benda kerja berfungsi untuk menjepit benda kerja yang akan dilas. Welding 7. Penjepit elektroda berfungsi menjepit elektroda yang digunakan sebagai logam pengisi. 8. Klem tiga fase berfungsi untuk pengaturan arus jauh dari mesin las Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengelasan 1. Tegangan busur las Tingginya tegangan busur las tergantung pada busur yang dikehendaki dan jenis dari elektroda yang digunakan. Panjang busur yang dianggap baik kirakira sama dengan garis tengah elektroda. 2. Besar arus listrik Besarnya arus listrik yang digunakan tergantung dari bahan dan ukuran las, geometri sambungan, posisi pengelasan, jenis elektroda, dan diameter elektroda 3. Polaritas listrik Pemilihan polaritas ini tergantung dari bahan pembungkus elektroda, kondisi thermal dan bahan induk kapasitas. Sambungan las yang dikenal ada dua macam sambungan yaitu : a. Polaritas langsung (slight polarity), kutub positif dihubungkan dengan benda benda kerja dan kutub negatifnya ke elektroda. b. Polaritas terbalik (divers polarity), merupakan kebalikan dari polaritas langsung. 4. Besarnya penembusan dan penetrasi Untuk mendapatkan sambungan las yang tinggi dapat diperhatikan penetrasi dan penembusan yang cukup pada dasarnya. Makin besar arus las makin besar pula daya tembusnya.Adapun gerak mengelas yang baik adalah : 1. menarik busur dimana elektroda diletakkan, benda kerja kemudian ditarik. 2. Gerak mengarah, kerja pada pengelasan jika sambungan las ini lebih besar atau lebar daripada massa, maka elektrodanya perlu digerakkan dengan sedikit mengayun bolak-balik untuk melebarkan cairan itu. 3. Gerakan menyatu, dimana pemegang karet elektroda digerakkan menyatu dengan kecepatan menurun. 5. Beberapa kondisi standar dalam pengelasan dengan syarat-syarat tertentu seperti tebal plat, bentuk sambungan, jenis elektroda, diameter intielektroda dan lain sebagainya. Welding BAB III PRAKTIKUM DAN PERMESINAN III.1. Peralatan Yang Digunakan III.2. Bahan Yang Digunakan III.3. Metode Praktikum BAB IV ANALISA DATA DAN PERHITUNGAN IV.1. Data Untuk perhitungan diambil data-data bahan sebagai berikut : Bahan = Kekuatan tumbuk = Faktor keamanan (Sn) = Panjang proyeksi benda = Konstanta sambungan las (v) = Tebal kampuh las (a) = Gaya (Fn) = BAB V PEMBAHASAN V.1. Pembahasan Umum V.2. Pembahasan Khusus BAB VI PENUTUP VI.1. Kesimpulan Welding VI.2. Saran - Saran