PENDAHULUAN

advertisement
PENDAHULUAN
1. Mengapa Perlu Vitamin A
Vitamin A merupakan zat gizi yang penting (essensial) bagi manusia, karena zat
gizi ini tidak dapat dibuat oleh tubuh, sehingga harus dipenuhi dari luar. Tubuh
dapat memperoleh vitamin A melalui:



Bahan makanan seperti : bayam, daun singkong, pepaya matang, hati, kuning
telur dan juga ASI.
Bahan makanan yang diperkaya dengan vitamin A.
Kapsul vitamin A dosis tinggi.
Vitamin A penting untuk kesehatan mata dan mencegah kebutaan, dan lebih
penting lagi, vitamin A meningkatkan daya tahan tubuh. Anak-anak yang cukup
mendapat vitamin A, bila terkena diare, campak atau penyakit infeksi lain, maka
penyakit-penyakit tersebut tidak mudah menjadi parah, sehingga tidak
membahayakan jiwa anak.
Dengan adanya bukti-bukti yang menunjukkan peranan vitamin A dalam menurunkan
angka kematian yaitu sekitar 30%-54%, maka selain untuk mencegah kebutaan,
pentingnya vitamin A saat ini lebih dikaitkan dengan kelangsungan hidup anak,
kesehatan dan pertumbuhan anak.
2. Masalah Kurang Vitamin A
Kurang vitamin A (KVA) di Indonesia masih merupakan masalah gizi utama.
Meskipun KVA tingkat berat (Xerophthalmia) sudah jarang ditemui, tetapi KVA
tingkat subklinis, yaitu tingkat yang belum menampakkan gejala nyata, masih
menimpa masyarakat luas terutama kelompok balita. KVA tingkat subklinis ini
hanya dapat diketahui dengan memeriksa kadar vitamin A dalam darah di
laboratorium.
Masalah KVA dapat diibaratkan sebagai fenomena “gunung es” yaitu masalah
Xerophthalmia yang hanya sedikit tampak dipermukaan
Xeropthalmia
KVA Subklinis
Xerophthalmia merupakan “Puncak Gunung Es”
Padahal, KVA subklinis yang ditandai dengan rendahnya kadar vitamin A dalam
darah masih merupakan masalah besar yang perlu mendapat perhatian. Hal ini
menjadi lebih penting lagi, karena erat kaitannya dengan masih tingginya angka
penyakit infeksi dan kematian pada balita.
3. Pencegahan dan Penanggulangan KVA
Prinsip dasar untuk mencegah dan menanggulangi masalah KVA adalah menyediakan
vitamin A yang cukup untuk tubuh. Selain itu, perbaikan kesehatan secara umum
turut pula memegang peranan.
Dalam upaya menyediakan vitamin A yang cukup untuk tubuh, ditempuh
kebijaksanaan sebagai berikut:



Meningkatkan konsumsi sumber vitamin A alami melalui penyuluhan
Menambahkan vitamin A pada bahan makanan yang dimakan oleh golongan
sasaran secara luas (fortifikasi)
Distribusi kapsul vitamin A dosis tinggi secara berkala.
Upaya meningkatkan konsumsi bahan makanan sumber vitamin A melalui proses
komunikasi-informasi-edukasi (KIE) merupakan upaya yang paling aman dan
langgeng. Namun disadari bahwa penyuluhan tidak akan segera memberikan
dampak nyata. Selain itu kegiatan fortifikasi dengan vitamin A masih bersifat
rintisan. Oleh sebab itu penanggulangan KVA saat ini masih bertumpu pada
pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi.
TUJUAN
Kapsul vitamin A dosis tinggi (200.000 SI) terbukti efektif untuk mengatasi masalah
KVA pada masyarakat apabila cakupannya tinggi (minimal 80%). Cakupan tersebut
dapat tercapai apabila seluruh jajaran kesehatan dan sektor-sektor terkait dapat
menjalankan peranannya masing-masing dengan baik.
1. Tujuan Umum
Menurunkan prevalensi dan mencegah kekurangan vitamin A pada anak-anak balita.
2. Tujuan Khusus
2.1.
2.2.
2.3.
Cakupan pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi paling sedikit 80% dari
seluruh sasaran.
Seluruh jajaran kesehatan mengetahui tugas masing-masing dalam kegiatan
distribusi kapsul vitamin A dosis tinggi, dan melaksanakan tugas tersebut
dengan baik.
Seluruh sektor terkait mengetahui peranan masing-masing dalam kegiatan
distribusi kapsul vitamin A dosis tinggi dan melaksanakan peran tersebut
dengan baik.
CARA PEMBERIAN
1. Sasaran
1.1.
1.2.
1.3.
Bayi
Kapsul vitamin A 100.000 SI diberikan kepada semua anak bayi (umur 6-11
bulan) baik sehat maupun sakit.
Anak Balita
Kapsul vitamin A 200.000 SI diberikan kepada semua anak balita (umur 1-5
tahun) baik sehat maupun sakit.
Ibu Nifas
Kapsul vitamin A 200.000 SI diberikan kepada ibu yang baru melahirkan
(nifas) sehingga bayinya akan memperoleh vitamin A yang cukup melalui
ASI.
Catatan :
Untuk keamanan, kapsul vitamin A 200.000 SI tidak diberikan kepada bayi (6-11
bulan) dan ibu hamil karena merupakan kontra indikasi.
2. Dosis Vitamin A
2.1.
Secara Periodik
a. Bayi umur 6-11 bulan
Satu kapsul vitamin A 100.000 SI tiap 6 bulan, diberikan secara
serentak pada bulan Februari atau Agustus
b. Anak Balita umur 1-5 tahun
Satu kapsul vitamin A 200.000 SI tiap bulan, diberikan secara serentak
pada bulan Februari dan Agustus
c. Ibu Nifas
Satu kapsul vitamin A 200.000 SI dalam masa nifas. Kapsul vitamin A
diberikan paling lambat 30 hari setelah melahirkan.
2.2.
Kejadian Tertentu
a. Xerophthalmia:
Bila ditemukan seseorang dengan salah satu tanda xerophthalmia
seperti: buta senja, bercak putih (bercak bitot), mata keruh atau
kering:



Saat ditemukan:
Segera diberi 1 (satu) kapsul vitamin A
Hari berikutnya:
1 (satu) kapsul vitamin A 200.000 SI
Empat minggu berikutnya:
1 (satu) kapsul vitamin A 200.000 SI
200.000 SI
b. Campak
Anak yang menderita campak, segera diberi satu kapsul vitamin A
200.000 SI. Untuk bayi diberi satu kapsul vitamin A 100.000 SI.
Catatan:
Bila di suatu desa terdapat “Kejadian Luar Biasa (KLB)” campak, maka
sebaiknya seluruh anak balita di desa tersebut masing-masing diberi
satu kapsul vitamin A 200.000 SI dan seluruh bayi diberi kapsul vitamin
A 100.000 SI.
3. Periode Pemberian
3.1.
Bulan Kapsul
Untuk tujuan pencegahan, pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi
diberikan kepada bayi dan anak balita secara periodik, yaitu untuk bayi
diberikan setahun sekali pada bulan Februari atau Agustus; dan untuk anak
balita enam bulan sekali, dan secara serentak dalam bulan Februari dan
Agustus.
Pemberian secara serentak dalam bulan Februari dan Agustus mempunyai
beberapa keuntungan:
 Memudahkan dalam memantau kegiatan pemberian kapsul, termasuk
pencatatan dan pelaporannya, karena semua anak mempunyai jadwal
pemberian yang sama.
 Memudahkan dalam upaya penggerakkan masyarakat, karena kampanye
dapat dilakukan secara nasional di samping secara spesifik daerah.
 Memudahkan dalam pembuatan materi-materi penyuluhan (spot TV, spot
radio, barang-barang cetak) terutama yang dikembangkan, diproduksi
dan disebarluaskan oleh tingkat Pusat/Propinsi.
 Dalam rangka Hari Proklamasi RI (Agustus) biasanya banyak kegiatankegiatan yang dapat digunakan untuk promosi kesehatan, termasuk
pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi.
 Bulan Februari dan Agustus merupakan bulan pemantauan garam
beryodium di tingkat masyarakat, sehingga kegiatan tersebut dapat
diintegrasikan di tingkat Puskesmas.
3.2.
“Sweeping”/Kunjungan Rumah
Kegiatan ini merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan pemberian
kapsul vitamin A.
 Bila masih ada bayi dan anak balita yang belum mendapat kapsul vitamin
A pada hari pemberian yang telah ditentukan, perlu dilakukan
“Sweeping” yaitu melacak/mencari bayi dan anak balita tersebut untuk
diberi kapsul vitamin A, dengan melakukan kunjungan rumah. Diharapkan
dengan kegiatan bulan kapsul dan sweeping semua bayi (6-11 bulan) dan
anak balita (1-5 tahun) dapat dicakup 100% dengan pemberian kapsul
vitamin A.
 “Sweeping”/kunjungan rumah sebaiknya dilakukan segera setelah hari
pemberian dan paling lambat sebulan setelahnya. Untuk memudahkan
pencatatan dan pelaporan, akhir minggu ketiga bulan Maret (untuk
periode Februari) dan akhir minggu ketiga bulan September (untuk
periode Agustus) seluruh kegiatan “Sweeping” hendaknya sudah selesai.
 Bila setelah “Sweeping” masih ada anak yang belum mendapat kapsul,
maka agar diupayakan lagi meskipun sudah diluar periode pemberian.
Ini perlu dicatat tersendiri dan dilaporkan sebagai cakupan periode
berikutnya (lihat Pencatatan dan Pelaporan).
3.3.
Ibu Nifas
Pemberian kapsul vitamin A 200.000 SI kepada ibu pada masa nifas dapat
diberikan:
 Segera setelah melahirkan, atau
 Pada kunjungan pertama neonatal, atau
 Pada kunjungan kedua neonatal.
4. Tempat Pemberian
4.1.
Sebagai upaya pencegahan, kapsul vitamin A diberikan kepada seluruh bayi
6-11 bulan dan anak balita (1-5 tahun) di Posyandu pada hari buka Posyandu.
4.2.
Untuk wilayah yang belum memiliki Posyandu atau yang kunjungan
Posyandunya rendah, Puskesmas perlu memberi perhatian dan upaya khusus,
misalnya dengan membentuk pos pemberian vitamin A (Posvita), Dasa
Wisma, Kelompok peminat KIA (KPKIA) atau melalui perkumpulan lain, atau
kunjungan rumah. Tugas ini akan lebih mudah bila menggalang kerja sama
diantara kader, LKMD, PKK, LSM dan tokoh masyarakat.
5. Pengadaan Vitamin A
Untuk tahun 1999/2000, Depkes memperoleh bantuan kapsul vitamin A 100.000
SI dari UNICEF, selanjutnya diadakan dari DIP Perbaikan Gizi (Pusat/Daerah)
bersama dengan pengadaan mikronutrien lain (kapsul vitamin A 100.000 SI dan
200.000 SI, kapsul minyak beryodium, tablet tambah darah, sirop besi).
PERSIAPAN
1. Penentuan Jumlah Sasaran
1.1.
Tingkat Posyandu
a. Bayi dan Anak Balita
 Dasar penentuan jumlah sasaran (bayi umur 6-11 bulan dan anak
baita umur 1-5 tahun) adalah registrasi di seluruh wilayah kerja.
 Untuk wilayah yang belum memiliki Posyandu, dapat diupayakan
melalui cara lain, misalnya melalui PKK atau LSM lain, perkumpulan
arisan atau perkumpulan lain.
 Registrasi sebaiknya dilakukan sebulan menjelang bulan kapsul dan
dapat dilakukan oleh kader Posyandu/kader lain, pamong
desa/pengurus RT.
 Cara registrasi lihat Bab PELAKSANAAN.
b. Ibu Nifas
 Jumlah sasaran ditentukan berdasar jumlah ibu bersalin/nifas.
 Angka tersebut dapat diperoleh dari registrasi sasaran dan laporan
persalinan oleh dukun bayi.
1.2.
Tingkat Puskesmas
a. Bayi dan Anak Balita
 Petugas Puskesmas dibantu koordinator kader di desa
mengumpulkan hasil registrasi dari Posyandu/tempat lain yang telah
disepakati.
 Hasil-hasil registrasi tersebut dijumlahkan. Angka yang diperoleh
sebaiknya dicek dengan hasil pencatatan PLKB maupun data sensus
desa dan kecamatan untuk memastikan agar tidak ada yang terlewat.
 Hasil yang diperoleh merupakan jumlah sasaran untuk tingkat
Puskesmas/Kecamatan. Hasil ini kemudian dikirim ke tingkat
Kabupaten.
b. Ibu Nifas
 Petugas Puskesmas mengumpulkan hasil registrasi sasaran KIA tiaptiap desa, laporan persalinan oleh dukun bayi dan data kohort ibu
yang ada di Puskesmas.
 Data harus dicek agar tidak terjadi duplikasi perhitungan sasaran.
 Hasil yang diperoleh merupakan jumlah sasaran untuk tingkat
Puskesmas.
1.3.
Tingkat Kabupaten
a. Bayi dan Anak Balita
 Laporan jumlah sasaran dari semua Puskesmas/Kecamatan
dijumlahkan. Hasilnya perlu dicek dengan catatan kependudukan di
tingkat Kabupaten (jumlah anak umur 1-5 tahun kira-kira 10.3% dari
jumlah penduduk).
 Hasil yang diperoleh merupakan jumlah sasaran untuk tingkat
Kabupaten. Hasil ini kemudian dikirim ke tingkat propinsi.
b. Ibu Nifas
 Laporan jumlah sasaran dari semua Puskesmas dijumlahkan.
 Hasil yang diperoleh merupakan jumlah sasaran untuk tingkat
Kabupaten.
1.4.
Tingkat Propinsi dan Tingkat Pusat
Prosesnya sama seperti tingkat Kabupaten. Untuk tingkat Propinsi, dasar
penentuan adalah data tingkat Kabupaten dan untuk tingkat Pusat
(Nasional) dasarnya adalah data tingkat Propinsi. Semuanya perlu di cek
dengan statistik kependudukan yang terbaru.
2. Pengadaan Kapsul
Di Posyandu/tempat-tempat lain yang telah disepakati, kapsul vitamin A sudah
harus tersedia dalam jumlah yang cukup sebelum bulan pembagian kapsul. Dengan
demikian pengadaan kapsul di tingkat yang lebih atas (Kecamatan, Kabupaten,
Propinsi dan Pusat) harus dilakukan jauh sebelumnya sehingga tidak terlambat
sampai di tingkat Posyandu.
2.1.
Jumlah Sasaran
Ditentukan berdasarkan registrasi di tingkat Posyandu dan hasil
rekapitulasi di tingkat Kecamatan/Puskesmas sampai dengan tingkat
Nasional. Karena pengadaan kapsul mulai dari pemesanan di tingkat Pusat
sampai ke tingkat Posyandu/tempat lain yang telah disepakati, memerlukan
waktu yang cukup lama (sekitar setahun).
Maka untuk menentukan jumlah kebutuhan periode ini, dapat digunakan
data periode sebelumnya dengan perkiraan penambahan/pengurangan
jumlah tertentu sesuai pengalaman setempat. Jumlah kapsul yang
diperlukan adalah 2 kali jumlah sasaran untuk 2 kali pemberian.
2.2.
Stok Kapsul dan penggunaannya
Dalam memesan jumlah kapsul harus memperhatikan stok yang masih ada,
yaitu jumlah yang diperlukan dikurangi dengan persediaan yang masih ada.
Dalam penggunaannya hendaknya mendahulukan yang lama (“first in first
out”).
2.3.
Kemasan
Kemasan kapsul merupakan hal yang perlu pula mendapat perhatian. Satu
kemasan (botol plastik) berisi 50 kapsul. Untuk pengiriman ke Posyandu
sebaiknya tetap dalam kemasan tersebut (jangan dibuka). Jadi misalnya
jumlah sasaran di suatu Posyandu adalah 70 anak, sebaiknya dikirim 2 botol.
Sisanya tetap disimpan dalam botol di Posyandu/tempat lain yang telah
disepakati, dan untuk periode pemberian berikutnya bila jumlah sasaran
tetap sama, Puskesmas hanya perlu mengirim 1 botol saja.
2.4.
Jalur Pengiriman
Pengadaan kapsul dilaksanakan oleh Kantor Wilayah Departemen kesehatan
tingkat propinsi yang dikirim langsung ke Kandep/Dinas Kesehatan Dati
II melalui gudang farmasi kabupaten, dan selanjutnya dikirim ke Puskesmas
dan Posyandu.
Pengiriman ke Posyandu/ tempat lain yang telah disepakati,dilakukan
menjelang bulan kapsul. Ini dapat dilakukan oleh petugas Puskesmas dibantu
koordinator kader, saat mencatat hasil registrasi.
2.5.
Penyimpanan Kapsul
Agar kapsul tidak lekas rusak, penyimpanan harus :
 Tetap dalam botol kemasan yang ditutup rapat; jangan dipindah ke
wadah lain seperti kantong plastik atau botol lain.
 Disimpan di tempat yang teduh (tidak terkena sinar matahari), kering,
tidak lembab dan mudah diingat.
3. Pembiayaan
Pembiayaan untuk kegiatan pemberian kapsul ini antara lain diperlukan untuk :
 pengadaan kapsul
 pengiriman dari Tingkat Pusat sampai ke Tingkat Desa/ Posyandu
 penggerakkan masyarakat
 registrasi
 pemantauan dan upaya tindak lanjut, misalnya untuk “sweeping” (kunjungan dari
rumah ke rumah)
 untuk pencatatan dan pelaporan
Biaya dapat diusahakan dari APBN, APBD atau sumber lain.
PELAKSANAAN
1. Penggerakkan Masyarakat/Kampanye
Tujuan pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi dapat tercapai apabila seluruh
jajaran kesehatan dan sektor terkait, khususnya yang terlibat dalam program
UPGK, menjalankan peranannya dengan baik, dan melibatkan semua pihak yang
potensial seperti : kader, kepala desa, tokoh masyarakat, tokoh agama, PKK dan
organisasi lainnya.
Kegiatan kampanye bertujuan untuk meningkatkan kepedulian semua pihak yang
terkait pada program penanggulangan KVA, termasuk ibu-ibu balita, khususnya
pada kegiatan distribusi kapsul vitamin A.
Sebulan menjelang bulan kapsul vitamin A yaitu sekitar bulan Januari dan Juli
sampai dengan pelaksanaan distribusi, perlu diadakan gerakan KIE/penyuluhan,
berupa kampanye untuk menggerakkan masyarakat di semua tingkat administrasi.
1.1.
Tingkat Pusat
a. Penggerak KIE
 Departemen Kesehatan : Ditjen Binkesmas, Pusat PKM
 Departemen Dalam negeri : Ditjen Bangdes
 Instansi pemerintah lain
 Lembaga Swadaya Masyarakat : PKK dan lain-lain.
b. Kegiatan
 Kampanye melalui radio, televisi, surat kabar dan bahan cetak lain
 Konferensi pers
 Instruksi/ pemberitahuan/ pesan kejajaran masing-masing sektor
c. Bahan KIE
 Materi-materi penyuluhan seperti brosur dan poster tentang
vitamin A
 Paket informasi vitamin A, berupa kumpulan makalah tentang vitamin
A
 Hasil monitoring/evaluasi program, hasil riset dan lainnya.
1.2.
Tingkat Propinsi
a. Penggerak KIE
 Gubernur
 BPGD (Tim UPGK)
 Pokjanal Posyandu
b. Kegiatan
Seperti kegiatan di tingkat Pusat, ditambah bila ada kegiatan-kegiatan
rintisan lainnya di tingkat Propinsi
c. Bahan KIE
Seperti tingkat Pusat
1.3.
Tingkat Kabupaten
a. Penggerak KIE
 Bupati
 BPGD (Tim UPGK)
 Pokjanal Posyandu
b. Kegiatan
 Kampanye melalui radio Pemda, radio swasta, surat kabar,
pertemuan-pertemuan atau Rakorbang
 Instruksi/ pemberitahuan/ pesan kejajaran masing-masing sektor
c. Bahan KIE
Seperti tingkat Propinsi
1.4.
Tingkat Kecamatan
a. Penggerak KIE
 Camat
 Dokter Puskesmas
 KP2GD
 Pokjanal Posyandu
b. Kegiatan
Pemberitahuan/pesan melalui diskusi kelompok, diskusi UDKP dan
khotbah-khotbah.
c. Bahan KIE
Seperti tingkat Kabupaten
1.5.
Tingkat Desa
a. Penggerak KIE
 Kepala Desa
 Pengurus LKMD
 LSM
 Bidan di Desa
b. Kegiatan
Pemberitahuan/pesan melalui rapat desa atau pertemuan lain dan
kunjungan rumah.
c. Bahan KIE
 Materi penyuluhan berupa poster dan brosur tentang vitamin A
 Laporan cakupan kapsul distribusi kapsul
2. Registrasi Sasaran
Satu bulan sebelum jadwal pemberian kapsul vitamin A, yaitu pada bulan Januari
dan bulan Juli perlu disiapkan daftar sasaran (bayi umur 6-11 bulan dan anak balita
umur 1-5 tahun), untuk pertama kali perlu dilakukan registrasi, yaitu mendaftar
semua bayi umur 6-11 bulan dan anak balita umur 1-5 tahun di wilayah kerja
Posyandu/Posvita.
2.1.
Kegunaan
Registrasi anak balita penting untuk :
 mengetahui jumlah sasaran,
 mengetahui jumlah kapsul yang diperlukan pada tiap periode
 mengetahui jumlah anak yang sudah atau yang belum mendapat kapsul,
sebagai dasar untuk melaksanakan upaya tindak lanjut, misalnya untuk
melakukan “sweeping”, dan
 untuk menghitung cakupan
2.2
Cara
 Registrasi dilakukan dengan menggunakan formulir Registrasi (lihat
lampiran)
 Registrasi dapat dilakukan oleh kader Posyandu/kader lain atau petugas
RT, dibawah koordinasi Kepala Desa, bila perlu dengan cara melakukan
pencatatan dari rumah ke rumah
 Pada tiap periode daftar registrasi perlu diperbaharui sesuai keadaan
terakhir. Anak-anak yang telah berumur lebih dari 5 tahun dikeluarkan
dari daftar, demikian juga anak yang pindah dari wilayah itu. Sebaliknya
anak yang sudah mencapai umur 6 bulan harus masuk dalam daftar,
demikian juga bagi pendatang baru.
3. Pemberian Kapsul
3.1.
Secara Periodik
Pemberian dilakukan tiap bulan Februari dan Agustus di meja-4 Posyandu
pada hari buka Posyandu, atau di tempat lain yang telah disepakati
bersama. Kapsul tidak boleh dibawa pulang, jadi harus diberikan kepada
anak pada saat itu. Bila pada hari pemberian ada anak yang tidak datang,
perlu dilakukan upaya untuk mencapai anak itu (lihat Bab : Cara Pemberian).

Pemberian dapat dilakukan oleh kader, ketua RT/RW, Kepala Desa,
bidan desa dan lainnya.
Cara memberikannya ialah dengan menggunting ujung/puting kapsul
sampai terbuka, kemudian pencet kapsul sampai semua isinya masuk
mulut anak.
 Bagi balita yang sudah besar, dapat diberikan kepadanya satu kapsul
tersebut. Beri air minum bila perlu. Jadi, tidak perlu menggunting ujung
kapsul.
Setiap pemberian kapsul vitamin A dicatat di formulir registrasi dan juga
di KMS (lihat Pencatatan dan Pelaporan).

3.2.
Ibu Nifas
 Pemberian dilakukan oleh petugas Puskesmas, Bidan Desa dan Dukun
Bayi
 Pemberian dapat dilakukan pada waktu pertolongan bersalin atau
kunjungan rumah
3.3.
Kejadian Tertentu
 Bila oleh petugas Puskesmas ditemukan kasus xerophthalmia atau kasus
campak, harus segera diberi kapsul vitamin A sesuai anjuran (lihat Bab :
Cara Pemberian)
 Bila kader atau anggota masyarakat lain yang menemukan kasus
xerophthalmia, hendaknya kasus tersebut segera dikirim ke Puskesmas
4. Pemantauan dan Tindak Lanjut
Petugas Puskesmas harus memantau kegiatan pemberian kapsul sekaligus
mengumpulkan hasil cakupan. Untuk itu perlu menyusun jadwal sedemikian rupa
agar seluruh Posyandu/Pos distribusi dapat terpantau.
Apabila cakupan pemberian kapsul masih rendah (di bawah 80%), petugas
Puskesmas hendaknya bersama-sama kepala Desa dan pengurus LKMD membahas
masalah ini, dan mengorganisir kegiatan untuk mencapai anak-anak yang belum
mendapat kapsul, antara lain melalui “sweeping” yaitu mengunjungi tiap anak yang
belum mendapat kapsul. Sebaliknya, tidak menitipkan kapsul kepada orang lain.
PENCATATAN DAN PELAPORAN
Pencatatan dan pelaporan dilakukan secara berjenjang mulai dari tingkat
Posyandu/Pos Vitamin A sampai dengan tingkat Pusat. Pencatatan dan pelaporan
menggunakan formulir-formulir seperti tercantum pada lampiran.
1. Posyandu



Menjelang bulan pemberian kapsul vitamin A, tiap Posyandu/tempat lain yang
telah disepakati, harus sudah siap dengan daftar nama semua bayi umur 6-11
bulan dan anak balita umur 1-5 tahun di wilayahnya, yang dicatat pada formulir
Registrasi.
Setiap pemberian kapsul vitamin A, baik yang diberikan di posyandu/tempat
lain yang telah disepakati, maupun yang diberikan melalui “Sweeping” harus
dicatat di KMS dan di formulir registrasi. (lihat contoh).
Pemberian di luar periode “Sweeping” harus dicatat tersendiri, dan dimasukkan
sebagai cakupan periode berikutnya. Jadi, anak yang dicakup setelah bulan
Maret, dilaporkan sebagai cakupan periode Agustus. Demikian pula anak yang
dicakup setelah bulan September, dilaporkan sebagai cakupan periode
Februari.
2. Tingkat Desa
 Pada minggu keempat bulan Maret/September, yaitu setelah selesai


“Sweeping” koordinator kader mengumpulkan hasil pemberian vitamin A dari
seluruh Posyandu/tempat lain yang telah disepakati di wilayahnya.
Dengan menggunakan (Lampiran 1), dicatat/dihitung cakupan dari masingmasing tempat, kemudian direkapitulasi untuk memperoleh cakupan tingkat
Desa.
Catatan/laporan dibuat rangkap dua, masing-masing untuk Puskesmas dan untuk
arsip di tingkat Desa.
3. Tingkat Puskesmas


Pada minggu pertama bulan April/Oktober koordinator gizi Puskesmas
mengumpulkan hasil pencatatan dari desa-desa di wilayahnya
Koordinator gizi Puskesmas mencatat hasil cakupan tiap desa, kemudian
direkapitulasi untuk memperoleh cakupan tingkat Desa. Bila ada Desa yang
belum melapor, petugas Puskesmas hendaknya membicarakan hal ini dengan
koordinator kader dan Kepala Desa dan membantu membuat laporan tersebut.


Catatan/laporan tersebut dibuat rangkap tiga, masing-masing dikirim ke
Dinkes Dati II, tembusan ke Kandepkes Kabupaten dan untuk arsip Puskesmas.
Setiap ibu nifas yang telah mendapat kapsul vitamin A agar dicatat dalam
kohort ibu dan dilaporkan melalui SP2TP dalam formulir LB3.
4. Tingkat Kabupaten





Laporan dari seluruh Puskesmas diharapkan telah sampai di tingkat Kabupaten
pada minggu kedua bulan April/ Oktober.
Bila pada waktu tersebut masih ada Puskesmas yang belum mengirim laporan,
Seksi Gizi kabupaten hendaknya menghubungi Puskesmas yang bersangkutan
agar segera mengirim laporan.
Koordinator gizi tingkat kabupaten mencatat hasil cakupan tiap puskesmas, dan
merekapitulasi untuk mendapatkan cakupan tingkat Kabupaten.
Untuk memperoleh data cakupan vitamin A tingkat Kabupaten hendaknya
menggunakan sumber data formulir LB3 dari Puskesmas.
Catatan/laporan tersebut dibuat rangkap tiga, masing-masing dikirim ke Kepala
Dinkes Dati I, tembusan ke kepala kesehatan propinsi dan untuk arsip tingkat
Kabupaten.
Diharapkan tingkat kabupaten melakukan analisa data cakupan pada setiap
periode (Agustus dan Februari) untuk kemudian melakukan supervisi pada
daerah-daerah yang cakupannya rendah pada saat ada kegiatan sweeping.
5. Tingkat Propinsi



Laporan dari seluruh Kabupaten diharapkan telah sampai di tingkat Propinsi
pada minggu ketiga bulan April/Oktober.
Bila pada waktu tersebut masih ada kabupaten yang belum mengirim laporan,
Seksi Gizi Dinas Dati I/Kanwil Kesehatan hendaknya menghubungi Kabupaten
yang bersangkutan agar segera mengirim laporan.
Petugas Seksi Gizi
Dati I/Kanwil Kesehatan mencatat hasil cakupan tiap
Kabupaten, dan merekap untuk mendapatkan cakupan tingkat Propinsi.
Catatan/laporan tersebut dibuat rangkap tiga, masing-masing untuk Direktorat
Bina Gizi Massyarakat, Kepala Dinkes Dati I/Kepala Kanwil Kesehatan, dan
arsip.
6. Tingkat Pusat

Laporan dari seluruh Propinsi diharapkan telah sampai di tingkat Pusat
(Direktorat Bina Gizi Masyarakat) pada minggu keempat bulan April/Oktober.
Bila pada waktu tersebut masih ada Propinsi yang belum melapor, Direktorat

Bina Gizi Masyarakat hendaknya menghubungi Propinsi yang bersangkutan agar
segera mengirim laporan.
Dit. Bina Gizi Masyarakat mencatat hasil cakupan tiap Propinsi dan
merekapitulasi untuk memperoleh cakupan nasional.
PESAN POKOK TENTANG VITAMIN A
A. Untuk petugas kesehatan terutama petugas Puskesmas dan Bidan Desa.
1. Umum
a. Kapsul vitamin A meningkatkan daya tahan tubuh bayi dan balita serta
dapat mencegah kebutaan
b. Februari – Agustus waktu yang tepat untuk mendapatkan kapsul vitamin A
bagi bayi dan balita
c. Ibu-ibu setelah melahirkan (masa nifas), segera beri satu kapsul vitamin A.
2. Kegiatan Tertentu
a. Anak dengan salah satu tanda xerophthalmia : buta senja, bercak putih,
mata keruh, mata kering.
Pertama : Saat ditemukan segera beri satu kapsul vitamin A.
Kedua : Hari berikutnya beri satu kapsul vitamin A.
Ketiga : 4 minggu berikutnya beri satu kapsul vitamin A.
b. Anak balita yang menderita campak segera beri satu kapsul vitamin A.
Bila di suatu desa terdapat “Kejadian Luar Biasa” (KLB), beri seluruh anak
di desa itu masing-masing satu kapsul vitamin A.
B. Untuk Kader
1. Umum
a. Vitamin A meningkatkan daya tahan tubuh, sehingga penyakit-penyakit
seperti diare, batuk, pilek atau campak tidak mudah menjadi parah dan
tidak membahayakan jiwa anak. Vitamin A mencegah kebutaan.
b. Beri satu kapsul vitamin A setiap Februari dan Agustus bagi bayi dan balita
sehat atau sakit di Posyandu atau tempat lain.
2. Kejadian Tertentu
a. Anak balita dengan salah satu tanda kekurangan vitamin A seperti : buta
senja, mata kering atau keruh, tidak mengkilap atau kotor/bercak putih,
segera kirim ke Puskesmas.
b. Anak balita yang menderita campak, segera kirim ke Puskesmas.
C. Untuk Ibu Balita
 Vitamin A mencegah kebutaan dan membuat anak menjadi lebih sehat dan kuat.
 Bawalah bayi (6-11 bulan) dan balita (1-5 tahun) ke Posyandu pada bulan
Februari dan Agustus untuk diberi kapsul vitamin A.
LAPORAN PENYUSUNAN
PEDOMAN PEMBERIAN KAPSUL
VITAMIN A DOSIS TINGGI
DEPARTEMEN KESEHATAN
DIREKTORAT JENDERAL PEMBINAAN KESEHATAN MASYARAKAT
DIREKTORAT BINA GIZI MASYARAKAT
2000
KATA PENGANTAR
Keadaan krisis moneter yang berkepanjangan telah mengakibatkan timbulnya kasus gizi buruk
terutama pada balita, demikian pula dengan masalah buta senja yang semula sudah tidak menjadi
masalah kesehatan masyarakat diperkirakan akan muncul kembali. Maka penanggulangan masalah
KVA saat ini bukan hanya untuk mencegah kebutaan, tetapi juga dikaitkan dengan upaya mendorong
pertumbuhan dan kesehatan anak guna menunjang upaya penurunan angka kesakitan dan angka
kematian pada anak.
Mengingat upaya pemanfaatan sumber-sumber vitamin A alami dan fortifikasi belum dapat
dilaksanakan secara luas dan intensif, maka pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi masih penting
dan tetap dilaksanakan.
Buku ini dikembangkan tahun 1993 atas kerjasama antara Departemen Kesehatan dengan Helen
Keller International dan dicetak ulang oleh Departemen Kesehatan RI. Buku ini ditujukan bagi
semua pihak yang terlibat dalam kegiatan distribusi kapsul vitamin A dosis tinggi di lapangan, agar
dapat lebih memahami dan berpartisipasi dalam mensukseskannya.
Semoga buku ini dapat bermanfaat bagi para petugas lapangan sehingga tujuan penanggulangan KVA
dapat tercapai.
Jakarta, Februari 2000
Kepala Direktorat Bina Gizi
Masyarakat
Dr. Dini Latief, MSc
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR …………………………………………………………………
i
DAFTAR ISI …………………………………………………………………………….
ii
PENDAHULUAN ………………………………………………………………………
1. Mengapa perlu Vitamin A …………………………….…………………..
2. Masalah Kurang Vitamin A ……………………………………………….
3. Pencegahan dan Penanggulangan KVA ……………………………
1
1
2
3
TUJUAN ………………………………………………….………………………………..
1. Tujuan Umum ……………………………………………………………………..
2. Tujuan Khusus ……………………………………………………………………
5
5
5
CARA PEMBERIAN …………………………………………………………………
1. Sasaran ……………………………………………………………………………….
2. Dosis Vitamin A …………………………………………………………………
3. Periode Pemberian …………………………………….………………………
4. Tempat Pemberian …………………………………….………………………
6
6
6
7
10
PERSIAPAN ……………………………………………………………………………..
1. Penentuan Jumlah Sasaran …………………………….……………….
2. Pengadaan Kapsul ………………………………………………………………
3. Pembiayaan …………………………………………………………………………
11
12
13
16
PELAKSANAAN ………………………………………………………………………
1. Penggerakkan Masyarakat/Kampanye …………………………..
2. Registrasi Sasaran ……………………………………………………………
3. Pemberian Kapsul ………………………………………………………………
4. Pemantauan dan Tindak Lanjut ……………………….……………..
17
17
20
21
23
PENCATATAN DAN PELAPORAN ………………………………………
1. Posyandu …………………………………………………………………………….
2. Tingkat Desa …………………………………………………………………….
3. Tingkat Puskesmas …………………………………………………………..
4. Tingkat Kabupaten …………………………………………………………..
5. Tingkat Propinsi ……………………………………………………………….
6. Tingkat Pusat ………………………………………….………………………..
24
24
25
25
26
27
27
LAMPIRAN
Pesan Pokok tentang Vitamin A
Formulir Pencatatan dan Pelaporan
Download