PENGANTAR SISTEM MUSKULOSKELETAL 1 Oleh : dr. Dirwan Suryo Soularto2 TIU : Setelah mempelajari bab ini mahasiswa dapat mendiskusikan peran sistem muskuloskeletal dalam sistem lokomomotor TIK : Setelah mempelajari bab ini mahasiswa dapat : 1. Menyebutkan fungsi sistem otot, tulang dan persendian 2. Menerangkan proses kejadian tulang 3. Menyebutkan struktur makroskopik dan mikroskopik otot dan tulang 4. Mengklasifikasikan berbagai jenis tulang, otot dan persendian 5. Menerangkan mekanisme kontraksi otot rangka 6. Menganalisis berbagai macam aksi otot rangka saat melakukan gerakan 7. Mengaitkan sistem muskuloskeletal dengan sistem lainnya antara lain sistem lokomotor, saraf (inervasi) dan pembuluh darah (vascularisasi) A. PENDAHULUAN Muskuloskeletal terdiri atas dua kata, yakni muskulus dan skeletal. Muskulus berasal dari bahasa latin (musculus) yang berarti otot atau tikus kecil, dan dari kata inilah kemudian dikenal istilah systema musculare untuk menyebut otot sebagai suatu sistem. Ilmu yang mempelajari tentang otot dikenal sebagai myologia yang berasal dari bahasa Yunani, terbentuk dari kata myos yang berarti otot atau tikus dan logos yang berarti ilmu. Skeletal berasal dari bahasa Latin (skeleton) yang berarti kerangka, dan dari kata ini dikenal istilah systema skeletale yang berarti tulang sebagai suatu sistem. Ilmu yang mempelajari tentang tulang dikenal dengan istilah osteologi yang berasal dari bahasa Yunani, yakni osteon dan logos. Skeleton pada orang dewasa terdiri atas beberapa unit terpisah yang disebut tulang (os atau osseus), termasuk ke dalam unit-unit tersebut beberapa kartilago. Tempat dua atau lebih unit (komponen) kerangka bertemu, per definisi, disebut sendi, tanpa memperhatikan apakah gerakan dapat terjadi atau tidak. Sendi dalam bahasa Latin disebut article, sehingga dari istilah ini dikenal articulatio yang berarti sendi atau persendian. Ilmu yang mempelajari sendi disebut arthrologia yang berasal dari bahasa Latin arthros (sendi) atau bahasa Yunani arthron dan logos (ilmu). Tubuh manusia dapat melakukan gerak atau pergerakan dari satu tempat ke tempat lain apabila ketiga sistem tersebut di atas (sistem otot, tulang dan persendian) beserta sistem saraf (systema nervosum) melakukan aksi secara simultan dalam satu sistem yang dikenal dengan sebutan sistem lokomotor atau sistem gerak (locomotion system). 1 2 Makalah Kuliah Blok-4. Ilmu Kedoktrean Dasar II, FK UMY, 9 Maret 2010. Bagian Anatomi, Fakultas Kedokteran UMY. 1 Ilmu yang memepalajari tentang gerak bagian tubuh tidak saja terkait dengan bidang anatomi, namun juga terkait dengan bidang lain, seperti fisiologi dan biomekanika yang dikenal dengan istilah kinesiology. Istilah ini berasal dari bahasa Yunani kinesis (pergerakan) dan logos. B. SYSTEMA SKELETALE Tulang merupakan kerangka penunjang tubuh terhadap kompresi, gaya tarik bumi (gravitasi) dan merupakan sistem pengungkit kaku yang menjadi dasar gerakan. Tulang yang dipelajari di dalam laboratorium adalah tulang kering dan mati. Pada kenyataan sesungguhnya, jaringan atau sel-sel tulang, kartilago dan jaringan ikat lainnya dalam systema skeletale orang yang hidup adalah aktif. Sel-sel tersebut harus mendapatkan nutrisi dan oksigen untuk menjalankan metabolisme hingga memproduksi zat sampah. Metabolisme dalam tulang tersebut memerlukan hormon dan fungsinya sangat erat dengan systema musculare. Systema skeletale memiliki beberapa fungsi penting, yakni : 1. Memberi bentuk tubuh, menyangga berat badan sekaligus menegakkan tubuh. 2. Melindungi organ interna (alat dalam) terutama organ vital. Sebagai contoh bahwa ossa cranii melindungi otak dan sternum beserta costae melindungi jantung dan paru. 3. Tempat perlekatan otot-otot dan alat gerak pasif. Otot melekat erat pada tulang melalui jaringan ikat yang disebut tendon. 4. Penghasil sel darah tertentu (misalnya granulosit dan eritrosit). 5. Penyimpan dan sumber cadangan mineral tertentu. Misalnya ion calsium dan phospor, di mana bila konsentrasi dalam darah di atas normal, maka ion tersebut akan disimpan dalam sel tulang. Sebaliknya bila konsentrasi menurun, maka ion akan dilepaskan ke dalam darah. Aksi ini dikendalikan oleh hormon untuk mempertahankan hemostasis. Sebagai kerangka pembentuk tubuh, systema skeletale terbagi menjadi beberapa bagian, yakni : 2 1. Skeleton axiale Kerangka ini disebut demikian, berhubung posisinya sesuai dengan axis corporis (sumbu tubuh). Terdiri dari : a. Os cranii (23 tulang) i. Neurocranium yang menutupi otak ii. Viscerocranium yang membentuk muka b. Os hyoideum (satu buah) c. Skeleton trunci, terdiri : i. Columna vertebralis (24 segmen vertebrae, sacrum dan coccygis) ii. Costae (12 pasang) iii. Sternum (satu buah) 2. Skeleton appendiculare Kerangka ini disebut demikian oleh karena posisinya seolah-olah tergantung pada skeleton axiale. Terdiri dari : a. Ossa membri superioris (64 buah). Terdiri atas : i. Cingulum membri superioris ii. Pars liberi membri superioris b. Ossa membri inferioris (62 buah). Terdiri atas : i. Cingulum membri inferioris ii. Pars liberi membri inferioris 3. Ossicula uditoria yang berjumlah 3 pasang. Systema skeletale terdiri atas dua jaringan yang telah berevolusi pada vertebra, termasuk manusia, yang mampu menahan kompresi, yaitu : 1. Tulang (pars ossea), bahan yang lebih tahan terhadap kekuatan deformasi, kaku dan lebih berat. 2. Kartilago (tulang rawan/pars cartilaginosa), yakni suatu bahan yang keras, lentur dan relatif ringan. Skeleton dibentuk oleh kedua jaringan tersebut, proporsinya bervariasi ketika tubuh tumbuh. Makin muda tubuh, makin besar proporsi kartilagonya. Pada dasarnya proses kejadian tulang (osteogenesis) terjadi dengan dua cara, yakni : 1. Osteogenesis enchondralis (osteogenesis cartilagenea). Pada cara ini, model kartilago yang mendahuluinya diubah menjadi tulang, misalnya pada pembentukan tulang panjang. Badan (batang, tangkai) suatu tulang yang menulang dari suatu pusat penulangan primer, disebut diaphysis. Pusat penulangan sekunder terbanyak terbentuk setelah kelahiran. Bagian tulang yang mengalami penulangan melalui pusat sekunder disebut epiphysis. Bagian ini dipisahkan dari diaphysis oleh suatu jaringan kartilago yang disebut discus epiphysialis. Bagian diaphysis yang melebar dan terletak paling dekat pada epiphysis dan mengandung zona pertumbuhan dikenal sebagai metaphysis. Supaya pertumbuhan memanjang dapat berlangsung, tulang yang berasal dari pusat primer dalam diaphysis tidak melebur dengan tulang yang berasal dari pusat sekunder dalam kedua epiphysis sampai ukuran tulang dewasa tercapai. Selama pertumbuhan tulang, lempeng tulang rawan yang dikenal sebagai discus epiphysialis terdapat antara diaphysis dan kedua epiphysis. Lempeng pertumbuhan ini akhirnya diganti dengan tulang pada kedua sisinya. Bilamana hal ini terjadi, pertumbuhan tulang berhenti dan diphysis melebur dengan kedua ephypisis. Tulang yang terbentuk pada proses peleburan (sinostosis) ini, terutama bersifat padat dan dikenal sebagai epiphyseal line. Peleburan 3 epiphysial pada tulang berlangsung secara progresif dari masa akil balig sampai usia dewasa. 2. Osteogenesis desmalis (osteogenesis membranacea, osteogenesis intramembranosa). Pada proses ini, tulang berkembang langsung dari jaringan ikat, misalnya pada pembentukkan os calvaria dan os sesamoidea termasuk os patella. Ad.1. Pars Ossea Berdasarkan bentuk dan ukurannya, tulang dapat diklasifikasikan menjadi os longum, breve, planum, irregulare dan pneumaticum. a. Os longum adalah suatu tulang memanjang dengan ukuran panjang lebih besar dibandingkan ukuran lebar dan tebalnya. Contoh tulang yang termasuk dalam klasifikasi os longum adalah : humerus, radius, ulna, clavicula, ossa metacarpi et phalanges manus, femur, tibia, fibula, ossa meta tarsi et phalanges manus Os longum mempunyai struktur sebagai berikut : 1). Periosteum adalah jaringan yang melapisi tulang dari sebelah luar. Terdiri dari lapisan fibrosa dan lapisan osteogenetik. 2). Endosteum adalah jaringan pengikat yang melapisi tulang dari sebelah dalam. 3). Substantia compacta adalah bagian yang kompak atau padat. 4). Substantia spongiosa adalah bagian yang berongga. 5). Cavitas medullaris adalah rongga dalam tulang yang berisi medulla ossium rubra dan medulla ossium flava. Distribusi medulla ossium sendiri bervariasi menurut umur atau periode kehidupan. i. Antenatal: cavitas medullaris dan spatium intertrabecullaris diisi oleh medulla ossium rubra yang membuat erytrocytus dan granulocytus. ii. Post natal: medulla ossium rubra menurun, sedangkan medulla ossium flava meningkat. iii. Mature: medulla ossium rubra terdapat di costae, vertebrae, sternum, coxae, sedikit di femur dan humerus dan tidak dijumpai di ossa carpi dan ossa tarsi, sedangkan medulla ossium flava terdapat di radius, ulna, fibula, ossa carpi dan tarsi. iv. Senil : jumlah medulla ossium rubra semakin sedikit, sedangkan medulla ossium flava semakin meningkat. b. Os breve adalah suatu tulang dengan ukuran panjang, lebar dan tebal yang seimbang (memendek). Tulang yang termasuk dalam kelas ini antara lain ossa carpi, tarsi dan patella. Ossa breves mempunyai struktur pars spongiosa yang berisi medulla ossium dilapisi oleh pars compacta yang tipis dan dikelilingi oleh periosteum kecuali pada facies articularis. Os breves mempunyai bentuk khusus dan sering disebut sebagai kelas tersendiri, yakni ossa sesamoidea dan ossa acessoria. 1). Ossa Sesamoideae, adalah tulang-tulang yang termasuk os breve, terdapat di regio manus dan pedis, terbungkus dalam tendo atau capsula articularis, bervariasi dalam ukuran dan jumlahnya dan mempunyai fungsi untuk memungkinkan penarikan suatu sudut tendo. 2). Ossa acessoria, adalah tulang-tulang yang termasuk os breve atau os planum dan terletak tidak beraturan terutama terdapat di regio manus dan pedis, pada epiphysis tertentu yang tidak menyatu, aspek kliniknya jika 4 dilakukan foto rontegen, gambarannya menyerupai fractura (patah tulang) dan ossa sesamoidea termasuk dalam kategori ini. c. Os planum adalah suatu tulang dengan ukuran tebal yang lebih kecil dibandingkan dengan panjang dan lebarnya. Termasuk tulang yang termasuk kelas ini adalah costae, sternum dan scapula. Struktur os planum ada yang mempunyai struktur atas substantia compacta, substantia spongiosa dan medulla ossium, ada yang terdiri dari subtantia compacta saja, misalnya os lacrimale, scapula, dan ada yang facies articularisnya ditutupi oleh cartilago atau jaringan fibrous, misalnya ossa cranii. d. Os irregulare adalah tulang-tulang yang mempunyai bentuk tidak beraturan dan tidak dimasukkan ke dalam salah satu kelas tersebut di atas, tetapi dikelompokkan ke dalam kelas os irregulare. Contoh tulang yang termasuk kelas ini adalah os coxae, sphenoidale, ethmoidale, vertebrae, mandibula dan beberapa ossa cranii . Os irregulare tersusun terutama oleh substantia spongiosa dan subtantia compacta yang tipis, pada bagian yang amat tipis mungkin hanya tersusun oleh subtantia compacta saja. e. Os pneumaticum adalah tulang yang di dalamnya mempunyai ruang yang berisi udara, ruang ini disebut sinus. Termasuk dalam kelas ini adalah os frontalis, ethmoidale, sphenoidale, maxillare dan temporale. Beberapa prinsip yang merupakan gambaran mikroskopik tulang mencakup hal-hal berikut : a. Tersusun oleh sel, jaringan atau substansi interseluler padat dengan vasa darah. b. Terdiri dari lamellae (lapisan-lapisan) : 1). Pada substantia compacta dikenal dengan systema haversi. 2). Pada substantia spongiosa berbentuk pipih atau lengkung . 3). Mempunyai ruang disebut lacunae. c. Kekerasan batang terutama dihasilkan oleh depsoit matrik organik (CaPO4 ) dan peristiwa ini disebut kalsifikasi. Pada prinsipnya tiap jaringan tulang mendapatkan vascularisai dan innervasi. Arteria memasuki tulang dari periosteum. Arteri periosteal masuk di banyak tempat dan memvaskularisasi substansia compacta, arteria ini bertanggung jawab untuk nutrisinya, sehingga tulang yang periosteumnya disingkirkan akan nekrosis. Di dekat pertengahan diaphysis, satu arteria nutriens menembus substantia compacta secara miring dan memvaskularisai substantia spongiosa dan medulla ossium. Arteria metaphyseal dan epiphyseal berasal dari arteria yang memelihara articulatio berdekatan. Terputusnya pasokan arterial pada epiphysis atau bagian tulang yang lain, mengakibtkan kematian jaringan tulang (nekrosis avascular). Apabila terjadi fraktur, maka kawasan kecil berdekatan dalam tulang bersangkutan mengalami nekrosis. Banyaknya pembuluh darah di lapisan luar akan membentuk beberapa kapiler lapisan dalam yang banyak terdapat sel. Disinilah letak osteoblast yang membentuk tulang. Setelah fraktur, pembentukan tulang dimulai dari periosteum. Vena mengiringi arteri dan banyak vena besar meninggalkan tulang melalui foramen di dekat ujung articular tulang. Tulang yang dengan medulla ossium rubra memiliki vena yang besar. Adapun inervasi tulang dipelihara oleh saraf yang mempunyai karekteristik sebagai berikut : a. Berjalan bersama vasa. Di dalama tulang, saraf vasomotoris menyebabkan penyempitan atau pelebaran pembuuluh darah. b. Bersifat vasomotorik dan sensorik 5 c. Berakhir di periosteum dan tunica adventitia vasa darah. Periosteum amat kaya akan saraf sensoris yang disebut saraf periosteal, beberapa diantaranya mengandung serabut untuk rasa sakit. Saraf ini terutama peka terhadap robekan atau tegangan, dan ini dapat menjelaskan mengapa rasa sakit pada fraktur amat hebat. d. Membawa rangsang nyeri lokal maupun referal Ad. 2. Pars cartilaginosa Kartilago adalah jaringan ikat yang ulet dan lenting yang disusun oleh sel-sel dan serabut-serabut dan dikelilingi oleh matriks interseluler serupa gel yang keras. Sel kartilago (chondrocytus) terletak dalam lacunae, tunggal atau berkelompok, berasal dari chondroblastus. Pada usia dewasa, kartilago mempunyai karekteristik sebagai berikut : a. Tidak didapatkan adanya saraf dan vasa darah b. Nutrient sampai ke sel dengan cara difusi c. Terjadi kalsifikasi Serabut-serabut jaringan ikat yang terdapat dalam matriks adalah dari jenis : a. Serabut elastik b. Serabut kolagen Berdasarkan jenis dan jumlah jaringan ikat penyusun matriksnya, kartilago diklasifikasikan menjadi : a. Cartilago hyalin, mempunyai karekteristik sebagai berikut : 1). Jenis yang paling banyak dijumpai 2). Matrik yang jernih, tembus cahaya 3). Matrik dan serabut kolagen di dalamnya mempunyai indeks bias yang sama 4). Cartilago hyalin ini dijumpai pada : cartilago articularis, costalis, trachea, brionchus, larynx dan septum nasalis. 5). Cartilago hyalin non-articulare cenderung untuk mengalami kalsifikasi untuk kemudian diganti oleh tulang. b. Cartilago fibrosa, mempunyai karakteristik : 1). Serabut-serabut yang terdapat dalam matrik adalah dari jenis kolagen. 2). Jumlah matriks adalah lebih sedikit dibandingkan dengan matriks pada cartilago hyalin. 3). Cartilago fibrosa terdapat pada articulatio cartilaginea tertentu, misalnya articulatio temporomandibularis. c. Cartilago elastica, mempunyai karekteristik : 1). Jenis serabut-serabut penyusun matriknya adalah elastik. 2). Jarang mengalami kalsifikasi. 3). Cartilago elastica ini terdapat misal di auricula, tuba auditiva dan larynx. C. ARTICULATIO Articulatio atau sendi adalah hubungan antara dua atau lebih unsur skeletal. Unsur skeletal dapat berupa kartilago atau tulang. Pada suatu sendi dapat terjadi gerakan, baik sedikit (terbatas) maupun banyak (bebas), atau tidak ada gerakan sama sekali. Articulatio diklasifikasikan dalam beberapa kelas, terutama berdasarkan jenis jaringan penghubungnya, yakni : 1. Articulatio fibrosa (synarthrosis), unsur skeletalnya dihubungkan oleh jaringan kolagen, dibagi atas : a. Synostosis, merupakan articulatio fibrosa dengan jaringan penghubungnya berupa tulang, misalnya sutura pada calvaria cranii. Persendian jenis ini dibedakan menjadi 2 jenis berdasarkan bentuk permukaan tulang yang saling bertemu, yakni sutura squamosa (seperti sisik ikan, squama; seperti susunan 6 genting) dan sutura serrata (seperti jigsaw, bergerigi-rigi, tetapi saling mengunci) b. Syndesmosis, adalah articulatio fibrosa dengan jaringan penghubung berupa ligamentum (syndesmos : ligamentum). Jaringan fibrosa dapat berupa ligamentum atau membrana fibrosa, contoh : membrana fibrosa yang terdapat antara radius dan ulna, c. Gomphosis (gomphos = bolt : sekrup), merupakan sendi yang unik, terdapat di antara gig dan tulang rahang, di dalamnya alveolusnya, terdapat jaringan ikat fibrosa yang disebut ligamentum periodontale, yang dapat melekatkan gigi dengan erat. 2. Articulatio cartilaginosa, unsur-unsur skeletalnya dihubungkan oleh cartilago. Pola sendi ini biasa dijumpai pada setiap permukaan yang tulangnya dilapisi selapis tipis cartilago hyalin. Di antara lapisan tipis tersebut terdapat fibrocartilago, yaitu masa kartilago dengan kandungan kolagen yang tinggi, Kartilago pada sendi memungkinkan sedikit gerakan, dapat berubah bentuk jika ada tekanan dan dapat mengabsorbsi sebagian energi karena pukulan (benturan) mendadak dan ini penting untuk melindungi tulang yang kaku. Contoh: symphysis pubis dan articulatio antara dua corpus vertebrae. 3. Articulatio synovialis (diarthrosis), unsur-unsur skeletalnya dipisahkan oleh ruang atau rongga berisi cairan. Sendi ini disebut demikian karena mengandung substansi cairan sebagai pelumas yang disebut synovia dan permukaan tulang yang bersendi dilapisi oleh membrana synovialis (yang meproduksi cairan synovia). Tiga karakteristik articulatio synovialis ialah mempunyai : a. Cavitas synovialis b. Cartilago articularis c. Capsula articularis Sendi ini diperkuat oleh ligamentum tambahan, baik tepisah dari maupun melekat pada capsula articularis. Capsula articularis dan ligamentum tambahan penting untuk memelihara hubungan normal antar tulang-tulang yang bersendi. Trauma pada sendi menyebabkan teregang atau robeknya ligamentum dan hal ini sering terjadi pada olah raga kontak, misalnya sepakbola, dapat menimbulkan nyeri. Berdasarkan bentuk permukaan-permukaan sendi dan atau menurut jenis gerakan yang dimungkinkannya, ada 7 jenis, yakni : a. Articulatio plana, misal articularis acromioclavicularis dan articulatio intervetebralis. b. Ginglymus, misal articulatio cubiti dan articulatio interphelangea. c. Articulatio condyloidea, misal articulatio humeri. d. Articulatio sellaris, misal articulatio carpometacarpalis digiti primi. e. Articulatio spheroidea, misal articulatio humeri dan articulatio coxae. f. Articulatiio trochoidea, misal atlanto-axialis dan articulatio radioulnaris proximalis. g. Articulatio ellipsoidea, misal articulatio radiocarpa. Saraf sendi yang menginervasi, bercabang-cabang memasok kulit dan otot yang menggerakkan sendi tersebut. Akhiran saraf terdapat pada capsula articularis, baik fibrosa maupun synovialis. Sehubungan dengan inervasi sendi ini dikenal Hukum Hilton, yang berbunyi : “Saraf yang menginervasi sendi juga menginervasi otot-otot yang menggerakkan sendi tersebut dan kulit yang melapisi perlekatan otot tersebut”. Jenis sensasi utama pada sendi adalah propriosepsi (yakni informasi mengenai gerakan dan posisi-posisi bagian tubuh) dan nyeri (yakni informasi nyeri pada capsula fibrosa dan ligamentum sendi tersebut). Misalnya pada sendi terjadi radang sendi, disebut synovitis, maka cairan synovia akan diproduksi dalam jumlah yang banyak yang tertimbun di dalam cavitas synovialis, selanjutnya menyebabkan teregangnya capsula articularis. Dengan demikian maka akhiran syaraf sensoris 7 pada capsula articularis tersebut akan terpacu sehingga nyeri. Akhiran saraf tersebut peka terhadap rangsang berupa puntiran (twisting) dan regangan (stretching). D. SYSTEMA MUSCULARE Gerakan (suatu organisme) dilayani oleh sel-sel khusus yang disebut fibra otot, sedangkan pengawasan terhadap energi penggeraknya dilakukan oleh sel-sel saraf (nervus). Fibra otot adalah salah satu sel eksitabel (sel yang bila dipacu akan menghasilkan gerakan) disamping sel-sel eksitabel lain, yakni sel kelenjar dan sel saraf. Fibra otot diklasifikasikan sebagai berikut : 1. Fibra otot seran lintang (lurik; striped; skelet; volunter; somatik), dengan beberapa karakteristik sebagai berikut : a. Panjang. b. Multinucleated (berinti banyak). c. Dipelihara oleh serabut saraf motorik. d. Gerakan terjadi secara sadar (bisa dikontrol). e. Serabut-serabutnya tersusun menyilangi satu (atau lebih) sendi. f. Distribusinya terdapat di skeleton untuk melayani gerakan pada persendian dan terdapat di kulit muka untuk melayani fungsi ekspresi muka. g. Kontraksinya dapat menimbulkan gerakan terhadap sendi yang disilangi, kecuali : 1). Otot subcutaneus tertentu (otot-otot muka) untuk ekspresi wajah. 2). Membuka-menutup lubang suatu organ (pada larynx dan pharynx). 3). Otot-otot penggerak bola mata. 4). Otot-otot tertenntu yang berhubungan dengan respirasi dan digestif. h. Strukturnya otot skeletal secara berurutan dari struktur terbesar ke arah strukut terkecil adalah sebagai berikut : 1). Satu otot disusun oleh banyak fasciculi (tunggal à fasciculus) yang dikelilingi oleh bungkus jaringan ikat yang disebut fascia. 2). Beberapa fasciculi dikelilingi jaringan ikat yang disebut epimysium (yang kadangkadang terjadi fusi antara fascia dan epimysium) 3). Fasciculus dibentuk oleh beberapa fibra otot yang berkelompok dan tiap fasciculus dikelilingi oleh jaringan ikat yang disebut perimysium. 4). Tiap fibra otot terdiri dari : i. Sarcolemma (membran sel) ii. Sarcoplasma (plasma sel) iii. Nucleus (inti sel) iv. Myofibril, yang tersusun oleh actin dan myosin. Masing-masing fibra otot dikelilingi oleh bungkus jaringan ikat yang disebut endomysium. 8 i. Bentuk otot skelet adalah sebagai berikut : 1). Otot berbentuk belah ketupat, disebut musculus fusiformis. Otot ini mempunyai serabut-serabut yang berjalan konvergen. 2). Otot yang berbentuk segiempat, disebut musculus quadratus. Serabut-serabut ini berjalaln paralel. 3). Otot berbentuk seperti bulu, disebut musculus penniformis. Otot ini mempunyai serabut-serabut yang berjalan paralel dan berdasarkan jumlah deretan serabut yang menyerupai bulu, otot ini dibagi menjadi tiga: i. Musculus unipennatus ii. Musculus bipennatus iii. Musculus multipennatus 4). Otot berbentuk lingkaran, disebut musculus spincther. Otot ini mempunyai serabut-serabut yang berjalan sirkuler (melingkar) 5). Otot berbentuk segitiga, disebut musculus triangularis, serabutserabutnya berjalan konvergen j. Perlekatan otot skelet : 1). Tempat perlekatan otot skelet bervariasi 2). Cara perlekatannya umumnya langsung (misal pada mata dan kulit) atau dapat pula melalui perantaraan tendo/aponeurosis ke tulang, kartilago, ligamentum dan fascia atau kombinasinya. 3). Pada saat berkontraksi otot akan memendek sedemikian rupa sehingga ada bagian perlekatan otot tertentu diam, sedangkan bagian perlekatan lainnya bergerak. Tempat perlekatan otot yang diam (punctum fixum) disebut origo dan tempat perlekatan otot yang bergerak (punctum mobile) disebut insertio. 4). Penamaan otot, kadang sesuai dengan tempat perlekatannya, misalnya m. sternocleidomastoideus; melekat pada sternum, clavicula dan processus mastoideus. k. Bagian-bagian otot skelet : 1). Origo adalah bagian otot yang diam sewaktu berkontraksi. 2). Caput adalah bagian otot yang berdekatan dengan origo (kepala otot). 3). Venter adalah bagian pertengahan antara origo dan insertio (perut otot). 4). Cauda adalah bagian otot yang berdekatan dengan insertio (ekor otot). 5). Insertio adalah bagian otot yang bergerak sewaktu berkontraksi. l. Vascularisasi otot skelet : Otot dipelihara oleh vasa darah yang berjalan berdekatan dengan otot tersebut. Pola vascularisasinya bervariasi, antara lain : 1). Vasa darah masuk pada ujung otot (caput/cauda), misal : vascularisasi m.gastrocnemius. 2). Vasa darah masuk pertengahan otot (venter), misal : vascularisasi m.biceps brachii. 3). Vasa darah masuk dengan cara menembus otot, misal : vascularisasi m.adductor magnus. 9 Fungsi dari vascularisasi terutama untuk memberi nutrient sebagai bahan metabolisme, yang berhubungan sangat erat dengan terjadinya kontraksi otot. m. Innervasi otot skelet : Karakteristik innervasi otot adalah sebagai berikut : 1). Jumlah serabut saraf yang menginervasi tiap otot satu atau lebih (biasanya berasal dari nervus spinalis) 2). Sifat serabut sarafnya adalah : i. Motorik, yang berakhir pada motor end plate dan berfungsi untuk memelihara kontraksi otot. Unit fungsional terkecil dari sistem motorik disebut motor unit, terdiri atas : (a) Soma sel saraf (b) Serabut saraf motorik (c) Fibra otot ii. Sensorik, yang berakhir di reseptor pada fasciculus dan berfungsi untuk memelihara refleks tonus. n. Mekanisme kontraksi otot skelet : Dasar mekanisme kontraksi otot adalah adanya pemendekan elemen kontraktil otot (actin-myosin), sebagai respon terhadap adanya impuls saraf motorik yang diterima motor end plate. Hal ini akan mengakibatkan pemendekan fibra otot dan selanjutnya akan memendekkan fasciculi sehingga terjadilah kontraksi otot, sebagaimana skema berikut ini : Impuls saraf motorik à motor end plate à impuls dihantarkan à myofibrill à pergeseran actin-myosin à fibra otot memendek à fasciculus memendek à kontraksi. Pada dasarnya dapat dikatakan bahwa fibra otot skelet melakukan respon terhadap rangsang eksternal (berasal dari luar individu). Hal-hal berikut terkait dengan kontraksi sebagai bentuk aksi otot, yakni : 1). Kontraksi isotonik, adalah kontraksi otot dimana tekanan/tonus relatif tetap dan terjadi pemendekan otot, maksimal setengah kali ukuran semula (Gambar A). 2). Kontraksi isometrik, adalah kontraksi otot di mana ukuran panjang tetap, tetapi tonus naik (Gambar B & C) 3). Kontraksi tetanik, adalah kontraksi otot yang terus menerus. 4). Kontraksi ritmik, adalah kontraksi otot berirama 5). Kontraktur otot, adalah pemendekan otot permanen (menetap) akibat kerusakan neurogenik atau struktural. 6). Insufisiensi otot aktif, adalah kontraksi otot yang melewati panjang minimal otot. 7). Insufisiensi otot pasif, adalah peregangan otot melebihi batas maksimal keregangan batas maksimal keregangan otot. o. Fungsi otot : 1). Otot agonis, adalah otot yang menghasilkan gerakan (pada arah yang diinginkan) sebagai otot penggerak utama 10 2). Otot antagonis, adalah otot yang menghaluskan dan mengendalikan kecepatan/kekuatan gerak. Letak otot antagonis di seberang otot penggerak utama. 3). Otot fiksasi, adalah otot yang menstabilkan sendi, memelihara sikap dan posisi sendi (yang diinginkan) 4). Otot sinergis, adalah bentuk khusus otot fiksasi yang melawan gerak sendi yang tidak diinginkan pada sikap otot penggerak utama. Sebagai contoh pada saat flexi telapak tangan, maka m.flexor carpi radialis dan m.ulnaris berperan sebagai otot agonis, m.extensorum sebagai otot antagonis, m.flexor digitorum berperan sebagai otot sinergis dan m.triceps brachii sebagai otot fiksasinya. Pada flexi lengan bawah, maka m. biceps dan m. Brachioradialis di bagian depan lengan adalah penggerak utama, m. Triceps pada bagian belakang adalah antagonis dan otot di bagian depan serta bawah bahu adalah otot fikasasi yang membantu bahu sehingga sendi bahu tidak bergerak. p. Tata nama otot : Tata nama otot dibuat berdasarkan atas : 1). Bentuk otot, misalnya otot berbentuk layang-layang (rhomboid) disebut m.rhomboideus; otot berbentuk trapezium (trapezoid) disebut m.trapezius. 2). Lokasi otot, misalnya otot yang berlokasi di fossa temporalis disebut m.temporalis, berlokasi di os frantale disebut m.frontalis dan yang berlokasi di permukaan depan tibia disebut m.tibialis anterior. 3). Jumlah caput, misalnya m.biceps brachii, m.tricpe brachii, m.rotatoar tricpes dan m.quadriceps femoris. 4). Fungsi otot, misalnya m.levator scapulae, m.adductor longus, m.flexor digitorum profundus. 5). Arah fibra otot, misalnya : m.transvesus abdominis, m.arytenoideus obliquus. 6). Kombinasi dari hal-hal di atas, misalnya : m.abductor pollicis longus, m.flexor carpi ulnaris. à fibra otot rangka à fibra otot polos à fibra otot jantung 2. Fibra otot polos (unstriped; plarn; involunter; visceral), dengan karakteristik : a. Terdapat di hampir semua dinding vasa darah dan viscera. b. Berbentuk kumparan (fusiform; spindle shaped) c. Dipelihara oleh serabut saraf otonom dan hormon tertentu. d. Gerakan terjadi secara tidak sadar (tidak bisa dikontrol) 11 e. Aksi otot ini mempunyai peranan yang amat penting dalam pengaturan fungsi sirkulasi, digesti, sekresi dan ekskresi. Pada dasarnya fibra otot polos melakukan respon terhadap rangsang internal (berasal dari dalam individu). f. Distribusinya antara lain di apparatus respiratorius, digestorius, urogenitalis, vasa darah (di tunica media), dan kelenjar (sebagai myoepithelium). 3. Fibra otot jantung (cardiac), mempunyai karakteristik : a. Morfologi merupakan fibra otot seran lintang. b. Fungsional dipelihara oleh saraf otonom. c. Terdapat di cor (myocardium). D. REFERENSI 1. Anonim, Osteologi, Bagian Anatomi Fakultas Kedokteran, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. 2. Aswin, Soedjono, 2006, Pengantar Anatomi (Anatomi Umum), Bagian Anatomi, Embriologi dan Antropologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. 3. Moore, Keit.L; Agur, Anne M.R.; 2002, Anatomi Klinis Dasar, Penerbit Hippokrates, Jakarta. 4. Platzer, W., 1997, Atlas Berwarna dan Teks Anatomi Manusia-Sistem LokomotorMuskuloskeletal & Topografi, Penerbit Hippokrates, Jakarta. 5. Solomon, Eldra, 2003, Introduction to Human Anatomy and Physiology, Saunders, Missouri, USA. 12