Lembaran Informasi 561--Hepatotoksisitas

advertisement
Yayasan Spiritia
Lembaran Informasi 561
HEPATOTOKSISITAS
Apa Hepatotoksisitas Itu?
Hepatotoksisitas adalah istilah yang
dipakai untuk menggambarkan kerusakan
hati akibat penggunaan obat. Terutama
untuk Odha, hati kita sangat penting,
karena organ ini membuat protein baru
yang dibutuhkan oleh sistem kekebalan
tubuh, membantu tubuh kita melawan
infeksi, dan menguraikan banyak jenis obat
yang dipakai untuk mengobati HIV dan
infeksi terkait AIDS. Sayangnya, obat ini
dapat merusak hati kita, dengan akibat hati
tidak mampu melakukan semua tugasnya.
Yang memburukkan keadaan, banyak
Odha juga terinfeksi virus hepatitis B dan/
atau C. Virus ini dapat menyebabkan
kerusakan pada hati, yang berpengaruh
pada kemampuan hati untuk menguraikan
obat, dan dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya hepatotoksisitas. Walaupun tidak tentu hepatitis virus akan
menimbulkan masalah, bila kita terinfeksi
virus ini, sebaiknya hati kita dipantau
secara lebih ketat oleh dokter, terutama
setelah kita baru mulai memakai terapi
antiretroviral (ART) atau pengobatan lain.
Bagaimana Obat Menyebabkan
Hepatotoksisitas?
Obat dapat berpengaruh pada hati kita
dengan empat cara:
y Obat dipakai dengan takaran sangat
tinggi. Bila kita minum terlalu banyak
obat (misalnya kita minum dua pil saat
seharusnya hanya minum satu), hal ini
dapat langsung menyebabkan kerusakan, yang dapat berat, pada sel hati.
y Takaran baku dipakai untuk jangka
waktu yang sangat lama. Bila kita
minum obat secara berkala untuk jangka
waktu yang lama, ada risiko hati akan
rusak. Hal ini biasanya baru terjadi
setelah beberapa bulan atau tahun.
Protease inhibitor dapat menyebabkan
kerusakan pada sel hati apabila dipakai
selama bertahun-tahun.
y Reaksi alergi. Biasanya, kita mengaitkan
reaksi alergi dengan kulit gatal atau mata
berair. Namun reaksi alergi juga dapat
terjadi pada hati. Bila kita alergi pada obat
tertentu, sistem kekebalan tubuh kita dapat
menyebabkan peradangan pada hati sebagai interaksi antara protein dalam hati
dan obat yang dipakai. Bila penggunaan
obat tidak dihentikan, peradangan tersebut dapat memburuk, dan menyebabkan
kerusakan yang gawat pada hati. Dua obat
antiretroviral (ARV), abacavir dan nevirapine, diketahui menyebabkan reaksi alergi
(yang kadang kala disebut sebagai
‘hipersensitivitas’. Reaksi alergi biasanya
terjadi beberapa minggu atau bulan
setelah obat mulai diminum, dan juga
dapat disertai oleh gejala terkait lain,
misalnya demam atau ruam.
y Kerusakan hati nonalergi. Beberapa
obat dapat mengakibatkan kerusakan pada
hati tanpa reaksi alergi atau penggunaan
dengan takaran tinggi. Dua ARV yang
dapat menyebabkan kerusakan hati yang
berat, walau untuk sebagian kecil orang,
adalah tipranavir dan darunavir.
Bagaimana Kita Mengetahui Kita
Mengalami Hepatotoksisitas?
Tanda paling jelas adanya hepatotoksisitas adalah peningkatan pada enzim
hati dalam darah. Yang paling penting
adalah ALT (SGPT), tetapi juga AST
(SGOT), bilirubin, dan alkalin fosfatase
dapat dipengaruhi (lihat Lembaran Informasi (LI) 122). Tingkat enzim ini sebaiknya diukur secara berkala melalui tes
fungsi hati.
Bila kita atau dokter mencurigai adanya
kerusakan pada hati, sebaiknya kita melakukan tes fungsi hati (lihat LI 135). Adalah lebih
baik apabila kita mengetahui ada hepatotoksisitas secara dini agar dapat diambil
langkah untuk mencegah kerusakan lebih
lanjut dan memungkinkan hati menjadi pulih.
Secara umum, bila ALT kita tinggi tetapi di
bawah lima kali di atas batas atas nilai normal
atau BANN (misalnya bila BANN untuk
ALT adalah 36, dan ALT kita di bawah 180),
kita mengalami hepatotoksisitas antara
ringan dan sedang. Dalam contoh ini, bila
ALT di atas 180 hepatotoksisitas kita adalah
berat, yang dapat mengakibatkan masalah
hati yang lebih gawat.
Enzim hati yang tinggi jarang dirasakan
atau menimbulkan gejala. Jadi penting bagi
kita untuk melakukan tes fungsi hati secara
berkala, sebaiknya sedikitnya setiap enam
bulan. Namun kadang kala orang dengan
hepatotoksisitas berat dapat mengalami
gejala serupa dengan hepatitis, termasuk
kehilangan nafsu makan, mual, muntah,
kotoran berwarna lebih muda, kulit atau
mata jadi kuning, sakit perut, dan/atau
kelelahan. Bila kita mengalami gejala
seperti ini, sebaiknya kita periksa ke dokter.
Apakah Semua Pengguna ART
Mengalami Hepatotoksisitas?
Tidak. Penelitian di AS menunjukkan
bahwa kurang lebih 5% pengguna ART
mengalami hepatotoksisitas, tetapi sebagian dari mereka tidak harus mengganti
rejimen ART-nya. Frekuensi hepatotoksisitas yang lebih tinggi terjadi pada
orang yang memakai nevirapine dan orang
koinfeksi virus hepatitis B dan/atau C.
Tampaknya perempuan, orang berusia di
atas 50 tahun, orang yang sangat gemuk
dan orang yang mengonsumsi alkohol
secara berlebihan lebih rentan terhadap
hepatotoksisitas. Namun juga kebanyakan
orang dengan hepatitis tetap dapat memakai ART, walaupun mungkin tidak dapat
memakai nevirapine.
Apa Masalah Nevirapine?
Semakin jelas bahwa nevirapine dapat
menimbulkan hepatotoksisitas berat,
terutama pada perempuan dengan jumlah
CD4 di atas 250 dan laki-laki dengan CD4
di atas 400 waktu mulai ART. Orang yang
baru memakai nevirapine sebaiknya diberi
tahu mengenai risiko ini, dan diingatkan
untuk melapor ke dokter bila mengalami
demam, ruam, artralgia atau mialgia (nyeri
sendi atau otot), terutama pada enam
minggu pertama penggunaannya. Jelas
penting untuk mulai dengan dosis separuh
untuk dua minggu pertama, dan hanya
meningkatkan dosis jadi penuh bila tidak
ada gejala hepatotoksisitas.
Untuk informasi lebih lanjut, lihat LI 431
dan minta lembaran khusus Efek Samping
Nevirapine dari Yayasan Spiritia.
Apakah Hepatotoksisitas Dapat
Dicegah?
Paling penting adalah menghindari
alkohol secara total. Sebaliknya, sebaiknya
kita minum sedikitnya delapan gelas air
setiap hari. Selain itu, kita sebaiknya
menjaga agar diet kita seimbang, dengan
memakan lebih banyak sayuran dan buahan.
Banyak orang dengan masalah hati
memakai jamu. Namun belum ada bukti
bahwa ada jamu yang benar-benar efektif
untuk melindungi hati, walaupun ada
beberapa kombinasi yang dipasarkan
sebagai ‘hepatoprotektor’ (lihat LI 760).
Ada yang menganggap bahwa silymarin
(LI 735) dan beberapa jamu lain adalah
efektif. Sebaliknya beberapa jamu dapat
meracuni hati dengan memburukkan
masalahnya. Jadi sebaiknya kita sangat
hati-hati sebelum memakai terapi penunjang apa pun – lihat LI 700.
Garis Dasar
Hepatotoksisitas adalah kerusakan pada
hati disebabkan oleh obat. Kerusakan ini
lebih sering terjadi bila hati kita sudah
mengalami kerusakan akibat hepatitis.
Namun ada beberapa obat, terutama
nevirapine, yang menimbulkan risiko lebih
tinggi terhadap hepatotoksisitas.
Bila hepatotoksisitas berat terjadi, kita
mungkin harus berhenti memakai obat
penyebabnya, dan menggantinya dengan
obat lain.
Ditinjau 1 November 2013 berdasarkan http://
www.aidsmeds.com/articles/
Hepatotoxicity_7546.shtml 23 Juni 2011 dan
sumber lain
Diterbitkan oleh Yayasan Spiritia, Jl. Johar Baru Utara V No. 17, Jakarta 10560. Tel: (021) 422-5163/8 E-mail: [email protected] Situs web: http://spiritia.or.id/
Semua informasi ini sekadar untuk menambah wawasan dan pengetahuan. Sebelum melaksanakan suatu pengobatan sebaiknya Anda berkonsultasi dengan dokter.
Seri Lembaran Informasi ini berdasarkan terbitan The AIDS InfoNet. Lihat http:// www.aidsinfonet.org
Download