(SATUAN ACARA PENYULUHAN) Bahaya Kanker Serviks Pada Perempuan Disusun oleh : Eko Winarti, SST.,M.Kes PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK (D.IV) FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS KADIRI SATUAN ACARA PENYULUHAN 1 Tema : Kanker Serviks 2. Sub Tema : Bahaya Kanker Serviks pada perempuan 3. Hari/Tanggal : Kamis/ 17 Desember 2015 4. Alokasi Waktu : 30 Menit 5. Tempat : Jl sersan KKO Harun no 125 Kec Kediri Kota 6. Sasaran : Wanita Usia Subur (WUS) 7. RincianKegiatan : NO 1 WAKTU 5 menit 2 15 menit 3 20 menit 3 15 menit KEGIATAN PENYULUHAN Pembukaan 1. Membuka kegiatan dengan mengucapkan salam 2. Memperkenalkan diri 3. Menjelaskan tujuan dari penyuluhan 4. Menyebutkan materi yang akan diberikan 5. Menyampaikan kontrak waktu Pelaksanaan Penyampaian materi oleh pemateri: 1. Menggali pengetahuan peserta tentang kanker serviks 2. Menjelaskan tentang pengertian kanker serviks 3. Menyebutkan penyebab kanker serviks 4. Menyebutkan tanda dan gejala kanker serviks 5. Menjelaskan tentang deteksi dini kanker serviks 6. Menjelaskan tentang stadium kanker serviks 7. Menjelaskan yang harus dilakukan/ penatalaksanaan kanker serviks 8. Menjelaskan tentang pencegahan kanker serviks Tanya jawab Memberikan kesempatan kepada peserta untuk bertanya tentang materi yang kurang dipahami Evaluasi Menanyakan kembali kepada peserta tentang materi yang telah diberikan dan reinforcement kepada peserta yang dapat menjawab pertanyaan KEGIATAN PESERTA Mendengarkan pembukaan yang disampaikan oleh moderator. Mendengarkan dan memberikan umpan balik tehadap materi yang disampaikan. Mengajukan pertanyaan Menjawab pertanyaan 4 5 menit 9. Penutup Mendengarkan dengan 1. Mempersilahkan fasilitator dari seksama dan menjawab pembimbing klinik dan pembimbing salam akademik untuk menambahkan ataupun menjelaskan kembali jawaban pertanyaan peserta yang belum terjawab. 2. Menjelaskan kesimpulan dari materi penyuluhan 3. Ucapan terima kasih 4. Salam penutup Kriteria Evaluasi a. Evaluasi Struktur 1) Peserta hadir ditempat penyuluhan 2) Penyelenggaraan penyuluhan dilaksanakan di pustu ketami ngletih kediri. Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan sebelumnya b. Evaluasi Proses 1) Peserta antusias terhadap materi penyuluhan 2) Peserta mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara benar c. Evaluasi Hasil Setelah penyuluhan diharapkan sekitar 80% peserta penyuluhan mampu mengerti dan memahami penyuluhan yang diberikan sesuai dengan tujuan khusus MATERI PENYULUHAN KESEHATAN KANKER SERVIK PENGERTIAN Kanker serviks adalah kanker yang menyerang leher rahim, maksudnya kanker yaitu tumor ganas dan terjadi di serviks, sedangkan serviks sendiri adalah bagian dari uterus yang menonjol ke vagina. Kanker serviks berkembang ketika sel yang abnormal dalam serviks mulai membelah diri tanpa terkendali (Faizah, 2010) Sedangkan menurut Samadi (2011) kanker serviks adalah kanker yang tumbuh dan berkembang pada serviks atau mulut rahim, khususnya berasal dari lapisan terluar serviks Kanker serviks merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh HPV atau Human Papilloma Virus onkogenik, mempunyai presentase yang cukup tinggi dalam menyebabkan kanker serviks, yaitu sekitar 99,7%. Kanker serviks adalah salah satu penyakit kanker yang paling banyak terjadi pada kaum wanita (Adi, 2012) PENYEBAB Pada umumnya, kanker bermula pada saat sel sehat mengalami mutasi genetic yang mengubahnya dari sel normal menjadi sel abnormal. Sel sehat tumbuh dan berkembang dengan kecepatan yang teratur. Sel kanker tumbuh dan bertambah banyak tanpa control dan mereka tidak mati. Adanya akumulasi sel abnormal akan membentuk suatu massa (tumor). Sel kanker menginvasi jaringan sekitar dan dapat berkembang dan tersebar di tempat lain di dalam tubuh (metastasis). Penyebab langsung dari karsinoma serviks belum diketahui. Faktor ekstrinsik yang diduga berhubungan dengan insiden karsinoma serviks adalah infeksi virus Huma Papilloma Virus (HPV). Lebih dari 95 % kanker serviks berkaitan erat dengan infeksi HPV ditularkan melalui aktivitas seksual. HPV tipe resiko rendah (tipe 6 & 11) hampir tak berisiko menjadi Ca Serviks, tapi menimbulkan genital warts. Infeksi tipe risiko tinggi (tipe 16 & 18) mengarah pada Ca Serviks (Hartono, 2000). FAKTOR RISIKO KANKER LEHER RAHIM 1. Usia Pertama Melakukan Hubungan Seksual Melakukan hubungan seksual pada usia muda berpengaruh terhadap terjadinya kanker servik.Wanita penderita kanker servik melakukan hubungan seksual pertama kali antara umur 15-19 tahun. Umur pertama kali hubungan seksual merupakan salah satu faktor yang cukup penting. Dimana semakin muda seoerang wanita melakukan hubungan seksual semakin besar resiko yang harus ditangguanya, karena terjadinya kanker servik dengan masalah laten kanker servik memerlukan waktu 30 tahun sejak melakukan hubungan seksual pertama, sehingga hubungan seksual pertama dianggap awal dari mula proses munculnya kanker servik pada wanita. 2. Paritas Kanker servik banyak ditemukan pada paritas tinggi, tetapi tidak jelas bagaimana hubungan jumlah persalinan dengan kejadian kanker servik, karna pada wanita yang tidak melahirkan juga dapat terjadi kanker servik. 3. Ganti Pasangan Wanita yang melakukan hubungan seksual pada usia <20 tahun atau mempunyai pasangan seksual berganti-ganti lebih beresiko untuk terjadi kanker servik. Bergantian pasangan dalam hubungan seksual memperbesar kemungkinan terinfeksi Human papilloma virus. 4. Merokok Tembakau mengandung bahan karsinogen baik yang dihisap pada getah servik 56x lebih tinggi dibandingkan pada serum. Efek langsung bahan tersebut pada leher rahim akan menurunkan status imun lokal sehingga dapat menjadi kokarsinogen. Hasil penelitian bila merokok 20 batang setiap hari resiko untuk terkena kanker adalah 7x dibanding orang yang tidak merokok. Atau bila merokok 40 batang setiap hari, resiko untuk terkena kanker adalah 14x dibanding orang yang tidak merokok. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa semakin banyak dan lama wanita merokok maka semakin tinggi resiko untuk terkena kanker servik. 5. Infeksi Penyebab utama kanker servik adalah infeksi vurus human papilloma virus (Sarwono, 2010). GEJALA DAN TANDA Tanda dan gejala kanker servik mungkin tidak menimbulkan gejala. Tanda dini yang tidak spesifik seperti secret vagina yang agak berlebihan dan terkadang disertai dengan bercak perdarahan. Gejala umum yang sering terjadi berupa perdarahan pervaginam (pasca senggama, perdarahan di luar haid) dan keputihan Pada penyakit lanjut keluhan berupa keluar cairan pervaginam yang berbau busuk, nyeri punggung, nyeri pinggang dan panggul,sering berkemih, buang air kecil atau besar yang sakit. Gejala penyakit yang residif berupa nyeri pinggang, edema kaki unilateral, dan obstuksi ureter (Sarwono, 2010). SKRINING DAN MACAM DETEKSI Skrining/ Deteksi dini sama dengan pencegahan pertama dan upaya untuk mendeteksi adanya suatu kelainan pada suatu objek atau penyakit. Deteksi dini dilakukan untuk menemukan adanya penyimpangan. Dengan ditemukan secara dini adanya penyimpangan atau masalah maka akan lebih mudah untuk membuat intervensi, tenaga kesehatan juga memunyai waktu dalam membuat rencana atau intervensi yang tepat, terutama ketika harus melibatkan keluarga. Bila penyimpangan terlambat diketahui, maka intervensinya akan lebih sulit (Evnnent, 2006). Adapun macam skrining adalah: 1. Papsmear Pap smear adalah suatu metode pemeriksaan sel yang diabil dari serviks dan kemudian diperiksa di bawah mikroskop untuk melihat perubahan yang terjadi dari sel tersebut. Perubahan sel serviks yang terdeteksi secara dini akan memungkinkan beberapa tindakan pengobatan diambil sebelum sel tersebut dapat berkembang menjadi sel kanker. Pemeriksaan ini hanya memerlukan waktu beberapa menit saja. Dalam keadaan berbaring terlentang, sebuah alat yang dinamakan speculum akan dimasukan kedalam liang senggama. Alat ini berfungsi untuk membuka dan menahan dinding vagina supaya tetap terbuka, sehingga memungkinkan pandangan yang bebas dan serviks terlihat dengan jelas. Sel servik kemudian diambil dengan cara mengusap serviks dengan sebuah alat yang dinamakan spatula, suatu alat yang menyerupai tangkai pada es krim, dan usapan tersebut dioleskan pada obyek gelas kemudian dikirim ke laboratorium patologi. Prosedur pemeriksaan pap smear mungkin sangat tidak menyenangkan tetapi tidak menimbulkan rasa sakit. Pemeriksaan papsmear disarankan untuk dilakukan oleh para wanita secara teratur sekali setahun berterusan dalam waktu tiga tahun bila sudah aktif berhubungan seksual dan berusia minimal 21 tahun. Bila hasil pemeriksaan tiga tahun berterusan normal, pemeriksaan selanjutnya dapat dilakukan setiap tahun (Evennent, 2006). 2. Pemeriksaan Koloskopi Koloskopi akan direkomundasikan jika terdapat salah satu atau beberapa abnormalitas pada hasil papsmear. Pemeriksaan inimemerlukan waktu 5-10 menit dan mirip pemeriksaan papsmear, kecuali menggunakan suatu yang lebih tertutup untuk melihat serviks melalui koloskopi yang mempunyai lensa mikroskop. Koloskopi adalah pemeriksaan pada serviks dan vagina yang diperbesar, yang digunakan untuk mengidentifikasi atau mengesampingkan adanya sel yang bersifat pra kanker atau awal kanker pada serviks setelah didapati hasil CIN yang abnormal. Cara untuk melakukan tes koloskopi ini adalah yang pertama pasien diminta untuk meletakan kedua kaki pada tempat kaki, sementara dokter tersebut menggunakan speculum untuk meregangkan dinding vagina untuk pemeriksaan. Cahaya kemudian disinarkan tepat pada serviks. Setelah dilakukan papsmear, dokter tersebut akan mengoles serviks dengan cairan berbeda sehingga akan terlihat gambaran selnya. Tidak ada rasa sakit dengan tindakan ini merasa sedikit tidak nyaman dan agak perih. Petugas (koloskopis) kemudian akan mengambil beberapa contoh dari permukaan jaringan untuk diperiksa ke laboratorium patologi sebagai suatu pemeriksaan lebih lanjut. Foto dapat diambil sebagai rekaman dan pemeriksaan dilakukan dalam 10 menit. Doter atau ahli koloskopi tersebut biasanya memberi tahu ke pasien pada saat itu juga jika memang tidak terdapat kanker. Jika pasti itu adalah sel abnormal, dipastikan dokter tersebut dapat menggunakan suatu diagram untuk memperlihatkan kepada pasien dimana mereka dan merekomendasikan terapinya (Evennett, 2004). 3. Konisasi Diagnosis Ada kalanya dengan transformasi tidak dapat dilihat seluruhnya dengan koloskopi karena terletak didalamnya rongga dari mulut rahim. Bila hasil sitologi berulang menunjukkkan kelainan yang mengarah keganasan mulut rahim, maka dilaksanakan tindakan konisasi yaitu eksisi jaringan mulut rahim yang berbentuk kerucut. 4. Tes HAD Skrining prosedur HAD (Hydrolyzed DNA Assay) menggunakan zat warna khusus utuk material genetik abnormal pada sel yag bersifat kanker dan bukan kanker. Kedalaman warna, yang diukur komputer, mengidentifikasi keparahan dari abnormalitas yang berkaitan dengan kanker, tetapi belum tersedia informasi yang berkaitan dengan jenis kanker yang ada, sehingga pendekatan sekunder dibutuhkan untuk menganalisis fluoresensi daripada warna yang dihasilkan dari perwanaan khusus. Tes didiagnosis mengunakan mikroskop laser canggih untuk menganalisis sinyal fluoresensi. Dari sini terbentuk suatu gambaran aktivitas genetic, dan hasil menunjukkan suatu gambaran dari aktivitas abnormal yang berhubungan dengan kanker jelas terlihat pada saat dianalisis oleh komputer. Dari sini terdapat kemungkinana untuk memberikan informasi yang rinci mengenai jenis kanker yang ada seperti gambaran yang dikenal jenis dari flouresensi yang telah diidentifikasi pada kanker yang lain. 5. Tes Palarprobe Alternatif lain untuk tes papsmear untuk masa depan adalah palarprobe, yaitu mesin yang dibantu komputer yang dikembangkan oleh dokter Australia. Palarprobe ini dioperasikan prinsip bahwa terdapat perbedaan tingkat aliran darah pada jaringan yang bersifat kanker dan non kanker. Alat ini dapat menangkat perbedaan tersebut melalui suatu alat yang berbentuk seperti pensil yang disisipkan ke dalam vagina dan digerakkan melintasi servik untuk memeriksa abnormalitas. Alat ini dianggap 100% akurat dan memperoleh hasil dalam hitungan menit, sementara pasien masih berada dalam ruangan pemeriksaan ( Evennet, 2004). 6. IVA IVA adalah metode baru deteksi dini kanker leher rahim dengan mengoleskan asam acetat3-5% kedalam portio, bila terdapat lesi kanker, maka akan terjadi perubahan warna menjadi agak keputihan pada leher rahim yang diperiksa (Sukaca, 2009). IVA merupakan pemeriksaan leher rahim (serviks) dengan cara melihat langsung (dengan mata telanjang) leher rahim setelah memulas leher rahim dengan asam asetat 3-5% (Delia, 2010). DIAGNOSIS Diagnosis kanker servik diperoleh melalui pemeriksaan histopatologi jaringan biopsis. Pada dasarnya bila dijumpai lesi kanker secara kasat mata harus dilakukan biopsis walau hasil pemeriksaan papsmear masih dalam batas normal. Sementara itu, biopsis lesi lebih yang tidak kasat mata dilakukan dengan batuan kolposkopi. Kecurigaan adanya lesi yang tidak kasat mata didasarkan dari hasil pemeriksan sitologi servik (papsmear). Diagnosis kanker servik hanya berdasarkan pada hasil pemeriksaan histopatologi jaringan biobsis. Hasil pemeriksaan sitologi tidak boleh digunakan sebagai dasar penetapan diagnosis. Biobsisi dapat dilakukan secara langsung tanpa batuan anestesia dan dapat dilakukan secara rawat jalan. Perdarahan dapat diatasi dengan penekanan atau meninggalkan tampon vagina. Lokasi biobsis sebaiknya dapat diambil dari jaringan yang masih sehat dan hindari biobsis jaringan nekrosis pada lesi besar. Bila hasil biobsis dicurigai adanya mikroinvasi, dilanjutkan dengan konisasi. Konisasi dapat dilakukan dengan pisau (cold knife) atau dengan elektro kaute (Sarwono, 2006 ). STADIUM Stadium 0 : Karsinoma insitu, karsinoma intraepitelia. Stadium I : Kasioma masih terbatas di servik (penyebaran di korpus uteri diabaikan). Stadium IA : Invasi kanker ke stroma hanya dapat didiagnosis secara mikroskopis. Lesi yang dapat dilihat secara makroskopisk walau dengan invasi yang superfisial dikelompokkan pada stadium IB. Stadium IA1 : Invasi ke stoma dengan kedalaman tidak lebih 3,0 mm dan lebar horizontal lesi tidak lebih 7 mm. Stadium IA2 : Ivasi ke stroma tidak lebih dri 3 mm tapi kurang dari 5 mm dan perluasan horizontal tidak lebih dari 7 mm. Stadium I B : Lesi yang terbatas pada serviks atau secara mikroskopis lesi lebih luas dari stadium IA2. Stadium IB1 : Lesi yang tampak tidak lebih dari 4 cm dari dimensi terbesar. Stadium IB2 : Lesi yang tampak tidak lebih dari 4 cm dari diameter terbesar. Stadium II : Tumor telah menginvaksi di luar uterus, tetapi belum mengenai dinding panggul. Stadium IIA : Tanpa infasi ke parametrium. Stdium IIB : Sudah menginfeksi parametrium. Stadium III : Tumor telah melus ke dinding panggul menyebabkan tidak berfungsinya ginjal. Stadium IIIA : Tumor telah meluas ke sepertiga bawah vagina Stadium IIIB : Tumor telah melus ke dinding panggul menyebabkan tidak berfungsinya ginjal. Stadium IV : Tumor meluas ke luar dari organ reproduksi. Stadium IVA : Tumor menginvasi ke rektum. Stadium IVB : Penyakit melekat ke lesi dan kanker servik (Sarwono,2011). PENATALAKSANAAN Menurut Sarwono (2010), Bila diagnosa hispatologi telah dibuat maka pengobatan harus segera dilakukan dan pilihan pengobatan tergantung beberapa faktor yaitu letak dan luas lesi, usia dan jumlah anak serta keinginan menambah jumlah anak, adanya patologi dalam uterus, keadaan sosial ekonomi dan fasilitas. Pengobatan kanker servik tergantung pada stadium klimis, secara umum dapat digolongkan ke dalam golongan 3 terapi yaitu: 1. Kemoterapi Kemoterapi adalah cara pengobatan dengan jalan pemakaian obat kimia. Resep kombinasi obat ini diharapkan dapat membunuh seluruh sel kanker yang menempel melalui aliran darah kita. Ada obat yang dikonsumsi lewat mulut dengan cara diminum atau dimakan, dan ada pula yang dimasukkan ke tubuh dengan cara diinfus. Jenis pengobatan ini hanya berlaku untuk kondisi kanker servik seseorang yang belum menncapai stadium akhir. Walaupun terlihat beresiko sebenarnya kemoterapi juga memiliki tingkat resiko yang bisa terjadi yaitu: Menapause dini,tdak subur lagi (Infertilitas), dan kerontokan rambut jangka pendek. 2. Radioterapi Radioterapi yaitu pengobatan kanker servik dengan bantuan sinar berenergi tinggi (sinar X) maupun dengan bahan radio aktif untuk membunuh sel kankernya. Mungkin teknik pengobatan inilah yang efektif dan sering dipakai di dunia medis.Tetapi perlu diketahui bahwa hanya kanker servik stadium awal saja yang bisa ditangani oleh radioterapi ini. Radioterapi dibagi menjadi 2 jenis yaitu: a. Radioaktif terapi internal Dilakukan dengan cara memasukkan bahan radioaktif ke dalam leher rahim wanita selama beberapa jam untuk membunuh sel kankernya. Bahan radio aktif yang sering digunakan adalah radium dan kalsium. b. Radioaktif terapi eksternal Dilakukan dengan cara menebalkan sinar-X ke area panggul kita melalui sebuah mesin radiologi yang besar. Diharapkan sel kankernya ini mati atau rusak oleh gelombang X sinar-X yang memiliki frekuensi tertentu. c. Operasi Operasi dilakukan pada stadium klinis I dan II meliputi histerektomi radikal, histerektomi ekstrafansial dan limpadenoktomi pada stadium II, disamping operasi, dilakukan juga terapi radiasi (Riona,1999). Motivasi Dukungan sebaya (peer support) adalah sistem memberi dan menerima bantuan yang didasari atas prinsip kunci menghoramti tanggung jawab bersama dan kesepakatan bersama tentang memberikan bantuan penuh (stiver dan muller, 1998). Dukungan sebaya termasuk dukungan psikoemosional, dorongan, pendidikan tentang kanker serviks dan bantuan pemecahan masalah (shearly, 2004) Menurut Walsh (2004) faktor yang memengaruhi dukungan suami adalah: 1. Emosi Emosi merupakan kecenderungan untuk memiliki perasaan yang berfungsi sebagai penyesuaian diri dalam mencapai kesejahteraan keluarga 2. Motivasi atau dorongan yang merupakan daya gerak Faktor yang menggerakkan seseorang atau diri untuk berbuat sesuatu dalam rangka mencapai suatu kepuasan atau tujuan. Menurut Azwar (2003), struktur dukungan terdiri dari tiga komponen yang saling menunjang yaitu: a. Komponen kognitif Merupakan representasi apa yang dipercayai oleh individu pemilik sikap atau berisi kepercayaan seseorang mengenai apa yang berlaku atau apa yang benar bagi objek sikap b. Komponen afektif Menyangkut masalah emosional subjektif seseorang terhadap suatu objektif sikap. Secara umum komponen ini disamakan dengan perasaan yang dimiliki terhadap sesuatu. Namun pengertian perasaan pribadi sering kali sangat berbeda perwujudannya bila dikaitkan dengan sikap c. Komponen konatif Perilaku menunjukkan bagaimana perilaku atau kecenderungan berprilaku yang ada dalam diri seorang berkaitan dengan sikap yang dihadapinya. DAFTAR PUSTAKA Hartono, P. (2000). Kanker Serviks & Masalah Skrinning di Indonesia. Kursus pada Pra Kongres KOGI I & Pasar Mimbar. Volume 5 No.2 Mansyur, A., (2005). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta:Media Aesculapius Neville, H.(2001). Esensial Obstetri & Ginekologi Edisi 2.Jakarta: Hipokrates Rasjidi, I. (2007). Panduan Penatalaksanaan Kanker Ginekologi. Jakarta:EGC Sarwono (2002). Ilmu Kandungan.Jakarta:Yayasan bina Pustaka ------------- (2008) Vaksin HPV Cegah Kanker www.mediahidupsehat.com [diakses tanggal 13 Juni 2015] -------------- (2003). Vaksin HPV dengan Ajuvan Inovatif ASO4.www.situs.kesrepro.info/aging Serviks Sejak Dini