WAHANA INOVASI VOLUME 3 No.2 JULI-DES 2014 ISSN : 2089-8592 PENGARUH SUPLEMENTASI Fe, ASAM FOLAT, DAN VITAMIN B12 TERHADAP PENINGKATAN KADAR HEMOGLOBIN (Hb) PEKERJA WANITA DI PTPN-IV KEBUN AEK NAULI KABUPATEN SIMALUNGUN 2012 Lusyana Gloria Doloksaribu Dosen Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan ABSTRACT The incident of anemia in female workers is still a serious health problem in Indonesia. The prevalence of anemia in female workers in Indonesia is 30% to 46.6%, and especially in PTPN IV, Kebun Aek Nauli, it is 66.8%. Therefore, this health problem should be paid more attention. The research was an experiment with randomized control trial design. The object of the research was to find out the influence iron, folic acid, and vitamin B12 supplementation on hemoglobin level in workers. Intervention was done within eight weeks by giving de-worming medicine of single dosage before taking and giving the iron, folic acid and vitamin B12 supplementation. In accordance with the inclusive samples criteria, 49 Subjekts were divided into three groups: the control group which consisted of 25 Subjekts took placebo; the treatment group which consisted of 24 Subjekts took supplement containing Iron, folic acid and vitamin and vitamin B12. Hemoglobin was measured by using Cyanmethemoglobin. The consumption of energy, protein, iron, folic acid, vitamin A, vitamin B12, and vitamin C were obtained through the method of food recall. The data were analyzed by using Paired Sample T-test. The result of the research showed that before supplementation of iron, folic acid, and vitamin B12 was given, the average consumption of energy was adequate/good, protein and folic acid were adequate, vitamin A and vitamin B12 were inadequate, and vitamin C was deficit. However, after supplementation was given, the average consumptions of iron, folic acid, and vitamin B12 gradually became good because there was additional intake from the supplements given to female workers. Statistic analysis showed that supplementation of iron,folic acid, and vitamin B12 can increase haemoglobin level of the female workers significantly (p < 0.05). The supplements of iron, folic acid, and vitamin B12 was effective and successful in increasing hemoglobin level of 1.85 g/dl. Keywords: Iron, Folic Acid, and Vitamin B12 Supplementation, Hemoglobin Level, Female workers PENDAHULUAN Anemia merupakan salah satu masalah kesehatan di dunia yang berakibat buruk bagi penderita terutama golongan rawan gizi yaitu anak balita, anak sekolah, remaja, ibu hamil dan menyusui serta pekerja terutama yang berpenghasilan rendah. Berdasarkan hasil penelitian WHO tahun 1998, diketahui bahwa prevalensi anemia defisiensi besi di Asia >75%, di Afrika Timur 47%, Afrika Barat sebesar 56%, Australia dan New Zealand sebesar 20% (ACC/SCN, 2000). Di Indonesia, kasus anemia gizi mencapai 63,5%. Pada pekerja wanita prevalensi anemia masih cukup tinggi yaitu berkisar 30-46,6%. Hal ini dapat menyebabkan penurunan produktivitas kerja, sehingga pekerja yang menderita anemia produktivitas kerja 20% lebih rendah dibandingkan dengan pekerja yang sehat dengan gizi baik (Suharno, 1993). Pekerja wanita merupakan salah satu kelompok yang rentan terhadap anemia gizi. Hal ini disebabkan oleh kurangnya zat besi dalam makanan dan pekerjaan yang berat, serta secara alamiah wanita setiap bulan mengalami haid. Penyebab langsung terjadinya anemia adalah defisiensi asupan gizi dari 313 Lusyana Gloria Doloksaribu : Pengaruh Suplementasi Fe, Asam Folat ................................... makanan (zat besi, asam folat, protein, vitamin C, ribovlavin, vitamin A, seng dan vitamin B12), konsumsi zat-zat penghambat penyerapan besi, penyakit infeksi, malabsorpsi, perdarahan dan peningkatan kebutuhan (Ramakrishnan, 2001). Faktor tidak langsung yang mempengaruhi anemia adalah sosial ekonomi, pendidikan, pengetahuan gizi, umur, dan status perkawinan. Penanganan anemia defisiensi gizi yang paling efektif dalam jangka pendek adalah suplementasi. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa defisiensi besi bukan satu-satunya penyebab anemia, tetapi karena defisiensi zat gizi mikro lain, seperti asam folat, vitamin A dan vitamin B12. Berdasarkan survey pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti di PTPN-IV Kebun Aek Nauli pada pekerja wanita yang berjumlah 176 orang, bekerja selama 8 jam/ hari. Dari hasil skrining pada 120 orang yang dapat diperiksa kadar hemoglobinnya terdapat 73 orang (60,8%) yang mempunyai kadar hemoglobin <12 g/dl. Mereka bekerja di perkebunan sawit yang terpapar dengan tanah sehingga beresiko kecacingan. Untuk makan siang, mereka membawa bekal dari rumah atau makan setelah pulang dari pekerjaan karena pihak perusahaan tidak menyediakan makan siang/ makanan tambahan. Perusahaan juga tidak pernah melakukan pemeriksaan kadar hemoglobin, tidak pernah memberikan tablet tambah darah (TTD). Keluhan seperti lelah, pusing dan pegalpegal juga diungkapkan oleh beberapa pekerja. Berdasarkan gambaran konsumsi makanan yang diperoleh melalui food recall pada 10 orang pekerja wanita menunjukkan bahwa tingkat konsumsi untuk energi tergolong baik, protein cukup, zat besi, asam folat, vitamin A dan vitamin B12 tergolong kurang. Untuk mencegah keluhan di atas, dan memenuhi kebutuhan akan kekurangan zat gizi yang ada, maka perlu adanya upaya pemberian suplemen tablet tambah darah mengingat pekerja wanita merupakan aset perusahaan yang harus dijaga kesehatannya. Dalam penelitian ini, peneliti memberi suplemen tambah darah yang berisi Fe, asam folat, vitamin A dan vitamin B12. Dengan demikian diharapkan dapat meningkatkan kadar hemoglobin yang akhirnya akan meningkatkan pro- duktivitas kerja. Jika produktivitas meningkat, maka keuntungan yang diperoleh perusahaan pun akan meningkat sehingga target perusahaan tercapai. METODE PENELITIAN Desain, Subjek, dan Waktu Penelitian ini adalah experimen dengan desain acak terkendali (randomized controlled trial) (Sastroasmoro, 2002). Intervensi diberikan kepada pekerja wanita PTPN-IV Kebun Aek Nauli. Subjek dibagi menjadi 3 kelompok yaitu kelompok kontrol (mendapat plasebo), kelompok perlakuan (mendapat suplemen Fe, asam folat dan vitamin B12). Dosis plasebo yaitu laktosa 1 mg (berdasarkan atas laktosa 1 mg tidak mengandung zat gizi apapun sehingga tidak memengaruhi asupan pada kelompok kontrol), Fe 60 mg dan asam folat 0,25 mg (berdasarkan kandungan Fero Sulfat), vitamin vitamin B12 0,72 µg berdasarkan atas kekurangan dari rata-rata asupan vitamin B12 pekerja wanita hasil food recall pada survei pendahuluan setelah dibandingkan dengan AKG 2004. Penentuan Subjek didasarkan atas kriteria inklusi dan ekslusi pada uji pendahuluan, populasi 49 orang (40,8%) semuanya dijadikan Subjek (total sampling). Cara penarikan Subjek dilakukan secara simple random sampling yaitu kelompok kontrol sebanyak 25 orang, kelompok perlakuan sebanyak 24 orang. Waktu penelitian dilakukan selama 3 bulan dari bulan Nopember 2012 sampai Januari 2013. Jenis dan Cara Pengumpulan Data Data dalam penelitian terbagi atas 2, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer meliputi kadar hemoglobin (Hb), konsumsi makanan, umur, pendapatan dan pendidikan dan data sekunder adalah gambaran umum perusahaan. Kadar Hb diperoleh dengan metode Cyanmethemoglobin, konsumsi diperoleh melalui food recall, umur, pendapatan dan pendidikan diperoleh dengan wawancara dan gambaran umum perusahaan diperoleh dari bagian administrasi, pihak manajemen perusahaan, dan asisten kepala perusahaan. 314 Lusyana Gloria Doloksaribu : Pengaruh Suplementasi Fe, Asam Folat ................................... Pengolahan dan Analisis Data Analisa data diperoleh dengan menggunakan perhitungan uji statistik memakai program SPSS. Analisa Univariat, untuk mendeskripsikan setiap variabel penelitian. Analisis bivariat, dilakukan untuk uji perbedaan kadar Hb awal dan Hb akhir pada masing-masing kelompok. HASIL PENELITIAN Adapun karakteristik pekerja wanita sebagai Subjek meliputi umur, pendidikan dan pendapatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa umur pada kelompok perlakuan yaitu yang diberi suplemen Fe, asam folat dan vitamin B12 kelompok umur terbanyak adalah 30-40 tahun yaitu sebesar 54,2%. Pada kedua kelompok perlakuan, rerata umur Subjek yaitu kelompok perlakuan dengan rata-rata umur 41,42 tahun dan kelompok kontrol dengan rerata umur 40,68 tahun. Uji Anova perbedaan umur dari masing-masing kelompok tidak berbeda secara signifikan dimana nilai p (0,502) > 0,005. Umur termuda 32 tahun dan umur tertua 45 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa umur Subjek di PTPNIV Kebun Aek Nauli masih tergolong usia produktif. Berdasarkan tingkat pendidikan, sebagian besar Subjek memiliki tingkat pendidikan rendah (SD). Pada kelompok perlakuan sebanyak 58,3% dan kelompok kontrol sebanyak 72%. Uji Anova tingkat pendidikan dari masing-masing kelompok tidak berbeda secara signifikan dimana nilai p (0,135) > 0,005. Rerata pendapatan Subjek adalah di atas Upah Minimum Regional Propinsi Sumatera Utara Tahun 2012 (Rp. 1.250.000), yaitu Rp.1.924.841,7.-, Pendapatan ini adalah pendapatan keluarga karena seluruh Subjek sudah menikah. Walau berada di atas UMR, karena pendapatn merupakan pendapat keluarga, jika rerata pendapatan tersebut dibagi dengan jumlah anggota keluarga minimal 2 orang (suami istri pekerja) dalam satu keluarga maka pendapatan perkapita per bulan sebesar Rp. 962.420,8,-. Berdasarkan rerata pendapatan per kapita per bulan tersebut, maka pendapatan keluarga masih berada di bawah rerata kebutuhan hidup layak (KHL) yaitu sebesar Rp. 1.035,028,-. (SK. GUBSU No. 188.44/988/KPTS/2011). Uji Anova perbedaan pendapatan dari kedua kelompok tidak berbeda secara signifikan dimana nilai p (0,733) > 0,005. Sebelum suplementasi, dilakukan food recall dengan cara wawancara dan mencatat jenis, jumlah bahan makanan yang dikonsumsi pada periode 24 jam yang lalu pada Subjek yang dituliskan ke dalam formulir food recall. Kemudian setelah suplementasi selama 8 minggu dilakukan kembali food recall, sehingga diperoleh hasil konsumsi energi, protein, Fe, asam folat, vitamin A, vitamin B12 dan vitamin C. Rerata konsumsi energi sebelum suplementasi pada masing-masing kelompok perlakuan yaitu pada kelompok perlakuan sebesar 1903 kkal/hr dan kelompok kontrol sebesar 1822,3 kkal/hr. Berdasarkan AKG 2004 dari kedua kelompok perlakuan tersebut sebagian besar memenuhi kecukupan yang dianjurkan (1900 kalori). Uji Anova konsumsi energi sebelum suplementasi kedua kelompok perlakuan tidak ada perbedaan yang signifikan p (0,151) > 0,05. Rerata konsumsi energi sesudah suplementasi pada masing-masing kelompok perlakuan yaitu pada kelompok perlakuan sebesar 1908 kkal/hr dan pada kelompok kontrol sebesar 1820,3 kkal/hr. Berdasarkan AKG 2004 dari kedua kelompok perlakuan tersebut sebagian besar memenuhi kecukupan yang dianjurkan (1900 kalori). Uji Anova konsumsi energi sesudah suplementasi dari kedua kelompok perlakuan tidak ada perbedaan yang signifikan p (0,098) > 0,05. Hasil uji Paired-Sample T test ataupun Wilcoxon test terhadap konsumsi energi sebelum dan sesudah suplementasi pada kelompok perlakuan I, kelompok perlakuan II dan kelompok kontrol menunjukkan (p>0,05) hal ini berarti tidak ada perbedaan yang signifikan antara konsumsi energi sebelum dan sesudah suplementasi. Rerata konsumsi protein sebelum suplementasi kedua kelompok yaitu kelompok perlakuan sebesar 48,13 g/hr dan pada kelompok kontrol sebesar 46,56 g/hr. Berdasarkan AKG 2004, rerata konsumsi kedua kelompok tersebut sebagian besar tidak memenuhi standar kecukupan yang dianjurkan (50 g/hr). Uji Anova konsumsi protein sebelum suplementasi kedua kelompok perlakuan tidak ada 315 Lusyana Gloria Doloksaribu : Pengaruh Suplementasi Fe, Asam Folat ................................... perbedaan yang signifikan p (0,688) > 0,05. Rerata konsumsi protein sesudah suplementasi dari kedua kelompok yaitu kelompok perlakuan sebesar 52,13 dan pada kelompok kontrol sebesar 41,08 g/hr. Berdasarkan AKG 2004, kedua kelompok tersebut sebagian besar tidak memenuhi standar kecukupan yang dianjurkan (50 g/hr). Uji Anova konsumsi protein sesudah suplementasi dari kedua kelompok perlakuan ada perbedaan signifikan p (0,024) > 0,05. Hasil uji Paired-Sample T test terhadap konsumsi protein sebelum dan sesudah suplementasi pada kelompok perlakuan I, kelompok perlakuan II dan kelompok kontrol menunjukkan (p>0,05) hal ini berarti tidak ada perbedaan yang signifikan antara konsumsi protein sebelum dan sesudah suplementasi. Rerata konsumsi Fe sebelum suplementasi pada masing-masing kelompok adalah pada kelompok perlakuan sebesar 5,41 mg/hr dan pada kelompok kontrol sebesar 5,66 g/hr. Berdasarkan AKG 2004, konsumsi Fe pada kedua kelompok tersebut tidak memenuhi standar kecukupan yang dianjurkan (26 mg/hr). Uji Anova konsumsi Fe sebelum suplementasi dari kedua kelompok perlakuan tidak ada perbedaan yang signifikan p (0,510) > 0,05. Rerata konsumsi Fe sesudah suplementasi pada kelompok perlakuan sebesar 65,59 m/hr, sementara rerata konsumsi Fe pada kelompok kontrol 6,36 mg/hr. Berdasarkan AKG 2004, konsumsi Fe pada kelompok perlakuan sudah memenuhi standar kecukupan yang dianjurkan (26 mg/hr) sedang pada kelompok kontrol tidak memenuhi standar. Uji Anova konsumsi Fe sesudah suplementasi dari kedua kelompok perlakuan ada perbedaan yang signifikan p (0,000) < 0,05. Sesudah suplementasi, terdapat peningkatan yang sangat tinggi pada kelompok perlakuan, hal ini dikarenakan adanya konsumsi tambahan melalui suplementasi yang mengandung Fe. Uji Paired Sample T-test konsumsi Fe sebelum dan sesudah suplementasi terdapat adanya perbedaan yang signifikan p (0,000) < 0,05. Tabel 1. Distribusi Konsumsi Fe Subjek Kelompok Konsumsi Fe (mg) P. Value Sebelum Sesudah Perlakuan 5,41±1,35 65,59±1,30 0,000 Kontrol 5,66±1,35 6,36±1,28 0,019 Hasil uji Paired-Sample T test terhadap konsumsi Fe sebelum dan sesudah suplementasi pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol menunjukkan (p<0,05), artinya ada perbedaan yang signifikan konsumsi Fe sebelum dan sesudah suplementasi. Rerata konsumsi asam folat sebelum suplementasi pada masing-masing kelompok perlakuan yaitu pada kelompok perlakuan sebesar 345 µg/hr dan pada kelompok kontrol sebesar 333 µg/hr. Jika dibandingkan dengan AKG 2004, maka rerata konsumsi asam folat sebelum suplementasi tergolong cukup. Uji Anova konsumsi asam folat sebelum suplementasi dari kedua kelompok perlakuan tidak ada perbedaan yang signifikan p (0,593) > 0,05. Rerata konsumsi asam folat sesudah suplementasi pada kelompok perlakuan sebesar 597,08 µg/hr, sementara rerata konsumsi asam folat pada kelompok kontrol 338,64 µg/hr. Berdasarkan AKG 2004, maka rerata konsumsi asam folat sesudah suplementasi tergolong cukup. Uji Anova konsumsi asam folat sesudah suplementasi kedua kelompok perlakuan ada perbedaan yang signifikan p (0,000) < 0,05. Sesudah suplementasi, terdapat peningkatan konsumsi asam folat yang sangat tinggi pada kelompok perlakuan, hal ini dikarenakan adanya konsumsi tambahan melalui suplementasi yang mengandung asam folat. Uji PairedSample T test konsumsi asam folat sebelum dan sesudah suplementasi dari kedua kelompok perlakuan ada perbedaan yang signifikan p (0,000) < 0,05. Berdasarkan AKG 2004, kelompok perlakuan telah memenuhi standar kecukupan yang dianjurkan (400 μg/hr), sementara pada kelompok kontrol ada yang tidak memenuhi standar kecukupan yang dianjurkan. Tabel 2. Kelompok Perlakuan Kontrol Distribusi Konsumsi Asam Folat Subjek Konsumsi Asam folat (μg) Sebelum Sesudah 345,83±72,35 597,08±67,88 333,60±85,9 338,64±85,6 P. Value 0,000 0,054 316 Lusyana Gloria Doloksaribu : Pengaruh Suplementasi Fe, Asam Folat ................................... Hasil uji Paired-Sample T test terhadap konsumsi asam folat sebelum dan sesudah suplementasi pada kelompok perlakuan I dan II menunjukkan (p<0,05) hal ini berarti ada perbedaan yang signifikan antara konsumsi asam folat sebelum dan sesudah suplementasi, sementara pada kelompok kontrol hasil uji Paired-Sample T test menunjukkan (p>0,05), artinya tidak ada perbedaan yang signifikan antara konsumsi asam folat sebelum dan sesudah suplementasi. Rerata konsumsi vitamin A sebelum suplementasi, yaitu pada kelompok perlakuan yang diberi suplemen Fe, Asam folat dan Vitamin B12, rerata konsumsi vitamin A sebesar 399,67 RE/hr dan pada kelompok kontrol yang diberi plasebo rerata konsumsi vitamin A sebesar 396,08 RE/hr. Berdasarkan AKG 2004, kedua kelompok tersebut sebahagian komsumsi vitamin A Subjek tidak memenuhi standar kecukupan gizi (500 RE/hr). Uji Anova konsumsi vitamin A sebelum suplementasi kedua kelompok perlakuan tidak ada perbedaan yang signifikan p (0,948) > 0,05. Rerata konsumsi vitamin A sesudah suplementasi pada kelompok perlakuan sebesar 399,13 RE/hr, sementara rerata konsumsi vitamin pada kelompok kontrol 397,80 RE/hr. Berdasarkan AKG 2004, kedua kelompok tersebut sebahagian komsumsi vitamin A Subjek tidak memenuhi standar kecukupan yang dianjurkan (500 RE/hr). Uji Anova konsumsi vitamin A sesudah suplementasi dari kedua kelompok perlakuan ada perbedaan yang signifikan p (0,980) < 0,05. Uji Paired-Sample T test konsumsi vitamin A sebelum dan sesudah suplementasi dari kedua kelompok perlakuan tidak ada perbedaan yang signifikan p (0,735)>0,05. Tabel 3. Distribusi Konsumsi Vitamin A Subjek Kelompok Perlakuan Kontrol Konsumsi Vitamin A (RE) Sebelum Sesudah 399,67±193,92 399,13±190,21 396,08±186,9 397,80±185,83 P. Value 0,909 0,404 Hasil Uji Paired-Sample T test terhadap konsumsi vitamin A sebelum dan sesudah suplementasi pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol menunjukkan (p>0,05), artinya tidak ada perbedaan yang signifikan antara konsumsi vitamin A sebelum dan sesudah suplementasi. Rerata konsumsi vitamin B12 sebelum suplementasi dari masing-masing kelompok perlakuan sebesar 1,69 μg/hr dan pada kelompok kontrol sebesar 1,82 μg/hr. Berdasarkan AKG 2004, kedua kelompok tersebut sebahagian komsumsi vitamin B12 Subjek tidak memenuhi standar kecukupan yang dianjurkan (2,4 μg/hr). Uji Anova konsumsi vitamin B12 sebelum suplementasi dari kedua kelompok perlakuan tidak ada perbedaan yang signifikan p (0,260) > 0,05. Rerata konsumsi vitamin B12 sesudah suplementasi pada kelompok perlakuan sebesar 2,57 μg/hr, sementara rerata konsumsi vitamin B12 pada kelompok kontrol 1,99 μg/hr. Uji Anova konsumsi vitamin B12 sesudah suplementasi dari kedua kelompok perlakuan ada perbedaan yang signifikan p (0,000) < 0,05. Sesudah suplementasi, terdapat peningkatan yang sangat tinggi pada kelompok perlakuan, hal ini dikarenakan adanya konsumsi tambahan melalui suplementasi yang mengandung vitamin B12. Berdasarkan AKG 2004, kelompok perlakuan tersebut sebagian besar telah memenuhi standar kecukupan yang dianjurkan (2,4 μg/hr), sementara pada kelompok kontrol ada yang tidak memenuhi standar kecukupan yang dianjurkan. Uji Paired-Sample T test konsumsi vitamin B12 sebelum dan sesudah suplementasi menunjukkan p<0,005 artinya ada perbedaan yang signifikan antara konsumsi vitamin B12 sebelum dan sesudah suplementasi. Tabel 4. Distribusi Konsumsi Vitamin B12 Subjek Kelompok Konsumsi Vitamin B12 P. (µg) Value Sebelum Sesudah Perlakuan 1,69±0,44 2,57±0,44 0,000 Kontrol 1,82±0,33 1,99±0,51 0,078 Hasil uji Paired-Sample T test terhadap konsumsi vitamin B12 sebelum dan sesudah suplementasi pada kelompok perlakuan II menunjukkan (p<0,05) hal ini berarti ada perbedaan yang signifikan antara konsumsi vitamin B12 sebelum dan sesudah suplementasi, sementara pada kelompok kontrol hasil uji Paired-Sample T test menunjukkan (p>0,05), artinya tidak 317 Lusyana Gloria Doloksaribu : Pengaruh Suplementasi Fe, Asam Folat ................................... ada perbedaan konsumsi vitamin B12 sebelum dan sesudah suplementasi. Rerata konsumsi vitamin C sebelum suplementasi pada masing-masing kelompok perlakuan yaitu pada kelompok perlakuan yaitu yang diberi suplemen Fe, Asam folat dan Vitamin B12 37,86 mg/hr dan pada kelompok kontrol yang diberi plasebo 34,94 mg/hr. Berdasarkan AKG 2004 dari kedua kelompok perlakuan tersebut sebagian besar tidak memenuhi kecukupan yang dianjurkan (75 mg). Berdasarkan uji Anova konsumsi vitamin C sebelum suplementasi dari kedua kelompok perlakuan tidak ada perbedaan yang signifikan p (0,460) > 0,05. Rerata konsumsi vitamin C sesudah suplementasi pada kelompok perlakuan sebesar 41,37 mg/hr, sementara rerata konsumsi vitamin C pada kelompok kontrol 35,76 mg/hr. Berdasarkan AKG 2004, kedua kelompok perlakuan tidak memenuhi standar kecukupan yang dianjurkan (75 mg/hr). Uji Anova konsumsi vitamin C sesudah suplementasi dari kedua kelompok perlakuan tidak ada perbedaan yang signifikan p (0,319)>0,05. Hasil uji Paired-Sample T test terhadap konsumsi vitamin C sebelum dan sesudah suplementasi pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol menunjukkan (p>0,05) hal ini berarti tidak ada perbedaan yang signifikan antara konsumsi vitamin C sebelum dan sesudah suplementasi. Pemeriksaan kadar Hb dilakukan pada awal dan akhir penelitian. Pada kedua kelompok rerata kadar Hb baik awal maupun akhir yaitu, pada kelompok perlakuan, yaitu yang diberi suplemen Fe, Asam folat dan vitamin B12 rerata kadar Hb awal 10,69 g/dl, rerata kadar Hb akhir 12,54 mg/dl dengan selisih kadar Hb 1,85 g/dl. Pada kelompok kontrol yaitu yang diberi plasebo rerata kadar Hb awal 10,34 g/dl, rerata kadar Hb akhir 10,66 g/dl dengan selisih 0,32 mg/dl. Tabel 8. Distribusi Kadar Hb Subjek Kelompok Kadar Hb (mg) Sebelum Sesudah Perlakuan 10,69 12,54 Kontrol 10,34 10,66 P. Value 0,000 0,013 Berdasarkan tabel 8. di atas, hasil uji Paired-Sample T test menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan atau (p < 0,05) antara kadar Hb sebelum suplementasi dengan kadar Hb sesudah suplementasi pada masing-masing kelompok perlakuan. Anemia adalah keadaan dimana kadar Hb (Hemoglobin) dalam darah berada di bawah normal. Berdasarkan hasil penelitian, status anemia tingkat sedang sebelum suplementasi ditemukan 25% pada perlakuan dan 36% pada kelompok kontrol. Sedangkan untuk anemia tingkat ringan, 75% pada kelompok perlakuan dan 64% pada kelompok kontrol. Namun sesudah suplementasi, status anemia tingkat sedang tidak terdapat sama sekali (0%) pada kelompok perlakuan, dan pada kelompok kontrol menurun menjadi 16%. Status anemia tingkat ringan juga menurun menjadi 4,2% pada kelompok perlakuan, sedangkan status anemia menjadi tidak anemia (Normal) sebanyak 95,8% pada kelompok perlakuan dan 12% pada kelompok kontrol. Tabel 9. Kadar Hb Subjek sebelum dan setelah Suplementasi Kadar Hb (gr/dl) Sebelum (Awal) • < 12 gr/dl (anemia) • ≥12 gr/dl (tidak anemia) Sesudah (Akhir) • < 12 gr/dl (anemia) • ≥12 gr/dl (tidak anemia) Perlakuan n % Kontrol n % 24 0 100 0 25 0 10 0 0 1 23 4,2 95, 8 22 3 88 12 P Valu e 0,303 0,000 PEMBAHASAN Penelitian menunjukkan bahwa umur Subjek seluruhnya masih tergolong usia produktif yaitu 30-45 tahun. Hal ini sesuai dengan penelitian Mulyawati (2003) bahwa usia produktif merupakan risiko untuk terjadinya anemia. Hal ini dikarenakan pada usia ini adalah usia pernikahan. Dalam penelitian ini Subjek 100% berstatus menikah. Mulyawati menyatakan bahwa wanita yang menikah mempunyai risiko menderita anemia sebesar 3.32 kali lebih besar dibanding dengan yang belum menikah. Hal ini disebabkan karena Subjek membatasi porsi makan agar tubuh tetap langsing, sementara hilangnya zat besi (Fe) karena haid, serta meningkatnya kebutuhan Fe karena proses hamil dan menyusui, mengurus rumah tangga akan mengakibatkan anemia. 318 Lusyana Gloria Doloksaribu : Pengaruh Suplementasi Fe, Asam Folat ................................... Usia 30-45 tahun bagi wanita juga merupakan usia produktif bekerja yang pastinya akan berisiko mengalami gangguan kesehatan seperti anemia (Raharjo, 2003). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hampir seluruh Subjek mempunyai pendidikan rendah. Pada kelompok perlakuan terdapat 58,3% dan kelompok kontrol 72% dengan status tingkat anemia sedang 75% pada kelompok perlakuan dan 64% pada kelompok kontrol. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Oppusunggu (2009) bahwa semakin rendah tingkat pendidikan, maka semakin tinggi proporsi anemia. Pendidikan yang rendah umumnya kurang memahami faktor-faktor yang berhubungan dengan anemia, kurang mengakses informasi anemia dan penanggulangannya dan kurang dapat memilih bahan makanan yang bergizi khususnya yang mengandung zat Fe serta kurang menggunakan pelayanan kesehatan yang tersedia (Apriadji, 1996). Hasil penelitian menunjukkan bahwa rerata pendapatan per kapita per bulan sebesar Rp. 962.420.8,-. berada di bawah rerata kebutuhan hidup layak (KHL) yaitu sebesar Rp. 1.035,028,- (SK. Gubernur Sumatera Utara No. 188.44/988/KPTS/ 2011). Sesuai dengan penelitian Raharjo bahwa proporsi anemia sebagian besar pada Subjek yang mempunyai penghasilan di bawah KHL. Hal ini dikarenakan biaya Subjek untuk pangan kecil sehingga menyebabkan pola makan sehari-hari kurang bervariasi dan kurang memenuhi kebutuhan yang dianjurkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsumsi gizi dari makanan sebagian besar Subjek tidak memenuhi kebutuhan yang dianjurkan (AKG 2004). Rendahnya konsumsi zat gizi ini dimungkinkan karena kurangnya pengetahuan Subjek tentang gizi dan anemia sehingga kurang dapat memilih bahan makanan yang baik untuk kesehatan serta kurangnya biaya untuk pangan dalam sehari. Sesuai dengan hasil penelitian Raharjo (2003) Subjek yang mempunyai pengetahuan yang rendah mempunyai risiko 4 kali lebih tinggi untuk terkena anemia dibandingkan dengan Subjek yang mempunyai pengetahuan tentang anemia tinggi. Sementara kurangnya biaya untuk pangan disebabkan oleh rendahnya pendapatan menyebabkan pola makan sehari-hari kurang bervariasi dan kurang memenuhi kebutuhan yang dianjurkan sehingga menimbulkan kekurangan gizi yang salah satu dampaknya adalah anemia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada peningkatan rerata kadar Hb pada seluruh kelompok perlakuan sesudah suplementasi yaitu sebesar 11,6 dari sebelum suplementasi yaitu 10,515 g/dl. Secara terperinci pada kelompok perlakuan, rerata kadar Hb sebelum perlakuan adalah 10,69 g/dl meningkat menjadi 12,54 g/dl sementara pada kelompok kontrol juga meningkat dari sebesar10,34 g/ dl menjadi 10,66 g/dl. Begitu juga dengan status anemia Subjek. Pada kelompok perlakuan status anemia tingkat sedang (25%) dan tingkat ringan (75%) menurun menjadi anemia tingkat ringan (4,2%) dan tidak anemia atau normal (95,8%). Sementara pada kelompok kontrol juga terjadi penurunan status anemia dari anemia tingkat sedang (36%) dan tingkat ringan (64%) menurun menjadi anemia tingkat sedang (16%), anemia tingkat ringan (72%) dan tidak anemia atau normal (12%). Berdasarkan hal tersebut di atas suplementasi Fe, asam folat dan vitamin B12 secara signifikan mampu meningkatkan kadar Hb pekerja wanita. Ditemukan adanya peningkatan pada kelompok kontrol disebabkan oleh pengaruh konsumsi obat cacing Pirantel Pamoat sebelum suplementasi yang dapat membebaskan Subjek dari kecacingan sehingga penyerapan zat gizi dan pembentukan hemoglobin menjadi lebih optimal. Berdasarkan uji Paired Sample T test diketahui ada perbedaan kadar Hb sesudah suplementasi antara perlakuan secara signifikan (p=0,000). Pada perlakuan peningkatan kadar Hb sebesar 1,85 g/dl. Hal ini kemungkinan dikarenakan suplemen vitamin B12 lebih memberikan respon positif terhadap kadar Hb bila Subjek menderita anemia (Lubis Z, 2007), artinya dalam keadaan kekurangan proses penyerapan vitamin B12 menjadi lebih tinggi sehingga asupan tambahan melalui suplemen yang diberikan sangat berguna untuk pembentukan hemoglobin. Selain itu sifat vitamin B12 yang larut dalam air sehingga lebih mudah diserap oleh tubuh dan mempercepat proses pembentukan kadar hemoglobin (Linder, 1992). 319 Lusyana Gloria Doloksaribu : Pengaruh Suplementasi Fe, Asam Folat ................................... KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Suplementasi Fe, asam folat dan vitamin B12 menurunkan prevalensi penderita anemia menjadi tidak anemia sebesar 95,8%. Ada pengaruh suplementasi terhadap peningkatan kadar Hb pada pekerja wanita. Suplementasi Fe, asam folat dan vitamin B12 mampu meningkatkan kadar Hb sebesar 1,85 g/dl, sedangkan kelompok kontrol peningkatan sangat kecil (0,32 g/dl). Ada perbedaan kadar Hb sebelum dan sesudah suplementasi, dan untuk antar kelompok perlakuan ada perbedaan yang bermakna setelah pemberian suplementasi (p<0,05). Konsumsi zat gizi Subjek dari makanan sebagian besar masih kurang dari kecukupan gizi yang dianjurkan. Saran 1. Bagi perusahaan diharapkan dapat memberikan suplemen kepada pekerjanya, memberikan makanan tambahan 1xsehari, penyuluhan tentang anemia pada pekerja wanita dan peningkatan pendapatan agar pekerja mampu membeli makanan yang berkualitas dengan memanfaatkan pekarangan rumah dengan kebun gizi, dan pemanfaatan limbah kelapa sawit menjadi produk yang memiliki nilai jual seperti membuat gedek/ sapu lidi. Karena dengan demikian, maka derajat kesehatan pekerja wanita menjadi baik sehingga menurunkan angka kesakitan (mengurangi biaya perobatan dan kehilangan waktu bekerja) dan meningkat pula produktifitas kerja. 2. Sebaiknya koordinasi Dinas Kesehatan Kabupaten Simalungun dengan perusahaan lebih ditingkatkan lagi dalam memberi perhatian pada penanganan anemia pada pekerja wanita dengan program penyuluhan dan suplementasi. DAFTAR PUSTAKA (ACC/SCN). 2000. Nutrition Troughout teh Life Cycle. Teh Collaboration with International Food Policy Researh Institute (IFPRI). UN. Geneva. Ahmed F. Khan RM, Jackson AA. 2001 Concomitant Suplemental Vitamin A Enhances Teh Response to Weekly Suplemental Iron and Folic Acid in Anemic Teenegers in urban Bangladesh. Am J Clin Nutr 2001. Almatsier, S, 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Gamedia Pustaka Utama. Jakarta Apriadji, H.W. 1996. Swadaya. Jakarta. Gizi Keluarga. Arena, Jay M., M.D., Sarazen, Paul, Jr., M.D., Baylin, George J., M.D. 1951. HiperVitaminosis A - Report an unusual Case with Marked Craniotabes. Official Journal of teh American Academy of Pediatrics. Arisman, MB, 2004. Gizi dalam Daur Kehidupan. EGC. Jakarta Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BPPN). 2007. Rencana Aksi Nasional Pangan dan Gizi 2006-2010. Jakarta. Badan Pusat Statistik. 2007. Keadaan ketenagakerjaan Indonesia Februari 2007. Jakarta. Bakara, Tiarlince, 2011. Penuntun Biokimia Gizi. Poltekkes Medan Jurusan Gizi. L. Pakam. Bloem, MW 1995, Interdependence of Vitamin A and iron : an Important association for progammess of anemia kontrol Proc Nutr Soc 54 DeMaeyer EM, 1995. Pencegahan dan Pengawasan Anemia Defisiensi Fe, diterjemahkan oleh Arisman, WHO. Dep. Kes. RI. 1999. Pedoman Suplementasi Fe bagi Petugas. Direktorat Jendral. Bina Kesehatan Masyarakat. Jakarta. Departemen Kesehatan RI. 2005. Gizi dalam Angka sampai dengan Tahun 2003. Direktorat Jendral Bina Kesehatan Masyarakat. Direktorat Gizi Masyarakat. Jakarta. 320 Lusyana Gloria Doloksaribu : Pengaruh Suplementasi Fe, Asam Folat ................................... Gillispie S. 1998. Major Issues in Teh Kontrol of Iron Deficiency. Teh Micronutrient Initiative. UNICEF, New York Hardinsyah., Briawan,D., Retnaningsih., Herawati, T. 2004 Analisis Kebutuhan Konsumsi Pangan. Pusat Studi Kebijakan Pangan dan Gizi. Lembaga Penelitian dan Pemberdayaan Masyarakat Institut Pertanian Bogor IVACG, 1998, Teh effect of Vitamin A nutriture on health : A review. Vitamin A interactions with iron and zinc. Artikel :9, USA. Lemeshow, S, Hosmer D.W.Jr, Klar, J, Lwanga , S.K. 1997. Besar Subjek dalam Penelitian Kesehatan. Terjemahan Pramono, D. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Linder MC, 1992. Biokimia Nurisi dan Metabolisme, Penerbit Universitas Indonesia : UI-Press. Lubis HS, Aritonang E, 2008. Analisis Kadar Hemoglobin Darah pada Buruh Wanita di Perusahaan Makanan Beku (Cold Storage) PT. X Belawan, The Journal of Public Health USU. Lubis Z, 2007. Pengaruh Pemberian Suplemen Vitamin B12 dan Hemoglobin Anak Prasekolah. The Journal of Public Health USU. Madanijah, S. 2004. Pendidikan dalam Pengantar Pengadaan Pangan dan Gizi. Swadaya. Jakarta. Mejia, LA, Chew, F 1988, Hematological effect of supplementing anemic children with Vitamin A alone and in combination with iron. Am J. Clin Nutr 48 Muchtadi D, 1993. Metabolisme Zat Gizi, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta. Muchtadi D, 2001. Pangan dan Gizi, Jakarta : UT. Mulyawati, Y. 2003. Perbandingan Efek Suplementasi Tablet Tambah Darah Dengan dan Tanpa Vitamin C Terhadap Kadar Hemoglobin Pekerja Wanita di Perusahaan Plywood Jakarta, Universitas Indonesia. Tesis. Murray, RK., Ganner, DK., Robert, KM., Peter, AM., Victor, WR. 1996. Harper’s Biochemistry (14th ed.) Appliton & Lange, StanfordConnecticut. Parakkasi, A 1992, Biokimia Nutrisi dan Metabolisme (Nutritional Biochemistry and Metabolism karangan asli Linder) Universitas Indonesia, Jakarta. Palafox, NA et al. 2003, Vitamin A deficiency, iron deficiency, and anemia among preschool children in the Republic of the Marshall Islands, Nutrition 19. Raharjo, B. 2003. Faktor-Faktor Risiko yang Berhubungan dengan Anemia Pada Pekerja Wanita di Desa Jetis Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Sukoharjo. Universitas Diponegoro. Tesis. Ramakrishnan,U. 2001. Nutritional Anemias. CRC Press, Boca London, New York Washingon, DC. Sahyoun, N.R., Pratt, C.A., Anderson, A. 2004. Evaluation of nutrition education suplementasions for older adults: a proposed framework. J. Am. Diet Assoc. Sastroasmoro, S, Ismael, S, 1995. Dasardasar Metodologi Penelitian Klinis. Binarupa Aksara, Jakarta Siagian A, 2010. Epidemiologi Jakarta : Erlangga Gizi, Sommer, A, & West, K.P. 1996. Vitamin A Deficiency : Health, Survival and Vision. Oxford University Press. New York. 321 Lusyana Gloria Doloksaribu : Pengaruh Suplementasi Fe, Asam Folat ................................... Subagio, HW. 2002. Hubungan antara Status Vitamin A dan Seng Ibu Hamil dengan Keberhasilan Suplementasi Fe. Disertasi. Universitas Diponegoro Semarang. Suharno D, 1993. Gizi Kerja Pada Masyarakat Kerja Informal dalam Upaya Kesehatan Kerja Sektor Informal Di Indonesia, Departemen Kesehatan RI, Jakarta. Sumapradja, Gutawa M, Fayakun YL, Widyastuti D. 2009. Proses Asuhan Gizi Terstandar. Bandung: Persatuan Ahli Gizi Indonesia dan Asosiasi Dietisien Indonesia (AsDI). Supariasa, IDN, Bakri B, Fajar. 2002. Penilaian Status Gizi. EGC. Jakarta. Winarno, FG 2002, Kimia Pangan dan Gizi, Penerbit PT. Gramedia, Pustaka Utama, Jakarta. Wirakusumah E. 1999. Perencaanaan Menu Anemia Gizi Besi. Trubus Agriwidya. Jakarta. WHO. 2001. Iron Deficiency Anemia Assessment, Prevention And Control. Geneva.