Summary Chapter 2: KNOWING THE ENVIRONMENT By

advertisement
Pertemuan ke -1 dgn Mbak Wiwid
Bab I SosLing
Sistematisasi Tahap Kedua
A. Sistematisasi Sosiologi Lingkungan










Isu-isu lingkungan, keadaan lingkungan dan peradaban, serta hubungan antara lingkungan
dan manusia menjadi isu-isu yang diperhatikan dalam ilmu sosial sejak dekade akhir di abad
ke 20
Di Jepang, pada dekade akhir abad 20, sosiologi lingkungan mulai berdiri sbg konsep dan
menjadi bidang penelitian yang dianalisa.
Di dunia, sosiologi lingkungan mulai dikenal dan terinstitusionalisasi, setidaknya secara
akademis.
JAES ( Japanese Association for Environmental Sociology), bermula sbg kelompok kecil dr
para sosiolog lingkungan berjumlah 53 orang pada tgl 19 mei 1990. Secara formal kelompok
ini memakai nama JAES dan menjadi organisasi pada Oktober 1992. Pada 28 juni 2003 telah
memiliki 657 anggota.
JAES adalah organisasi terbesar di dunia yg mengkhususkan diri di bidang sosiologi
lingkungan. Juga sebagai asosiasi akademik terbesar di Jepang, di bidang sosiologi yg sejalan
dengan Japanese association for Family Sociology.
Jurnal tahunan resmi, journal of environmental sociology (Kankyoo shakaigaku kenkyuu),
mulai didirikan pada september 1995, merupakan jurnal tertua mengenai sosling
Menyusul jurnal ECO dari Korean Association for Environmental Sociology, didirikan pada
tahun 2000
Salah satu karakteristik dari sosiologi lingkungan adalah banyaknya para peneliti yang justru
berasal dari “luar” sosiologi. Misalnya para praktisi dari gerakan lingkungan, pegawai
pemerintah dan perusahaan swasta. Mungkin kurang lebih hanya sepertiga dari anggota yg
juga merupakan anggota dari Japan Sociological Society (asosiasi profesi mahasiswa dan
pascasarjana sosiologi). Lalu 70% anggota lainnya berasal dari bidang ilmu-ilmu alam
(pertanian) atau ilmu sosial lain (ekonomi, manajemen dan hukum), serta orang-orang dari
aktivis dari organisasi non pemerintah (LSM).
Nobuko Iijima, adalah seorang pelopor yg diakui internasional di bidang sosling ini, yg
meninggal pada thn 2001. Memulai penelitian sosiologis mengenai kehidupan korban
Minamata dan keracunan air raksa di kota Niigata, Jepang
Amerika (USA), tidak mempunyai asosiasi akademik yang independen seperti halnya JAES,
namun di dalam American Sociological Association terdapat satu bidang yg fokus pada
Lingkungan dan Teknologi, dbentuk pada tahun 1976 memiliki anggota sekitar 400 orang
yang hampir semuanya merupakan sosiolog. Namun keanggotaannya menurun secara
bertahap dan kemudian bidang ini mengalami stagnansi. Tetapi ‘hidup kembali’ sekitar
tahun 1990, dan keanggotaannya pun pulih kembali sejalan dengan meningkatnya perhatian
pada isu-isu lingkungan secara global
Anindya Sela Pratiwi
Sosio2010




Pada level global, terdapat sebuah Komite Penelitian yg bernama Environment Society,
berada dalam International Sociological Association (ISA). Mulanya sebagian besar
anggotanya adalah peneliti2 dr Eropa, namun sejak sekitar 1990, parstisipasi dari peneliti
Amerika meningkat.
Presiden pertama Komite ini adalah R.Dunlap (1994-98), yang mendukung ‘environmnetal
sociology, kemudian diikuti oleh F. Buttel (1998-2002). Kedua orang ini berasal dari Amerika
(USA)
Presiden ketiga adalah A.Mol (2002- ), berasal dari Belanda, ia adalah pendukung ‘ecological
modernization’
Singkat kata, meskipun sosling merupakan bidang yang relatif baru, tetapi jumlah peneliti
yang merauh perhatian pada bidang ini, meningkat di Jepang dan di negara lainnya, serta
banyak organisasi-organisasi baru yang didirikan misalnya : di Jepang, Society for
Environmental Economics and Policy Studies; Japan Association for Environmental Law and
Policy. Kedua organisasi ini aktif mengadakan konferensi juga penelitian akademik. Serta
bersama Association of Environmental Sociology membentuk keanggotaan inti dari sebuah
simposium multidisiplin bernama Frontiers of Environmental Policy Research yang diadakan
setahun sekali sejak tahun 2000.
Halaman 3-6 Hasegawa
B. Latar Belakang Sosial Munculnya Studi Lingkungan





Pertumbuhan perhatian publik mengenai isu lingkungan, muncul dalam dua
gelombang, yang keduanya memuncak pada konferensi yg diselenggarakan oleh UN
(PBB).
Gelombang pertama, konferensi pd tahun 1972 di Stockholm, UN Human
Environmental Conferences.
Gelombang pertama berhubungan dengan pendaratan Apollo di bulan pada Juli
1969, Hari Bumi April 1970, serta publikasi buku The Limits of Growth oleh Rome
Club (Kelompok Roma ) (Meadows, 1972)
Di Amerika, studi lingkungan ini dilatarbelakangi oleh (pertengahan thn 1970):
seusai proyek Apollo, muncul kesadaran global bahwa planet Bumi tak tergantikan;
serta di waktu yg sama muncul sikap yang semakin kritis terhadap perkembangan
teknologi ilmiah di seluruh dunia, didorong oleh kekhawatiran tingginya tingkat
pertumbuhan ekonomi dan pemborosan sumber daya
Di jepang, terdapat suatu kondisi khusus yg melatarbelakangi, yaitu adanya masalah
lingkungan yang membahayakan,keracunan merkuri Minamata dan pertumbuhan
kegelisahan sosial akibat adanya pembangunan skala besar. Pada thn 1970, konsep
hak-hak lingkungan diusulkan dan di thn 1971 pelopor jurnal para ahli mulai
diterbitkan, dgn judul Research on Environmental Disruption (kankyoo to kogai ,judul
aslinya koogai kenkyuu)
Anindya Sela Pratiwi
Sosio2010





Gelombang kedua , konferensi tahun 1992 di Rio de Janeiro, UN Environment and
Development Conference (the Earth Summit)
Gelombang kedua, terkait dengan perdebatan yang muncul di akhir tahun 80an,
mengenai pemanasan global.
Pada saat Earth Summit berjalan, Agenda 21 mulai disusun, Konvensi PBB dlm
Kerangka Perubahan Iklim (UN Convention for Climate Change Framework)
diratifikasi serta didirikan sebuah peraturan global yang terkait dengan isu-isu global
masalah lingkungan.
Bagi peneliti ilmu-ilmu alam, penelitian lingkungan dilakukan untuk mengukur
‘harga’ dan kerusakan lingkungan, mengidentifikasi penyebab dan akibat dari
mekanisme fisik yg terlibat.
Bagi peneliti ilmu sosial, isu- isu yang diteliti adalah mengenai kebijakan yang efektif
dan bagaimana mengimplementasikannya di masyarakat, pertentangan kepentingan
masyarakat Utara dan Selatan, hubungan antara industri dan masyarakat, serta
perubahan perilaku dalam kehidupan sehari-hari dan meningkatnya kesadaran akan
lingkungan di dlm masyarakat.
Halaman 6-7 hasegawa
C. Isu-Isu Tahap Pertama
 Isu-isu di tahap pertama ini terkait dengan kemunculan organisasi-organisasi
berbasis akademik yang memfokuskan perhatian di bidang sosiologi lingkungan.
 Isu-isu tersebut antara lain :
- Pengakuan sosial akan adanya sosiologi lingkungan sebagai salah satu bagian
dari bidang pendidikan
- Pengorganisasian para peneliti sosiologi lingkungan
- Meningkatkan keanggotaan organisasi
- Menguatkan konsentris serta perspektif internal dlm organisasi dan sistematisasi
dari institusi akademik
 Yang paling diperdebatkan adalah ‘sejauh mana sosiologi lingkungan memiliki
identitas akademik’. Muncul jawaban, sosiologi lingkungan (1)meneliti hubungan
timbal balik antara manusia, masyarakat dan lingkungan. (2) dalam hal yg lebih
konkrit dapat dibedakan menjadi ‘masalah2 sosiologi lingkungan’ dan ‘hidup
berdampingan bersama lingkungan’
Halaman 7-8 hasegawa
Anindya Sela Pratiwi
Sosio2010
D. Isu-isu tahap kedua
 Arah strategi dari isu tahap kedua ini adalah sentrifugal, maksudnya bergerak ke
arah luar dari ranah “penelitian sosiologi lingkungan”, melihat kaitan-kaitannya
secara multi disipliner
 Isu-isunya antara lain :
- Orientasi kebijakan, dimana peneliti sosiologi lingkungan harus berhubungan
dengan pihak lain, (seperti masyarakat yg menjadi korban, LSM berbasis
lingkungan beserta para aktivisnya, pihak2 yg berwenang dlm penentuan
kebijakan) dalam mengatasi suatu masalah lingkungan
- Orientasi teori sosiologis, digunakan sebagai eksistensi dr ilmu pengetahuan
sosiologi itu sendiri, yg kemudian dikaitkan dgn pendalaman aspek teori dlm
sosiologi lingkungan
- Orientasi interdisiplin, sangat penting bagi sosiologi lingkungan utk melakukan
penelitian dan dialog dgn pihak2 yg jg terkait dgn lingkungan, misalnya ekonomi,
hukum, kedokteran, dll
- Internasionalisasi, menjadi tugas yg mendesak bagi sosiolog lingkungan Jepang
untuk melakukan transmisi pengetahuan dengan sosiolog-sosiolog di berbagai
belahan dunia karena isu-isu lingkungan pun memiliki dampak global.
Hasegawa hal 8-9
E. Perdebatan ttg Karakter dr sosiologi lingkungan
 Perdebatan terjadi di Amerika pada paruh kedua dekade 70an, antar Dunlap dan
Buttel
 Menurut Dunlap, sosiologi lingkungan seharusnya mampu untuk tidak sekedar
menganalisa secara sosiologis mengenai isu-isu lingkungan tetapi juga berusaha
mengatasi bias antroposentris dengan paradigma ekologis barunya.
 Namun Buttel menkritik Dunlap sebagai ‘empty posturing’ , mengatakan bahwa
pradigma baru tsb tidak membawa perubahan yg signifikan sehingga sosiologi
lingkungan harus tetap bertahan dengan analisa sosiologis terhadap isu-isu
lingkungan.
Hasegawa hal 12-13
F. Identitas : Objek, Metodologi dan Value Interest
 Menurut kesepakatan umum, objek penelitian dari sosling adalah :
- Isu-isu lingkungan
- Hubungan antara lingkungan dan masyarakat,
- Pandangan masyarakat mengenai lingkungan (kesadaran lingkungan,- peran
lingkungan dalam budaya manusia)
 Metodologi yang digunakan,
- Perspektif tindakan sosial / Weberian
Anindya Sela Pratiwi
Sosio2010
-
Penekanan di lapangan dan survei lapangan
Penekanan pada perspektif dari penduduk/warga yg berada di area terdampak,
serta masing2 individu yang terdampak.
- orientasi yang kuat terhadap suatu penjelasan holistik suatu masalah dan
semua koneksinya
 Value Interest. Dalam kondisi yg relatif, value interest (nilai kepentingan) dari
sosling adalah untuk berkontribusi untuk menyelesaikan masalah lingkungan dan
mempromosikan kepedulian ekologi.
Hasegawa hal 16-17
G. Karakteristik Sosiologi Lingkungan Jepang
 Sampai saat ini, kepentingan penelitian utama dari sosling di Jepang, mencakup :
- Terkait masalah polusi, masalah pembangunan lokal, proses yang memunculkan
isu-isu lingkungan serta hubungan pelaku-korban
- Gerakan lingkungan; kegiatan warga dan para aktivis LSM, dll
- pertanian organik dan hubungan sosial antara ahli ilmu organik dan konsumen
perkotaan yg tergambar pada sosiologi pedesaan
- budaya hidup berwawasan lingkungan, dalam kehidupan sehari2, dimana
budaya bertemu dengan lingkungan, ekologi, perspektif & kesadaran
lingkungan.
- pelestarian rumah-rumah bersejarah, bangunan, jalan-jalan dan artefak budaya
lainnya
- perilaku dari individu dan perusahan sehubungan dengan adanya isu-isu
lingkungan, misalnya reuse, reduce dan recycle (memakai kembali barang2,
mengurangi energi, serta mendaur ulang)
- teori akademis dan metodologi
- masalah lingkungan yg terjadi di Asia.
Hasegawa hal 17-18
Kesimpulan :
Isu penting bagi penelitian lingkungan dalam ilmu sosial adalah bagaimana merancang dan
membangun sebuah peta konkrit untuk masyarakat yang berkelanjutan atau sebuah simbiosis
lingkungan dalam sistem sosial.
dengan memahami bahwa sosiologi lingkungan telah memasuki tahapan kedua yang menekankan
pada penelitian mengenai kebijakan2 terkait isu lingkungan, para penerus yg melakukan ‘pekerjaan’
ini akan memfokuskan pada gerakan lingkungan, sebagai pencipta ruang publik baru dan mediator
sosial antara isu-isu lingkungan dan kebijakan lingkungan. Yang dilakukan adalah menganalisis tren
dan perkembangan yg potensial serta membuka perspektif baru untuk sosiologi lingkungan pada
tahap kedua. (hal 19 hasegawa)
Anindya Sela Pratiwi
Sosio2010
Summary Chapter 1: NATURAL ENVIRONMENT
By
Ryan Fajar Febrianto
Defining Nature and Environment:
-
-
-
-
Dalam kamus, “environment” didefinisikan sebagai kondisi eksternal yang berada
mengelilingi kehidupan dan pekerjaan manusia. Definisi ini merupakan human-centered
definition
Banyak juga definisi environment. Namun secara spesifik, makna environment sebagai nohhuman natural conditions and surroundings yang makna tersebut dekat dengan istilah
“nature”
Istilah “nature” dapat dimaknai sebagai: sesuatu yang esensial bagi seseorang atau benda,
dalam kata lain, sifat alami.
Pada abad ke-17, makna dominan nature berkembang lagi. Nature/Alam didefinisikan
sebagai “the whole material world of things”. Mendefinisikan nature seperti ini membuat
manusia melihat nature sebagai dunia yang cukup statis, seperti dimaknai dengan gunung,
pantai, dll. Masyarakat juga cenderung melihat alam sebagai tempat yang bersih dan enak
dilihat. Sekarang ini, keadaan desa dilihat lebih natural dibandingkan dengan dunia artificial
seperti perkotaan.
Pandangan mayoritas: alam perlu dikuasai oleh manusia. Alam diciptakan Tuhan memanglah
untuk kebutuhan manusia.
Pandangan minoritas: biarkan alam bersih, alami, dan indah apa adanya. Karena selama ini
melihat banyaknya manusia yang menciptakan polusi dan mengotori alam.
Kedua kelompok ini berpendapat bahwa alam dan masyarakat bersifat terpisah satu sama
lain.
The Natural Environment
-
-
Istilah natural environment dipilih untuk mencegah adanya kesalahpahaman ketika
menggunakan kata ‘environment’ dan ‘nature’ secara terpisah. The Natural Environment
merujuk pada dunia non-human yang berada didalam masyarakat dan keberadaan ‘produk’
mereka. Dalam area lokal, natural environment secara khusus diidentifikasi sebagai taman
atau pantai. Namun, hal tersebut bukan berarti manusia tidak bersifat natural.
Para sosiolog berpendapat bahwa manusia adalah spesies yang berevolusi dan berkembang
dari waktu ke waktu. Manusia pun diidentifikasikan dalam keseimbangannya diantara
tingkah laku yang berdasarkan inherited instincts (insting lahiriah) serta tingkah laku yang
didasarkan pembelajaran. Manusia bukan hanya bisa belajar, tetapi HARUS belajar demi
kelangsungan hidup mereka.
Industrialisasi, Urbanisasi, Lingkungan Alam
-
Pakar Sejarah, Thomas, berkata bahwa ada hubungan antara proses-proses industrialisasi
dan urbanisasi terhadap tindakan mansua terhadap lingkungan alam. Seperti contohnya,
ketika semakin banyak masyarakat desa yang berpindah ke daerah perkotaan, mereka tak
Anindya Sela Pratiwi
Sosio2010
-
lagi bekerja dengan hewan atau di ladang. Mereka hanya kembali ke pedesaan hanya untuk
refreshing dan pengejaran akan kesenangan. Daerah pedesaan kini dilihat sebagai sesuatu
yang damai dan nyaman dibandingkan untuk bekerja.
Organisasi sosial berkembang cukup kompleks, secara internasional berhubungan dan
efektif. Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan komunikasi pun membuat kejadian
alam dan bencana-bencana dilihat sebagai hukuman dari tuhan.
Humans in Natural Environments
-
-
Salah satu penemuan yang mempengaruhi perkembangan manusia secara signifikan adalah
penemuan Api, dan teknik menggunakan, mengatur, hingga menjaganya dibawah kontrol
manusia.
Dalam proses mengatur hubungan antara manusia dengan lingkungan alam, tekanan juga
diberikan kepada manusia untuk mengubah bentuknya dalam organisasi sosial. Ketika
awalnya manusia belajar bagaimana untuk membuat dan memanage api kecil, mereka perlu
mengorganize diri mereka untuk menjaga api tersebut tetap nyala, memonitor api, dalam
waktu yang bersamaan juga menjaga diri mereka tetap aman. Ketika selanjutnya, dalam
bentuk domestik dari api yang berada di area rumah, masyarakat memerlukan spesialis atau
orang yang ahli di bidang api. Poin nya adalah, perubahan dalam metode dari manipulasi
terhadap lingkungan alam selalu bergerak seiring perubahan organisasi sosial.
The powers of humans and natural processes
-
-
-
-
-
Di masyarakat modern, lingkungan alam dilihat dengan ‘rumah’ yang indah yang perlu
dijaga, tapi dilain sisi, merupakan sumber kemarian, kerusakan dimana sebenarnya manusia
juga perlu dijaga darinya. Hal ini menggambarkan bahwa pada faktanya, manusia
bergantung pada lingkungan alam untuk kelangsungan hidup mereka dan selamanya
manusia tidak mempunyai pilihan untuk tidak berhubungan dengan lingkungan alam.
Ada pandangan akurat bahwa ada ketegangan antara apresiasi (cara menghargai) modern
terhadap alam dan masyarakat berusaha untuk mengontrol proses alam dan kejadian alam.
Seperti contohnya, tukang kebun yang ingin menciptakan taman yang indah, mereka
menyingkirkan hama, benalu, dsb. Padahal jelas, bahwa hama dll itu termasuk bagian dari
lingkungan alam. Contoh lain adalah fenomena “animal lovers”.
Sosiolog, antropolog, dan pakar sejarah menemukan bahwa tingkah laku manusia terhadap
alam bervariasi, tidak hanya seperti pada penjelasan ideal diatas.
Mulai tahun 2005, ketika terjadi banyak bencana alam di dunia, manusia mempercayai
bahwa kejadian tersebut adalah ‘tindakan Tuhan’, karena bencana tersebut diluar kontrol
manusia, seperti contohnya Aktivitas Volkanik yang disebut sebagai “Api-Api Tuhan”
Di zaman modern, masyarakat secara bertahap mencoba untuk menggunakan metode
ilmiah untuk memprediksi kapan terjadinya kejadian-kejadian seperti bencana, dengan
tujuan untuk mencegah hingga mengurangi dampak penyakit, dll.
Konklusinya, bahkan di abad ke-21, dengan perkembangan teknologi yang semakin pesat,
manusia tidak mengontrol atau mendominasi lingkungan alam. Dalam berbagai cara, apa
yang manusia lakukan menggambarkan ketergantungan dan permintaan ‘belas kasih’
manusia terhadap setiap kejadian dan proses alam, serta berusaha untuk mengatur
hubungan dengan lingkungan alam.
Anindya Sela Pratiwi
Sosio2010
Natural and Artificial Environments
-
-
Apa yang kita bilang “natural” dan “artificial” sebenarnya apakah benar? Misalnya kita
melihat pohon yang kita anggap natural, dan gedung yang kita anggap artificial. Bisa saja
sebenarnya pohon tersebut ditanam dan dirawat hingga dibentuk oleh manusia. Untuk
gedung, bila kita amati, hampir seluruh bahan bangunan tersebut sebenarnya terbuat dari
alam.
Masalah pembedaan dari lingkungan ala mini sebenarnya disebabkan oleh pemisahan kita
terhadap “lingkungan alam” dengan “masyarakat”. Secara bertahap, sosiolog dan ahli sosial
melihat pemisahan ini sebenarnya tidak membantu dan menyesatkan. Masyarakat dan
lingkungan alam sebenarnya jelas terjalin satu sama lain dan mungkin kita membutuhkan
pemikiran yang lebih baik terhadap hubungan yang memberi bobot yang memadai terhadap
proses lingkungan alam dan tindakan manusia.
Anindya Sela Pratiwi
Sosio2010
Summary Chapter 2: KNOWING THE ENVIRONMENT
By
Ryan Fajar Febrianto
-
Sebenarnya, sulit untuk melihat hubungan antara manusia dengan alam. Berbagai sosiolog
telah menyarankan bahwa pembangunan berskala besar, modern, masyarakat industri telah
melepas masyarakat dari kontak langsung dengan alam.
Involvement and Detachment
-
-
-
-
-
-
Darimana manusia mendapatkan pengetahuan mengenai alam? Banyak yang berasal dari
TV, media massa, dari pendidikan biologi dan geografi di sekolah dengan menggunakan buku
ajaran yang berasal dari penelitian ilmiah
Pengetahuan ilmiah merupakan kunci dari modernisasi. Dengan semua metode-metode,
komunitas, publikasi, dll.
Namun, pengetahuan modern bukan hanya bentuk dari pengetahuan mengenai lingkungan
alam. Sejak berabad-abad, agama menjadi sama fungsinya dengan ilmu. Hubungan agama
dengan alam juga menjelaskan hubungan manusia dengan alam, sebagai guideline untuk
hidup dan menjelaskan bagaimana hubungan seharusnya diantara manusia dengan alam.
Antroposentrik: Hal ini sebenarnya juga dijelaskan oleh Lynn White, Jr. yang menjelaskan
umat Kristiani sebagai antroposentrik, dalam hal ini agama yang menempatkan manusia
pada fokus utama (human-centered). Kristiani melihat manusia diciptakan oleh Tuhan untuk
‘mengisi bumi’, dengan kata lain, dominion (baca: bentuk dominasi yang pengaturannya
lebih bijak) diperbolehkan bagi manusia kepada lingkungan.
Perkembangan ilmu keagamaan pun dibayang-bayangi oleh perkembangan ilmu
pengetahuan seperti astronomi, fisika, biologi, geologi, karena ilmu tersebut bersifat empiris
dan berdasarkan observasi.
Pemikiran yang berguna terhadap perbedaan agama dengan pengetahuan ilmiah yakni
melihat semua pengetahuan manusia secara politis atas emosionalis tergabung, namun juga
secara relative memisahkan dari keterlibatan-keterlibatan tersebut (duh, gak ngerti ini… ada
di hal.20)
Pada abad ke-16, juga berkembang pemikiran Geosentris, atau pemikiran earth-centered
(sebagaimana yang dipercayai alkitab), yang pada akhirnya pemikiran tersebut dipatahkan
oleh pakar ilmiah Copernicus dan Galileo, bahwa sebenarnya bumi tidak menjadi center.
Namun teori Galileo pun akhirnya ditentang oleh pihak yang berpegang kuat pada ajaran
agama.
SCIENTIFIC REVOLUTION
-
-
Pada tahun 1540-1700, dilihat sebagai masa revolusi ilmiah.
Pada tahun 1982, Carolyn Merchant, percaya bahwa ilmu dan metode ilmiah telah
memimpin secara langsung terhadap justifikasi pada kerusakan alam, karena alam telah di
devaluasi, yang menempatkan alam berada dibelakang manusia yang dilihat lebih penting.
Selain itu, Merchant juga berpendapat bahwa alam dilihat seperti layaknya mesin
Anindya Sela Pratiwi
Sosio2010
-
-
Lebih dari itu semua, Merchant menemukan hubungan antara devaluasi alam dengan
devaluasi perempuan dalam masyarakat. Hal ini dikarenakan adanya keterkaitan antara
alam dengan masyarakat, berhubungan dengan peran reproduksi perempuan, membawa
dan memberi kelahiran kepada anak, menstruasi, yang menjadi demonstrasi fisika dari
hubungan antara alam dengan perempuan, sehingga muncul istilah The Mother of Earth.
Filsuf pada era ‘enlightenment’ menolak otoritas agama dan tradisim yang pada akhirnya
membawa poros utama alasan manusia dan rasionalitas dalam area kehidupan manusia.
Dalam revolusi ilmiah ini juga, ada kasus yang dialami oleh Hutton dan Bacon, yang jika
dilihat secara sosiologis mempercayai bahwa sebenarnya alam semesta memanglah
diciptakan oleh Tuhan, tapi setelah penciptaan, proses alam dan kejadian alam sebenarnya
dapat dipelajari dan dipahami oleh manusia. Pemikiran ini dipandang lebih ‘mungkin’
melihat adanya ‘division of labour’ antara agama dan ilmu pengetahuan.
SOCIAL CONSTRUCTIONS OF NATURE
-
Dalam sosiologi lingkungan, ada dua pendekatan yang diadopsi dari metodologi sosiologis
dalam mengkaji isu-isu sosial, yakni social constructionism dan critical realism.
SOCIAL CONSTRUCTIONISM
-
-
-
-
-
-
Merupakan suatu pendekatan untuk mempelajari permasalahan-permasalahan sosial,
termasuk masalah lingkungan, yang mengambil ide dari perspektif ‘permasalahan sosial’
lama, pengetahuan sosiologi, dan pembelajaran ilmu pengetahuan sosiologis.
Pendekatan ini membutuhkan pemahaman klaim-klaim terhadap masalah serta bukti ilmiah.
Para penganut paham ini telah menginvestigasi bagaimana beberapa isu sosial datang untuk
dilihat sebagai permasalahan sosial yang penting, ketika isu lingkungan yang lain tidak
diperhatikan secara serius bahkan diabaikan.
Para penganut paham ini berpendapat bahwa semua masalah lingkungan adalah bagian
penciptaan atau ‘konstruksi’ sosial, dimana proses dari konstruksi itu dapat diamati,
dimengerti, dan dijelaskan. Dalam social constructionism ini terdapat dua pendekatan yakni
Strict dan Contextual constructionism.
Strict Constructionists (minoritas) menekankan bahwa lingkungan alam tidak akan pernah
berbicara langsung kepada kita dan selalu perlu orang untuk bicara tentangnya. Ide-ide,
teori-teori, serta konsep-konsep dalam masyarakat dapat membentuk bagaimana
lingkungan alam dirasakan, diapresiasi dan dipikirkan.
Mereka berpikir bahwa kebendaan alam dapat benar-benar dinyatakan ada jika mereka
dapat diterima untuk investigasi atau berguna bagi masyarakat. Contoh: Ikan. Strict
Constructionists berkata bahwa ikan bukanlah sekedar ikan, mereka secara fakta merupakan
konstruksi sosial dan mereka dikonstruksikan dalam berbagai cara, begitupun sisa alam yang
lain. Fokus dari Strict Constructionists adalah manusianya, bukan pada ikannya.
Jika kita menerapkan pendekatan yang sama terhadap lingkungan alam lalu kita mungkin
belajar mengenai bagaimana orang-orang menggunakan dan telah menggunakannya, tapi
kita tidak akan mempelajari lebih banyak tentang lingkungan alam itu sendiri atau dampak
dari aktivitas manusia terhadapnya.
Anindya Sela Pratiwi
Sosio2010
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Contextual Contructionists (mayoritas) berawal bahwa masalah sosial itu mungkin saja
benar nyata. Bagaimanapun, ada juga masalah sosial yang dianggap lebih serius dan kurang
serius.
Permasalahan lingkungan dirangking agar mencapai signifikansi. Contoh: Global Warming
yang dipandang lebih serius dibandingkan sampah jalanan, dsb. Karena, klaim-klain terhadap
permasalahan lingkungan itu ada melalui perubahan konteks sosial dan dipengaruhi oleh
ide-ide politik dan ilmiah yang umum, keadaan ekonomi serta adat istiadat.
Conttextual contructionists berpendapat bahwa inilah poin yang sebenarnya dimana
sosiologi dapat menunjukkan fungsi berguna melalui investigasi dari semua klaim-klaim
masalah lingkungan, siapapun yang menggunakan atau menolaknya
John Hannigan berpendapat bahwa ada tiga tahap dalam mengkonstruksi klaim-klaim
permasalahan lingkungam yakni: Perakitan (assembling), Penyajian (presenting), dan
Contesting.
Tahap pertama, adalah Perakitan (assembling). Tahap ini menyaratkan pengumpulan buktibukti yang akan membantu dalam membenarkan klaim tersebut. Dalam tahap ini juga
dikenal dengan istilah labeling, yang menurut penganut paham interaksionisme simbolik
labeling dapat menjadi proses sosial yang sangat kuat. Contohnya, jika masalah lingkungan
dapat diberikan label, maka dia akan dapat ‘berdiri’ dan terlihat dibandingkan yang lain, dan
membuatnya sukses meraih ‘ranking’.
Merakit (assembling) klaim juga berarti mengidentifikasi/mengenal musuh/enemy, yakni
orang yang bertanggung jawab terhadap proses penciptaan klaim tersebut. Jika kita dapat
menyalahkan seseorang, politikus, pengusaha-pengusaha, atau bahkan negara sekalipun,
lalu sisa dari kita, yang tidak tersalahkan, menjadi penonton yang memiliki ‘potensi yang
besar’ yang dapat mendukung klaim dari masalah tersebut.
Tahap kedua, yakni klaim harus dipresentasikan. Presentasi bermaka melakukan sesuatu
yang dapat menangkap perhatian orang-orang atau mengajak mereka. Dalam 30 tahun
terakhir, pakar lingkungan telah menjadi spesialis dari ‘penangkap perhatian publik’ dengan
serangkaian demonstrasi dan aksi langsung untuk dipresentasikan ke media masa. Contoh:
kampanye greenpeace.
Tahap ketiga, masalah lingkungan dikonteskan. Pembuat klaim/keluhan selalu membuat
yang lainnya marah. Tidak mudah bagi pemerintah untuk menghadapi implikasi dari klaimklaim lingkungan dan berusaha untuk membatasi klaim tersebut atau bahkan
mengindahkannya. Pengusaha tidak ingin mendengar bahwa kegiatan mereka menyebabkan
polusi bagi lingkungan, Saya dan anda pun tidak suka mendengar bahwa kitapun
berkontribusi pada perubahan iklim ketika kita mengendarai kendaraan. Terkadang kita
seperti layaknya ‘musuh’! Kita terkadang menemukan bahwa pikiran pengelakan dari klaimklaim tersebut terkadang lebih rasional dibandingkan dengan pembuat dari klaim itu.
Intinya, masalah-masalah lingkungan berkompetisi dengan klaim-klaim masalah sosial lain
dalam menangkap perhatian.
Social Constructionism mendalamkan pemahaman kita dan membuka ruang bagi isu-isu
ilmiah dan politik ke diskusi yang lebih luas.
Membuat keputusan dalam ‘menyebabkan’ permasalahan lingkungan dan bagaimana
mereka seharusnya mengarahkannya adalah sesuatu yang harus dipahami semua orang
mengenai konsep masyarakat demokratis.
Anindya Sela Pratiwi
Sosio2010
REALISME KRITIS
-
-
-
-
Salah satu kritik dari social construksionisme adalah ketidakpuasan yang banyak orang
anggap sebagai kegagalan untuk menerima kenyataan dari lingkungan alam, yang selalu
menjadi ‘gajah diruangan’ dalam debat-debat penganut konstruksionis.
Yang diperlukan yakni membawa kenyataan tersebut dalam penelitian sosiologis; metode
teradvokasi yang paling luas adalh realism kritis, yang terkadang dirujukkan pada ‘realisme
lingkungan’.
Kritikal Realisme adalah metode ilmiah yang berpotensial membawa bersama bukti sosial
dan bukti ilmiah untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik mengapa masalah
lingkungan terjadi. Poin utamanya adalah berada pada manusia yang menjadi bagian dari
lingkungan alam dan keduanya seharusnya dapar dipelajari bersama dengan metode yang
sama.
Cara terbaik untuk memahami realism kritis yakni dengan melihat beberapa contoh yang
mendemonstrasikan beberapa poin kunci dan argumen.
TRANSFORMING THE ENVIRONMENT
Anindya Sela Pratiwi
Sosio2010
Sosiologi Lingkungan
Pertemuan ke-5 (Dody Prayogo)
-Ryan Fajar Febrianto-
Perubahan sosial dalam lingkungan, didorong oleh:
o Industrialisasi
o Urbanisasi: perubahan, yang sering dimaknai:
 Perpindahan rural  urban
 Perubahan dari satu lokasi ke lokasi lain
o Peningkatan konsumsi dan produksi
 Adanya mekanisme ekonomi pasar
 Eksploitasi berlebih polusi; secara umum perubahan lingkungan sebagai
konsekuensi logis/harga terhadap lingkungan
# Industrialisasi
-
-
Perubahan-perubahan yang disebabkan Industrialisasi:
o Sistem Produksi
o SDM
o Sumber Alam, berdampak pada material
o Teknologi, berdampak pada cara produksi
o Konsentrasi, berhubungan dengan lokasi pemusatan produksi
o Desentralisasi, berhubungan dengan pemisahan lokasi
o Massal, berhubungan dengan Pasar
o Kontrol dan dominasi
Dampak Industrialisasi, selain mempengaruhi kesejahteraan juga dapat menyebabkan:
o Ketimpangan
o Kemiskinan
o Polusi
o Penipisan cadangan sumber alam
o Penipisan Keragaman Hayati
o Kerusakan serta menurunnya daya dukung lingkungan
#Urbanisasi
-
-
Makna Urbanisasi:
o ‘being urban’ (fisik dan sosial)
o Migrasi (masuk)
o Konsentrasi
o Kepadatan
o Pola Konsumsi
o Perubahan ikatan dan relasi sosial
 Perubahan lingkungan (alam dan sosial)
 Terganggunnya ecological threshold
Dampak Urbanisasi, berpengaruh pada threshold (ambang batas):
o Kepadatan berlebih
o Konsumsi berlebih
o Konsentrasi berlebih
o Kontrol berlebih
o Dominasi berlebih
o Kompetisi berlebih
 Kerusakan dari menurunnya daya dukung lingkungan hidup kota
Anindya Sela Pratiwi
Sosio2010
# Ekonomi Kapitalisme:
-
-
Praktik Kapitalisme:
o Pola konsumsi berlebih
o Pola produksi yang eksploitatif
o Adanya akumulasi capital
o Eksploitasi sumber alam berlebih
o Adanya kontrol berlebih (dominasi)
o Ketimpangan (antar negara, wilayah, dst)
o Ekspansi (perluasan kontrol)
o Dominasi (penguasaan wilayah dan sumber alam)
Implikasi terhadap lingkungan:
o Penipisan cadangan SDA
o Polusi/kerusakan lingkungan
o Ketimpangan antar negara, wilayah, dst.
o Dominasi dan kontrol dari negara maju terhadap neg. berkembang
o Urbanisasi/konsentrasi populasi
o Menurunnya daya dukung lingkungan
o Bencana ekonomi dan sosial (terjadi krisis)
# Polusi
-
-
-
Bermakna pencemaran: air, udara(bau), tanah, kebisingan, atmosfer/CFC/Rumah kaca
Polusi juga dapat diartikan sebagai:
o “…harmful contaminants into the environment”
o Human pollution (buatan manusia) terbesar
o ‘World risk society’ (Beck): “side effect, unintended consequences of
industrialization: cost of development and economic welfare”
Konsekuensi terhadap lingkungan
o Resiko lingkungan, berasal dari nuklir, limbah B3, CFC, dll.
o Masyarakat beresiko secara lingkungan
o Analisis dampak lingkungan (sosial) adalah keharusan
Dampak nyata:
o Rusaknya daya dukung lingkungan
o Menipisnya sumber alam
o Menurunnya keanekaragaman hayati
o Hilangnya lingkungan hidup sehat
o Berubahnya perilaku dan relasi sosial
o Meningkatnya kompetisi spasial dan sosial.
Anindya Sela Pratiwi
Sosio2010
Sosiologi Lingkungan
Pertemuan ke-6 (Dody Prayogo)
-Ryan Fajar Febrianto1. Konservasi:
 Pengelolaan sumber alam secara efisien guna mengoptimalkan kegunaan dan
pelestarian cadangan sumber alam melalui penggunaan secara bijak
 Greatest food for the greatest number for the longer time (Pinchot)
2. Pembangunan Berkelanjutan:
 Pembangunan untuk memenuhi kebutuhan generasi saat ini tanpa
menghilangkan dan mengurangi kesempatan generasi berikutnya memenuhi
kebutuhannya (Brundtland)
 Ada kaitan erat antara ‘kearifan’ dan sumber alam dalam penenuhan kebutuhan.
Power dan teknologi menentukkan kemampuan memenuhi kebutuhan.
 Ada ambang batas/limits/threshold dalam pembangunan dan penggunaan
sumber alam dan lingkungan
 Keterbatasan dan kerusakan lingkungan dan harus diselesaikan baik global
maupun lokal
IMPACT ASSESMENT
-
Ukuran tentang ada/tidaknya dampak, kelayakan kegiatan pembangunan dan
keberlanjutan lingkungan
Instrumen untuk menata, menjamin, membatasi, menekan, meniadakan pembangunan
yang merusak lingkungan
Kebijakan untuk menjamin dan menciptakan keseimbangan antara development dan
sustainability.
Environmental Impact Assessment dan Social Impact Assesment
-
Environmental Impact Assessment (EIA), AMDAL muncul sebagai awal, cakupan fisik,
ekonomi, dan sosial budaya.
Social Impact Assessment (SIA) muncul kemudian karena melihat adanya akibat dari
sosial yang ditimbulkan pembangunan
Social Justice
Social Equality
Inti dampak Sosial
Social Sustainability
Analisis dampak sosial:
o Kajian ilmiah menilai kemungkinan dampak positif dan negative
o Menghitung besaran atau magnitude dampak
o Menetapkan rekomendasi (diterima) atau ditolak kelayakan proyek
pembangunan
o Menjadi pedoman bagi perijinan proyek pembangunan dan pengelolaan
lingkungan
Langkah-Langkah Analisis mengenai Dampak Lingkungan:
1. Pelingkupan: seberapa besar masalahnya (termasuk wilayah )
2. Identifikasi Masalah: Apa masalahnya, apa penyebabnya (concern masyarakat)
3. Penyusunan Rona Lingkungan: siapa terkena dampak (rona lingkungan sosial awal,
rona demografi, ekonomi, sosial, budaya, politik, kesehatan masyarakat)
 Contoh: masyarakat depok sebelum dan sesudah proyek
Anindya Sela Pratiwi
Sosio2010
4. Perkiraan Dampak: apa penyebab dampak (silang antara sebab dan akibat antara
lingkungan dengan dan tanpa proyek)
5. Evaluasi dampak ada-tidak/besar-kecil/positif-negatif dampak (tentukan ukuran,
bobot atau indeks, mengukur dampak)
6. Mitigasi Dampak: telaah dampak yang tidak dapat dihindarkan (bagaimana
meniadakan atau memperkecil dampak)
7. Monitoring: membangun perangkat monitoring dampak
8. Pengelolaan: mengelola dampak
Anindya Sela Pratiwi
Sosio2010
Sosiologi Lingkungan
Pertemuan ke-7 (Dody Prayogo)
-Ryan Fajar FebriantoTRANSFORMASI LINGKUNGAN
 Merupakan akibat atau konsekuensi atas tindakan atau kegiatan
terhadap sekelompok penduduk berupa perubahan positif atau negative
(dalam spectrum luas). SIA  sebagai kerangka kerja untuk
mengevaluasi keseluruhan dampak kegiatan atau proyek = bagian dari
environmental impact assessment.
PRINSIP SIA:
-
-
Justice (keadilan); Equality (persamaan); Sustainability (keberlanjutan);
Human Rights (Politik), Equity (Ekonomi); Plurality (Keragaman Sosbud)
SIA mengoperasikan prinsip secara substansial kedalam komponen analisis
secara hipotetik untuk menentukan kelayakan sosial
Operasionalisasi: komponen tergantung pada industrial specifics (umum), dan
local specifics (khusus) berlaku untuk SIA.
Lingkungan sosial harus ditempatkan setara dengan lingkungan fisik, dan
biologi.
SIA juga bertujuan memberi analisis kebijakan atas sebuah kegiatan
pembangunan. Sekaligus rekomendasi untuk mengelola dampak dengan
menihilkan atau mengurangi dampak negative dan memperbesar dampak
positif.
Kelayakan mencakup:
o Kebijakan Lingkungan fisik (tidak merubah rona penting)
o Teknologi atau Layak Teknis
o Finansial, layak ekonomis
o Legitimasi (penerimaan sosial) yang pada masa lalu dianggap tidak
penting
PERTIMBANGAN
-
-
Fokus: banyak perubahan akhir-akhir ini, variabel AMDAL perlu menyesuaikan
diri dengan perubahan: fokus pada kemiskinan dan kesejahteraan, demokrasi,
HAM, keadilan, dan pemerataan gender.
Variabel Penting: perlu dimasukkan antara lain hak ekonomi dan budaya,
legitimasi sosial (keabsahan atau penerimaan sosial), potensi konflik atau
resistensi, sosial, social justice, welfare.
JENIS SPESIFIKASI
-
-
Proyek Spesifik: jenis proyek menghasilkan dampak sosial berbeda: dampak
jalan tol berbeda dengan industri tambang, serta SUTET, yang semua itu lebih ke
industri
Local Specific: Kekhususan lokasi menimbulkan dampak secara berbeda atas
masyarakat lokal (tidak semua lokasi masyarakat memberi respon yang sama
terhadap sumber dampak yang sama, semua itu lebih kepada penduduk)
VISI-VISI AMDAL:
1. Lingkup Kajian:
- Apa komponen sosial yang akan dikaji, dimana, dan kapan lokasi dan waktu
kajian
Anindya Sela Pratiwi
Sosio2010
- Bagaimana menentukan kajian, siapa yang berkompeten melakukan kajian
2. Deskripsi Kegiatan/Deskripsi Proyek, yang dikaitkan dengan dampak sosial,
demografi, sosial, ekonomi, politik, budaya:
- Pra Konstruksi, terdiri dari perijinan, konsultasi publik, penyediaan atau
akuisisi lahan (terkait dimensi ekonomi, politik, budaya)
- Konstruksi, rekrutmen dan pelepasan lokal, dampak sekunder fisik, hubungan
lokal-pendatang (dimensi ekonomi dan budaya)
- Operasi, rekrutmen tenaga lokal, dampak sekunder fisik
- Pasca-Operasi,
3. Rona Lingkungan, menjelaskan situasi awal sebagai input atau keadaan sebelum
transformasi lingkungan (harus fokus dan relevan pada komponen terdampak
demografi, ekososbudpol)
- Demografi jumlah, kepadatan, persebaran, dst.
- Sosial: (1) Relasi Sosial, atau penerimaan sosial atas proyek, kohesi, dan konflik.
(2) Fasilitas public, ibadah, potensi pendidikan, air, komunikasi, listrik, dan lainlain
- Ekonomi: pekerjaan, rumah, pemukiman, dll
- Budaya: nilai dan norma adat, situs sejarah
4. Pelingkupan data Penting:
- 1. Identifikasi dampak Penting (semua potensi), yakni membuat ceklis hubungan
kausal antara kegiatan (sebagai sebab), dengan variabel lingkungan sosial,
berbentuk diagram alir dan matriks.
- 2. Mengevaluasi dampak sosial: seleksi dampak yang secara hipotesa perlu dikaji
lebih dalam  dilihat dari besaran, kerentangan, aturan, dan lain-lain. Indikator:
konflik atau proteksi sosial
- 3. Klasifikasi dan Prioritas: mana dampak yang lebih penting dibagi?
5. Pelingkupan Wilayah dan Waktu
- 1. Wilayah: Proyek, ekologis, administrative, sosial, batas sosial adalah prakiraan
wilayah penduduk terdamapak
- 2. Waktu: ruang waktu keadaan masyarakat dengan atau tanpa kegiatan
6. Metode: Cara kerja menentukkan validity data, pengukuran, analisis.
- 1. Pengumpulan data: Riset sosial ilmiah
- 2. Analisis dan Perapihan data
- 3. Evaluasi dampak,
Prinsip: 1. Ketersediaan data dan kriteria; 2. Dampak sebagai selisih keadaan
masyarakat dalam rentang waktu sama antara dengan dan tanpa proyek
- 4. Penetapan dampak: menetapkan signifikan atau tidaknya (positif/negative).
Keluaran ini akan dipakai untuk dipakai RPL, dll
7. Rencana Pemantauan: mensyaratkan pentingnya CSR dan Community Development
- Dengan prinsip: responsible.
PENGELOLAAN DAMPAK:
-
Memberi informasi yang tepat
Izin sosial dan komunikasi baik dan dengan penduduk
Anindya Sela Pratiwi
Sosio2010
Anindya Sela Pratiwi
Sosio2010
Download