Pertemuan ke -1 dgn Mbak Wiwid Bab I SosLing Sistematisasi Tahap Kedua A. Sistematisasi Sosiologi Lingkungan Isu-isu lingkungan, keadaan lingkungan dan peradaban, serta hubungan antara lingkungan dan manusia menjadi isu-isu yang diperhatikan dalam ilmu sosial sejak dekade akhir di abad ke 20 Di Jepang, pada dekade akhir abad 20, sosiologi lingkungan mulai berdiri sbg konsep dan menjadi bidang penelitian yang dianalisa. Di dunia, sosiologi lingkungan mulai dikenal dan terinstitusionalisasi, setidaknya secara akademis. JAES ( Japanese Association for Environmental Sociology), bermula sbg kelompok kecil dr para sosiolog lingkungan berjumlah 53 orang pada tgl 19 mei 1990. Secara formal kelompok ini memakai nama JAES dan menjadi organisasi pada Oktober 1992. Pada 28 juni 2003 telah memiliki 657 anggota. JAES adalah organisasi terbesar di dunia yg mengkhususkan diri di bidang sosiologi lingkungan. Juga sebagai asosiasi akademik terbesar di Jepang, di bidang sosiologi yg sejalan dengan Japanese association for Family Sociology. Jurnal tahunan resmi, journal of environmental sociology (Kankyoo shakaigaku kenkyuu), mulai didirikan pada september 1995, merupakan jurnal tertua mengenai sosling Menyusul jurnal ECO dari Korean Association for Environmental Sociology, didirikan pada tahun 2000 Salah satu karakteristik dari sosiologi lingkungan adalah banyaknya para peneliti yang justru berasal dari “luar” sosiologi. Misalnya para praktisi dari gerakan lingkungan, pegawai pemerintah dan perusahaan swasta. Mungkin kurang lebih hanya sepertiga dari anggota yg juga merupakan anggota dari Japan Sociological Society (asosiasi profesi mahasiswa dan pascasarjana sosiologi). Lalu 70% anggota lainnya berasal dari bidang ilmu-ilmu alam (pertanian) atau ilmu sosial lain (ekonomi, manajemen dan hukum), serta orang-orang dari aktivis dari organisasi non pemerintah (LSM). Nobuko Iijima, adalah seorang pelopor yg diakui internasional di bidang sosling ini, yg meninggal pada thn 2001. Memulai penelitian sosiologis mengenai kehidupan korban Minamata dan keracunan air raksa di kota Niigata, Jepang Amerika (USA), tidak mempunyai asosiasi akademik yang independen seperti halnya JAES, namun di dalam American Sociological Association terdapat satu bidang yg fokus pada Lingkungan dan Teknologi, dbentuk pada tahun 1976 memiliki anggota sekitar 400 orang yang hampir semuanya merupakan sosiolog. Namun keanggotaannya menurun secara bertahap dan kemudian bidang ini mengalami stagnansi. Tetapi ‘hidup kembali’ sekitar tahun 1990, dan keanggotaannya pun pulih kembali sejalan dengan meningkatnya perhatian pada isu-isu lingkungan secara global Anindya Sela Pratiwi Sosio2010 Pada level global, terdapat sebuah Komite Penelitian yg bernama Environment Society, berada dalam International Sociological Association (ISA). Mulanya sebagian besar anggotanya adalah peneliti2 dr Eropa, namun sejak sekitar 1990, parstisipasi dari peneliti Amerika meningkat. Presiden pertama Komite ini adalah R.Dunlap (1994-98), yang mendukung ‘environmnetal sociology, kemudian diikuti oleh F. Buttel (1998-2002). Kedua orang ini berasal dari Amerika (USA) Presiden ketiga adalah A.Mol (2002- ), berasal dari Belanda, ia adalah pendukung ‘ecological modernization’ Singkat kata, meskipun sosling merupakan bidang yang relatif baru, tetapi jumlah peneliti yang merauh perhatian pada bidang ini, meningkat di Jepang dan di negara lainnya, serta banyak organisasi-organisasi baru yang didirikan misalnya : di Jepang, Society for Environmental Economics and Policy Studies; Japan Association for Environmental Law and Policy. Kedua organisasi ini aktif mengadakan konferensi juga penelitian akademik. Serta bersama Association of Environmental Sociology membentuk keanggotaan inti dari sebuah simposium multidisiplin bernama Frontiers of Environmental Policy Research yang diadakan setahun sekali sejak tahun 2000. Halaman 3-6 Hasegawa B. Latar Belakang Sosial Munculnya Studi Lingkungan Pertumbuhan perhatian publik mengenai isu lingkungan, muncul dalam dua gelombang, yang keduanya memuncak pada konferensi yg diselenggarakan oleh UN (PBB). Gelombang pertama, konferensi pd tahun 1972 di Stockholm, UN Human Environmental Conferences. Gelombang pertama berhubungan dengan pendaratan Apollo di bulan pada Juli 1969, Hari Bumi April 1970, serta publikasi buku The Limits of Growth oleh Rome Club (Kelompok Roma ) (Meadows, 1972) Di Amerika, studi lingkungan ini dilatarbelakangi oleh (pertengahan thn 1970): seusai proyek Apollo, muncul kesadaran global bahwa planet Bumi tak tergantikan; serta di waktu yg sama muncul sikap yang semakin kritis terhadap perkembangan teknologi ilmiah di seluruh dunia, didorong oleh kekhawatiran tingginya tingkat pertumbuhan ekonomi dan pemborosan sumber daya Di jepang, terdapat suatu kondisi khusus yg melatarbelakangi, yaitu adanya masalah lingkungan yang membahayakan,keracunan merkuri Minamata dan pertumbuhan kegelisahan sosial akibat adanya pembangunan skala besar. Pada thn 1970, konsep hak-hak lingkungan diusulkan dan di thn 1971 pelopor jurnal para ahli mulai diterbitkan, dgn judul Research on Environmental Disruption (kankyoo to kogai ,judul aslinya koogai kenkyuu) Anindya Sela Pratiwi Sosio2010 Gelombang kedua , konferensi tahun 1992 di Rio de Janeiro, UN Environment and Development Conference (the Earth Summit) Gelombang kedua, terkait dengan perdebatan yang muncul di akhir tahun 80an, mengenai pemanasan global. Pada saat Earth Summit berjalan, Agenda 21 mulai disusun, Konvensi PBB dlm Kerangka Perubahan Iklim (UN Convention for Climate Change Framework) diratifikasi serta didirikan sebuah peraturan global yang terkait dengan isu-isu global masalah lingkungan. Bagi peneliti ilmu-ilmu alam, penelitian lingkungan dilakukan untuk mengukur ‘harga’ dan kerusakan lingkungan, mengidentifikasi penyebab dan akibat dari mekanisme fisik yg terlibat. Bagi peneliti ilmu sosial, isu- isu yang diteliti adalah mengenai kebijakan yang efektif dan bagaimana mengimplementasikannya di masyarakat, pertentangan kepentingan masyarakat Utara dan Selatan, hubungan antara industri dan masyarakat, serta perubahan perilaku dalam kehidupan sehari-hari dan meningkatnya kesadaran akan lingkungan di dlm masyarakat. Halaman 6-7 hasegawa C. Isu-Isu Tahap Pertama Isu-isu di tahap pertama ini terkait dengan kemunculan organisasi-organisasi berbasis akademik yang memfokuskan perhatian di bidang sosiologi lingkungan. Isu-isu tersebut antara lain : - Pengakuan sosial akan adanya sosiologi lingkungan sebagai salah satu bagian dari bidang pendidikan - Pengorganisasian para peneliti sosiologi lingkungan - Meningkatkan keanggotaan organisasi - Menguatkan konsentris serta perspektif internal dlm organisasi dan sistematisasi dari institusi akademik Yang paling diperdebatkan adalah ‘sejauh mana sosiologi lingkungan memiliki identitas akademik’. Muncul jawaban, sosiologi lingkungan (1)meneliti hubungan timbal balik antara manusia, masyarakat dan lingkungan. (2) dalam hal yg lebih konkrit dapat dibedakan menjadi ‘masalah2 sosiologi lingkungan’ dan ‘hidup berdampingan bersama lingkungan’ Halaman 7-8 hasegawa Anindya Sela Pratiwi Sosio2010 D. Isu-isu tahap kedua Arah strategi dari isu tahap kedua ini adalah sentrifugal, maksudnya bergerak ke arah luar dari ranah “penelitian sosiologi lingkungan”, melihat kaitan-kaitannya secara multi disipliner Isu-isunya antara lain : - Orientasi kebijakan, dimana peneliti sosiologi lingkungan harus berhubungan dengan pihak lain, (seperti masyarakat yg menjadi korban, LSM berbasis lingkungan beserta para aktivisnya, pihak2 yg berwenang dlm penentuan kebijakan) dalam mengatasi suatu masalah lingkungan - Orientasi teori sosiologis, digunakan sebagai eksistensi dr ilmu pengetahuan sosiologi itu sendiri, yg kemudian dikaitkan dgn pendalaman aspek teori dlm sosiologi lingkungan - Orientasi interdisiplin, sangat penting bagi sosiologi lingkungan utk melakukan penelitian dan dialog dgn pihak2 yg jg terkait dgn lingkungan, misalnya ekonomi, hukum, kedokteran, dll - Internasionalisasi, menjadi tugas yg mendesak bagi sosiolog lingkungan Jepang untuk melakukan transmisi pengetahuan dengan sosiolog-sosiolog di berbagai belahan dunia karena isu-isu lingkungan pun memiliki dampak global. Hasegawa hal 8-9 E. Perdebatan ttg Karakter dr sosiologi lingkungan Perdebatan terjadi di Amerika pada paruh kedua dekade 70an, antar Dunlap dan Buttel Menurut Dunlap, sosiologi lingkungan seharusnya mampu untuk tidak sekedar menganalisa secara sosiologis mengenai isu-isu lingkungan tetapi juga berusaha mengatasi bias antroposentris dengan paradigma ekologis barunya. Namun Buttel menkritik Dunlap sebagai ‘empty posturing’ , mengatakan bahwa pradigma baru tsb tidak membawa perubahan yg signifikan sehingga sosiologi lingkungan harus tetap bertahan dengan analisa sosiologis terhadap isu-isu lingkungan. Hasegawa hal 12-13 F. Identitas : Objek, Metodologi dan Value Interest Menurut kesepakatan umum, objek penelitian dari sosling adalah : - Isu-isu lingkungan - Hubungan antara lingkungan dan masyarakat, - Pandangan masyarakat mengenai lingkungan (kesadaran lingkungan,- peran lingkungan dalam budaya manusia) Metodologi yang digunakan, - Perspektif tindakan sosial / Weberian Anindya Sela Pratiwi Sosio2010 - Penekanan di lapangan dan survei lapangan Penekanan pada perspektif dari penduduk/warga yg berada di area terdampak, serta masing2 individu yang terdampak. - orientasi yang kuat terhadap suatu penjelasan holistik suatu masalah dan semua koneksinya Value Interest. Dalam kondisi yg relatif, value interest (nilai kepentingan) dari sosling adalah untuk berkontribusi untuk menyelesaikan masalah lingkungan dan mempromosikan kepedulian ekologi. Hasegawa hal 16-17 G. Karakteristik Sosiologi Lingkungan Jepang Sampai saat ini, kepentingan penelitian utama dari sosling di Jepang, mencakup : - Terkait masalah polusi, masalah pembangunan lokal, proses yang memunculkan isu-isu lingkungan serta hubungan pelaku-korban - Gerakan lingkungan; kegiatan warga dan para aktivis LSM, dll - pertanian organik dan hubungan sosial antara ahli ilmu organik dan konsumen perkotaan yg tergambar pada sosiologi pedesaan - budaya hidup berwawasan lingkungan, dalam kehidupan sehari2, dimana budaya bertemu dengan lingkungan, ekologi, perspektif & kesadaran lingkungan. - pelestarian rumah-rumah bersejarah, bangunan, jalan-jalan dan artefak budaya lainnya - perilaku dari individu dan perusahan sehubungan dengan adanya isu-isu lingkungan, misalnya reuse, reduce dan recycle (memakai kembali barang2, mengurangi energi, serta mendaur ulang) - teori akademis dan metodologi - masalah lingkungan yg terjadi di Asia. Hasegawa hal 17-18 Kesimpulan : Isu penting bagi penelitian lingkungan dalam ilmu sosial adalah bagaimana merancang dan membangun sebuah peta konkrit untuk masyarakat yang berkelanjutan atau sebuah simbiosis lingkungan dalam sistem sosial. dengan memahami bahwa sosiologi lingkungan telah memasuki tahapan kedua yang menekankan pada penelitian mengenai kebijakan2 terkait isu lingkungan, para penerus yg melakukan ‘pekerjaan’ ini akan memfokuskan pada gerakan lingkungan, sebagai pencipta ruang publik baru dan mediator sosial antara isu-isu lingkungan dan kebijakan lingkungan. Yang dilakukan adalah menganalisis tren dan perkembangan yg potensial serta membuka perspektif baru untuk sosiologi lingkungan pada tahap kedua. (hal 19 hasegawa) Anindya Sela Pratiwi Sosio2010 Summary Chapter 1: NATURAL ENVIRONMENT By Ryan Fajar Febrianto Defining Nature and Environment: - - - - Dalam kamus, “environment” didefinisikan sebagai kondisi eksternal yang berada mengelilingi kehidupan dan pekerjaan manusia. Definisi ini merupakan human-centered definition Banyak juga definisi environment. Namun secara spesifik, makna environment sebagai nohhuman natural conditions and surroundings yang makna tersebut dekat dengan istilah “nature” Istilah “nature” dapat dimaknai sebagai: sesuatu yang esensial bagi seseorang atau benda, dalam kata lain, sifat alami. Pada abad ke-17, makna dominan nature berkembang lagi. Nature/Alam didefinisikan sebagai “the whole material world of things”. Mendefinisikan nature seperti ini membuat manusia melihat nature sebagai dunia yang cukup statis, seperti dimaknai dengan gunung, pantai, dll. Masyarakat juga cenderung melihat alam sebagai tempat yang bersih dan enak dilihat. Sekarang ini, keadaan desa dilihat lebih natural dibandingkan dengan dunia artificial seperti perkotaan. Pandangan mayoritas: alam perlu dikuasai oleh manusia. Alam diciptakan Tuhan memanglah untuk kebutuhan manusia. Pandangan minoritas: biarkan alam bersih, alami, dan indah apa adanya. Karena selama ini melihat banyaknya manusia yang menciptakan polusi dan mengotori alam. Kedua kelompok ini berpendapat bahwa alam dan masyarakat bersifat terpisah satu sama lain. The Natural Environment - - Istilah natural environment dipilih untuk mencegah adanya kesalahpahaman ketika menggunakan kata ‘environment’ dan ‘nature’ secara terpisah. The Natural Environment merujuk pada dunia non-human yang berada didalam masyarakat dan keberadaan ‘produk’ mereka. Dalam area lokal, natural environment secara khusus diidentifikasi sebagai taman atau pantai. Namun, hal tersebut bukan berarti manusia tidak bersifat natural. Para sosiolog berpendapat bahwa manusia adalah spesies yang berevolusi dan berkembang dari waktu ke waktu. Manusia pun diidentifikasikan dalam keseimbangannya diantara tingkah laku yang berdasarkan inherited instincts (insting lahiriah) serta tingkah laku yang didasarkan pembelajaran. Manusia bukan hanya bisa belajar, tetapi HARUS belajar demi kelangsungan hidup mereka. Industrialisasi, Urbanisasi, Lingkungan Alam - Pakar Sejarah, Thomas, berkata bahwa ada hubungan antara proses-proses industrialisasi dan urbanisasi terhadap tindakan mansua terhadap lingkungan alam. Seperti contohnya, ketika semakin banyak masyarakat desa yang berpindah ke daerah perkotaan, mereka tak Anindya Sela Pratiwi Sosio2010 - lagi bekerja dengan hewan atau di ladang. Mereka hanya kembali ke pedesaan hanya untuk refreshing dan pengejaran akan kesenangan. Daerah pedesaan kini dilihat sebagai sesuatu yang damai dan nyaman dibandingkan untuk bekerja. Organisasi sosial berkembang cukup kompleks, secara internasional berhubungan dan efektif. Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan komunikasi pun membuat kejadian alam dan bencana-bencana dilihat sebagai hukuman dari tuhan. Humans in Natural Environments - - Salah satu penemuan yang mempengaruhi perkembangan manusia secara signifikan adalah penemuan Api, dan teknik menggunakan, mengatur, hingga menjaganya dibawah kontrol manusia. Dalam proses mengatur hubungan antara manusia dengan lingkungan alam, tekanan juga diberikan kepada manusia untuk mengubah bentuknya dalam organisasi sosial. Ketika awalnya manusia belajar bagaimana untuk membuat dan memanage api kecil, mereka perlu mengorganize diri mereka untuk menjaga api tersebut tetap nyala, memonitor api, dalam waktu yang bersamaan juga menjaga diri mereka tetap aman. Ketika selanjutnya, dalam bentuk domestik dari api yang berada di area rumah, masyarakat memerlukan spesialis atau orang yang ahli di bidang api. Poin nya adalah, perubahan dalam metode dari manipulasi terhadap lingkungan alam selalu bergerak seiring perubahan organisasi sosial. The powers of humans and natural processes - - - - - Di masyarakat modern, lingkungan alam dilihat dengan ‘rumah’ yang indah yang perlu dijaga, tapi dilain sisi, merupakan sumber kemarian, kerusakan dimana sebenarnya manusia juga perlu dijaga darinya. Hal ini menggambarkan bahwa pada faktanya, manusia bergantung pada lingkungan alam untuk kelangsungan hidup mereka dan selamanya manusia tidak mempunyai pilihan untuk tidak berhubungan dengan lingkungan alam. Ada pandangan akurat bahwa ada ketegangan antara apresiasi (cara menghargai) modern terhadap alam dan masyarakat berusaha untuk mengontrol proses alam dan kejadian alam. Seperti contohnya, tukang kebun yang ingin menciptakan taman yang indah, mereka menyingkirkan hama, benalu, dsb. Padahal jelas, bahwa hama dll itu termasuk bagian dari lingkungan alam. Contoh lain adalah fenomena “animal lovers”. Sosiolog, antropolog, dan pakar sejarah menemukan bahwa tingkah laku manusia terhadap alam bervariasi, tidak hanya seperti pada penjelasan ideal diatas. Mulai tahun 2005, ketika terjadi banyak bencana alam di dunia, manusia mempercayai bahwa kejadian tersebut adalah ‘tindakan Tuhan’, karena bencana tersebut diluar kontrol manusia, seperti contohnya Aktivitas Volkanik yang disebut sebagai “Api-Api Tuhan” Di zaman modern, masyarakat secara bertahap mencoba untuk menggunakan metode ilmiah untuk memprediksi kapan terjadinya kejadian-kejadian seperti bencana, dengan tujuan untuk mencegah hingga mengurangi dampak penyakit, dll. Konklusinya, bahkan di abad ke-21, dengan perkembangan teknologi yang semakin pesat, manusia tidak mengontrol atau mendominasi lingkungan alam. Dalam berbagai cara, apa yang manusia lakukan menggambarkan ketergantungan dan permintaan ‘belas kasih’ manusia terhadap setiap kejadian dan proses alam, serta berusaha untuk mengatur hubungan dengan lingkungan alam. Anindya Sela Pratiwi Sosio2010 Natural and Artificial Environments - - Apa yang kita bilang “natural” dan “artificial” sebenarnya apakah benar? Misalnya kita melihat pohon yang kita anggap natural, dan gedung yang kita anggap artificial. Bisa saja sebenarnya pohon tersebut ditanam dan dirawat hingga dibentuk oleh manusia. Untuk gedung, bila kita amati, hampir seluruh bahan bangunan tersebut sebenarnya terbuat dari alam. Masalah pembedaan dari lingkungan ala mini sebenarnya disebabkan oleh pemisahan kita terhadap “lingkungan alam” dengan “masyarakat”. Secara bertahap, sosiolog dan ahli sosial melihat pemisahan ini sebenarnya tidak membantu dan menyesatkan. Masyarakat dan lingkungan alam sebenarnya jelas terjalin satu sama lain dan mungkin kita membutuhkan pemikiran yang lebih baik terhadap hubungan yang memberi bobot yang memadai terhadap proses lingkungan alam dan tindakan manusia. Anindya Sela Pratiwi Sosio2010 Summary Chapter 2: KNOWING THE ENVIRONMENT By Ryan Fajar Febrianto - Sebenarnya, sulit untuk melihat hubungan antara manusia dengan alam. Berbagai sosiolog telah menyarankan bahwa pembangunan berskala besar, modern, masyarakat industri telah melepas masyarakat dari kontak langsung dengan alam. Involvement and Detachment - - - - - - Darimana manusia mendapatkan pengetahuan mengenai alam? Banyak yang berasal dari TV, media massa, dari pendidikan biologi dan geografi di sekolah dengan menggunakan buku ajaran yang berasal dari penelitian ilmiah Pengetahuan ilmiah merupakan kunci dari modernisasi. Dengan semua metode-metode, komunitas, publikasi, dll. Namun, pengetahuan modern bukan hanya bentuk dari pengetahuan mengenai lingkungan alam. Sejak berabad-abad, agama menjadi sama fungsinya dengan ilmu. Hubungan agama dengan alam juga menjelaskan hubungan manusia dengan alam, sebagai guideline untuk hidup dan menjelaskan bagaimana hubungan seharusnya diantara manusia dengan alam. Antroposentrik: Hal ini sebenarnya juga dijelaskan oleh Lynn White, Jr. yang menjelaskan umat Kristiani sebagai antroposentrik, dalam hal ini agama yang menempatkan manusia pada fokus utama (human-centered). Kristiani melihat manusia diciptakan oleh Tuhan untuk ‘mengisi bumi’, dengan kata lain, dominion (baca: bentuk dominasi yang pengaturannya lebih bijak) diperbolehkan bagi manusia kepada lingkungan. Perkembangan ilmu keagamaan pun dibayang-bayangi oleh perkembangan ilmu pengetahuan seperti astronomi, fisika, biologi, geologi, karena ilmu tersebut bersifat empiris dan berdasarkan observasi. Pemikiran yang berguna terhadap perbedaan agama dengan pengetahuan ilmiah yakni melihat semua pengetahuan manusia secara politis atas emosionalis tergabung, namun juga secara relative memisahkan dari keterlibatan-keterlibatan tersebut (duh, gak ngerti ini… ada di hal.20) Pada abad ke-16, juga berkembang pemikiran Geosentris, atau pemikiran earth-centered (sebagaimana yang dipercayai alkitab), yang pada akhirnya pemikiran tersebut dipatahkan oleh pakar ilmiah Copernicus dan Galileo, bahwa sebenarnya bumi tidak menjadi center. Namun teori Galileo pun akhirnya ditentang oleh pihak yang berpegang kuat pada ajaran agama. SCIENTIFIC REVOLUTION - - Pada tahun 1540-1700, dilihat sebagai masa revolusi ilmiah. Pada tahun 1982, Carolyn Merchant, percaya bahwa ilmu dan metode ilmiah telah memimpin secara langsung terhadap justifikasi pada kerusakan alam, karena alam telah di devaluasi, yang menempatkan alam berada dibelakang manusia yang dilihat lebih penting. Selain itu, Merchant juga berpendapat bahwa alam dilihat seperti layaknya mesin Anindya Sela Pratiwi Sosio2010 - - Lebih dari itu semua, Merchant menemukan hubungan antara devaluasi alam dengan devaluasi perempuan dalam masyarakat. Hal ini dikarenakan adanya keterkaitan antara alam dengan masyarakat, berhubungan dengan peran reproduksi perempuan, membawa dan memberi kelahiran kepada anak, menstruasi, yang menjadi demonstrasi fisika dari hubungan antara alam dengan perempuan, sehingga muncul istilah The Mother of Earth. Filsuf pada era ‘enlightenment’ menolak otoritas agama dan tradisim yang pada akhirnya membawa poros utama alasan manusia dan rasionalitas dalam area kehidupan manusia. Dalam revolusi ilmiah ini juga, ada kasus yang dialami oleh Hutton dan Bacon, yang jika dilihat secara sosiologis mempercayai bahwa sebenarnya alam semesta memanglah diciptakan oleh Tuhan, tapi setelah penciptaan, proses alam dan kejadian alam sebenarnya dapat dipelajari dan dipahami oleh manusia. Pemikiran ini dipandang lebih ‘mungkin’ melihat adanya ‘division of labour’ antara agama dan ilmu pengetahuan. SOCIAL CONSTRUCTIONS OF NATURE - Dalam sosiologi lingkungan, ada dua pendekatan yang diadopsi dari metodologi sosiologis dalam mengkaji isu-isu sosial, yakni social constructionism dan critical realism. SOCIAL CONSTRUCTIONISM - - - - - - Merupakan suatu pendekatan untuk mempelajari permasalahan-permasalahan sosial, termasuk masalah lingkungan, yang mengambil ide dari perspektif ‘permasalahan sosial’ lama, pengetahuan sosiologi, dan pembelajaran ilmu pengetahuan sosiologis. Pendekatan ini membutuhkan pemahaman klaim-klaim terhadap masalah serta bukti ilmiah. Para penganut paham ini telah menginvestigasi bagaimana beberapa isu sosial datang untuk dilihat sebagai permasalahan sosial yang penting, ketika isu lingkungan yang lain tidak diperhatikan secara serius bahkan diabaikan. Para penganut paham ini berpendapat bahwa semua masalah lingkungan adalah bagian penciptaan atau ‘konstruksi’ sosial, dimana proses dari konstruksi itu dapat diamati, dimengerti, dan dijelaskan. Dalam social constructionism ini terdapat dua pendekatan yakni Strict dan Contextual constructionism. Strict Constructionists (minoritas) menekankan bahwa lingkungan alam tidak akan pernah berbicara langsung kepada kita dan selalu perlu orang untuk bicara tentangnya. Ide-ide, teori-teori, serta konsep-konsep dalam masyarakat dapat membentuk bagaimana lingkungan alam dirasakan, diapresiasi dan dipikirkan. Mereka berpikir bahwa kebendaan alam dapat benar-benar dinyatakan ada jika mereka dapat diterima untuk investigasi atau berguna bagi masyarakat. Contoh: Ikan. Strict Constructionists berkata bahwa ikan bukanlah sekedar ikan, mereka secara fakta merupakan konstruksi sosial dan mereka dikonstruksikan dalam berbagai cara, begitupun sisa alam yang lain. Fokus dari Strict Constructionists adalah manusianya, bukan pada ikannya. Jika kita menerapkan pendekatan yang sama terhadap lingkungan alam lalu kita mungkin belajar mengenai bagaimana orang-orang menggunakan dan telah menggunakannya, tapi kita tidak akan mempelajari lebih banyak tentang lingkungan alam itu sendiri atau dampak dari aktivitas manusia terhadapnya. Anindya Sela Pratiwi Sosio2010 - - - - - - - - - Contextual Contructionists (mayoritas) berawal bahwa masalah sosial itu mungkin saja benar nyata. Bagaimanapun, ada juga masalah sosial yang dianggap lebih serius dan kurang serius. Permasalahan lingkungan dirangking agar mencapai signifikansi. Contoh: Global Warming yang dipandang lebih serius dibandingkan sampah jalanan, dsb. Karena, klaim-klain terhadap permasalahan lingkungan itu ada melalui perubahan konteks sosial dan dipengaruhi oleh ide-ide politik dan ilmiah yang umum, keadaan ekonomi serta adat istiadat. Conttextual contructionists berpendapat bahwa inilah poin yang sebenarnya dimana sosiologi dapat menunjukkan fungsi berguna melalui investigasi dari semua klaim-klaim masalah lingkungan, siapapun yang menggunakan atau menolaknya John Hannigan berpendapat bahwa ada tiga tahap dalam mengkonstruksi klaim-klaim permasalahan lingkungam yakni: Perakitan (assembling), Penyajian (presenting), dan Contesting. Tahap pertama, adalah Perakitan (assembling). Tahap ini menyaratkan pengumpulan buktibukti yang akan membantu dalam membenarkan klaim tersebut. Dalam tahap ini juga dikenal dengan istilah labeling, yang menurut penganut paham interaksionisme simbolik labeling dapat menjadi proses sosial yang sangat kuat. Contohnya, jika masalah lingkungan dapat diberikan label, maka dia akan dapat ‘berdiri’ dan terlihat dibandingkan yang lain, dan membuatnya sukses meraih ‘ranking’. Merakit (assembling) klaim juga berarti mengidentifikasi/mengenal musuh/enemy, yakni orang yang bertanggung jawab terhadap proses penciptaan klaim tersebut. Jika kita dapat menyalahkan seseorang, politikus, pengusaha-pengusaha, atau bahkan negara sekalipun, lalu sisa dari kita, yang tidak tersalahkan, menjadi penonton yang memiliki ‘potensi yang besar’ yang dapat mendukung klaim dari masalah tersebut. Tahap kedua, yakni klaim harus dipresentasikan. Presentasi bermaka melakukan sesuatu yang dapat menangkap perhatian orang-orang atau mengajak mereka. Dalam 30 tahun terakhir, pakar lingkungan telah menjadi spesialis dari ‘penangkap perhatian publik’ dengan serangkaian demonstrasi dan aksi langsung untuk dipresentasikan ke media masa. Contoh: kampanye greenpeace. Tahap ketiga, masalah lingkungan dikonteskan. Pembuat klaim/keluhan selalu membuat yang lainnya marah. Tidak mudah bagi pemerintah untuk menghadapi implikasi dari klaimklaim lingkungan dan berusaha untuk membatasi klaim tersebut atau bahkan mengindahkannya. Pengusaha tidak ingin mendengar bahwa kegiatan mereka menyebabkan polusi bagi lingkungan, Saya dan anda pun tidak suka mendengar bahwa kitapun berkontribusi pada perubahan iklim ketika kita mengendarai kendaraan. Terkadang kita seperti layaknya ‘musuh’! Kita terkadang menemukan bahwa pikiran pengelakan dari klaimklaim tersebut terkadang lebih rasional dibandingkan dengan pembuat dari klaim itu. Intinya, masalah-masalah lingkungan berkompetisi dengan klaim-klaim masalah sosial lain dalam menangkap perhatian. Social Constructionism mendalamkan pemahaman kita dan membuka ruang bagi isu-isu ilmiah dan politik ke diskusi yang lebih luas. Membuat keputusan dalam ‘menyebabkan’ permasalahan lingkungan dan bagaimana mereka seharusnya mengarahkannya adalah sesuatu yang harus dipahami semua orang mengenai konsep masyarakat demokratis. Anindya Sela Pratiwi Sosio2010 REALISME KRITIS - - - - Salah satu kritik dari social construksionisme adalah ketidakpuasan yang banyak orang anggap sebagai kegagalan untuk menerima kenyataan dari lingkungan alam, yang selalu menjadi ‘gajah diruangan’ dalam debat-debat penganut konstruksionis. Yang diperlukan yakni membawa kenyataan tersebut dalam penelitian sosiologis; metode teradvokasi yang paling luas adalh realism kritis, yang terkadang dirujukkan pada ‘realisme lingkungan’. Kritikal Realisme adalah metode ilmiah yang berpotensial membawa bersama bukti sosial dan bukti ilmiah untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik mengapa masalah lingkungan terjadi. Poin utamanya adalah berada pada manusia yang menjadi bagian dari lingkungan alam dan keduanya seharusnya dapar dipelajari bersama dengan metode yang sama. Cara terbaik untuk memahami realism kritis yakni dengan melihat beberapa contoh yang mendemonstrasikan beberapa poin kunci dan argumen. TRANSFORMING THE ENVIRONMENT Anindya Sela Pratiwi Sosio2010 Sosiologi Lingkungan Pertemuan ke-5 (Dody Prayogo) -Ryan Fajar Febrianto- Perubahan sosial dalam lingkungan, didorong oleh: o Industrialisasi o Urbanisasi: perubahan, yang sering dimaknai: Perpindahan rural urban Perubahan dari satu lokasi ke lokasi lain o Peningkatan konsumsi dan produksi Adanya mekanisme ekonomi pasar Eksploitasi berlebih polusi; secara umum perubahan lingkungan sebagai konsekuensi logis/harga terhadap lingkungan # Industrialisasi - - Perubahan-perubahan yang disebabkan Industrialisasi: o Sistem Produksi o SDM o Sumber Alam, berdampak pada material o Teknologi, berdampak pada cara produksi o Konsentrasi, berhubungan dengan lokasi pemusatan produksi o Desentralisasi, berhubungan dengan pemisahan lokasi o Massal, berhubungan dengan Pasar o Kontrol dan dominasi Dampak Industrialisasi, selain mempengaruhi kesejahteraan juga dapat menyebabkan: o Ketimpangan o Kemiskinan o Polusi o Penipisan cadangan sumber alam o Penipisan Keragaman Hayati o Kerusakan serta menurunnya daya dukung lingkungan #Urbanisasi - - Makna Urbanisasi: o ‘being urban’ (fisik dan sosial) o Migrasi (masuk) o Konsentrasi o Kepadatan o Pola Konsumsi o Perubahan ikatan dan relasi sosial Perubahan lingkungan (alam dan sosial) Terganggunnya ecological threshold Dampak Urbanisasi, berpengaruh pada threshold (ambang batas): o Kepadatan berlebih o Konsumsi berlebih o Konsentrasi berlebih o Kontrol berlebih o Dominasi berlebih o Kompetisi berlebih Kerusakan dari menurunnya daya dukung lingkungan hidup kota Anindya Sela Pratiwi Sosio2010 # Ekonomi Kapitalisme: - - Praktik Kapitalisme: o Pola konsumsi berlebih o Pola produksi yang eksploitatif o Adanya akumulasi capital o Eksploitasi sumber alam berlebih o Adanya kontrol berlebih (dominasi) o Ketimpangan (antar negara, wilayah, dst) o Ekspansi (perluasan kontrol) o Dominasi (penguasaan wilayah dan sumber alam) Implikasi terhadap lingkungan: o Penipisan cadangan SDA o Polusi/kerusakan lingkungan o Ketimpangan antar negara, wilayah, dst. o Dominasi dan kontrol dari negara maju terhadap neg. berkembang o Urbanisasi/konsentrasi populasi o Menurunnya daya dukung lingkungan o Bencana ekonomi dan sosial (terjadi krisis) # Polusi - - - Bermakna pencemaran: air, udara(bau), tanah, kebisingan, atmosfer/CFC/Rumah kaca Polusi juga dapat diartikan sebagai: o “…harmful contaminants into the environment” o Human pollution (buatan manusia) terbesar o ‘World risk society’ (Beck): “side effect, unintended consequences of industrialization: cost of development and economic welfare” Konsekuensi terhadap lingkungan o Resiko lingkungan, berasal dari nuklir, limbah B3, CFC, dll. o Masyarakat beresiko secara lingkungan o Analisis dampak lingkungan (sosial) adalah keharusan Dampak nyata: o Rusaknya daya dukung lingkungan o Menipisnya sumber alam o Menurunnya keanekaragaman hayati o Hilangnya lingkungan hidup sehat o Berubahnya perilaku dan relasi sosial o Meningkatnya kompetisi spasial dan sosial. Anindya Sela Pratiwi Sosio2010 Sosiologi Lingkungan Pertemuan ke-6 (Dody Prayogo) -Ryan Fajar Febrianto1. Konservasi: Pengelolaan sumber alam secara efisien guna mengoptimalkan kegunaan dan pelestarian cadangan sumber alam melalui penggunaan secara bijak Greatest food for the greatest number for the longer time (Pinchot) 2. Pembangunan Berkelanjutan: Pembangunan untuk memenuhi kebutuhan generasi saat ini tanpa menghilangkan dan mengurangi kesempatan generasi berikutnya memenuhi kebutuhannya (Brundtland) Ada kaitan erat antara ‘kearifan’ dan sumber alam dalam penenuhan kebutuhan. Power dan teknologi menentukkan kemampuan memenuhi kebutuhan. Ada ambang batas/limits/threshold dalam pembangunan dan penggunaan sumber alam dan lingkungan Keterbatasan dan kerusakan lingkungan dan harus diselesaikan baik global maupun lokal IMPACT ASSESMENT - Ukuran tentang ada/tidaknya dampak, kelayakan kegiatan pembangunan dan keberlanjutan lingkungan Instrumen untuk menata, menjamin, membatasi, menekan, meniadakan pembangunan yang merusak lingkungan Kebijakan untuk menjamin dan menciptakan keseimbangan antara development dan sustainability. Environmental Impact Assessment dan Social Impact Assesment - Environmental Impact Assessment (EIA), AMDAL muncul sebagai awal, cakupan fisik, ekonomi, dan sosial budaya. Social Impact Assessment (SIA) muncul kemudian karena melihat adanya akibat dari sosial yang ditimbulkan pembangunan Social Justice Social Equality Inti dampak Sosial Social Sustainability Analisis dampak sosial: o Kajian ilmiah menilai kemungkinan dampak positif dan negative o Menghitung besaran atau magnitude dampak o Menetapkan rekomendasi (diterima) atau ditolak kelayakan proyek pembangunan o Menjadi pedoman bagi perijinan proyek pembangunan dan pengelolaan lingkungan Langkah-Langkah Analisis mengenai Dampak Lingkungan: 1. Pelingkupan: seberapa besar masalahnya (termasuk wilayah ) 2. Identifikasi Masalah: Apa masalahnya, apa penyebabnya (concern masyarakat) 3. Penyusunan Rona Lingkungan: siapa terkena dampak (rona lingkungan sosial awal, rona demografi, ekonomi, sosial, budaya, politik, kesehatan masyarakat) Contoh: masyarakat depok sebelum dan sesudah proyek Anindya Sela Pratiwi Sosio2010 4. Perkiraan Dampak: apa penyebab dampak (silang antara sebab dan akibat antara lingkungan dengan dan tanpa proyek) 5. Evaluasi dampak ada-tidak/besar-kecil/positif-negatif dampak (tentukan ukuran, bobot atau indeks, mengukur dampak) 6. Mitigasi Dampak: telaah dampak yang tidak dapat dihindarkan (bagaimana meniadakan atau memperkecil dampak) 7. Monitoring: membangun perangkat monitoring dampak 8. Pengelolaan: mengelola dampak Anindya Sela Pratiwi Sosio2010 Sosiologi Lingkungan Pertemuan ke-7 (Dody Prayogo) -Ryan Fajar FebriantoTRANSFORMASI LINGKUNGAN Merupakan akibat atau konsekuensi atas tindakan atau kegiatan terhadap sekelompok penduduk berupa perubahan positif atau negative (dalam spectrum luas). SIA sebagai kerangka kerja untuk mengevaluasi keseluruhan dampak kegiatan atau proyek = bagian dari environmental impact assessment. PRINSIP SIA: - - Justice (keadilan); Equality (persamaan); Sustainability (keberlanjutan); Human Rights (Politik), Equity (Ekonomi); Plurality (Keragaman Sosbud) SIA mengoperasikan prinsip secara substansial kedalam komponen analisis secara hipotetik untuk menentukan kelayakan sosial Operasionalisasi: komponen tergantung pada industrial specifics (umum), dan local specifics (khusus) berlaku untuk SIA. Lingkungan sosial harus ditempatkan setara dengan lingkungan fisik, dan biologi. SIA juga bertujuan memberi analisis kebijakan atas sebuah kegiatan pembangunan. Sekaligus rekomendasi untuk mengelola dampak dengan menihilkan atau mengurangi dampak negative dan memperbesar dampak positif. Kelayakan mencakup: o Kebijakan Lingkungan fisik (tidak merubah rona penting) o Teknologi atau Layak Teknis o Finansial, layak ekonomis o Legitimasi (penerimaan sosial) yang pada masa lalu dianggap tidak penting PERTIMBANGAN - - Fokus: banyak perubahan akhir-akhir ini, variabel AMDAL perlu menyesuaikan diri dengan perubahan: fokus pada kemiskinan dan kesejahteraan, demokrasi, HAM, keadilan, dan pemerataan gender. Variabel Penting: perlu dimasukkan antara lain hak ekonomi dan budaya, legitimasi sosial (keabsahan atau penerimaan sosial), potensi konflik atau resistensi, sosial, social justice, welfare. JENIS SPESIFIKASI - - Proyek Spesifik: jenis proyek menghasilkan dampak sosial berbeda: dampak jalan tol berbeda dengan industri tambang, serta SUTET, yang semua itu lebih ke industri Local Specific: Kekhususan lokasi menimbulkan dampak secara berbeda atas masyarakat lokal (tidak semua lokasi masyarakat memberi respon yang sama terhadap sumber dampak yang sama, semua itu lebih kepada penduduk) VISI-VISI AMDAL: 1. Lingkup Kajian: - Apa komponen sosial yang akan dikaji, dimana, dan kapan lokasi dan waktu kajian Anindya Sela Pratiwi Sosio2010 - Bagaimana menentukan kajian, siapa yang berkompeten melakukan kajian 2. Deskripsi Kegiatan/Deskripsi Proyek, yang dikaitkan dengan dampak sosial, demografi, sosial, ekonomi, politik, budaya: - Pra Konstruksi, terdiri dari perijinan, konsultasi publik, penyediaan atau akuisisi lahan (terkait dimensi ekonomi, politik, budaya) - Konstruksi, rekrutmen dan pelepasan lokal, dampak sekunder fisik, hubungan lokal-pendatang (dimensi ekonomi dan budaya) - Operasi, rekrutmen tenaga lokal, dampak sekunder fisik - Pasca-Operasi, 3. Rona Lingkungan, menjelaskan situasi awal sebagai input atau keadaan sebelum transformasi lingkungan (harus fokus dan relevan pada komponen terdampak demografi, ekososbudpol) - Demografi jumlah, kepadatan, persebaran, dst. - Sosial: (1) Relasi Sosial, atau penerimaan sosial atas proyek, kohesi, dan konflik. (2) Fasilitas public, ibadah, potensi pendidikan, air, komunikasi, listrik, dan lainlain - Ekonomi: pekerjaan, rumah, pemukiman, dll - Budaya: nilai dan norma adat, situs sejarah 4. Pelingkupan data Penting: - 1. Identifikasi dampak Penting (semua potensi), yakni membuat ceklis hubungan kausal antara kegiatan (sebagai sebab), dengan variabel lingkungan sosial, berbentuk diagram alir dan matriks. - 2. Mengevaluasi dampak sosial: seleksi dampak yang secara hipotesa perlu dikaji lebih dalam dilihat dari besaran, kerentangan, aturan, dan lain-lain. Indikator: konflik atau proteksi sosial - 3. Klasifikasi dan Prioritas: mana dampak yang lebih penting dibagi? 5. Pelingkupan Wilayah dan Waktu - 1. Wilayah: Proyek, ekologis, administrative, sosial, batas sosial adalah prakiraan wilayah penduduk terdamapak - 2. Waktu: ruang waktu keadaan masyarakat dengan atau tanpa kegiatan 6. Metode: Cara kerja menentukkan validity data, pengukuran, analisis. - 1. Pengumpulan data: Riset sosial ilmiah - 2. Analisis dan Perapihan data - 3. Evaluasi dampak, Prinsip: 1. Ketersediaan data dan kriteria; 2. Dampak sebagai selisih keadaan masyarakat dalam rentang waktu sama antara dengan dan tanpa proyek - 4. Penetapan dampak: menetapkan signifikan atau tidaknya (positif/negative). Keluaran ini akan dipakai untuk dipakai RPL, dll 7. Rencana Pemantauan: mensyaratkan pentingnya CSR dan Community Development - Dengan prinsip: responsible. PENGELOLAAN DAMPAK: - Memberi informasi yang tepat Izin sosial dan komunikasi baik dan dengan penduduk Anindya Sela Pratiwi Sosio2010 Anindya Sela Pratiwi Sosio2010