Annisa Anindya Dina Maryani Nining Yulianty Anggi Tondi Martaon Ilmu sosial (social science) atau ilmu pengetahuan sosial adalah sekelompok disiplin akademis yang mempelajari aspek-aspek yang berhubungan dengan manusia dan lingkungan sosialnya. Ilmu ini berbeda dengan seni dan humaniora karena menekankan penggunaan metode ilmiah dalam mempelajari manusia, termasuk metoda kuantitatif dan kualitatif. Ilmu sosial, dalam mempelajari aspek-aspek masyarakat secara subjektif, inter-subjektif, dan objektif atau struktural, sebelumnya dianggap kurang ilmiah bila dibanding dengan ilmu alam. Namun sekarang, beberapa bagian dari ilmu sosial telah banyak menggunakan metoda kuantitatif. Demikian pula, pendekatan interdisiplin dan lintas-disiplin dalam penelitian sosial terhadap perilaku manusia serta faktor sosial dan lingkungan yang mempengaruhinya telah membuat banyak peneliti ilmu alam tertarik pada beberapa aspek dalam metodologi ilmu sosial. Penggunaan metoda kuantitatif dan kualitatif telah makin banyak diintegrasikan dalam studi tentang tindakan manusia serta implikasi dan konsekuensinya. Antropologi, yang mempelajari manusia pada umumnya, dan khususnya antropologi budaya, yang mempelajari segi kebudayaan masyarakat Ekonomi, yang mempelajari produksi dan pembagian kekayaan dalam masyarakat Geografi, yang mempelajari lokasi dan variasi keruangan atas fenomena fisik dan manusia di atas permukaan bumi Hukum, yang mempelajari sistem aturan yang telah dilembagakan Linguistik, yang mempelajari aspek kognitif dan sosial dari bahasa Pendidikan, yang mempelajari masalah yang berkaitan dengan belajar, pembelajaran, serta pembentukan karakter dan moral Politik, yang mempelajari pemerintahan sekelompok manusia (termasuk negara) Psikologi, yang mempelajari tingkah laku dan proses mental Sejarah, yang mempelajari masa lalu yang berhubungan dengan umat manusia Sosiologi, yang mempelajari masyarakat dan hubungan antar manusia di dalamnya Menurut Van Dalen (1966) dalam Suriasumantri (1981) dibandingkan dengan ilmu-ilmu alam yang telah mengalami perkembangan yang sangat pesat, ilmuilmu sosial agak tertinggal di belakang. Beberapa ahli bahkan berpendapat bahwa ilmu-ilmu sosial takkan pernah menjadi ilmu dalam artian yang sepenuhnya. Di pihak lain terdapat pendapat, bahwa secara lambat laun ilmu-ilmu sosial akan berkembang juga meskipun tak akan mencapai derajat keilmuan seperti apa yang dicapai ilmu-ilmu alam. Terdapat beberapa kesulitan untuk merealisasikan tujuan ini karena beberapa sifat dari obyek yang diteliti ilmu-ilmu sosial, yaitu suatu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku manusia. Dibandingkan dengan ilmu-ilmu alam yang kemajuannya sangat pesat, ilmu-ilmu sosial agak tertinggal di belakang. Hal ini disebabkan oleh subyek ilmu-ilmu sosial yang adalah manusia sebagai makhluk multidimensional. Gejala sosial lebih kompleks dibandingkan dengan gejala alami yang hanya bersifat fisik. Kendati juga memiliki karakteristik fisik, gejala sosial memerlukan penjelasan yang lebih dalam. Hal yang bersifat azasi sering tak tersentuh oleh pengamatan terhadap gejala fisik karena sifatnya yang umum. Penelaahan ilmu alam meliputi beberapa variabel dalam jumlah yang relatif kecil dan dapat diukur secara tepat, sedangkan variabel ilmu sosial sangat banyak dan rumit. Pengamatan langsung gejala sosial lebih sulit dibandingkan dengan gejala ilmu-ilmu alam. Ahli ilmu sosial tidak mungkin menangkap gejala masa lalu secara indrawi kecuali melalui dokumentasi yang baik, sedangkan seorang ahli ilmu kimia atau fisika, misalnya, bisa mengulangi percobaan yang sama setiap waktu dan mengamatinya secara langsung. Hakikat ilmu-ilmu sosial tidak memungkinkan pengamatan secara langsung dan berulang. Gejala fisik pada umumnya bersifat seragam dan dapat diamati secara langsung. Gejala sosial bersifat unik dan sukar terulang kembali. Abstraksi secara tepat dapat dilakukan terhadap gejala fisik lewat perumusan kuantitatif dan hukum yang berlaku secara umum. Tetapi kebanyakan masalah sosial bersifat spesifik dalam konteks historis tertentu. Ahli ilmu sosial harus mengatasi berbagai rintangan jika berharap untuk membuat kemajuan yang berarti dalam menerangkan, meramalkan dan mengontrol perilaku manusia. Ini hanya dapat dilakukan bila ia gigih dan sabar. Kemajuan pesat yang dicapai ahli-ahli ilmu alam menyebabkan para ahli ilmu sosial mendapatkan tantangan berat untuk memecahkan masalah kemanusiaan. (Deobold B. Van Dalen) Pertama, ide tentang dekomposisi masyarakat sekarang ini tidak hanya terbatas pada negara bangsa dan hubungan internasional, tetapi berkembang pada ide tentang masyarakat dunia. Meluasnya cakupan ilmu sosial saat ini menjadikan ilmu-ilmu sosial tidak dapat lagi bekerja sendiri dan harus menjadi ilmu yang terbuka untuk bekerjasama dengan ilmu-ilmu lainnya. Kedua, menguatnya posisi subjek dalam analisis sosial. Ketiga, menguatnya partisipasi peneliti sosial dalam lingkungan kehidupannya dan pentingnya dimensi kritis dari apa yang ‘dibawanya’. Keempat, menguatnya dimensi pengujian yang mengakibatkan menurunnya kepercayaan pada teori-teori besar (grand theory). Terakhir, yang juga menjadi ciri dasar dari ilmu-ilmu sosial kontemporer adalah karakteristiknya yang dibayangi oleh konflikkonflik besar dalam struktur sejarah dunia. Peran ilmu dan riset sosial kemanusiaan sangat diperlukan dalam pengembangan iptek di Indonesia. Teknologi suatu proses dimanapun akan sama, akan tetapi teknologi itu tidak akan dapat bermanfaat dan dapat diterima didaerah dan masyarakat yang berbeda. Oleh karena itu, peran ilmu dan riset sosial kemanusiaan sangat diperlukan sehingga teknologi yang ditemukan dan yang akan dikembangkan dapat mempunyai nilai manfaat yang maksimal dan dapat diterima oleh masyarakat setempat sesuai dengan situasi, kondisi, budaya dan sosial masyarakat setempat. THANKS