BAB II - STTAL

advertisement
TERBATAS
1
BAB II
KETENTUAN SURVEI HIDROGRAFI
1.
Perhitungan Ketelitian
Ketelitian dari semua pekerjaan penentuan posisi maupun pekerjaan pemeruman
selama survei dihitung dengan menggunakan metoda statistik tertentu pada tingkat
kepercayaan 95 % untuk dikaji dan dilaporkan pada akhir survei. Di bawah ini adalah
ringkasan standar ketelitian pengukuran pada survei hidrografi :
Tabel 1. Daftar Standard Minimum untuk Survei Hidrografi
ORDO
Contoh jenis-jenis
daerah/ area
Ketelitian Horisontal
(95% Confidence
level)
(1)
Ketelitian kedalaman
yang disurutkan (95%
CL) (1)
KHUSUS
1
2
3
Pelabuhan, tempat
Pelabuhan, alur
Area yang tidak
Daerah lepas
sandar dan alur kritis
pendekat pelabuhan
disebut pada ordo
pantai yang tidak
yang berhubungan haluan yang dianjurkan khusus dan ordo 1
disebut dalam
dengannya dimana
dan daerah-daerah
atau area dengan
ordo khusus, dan
kedalaman air dibawah
pantai dengan
kedalaman s/d 200 m. ordo 1 serta ordo
lunas minim.
kedalaman s/d 100 m.
2.
2m
5 m + 5% kedalaman
20 m + 5 %
kedalaman
150 m + 5 %
kedalaman
a = 0,25 m
b = 0,0075
a = 0,5 m
b = 0,013
a = 1,0 m
b = 0,023
sama dengan ordo
2
Penelitian dasar laut
wajib (2)
secara 100 %
Kemampuan sistem benda-benda > 1 m2
deteksi
Diperlukan pada area
mungkin diperlukan
tertentu (2)
pada area tertentu
benda-benda > 2 m2 sama dengan ordo 1
pada kedalaman s/d 40
m atau benda-benda
berukuran 10%
kedalaman pada
kedalaman lebih dari
40 m (3)
Maximum jarak
Tidak berlaku karena
3 x kedalaman rata3-4 x rata-rata
antara lajur perum (4)
diwajibkan
rata atau 25 m, mana kedalaman atau 200
pemeriksaan dasar
yang lebih besar
m, mana yang lebih
laut secara 100%
besar
tidak diperlukan
tidak diperlukan
4 x rata-rata
kedalaman
TERBATAS
2
Catatan:
a.
Untuk menghitung batas kesalahan ketelitian kedalaman, nilai a dan b sesuai
pada tabel 1 harus dimasukan dalam rumus :
a2 + (
2
Dimana :
a
: Konstanta kesalahan kedalaman, yaitu jumlah dari semua
konstanta kesalahan.
b x d : Kesalahan kedalaman lain, yaitu jumlah semua kesalahan
kedalaman yang lain.
b.
b
: Faktor pengganti kesalahan kedalaman lain.
d
: Dalam.
Dengan maksud keamanan pelayaran, untuk menjamin kedalaman minimum di
daerah tersebut, penggunaan alat pemaritan mekanik tertentu yang dipilih dengan
cermat, dianggap cukup memadai bagi survei ordo khusus dan ordo 1.
c.
Nilai 40 m dipilih dengan mempertimbangkan draft kapal maximum yang
diharapkan lewat.
d.
Jika digunakan prosedure yang meyakinkan adanya kecukupan data perum jarak
antara lajur perum dapat diperlebar.
Baris-baris pada tabel dapat dijelaskan sebagai berikut :

Baris ke 1, “Contoh tipe-tipe area” memberikan contoh dimana ordo survei
tersebut umum diperlakukan.

Baris ke 2, “Ketelitian horisontal” daftar ketelitian alat penentu posisi yang
harus dipenuhi dalam setiap ordo.
TERBATAS
3

Baris ke 3 ”Ketelitian kedalaman” parameter yang ditentukan untuk
digunakan dalam menghitung ketelitian kedalaman yang disurutkan dalam setiap
ordo survei.

Baris ke 4 “Penelitian 100% dasar laut” menyebutkan keadaan dimana
penelitian dasar laut secara menyeluruh harus dilakukan.

Baris ke 5 “Kemampuan sistim deteksi” menyebutkan kemampuan sistim
deteksi yang digunakan dalam penelitian dasar laut.

Baris ke 6 “Maximum jarak antar lajur perum” harus diartikan sebagai :
o
Jarak antar lajur perum untuk Single Beam Sounder.
o
Jarak antar batas terluar satuan bagi Swath Sounding System.
Tabel 2
Standar Minimal Untuk Alat Bantu Navigasi dan Obyek–obyek Penting
Alat bantu navigasi tetap dan
benda-benda
penting
bagi
navigasi
Garis pantai
Posisi rata-rata alat bantu
navigasi terapung
Benda-benda topografi
2.
ORDO KHUSUS
SURVEI ORDO 1
2m
2m
SURVEI ORDO 2
DAN 3
5m
10 m
10 m
20 m
10 m
20 m
20 m
10 m
20 m
20 m
Datum Horisontal
Datum horisontal harus menggunakan Datum Geodesi Nasional 1995 (DGN-95).
3.
Datum Vertikal Titik Tetap Perum (Sounding datum)
Penentuan datum vertikal mengacu pada muka surutan yang ditentukan melalui
pengamatan pasut pada stasiun permanen atau temporal yang dilakukan minimal
selama 29 hari. Nilai datum ditetapkan dari nilai hitungan Lowest Low Water (LLW) pada
stasiun-stasiun pasut tersebut.
TERBATAS
4
4.
Penentuan Posisi
Penentuan posisi dilakukan untuk semua titik perum, alat bantu navigasi serta
kenampakan-kenampakan yang diperlukan atau direkomendasikan dalam survei
hidrografi dengan ketelitian sesuai ordenya. Ketentuan ketelitian pengukuran disajikan
pada Tabel 1.
5.
Titik Kontrol Horisontal
Agar sistem koordinat hasil pengukuran atau penentuan posisi terikat dalam
sistem koordinat nasional, maka harus dibuat titik-titik kontrol horisontal dan diikatkan
pada sistem kerangka horisontal nasional. Dalam hal ini dapat diikatkan pada sistem
kerangka horisontal nasional pada orde yang lebih tinggi dari pada orde survei hidrografi
yang dilakukan.
Lokasi titik kontrol horisontal dinyatakan oleh suatu pilar titik kontrol yang
dilengkapi dengan deskripsinya. Pembuatan titik kontrol di darat harus mengikuti
spesifikasi titik kontrol horisontal yang telah ditetapkan (SNI No. 19-6724-2002)
Spesifikasi Titik Kontrol (BM) utama (menurut standar Pilar GPS orde-1) adalah:

Ukuran BM adalah
: (30 x 30 x 100) cm

Ukuran sayap bawah
: (80 x 80 x 10) cm

Bagian yang muncul di permukaan tanah 35 cm dan bagian yang ditanam
75 cm.

Rangka BM dibuat dari besi begel diameter 9 mm dan ring-rangka dari
besi begel dengan diameter 6 mm.

BM dicor di tempat dengan perbandingan adukan (semen:pasir:batu)
adalah (1:2:3).

Di bagian atas tengah BM dipasang Brass-tablet yang memuat tanda
silang posisi horisontal dan nomor tugu penjelasan kepemilikan.

BM dicat warna biru.
TERBATAS
5
Spesifikasi BM bantu adalah sebagai berikut:

BM dibuat dari pralon dicor dengan diameter 10 cm dan panjang 100 cm.

Di bagian atas tengah BM dipasang baut bersilang.

Masing-masing BM diberi nomor.

BM dicor di tempat dengan perbandingan adukan (semen:pasir:batu)
adalah (1:2:3).
6.

Bagian yang muncul di permukaan tanah 30 cm dan yang ditanam 70 cm.

BM dicat warna biru
Titik Fix Perum
Posisi titik fix perum jika diperlukan, terikat pada kerangka kontrol horisontal yang
telah dibuat seperti tersebut di atas. Adapun ketelitian posisi fix perum harus memenuhi
standar ketelitian international seperti tertera pada tabel 1.
Ketelitian posisi tetap perum pada survei dengan menggunakan singlebeam
echosounder adalah ketelitian posisi tranduser.
Global Positioning System (GPS) merupakan salah satu sistem penentuan posisi
yang banyak digunakan dalam survei hidrografi. Untuk penentuan posisi yang
memerlukan ketelitian tinggi menggunakan metode RTK-DGPS, maka harus dipenuhi
kriteria berikut untuk menjaga kualitas penentuan posisi,

Jumlah minimal satelit aktif/ terpantau hingga bisa diteruskan dengan
pekerjaan pemeruman adalah 4

PDOP tidak melebihi 6 untuk perekaman dan pemeruman, jika lebih
hendaknya survei ditunda hingga dipenuhi syarat tersebut.

Sudut minimal untuk elevation mask 10 derajat dari horison.

Integritas signal GPS harus selalu dipantau.

Dilakukan kalibrasi terhadap peralatan penentuan posisi yang digunakan
serta dilakukan pengecekan paling sedikit seminggu sekali selama survei.
Pengecekan dilakukan dengan kondisi alat tetap pada posisinya.
TERBATAS
6
7.
Sarana Navigasi dan Obyek-Obyek Penting
Posisi alat bantu navigasi tetap, sarana navigasi apung, garis pantai dan fitur
topografis penting (seperti gosong, bagan ikan dsb.) harus diikatkan dalam kerangka
kontrol horisontal yang telah dibuat (datum DGN-95). Pengukuran posisi horisontal
menggunakan metode pengukuran GPS pada ketelitian seperti pada tabel 2.
8.
Pemeruman dengan menggunakan Singlebeam Echosounder
Sebelum pelaksanaan pemeruman harus dibuat rencana lajur utama dan lajur
silang.
Berikut ini adalah kriteria pemeruman untuk singlebeam echosounder.

Lajur utama satu dengan yang lainnya paralel, sedapat mungkin tegak
lurus garis pantai dan interval adalah 1cm skala survei.

Jarak antar lajur silang adalah 10 kali lebar lajur utama dan membentuk
sudut antara 60O sampai 90O terhadap lajur utama. Dan lajur silang tambahan
bisa ditambahkan pada daerah yang direkomendasikan atau terdapat keraguraguan.
9.
Pengamatan Pasang Surut
Pengamatan pasang surut pada kegiatan survei hidrografi bertujuan untuk
menentukan bidang acuan kedalaman (muka surutan), analisa serta menentukan
reduksi hasil pemeruman, dengan ketentuan sebagai berikut :

Dilaksanakan dengan menggunakan palem atau tide gauge yang lain.

Pengamatan mencakup area survei batimetri.

Untuk keperluan analisa dan peramalan lama pengamatan tidak boleh
kurang dari 29 hari dengan interval pengamatan maksimal 60 menit, jika
perubahan
ketinggian air berjalan dengan cepat dan amplitudo airnya besar,
interval pengamatan dapat ditingkatkan.

Untuk keperluan reduksi data pemeruman, pengamatan dilakukan selama
pemeruman berlangsung.
TERBATAS
7

Satuan pengukuran dalam cm. dengan total kesalahan pengukuran tidak
melebihi 5 cm untuk orde khusus dan tidak melebihi 10 cm untuk orde yang lain
pada tingkat kepercayaan 95%.

Nilai ketinggian merupakan rata-rata sampel ketinggian yang diambil
minimum tiga puluh detik pengamatan berpusat di waktu pengamatan (misalnya:
15 detik sebelum sampai 15 detik setelah waktu pengamatan).

Bidang acuan tinggi muka laut harus diikatkan pada benchmark terdekat
dengan leveling orde dua.

Untuk keperluan koreksi kedalaman dibuat co-tidal charts daerah survei.

Konstanta pasut dihitung dengan menggunakan metode admiralty atau
perataan kuadrat terkecil (least square adjustment) .
10.
Pengambilan sampel dasar laut
Hal-hal yang harus dipenuhi dalam pengambilan sampel dasar laut adalah :

Pemilihan alat sampling harus bisa memenuhi tujuan pengambilan sampel
yaitu untuk mengetahui jenis material dasar laut di daerah survei. Misalnya
dilakukan dengan grabing yaitu mengambil sample dengan menggunakan grab
sampler atau peralatan yang lain, pengamatan profil dasar laut serta survei gaya
berat laut.

Pada perairan dengan kedalaman kurang dari 200 m jarak antar titik
pengambilan sampee adalah 10 kali interval antar lajur perum utama. Kepadatan
bisa ditingkatkan untuk daerah-daerah yang sering digunakan untuk lego jangkar
dan daerah yang direkomendasikan.
11.
Pengukuran Sifat Fisik Air Laut

Pengukuran ini dilaksanakan dengan tujuan untuk menentukan dan
memastikan ada atau tidaknya perubahan sifat fisik tersebut pada media, dimana
gelombang bunyi dipancarkan sehingga ada kemungkinan terjadi perubahan
kecepatan gelombang bunyi selama penjalarannya serta memberikan informasi
tambahan mengenai parameter-parameter tersebut di daerah survei.
TERBATAS
8

Pengukuran sifat fisik air laut meliputi pengukuran konduktivitas,
temperatur, kecerahan dan tekanan.

Pengukuran dilakukan dengan menggunakan alat pengukur Conductivity
Temperature Depth (CTD) meter atau Sound Velocity Profile (SVP)
12.
Pengamatan Arus

Pengamatan arus meliputi pengamatan kecepatan dan arah arus di
daerah-daerah seperti gerbang pelabuhan, terusan, daerah-daerah yang sering
digunakan untuk
tempat lego jangkar serta daerah laut dan pantai yang
diperkirakan arusnya dapat membawa pengaruh pada navigasi permukaan.

Pengamatan
dilakukan
dengan
menggunakan
currentmeter
pada
kedalaman antara 3-10 m di bawah permukaan air diharapkan 29 hari atau lebih
dan minimal 15 hari pengamatan dengan interval tidak lebih dari satu jam.

Kecepatan dan arah arus diukur dengan satuan ketelitian bacaan 0.1 knot
dan 10 derajat

Pengamatan arus dilakukan bersamaan pengamatan pasut
Download