Sejarah Singkat Desa kalitorong Sejarah Kalitorong / Sungai Torong Sungai Torong / kalitorong dari hulu sungai comal di daerah Mejagong, kemudian mengalir ke hilir mulai dari Penusupan , Kemiri sewu lodaya, Tanah baya, Mangli dan berakhir di sebuah kawasan desa hilir yang sekarang di kenl dengan Desa Kalitorong. Adapun aliran sungai yang mengalir dari pecahan kali /sodetan kali di Mejagong ini yang di sebut juga Kalitorong.. adapun kisah dari yang berkembang di tengah masyarakat , antara lain : 1. Aliran sungai mengalir membelah daerah daerah pemukiman Desa sehingga masyarakat tradisional kerap mengatakan “ Kaline Ntlorong” ( sungai yang membidik/aliran sungai nya seperti dibidik dengan tongkat ). 2. Kebiasaan masyarakat Tradisioanal kawasan pemukiman kali dahulu menangkap ikan dengan cara di “ Tlorong “ dibidik dengan tombak. 3. Kerap kali para pejuang pada masa penjajahan baik Jepang atau Belanda dengan pejuang lain di sekitar kecamatan Randudongkal dengna menggunakan aliran sungai / kawasan ini ( Kalitorong ) sebagai jalur penghubung , berkomunikasi , berkirim kabar, mengirim keperluan konsumsi,mengadakan pertemuan dan berdakwah,mengatur strategi perang yang dipimpin oleh para ulama yang salah satunya di kenal dengan mbah Jongke.yang makam nya di ketahui sekarang di sebuah kawasan sepadan sungai yang juga di kenl dan di sebut dengan kawasan jongke antara desa Tanahbaya dan Kalimas Kecamatan Randudongkal. Dari 3 Tafsiran diatas di ketahui memang ada semacam hubungan dan keterkaitan satu sama lain,tapi yang jelas masyarakat tradisional setemapat,dahulu menggunakan aliran Kali Kalitorong ini untuk semua aspek kegiatan,baik Ekonomi,Pertanian,dan jalur penghubung Perjuangan dan dakwah /jalur penyebaran agama islam. Sejarah dan latar belakang adanya Desa Kalitorong tahun 1700 – 1900 m Pada masa masa Penjajahan belanda dahulu serta di ketahui bahwa banyak pejuang,masyarakat sipil Tradisional yang lebih suka menggunakan aliran / jalur aliran sungai untuk saling berinteraksi dan berhubungan selain karna faktor keamanan,aliran sungai pada masa dulu kala adalah berfungsi sebagai tempat penghidupan dengan banyaknya warga yang mencari ikan,udang,kerang sungai,bahkan bercocok tanam di sekitar daerah aliran sungai karena subur. Pada Pembahasan sebelumnya sudah memeparkan bahwa desa Kalitorong antara asal muasal aliran sungai dengan adanya keberadaan komunitas masyarakat sekitar aliran sungai,yang adapun daerah daerah itu adlah penusupan,Kemiri sewu,lodaya,Tanahbaya,Mangli dan kalitorong. Berdasarkan dari sumber para tetua/Tokoh masyarakat,tokoh sejarah desa ataupun para penerusnya yang mempunyai pengetahuan seputar kawasan desa Kalitorong salah satu diantaranya mbah rasmani,Mbah Kayat,Bapak Kosim,Bapak Wachiri beliau mempunyai latar belakang tentang adanya kalitorong. Asal Muasal Nama Desa kalitorong Seperti kisah yang sebelum nya. Ada nya penamaan kawasan penduduk atau yang sekarang disebut desa Exsistensi dalam hal ini dengan desa Kalitorong, erat kaitan nya dengan adanya dan terdapat nya aliran sungai Kalitorong. Pada bagian lain banyak pemahaman yang berkembang di tengah masyarakat lokal entang perekonomian desa ini. Dari yang mulai berpendapat bahwasanya orang dahulu ( warga lokal ) banyak yang menanan buah terong sampai kali yang membelah kawasan pemukiman warga. Adapun referensi dari para tokoh lokal pelaku sejarah. Bahwa sejrah penamaan desa ini ( kalitorong ) tidak lepas dari eksistensi sungai ( kalitorong )yang memang secara kebetulan membelah kawasan wilayah pemukiman penduduk.sisi timur( blok wetan) dan sisi barat (blok kulon) Alasan kawasan desa ini disebut atau dinamakan Desa Kalitorong karena * Gambaran secara Umum Desa Kalitorong secara Keseluruhan mempunyai luas wilayah + 178.760 Ha dengan bentang wilayah yang cukup luas yang berbatasan antar kecamatan.adapun batas – batas wilayah desa Kaliorong adalah : - Utara Desa Kejene - Timur Desa sambeng Kecamatan Bantarbolang - Selatan Desa Mangli - Barat Desa Kalimas Dari data kependudukan serta statistik warga pada tahun 2016 , penduduk kalitorong mencapai 5276 jiwa dan mempunyai 1603 KK, dengan jumlah 21 RT dan 04 RW. Wilayah ny yang dialiri banyak anak sungai menjadikan kawasan nya subur dan sangat cocok untuk pertanian terbukti 80% warga nya per 2016 tercatat sebagai petani.