KLARIFIKASI PERDA YANG DISKRIMINATIF GENDER OLEH: MAHARANI SOFIATY (BIRO HUKUM KEMENDAGRI) DISAMPAIKAN DALAM ACARA KPP PA, RABU, TGL19 MARET 2014 BERTEMPAT HOTEL MIRAH BOGOR KEWENANGAN PEMERINTAHAN DAERAH mengatur & mengurus sendiri urusan pemerintahan berdasarkan asas otonomi & tugas pembantuan Mengatur: mengamanatkan daerah untuk mengelola semua potensi daerah dalam membuat PERDA Tolok ukur Perda: Tidak boleh bertentangan dengan peraturan per-UU-an yang lebih tinggi & Tidak boleh bertentangan Kepentingan umum PEMBINAAN & PENGAWASAN PERDA 1. Preventif berupa evaluasi terhadap Ranperda 2. Represif berupa klarifikasi terhadap Perda KLARIFIKASI ???? DEFINISI KLARIFIKASI MEKANISME KLARIFIKASI Jika Pemda tidak melaksanakan hasil klarifikasi MDN mengusulkan kepada Presiden untuk pembatalan dengan Perpres. OUTPUT KLARIFIKASI LATAR BELAKANG MUNCULNYA KEBIJAKAN YANG DISKRIMINASI Tujuan awal ingin melindungi perempuan dari kejahatan (pencegahan maksiat,pelacuran), tapi perempuanlah yang menjadi korbannya yg menyebabkan diskriminasi 2. Faktor sosiologis, adat istiadat/budaya dan agama 3. Faktor politik (pencitraan kepala daerah dengan perempuan sbg simbol dari suatu agama tertentu) 4. Kurangnya keterwakilan perempuan dalam politik dan hukum yang memahami materi muatan yang RG 1. DASAR HUKUM YANG MENCEGAH KELUARNYA KEBIJAKAN DISKRIMINASI DI DAERAH DASAR HUKUM UNTUK MELAKSANAKAN KLARIFIKASI PERDA YANG DISKRIMINATIF GENDER UUD 1945 UU Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemda PP 79 Tahun 2005 Tentang Pengawasan Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemda UU Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Perundangundangan UU no. 7 Tahun 1984 : Cedaw UU no. 39 Tahun 1999 : HAM UU no. 23 Tahun 2003 ; Perlindungan Anak UU No. 12 Tahun 2011 ttg PPP PP No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Permendagri Nomor 67 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Permendagri Nomor 15 Tahun 2008 Tentang Pedoman Umum Pelaksanaan PUG Di Daerah Permendagri Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah Peraturan Bersama MENKUMHAM DAN MENDAGRI NO. 77/2012 Tentang Parameter Ham Dalam Pembentukan Produk Hukum Daerah 6 UUD 32/2004 Ps. 28 huruf a Kepala daerah dan wakil kepala daerah dilarang membuat keputusan yang secara khusus memberikan keuntungan bagi diri, anggota keluarga, kroni, golongan tertentu, atau kelompok politiknya yang bertentangan dengan peraturan peruuan, merugikan kepentingan umum&meresahkan sekelompok masyarakat, atau mendiskriminasikan warga negara dan/atau golongan masyarakat lain Ps. 136 ayat (4) & Penjelasannya UUD 32/2004 Perda dilarang bertentangan dengan kepentingan umum dan/atau peraturan peruuan yang lebih tinggi bertentangan dengan kepentingan umum adalah kebijakan yang berakibat terganggunya kerukunan antar warga masyarakat, terganggunya pelayanan umum, dan terganggunya ketenteraman/ketertiban umum serta kebijakan yang bersifat diskriminatif UU Nomor 7 Tahun 1984 tentang Pengesahan Konvensi Mengenai Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan Diskriminasi adalah setiap pembedaan, pengabaian atau pembatasan, yang dilakukan atas dasar jenis kelamin antara laki-laki & perempuan, yang menyebabkan, mempengaruhi atau bertujuan mengurangi ataupun meniadakan pengakuan, penikmatan atau penggunaan hak asasi manusia dan kebebasan pokok di bidang poleksosbud, sipil atau apapun lainnya oleh perempuan, terlepas dari status perkawinan mereka, atas dasar kesetaraan antara laki-laki dan perempuan Pasal 1 angka 3 UU Nomor 39 Tahun 1999 tentang HAM Diskriminasi adalah setiap pembatasan, pelecehan, atau pengecualian yang langsung ataupun tidak langsung didasarkan pada pembedaan manusia atas dasar agama, suku, ras, etnik, kelompok, golongan, status sosial, status ekonomi, jenis kelamin, bahasa, keyakinan politik, yang berakibat pengurangan, penyimpangan atau penghapusan, pelaksanaan atau penggunaan hak asasi manusia dan kebebasan dasar dalam kehidupan baik individual maupun kolektif dalam bidang polekhuksosbud & aspek kehidupan lainnya PERATURAN BERSAMA MENKUMHAM DAN MENDAGRI NO. 77/2012 TENTANG PARAMETER HAM DALAM PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH Parameter HAM adalah ukuran nilai-nilai HAM yang dimuat dalam pembentukan produk hukum daerah Tolak ukur pembentukan produk hukum daerah : 1. Non Diskriminasi 2. Kesetaraan gender Langkah praktis dan strategis untuk menciptakan & mewujudkan peraturan-peruuan yang materi muatannya sensitif dan responsif gender 3. Pembagian Urusan Pemerintahan 4. Ketentuan Peraturan Peruuan BATASAN DALAM MENYUSUN PERDA Pasal 10 ayat (1) dan ayat (3) UU Nomor 32 Tahun 2004 yang menyatakan bahwa Pemerintahan daerah menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangannya, sedangkan urusan agama merupakan kewenangan pemerintah pusat. Pasal 14 UU Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Peruuan menyatakan bahwa materi muatan Peraturan Daerah: 1. penyelenggaraan Otda dan TP 2. menampung kondisi khusus daerah dan/atau 3. penjabaran lebih lanjut Peraturan Peruuan yang lebih tinggi KEBIJAKAN DAERAH YANG DISKRIMINASI 1. diskriminatif secara langsung terhadap perempuan 2. diskriminatif secara tidak langsung terhadap perempuan 3. kebijakan daerah menyangkut pengaturan tentang agama, yang sesungguhnya mrpkn kewenangan pusat dan telah berdampak pada pembatasan kebebasan tiap warga negara untuk beribadat menurut keyakinannya & mengakibatkan pengucilan kelompok minoritas KATEGORI SCR LANGSUNG DISKRIMINATIF TERHADAP PEREMPUAN & ANAK: 1.kriminalisasi perempuan 2.kontrol terhadap tubuh perempuan KATEGORI SCR TIDAK LANGSUNG DISKRIMINATIF TERHADAP PEREMPUAN & ANAK : Tidak menyebutkan secara langsung perempuan & anak sebagai pelaku perbuatan dalam peraturan daerah, tetapi memberikan dampak kepada perempuan & anak sebagai korbannya. PROBLEMATIK PERDA DISKRIMINASI Secara materi muatannya tidak selaras dengan peraturan perundangundangan yang lebih tinggi dan berpontensi melahirkan diskriminasi terhadap kelompok minoritas di suatu daerah tertentu Secara prosedural pembentukannya tidak memenuhi asas pembentukan peruuan BEBERAPA CONTOH MATERI MUATAN PERDA DISKRIMINASI TERHADAP PEREMPUAN&ANAK Ps. 13, Qanun Provinsi NAD Nomor 11 Tahun 2002 tentang Pelaksanaan Syariat Islam Bidang Aqidah, Ibadah dan Syi’ar Islam (1) Setiap orang Islam wajib berbusana Islami (2)Pimpinan instansi pemerintah, lembaga pendidikan badan usaha dan atau institusi masyarakat wajib membudayakan busana Islami di lingkungannya. Ps. 6, Peraturan Bupati Aceh Barat Nomor 5 Tahun 2010 tentang Busana Muslim dan Muslimah Busana bagi masyarakat baik dalam lingkungan pekarangan rumah/santai/pengajian/ibadah dan pesta bagi perempuan adalah gaun terusan yang longgar (gamis); baju blus/jas dengan rok panjang tanpa belahan; baju kurung dengan rok panjang tanpa belahan; baju kurung dengan kain sarung; baju kebaya dengan kain sarung; baju blus panjang selutut dengan celana panjang yang longgar; baju blus/kaus panjang selutut dengan celana panjang yang longgar dan serasi; semua alternatif busana baju perempuan di atas tetap disertai dengan menggunakan kerudung/jilbab”. LANJUTAN Ps. 5 Perda Kab. Bulukumba No 5 Tahun 2003 Ttg Berpakaian Muslim Dan Muslimah Di Kabupaten Bulukumba Setiap Karyawan/ Karyawati mahasiswa/ mahasiswi dan siswa Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) atau Madrasah Aliyah (MA) serta pelajar Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) atau Madrasah Tsanawiyah (MTS) yang beragama Islam diwajibkan berbusana Muslim dan Muslimah, sedangkan bagi warga masyarakat umum yang beragama Islam adalah bersifat himbauan. Lahir Perda sejenis lebih kurang 28 buah CARA MENGATUR BERBUSANA Ditujukan kepada setiap orang baik laki-laki dan perempuan untuk berbusana sopan. (Berbusana sopan artinya tidak mempertontonkan tubuh seseorang. Busana sepatutnya membantu kita mengungkapkan jati diri seseorang dan bukannya memamerkan bentuk tubuh. Cara seseorang berbusana menginformasikan kepada orang lain bagaimana seharusnya memperlakukan diri sendiri, apakah ingin dihormati sebagai seorang pribadi atau sebagai tontonan belaka) Berbusana sopan dengan berpedoman kepada ajaran masingmasing keyakinan agama yang dianut. Pengecualian penggunaan busana pada saat-saat tertentu dengan tetap memperhatikan norma kesopanan dan adat ketimuran bangsa Indonesia. Tidak memberikan penekanan kepada salah satu kelamin tertentu sebagai pencetus terjadinya kejahatan. BEBERAPA CONTOH MATERI MUATAN PERDA DISKRIMINASI TERHADAP PEREMPUAN&ANAK Ps. 6, Perda Prov. Gorontalo No 10/2003 ttg Pencegahan Maksiat 1. Setiap perempuan dilarang berjalan sendirian atau berada diluar rumah tanpa ditemani muhrimnya pada selang waktu pukul 24.00 sampai dengan pukul 04.00, kecuali dengan alasan yang dapat dipertanggungjawabkan. 2.Setiap perempuan ditempat umum wajib berbusana sopan. 3.Dilarang menyelenggarakan pemilihan atau lomba kecantikan yang menampilkan perempuan dengan busana yang minim dan atau ketat. LANJUTAN 1.Ps. 1 angka 6 Perda Kota Tanggerang No 8/ 2005 tentang Pelarangan Pelacuran Pelacur adalah setiap orang baik ataupun wanita yang menjual diri kepada umum untuk melakukan hubungan seksual di luar pernikahan. 2.Ps. 1 angka 25 Perda Kab. Rokan Hulu No 1/2009 Tentang Pelarangan Dan Penertiban Penyakit Masyarakat Warung remang-remang adalah tempat menjual minuman beralkohol yang dapat memabukan serta menyediakan pelayan wanita yang berpakaian seksi dengan penerangan lampunya redup secara sengaja. LANJUTAN Ps.6 Perda Kota Padang Panjang Nomor 3/2004 tentang Pencegahan, Pemberantasan dan Penindakan Penyakit Masyarakat 1. Setiap perempuan dilarang memakai atau mengenakan pakaian yang dapat merangsang nafsu birahi laki-laki yang melihatnya di tempat umum atau di tempat-tempat yang dapat dilalui/dilintasi oleh umum kecuali pada tempattempat yang telah ditentukan. 2.Pakaian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini mempunyai ciri-ciri: a. memperlihatkan bagian tubuh mulai dari lutut sampai dada; dan b.ketat atau transparan sehingga memperjelas lekukan tubuh. LANJUTAN Ps.9 ayat (4), PerdaKota Padang Panjang Nomor 3 Tahun 2004 tentang Pencegahan, Pemberantasan dan Penindakan Penyakit Masyarakat Setiap pengusaha restoran, rumah makan, dilarang menyediakan tempat dan melayani orang menyantap makanan dan minuman pada siang hari selama bulan ramadhan. LANJUTAN Ps. 11, Perda Kab. Solok No. 10/2001 ttg Pandai Baca Huruf Alquran Bagi Murid SD, Siswa SLTP& Siswa SLTA serta Calon Pengantin Bagi setiap tamatan SD dan/atau SLTP yang akan melanjutkan pendidikan pada jenjang pendidikan berikutnya, ternyata tidak mampu membaca huruf Alquran dengan baik dan benar dan/atau tidak memiliki sertifikat pandai baca huruf Alquran, maka yang bersangkutan tidak/belum dapat diterima pada jenjang pendidikan tersebut. LANJUTAN Ps. 5 ayat (1) Peraturan Daerah Kabupaten Musi Banyuasin Nomor 13 Tahun 2005 tentang Larangan Maksiat Dalam Kabupaten Musi Banyuasin Setiap orang sebagaimana dimaksud pada pasal 3 dilarang bagi wanita, berpakaian minim terbuka pada bagian tubuh mulai dari dada sampai lutut dan berpakaian transparan sehingga terlihat jelas bagian–bagian tubuh dari luar pakaian itu di tempat umum . PERDA DISKRIMINASI YANG DILAKUKAN KLARIFIKASI OLEH KEMENDAGRI 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Perda Kota Bandung No. 23 Tahun 2012 ttg Wajib Belajar Diniyah Takmiliyah Perda Kabupaten Tasikmalaya No. 10 Tahun 2012 ttg Pendidikan Keagamaan Islam Di kabupaten Tasikmalaya Perda Kota Gorontalo No. 6 Tahun 2012 ttg Kewajiban Baca Tulis Alquran bagi Masyarakat Yang Beragama Islam. Perda Kota Tasikmalaya No. 12 Tahun 2009 ttg Pembangunan Tata Nilai Kehidupan Kemasyarakatan Yang Berlandaskan Pada Ajaran Islam dan Norma-Norma Sosial Masyarakat Tasikmalaya. Perda Kabupaten Musi banyuasin No. 13 Tahun 2005 tentang Larangan Maksiat Dalam Kabupaten Musi Banyuasin Perda Kota Tanggerang No 8 Tahun 2005 tentang Pelarangan Pelacuran Perda Provinsi Gorontalo No. 10 Tahun 2003 ttg Pencegahan Maksiat SOLUSI MENGURANGI MUNCULNYA PERDA YANG DISKRIMINASI Perlunya parameter kesetaraan gender (PKG) sbg landasan hukum bagi pembentukan Perda agar mengetahui tolok ukur penyusunan peraturan yg responsif gender&anak. 2. Meningkatkan pemahaman para pembentuk peraturan (eksekutif,legislatif) & legal drafting terhadap materi muatan peraturan & batas kewenangan agar peraturan menjadi responsif HAM & gender 3. Perlunya pembinaan & pengawasan terhadap peraturan daerah 1. DAMPAK PERDA TIDAK TERTIB REGULASI 27 Th 2002 – 2009 dibatalkan 1878 perda Tahun 2010 diklarifikasi 3000 perda terdapat 407 perda bermasalah Tahun 2011 diklarifikasi 9000 perda terdapat 239 Perda bermasalah Tahun 2012 diklarifikasi 3000 perda terdapat 173 perda bermasalah Tahun 2013 diklarifikasi 2500 perda, terdapat 215 perda bermasalah. Tahun 2014 diklarifikasi 2500 perda, baru diklarifikasi 625 &terdapat 38 perda bermasalah. TERIMA KASIH MAHARANI SOFIATY, SH, MHUM Hp: 081806398163 Email: [email protected] 28