Revolusi hijau ( Green Revoulution) yang diperkenalkan awal tahun

advertisement
I. Perkembangan Tanaman Rekayasa Genetika (Genetically Modified
Organism)
Revolusi hijau ( Green Revolution) yang diperkenalkan awal tahun 1960an
yang dianggap sebagai langkah baru dalam dunia pertanian yang ditandai dengan
perbaikan bercocok tanam seperti penggunaan bibit unggul, prnggunaan pupuk
yang sesuai, pemberantasan hama dan penyakit yang lebih intensif serta berbagai
tindakan lainnya, memungkinkan peningkatan produksi pangan yang berasal dari
tanaman pangan di seluruh dunia. Pada tahun 1984 oleh Food and Agriculture
Organization (FAO), Indonesia diakui telah berswasembada beras berkat revolusi
hijau. Dengan demikian pada saat itu kekhawatiran akan terjadinya krisis pangan
khususnya di Indonesia sebagai akibat dari tidak seimbangnya antara bahan
makanan pokok dengan jumlah penduduk dapat diatasi. Tetapi sekitar tahun 1987,
swasembada beras tersebut telah berakhir.
Akibat dari pembangunan fisik yang terus dikembangkan,lambat laun
faktor-faktor-faktor produksi pertanian seperti lahan produktif semakin banyak
terkonversi menjadi lahan non pertanian. Menurut Brown dan Kane dalam FG
Winarno(2007) meramalkan bahwa di seluruh dunia akan terjadi kecenderungan
penurunan produksi padi-padian secara drastis yang diakibatkan oleh semkain
mengecilnya lahan yang tersedia untuk kegiatan pertanian per orang dan di sisi
lain kecenderungan pertambahan jumlah penduduk dunia.
Menurut Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO) dari sekitar 6
milyar penduduk dunia,sebanyak 830 juta diantaranya mengalami kekurangan
pangan. Ironisnya, produk biji-bijian pangan justru melimpah, 18% lebih banyak
daripada yang dikonsumsi untuk manusia dan ternak setiap tahun. Hampir empat
perlima dari mereka yang kelaparan hidup di daerah pedesaan dan hidup dari hasil
pertanian. Ironi ini pernah dikemukakan oleh Amartya Sen, pemenang hadiah
Nobel Perdamaian tahun 1999 dalam bukunya Development as Freedom yaitu
bahwa kelaparan justru terjadi pada saat terjadi surplus pangan di dunia.
Kasus gizi buruk yang terjadi di beberapa negara dapat menjadi pertanda
terjadinya krisis pangan. Berdasarkan data UNICEF, di Indonesia ada sekitar 1,3
juta jiwa balita yang masuk kategori rawan gizi serta terdapat sedikitnya 19 juta
penduduk miskin yang sulit untuk mendapatkan pangan yang cukup bergizi dan
seimbang. Diperkirakan setiap lima detik seorang anak di bawah usia 10 tahun di
dunia meninggal karena kelaparan dan lebih dari dua miliar penduduk dunia
menderita kekurangan gizi mikro. Selain itu, gejala krisis pangan lainnya adalah
ancaman kenaikan harga pangan dunia akibat krisis ekonomi yang melanda dunia
saat ini. Seperti krisis ekonomi di Amerika Serikat yang sudah mempengaruhi
perekonomian dunia dan saat ini telah berimbas kepada perekonomian di
Indonesia.
Perbaikan dan peningkatan kualitas produksi pertanian (intensifikasi)
untuk beberapa tahun yang lalu masih signifi-kan, karena ketersediaan sumber
daya alam dan teknologi pertanian cukup memadai dan berimbang dengan
ketersedia-an lahan dan peningkatan jumlah penduduk. Keadaan ini sulit untuk
dipertahankan dimasa akan datang, kecuali ada pendekatan baru yang menawarkan ide dan teknik untuk meningkatkan produktifitas pertanian. Penggunaan
rekayasa genetika memiliki potensi untuk menjadi problem solving dari ancaman
krisis pangan tersebut.
Dengan segala kekurangannya rekayasa genetik
diharapkan dapat membantu mengatasi permasalahan pembangunan pertanian
yang tidak lagi dapat dipecahkan secara konven-sional. Salah satu produk dari
rekayasa genetika adalah tanaman transgenik . Perakitan tanaman transgenik dapat
diarahkan untuk memperoleh tanaman yang memiliki produksi tinggi, nutrisi dan
penampilan mempunyai kualitas yang baik maupun resisten terhadap hama,
penyakit dan lingkungan. Fragmen DNA organisme manapun melalui teknik
rekayasa genetika dapat disisipkan ke genom jenis lain bahkan yang jauh
hubungan kekerabatannya. Pemindahan gen ke dalam genom lan tidak mengenal
batas jenis maupun golongan organisme.
II. Tanaman Transgenik dan Jenisnya
Apakah transgenik itu? Transgenik terdiri dari kata trans yang berarti
pindah dan gen yang berarti pembawa sifat. Jadi transgenik adalah memindahkan
gen dari satu makhluk hidup kemakhluk hidup lainnya, baik dari satu tanaman
ketanaman lainnya, atau dari gen hewan ke tanaman. Transgenik secara definisi
adalah the use of gene manipulation to permanently modify the cell or germ cells
of organism (penggunaan manipulasi gen untuk mengadakan perubahan yang
tetap pada sel makhluk hidup). Teknologi transgenik atau kloning juga dilakukan
pada dunia peternakan, separti domba dolly yang diambil dari gen sel ambing susu
domba yang ditransplantasikan ke sel telurnya sendiri. Pada ikan-ikan teleostei,
menghasilkan ikan yang resisten terhadap pembusukan dan penyakit.
Tanaman transgenik pertama kalinya dibuat tahun 1973 oleh Herbert
Boyer dan Stanley Cohen. Pada tahun 1988 telah ada sekitar 23 tanaman
transgenik, pada tahun 1989 terdapat 30 tanaman, pada tahun 1990 lebih dari 40
tanaman. Secara sederhana tanaman transgenik dibuat dengan cara mengambil
gen-gen tertentu yang baik pada makhluk hidup lain untuk disisipkan pada
tanaman, penyisipaan gen ini melalui suatu vector (perantara) yang biasanya
menggukan bakteri Agrobacterium tumefeciens untuk tanaman dikotil atau
partikel gen untuk tanaman monokotil, lalu diinokulasikan pada tanaman target
untuk menghasilkan tanaman yang dikehendaki. Tujuan dari pe-ngembangan
tanaman transgenik ini diantaranya adalah
1. menghambat pelunakan buah (pada tomat).
2. tahan terhadap serangan insektisida, herbisida, virus.
3. meningkatkan nilai gizi tanaman, dan
4. meningkatkan kemampuan tanaman untuk hidup pada lahan yang ektrem
seperti lahan kering, lahan keasaman tinggi dan lahan dengan kadar garam
yang tinggi.
Melihat potensi manfaat yang disumbangkan, pendekatan bioteknologi
dipandang mampu menyelesaikan problematika pangan dunia terutama di negaranegara yang sedang berkembang seperti yang sudah dilakukan di negara-negara
maju (Winarno dan Agustina,2007)
Antara tahun 1996-2001 telah terjadi peningkat an yang sangat dramatis
dalam adopsi atau penanaman tanaman GMO (Genetically Modified Organism) di
seluruh dunia. Daerah penanaman global tanaman transgenik meningkat dari
sekitar 1,7 juta ha pada tahun 1996 menjadi 52,6 juta ha pada tahun 2001.
Peningkatan luas tanam GMO tersebut mengindikasikan semakin banyaknya
petani yang menanam tanaman ini baik di negara maju maupun di
negara
berkembang. Sebagian besar tanaman transgenik ditanam di negara-negara maju.
Amerika Serikat sampai sekarang merupakan negara produsen terbesar di dunia.
Pada tahun 2001, sebanyak 68% atau 35,7 juta ha tanaman transgenik ditanam di
Amerika Serikat.
Sampai saat ini, kedelai merupakan produk GMO terbesar yaitu 33,3 juta
ha atau sekitar 63% dari seluruh tanaman GMO. Kedelai tahan herbisida banyak
ditanam di AS, Argentina, Kanada, Meksiko, Rumania dan Uruguay. Jagung
merupakan tanaman GMO terbesar kedua yang ditanam yaitu seluas 9,8 juta ha
sedangkan luas tanaman kapas GMO yang ditanam adalah sekitar 6,8 juta ha .
Sifat yang terdapat dari tanaman GMO pada umumnya adalah resisten terhadap
herbisida, pestisida, hama serangga dan penyakit serta untuk meningkatkan nilai
gizi seperti yang terlihat di tabel di bawah ini.
No Tujuan Rekayasa Genetika
Contoh Tanaman
1
Tomat
Menghambat pematangan dan
pelunakan buah
2
Tahan terhadap serangan insektisida
Tomat, kentang, jagung
3
Tahan terhadap serangan ulat
Kapas
4
Tahan terhadap insekta dan virus
Kentang
5
Tahan terhadap virus
Squash, Pepaya
6
Tahan terhadap insekta dan herbisida
Jagung, Padi, Kapas dan Canola
7
Toleran terhadap herbisida
Kedelai, Canola, Kapas, Jagung,
8
Perbaikan komposisi nilai gizi
Canola (high laurate oil), Kedelai
(high oleid acid oil), Padi (high
beta-carotene)
a. Tanaman Transgenik Tahan Kekeringan
Tanaman tahan kekeringan memiliki akar yang sanggup menembus tanah
kering, kutikula yang tebal sehingga mengurangi kehilangan air dan kesanggupan
menyesuaikan diri dengan garam di dalam sel. Tanaman toleran terhadap
kekeringan ditransfer dari gen kapang yang mengeluarngkan enzim trehalose.
Tembakau adalah salah satu tanaman yang dapat toleran terhadap suasana
kekeringan.
b. Tanaman Transgenik Resisten Hama
Bacillus thuringiensis menghasilkan protein toksin sewaktu terjadi
sporulasi atau saat bakteri memberntuk spora. Dalam bentuk spora, berat toksin
mencapai 20% dari berat spora. Apabila larva serangga memakan spora, maka di
dalam alat pencernaan larva serangga tersebut, spora bakteri pecah dan
mengeluarkan toksin. Toksin yang masuk ke dalam membran sel alat pencernaan
larva mengakibatkan sistem pencernaan tidak berfungsi dengan baik dan pakan
tidak dapat diserap sehingga larva mati. Dengan membiakkan Bacillus
thuringiensis kemudian diekstrak dan dimurnikan, makan akan diperoleh
insektisida biologis (biopestisida) dalam bentuk kristal. Pada tahun 1985 dimulai
rekayasa gen dari Bacillus thuringiensis dengan kode gen Bt toksin (Winarno dan
Agustina ,2007)
Tanaman tembakau untuk pertama kali merupakan tanaman transgenik
pertama yang menggunakan gen BT toksin. Jagung juga telah direkayasa dengan
menggunakan gen Bt toksin, tetapi diintegrasikan dengan plasmid bakteri
Salmonella parathypi yang menghasilkan gen yang menonaktifkan ampisilin.
Pada jagung juga direkayasa adanya resistensi herbisida dan resistensi insektisida
sehingga tanaman transgenik jagung memiliki berbagai jenis resistensi hama
tanaman. Gen Bt toksin juga direkayasa ke tanaman kapas, bahkan multiplegene
dapat direkayasa genetika pada tanaman transgenik. Toksin yang diproduksi
dengan tanaman transgenik menjadi nonaktif apabila terkena sinar matahahari,
khususnya sinar ultraviolet
c. Tanaman Transgenik Resisten Penyakit
Perkembangan
yang
signifikan
juga
terjadi
pada
usaha
untuk
memproduksi tanaman transgenik yang bebas dari serangan virus. Dengan
memasukkan gen penyandi tanaman terselubung (coat protein) Johnson grass
mosaic poty virus (JGMV) ke dalam suatu tanaman, diharapkan tanaman tersebut
menjadi resisten apabila diserang oleh virus yang bersangkutan. Potongan DNA
dari JGMV, misalnya daRi protein terselubung dan protein nuclear inclusion body
(Nib) mampu diintegrasikan pada tanaman jagung dan diharapkan akan
menghasilkan tanaman transgenik yang bebas dari serangan virus. Virus JGMV
menyerang beberapa tanaman yang tergolong dalam famili Graminae seperti
jagung dan sorgum yang menimbulkan kerugian ekonomi yang cukup besar.
Gejala yang ditimbulkan dapat diamati pada daun berupa mosaik, nekrosa atau
kombinasi keduanya. Akibat serangan virus ini, kerugian para petani menjadi
sangat tinggi atau bahkan tidak panen sama sekali.
III. Contoh Tanaman yang telah Menggunakan Teknologi Rekayasa
Genetika
Berikut ini disajikan berbagai tanaman hasil rekayasa genetika dan
keunggulannya dibandingkan dengan tanaman biasa yang sejenis
a. Kedelai Transgenik
Kedelai merupakan produk Genetically Modified Organism terbesar yaitu
sekitar 33,3 juta ha atau sekitar 63% dari total produk GMO yang ada. Dengan
rekayasa genetika, dihasilkan tanaman transgenik yang tahan terhadap hama,
tahan terhadap herbisida dan memiliki kualitas hasil yang tinggi. Saat ini secara
global telah dikomersialkan dua jenis kedelai transgenik yaitu kedelai toleran
herbisida dan kedelai dengan kandungan asam lemak tinggi
b. Jagung Transgenik
Di Amerika Serikat, komoditi jagung telah mengalami rekayasa genetika
melalui teknologi rDNA, yaitu dengan memanfaatkan gen dari bakteri Bacillus
thuringiensis (Bt) untuk menghindarkan diri dari serangan hama serangga yang
disebut corn borer sehingga dapat meningkatkan hasil panen. Gen Bacillus
thuringiensis yang dipindahkan mampu memproduksi senyawa pestisida yang
membunuh larva corn borer tersebut
Berdasarkan kajian tim CARE-LPPM IPB menunjukkan bahwa pengembangan
usaha tani jagung transgenik secara nasional memberikan keuntungan ekonomi
sekitar Rp. 6,8 triliun. Keuntungan itu berasal dari mulai peningkatan produksi
jagung, penghematan usaha tani hingga penghematan devisa negara dengan
berkurangnya ketergantungan akan impor jagung .
Dalam
jangka
pendek
pengembangan
jagung
transgenik
akan
meningkatkan produksi jagung nasional untuk pakan sebesar 145.170 ton dan
konsumsi langsung 225.550 ton. Sementara dalam jangka panjang, penurunan
harga jagung akan merangsang kenaikan permintaan jagung baik oleh industri
pakan maupun konsumsi langsung. Bukan hanya itu, dengan meningkatkan
produksi jagung Indonesia juga menekan impor jagung yang kini jumlahnya
masih cukup besar. Pada tahun 2006, impor jagung masih mencapai 1,76 juta ton.
Secara tidak langsung, penggunaan tanaman transgenik juga meningkatkan
kesejahteraan masyarakat.
c. Kapas Transgenik
Kapas hasil rekayasa genetika diperkenalkan tahun 1996 di Amerika
Serikat. Kapas yang telah mengalami rekayasa genetika dapat menurunkan jumlah
penggunaan insektisida. Diantara gen yang paling banyak digunakan adalah gen
cry (gen toksin) dari Bacillus thuringiensis, gen-gen dari bakteri untuk sifat
toleransi terhadap herbisida, gen yang menunda pemasakan buah. Bagi para
petani, keuntungan dengan menggunakan kapas transgenik adalah menekan
penggunaan pestisida atau membersihkan gulma tanaman dengan herbisida secara
efektif tanpa mematikan tanaman kapas. Serangga merupakan kendala utama pada
produksi tanaman kapas. Di samping dapat menurunkan produksi, serangan
serangga hama dapat menurunkan kualitas kapas.Saat ini lebih dari 50 persen
areal pertanaman kapas di Amerika merupakan kapas transgenik dan beberapa
tahun ke depan seluruhnya sudah merupakan tanaman kapas transgenik. Demikian
juga dengan Cina dan India yang merupakan produsen kapas terbesar di dunia
setelah Amerika Serikat juga secara intensif telah mengembangkan kapas
transgenik.
d. Tomat Transgenik
Pada pertanian konvensional, tomat harus dipanen ketika masih hijau tapi
belum matang. Hal ini disebabkan akrena tomat cepat lunak setelah matang.
Dengan demikian, tomat memiliki umur simpan yang pendek, cepat busuk dan
penanganan yang sulit. Tomat pada umumnya mengalami hal tersebut karena
memiliki gen yang menyebabkan buah tomat mudah lembek. Hal ini disebabkan
oleh enzim poligalakturonase yang berfungsi mempercepat degradasi pektin.
Tomat transgenik memiliki suatu gen khusus yang disebut antisenescens
yang memperlambat proses pematangan (ripening) dengan cara memperlambat
sintesa enzim poligalakturonase sehungga menunda pelunakan tomat. Dengan
mengurangi produksi enzim poligalakturonase akan dapat diperbaiki sifat-sifat
pemrosesan tomat. Varietas baru tersebut dibiarkan matang di bagian batang
tanamannya untuk waktu yang lebih lama sebelum dipanen. Bila dibandingkan
dengan generasi tomat sebelumnya, tomat jenis baru telah mengalami perubahan
genetika, tahan terhadap penanganan dan ditransportasi lebih baik, dan
kemungkinan pecah atau rusak selama pemrosesan lebih sedikit.
e. Kentang Transgenik
Mulai pada tanggal 15 Mei 1995, pemerintah Amerika nebyetujui untuk
mengomersialkan kentang hasil rekayasas genetika yang disebut Monsanto
sebagai perusahaan penunjang dengan sebutan kentang “New Leaf”. Jenis kentang
hybrid tersebut mengandung materi genetic yang memnungkinkan kentang
mampu melindungi dirinya terhadap serangan Colorado potato beetle. Dengan
demikian tanaman tersebut dapat menghindarkan diri dari penggunaan pestisida
kimia yang digunakan pada kentang tersebut. Selain resisten terhadap serangan
hama, kentang transgenik ini juga memiliki komposisi zat gizi yang lebih baik
bila dibandingkan dengan kentang pada umumnya. Hama beetle
Colorado
merupakan suatu jenis serangga yang paling destruktif untuk komoditi kentang di
Amerika dan mampu menghancurkan sampai 85% produksi tahunan kentang bila
tidak ditanggulangi dengan baik.
Daya perlindungan kentang transgenik tersebut berasal dari bakteri
Bacillus thuringiensis sehingga kentang transgenik ini disebut juga dengan
kentang Bt. Sehingga diharapkan melalui kentang transgenik ini akan membantu
suplai kentang yang berkesinambungan, sehat dan dalam jangkauan daya beli
masyarakat.
IV. Keunggulan Tanaman Rekayasa Genetika (Genetically Modified
Organism)
WHO telah meramlakan bahwa populasi dunia akan berlipat dua pada
tahun 2020 sehingga diperkirakan jumlah penduduk akan lebih dari 10 milyar.
Karena kondisi tersebut, produksi pangan juga harus ditingkatkan demi menjaga
kesinambungan manusia dengan bahan pangan yang tersedia. Namun yang
menjadi kendala, jumlah sisa lahan pertanian di dunia yang belum termanfaatkan
karena jumlah yang sangat kecil dan terbatas. Dalam menghadapi masalah
tersebut, teknologi rDNA atau Genetically Modified Organism (GMO) akan
memiliki peranan yang sangat penting. Teknologi rDNA dapat menjadi strategi
dalam peningkatan produksi pangan dengan keunggulan-keunggulan sebagai
berikut :

Mereduksi kehilangan dan kerusakan pasca panen

Mengurangi resiko gagal panen

Meningkatkan rendemen dan produktivitas

Menghemat pemanfaatan lahan pertanian

Mereduksi kebutuhan jumlah pestisida dan pupuk kimia

Meningkatkan nilai gizi

Tahan terhadap penyakit dan hama spesifik, termasuk yang disebabkan
oleh virus.
Berbagai keunggulan lain dari tanaman yang diperoleh dengan teknik rekayasa
genetika adalah sebagai berikut :
a. Menghasilkan jenis tanaman baru yang tahan terhadap kondisi
pertumbuhan yang keras seperti lahan kering, lahan yang berkadar garam
tinggi dan suhu lingkungan yang ekstrim. Bila berhasil dilakukan
modifikasi genetika pada tanaman, maka dihasilkan asam lemak linoleat
yang tinggi yang menyebabkan mampu hidup dengan baik pada suhu
dingin dan beku.
b. Toleran terhadap herbisida yang ramah lingkungan yang dapat
mengganggu gulma, tetapi tidak mengganggu tanaman itu sendiri. Contoh
kedelai yang tahan herbisida dapat mempertahankan kondisi bebas
gulamnya hanya dengan separuh dari jumlah herbisida yang digunakan
secara normal
c. Meningkatkan sifat-sifat fungsional yang dikehendaki, seperti mereduksi
sifat atau daya alergi (toksisitas), menghambat pematangan buah, kadar
pati yang lebih tinggi serta daya simpan yang lebih panjang. Misalnya,
kentang yang telah mengalami teknologi rDNA, kadar patinya menjadi
lebih tinggi sehingga akan menyerap sedikit minyak bila goreng (deep
fried). Dengan demikian akan menghasilkan kentang goreng dengan kadar
lemak yang lebih rendah.
d. Sifat-sifat yang lebih dikehendaki, misalnya kadar protein atau lemak dan
meningkatnya kadar fitokimia dan kandungan gizi. Kekurangan gizi saat
ini telah melanda banyak negara di dunia terutama negara miskin dan
negara berkembang. Kekurangan gizi yang nyata adalah kekurangan
vitamin A, yodium, besi dan zink. Untuk menanggulanginya, dapat
dilakukan dengan menyisipkan den khusus yang mampu meningkatkan
senyata-senyawa tersebut dalam tanaman. Contohnya telah dikembangkan
beras yang memiliki kandungan betakaroten dan besi sehingga mampu
menolong orang yang mengalami defisiensi senyawa tersebut dan
mencegah kekurangan gizi pada masyarakat.
Penggunaan rekayasa genetika khususnya pada tanaman tidak terlepas dari
pro kontra mengenai penggunaan teknologi tersebut. Berikut ini hanya disebutkan
berbagai pandangan yang setuju terhadap tanaman transgenik karena mengacu
pada judul yang disajikan.
a. Tanaman transgenik memiliki kualitas yang lebih tinggi dibanding
degan tanaman konvensional, memiliki kandungan nutrisi yang lebih
tinggi, tahan hama, tahan cuaca sehingga penanaman komoditas
tersebut dapat memenuhi kebutuhan pangan secara capat dan
menghemat devisa akibat penghematan pemakaian pestisida atau
bahan kimia serta memiliki produktivitas yang lebih tinggi.
b. Teknik rekayasa genetika sama dengan pemuliaan tanaman yaitu
memperbaiki
sifat-sifat
tanaman
dengan
menambah
sifat-sifat
ketahanan terhadap cengkeraman hama maupun lingkungan yang
kurang menguntungkan sehingga tanaman transgenik memiliki kualitas
lebih baik dari tanaman konvensional serta bukan hal yang baru karena
sudah lama dilakukan tetapi tidak disadari oleh masyarakat
c. Mengurangi dampak kerusakan dan pencemaran lingkungan, misalnya
tanaman transgenik tidak perlu pupuk kimia dan pestisida sehingga
tanaman transgenik dapat membantu upaya perbaikan lingkungan
PENUTUP
I. Kesimpulan
Revolusi hijau yang dianggap sebagai langkah baru dalam dunia pertanian
yang bertujuan untuk meningkatkan hasil pertanian ternyata tidak berdampak
dalam waktu yang lama. Jumlah penduduk yang semakin meningkat disertai
dengan semakin kecilnya lahan untuk menghasilkan bahan pangan menjadi suatu
anacaman yang serius. Jika tidak ditangani dengan baik, krisis pangan dapat
terjadiPenggunaan rekayasa genetika dapat menjadi problem solving terhadap
krisis pangan yang menjadi ancaman saat ini. Melalui rekayasa genetika, dapat
dihasilkan tanaman dengan memiliki kualitas lebih baik, resisten terhadap hama
dan penyakit dan juga memiliki kandungan gizi yang tinggi.
Berbagai contoh tanaman yang telah mengalami rekayasa genetika adalah
kedelai, jagung, kapas, tomat dan kentang . Di mana tersebut memiliki kelebihan
tersendiri bila dibandingkan dengan tanaman sejenis seperti tahan terhadap hama
dan penyakit dan memiliki komposisi gizi yang lebih baik. Walaupun masih
menjadi kontroversi diantara berbagai kalangan, khususnya pemerintah Indonesia
setidaknya memiliki satu solusi yang pasti untuk menghadapi krisis pangan yang
menjadi ancaman saat ini yaitu penggunaan rekayasa genetika.
II. Saran
Melalui penyajian essai ini diharapkan dapat mengetahui mengenai
aplikasi rekayasa genetika khususnya tanaman transgenik dan manfaat serta
keuntungan yang didapat bila menggunakan tanaman transgenik terlepas dari
berbagai kontroversi yang menjadi pro kontra dari penggunaan tanaman
transgenik tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous.2006.www.biotek.lipi.go.id/index.php?option=com_content&view=a
rticle&i
d=27:Tanaman%20Transgenik&catid=8&Itemid=53
Anonymous.2008.http://bioteknews.blogspot.com/2008/01/apa-benar-kedelaitransgenikberbahaya.html
Anonymous.2008. http://www.hupelita.com/baca.php?id=57657
Anonymous.2008.http://moanbb.blogspot.com/2008/03/kapas-n-siapa-takut.html
Buckle et all .2007. Ilmu Pangan. UI Press : Jakarta
Winarno,FG .Agustina,W.2007. Pengantar Bioteknologi (Revised Edition). MBrio
Press :Jakarta
Winarno,FG.2007. Teknobiologi Pangan. Mbrio Press : Jakarta
Essai Bioteknologi Pangan
PENGGUNAAN REKAYASA GENETIKA PADA TANAMAN
(GENETICALLY MODIFIED ORGANISM) DIKAJI DARI SISI POSITIF
Oleh :
Dinar Festy Luma El Uyun 0911012001
Hendra Panggabean
0911012002
Yudiman Basiu Rasyid
0911012005
JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
FAKULTAS TEKNIK PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2009
Download