Padi Emas: Salah Satu Jawaban untuk

advertisement
Padi Emas: Salah Satu Jawaban untuk
Kebutuhan vitamin A
Salah satu penyebab rentannya anak-anak terkena penyakit adalah kekurangan nutrisi mikro seperti
vitamin A atau zat besi. Bila hal tersebut terjadi, sistem kekebalan tubuh mereka akan menurun dan
perkembangan tubuh akan terganggu dengan akibat fatal kematian. Saat ini, menurut UNICEF,
jumlah anak yang meninggal akibat kekurangan vitamin A adalah sekitar 1,15 juta per tahun. Di
negara-negara berkembang, sebanyak 500 ribu orang yang rata-rata adalah anak-anak mengalami
kebutaan akibat kekurangan vitamain A, dan separuhnya meninggal dunia akibat kebutaan tersebut.
Kebanyakan kasus kekurangan gizi terjadi pada keluarga-keluarga yang
kurang mampu. Sehingga diet mereka sehari-hari tidak bervariasi dari
buah, sayuran dan hewan, dan menyebabkan kebutuhan tubuh terhadap
berbagai nutrisi tidak terpenuhi. Hal ini sangat berbahaya bila terjadi
pada anak-anak karena akan mempengaruhi perkembangan tubuh
mereka.
Apabila variasi diet tidak dapat dilakukan, cara lain untuk menghindari
kekurangan nutrisi adalah dengan mengkonsumsi makanan pokok yang
mengandung gizi tinggi. Contohnya beberapa varietas ubi jalar yang memiliki kandungan provitamin
A (beta karotin) yang tinggi.
Meningkatkan Nutrisi Beras
Beras merupakan makanan pokok bagi sebagian besar masyarakat di negara berkembang. Sehingga
akan sangat menguntungkan apabila beras memiliki kandungan provitamin A. Namun, kandungan
beta karotin padi hanya terdapat pada jaringan hijau seperti daun, sedangkan endosperma padi
(beras yang kita konsumsi) tidak memiliki kandungan nutrisi ini. Dibandingkan dengan jaringan
vegetatif yg memiliki semua komponen biosintesis beta karotin, endosperma tidak memiliki 2 enzim
dalam yang terlibat proses tersebut. Enzime tersebut adalah phytoene synthase (PSY) dan carotene
desaturase (CRTI). Secara sederhana, dengan memasukkan 2 gen yang mengkode enzim tersebut,
siklus biosintesis beta karotin dapat kembali berfungsi untuk menghasilkan provitamin A. Konsep
inilah yang digunakan pada pembuatan Golden rice (padi emas).
Pada awalnya, padi emas menghasilkan 1,6 µg/g beta karotin. Konsentrasi beta karotin perlu
ditingkatkan agar bisa memenuhi angka kecukupan gizi. Phytoene synthase (PSY) telah diidentifikasi
sebagai faktor yang mempengaruhi kecepatan pembuatan provitamin A. Gen psy yang berasal dari
padi dan jagung memberikan hasil beta karotin terbanyak. Beberapa lini padi emas yang
dikembangkan telah berhasil menghasilkan 37 µg/g karotinoid yang mengandung 31 µg/g beta
karotin. Sehingga, sebanyak 72 g padi emas dapat memenuhi separuh angka kecukupan gizi yang
dianggap sudah cukup untuk menjaga kebutuhan vitamin A secara sehat.
Karena konsumsi beras di negara-negara berkembang adalah sekitar 100-200 g per anak, maka
asupan vitamin A dalam padi emas dinilai sangat sesuai. Produksi beta karotin pada padi emas
menyebabkan warna beras menjadi kuning-oranye. Semakin tinggi konten beta karotin di dalam padi
emas, semakin kuat warna berasnya. Karena padi emas merupakan tanaman transgenik, maka padi
ini harus menjalani beberapa tes pengujian untuk melihat keamanan hayati. Perlu digarisbawahi
bahwa, secara umum, tanaman pangan transgenik merupakan tanaman yang dianalisa secara paling
baik dalam sejarah. Proses pengujian resikonya dilakukan secara detail dan hati-hati. Demikian juga
dengan padi emas yang telah menjalani berbagai tes sejak pertama kali dibuat. Tes tersebut
meliputi:
1. Investigasi dan pendalaman mengenai modifikasi biosintesis karotenoid pada endosperma.
2. Dari 2000 tanaman transgenik yang dibuat, 10 tanaman dipilih secara hati-hati untuk
memenuhi keperluan regulasi yang berhubungan dengan struktur genetik.
3. Gene expression profiling dari ribuan gen telah dilakukan, dengan hasil tidak adanya
perubahan ekspresi dibandingkan dengan tetuanya.
4. Potensi alergenik tidak terbukti melalui analisa bioinformasi terhadap protein dari gen
transgenik. Laporannya dapat diakses online pada Allergenonline.
5. Kemudahan protein dari gen transgenik dicerna oleh simulasi cairan perut telah
diperlihatkan.
6. Tes untuk ketersediaan dan perubahan beta karotin menjadi retinol telah dilakukan pada
orang dewasa di USA dengan hasil baik dan anak-anak di China (saat ini sedang dievaluasi).
Pengujian juga dilakukan pada dampak terhadap lingkungan. Analisa dampak terhadap lingkungan
dilakukan dengan melihat kemungkinan berpindahnya gen dari tanaman transgenik ke tipe liar dan
perubahan tanaman transgenik menjadi gulma. Sejauh ini, ahli ekologi dan mereka yang menentang
teknologi transgenik menilai bahwa tidak ada pengaruh lingkungan dari padi emas karena secara
alami semua tanaman memproduksi karetinoid dalam jumlah yang tinggi. Sehingga endosperma
beras yang mengandung beta karotin tidak akan membentuk satu jenis substan baru di lingkungan.
Gambar beras bisa (kiri) dan beras yang sudah ditambahi gen pembuata provitamin A
(kanan) yang menyebabkan beras tersebut berwarna lebih kuning.
Hal yang masih diperdebatkan sampai saat ini adalah dampak introgresi gen transgenik ke tipe liar
yang dianggap dapat mengancam biodiversitas lokal atau mengubah pola tani tradisional. Introgresi
gen transgenik telah banyak dibahas pada jurnal-jurnal internasional (lihat referensi). Peralihan
fungsi tanaman transgenik menjadi gulma didasari pada sifat dasar tanaman untuk menjadi gulma
dengan tingkatan yang beragam. Regulasi terhadap tanaman transgenik melalui berbagai uji
keamanan hayati diharapkan dapat memberikan jaminan bahwa tanaman transgenik yang telah
melewati regulasi aman untuk masyarakat. Banyaknya kasus gizi buruk termasuk kekurangan vitamin
A menjadikan padi emas sebagai makanan pokok yang dapat membantu mensuplai vitamin A bagi
mereka yang tidak mampu membeli makanan yang mengandung vitamin A dalam diet sehari-hari.
Referensi:
Referensi utama (termasuk gambar) : www.goldenrice.org Referensi introgresi gen trasgenik:




Celis C, Scurrah M, Cowgill S, Chumbiauca S, Green J, Franco J, Main G, Kiezebrink D, Visser
RGF & Atkinson HG (2004) Environmental biosafety and transgenic potato in a centre of
diversity for this crop. Nature 432:222-225.
Ming High S, Cohen MB, Yao Shy Q, Altosaar I (2004) Achieving successful deployment of Bt
rice. Trends in Plant Science 9:286-292.
Nap J-P, Metz PLJ, Escaler M, Conner AJ (2003) The release of genetically modified crops into
the environment. The Plant Journal 33:1-18.
Stewart CN Jr, Halfhill MD, Warwick SI (2003) Transgene introgression from genetically
modified crops to their wild relatives. Nature Reviews 4:806-817.
Download