Makalah

advertisement
Makalah Sainsteknologi Tugas Akhir Mata Kuliah Sainsteknologi
Dosen Pengampu : Prof. Drs. Suranto, M.Sc, P.hD
PENGARUH TANAMAN PANGAN TRANSGENIK TERHADAP
RESISTENSI HAMA SERANGGA
Oleh:
1. Agus Wahidi
S830809003
2. Anna Lusianna K
S830809004
3. Much Fuad Saifuddin
S830809013
4. Sri Lestari
S830809016
Program Studi Pendidikan Sains Program Pascasarjana
Universitas Sebelas Maret Surakarta
2010
0
DAFTAR ISI
Judul ............................................................................................................ i
Kata Pengantar ............................................................................................ ii
Daftar Isi...................................................................................................... iii
Daftar gambar.............................................................................................. iv
Daftar tabel .................................................................................................. v
Pendahuluan ................................................................................................ 1
Pembahasan ................................................................................................. 8
Penutup........................................................................................................ 17
Daftar Pustaka ............................................................................................ 18
iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Peta Konsep Rekayasa Genetika ............................................... 9
Gambar 2. Alur replikasi gen ...................................................................... 10
Gambar 3. Skema Replikasi Gen pada E.Coli ............................................ 10
Gambar 4. Beberapa tanaman hasil transgenic ........................................... 12
iv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Jenis Organisme Hasil Rekayasa Genetika di Indonesia ...................... 11
Tabel 2.2 Classification of Pesticides According to Target Pest or Function ....... 14
Tabel 2.3 Klasifikasi Pestisida berdasarkan struktur kimianya ............................ 14
Tabel 2.4 Toksitas Pestisida dan dosis penggunaannya ........................................ 15
0
BAB I
PENDAHULUAN
Bioteknologi merupakan penggunaan suatu tanaman, hewan, ataupun
mikroba, baik secara keseluruhan maupun sebagian, untuk membuat atau
memodifikasi suatu produk makhluk hidup ataupun merubah spesies makhluk
hidup yang sudah ada. Bioteknologi secara sederhana telah dikenal oleh manusia
sejak ribuan tahun yang lalu. Sebagai contoh, di bidang teknologi pangan adalah
pembuatan bir, roti, maupun keju yang telah dikenal sejak abad ke-19, pemuliaan
tanaman untuk menghasilkan varietas-varietas baru di bidang pertanian, serta
pemuliaan reproduksi hewan. Di bidang medis, penerapan bioteknologi di masa
lalu dibuktikan antara lain dengan penemuan vaksin, antibiotik dan insulin
walaupun masih dalam jumlah yang terbatas akibat proses fermentasi yang tidak
sempurna. Perubahan signifikan terjadi setelah penemuan bioreaktor oleh Louis
Pasteur. Dengan alat ini, produksi antibiotik maupun vaksin dapat dilakukan
secara massal.
Sekarang ini bioteknologi telah mengalami perkembangan yang sangat
pesat, terutama di Negara-negara maju. Perkembangan ini ditandai dengan
ditemukannya berbagai macam teknologi semisal rekayasa genetika, kultur
jaringan, rekombinan DNA, pengembangbiakan sel induk, cloning, dan lain-lain.
Teknologi ini memungkinkan bagi manusia untuk memperoleh penyembuhan
penyakit-penyakit genetik maupun kronis yang belum dapat disembuhkan, seperti
kanker ataupun AIDS. Penelitian di bidang pengembangan sel induk juga
memungkinkan para penderita stroke ataupun penyakit lain yang mengakibatkan
1
kehilangan atau kerusakan pada jaringan tubuh dapat sembuh seperti sediakala. Di
bidang pangan, dengan menggunakan teknologi rekayasa genetika, kultur jaringan
dan rekombinan DNA, dapat dihasilkan tanaman dengan sifat dan produk unggul
karena mengandung zat gizi yang lebih jika dibandingkan tanaman biasa, serta
juga lebih tahan terhadap hama maupun tekanan lingkungan. Penerapan
bioteknologi di masa ini juga dapat dijumpai pada pelestarian lingkungan hidup
dari polusi. Sebagai contoh, pada penguraian minyak bumi yang tertumpah ke laut
oleh bakteri, dan penguraian zat-zat yang bersifat toksik (racun) di sungai atau
laut dengan menggunakan bakteri jenis baru.
Perkembangan bioteknologi dapat dibagi menjadi beberapa periode,
periode perkembangan bioteknologi tersebut sebagai berikut: (a) periode
bioteknologi tradisional, dalam periode ini telah ada teknologi pembuatan
minuman bir dan anggur menggunakan ragi, mengembangkan roti dengan ragi
dan pemanfaatan ganggang sebagai sumber makanan yang dilakukan oleh bangsa
aztex; (b) periode bioteknologi ilmiah, periode ini ditandai dengan beberapa
penemuan diantaranya: penemuan mikroskop oleh Antony Van Leeuwenhoek,
Louis Pasteur menemukan
adanya mikroba dalam makanan dan minuman,
penemuan enzim dari ekstrak ragi oleh Eduard Buchner, penemuan zat antibiotik
penisilin oleh oleh Alexander Fleming, penemuan struktur DNA oleh Crick dan
Watson; (c) periode bioteknologi modern, periode ini diawali dengan penemuan
teknik rekayasa genetik pada tahun 1970. Era rekayasa genetik dimulai dengan
penemuan enzim endonuklease restiksi oleh Dussoix dan Boyer. Dengan adanya
enzim itu memungkinkan kita untuk melakukan pemotongan DNA pada posisi
2
tertentu, mengisolasi gen dari kromosom suatu organisme dan menyisipkan
potongan DNA lain. Hal ini diharapkan mampu bermanfaat untuk kebutuhan
hidup manusia, khususnya untuk pengobatan dan makanan (pangan).
Pada tahun 1987, World Commision on Environment and Development
WCED) menyerukan perhatian pada masalah besar dan tantangan yang dihadapi
pertanian dunia, jika kebutuhan pangan saat ini dan mendatang harus terpenuhi.
Pada beberapa tahun terakhir ini perhatian dunia terhadap ketahanan pangan
semakin meningkat, oleh karena pangan merupakan kebutuhan dasar yang
permintaanya terus meningkat seiring dengan perkembangan jumlah penduduk
dunia. Pangan diproduksi secara luas sehingga dunia surplus pangan, tetapi
mengapa banyak orang yang masih kelaparan (B. Rich, 2000).
Krisis pangan yang terjadi di dunia sangat berimbas pada Negara ke-3 atau
Negara-negara berkembang, hal ini dapat dilihat dari banyaknya kasus kelaparan
yang ada pada Negara-negara tersebut. Pangan adalah kebutuhan paling mendasar
dari suatu bangsa, apabila suatu bangsa kondisi pangannya bergantung pada
Negara lain maka akan sulit untuk maju dan mandiri.
Indonesia sebagai Negara berkembang dengan jumlah penduduk mencapai
216 juta jiwa dengan angka pertumbuhan 1,7% per tahun, membutuhkan besarnya
bahan pangan yang harus disediakan. Kebutuhan yang besar ini bila tidak
diimbangi dengan peningkatan produksi pangan justru akan menghadapi bahaya
laten yaitu laju peningkatan produksi di dalam negeri yang terus menurun.
Sehingga kita akan semakin bergantung pada Negara lain dengan cara mengimpor
3
bahan makanan, hal ini sangat memalukan karena Negara kita terkenal dengan
kondisi tanah yang subur dan baik untuk pertanian.
Indonesia termasuk Negara agraris karena banyak tanah untuk pertanian.
Pertanian untuk pangan dapat memberikan ketahanan pangan bagi penduduk
Indonesia. Pengembangan dan penelitian tentang pangan digalakkan agar sebagai
Negara agraris mempunyai ketahanan pangan. Dengan program ekstensifikasi
yang memperluas lahan pertanian mungkin sudah tidak relevan lagi, sehingga
mulai dikembangkan adanya intensifikasi dan disertai teknologi modifikasi
dibidang pertanian, baik dari sisi tanamannya dan penanganan organisme
penganggu agar didapatkan surplus pangan.
Sulitnya melakukan peningkatan produksi pangan nasional antara lain
karena pengembangan lahan pertanian pangan baru tidak seimbang dengan
konversi lahan pertanian produktif yang berubah menjadi fungsi lain seperti
permukiman.
Lahan irigasi
Indonesia sebesar 10.794.221 hektar
telah
menyumbangkan produksi padi sebesar 48.201.136 ton dan 50 %-nya lebih
disumbang dari pulau Jawa (BPS, 2000). Akan tetapi mengingat padatnya
penduduk di pulau Jawa keberadaan lahan tanaman pangan tersebut terus
mengalami degradasi seiring meningkatnya kebutuhan pemukiman dan pilihan
pada komoditi yang memiliki nilai ekonomi yang lebih tinggi seperti hortikultura.
Jika tidak ada upaya khusus untuk meningkatkan produktivitas secara nyata
dan/atau membuka areal baru pertanian pangan sudah pasti produksi pangan
dalam negeri tidak akan mampu mencukupi kebutuhan pangan nasional.
4
Para petani di Indonesia akhir-akhir ini diresahkan dengan kegagalan
panen, hal ini bukan yang pertama kali terjadi kegagalan panen ini biasanya
disebabkan serangan hama tanaman. Kegagalan panen bukan hanya merugikan
para petani namun juga mengurangi stok persediaan pangan nasional. Hama
tanaman yang sering menyerang antara lain tikus, serangga dan lain-lain. Hama
dan penyakit merupakan kendala serius dalam pertanian, sehingga menggaggu
kestabilan pangan, berbagai usaha telah dilakukan oleh para petani untuk
mengatasi masalah hama. Pemerintah pun telah melakukan beberapa upaya,
diantaranya dengan menggunakan pestisida dan pupuk kimia untuk meningkatkan
hasil panen. Namun ternyata hal ini menimbulkan permasalahan baru, diantaranya
merusak kesuburan tanah akan berdampak pada penurunan produksi pangan ke
depannya. Selain itu hama mulai beradaptasi dengan pestisida yang digunakan
oleh para petani, sehingga tahan terhadap pestisida tersebut.
Sedangkan untuk permasalahan penyakit tanaman yang disebabkan oleh
virus ataupun mikroba, tidak dapat diberantas dengan menggunakan pestisida.
Oleh karena itu perlu dilakukan penanggulangan dengan cara lain, diantaranya
ialah dengan memanfaatkan bioteknologi. Perkembangan bioteknologi saat ini
coba diterapkan pada tanaman khususnya tanaman pangan, yang dikenal dengan
tanaman transgenik. Tanaman transgenik ini tidak perlu atau tidak membutuhkan
pestisida, dapat dikatakan bahwa tanaman transgenik merupakan tanaman yang
tahan terhadap hama. Sebagai contoh dengan dikeluarkannya tanaman padi yang
tahan wereng yang dikenal padi varietas unggul tahan wereng (VUTW).
5
Rata-rata produktivitas tanaman pangan nasional masih rendah. Rata-rata
produktivitas padi adalah 4,4 ton/ha (Purba S dan Las, 2002) jagung 3,2 ton/ha
dan kedelai 1,19 ton/ha. Jika dibanding dengan negara produsen pangan lain di
dunia khususnya beras, produktivitas padi di Indonesia ada pada peringkat ke 29.
Australia memiliki produktivitas rata-rata 9,5 ton/ha, Jepang 6,65 ton/ha dan Cina
6,35 ton/ha ( FAO, 1993). Faktor yang dominan penyebab rendahnya
produktivitas tanaman pangan adalah (a) Penerapan teknologi budidaya di
lapangan yang masih rendah; (b)Tingkat kesuburan lahan yang terus menurun
(Adiningsih, S, dkk., 1994), (c) Eksplorasi potensi genetik tanaman yang masih
belum optimal (G.S Kush, 2002).
Eksplorasi potensi genetik tanaman yang masih belum optimal tampak
pada kesenjangan hasil petani dan hasil produktivitas di luar negeri atau hasil
dalam penelitian. Dalam hal ini teknologi pemuliaan telah mengalami kemajuan
yang cukup berarti dalam menciptakan berbagai varietas unggul berpotensi
produksi tinggi. Meskipun upaya breeding modern, teknologi transgenik dan
hibrida dirancang agar tanaman yang dikehendaki memiliki kemampuan genetik
produksi tinggi (G.S Kush, 2002), tetapi jika dalam menerapkannya di lapangan
asal-asalan, maka performa keunggulan genetiknya tidak nampak. Hasil
penggunaan varietas unggul di lapangan seringkali masih jauh dari harapan.
Penyebabnya adalah masih belum dipahaminya teknik budidaya sehingga hasil
yang didapat belum menyamai potensinya, apalagi melebihi.
Pemanfaatan tanaman transgenik ini tidak begitu saja menyelesaikan
permasalahan, perlu diketahui kualitas pangan yang dihasilkan apakah layak
6
untuk dikonsumsi oleh manusia. Dari tanaman transgenik ini diharapkan dapat
dikembangkan tanaman pangan yang tahan terhadap hama dan menghasilkan
kualitas yang layak untuk dikonsumsi. Oleh karena itu perlu dilakukan pengkajian
lebih lanjut mengenai tanaman transgenik tersebut.
7
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Tanaman Transgenik
Rekayasa genetika ialah proses modern dimana sifat-sifat dari suatu
makhluk hidup diubah dengan cara memindahkan gen-gen dari satu spesies
makhluk hidup ke spesies lain, ataupun memodivikasi gen-gen dalam satu spesies.
Rekayasa Genetika (IDEP Foundation, 2001) adalah proses bioteknologi modern
dimana sifat-sifat dari suatu mahluk hidup dirubah dengan cara memindahkan
gen-gen dari satu spesies mahluk hidup ke spesies yang lain, ataupun
memodifikasi gen-gen dalam satu spesies. Rekayasa genetika ini menguji pada
gen tunggal sehingga memiliki ketepatan yang tinggi, namun pada rekayasa
genetika ini meniadakan batas taksonomi yang ada. Melalui rekayasa genetika
manusia dapat “menciptakan” tanaman, hewan dan mikroorganisme baru. Para
ilmuwan telah berhasil mengungkap kode genetis yang menentukan sifat-sfat
khusus semua makhluk hidup dan kini telah mampu mengkombinasikan gen-gen
yang apabila secara alami, tidak akan pernah berkombinasi.
Perlengkapan yang diperlukan untuk rekayasa genetika adalah: (1) enzim
pemotong gen yaitu Endonuklease retriksi, (2) enzim penyambung gen yang
dikehendaki yaitu Ligase, (3) vektor yang membawa gen yang akan
disisipi/dititipkan dapat berupa plasmid bakteri (gen diluar kromosom bakteri)
atau virus, dan (4) inang. Adapun tahap-tahap rekayasa genetika adalah sebagai
berikut: (1) mendapatkan gen yang diinginkan (gen yang diinginkan dari suatu
indifidu dipotong dengan enzim endonuklease restriksi), (2) gen dengan enzim
8
ligase, (3) vektor yang sudah membawa gen titipan dimasukkan ke dalam inang,
(4) vektor
dalam sel inang ditumbuhkan, (5) isolasi produk dari inang, (6)
penyempurnaan produk.
Secara ringkas konsep tentang rekayasa genetika, digambarkan sebagai
berikut :
Heredity
dibawa
Gene
dikomb
Species
inasi
Transgenik
terdiri
dikemb
angkan
PCR
dimani
pulasi
DNA
dikembangkan
Insertion
memakai
Rekayasa
gene
seperti
genetika
polimer
menggunakan
Diagnosa Genetika
Nukleotida
Double Helix
Terdiri dari
Rantai Utama
Bakteri
tersusun
Basa Nitrogen
tersusun
terdiri
Adenin
Gula Deoxiribosa
pasangan
Gugus Phospat
Timin
pasangan
Guanin
Replikasi Gen
mendasari
Citosin
Gambar 1. Peta Konsep Rekayasa Genetika
9
Replikasi gen sebagai ujung dari konsep rekayasa genetika. Mendasarkan
pada pasangan basa nitrogen yang tetap yaitu A- T dan G-C pada DNA maka
dapat dilakukan repikasi gen. Berawal dari replikasi gen inilah maka rekayasa
genetika dapat dilakukan. Menurut konsep Dr Watson & Crick secara sederhana
bahwa replikasi gen merupakan transfer informasi melibatkan pembukaan double
helix DNA yang diikuti secara bersamaan dengan pembentukan dua pita baru
pasangan dari pita DNA yang lama, digambarkan dalam alur dan contoh pada
E.Coli sebagai berikut :
Gambar 2. Alur replikasi gen
Gambar 3. Skema Replikasi Gen pada E.Coli
10
Salah satu contoh aplikasi bioteknologi (rekayasa genetika) di bidang
pertanian adalah mengembangkan tanaman transgenik yang memiliki sifat (1)
toleran terhadap zat kimia tertentu (tahan herbisida), (2) tahan terhadap hama dan
penyakit tertentu, (3) mempunyai sifat-sifat khusus (misalnya: tomat yang
matangnya lama, padi yang memproduksi beta-caroten dan vitamin A, kedelai
dengan lemak tak jenuh rendah, strawberry yang rasanya manis, kentang dan
pisang yang berkhasiat obat), (4) dapat mengambil nitrogen sendiri dari udara
(gen dari bakteri pemfiksasi nitrogen disisipkan ke tanaman sehingga tanaman
dapat memfiksasi nitrogen udara sendiri), dan (5) dapat menyesuaikan diri
terhadap lingkungan buruk (kekeringan, cuaca dingin dan tanah bergaram tinggi).
Di Indonesia pun telah dilakukan pengembangan tanaman transgenik, baik
untuk tanaman pangan maupun tanaman yang memiliki komoditi ekspor.
Meskipun dalam penerapannya menimbulkan banyak pro dan kontra, karena
memang hal ini belum begitu diketahui oleh banyak masyarakat. Beberapa hasil
penelitian tanaman transgenic telah dicoba untuk di aplikasikan dalam cakupan
masyarakat luas, dalam pengaplikasian ini masih tetap dipantau oleh dinas terkait
untuk ditinjau ulang dan melihat respon dari masyarakat terhadap tanaman
transgenic. Pemanfaatan tanaman transgenic di Indonesia diharapkan mampu
meningkatkan kualitas dan jumlah produksi pangan, dengan terpenuhinya kualitas
dan jumlah produksi Indonesia dapat menjadi salah satu Negara yang memegang
peranan penting dalam kebutuhan pangan dunia. Peranan tersebut dapat
meningkatkan perekonomian bangsa dan mencapai kesejahteraan pangan bagi
penduduk Indonesia dengan tidak perlu mengimpor dari luar negeri.
11
Berikut ini adalah organisme hasil rekayasa genetik di Indonesia yang telah
dikonsultasikan dengan FDA :
Tabel. 2.1. Jenis Organisme Hasil Rekayasa Genetika di Indonesia (Anonym,
2008)
N
o.
GMO &
Produsen
Gen, Produk gen &
asal gen
Sifat baru
turunan I
1.
Jagung
(Monsanto)
Enzim EPSPS,
Agrobacterium
Tahan
herbisida
glufosinat
2.
Jagung
(Aventis)
Enzim PAT,
Bacillus amvloliquefaciens
3.
Padi (Aventis) Enzim PAT,
Streptomyces hygroscopicus
4.
Kedelai
(Monsanto)
Enzim PAT,
Viridochromagenes
Tahan
herbisida
glufosinat
Tahan
herbisida
glufosinat
Tahan
herbisida
glufosinat
5.
Kentang
(Monsanto)
Gen CryIIIA, PLRV
replikase, B. Thuringiensis
6.
Tomat
(Calgene)
Enzim antisense PG, Tomat
7.
Gandum
(Canada)
Modified AHAS genes,
Gandum kultifar Grandi
Tahan
Kumbang
(Colorado)
Penundaan
pelunakan
buah tomat
Tahan
herbisida
imidazolinon
Produk Tutunan
II
Produk
- Maizena
- Biskuit
- Modified corn starch - Tepung
- Minyak jagung
kue
- Minyak
jagung
- S.d.a
- S.d.a
- Tepung beras
- Bihun
- Isolate Soy Protein
(ISP)
- Lesitin
- Tepung kedelai
-Susu
kedelai,
susu rendah
laktosa,
susu bubuk,
biscuit
Biskut, mie
- Potato starch
- Modified starch
- Snack food
- Pasta tomat
- Tepung gandum
-Pasta
tomat
- Roti,
biscuit
Gambar 4. Gambar kentang transgenic (kiri), jagung transgenic (kanan)
12
Tanaman transgenik dibuat dengan menggunakan teknik biologi molekuler
yang memungkinkan peneliti untuk mengidentifikasi gen-gen tertentu, membuat
duplikatnya, kemudian menyisipkan duplikat gen tersebut ke tanaman penerima
dengan menggunakan alat (yang paling umum dipakai adalah bakteri tanah,
disebut Agrobacterium). Ketika sel tanaman penerima membelah diri, DNA baru
dari tanaman asal (yang dibawa oleh Agrobacterium) tergandakan dan
terpindahkan ke dalam sel baru tersebut. Keberadaan gen baru ini akan
mempengaruhi keturunan dari tanaman tersebut, baik dari segi sifatnya bahkan
penampilannya.
Tanaman transgenik memiliki dampak negatif baik pada pertanian maupun
pada lingkungan, diantara dampak tanaman transgenik yang terjadi antara lain:
hasil panen lebih rendah, biaya produksi lebih tinggi, peningkatan penggunaan
bahan kimia pertanian, hama menjadi kebal, virus tanaman baru yang lebih
berbahaya, dapat menyebabkan hilangnya keanekaragaman hayati.
2.2. Resistensi Hama Serangga
Mohammadi Sharif H, dkk (2007) menyatakan bahwa kumbang daun
perusak kentang Leptinotarsa decemlineata di Iran memiliki resistensi yang tinggi
terhadap pestisida, dan semakin lama daya tahan terhadap pestisida semakin
meningkat. Menurut Hyoun Sub Lim, etc (2006) virus mozaik pada tanaman
menurunkan hasil produksi pada kacang kedelai transgenik. Dari kondisi tersebut
diperoleh suatu fakta bahwa tanaman transgenik justru dapat menimbulkan
resistensi hama terutama hama serangga.
13
Beberapa pestisida yang biasa digunakan dan dikenal dalam bidang
pertanian adalah sebagai berikut:
Tabel 2.2. Classification of Pesticides According to Target Pest or Function
Class
Target pest
Remarks
Insecticide
Insects
Kills insects or larvae
Fungicide
Fungi, mold
Controls plant diseases
Herbicide
Weeds, plants
Total herbicide kill all plants selective
herbicide controls weeds
Rodenticide
Rats, mice
Control rodents
Plant growth regulator
None
Control the size of plants, e.g., keep stems of
cereals short
Acaricide
Mites
Control mites, aphids, and so on
Pheromone
Insects
Attracts insects into traps, controls mating
Repellent
Insects
Repels insects without killing them
Nematicide
Nematodes, worms
Kills worms and similar parasites
Tabel 2.3 Klasifikasi Pestisida berdasarkan struktur kimianya
Nama
Struktur
O
Carbamate
R
NH
O
R'
S
R'
S
Dithiocarbamate
R
Organophosphate
C
NH
C
R
S
O
R
R
P
O
O
Cl
Organochlorine
Cl
C
Cl
Cl
C
H
Pyrethroids
O
R
O
O
O
Sulfonylurea
R
SO2
NH
C
NH
R'
R
Triazole
N
N
N
14
Pengendalian serangga menggunakan pestisida yang berupa insektisida.
Insektisida pertama yang digunakan adalah ekstrak tembakau dan garlic,
kemudian berkembang pada insektisida yang lebih mematikan yaitu arsen dan
merkuri, karena berbahaya bagi keselamatan manusia tidak hanya serangga maka
sudah tidak banyak digunakan. Sintesis pertama yang digunakan untuk insektisida
adalah DDT. Perbandingan toksitas DDT dengan pestisida lain adalah sebagai
berikut :
Tabel 2.4. Toksitas Pestisida dan dosis penggunaannya (Susan budavari.1996)
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Pestisida
Pyeretrins
Malathion
Arsenate
Diazinon
Carbaryl
Nicotine
DDT
Lindane
Mathyl Parathion
Parathion
Carbofuran
Aldicarb
Dosis mg/Kg (50% kematian
populasi Hama)
1200
1000
825
250 – 285
250
230
113 – 118
88 – 91
14 – 24
3.6 – 13
2
1
Tingkat Toksitas
Sedikit Toksid
Sangat Toksid
Sebuah penelitian menggunakan gen dari virus mosaic tembakau pada
tanaman pangan menghasilkan tanaman tersebut tahan terhadap serangan virus
yang sejenis (Jane K.Osbourn etc, 1989). Tanaman transgenic yang resisten
terhadap hama ini dapat disebabkan oleh karena adanya gene yang diambil
memiliki sifat resisten terhadap suatu hama tertentu, namun terkadang ada pula
yang tidak secara langsung mengandung resisten terhadap hama tertentu dapat
menjadi resisten terhadap hama. Pada tanaman transgenic pasti akan terdapat
perubahan baik secara sifat maupun bentuk, hal ini dapat berpengaruh terhadap
15
hama yang biasa menyerang tanaman tersebut. Pengaruh yang ditimbulkan dapat
berupa hama tersebut tidak menyerang dikarenakan ada perubahan komponen
protein dalam tanaman transgenic sehingga hama merasakan sesuatu yang tidak
biasa, sehingga hal ini dapat menyebabkan hama tidak lagi menyerang tanaman
tersebut.
Factor gen yang merubah tanaman transgenic memiliki peranan besar
terhadap resistensi hama khususnya serangga, namun hal ini harus terus
diperhatikan oleh para peneliti. Hama yang menyerang tanaman transgenic juga
mampu beradaptasi, sehingga apabila hama tersebut lama kelamaan akan kebal
terhadap sesuatu yang asing atau racun dari tanaman transgenic tersebut. Kondisi
hama yang mampu bertahan dalam tanaman transgenic ini sulit untuk ditangani,
salah satu caranya ialah meningkatkan dosis dari pestisida karena bila tidak dapat
maka akan menyebabkan seluruh jenis tanaman transgenic tersebut akan mati.
Sebagai contoh padi tahan hama wereng, apabila wereng mampu
beradaptasi dengan tanaman padi transgenic tersebut maka akan menyebabkan
kegagalan panen yang cukup besar. Kegagalan panen tersbut karena hama wereng
sudah tahan terhadap pestisida yang sering digunakan, apabila dosis pestisida
ditingkatkan maka akan dapat mengganggu kualitas tanaman padi transgenic
tersebut.
Pengaruh dari tanaman transgenik adalah munculnya hama super (untuk
tanaman transgenik yang tahan pada serangga hama tertentu. Misalnya hama
tersebut dapat beradaptasi dengan racun B. thuringiensis yang gennya sudah
disisipkan pada tanaman transgenik). Menurut Zhu Zen pakar genetika dari the
16
Beijing-based Institute of Genetics and Developmental Biology, Chinese
Academy of Sciences (CAS), yang mengembangkan genetika Bt and CpTI ,
setelah sepuluh tahun para peneliti yakin “bahwa para petani tidak akan
menggunakan pestisida untuk membasmi hama serangga pada tanaman padi
transgenik karena serangga sudah resisten terhadap hama”.
17
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Tanaman transgenik berpengaruh pada resistensi hama serangga tanaman
pangan. Dengan adaptasi dari serangga kepada tanaman transgenik maka serangga
punya kemampuan kebal terhadap pestisida. Tanaman transgenik menimbulkan
hama super yang berakibat sulit untuk ditangani, salah satu carany menanganinya
dengan memperbanyak penggunaan pestisida pada pertanian. Penambahan
pestisida berpengaruh pada perusakan lingkungan.
N
o.
GMO &
Produsen
Gen, Produk gen &
asal gen
Sifat baru
turunan I
1.
Jagung
(Monsanto)
Enzim EPSPS,
Agrobacterium
Tahan
herbisida
glufosinat
2.
Jagung
(Aventis)
Enzim PAT,
Bacillus amvloliquefaciens
3.
Padi (Aventis) Enzim PAT,
Streptomyces hygroscopicus
4.
Kedelai
(Monsanto)
Enzim PAT,
Viridochromagenes
Tahan
herbisida
glufosinat
Tahan
herbisida
glufosinat
Tahan
herbisida
glufosinat
5.
Kentang
(Monsanto)
Gen CryIIIA, PLRV
replikase, B. Thuringiensis
6.
Tomat
(Calgene)
Enzim antisense PG, Tomat
7.
Gandum
(Canada)
Modified AHAS genes,
Gandum kultifar Grandi
Tahan
Kumbang
(Colorado)
Penundaan
pelunakan
buah tomat
Tahan
herbisida
imidazolinon
Produk Tutunan
II
Produk
- Maizena
- Biskuit
- Modified corn starch - Tepung
- Minyak jagung
kue
- Minyak
jagung
- S.d.a
- S.d.a
- Tepung beras
- Bihun
- Isolate Soy Protein
(ISP)
- Lesitin
- Tepung kedelai
-Susu
kedelai,
susu rendah
laktosa,
susu bubuk,
biscuit
Biskut, mie
- Potato starch
- Modified starch
- Snack food
- Pasta tomat
- Tepung gandum
-Pasta
tomat
- Roti,
biscuit
18
Saran
Dalam pemanfaatan tanaman transgenik, sangat perlu diperhatikan
karakteristik genetiknya agar diperoleh tanaman yang memiliki kualitas tahan
hama dan kualitas untuk konsumsi yang baik. Penggunaan insektisida secara
bergantian dalam jangka waktu yang ideal untuk menghindari resistansi hama
serangga terhadap insektisida.
19
DAFTAR PUSTAKA
Amin Sadeghi, Guy Smagghe, Esmeralda Jurado-Jácome, Willy J. Peumans,And
Els J.M. Van Damme. 2009. Laboratory study of the effects of leek lectin
(APA) in transgenic tobacco plants on the development of cotton
leafworm Spodoptera littoralis (Lepidoptera:Noctuidae). Eur. J. Entomol.
106: 21–28
Didownload http://www.eje.cz/scripts/viewabstract.php?abstract=1421.
ISSN 1210-5759 (print), 1802-8829 (online)
Anonym. 2008. Bioteknologi dan Aplikasinya. Didownload
http://tokobukuantikdanbekas.com tanggal 23 Mei 2010
A.Truman Schwartz, Diane M.Bunce, Robert G. Silberman, Conrad L. stanistski.
Wilmer J. Straton, Arden P.Zipp. 1997. Chemistry in Context Applying
Chemistry to Society. Mc Graw Companies. United States of America
Franz Engelmann. 2002. Ecdysteroids, Juvenile Hormone and Vitellogenesis in
the Cockcroach Leucophae maderae. Journal of Insects Science, 2:20
Hyoun Sub Lim, Tae Seok Ko, etc. 2006. Soybean mosaic virus Helper
Component-protease Alters Leaf Morphology and Reduces Seed
Production in Transgenic Soybean Plants. Phytopathology 97:366-372
John W.Hill.Doris K.Kolb. 2004. Chemistry For Changing Times. Pearson
Education Inc. United States of America
Lisa A. Bergin. Latina Feminist Metaphysics and Genetically Engineered
Foods. Jounal Agriculture Environment Ethics (2009) 22:257–271 DOI
10.1007/s10806-008-9144-3. Accepted: 23 December 2008 / Published
online: 10 January 2009
Jane K Osbourn, Plaskitt KA, Watts JW, Wilson TMA. 1989 . Tobacco Mosaic
Virus Coat Protein and Reporter Gene Transcripts Containing the TMV
Origin-of-Asembly Sequence Do Not Interact in Double- Transgenic
Tobacco plants : Implication for Coat Protein- Mediated Protection.
Journal of The American Phytopathological Society.
Michael A.Caprio, Marla K.Fraver, Glynn Hanskin. 2004. Evaluating the impacts
of refuge width on source-sink dynamics between transgenic and non
transgenic cotton. 5 pp. Journal of Insects Science, 4: 3. Online :
insectscience.org/ 4.3
Nature, 16 October 2009. News Feature .Volume 455.
20
Padmalata K, Jayaram K, Raju NL, Prasad MNV, Rajesh Arora. 2009.
Ethnopharmacological and Biotechnological Significance of Vitex.
Bioremediation, Biodiversity and Bioavailabilty. Global Science Books
Sharif M.M, Hejazi M.J, Mohammadi A,Rashidi M.R, 2007. Resistance status of
the Colorado potato beetle, Leptinotarsa decemlineata, to endosulfan in
East Azarbaijan and Ardabil province of Iran. 7pp. Journal of Insects
Science 7 :31. Di download : insectsscience.org/ 7.31
Suranto. 2007. Sainteknologi. Program Studi Magister Pendidikan sains program
Pascasarjana Universitas Sebelas Maret. Surakarta
William Dougherty G, Lindbo AJ, Holly AS, Dawn Parks, Sherri Swaney. 1994.
RNA – Mediated Virus Resisteance in Transgenic Plants: Exploitation
of Cellular Pathway Possibly Involved in RNA Degradation. Journal of
The American Phytopathological Society.
Xue B., Gonsalves, Provvidenti. 1994. Development of Transgenic Tomato
Expressing a High Level of Resistance to Cucumber Mosaic Virus
Strains of Subgroups I and II. Journal of The American
Phytopathological Society .New York.
21
Download