MODUL PERKULIAHAN ETIK UMB Komunikasi yang Efektif Fakultas Program Studi Ilmu Komputer Sistem Informasi Tatap Muka 13 Abstrak Komunikasi merupakan Kode MK Disusun Oleh A21311EL Yani Pratomo, S.S, M.Si. Kompetensi pada dasarnya Pada pertemuan kali ini, kita akan kebutuhan pokok membahas cara manusia, selain kebutuhan fisik yang efektif. berkomunikasi Kita pahami dulu, seperti makan/minum, pakaian, dan mengapa kita perlu berkomunikasi tempat dilakukan tinggal. untuk Komunikasi yang efektif? menyampaikan komunikasi? Apa hakikat Bagaimana proses ide/gagasan/pesan dan melakukan komunikasi berlangsung? Adakah penyamaan persepsi. Masalahnya, hal-hal yang menjadi hambatan apakah kegiatan komunikasi yang dalam berkomunikasi? Akhirnya, kita lakukan selama ini sudah kita juga akan membahas tentang efektif untuk tujuan penyampaian cara berkomunikasi non-verbal, ide/gagasan/pesan dan penyamaan verbal, dan cara berkomunikasi persepsi? publik yang efektif dan baik. Mengapa Perlu Berkomunikasi Efektif? Pada hakikatnya, setiap manusia butuh berkomunikasi. Taraf kebutuhan berkomunikasi pada manusia, mungkin tidak sepenting makan, minum, dan menghirup oksigen. Bila kita tidak makan dalam satu minggu, mungkin kita akan mati. Bila tidak minum dalam tiga hari, kita akan terhidrasi, lalu mati. Bila kita tidak menghirup oksigen (bernapas) dalam 15 menit, otak kita akan mati dan jantung dapat berhenti. Namun tanpa berkomunikasi, manusia pun juga akan mati, atau setidaknya manusia tanpa berkomunikasi akan hidup layaknya ”mayat hidup”. Komunikasi merupakan suatu hal yang sangat mendasar dalam kehidupan manusia. Bahkan komunikasi telah menjadi suatu fenomena bagi terbentuknya suatu masyarakat atau komunitas yang terintegrasi oleh informasi, di mana masing-masing individu dalam masyarakat itu sendiri saling berbagi informasi (information sharing) untuk mencapai tujuan dan pemahaman bersama. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak mungkin bisa hidup tanpa berkomunikasi. Sejumlah ahli seperti Paul Watzlawick, Janet Beavin, dan Don Jackson (dalam “The Pragmatics of Human Communication”, 1967) mengatakan,”You cannot not communicate”; yang artinya Anda tidak dapat tidak berkomunikasi. Orang yang sedang bersemadi atau berdiam diri pun ternyata juga berkomunikasi. Setidaknya tentu melakukan komunikasi intrapersonal atau komunikasi transendental, seperti saat kita sedang berdoa kepada Tuhan. Apalagi bila kita memahami bahwa manusia merupakan makhluk sosial, maka manusia sesungguhnya tidak dapat menghindar dari komunikasi, baik sengaja atau pun tanpa sengaja. Bahkan saat kita mencari-cari apa sebenarnya definisi dari kata “komunikasi”, maka saat itu pula kita juga sedang melakukan komunikasi. Lalu apakah kita cukup “hanya” berkomunikasi saja? Apakah komunikasi yang akan kita lakukan akan berakhir efektif atau sesuai dengan keinginan kita? Apa yang kita ingin tuju saat kita berkomunikasi? Ya, penyampaian pesan adalah tujuan kita dalam berkomunikasi. Tujuan selanjutnya? Tujuan selanjutnya dari kegiatan berkomunikasi adalah upaya penyamaan persepsi. Bila pesan tidak sampai pada penerima dan penyamaan persepsi juga tidak tercapai, itu artinya komunikasi kita tidaklah efektif atau tidak tepat guna. Untuk mencapai kedua tujuan tadi, maka kita perlu berupaya untuk melakukan komunikasi yang efektif. ‘16 2 Etik UMB Yani Pratomo, S.S., M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Kemampuan komunikasi yang efektif merupakan salah satu kemampuan (skill) dasar yang perlu kita miliki untuk kemudahan kita dalam penyampaian pesan dan pembentukan persepsi dari pihak yang kita ajak berkomunikasi. Pada kenyataannya, tidak setiap orang memiliki skill tersebut. Ada orang-orang yang secara alami (natural) memilki kemampuan bagus dalam berkomunikasi efektif, meskipun mereka tidak mempelajari dan melatih diri secara khusus untuk mampu berkomunikasi secara efektif. Akan tetapi, banyak orang yang kesulitan dalam kemampuan berkomunikasi secara efektif, sehingga kebanyakan orang ini perlu melatih kemampuan berkomunikasi secara efektif. Bhatnagar bersaudara (2012: 3) mengelompokkan kemampuan bekomunikasi efektif ke dalam soft skill, satu kelompok dengan soft skills lainnya, seperti kemampuan kepemimpinan (leadership), pemahaman etika (ethics), dan kemampuan mengelola waktu (time management). Bahasan mengenai perbedaan hard skill dan soft skill telah ditampilkan dalam pertemuan-pertemuan sebelum ini. Bhatnagar menganggap bahwa kemampuan berkomunikasi ini merupakan interpersonal competency yang sulit diukur secara subyektif, namun kemampuan berkomunikasi ini merupakan modal individu untuk menuju jenjang kesuksesan. Kesulitan dalam berkomunikasi akan mengakibatkan hal-hal yang tidak menguntungkan, seperti kesalahpahaman, ketidakefisienan dalam beraktivitas, hingga kondisi sering diperlakukan tidak baik (bullied) oleh pihak lain. Oleh sebab itu, kemampuan berkomunikasi sebaiknya perlu dipelajari dan dilatih, khususnya bagi individuindividu yang tidak memiliki kemampuan alamiah dalam hal kemampuan berkomunikasi. Sebelum lebih lanjut kita berbicara tentang komunikasi yang efektif, ada baiknya kita perhatikan lebih dulu hal-hal yang mendasar tentang komunikasi, seperti pemahaman tentang hakikat berkomunikasi, jenis-jenis komunikasi, proses berkomunikasi, hingga hambatan-hambatan yang mungkin terjadi dalam berkomunikasi. Hakikat Berkomunikasi Pertanyaan dasar yang muncul saat pertama kita memahami apa itu komunikasi adalah pertanyaan tentang mengapa manusia berkomunikasi? Jawaban atas pertanyaan ini kemudian dapat disusun sebagai kerangka dasar definisi komunikasi itu sendiri. Bila dilihat dari etimologi-nya, komunikasi berasal dari kata Latin, yaitu communis yang berarti “sama”. Turunan kata secara morfologisnya akan menjadi communico, communication, atau communicare yang berarti “membuat sama”. Bertolak dari makna kata di atas, Wilbur Schramm (dalam Pratomo, 2103) mengatakan bahwa komunikasi ‘16 3 Etik UMB Yani Pratomo, S.S., M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id merupakan suatu usaha untuk mengadakan persamaan dengan orang lain. Apa yang ingin disamakan? Bisa saja persepsi, maksud, pendapat, atau sekadar pemahaman. Hal yang hampir serupa disampaikan oleh James A.F. Stoner. Menurutnya, komunikasi adalah proses memberikan pengertian dengan cara memindahkan pesan. Carl Hovland lebih jauh memaksudkan tindakan berkomunikasi bukan hanya membuat persamaan, tapi juga memindahkan rangsangan dan mengubah perilaku orang lain. Tentunya unsur persuasi dan kesengajaan sangat mendominasi pemahaman Hovland mengenai komunikasi. Sedangkan Barelson & Steiner (1964) mengatakan bahwa komunikasi merupakan proses penyampaian informasi, gagasan, keahlian, dan lain-lain melalui penggunaan symbol-simbol, seperti kata-kata (bahasa verbal), gambargambar, angka-angka, dan gerak tubuh. Pemahaman yang cukup unik disampaikan oleh Harold Lasswell (McQuail, 1996). Ia mengatakan bahwa komunikasi sangat berkaitan dengan who says in what channel to whom with what effects. Ini artinya Lasswell sangat memperhatikan unsur-unsur yang melibatkan komunikasi, seperti Source dan Communicator (who), media (channel), Communicant (whom), dan Effect yang ditimbulkan. Berdasarkan sekumpulan definisi di atas, kita memahami bahwa manusia hidup membutuhkan lingkungan sosial untuk saling menyampaikan informasi dan gagasan. Apalagi ditambahkan bahwa manusia juga merupakan makhluk budaya, maka manusia memiliki naluri untuk terus menyampaikan gagasan sebagai hasil dari buah pikirannya yang tidak pernah berhenti selama manusia masih hidup, bangun (tidak sedang tidur), dan dalam keadaan sadar. Bila manusia berhenti berkomunikasi, maka kemungkinannya ia mati, sedang tidur, atau dalam keadaan tidak sadar. Jenis-jenis Komunikasi Komunikasi dibagi ke dalam jenis-jenis berikut ini (Bhatnagar: 2012, 14 menyebutnya dengan istilah Dimensi-dimensi Komunikasi): 1. Komunikasi Intrapersonal 2. Komunikasi Transendental 3. Komunikasi Interpersonal (perorangan/antarpribadi) 4. Komunikasi Kelompok atau Komunikasi Publik 5. Komunikasi Massa 6. Kombinasi Komunikasi Massa dan Komunikasi Interpersonal (Komunikasi Interaktif). ‘16 4 Etik UMB Yani Pratomo, S.S., M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Komunikasi intrapersonal adalah jenis komunikasi yang melibatkan individu dengan dirinya sendiri, misalkan saat kita merenung, berfikir, atau berbicara pada diri sendiri. Hal yang hampir sama juga terjadi pada umat beragama yang sedang melakukan komunikasi transendental kepada Tuhannya saat berdoa atau berzikir. Pengertian transendental di sini secara umum adalah komunikasi vertikal yang bisa terjadi pada umat lain selain umat Islam dan agama-agama wahyu lainnya (Kristen dan Yahudi), akan tetapi juga dengan umat yang meyakini roh-roh leluhur serta jin penguasa alam yang bersifat gaib. Apakah kemampuan (skill) berkomunikasi dibutuhkan dalam komunikasi jenis ini? Ada yang mengatakan ya, ada juga yang tidak. Dalam berdoa misalkan, umat Islam banyak mempelajari doa-doa dalam al-Quran ataupun perkataan (hadits) Nabi Muhammad dengan menggunakan bahasa Arab. Kemampuan berdoa di sini pada akhirnya juga diperlukan dan dapat dipelajari, agar sesuai atau mendekati tuntunan agama. Pada komunikasi interpersonal, yang diharapkan adalah terjadinya hubungan timbal-balik secara mudah dan terkonsentrasi. Hal ini memungkinkan, sebab dalam komunikasi perorangan hubungan personal sangat dekat. Dua pihak yang melakukan komunikasi personal bahkan tidak hanya saling memahami melalui bahasa yang digunakan, tetapi juga bisa melalui pemahaman gerak tubuh dan mimik wajah. Sifat komunikasi interpersonal ini berlawanan dengan sifat komunikasi impersonal, yaitu komunikasi yang formal dan tidak memiliki kedekatan atau keakraban. Contoh komunikasi impersonal adalah saat Presiden berpidato, saat kita berbicara dengan kasir di bank, atau saat seorang prajurit memberi laporan pada komandannya. Komunikasi yang terjadi tentu cenderung formal dan kaku, tidak ada kedekatan personal. Inilah yang dimaksud dengan komunikasi impersonal. Apakah skill berkomunikasi dibutuhkan dalam komunikasi interpersonal? Justru inilah yang perlu banyak dipelajari dan dilatih. Kelemahan dalam kemampuan berkomunikasi menjadi sumber gagalnya komunikasi interpersonal. Gagalnya kehidupan rumah-tangga antara suami-istri, perseteruan orang tua dengan anak, perkelahian antarpelajar dan antarmahasiswa seringkali disebabkan kelemahan dalam kemampuan berkomunikasi. Selanjutnya, dalam komunikasi kelompok atau komunikasi publik, hubungan personal berkurang akibat banyaknya individu yang saling berhadapan. Namun begitu, pesan lebih cepat mencapai banyak orang sekaligus. adalah perkuliahan, briefing, dan pidato. Contoh komunikasi kelompok Kemampuan berkomunikasi efektif sangat diperlukan dalam komunikasi jenis ini, bahkan bukan hanya kemampuan biasa, melainkan kemampuan yang disebut public speaking skill (keahlian sebagai pembicara publik). Inilah yang sering kita lihat dalam kampanye politik, ceramah agama, seminar-seminar, dan talk show. ‘16 5 Sejumlah tokoh sukses dikenal dan disukai oleh karena kehandalannya dalam Etik UMB Yani Pratomo, S.S., M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id melakukan komunikasi publik. Nama-nama seperti Presiden Soekarno, Bung Tomo, Kyai Haji (alm.) Zainuddin MZ, Steve Jobs, dan Mario Teguh adalah contoh nama-nama yang memiliki skill di atas rata dalam hal kemampuan public speaking. Untuk mencapai kemampuan seperti mereka atau setidaknya mendekati keahlian mereka, maka umumnya diperlukan latihan dan pembiasaan. Gambar 13.1 Ilustrasi Komunikasi Publik yang membutuhkan public speaking skill Selanjutnya dalam komunikasi massa, hubungan personal semakin hilang (umumnya menjadi impersonal) dan hampir hanya berlangsung satu arah (one way communication). Komunikator bisa hanya satu orang atau lebih dari satu orang (berbentuk lembaga). Komunikan (audience) pun berjumlah banyak dan berada di area yang luas, namun kebanyakan tidak saling mengenal. Informasi tiba ke komunikan secara serempak (simultan), sedangkan feedback (timbal-balik) seringkali tertunda. Secara singkat, komunikasi massa adalah komunikasi ke banyak orang (one to many), di mana penerima pesan (audience) tidak diketahui pasti jumlah dan keberadaannya, kecuali setelah survey dilakukan atau digunakan alat bantu tertentu. Contoh komunikasi massa adalah komunikasi menggunakan media massa konvensional, seperti buku, surat kabar, tabloid, majalah, radio, film, televisi, papan reklame, dan spanduk. Apakah dalam melakukan komunikasi jenis ini dibutuhkan effective communication skill? Ya, tentu sangat dibutuhkan. Banyak skill yang diperlukan dalam berkomunikasi massa, seperti kemampuan berbahasa, kemampuan menulis, hingga kemampuan public speaking. Seorang penyiar televisi atau radio tentu dituntut untuk memiliki skill khusus melalui pelatihan yang intensif. Seorang penulis buku atau penulis berita juga dituntut hal yang sama. Jenis komunikasi berikutnya adalah Komunikasi Interaktif, yang merupakan kombinasi Komunikasi Massa dengan Komunikasi Interpersonal. Siaran televisi dan radio ‘16 6 Etik UMB Yani Pratomo, S.S., M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id saat ini cenderung memasukkan unsur interaktif. Telepon dan sms banyak dimanfaatkan dalam siaran radio dan televisi, sehingga feedback mudah terjadi. Saat seorang pendengar menelpon penyiar dan percakapan mereka disiarkan, maka telah terjadi komunikasi interpersonal (antara penyiar dengan penelpon) dan komunikasi massa (perbincangan mereka yang didengar oleh seluruh pendengar) sekaligus. Ini yang dimaksud dengan komunikasi interaktif. Di era digital saat ini, komunikasi interaktif telah mencapai wujud yang sejati, yaitu dengan terjadinya komunikasi interaktif dalam satu jaringan yang sama. Bila seorang penyiar radio berbicara dengan pendengar melalui telepon, maka dipandang boleh dikatakan interaksi terjadi melalui dua jaringan yang berbeda, yaitu jaringan siaran radio dan jaringan telepon. Bandingkan dengan kehadiran Jejaring Media Sosial Online yang marak saat ini? Bila seorang figur publik mengirim cuitan (tweet) melalui akun Twitter, maka dalam waktu singkat ribuan orang akan membacanya. Di situ ia telah melakukan komunikasi massa. Lantas bila ada seseorang melakuan cuitan balik (retweet) yang ditujukan langsung pada si figur publik, maka komunikasi interpersonal telah terjadi. Begitu pula saat kita memperbarui (updating) status kita di Facebook, maka ratusan atau ribuan teman kita akan membacanya. Bila ada salah satu teman kita memberi komentar langsung di laman Facebook kita atau melakukan pengiriman pesan personal (PM atau Japri), maka komunikasi interpersonal terjadi di sini. Inilah yang dimaksud komunikasi interaktif sejati, karena komunikasi massa dan interaksi personal dilakukan pada jaringan internet yang sama. Apakah skill berkomunikasi diperlukan dalam jenis komunikasi ini? Ya, sangat diperlukan, meskipun banyak orang yang mengabakan. Bila banyak orang mengabaikan kemampuan berkomunikasi melalui internet, maka akan banyak terjadi kekacauan atau kesalahpahaman yang bisa berkibat buruk. Proses Komunikasi Proses berkomunikasi dapat berlangsung secara primer (menggunakan alat utama) atau tanpa alat bantu. Alat primer yang dipakai di sini tidak lain adalah kemampuan berbahasa dan menggunakan isyarat tubuh (gesture). Keduanya memanfaatkan potensi yang ada pada tubuh manusia. Bahasa lisan disampaikan melalui mulut kita dengan adanya perpaduan alat-alat artikulasi, seperti kerongkongan, lidah, langit-langit mulut, dan kedua bibir. Di sinilah fonem-fonem dihasilkan dan berpadu menjadi morfem, kemudian meningkat hingga tataran kalimat, serta wacana. Bila terjadi gangguan pada alat artikulasi manusia atau pun gangguan berbahasa lainnya, maka ‘16 7 Etik UMB Yani Pratomo, S.S., M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id manusia menggunakan isyarat tubuh (gesture), termasuk mimik wajah, dengan kesepakatan tertentu. Akan tetapi, isyarat tubuh tidak hanya didominasi oleh mereka yang kurang beruntung secara fisik. Dalam kondisi tertentu, seorang yang normal juga membutuhkan isyarat fisik, misalnya saat memberi kode pada orang lain yang jaraknya berjauhan, namun masih terlihat pandangan mata. Mimik wajah juga biasa kita gunakan untuk menunjukkan perasaan. Gambar 13.2 Gestur wajah yang merupakan ekspresi primer dalam berkomunikasi Selain itu, proses berkomunikasi juga bisa memakai alat bantu sekunder, yaitu media-media umum, seperti mikrofon, speaker, surat, telepon, faks, sms, dan lain-lain. Alat komunikasi massa dalam hal ini juga bisa dipakai, seperti surat kabar, televisi, majalah, tabloid, film, papan reklame, spanduk, internet, dan lain-lain. Secara definitif, komunikasi itu sendiri merupakan proses, yaitu proses penyampaian informasi (pesan, ide, atau gagasan) dari satu pihak kepada pihak lainnya. Proses komunikasi terjadi melalui sejumlah komponen, yaitu: - Pengirim pesan atau Komunikator atau Sender atau Source (S) - Pesan, ide, atau gagasan yang disebut Message (M) - Saluran atau Media yang digunakan untuk penyampaian pesan, yaitu Channel (C) - Penerima Pesan atau Komunikan atau Receiver (R) - Umpan balik atau Tanggapan atau Feedback (F) - Gangguan dalam proses komunikasi yang disebut Noise (N) - Aturan atau Standar Operasional yang mengatur lalu-lintas pesan disebut Protocol (P). ‘16 8 Etik UMB Yani Pratomo, S.S., M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Proses komunikasi yang berlangsung secara umum adalah S mengirim M kepada R melalui C. R akan melakukan F setelah memahami pesan. Proses berlangsungnya komunikasi ini diatur melalui P. Terkadang R salah paham dalam memahami M dari P akibat adanya N. Proses komunikasi semacam ini disebut sebagai Model Komunikasi Linear atau Tradisional yang dikemukakan oleh Claude Shannon dan Warren Weaver sejak tahun 1949. Harold Lasswell juga lebih kurang menyampaikan hal yang sama (MCQuail, 1996). Dalam Model Komunikasi semacam ini, komunikasi berlangsung satu arah, mirip dengan yang terjadi dalam komunikasi massa konvensional (televisi, radio, surat kabar, buku, dan lain-lain) atau juga dalam komunikasi menggunakan telepon konvensional. Di era digital yang menekankan sisi interaktivitas, maka Model Komunikasi Interaksional lebih relevan, seperti yang disampaikan oleh Wibur Schramm (McQuail, 1996). Posisi S dan R melingkar dan saling bertukar posisi, tidak stagnan. Dalam percakapan telepon yang dilakukan dua orang, sesungguhnya S tidak seterusnya menjadi S, melainkan dapat bertukar posisi menjadi R. Begitupun sebaliknya. Dalam komunikasi menggunakan internet, hal ini mudah terjadi. Anggaplah kita menyampaikan suatu topik di grup Blackberry Messenger (BBM) atau Whatsapp, maka di situ posisi kita adalah S. Akan tetapi, begitu ada pembicara lain yang muncul dengan tanggapan, maka kita berubah posisi menjadi R, dan seterusnya. Hambatan-hambatan dalam Komunikasi Dalam berkomunikasi, hambatan-hambatan dapat terjadi. Para ahli memiliki sejumlah pandangan dan argumentasi yang berbeda-beda mengenai faktor-faktor apa saja yang dapat menjadi hambatan dalam kegiatan komunikasi. Faktor-faktor hambatan utama dalam berkomunikasi terdiri dari: 1. Hambatan Bahasa 2. Perbedaan Nilai Hidup 3. Perbedaan Pola Perilaku Budaya. Selain itu, ada juga hambatan-hambatan umum yang lebih bersifat konseptual, seperti adanya perbedaan persepsi, perbedaan pola pikir, sikap etnosentris, prasangka, dan terjadinya gegar budaya. ‘16 9 Etik UMB Yani Pratomo, S.S., M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Bukan itu saja, Kita juga masih bisa mengidentifikasi hambatan-hambatan lain, yang di sini dikategorikan sebagai hambatan-hambatan khas/khusus, yang terdiri atas: 1. Fisik (Physical) 2. Motivasi (Motivational) 3. Pengalaman (Experiantial) 4. Emosi (Emotional) 5. Kompetisi (Competition) 6. Keahlian (Skill). Untuk mengatasi hambatan-hambatan di atas, khususnya Faktor-faktor Hambatan utama, maka kemampuan berkomunikasi perlu ditingkatkan. Pelajarilah hal-hal yang menjadi penyebab hambatan-hambatan tersebut, lalu pelajari juga cara mengatasinya. Tentu diperlukan bahasan khusus untuk memahami hambatan-hambatan dalam berkomunikasi. Kemampuan Dasar dalam Komunikasi yang Efektif Adair (2009) menyebutkan bahwa secara alamiah, ada empat kemampuan dasar berkomunikasi yang harus diperhatikan: 1. Kemampuan Mendengarkan (Listening Skill), bukan sekedar kemampuan mendengar (hearing), melainkan mendengarkan (listening). Mendengar adalah kegiatan pasif, akan tetapi “mendengarkan” merupakan kegiatan pasif yang aktif. Oleh sebab itu, di sini muncul istilah active learning atau mendengarkan secara aktif. Banyak orang menganggap ringan kemampuan mendengarkan, padahal kebanyakan orang lemah dalam kemampuan mendengarkan. Hal-hal positif, seperti sikap simpati dan empati muncul dari kemampuan mendengarkan. Seseorang yang aktif mendengarkan juga akan mampu menyerap pesan lebih baik, serta mampu memberi umpan-balik yang tepat kepada pemberi pesan awal. Melalui kemampuan mendengarkan yang baik, akan interaksi akan berlangsung dengan lancar dan tujuan komunikasi tercapai. 2. Kemampuan Membaca (Reading Skill) umumnya ada pada kelompok masyarakat yang memiliki taraf pendidikan yang lebih baik dan lebih tinggi. Kegemaran dalam membaca perlu diiringi dengan kemampuan membaca yang baik, sehingga pesanpesan yang ada dalam bacaan dapat dipahami dengan baik. Orang-orang yang memiliki reading skill yang baik, pada umumnya juga mampu membaca cepat dan ‘16 10 Etik UMB Yani Pratomo, S.S., M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id menyelesaian bacaan yang banyak dalam waktu lebih singkat. Kondisi ini mendorong peningkatan intelektualitas, sehingga seseorang yang pandai membaca, maka ia juga lebih mudah dalam meningkatkan kemampuan berbicara dan menulis. 3. Kemampuan Berbicara (Speaking Skill) merupakan bidang yang paling banyak dibicarakan dalam pembahasan komunikasi yang efektif, sehingga muncul kesan bahwa effective communication sama dengan kemampuan public speaking. Seharusnya, kemampuan berkomunikasi efektif melingkupi keempat kemampuan dasar ini. Kemampuan melakukan public speaking adalah bagian dari kemampuan berbicara yang ditunjang oleh beberapa latihan khusus. 4. Kemampuan Menulis (Writing Skill) seringkali dianggap paling sulit, terutama di kalangan orang-orang dengan budaya baca-tulis yang rendah. Intelektualitas sering dihubungkan dengan kemampuan menulis, oleh sebab itu para sarjana akan lebih diakui intelktualitasnya bila mampu menulis karya-karya non-fiksi maupun fiksi, terutama karya tulis ilmiah non-fiksi. Untuk handal dalam menulis, seseorang perlu banyak membaca, mempelajari teori-teori penulisan yang baik, dan tentunya banyak berlatih. Kemampuan Komunikasi Non-Verbal yang Efektif Adair (2009: 10) menyebutkan bahwa sistem dasar manusia dalam berkomunikasi tidak lain tubuh dan kelengkapannya. Berkomunikasi tidaklah semata-semata tentang organ berbicara (bibir, lidah, dan pita suara), melainkan juga pendengaran, mata, wajah, tangan, hingga otak. Ini artinya, banyak bagian dari tubuh kita dapat dilibatkan dalam kegiatan berkomunikasi. Dari sinilah muncul istilah body language. Bahkan seringkali apa yang diucapkan lidah berbeda dengan apa yang ditampilkan oleh bagian tubuh lainnya. Inilah yang sering terjadi saat seseorang berbohong. Seorang ahli penilai kebohongan akan lebih memperhatikan gestur (gerakan tubuh) dibandingkan mendengarkan apa yang terucap dari lidah seseorang. Bisa saja seseorang mengatakan “tidak”, padahal dahi dan kedipan matanya mengatakan “ya”. Detak jantung seseorang juga dapat mencerminkan apa yang dikomunikasikan. Seseorang yang sedang berbohong umumnya detak jantungnya berdetak lebih cepat. Bahasa tubuh juga dapat dimanfaatkan dalam membangun komunikasi yang efektif. Di saat suatu maksud sulit disampaikan dalam bahasa verbal, maka pandai- pandailah memanfaatkan bahasa non-verbal. Hal ini juga berlaku saat komunikasi verbal ‘16 11 Etik UMB Yani Pratomo, S.S., M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id sulit dilakukan, misalkan saat kita memberi kode pada seseorang yang berdiri jauh, sehingga suara kita akan sulit didengar. Bahkan dalam kondisi mudah berbicara verbal pun, kemampuan melakukan gestur juga perlu kita kembangkan, khususnya bagi kita yang ingin sukses dalam kemmpuan berkomunikasi pada tingkat mahir. Seorang pembicara publik yang handal dan penampilannya disukai banyak orang biasanya juga memiliki kemampuan komunikasi non-verbal. Seorang aktor film tidak akan disebut aktor yang handal manakala mereka tidak pandai mengembangkan kemampuan komunikasi nonverbal atau gestur. Berikut ini sembilan unsur non-verbal yang disebutkan oleh Adair (2009: 10): 1. Ekspresi Wajah (Facial Expression) 2. Kontak Mata (Eye Contact) 3. Intonasi Suara (Tone Voice) 4. Sentuhan Fisik (Physical Touch) 5. Penampilan (Appearance) berupa busana dan aksesoris yang digunakan 6. Postur Tubuh (Body Posture) 7. Pengaturan Jarak (Proximity) posisi berdiri/duduk yang mendekat atau menjauh 8. Gerakan tangan, kaki, perut, dan bagian tubuh lainnya (Physical Gesture) 9. Posisi dan Gerakan Kepala (Head Position) Kemampuan Komunikasi Verbal yang Efektif Setelah bicara non-verbal, sekarang kita lanjut kepada komunikasi verbal. Yang dimaksud komunikasi verbal di sini tidak lain berkaitan dengan pemakaian bahasa secara lisan maupun tulisan. Beberapa unsur komunikasi verbal yang harus diperhatikan adalah: 1. Penguasaan Bahasa yang digunakan 2. Gunakan pilihan kata dan pengembangan kalimat yang mudah dipahami 3. Makna pesan ringkas, jelas, dan sistematis 4. Sampaikan secara tulus dan tunjukkan sikap antusias pada topik pembicaraan 5. Ucapkan kata dengan artikulasi (pengucapan) yang jelas dan tidak menggumam 6. Hindari kata-kata yang tidak sopan atau melanggar norma budaya 7. Hormati lawan bicara 8. Boleh sedikit “dibumbui” humor dan analogi/perumpamaan yang relevan. ‘16 12 Etik UMB Yani Pratomo, S.S., M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Kemampuan berbahasa menjadi hal yang perlu dilatih secara khusus, terutama bila kita berbicara dalam bahasa asing atau bahasa yang bukan merupakan bahasa lahir kita. Pada saat berbicara dengan orang asing, kita juga akan membutuhkan pengetahuan Komunikasi Antarbudaya yang merupakan salah satu sub-cabang Ilmu Komunikasi. Kelemahan dalam pengetahuan Komunikasi Antarbudaya dapat mengakibatkan kesalahpahaman yang fatal dan mengakibatkan cultural shock atau gegar budaya. Bahkan perang antarsuku atau antarbangsa dapat terjadi akibat kesalahan dalam memahami budaya lawan bicara kita. Kemampuan dalam Melakukan Komunikasi Publik Seseorang yang mampu melakukan komunikasi publik yang baik dan menarik pada umumnya akan mendapat perhatian khusus. Saat bekerja di kantor, kita dituntut untuk mampu melakuan presentasi, baik dalam hal penyampaian proposal ataupun laporan. Saat menyampaikan training, mengajar di depan kelas, atau berbicara di depan klien, maka kemampuan berpresentasi menjadi hal pokok. Bila ingin sukses dalam bidang sosial dan politik, kemampuan melakukan komunikasi publik juga menjadi persyaratan. Seperti telah disebutkan di awal, sejumlah tokoh nasional dan internasional menjadi sangat populer bila memiliki kelebihan dalam public speaking. Sejumlah dari mereka memang diyakini memiliki bakat alamiah, namun kebanyakan dari mereka juga diyakini memiliki kemampuan setelah mempelajari teknik-teknik public speaking dan melatihnya dengan sungguh-sungguh. Pengalaman juga memberi pengaruh, terutama dalam penempaan mental dan kemampuan membaca situasi audience. Berikut ini beberapa teknik yang perlu diperhatikan dalam peningkatan kemampuan melakukan komunikasi publik: 1. Persiapkan diri dengan baik. Buatlah slide presentasi yang menarik atau setidaknya outline dari pokok-pokok pikiran yang akan disampaikan 2. Kuasai materi, jangan mengandalkan apa yang tertulis di slide atau makalah 3. Lakukan manajemen waktu, tidak datang terlambat, dan atur lama presentasi sesuai waktu yang disediakan 4. Gunakan volume suara yang wajar sesuai besar ruangan dan jumlah audience, jangan terlalu pelan, tapi juga tidak berteriak. Manfaatkan pengeras suara bila ada 5. Latih kontrol suara Anda, terutama dalam hal kecepatan bicara, intonasi yang sesuai, dan biasakan berbicara dengan artikulasi bunyi fonem yang jelas. Hindari menggumam atau bicara terlalu cepat dan sulit dipahami pendengar. ‘16 13 Etik UMB Yani Pratomo, S.S., M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 6. Berbicaralah dengan nada suara yang yakin, jangan berbicara dengan nada ragu-ragu 7. Lakukan kontak mata pada audience dan manfaatkan bahasa tubuh (senyum dan gestur tubuh lainnya) 8. Lakukan interaksi dengan audience dengan cara melempar pertanyaan sederhana (bila perlu adakan kuis berhadiah bagi yang mampu menjawab) 9. Sisipkan humor seperlunya dan berikan analogi atau contoh-contoh kasus yang relevan dan menarik untuk disimak 10. Gunakan ungkapan-ungkapan penegasan yang menarik perhatian, seperti “luar biasa”, “mengagumkan”, atau “menarik sekali” 11. Bila menggunakan slide, hindari tulisan yang terlalu banyak dan berukuran kecil. Perbanyaklah visualisasi, seperti foto, gambar, grafik, dan angka-angka penting. Bila perlu menempatkan tulisan, maka sebaiknya utamakan menampilkan poin-poin saja (tidak lebih dari tiga poin per halaman slide). Sisipkan pula satu video ilustrasi yang menarik di awal atau akhir presentasi. 12. Jangan terpaku pada slide. Jadikan slide hanya background yang sesekali ditengok dan untuk dilihat oleh audience. Jadikan diri Anda sebagai pusat perhatian, bukan slide yang menjadi perhatian audience. Oleh sebab itu, jangan membelakangi audience dikarenakan Anda membaca apa yang tertulis di slide. 13. Pelajari bagaimana para pembicara publik yang handal melakukan presentasi. Steve Job adalah contoh presenter yang bagus dalam hal penyampaian presentasi bisnis. Video-videonya dengan mudah bisa kita temukan di situs www.youtube.com . Sikap-sikap yang Harus Dihindari Untuk mencapai efektivitas komunikasi, ada beberapa sikap yang harus dihindari, karena bila tidak hal ini akan kontra-produktif. Bhatnagar (2012: 33) menyampaikan beberapa sikap yang dimaksud: 1. Hindari sikap superiority terhadap lawan bicara atau sikap sombong (arrogance) 2. Sebaliknya, hindari pula sikap rendah diri (inferiority) 3. Hindari sikap terlalu bertahan atau menyanggah (defensive) 4. Hindari sikap enggan atau malas dalam berkomunikasi (reluctant) 5. Kontrol volume dan intonasi suara, jangan terlalu lemah atau tinggi 6. Hindari sikap tidak sopan, mengeluarkan kata-kata kotor atau melanggar norma 7. Hindari mencela lawan bicara maupun orang lain yang tidak ikut dalam pembicaraan 8. Hindari sikap tidak tulus atau tidak jujur 9. Hindari terlalu banyak bicara dan kurang dalam mendengarkan ‘16 14 Etik UMB Yani Pratomo, S.S., M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Dalam konteks Komunikasi Antarbudaya, pembicaraan tentang apa-apa yang perlu dihindari dalam berkomunikasi dapat berkembang lebih kompleks. Perbedaan persepsi budaya dapat terjadi dalam Komunikasi Antarbudaya dan tentu kondisinya dapat berbedabeda dalam budaya yang berbeda-beda. Bisa terjadi suatu hal dipersepsikan baik dalam suatu budaya, tapi dipersepsikan buruk di budaya lainnya. Misalkan pengucapan gelar “Professor” atau “Senor” akan dipersepsikan positif oleh orang Jerman dan Italia, akan tetapi tindakan tersebut kurang cocok dilakukan saat kita berbicara dengan orang Amerika. Sebaliknya, memanggil nama depan menimbulkan persepsi positif bagi Amerika dan Kanada, tapi sebaiknya jangan lakukan hal demikian pada orang Jerman dan Jepang. Jangan sisipkan lelucon dan intermezzon saat berpresentasi di depan orang Jepang, tapi silahkan lakukan hal tersebut di depan orang Amerika atau Australia. Sebaliknya, silahkan sisipkan basa-basi sopan-santun pada orang Jepang atau cerita seputar keluarga pada orang Arab, tapi saat menghadapi orang Amerika, Inggris, dan Jerman, sebaiknya Anda to the point pada topik pembicaraan.▀ ‘16 15 Etik UMB Yani Pratomo, S.S., M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Daftar Pustaka Adair, John. Effective Communication: The Most Important Management Skill of All. London: Pan Books, 2009 Artiningrum, Primi and Arissetyo Nugroho. Etika dan Perilaku Profesional. Jakarta: Graha Ilmu, 2013 Bhatnagar, Nithin and Mamta Bhatnagar. Effective Communication and Soft Skills: Strategies for Success. New Delhi: Dorling Kindersley, 2012 McQuail, Denis. 1996. Teori Komunikasi Massa. Jakarta: Erlangga Mulyana, Deddy. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001 _____________. Komunikasi Efektif: Suatu Pendekatan Lintasbudaya. Remaja Rosdakarya, 2004 Bandung: Pratomo, Yani. “Hambatan-hambatan dalam Komunikasi Antarbudaya 2”. Perkuliahan e-Learning UMB. Jakarta: Universitas Marcu Buana, 2014 Modul Pratomo, Yani. “Pengantar Komunikasi Antarbudaya 2”. Modul Perkuliahan e-Learning UMB. Jakarta: Universitas Marcu Buana, 2014 Pratomo, Yani. “Pengantar Teknologi Komunikasi 1”. UMB. Jakarta: Universitas Marcu Buana, 2013 ‘16 16 Etik UMB Yani Pratomo, S.S., M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Modul Perkuliahan e-Learning