BAB I - Repository | UNHAS

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Aktivitas
Aktivitas adalah suatu kegiatan yang dapat dijumpai dalam proses
administrasi. Hal ini sejalan dengan pengertian yang dikemukakan oleh
Tjokroamudjojo (1995 : 2010) sebagai berikut :
”Aktivitas adalah usaha-usaha yang dikemukakan untuk melaksanakan semua
rencana dan kebijaksanaan yang telah dirumuskan dan ditetapkan untuk
melengkapi segala kebutuhan alat-alat yang diperlukan, siapa yang akan
melaksanakan, ditempat mana pelaksanaannya, kapan waktu dimulai dan
berakhir, dan bagaimana cara yang harus dilaksanakan.”
Lebih lanjut Tjokroamudjojo (1995 : 1998) mengemukakan bahwa :
”Aktivitas sebagai proses dapat dipahami dalam bentuk rangkaian kegiatan yakni
berawal dari kebijaksanaan itu diturunkan dalam bentuk proyek.”
Dengan demikian dalam operasionalnya, aktivitas dapat dirasakan perlu
adanya penerapan dan fungsi manajemen yakni pelaksanaan kegiatan operasional.
Dengan dasar pemahaman bahwa rangkaian tindak lanjut merupakan upaya positif
(efektif dan efisien) ke arah tujuan akhir . Disamping itu adanya pelaksanaan yang
terlibat dalam pencapaian tujuan merupakan adanya penggerakan kegiatan dalam
suatu tujuan tertentu.
B. Pengertian Promosi
Promosi merupakan kegiatan-kegiatan yang secara aktif dilakukan perusahaan
untuk mendorong konsumen membeli produk yang ditawarkan. Promosi juga
13
dikatakan sebagai proses berlanjut karena dapat menimbulkan rangkaian kegiatan
perusahaan yang selanjutnya. Karena promosi itu dipandang sebagai arus informasi
atau persuasi satu arah yang dibuat untuk mengarahkan seseorang atau organisasi
agar melakukan pertukaran dalam pemasaran. Kegiatan dalam promosi ini pada
umumnya adalah periklanan, personal selling, promosi penjualan, pemasaran
langsung, serta hubungan masyarakat dan publisitas.
Menurut Tjiptono (2009 : 219) defenisi promosi sebagai berikut :
“Promosi adalah suatu bentuk komunikasi pemasaran, yang dimaksud dengan
komunikasi pemasaran adalah aktivitas pemasaran yang berusaha
menyebarkan informasi, mempengaruhi/membujuk dan mengingatkan pasar
sasaran atas perusahaan dan produknya agar bersedia menerima, membeli,
dan loyal pada produk yang ditawarkan perusahaan yang bersangkutan.”
Sedangkan Sunarto (2003 : 425) mengemukakan bahwa : “Promosi
merupakan insentif jangka pendek untuk mendorong, pembelanjaan atau penjualan
produk atau jasa.”
Promosi merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan suatu program
pemasaran. Betapapun berkualitasnya suatu produk, bila konsumen belum pernah
mendengarnya dan tidak yakin bahwa produk itu akan berguna bagi mereka, maka
mereka tidak akan pernah membelinya. Pentingnya promosi dapat digambarkan lewat
perumpamaan bahwa pemasaran tanpa promosi dapat diibaratkan seorang pria
berkaca mata hitam yang dari tempat gelap pada malam kelam mengedipkan matanya
pada seseorang gadis cantik di kejauhan. Tak seorang pun yang tahu apa yang
dilakukan pria tersebut, selain dirinya sendiri.
14
C. Public Relations
Banyak pakar mendefinisikan pengertian Public Relations berdasarkan sudut
pandang masing-masing. Jika ditinjau dari aspek manajemen, maka Public Relations
didefinisikan sebagai fungsi manajemen yang menilai setiap publik, menentukan
kebijaksanaan
seseorang
atau
organisasi
demi
kepentingan
publik,
serta
merencanakan dan melakukan program kegiatan untuk meraih pengertian dan
dukungan publik. Berdasarkan definisi ini ada tiga sifat Public Relations yang utama.
Pertama, kredibilitas tinggi, dimana artikel dan berita di media massa lebih dipercaya
daripada iklan. Kedua, offguard yakni Public Relations dapat menjangkau pihakpihak yang menghindari wiraniaga atau iklan. Yang ketiga, dramatization yaitu
Public Relations memiliki potensi untuk mendramatisasi suatu perusahaan atau
produk tertentu.
William dalam Buchari (2004 : 188) mendefinisikan bahwa Public Relations
adalah kegiatan komunikasi yang dimaksudkan untuk membangun image yang baik
terhadap perusahaan, menjaga kepercayaan dari para pemegang saham.
Lupiyoadi (2006 : 110) bahwa Public Relations merupakan kiat pemasaran
penting lainnya, dimana perusahaan tidak harus berhubungan hanya dengan
pelanggan, pemasok, dan penyalur, tetapi ia juga harus berhubungan dengan
kumpulan kepentingan publik yang lebih besar.
Boyd, dkk (2000 : 66) Public Relations dalah stimulasi permintaan yang tidak
dibayar dan nonpribadi atas sebuah produk, jasa atau unit bisnis dengan
15
menghasilkan berita-berita menarik tentang hal tersebut atau presentasi yang disukai
tentang hal tersebut di media.
Banyak orang yang menyamakan Public Relations ini dengan publisitas.
Publisitas adalah suatu upaya menarik perhatian media misalnya, melalui artikel atau
editorial dalam suatu publikasi atau melalui cerita-cerita yang menarik melalui radio
program atau program televisi.
Tjiptono (2009 : 230) bahwa Public Relations merupakan upaya komunikasi
menyeluruh dari suatu perusahaan untuk mempengaruhi persepsi, opini, keyakinan,
dan sikap berbagai kelompok terhadap perusahaan tersebut.
Yang dimaksud dengan kelompok-kelompok itu adalah mereka yang terlibat,
mempunyai kepentingan, dan dapat mempengaruhi kemampuan perusahaan dalam
mencapai tujuannya. Kelompok-kelompok tersebut bisa terdiri atas karyawan dan
keluarganya, pemegang saham, pelanggan, khalayak/orang-orang yang tinggal
disekitar organisasi, pemasok, perantara, pemerintah, serta media massa. Dalam
pelaksanaannya Public Relations dapat dilakukan oleh individu kunci dari suatu
perusahaan dan dapat pula dilakukan oleh suatu lembaga formal dalam bentuk biro,
departemen, maupun seksi Public Relations dalam struktur organisasi.
Perluasan peran dan fungsi Public Relations menurut Wasesa (2006 : 71)
dapat dilakukan dengan :
1) Perluasan untuk kepentingan internal perusahaan. Peran ini menekankan
bagaimana Public Relations juga bertanggung jawab untuk membentuk citra
perusahaan di kalangan stakeholder internal, baik karyawan, manajemen ataupun
16
komisaris. Selain membantu mengembangkan loyalitas, Public Relations juga
bertanggung jawab mendukung manajemen dalam menciptakan kenyamanan
bekerja di perusahaan. Baik saat perusahaan dalam keadaan baik maupun dalam
perubahan manajemen.
2) Perluasan untuk kepentingan eksternal perusahaan. Peran ini menekankan
bagaimana Public Relations harus mendukung kinerja manajemen dalam
membangun relasi yang saling menguntungkan dengan stakeholder eksternal, baik
pemegang saham, rekan kerja perusahaan ataupun konsumen.
Rumanti (2002 : 39) yang mengatakan bahwa tugas Public Relations seharihari yaitu menyelenggarakan dan bertanggungjawab atas penyampaian informasi
secara lisan, tertulis melalui gambar kepada publik agar publik mempunyai
pengertian yang benar tentang organisasi atau perusahaan, tujuan, serta kegiatan yang
dilakukan. Itu semua disesuaikan dengan kebutuhan, keinginan, dan harapan publik
internal dan eksternal dan memperhatikan, mengolah, mengintegrasikan pengaruh
lingkungan yang masuk demi perbaikan dan perkembangan organisasi.
Misi daripada Public Relations itu sendiri sudah jelas untuk dapat
menciptakan kondisi yang kondusif, sekaligus menciptakan citra yang positif di mata
tamu-tamunya, sehingga pihak perhotelan akan dapat dengan tenang mencapai apa
yang menjadi tujuannya. Bagi suatu hotel, hal itu sangat diperlukan karena dengan
cara itulah kepercayaan masyarakat dapat dipelihara.
Wasesa (2006 : 117) bahwa posisi Public Relations dalam struktur
manajemen sangat berpengaruh terhadap informasi yang bisa disampaikan kepada
17
media massa. Semakin rendah posisinya, semakin besar kemungkinan penyimpangan
informasi yang diberikan kepada media massa. Sekalipun perusahaan membatasi
haknya memberikan informasi kepada media massa, tetapi kepandaian wartawan
untuk mengorek sumber informasi malah dapat menyebabkan Public Relations
memberikan akses informasi yang salah.
Perbedaan-perbedaan terpenting antara bidang Public Relations dengan
bidang periklanan dapat dirangkum sebagai berikut :
1. Tulisan-tulisan Public Relations (dan berbagai bentuk atau isi dari komunikasi
kreatif Public Relations lainnya seperti jurnal-jurnal internal dan kaset video
tentang organisasinya) harus sepenuhnya faktual dan informatif, serta tidak boleh
melebih-lebihkan seperti yang sering ditemukan pada tulisan-tulisan iklan (free of
puffery). Untuk menjamin kredibilitas, kegiatan-kegiatan Public Relations
haruslah bersifat edukatif, jauh dari nuansa emosional atau dramatik (seperti
naskah iklan), dan menghindari kecenderungan memuji diri sendiri. Oleh karena
itu, penulisan naskah Public Relations memerlukan keterampilan yang berbeda
dari yang dituntut oleh naskah iklan.
2. Public Relations juga dipakai oleh berbagai organisasi yang tidak terlibat dalam
periklanan. Sebagai contoh, dinas kepolisian tidak mengiklankan jasa
pengamanan, namun mereka senantiasa melakukan kegiatan-kegiatan Public
Relations agar seluruh anggota masyarakat mengetahui keberadaan dan
fungsinya.
18
3. Public Relations terutama berurusan dengan para editor dan produser di media
sedangkan periklanan banyak berhubungan dengan media sebagai penjual ruang
atau siaran iklan.
4. Iklan lazimnya ditujukan kepada segmen-segmen pasar serta lapisan sosial
tertentu, sedangkan Public Relations dialamatkan pada segenap golongan atau
kelompok orang yang kepadanya suatu organisasi harus berkomunikasi.
5. Komponen-komponen pokok biaya pada Public Relations berbeda dengan biaya
iklan. Pada iklan, biaya utama adalah untuk sewa ruang, siaran dan produksi.
Pada Public Relations biaya terbesar adalah waktu, karena Public Relations
sifatnya padat karya, ditambah ongkos-ongkos produksi seperti untuk mencetak
jurnal-jurnal intern atau membuat kaset video mengenai perusahaan.
6. Media yang dipakai juga berlainan. Yang paling banyak dipakai oleh iklan
hanyalah media-media komersial yang ada seperti pers, radio dan televisi
ditambah jasa kiriman pos serta wahana-wahana pemasaran secara langsung.
Sedangkan Public Relations memakai media komersial yang jauh lebih beragam,
bahkan masih ditambah lagi dengan media-media yang diciptakannya sendiri
seperti jurnal, slide, video, tape, pameran-pameran tentang perusahaan, bahkan
pendidikan, seminar, dan sponsor.
7. Imbal jasa biro iklan dan konsultan Public Relations pun berbeda. Biro iklan
menerima sebagian besar pembayaran dalam bentuk komisi dari media dan
potongan harga bagi pasokan iklannya (dihitung dengan persentase), meski
beberapa biro iklan lebih banyak memungut fee. Sedangkan penghasilan yang
diterima oleh konsultan Public Relations bergantung terutama pada fee yang
19
dihitung berdasarkan waktu yang telah dihabiskannya untuk melayani klien, dan
mereka jarang menerima komisi atau potongan harga dari pihak media.
8. Mayoritas personel atau tenaga profesional di bidang periklanan bekerja dan birobiro iklan (merupakan perusahaan jasa tersendiri), sedangkan mayoritas personel
Public Relations tidak bekerja di kantor konsultan melainkan di perusahaan atau
organisasi lainnya.
9. Sasaran utama iklan adalah membujuk orang-orang supaya melakukan sejumlah
tindakan yang diinginkan seperti mendatangi toko, membalas brosur penawaran
pihak pengiklan dengan surat atau telepon pemesanan produk, atau sekadar
mengingat-ingat nama produk yang diiklankan, dan suatu saat pada akhirnya ia
membeli. Sedangkan Public Relations tidak berniat mendorong orang lain
melakukan sesuatu, melainkan bertujuan menciptakan saling pengertian di antara
segenap khalayaknya (”khalayak” dalam Public Relations bisa berarti para
anggota atau pegawai organisasi itu sendiri) mengenai kedudukan perusahaan
yang tepat (citra perusahaan), tentang produk, atau jasanya.
Dari perbandingan di atas terlihat secara jelas betapa Public Relations dan
periklanan memang merupakan dua dunia yang sungguh berbeda, dan dalam
organisasi bisnis sekalipun Public Relations memiliki sisi yang lebih beragam
daripada periklanan. Banyak manajer Public Relations di berbagai perusahaan yang
tidak menangani urusan iklan. Mereka melapor langsung pada manajemen puncak,
dan melayani kebutuhan keseluruhan organisasi akan berbagai informasi, yang tidak
terbatas pada soal-soal pemasaran saja. Jelas bahwa dunia periklanan tidak
20
sepantasnya dianggap lebih penting daripada Public Relations, hanya karena
biayanya yang lebih besar. Bentuk-bentuk komunikasi yang dihasilkan oleh kegiatankegiatan Public Relations, seperti lewat pelatihan perilaku yang baik terhadap para
pelanggan, jelas tidak kalah pentingnya dari iklan. Karena hal tersebut bisa
mempengaruhi hubungan baik, kepercayaan, serta reputasi perusahaan, yang pada
akhirnya akan menentukan kemampuan perusahaan dalam menjual berbagai
produknya kepada masyarakat.
Public Relations juga tidak sama dengan pemasaran. Secara umum, istilah
pemasaran (marketing) mengandung arti : ”Fungsi manajemen yang bertanggung
jawab mengidentifikasi, mengantisipasi, dan memuaskan keinginan atau kebutuhan
para konsumen demi memungkinkan perusahaan menciptakan serta mendistribusikan
produk-produk yang memberinya keuntungan finansial. Ruang lingkup pemasaran
jelas lebih luas ketimbang penjualan, karena pemasaran menyangkut segala aktivitas
mulai dari riset dan perencanaan produk, penyiapan merek dan kemasan, penyiapan
jalur distribisi dan agen-agen, sampai dengan penyiapan pelayanan purnajual.
Pemasaran yang baik membutuhkan daya imajinasi, namun yang lebih penting lagi
kegiatan pemasaran membutuhkan pula tanggung jawab dan kesadaran perusahaan
yang bersangkutan akan perlunya kegiatan-kegiatan Public Relations dalam
menunjang operasinya. Bertolak dari kesadaran dan rasa tanggung jawab tersebut,
para pimpinan perusahaan akan memahami bahwa dalam mengejar laba, mereka juga
harus memperhatikan kepentingan konsumen, bukannya justru memanipulasi atau
mengorbankannya. Para praktisi Public Relations dan petugas pemasaran yang baik
21
memiliki satu kesamaan, yakni harus mampu dan bersedia menjadi komunikator yang
andal.
Dari uraian tersebut di atas, kita menyadari bahwa konsumen itu maha penting
bagi suatu perusahan. Demikian pula pada hotel. Tamu itu tidak ubahnya ibarat
“darah” pada manusia. Tanpa darah manusia akan mati, dan hotel tanpa tamu akan
“tutup warung”. Oleh karena itu, semua insan hotel hendaknya dapat menyadari
bahwa :
1. Tamu hotel itu adalah orang yang paling penting bagi profesi karyawan hotel.
2. Tamu hotel tidak tergantung pada hotel, tetapi hotel (termasuk karyawannya)
sangat tergantung pada tamu hotel.
3. Tamu hotel itu sumber pendapatan dan sekaligus sumber keuntungan. Tanpa
tamu, pendapatan dan keuntugan hotel tidak mungkin diperoleh.
4. Tamu hotel itu adalah orang yang akan membayar gaji, upah dan honor yang akan
terima. Tanpa tamu hotel, gaji, upah, dan honor tidak mungkin di bayar
perusahaan.
Itulah sebabnya, kenapa dikatakan bahwa “Customer Is The Boss” Bos, bila
tidak dilayani dengan baik, posisi Anda bisa digeser dari yang “basah” ke tempat
yang “kering”. Lebih ekstrim lagi, sebagai karyawan hotel, bila Anda memberi
pelayan yang baik pada tamu, sebagai bos ia dapat mencatat Anda.
Dalam dunia bisnis, bidang kePublic Relationsan serta periklanan memiliki
kaitan yang erat dengan bidang pemasaran. Pemasaran adalah salah satu fungsi utama
dari kegiatan bisnis, sedangkan bidang Public Relations memiliki hubungan kuat
22
dengan fungsi-fungsi finansial dan produksi. Di samping itu, fungsi Public Relations
juga bisa diterapkan dalam rangka menunjang suatu bauran pemasaran (marketing
mix) di mana kegiatan periklanan merupakan salah satu unsurnya.
Tujuan umum dari Public Relations pada dasarnya adalah “To Present Your
Hotel in The Best Light”. Jadi dengan membina hubungan baik (good relations)
dengan segala pihak yang berkepentingan dengan hotel, diharapkan pandangan atau
opini mereka terhadap hotel selalu bernuansa positif. Hal itu akan dapat dilihat dari :
a) Tidak adanya komplain dari masyarakat terhadap keberadaan hotel dengan segala
kegiatan operasinya.
b) Hubungan antara karyawan dengan manajemen cukup baik, terbukti mereka
selalu memberikan pelayanan yang baik pada tamu-tamu yang datang menginap
pada hotel.
c) Para pemegang saham selalu menerima laporan dan penjelasan yang lengkap dari
pihak manajemen hotel mengenai jalannya operasi kegiatan hotel.
Dari uraian tersebut di atas, dapat kita katakan bahwa Public Relations itu
tidak lain adalah suatu cara atau metode untuk membina hubungan baik (good
relations) dengan internal publik (karyawan) dan eksternal publik (tamu hotel dan
masyarakat luas), serta pemegang saham sedemikian rupa sehingga tercapai
hubungan yang harmonis dan tidak menimbulkan gejolak ketidaksengajaan atau
ketidakpuasan yang dapat menimbulkan ketidaktentraman dalam kerja atau terjadinya
kesimpangsiuran dalam masyarakat yang tentunya tidak menguntungkan bagi
perusahaan.
23
D. Fungsi Public Relations
Public Relations kerapkali disamakan dengan propaganda. Memang tujuannya
sama, yaitu memperoleh dukungan publik. Akan tetapi propaganda kebanyakan
bersifat tidak jujur dan menyesatkan. Akibatnya timbul anggapan bahwa Public
Relations hanya memberi informasi yang baik-baik saja dan menutupi hal-hal yang
buruk, termasuk dalam anggapan tersebut adalah Public Relations sering
mengendalikan pers. Anggapan-anggapan tersebut timbul karena kurang pahamnya
masyarakat terhadap fungsi dan peran Public Relations. Oleh karena itu, Public
Relations juga perlu mengembangkan citra melalui komunikasi dua arah untuk
mencapai pengertian bersama. Keberhasilan Public Relations ditentukan oleh
pencapaian itikad baik, pengertian, penerimaan, dan dukungan publik.
Sebagai fungsi manajemen, fungsi Public Relations melekat dan tidak dapat
dilepaskan dari manajemen organisasi. Tujuannya adalah membentuk goodwill,
toleransi (tolerance), saling kerja sama (mutual simbiosis), saling percaya (mutual
confidence), saling pengertian (mutual understanding), dan saling menghargai
(mutual appreciation). Selain itu juga untuk memperoleh opini publik yang favorable
dan image yang tepat berdasarkan prinsip-prinsip hubungan yang harmonis, baik
hubungan kedalam (internal relations), maupun keluar (external relations).
Fungsi Public Relations (PR) pada suatu hotel tidak banyak berbeda dengan
fungsi Public Relations pada perusahaan lainnya. Walaupun pada dasarnya kegiatan
Public Relations lebih banyak ditujukan untuk membina hubungan baik dengan tamu
24
atau calon tamu hotel. Selain itu pula, fungsi Public Relations hendaknya juga dapat
membina hubungan baik perusahaan dengan karyawan dan pemegang saham.
Menurut International Public Relations (IPRA) dalam Yoeti (1999 : 8) bahwa
: “Public Relations adalah Fungsi manajemen yang khusus untuk mendukung
pembinaan dan pemeliharaan jalur bersama antara manajemen dengan masyarakat
mengenai pengertian, pendapatan, penerimaan, komunikasi, dan kerja sama”
Untuk itu, diperlukan komunikasi dua arah atau timbal balik dengan
pengertian bahwa dalam penyampaian informasi, baik internal maupun eksternal,
hendaknya ada umpan balik (feedback). Dengan cara demikian Public Relations
officer (PRO) akan dapat mengetahui sampai dimana pendapat masyarakat atau
kelompok masyarakat atas dampak komunikasi yang dilakukan.
Berdasarkan uraian diatas, maka kita dapat mengatakan bahwa fungsi Public
Relations dapat dibagi atas empat hal yang dianggap penting yaitu :
1. Membuat evaluasi dan analisis tentang opini tamu, calon tamu dan masyarakat
tentang pendapat dan keinginannya, terutama yang berkaitan dengan lembaga
perusahaan dan produk dan jasa-jasa pelayanan yang diinginkan.
2. Memberi masukan dan usul kepada pihak manajemen hotel tentang cara-cara
menangani opini, pendapat atau kritik yang ditujukan kepada hotel.
3. Mempengaruhi tamu dan calon tamu serta masyarakat melalui kegiatan publikasi
dan prmosi yang menggunakan teknik komunikasi yang canggih sehingga dapat
meningkatkan citra hotel lebih baik lagi.
25
4. Memelihara hubungan baik dengan tamu, calon tamu, dan masyarakat sehingga
terjalin pengertian satu dengan yang lainnya.
Dalam keadaan pasar yang penuh dengan persaingan seperti sekarang ini, ada
beberapa alasan mengapa Hotel Public Relations semakin penting, antara lain
adalah :
1. Pertumbuhan hotel sebagai suatu industri yang semakin kompleks, telah semakin
jauh. Dengan perkataan lain, karena kesibukannya, manajemen hotel tidak
mungkin menghadapi tamu-tamunya secara langsung.
2. Terjadinya persaingan, tidak saja antara sesama akomodasi perhotelan, tetapi juga
antara akomodasi perhotelan dengan apartemen atau kondominium yang semakin
marak di mana-mana.
3. Ada isu-isu negatif atau kritik dari pejabat, pakar-pakar pariwisata dan perhotelan
atau tamu hotel yang harus dijawab secara cepat oleh pejabat yang profesional
dalam bidangnya.
4. Perkembangan teknologi komunikasi yang semakin canggih, perlu dimanfaatkan
dengan sebaik-baiknya dalam memperkenalkan hotel dengan segala fasilitas yang
dimiliki untuk, meningkatkan citra hotel dalam masyarakat secara luas, terutama
pada pelanggan potensial.
5. Calon tamu hotel sekarang sudah semakin pintar, punya banyak pilihan dan
bersifat kritis.
Tugas dari Public Relations adalah membentuk, memelihara atau mengubah
sikap perilaku publik terhadap lembaga pendidikan. Prosesnya terdiri dari lima
langkah, yaitu :
26
1. Mengedintifikasi publik yang relevan dengan lembaga.
2. Mengukur citra dan perilaku publik terhadap lembaga.
3. Membangun citra dan tujuan perilaku untuk publik.
4. Mengembangkan strategi Public Relations dengan biaya efektif.
5. Mengimplementasikan tindakan dan mengevaluasi hasilnya.
Melalui hubungan masyarakat (Public Relations), perusahaan berkomunikasi
dengan berbagai lapisan masyarakat, yang meliputi konsumen (informasi tentang
produk), masyarakat keuangan dan pemegang saham (peningkatan dalam
kemampulabaan perusahaan), masyarakat luas (menjadi warganegara yang baik),
calon pekerja (tempat kerja yang baik), pekerja yang ada (mengembangkan rasa
bangga dalam perusahaan), dan pemasok (perusahaan yang baik untuk
membangun hubungan yang abadi). Daftar pemirsa ini menyatakan bahwa
publisitas bisa digunakan untuk mencapai tujuan-tujuan yang berbeda di antara
kelompok-kelompok yang berbeda. Tujuan itu mulai dari sekedar meningkatkan
kesadaran terhadap perusahaan atau produk-produknya sampai mendorong
respon aktual, seperti mengirimkan buletin gratis.
Peranan Public Relations dalam suatu organisasi dapat dibagi dalam empat
kategori, menurut Nova (2009 : 45) berikut :
1. Penasehat ahli (expert prexcriber)
Seorang praktisis pakar Public Relations yang berpengalaman dan memiliki
kemampuan tinggi dapat membantu mencari solusi dalam menyelesaikan
27
masalah yang berhubungan dengan publiknya (Public Relationship). Hubungan
praktisi Public Relations dengan manajemen organisasi seperti hubungan antara
dokter dengan pasiennya. Artinya, pihak manajemen bertindak pasif untuk
menerima atau mempercayai apa yang telah disarankan atau usulan dari pakar
Public Relations (expert prescriber) tersebut dalam memecahkan dan mengatasi
persoalan Public Relations yang tengah dihadapi oleh organisasi bersangkutan.
2. Fasilitator komunikasi (communication facilitator)
Dalam hal ini, praktisi Public Relations bertindak sebagai komunikator atau
mediator yang membantu pihak manajemen mendengar ata yang diinginkan dan
diharapkan oleh publiknya. Di pihak lain, praktisi Public Relations juga dituntut
mampu menjelaskan kembali keinginan, kebijakan dan harapan organisasi
kepada publiknya. Dengan komunikasi timbal balik diharapkan dapat tercipta
saling pengertian, saling percaya, saling menghargai, saling mendukung, dan
toleransiyang baik dari kedua belah pihak.
3. Fasilitator proses pemecahan masalah (problem solving process fasilitator)
Peranan praktisi Public Relations dalam proses pemecahan persoalan Public
Relations ini merupakan bagian dari tim manajemen. Hal ini dimaksudkan untuk
membantu pimpinan organisasi baik sebagai penasihat (adviser) hingga
mengambil tindakan eksekusi ( keputusan) dalam mengatasi persoalan atau krisis
yang tengah dihadapi secara rasional dan profesional. Dalam menghadapi suatu
krisis yang terjadi maka akan dibentuk suatu tim posko yang dikoordinasi praktisi
28
ahli Public Relations dengan melibatkan berbagai departemen dan keahlian
dalam satu tim khusus untuk membantu organisasi, perusahaan, dan produk yang
tengah didera krisis tertentu.
4. Teknisi komunikasi (communication technician)
Teknisi komunikasi berbeda dengan tiga peranan praktisi Public Relations
profesional yang terkait erat dengan fungsi dan peranan manajemen organisasi.
Peranan communication technician ini menjadikan praktisi Public Relations
sebagai journalist in resident yang hanya menyediakan layanan teknis
komunikasi atau dikenal dengan method of communication.
E. Citra Sebagai Sasaran Public Relations
Praktisi Public Relations senantiasa dihadapkan pada tantangan dan harus
menangani berbagai macam fakta yang sebenarnya, terlepas dari apakah fakta itu
hitam, putih, atau abu-abu. Perkembangan komunikasi tidak memungkinkan lagi bagi
suatu organisasi untuk menutup-nutupi suatu fakta. Oleh karena itu, para personelnya
kini jauh lebih dituntut untuk mampu menjadikan orang-orang lain memahami
sesuatu pesan, demi menjaga reputasi atau citra lembaga atau perusahaan yang
diwakilinya.
Secara harfiah, citra (image) adalah gambar pada bidang dwimatra (dua
dimensi). Ditinjau dari sudut pandang matematis, citra merupakan fungsi menerus
(continue) dari intensitas cahaya pada bidang dua dimensi. Apa yang dimaksud
dengan citra perusahaan (ada pula yang menyebutnya sebagai citra lembaga) adalah
29
citra dari suatu organisasi secara keseluruhan jadi bukan citra atas produk dan
pelayanannya saja. Citra perusahaan ini terbentuk oleh banyak hal. Hal-hal positif
yang dapat meningkatkan citra suatu perusahaan antara lain adalah sejarah atau
riwayat hidup perusahaan yang gemilang, keberhasilan-keberhasilan di bidang
keuangan yang pernah diraihnya, sukses ekspor, hubungan industri yang baik,
reputasi sebagai pencipta lapangan kerja dalam jumlah yang besar, kesediaan turut
memikul tanggung jawab sosial, komitmen mengadakan riset, dan sebagainya.
Ada beberapa jenis citra (image), yaitu :
1. Citra bayangan (mirror image)
Citra ini melekat pada orang dalam atau anggota-anggota organisasi biasanya
adalah pemimpinnya mengenai anggapan pihak luar tentang organisasinya. Dalam
kalimat lain, citra bayangan adalah citra yang dianut oleh orang dalam mengenai
pandangan luar terhadap organisasinya. Citra ini sering kali tidaklah tepat, bahkan
hanya sekadar ilusi, sebagai akibat dari tidak memadainya informasi, pengetahuan
ataupun pemahaman yang dimiliki oleh kalangan dalam organisasi itu mengenai
pendapat atau pendangan pihak-pihak luar. Citra ini cenderung positif, bahkan
terlalu positif, karena kita biasa membayangkan hal yang serba hebat mengenai
diri sendiri sehingga kita pun percaya bahwa orang-orang lain juga memiliki
pandangan yang tidak kalah hebatnya atas diri kita. Tentu saja anggapan itu pada
tempatnya. Akan tetapi hal ini merupakan suatu kecenderungan yang wajar,
karena hampir semua orang memang menyukai fantasi. Melalui penelitian yang
mendalam akan segera terungkap bahwa citra bayangan itu hampir selalu tidak
tepat, atau tidak sesuai dengan kenyataan yang sesungguhnya.
30
2. Citra yang berlaku
Kebalikan dari citra bayangan, citra yang berlaku ini adalah suatu citra atau
pandangan yang melekat pada pihak-pihak luar mengenai suatu organisasi.
Namun sama halnya dengan citra bayangan, citra yang berlaku tidak selamanya
bahkan jarang, sesuai dengan kanyataan karena semata-mata terbentuk dari
pengalaman atau pengetahuan orang-orang luar yang bersangkutan yang biasanya
tidak memadai. Biasanya pula, citra ini cenderung negatif. Humas memang
menghadapi dunia yang bersifat memusuhi, penuh prasangka, apatis dan diwarnai
keacuhan yang mudah sekali menimbulkan suatu citra berlaku yang tidak fair.
Citra ini amat ditentukan oleh banyak sedikitnya informasi yang dimiliki oleh
penganut atau mereka yang mempercayainya. Dalam dunia dan kehidupan yang
serba sibuk, sulit diharapkan mereka akan memiliki informasi yang memadai dan
benar mengenai suatu organisasi di mana mereka tidak menjadi anggotanya.
3. Citra harapan
Citra harapan adalah suatu citra yang diinginkan oleh pihak manajemen. Citra ini
juga tidak sama dengan citra yang sebenarnya. Biasanya citra harapan lebih baik
atau lebih menyenangkan daripada citra yang ada walaupun dalam kondisi
tertentu, citra yang terlalu baik juga bisa merepotkan. Namun secara umum, yang
disebut sebagai citra harapan itu memang sesuatu yang berkonotasi lebih baik.
Dengan citra itu diharapkan bahwa setiap orang takkan segan mengunjunginya,
walaupun hanya untuk berjalan-jalan di sore hari. Dengan hanya berjalan-jalan,
31
orang akan tertarik dan membeli suatu barang yang ditawarkan di situ. Citra
harapan itu biasanya dirumuskan dan diperjuangkan untuk menyambut sesuatu
yang relatif baru, yakni ketika khalayak belum memiliki informasi yang memadai.
4. Citra perusahaan
Apa yang dimaksud dengan citra perusahaan (ada pula yang menyebutnya sebagai
citra lembaga) adalah citra dari suatu organisasi secara keseluruhan jadi bukan
citra atas produk dan pelayanannya saja. Citra perusahaan ini terbentuk oleh
banyak hal. Hal-hal positif yang dapat meningkatkan citra suatu perusahaan
antara lain adalah sejarah atau riwayat hidup perusahaan yang gemilang,
keberhasilan-keberhasilan di bidang keuangan yang pernah diraihnya, sukses
ekspor, hubungan industri yang baik, reputasi sebagai pencipta lapangan kerja
dalam jumlah yang besar, kesediaan turut memikul tanggung jawab sosial,
komitmen mengadakan riset, dan sebagainya.
5. Citra manjemuk
Setiap perusahaan atau organisasi pasti memiliki banyak unit dan pegawai
(anggota). Masing-masing unit dan individu tersebut memiliki perangai dan
perilaku tersendiri, sehingga secara sengaja atau tidak mereka pasti memunculkan
suatu citra yang belum tentu sama dengan citra organisasi atau perusahaan secara
keseluruhan. Jumlah citra yang dimiliki suatu perusahaan boleh dikatakan sama
banyaknya dengan jumlah pegawai yang dimilikinya. Untuk menghindari
berbagai hal yang tidak diinginkan, variasi citra itu harus ditekan seminim
mungkin dan citra perusahaan secara keseluruhan harus ditegakkan.
32
Ada beberapa sasaran kegiatan Public Relations adalah sebagai berikut :
1. Membangun identitas dan citra perusahaan (building corporate identity and
image)
a. Meciptakan identitas dan citra perusahaan yang positif.
b. Mendukung kegiatan komunikasi timbal balik dua arah dengan berbagai
pihak.
2. Menghadapi crisis (facing of crisis)
Menangani keluhan (complaint) dan menghadapi krisis yang terjadi dengan
membentuk manajemen krisis dan Public Relations recovery of image yang
bertugas memperbaiki lost of image and damage.
3. Mempromosikan aspek kemasyarakatan (promotion public causes)
a. Mempromosikan hal-hal yang menyangkut kepentingan publik.
b. Mendukung kegiatan kampanye sosial, seperti anti merokok dan menghindari
obat-obatan terlarang.
F. Proses Public Relations
Public Relations merupakan suatu bentuk kegiatan komunikasi dimana Public
Relations lebih menitikberatkan kepada usaha untuk menumbuhkan suasana
kerjasama, menciptakan saling pengertian antara public yang berkepentingan dengan
perusahaan guna mendapatkan tujuan kedua belah pihak dalam suasana yang sling
menguntungkan.
33
Dalam melaksanakan kegiatan Public Relations tersebut, dikenal tahapantahapan untuk mencapai tujuan yang efektif. Tahapan-tahapan tersebut merupakan
pola kegiatan komunikasi atau proses Public Relations. Adapun tahapan-tahapan itu
menurut Cutlip dan Centre dalam Rachmadi (2001 : 111) dibagi ke dalam empat
tahap, yaitu :
1. Penemuan Fakta (Fact Finding)
Tahap ini merupakan tahap dimana kegiatannya lebih difokuskan untuk
mengetahui apakah situasi dan pendapat dalam masyarakat (opini publik)
terhadap suatu langkah yang akan diambil, maupun yang sedang dilaksanakan itu
dapat menunjang atau justru malah akan menghambat kegiatan organisasi atau
perusahaan. Data-data dan fakta dapat diperoleh melalui survei pendapat, baik
yang bersifat internal public maupun yang bersifat eksternal publik dengan
menggunakan beberapa pendekatan. Dalam fase pencarian dan penemuan data
atau fakta ini, maka konsultan Public Relations dituntut untuk melakukan hal-hal
sebagai berikut :
a. Selalu memperhatikan berbagai kejadian atau perkembangan sosial, politik
dan juga ekonomi yang secara langsung atau tidak langsung akan
mempengaruhi organisasi atau perusahaan.
b. Mengumpulkan berbagai macam data untuk diolah menjadi informasi.
c. Menganalisis informasi itu agar sesuai dengan keperluan organisasi atau
perusahaan.
34
d. Selalu siap menyajikan berbagai informasi secukupnya kepada setiap unit
organisasi atau perusahaan.
e. Menyempurnakan segala macam informasi yang dirasa masih kurang lengkap
atau memadai.
f. Melengkapi simpanan data-data dan informasi, antara lain dengan
menyelenggarakan dokumentasi dan mengkliping semua informasi dari media
massa yang dianggap (press clipping).
2. Perencanaan (Planning)
Perencanaan atau planning merupakan bagian penting dalam usaha memperoleh
opini publik yang menguntungkan. Perencanaan ini merupakan bidang yang
cukup penting bagi pihak Public Relations, karena merupakan bagian yang sangat
menentukan bagi keberhasilan tujuan organisasi, terutama tujuan Public Relations
itu sendiri. Tugas Public Relations yaitu menghubungkan kegiatan komunikasi
dengan kepentingan perusahaan.
3. Komunikasi
Pada tahap komunikasi ini, yaitu merupakan penyampaian informasi secara aktif
kepada publik, baik publik internal maupun publik eksternal mengenai apa yang
telah disusun dan juga diprogramkan. Pada proses penyampaian informasi Public
Relations menggunakan berbagai bentuk, jenis, dan juga teknik komunikasi agar
dapat mencapai efek tertentu seperti yang diharapkan.
Berdasarkan hasil fakta dan data yang dikumpulkan (fact finding), dalam tahap ini
sejumlah langkah harus dilakukan, yaitu :
35
a. Merumuskan target atau tujuan yang harus dicapai ketika mengirim pesan
tertentu.
b. Mengolah data yang diperoleh tentang berbagai faktor sosial politik dan lain
sebagainya yang sekiranya diperlukan.
c. Merumuskan bagaimana pesan itu harus disebarkan.
d. Menentukan teknik komunikasinya.
e. Memeriksa kesempurnaan informasi yang diperolehnya pada tahapan awal,
yaitu fact finding.
f. Membandingkan pengalaman-pengalaman pihak lain dan peusahaan itu
sendiri. Guna menjadi bahan pemikiran untuk memperoleh langkah terbaik
bagi perusahaan.
g. Mengadakan analisis data atas informasi yang diperoleh serta merumuskannya
sesuai dengan program kerja, yaitu sesuai dengan situasi dan tempatnya.
4. Evaluasi (Evaluations)
Setelah komunikasi dilaksanakan, maka perusahaan pastinya tertarik untuk
mengetahui dampak atau pengaruh dari tahap komunikasi terhadap publiknya.
Untuk mengetahuinya, maka dilakukanlah evaluasi atau evaluations.
Evaluasi sendiri adalah tahap terakhir kegiatan Public Relations dari ketiga
kegiatan lain yang sudah disebutkan di atas. Tujuan utama dari evaluasi adalah
untuk mengetahui apakah kegiatan Public Relations benar-benar dilaksanakan
menurut rencana hasil penelitian berdasarkan hasil dari penelitian atau tidak. Jadi,
tahapan evaluasi sangat penting, karena tanpa adanya penilaian, maka tidak akan
36
diketahui sampai dimana kelancaran kegiatan Public Relations yang telah
dilakukan oleh perusahaan.
Strategi Public Relations atau yang lebih dikenal dengan bauran Public
Relations, adalah sebagai berikut :
1. Publications
Setiap fungsi dan tugas Public Relations adalah menyelenggarakan publikasu
atau menyebarluaskan informasi melalui berbagai media tentang aktivitas atau
kegiatan perusahaan atau organisasi yang pantas untuk diketahui oleh publik.
Dalam hal ini, tugas Public Relations adalah menciptakan berita untuk mencari
publisitas melalui kerjasama dengan pihak pers/wartawan dengan tujuan
menguntungkan citra lembaga atau organisasi yang diwakilinya.
2. Event
Merancang sebuah event yang bertujuan untuk memperkenalkan produk dan
layanan perusahaan, mendekatkan diri ke publik dan lebih jauh lagi dapat
memengaruhi opini publik. Berikut ini beberapa jenis event :
a. Calender event
Calender event meliputi kegiatan rutin selalu diselenggarakan pada waktu
tertentu, seperti manyambut hari raya Idul Fitri, hari Natal, Tahun Baru, hari
ulang tahun, dan sebagainya.
b. Special events
Event atau acara ajang yang sifatnya khusus dan dilaksanakan pada momen
tertntu di luar acara rutin dari program kerja Public Relations, seperti
37
peluncuran produk baru (product launching), pembukaan kantor, pabrik baru,
jalan baru, gedung baru, dan sebagainya.
c. Moment event
Event atau acara yang bersifat momentum atau lebih khusus lagi, misalnya
menyambut pesta perak, pesta emas, pesta berlian, hingga menghadapi
millenium.
3. News (menciptakan berita)
Berupaya menciptakan berita melalui press release, news letter, buletin, dan lainlain. Untuk itulah seorang Public Relations harus mempunyai kemampuan
menulis untuk menciptakan publisitas.
4. Community involvement (kepedulian pada komunitas)
Keterlibatan tugas sehari-hari seorang Public Relations adalah mengadakan
kontak sosial dengan kelompok masyarakat tertentu guna menjaga hubungan baik
(community relations humanity relations) dengan pihak organisasi atau lembaga
yang diwakilinya.
5. Inform or image (memberitahukan atau meraih citra)
Ada dua fungsi utama dari Public Relations, yaitu memberikan informasi kepada
publik atau menarik perhatian, sehingga diharapkan dapat memperoleh tanggapan
berupa citra positif.
6. Lobbying and negotiation
Keterampilan untuk melobi melalui pendekatan pribadi dan kemampuan
bernegosiasi sangat diperlukan bagi seorang Public Relations. Tujuan lobi adalah
38
untuk mencapai kesepakatan (deal) atau memperoleh dukungan dari individu dan
lembaga yang berpengaruh terhadap kelangsungan bisnis perusahaan.
7. Social Responsibility (tanggung jawab sosial)
Memiliki tanggungjawab sosial dalam aktivitas Public Relations menunjukkan
bahwa perusahaan memiliki kepedulian terhadap msayarakat. Hal ini akan
meningkatkan citra hotel di mata publik. Saat ini banyak perusahaan menjadikan
kegiatan sosial sebagai aktivitas yang harus dilakukan. Bentuknya beragam
seperti peduli banjir, memberikan beasiswa, santunan anak yatim, pengobatan
gratis, dan masih banyak kegiatan lainnya.
G. Hotel
Hotel bukan merupakan suatu objek pariwisata melainkan merupakan salah
satu sarana dalam bidang kepariwisataan, maka dalam hal ini hotel perlu mengadakan
kegiatan bersama dengan tempat-tempat rekreasi, hiburan, agen perjalanan dan lainlain, untuk mempromosikan sesuatu yang unik dari objek wisata yang ada disuatu
daerah.
Dewasa ini bisnis perhotelan semakin tumbuh dan berkembang di Indonesia.
Di banyak daerah jumlah tujuan (destinasi) pariwisata dan hotel semakin bertambah.
Situasi yang sama juga tampak di kota-kota besar. Hotel dan bisnis pelayanan jasa
atau sejenisnya semakin tumbuh subur. Restoran, guest house, night club, catering
service, bar, pub dan discotheque semakin bertambah. Persoalannya ialah bagaimana
mengelola industri jasa di atas menjadi sebuah perdagangan jasa yang maju?
Yoeti (2004 : 1) pada prinsipnya hotel adalah salah satu bentuk perdagangan
39
jasa. Sebagai industri jasa setiap pengusaha hotel akan memberikan pelayanan yang
maksimal bagi para tamunya.
Dari pengertian di atas, dapat dikemukakan bahwa :
1. Hotel adalah suatu usaha komersial
2. Hotel harus terbuka umum
3. Hotel harus memiliki suatu sistem pelayanan/service
4. Hotel harus memiliki minimum tiga fasilitas, yaitu akomodasi, makanan dan
minuman.
Soewarno (2009 : 92) mengemukakan pengertian hotel bahwa hotel adalah
suatu bentuk usaha yang menyediakan/menyewakan jasa akomodasi, konsumsi dan
rekreasi, yang dikelola secara profesional.
Untuk lebih memantapkan keberadaannya dalam masyarakat, suatu hotel
harus melakukan pengenalan diri dan berusaha mendapatkan pengakuan dan
kepercayaan dari masyarakat terutama dari mereka yang hampir selalu memerlukan
pelayanan suatu hotel. Hal ini dianggap perlu karena hotel mempunyai komitmen
tertentu terhadap masyarakat dan semuanya itu harus dipenuhi oleh pejabat yang
tepat, pada waktu yang tepat pula.
Penggolongan hotel bintang 1 sampai bintang 5 menurut Prastowo dan Aji
Suryo (2001, hal. 15) dapat dibagi menjadi :
1. Hotel Bintang 1
Kriteria :
a. Minimum 10 kamar tidur, termasuk kamar mandi dan WC.
40
b. Single Room = 18 m2.
c. Double Room = 20 m2.
d. Mempunyai ruangan umum yang terdiri dari :
1) Lobby and Lounge, minimum 8 tempat duduk.
2) Ruang makan, luas minimum 3 X kamar tidur.
e. Fasilitas tambahan berupa :
1) Kolam renang.
2) Tempat olah raga dan rekreasi.
3) Drug store, pertokoan, biro perjalanan, dan tempat penjualan bahan
bacaan.
4) Ruang pertemuan, ruang rapat, dan ruang serbaguna.
2. Hotel Bintang 2
Kriteria :
a. Minimum 15 kamar tidur, termasuk kamar mandi dan WC.
b. Single Room = 20 m2.
c. Double Room = 24 m2.
d. Mempunyai ruangan umum yang terdiri dari :
1) Lobby and Lounge, minimum 8 tempat duduk.
2) Ruang makan, luas minimum 3 X kamar tidur.
3) Memiliki tempat parkir dengan kapasitas satu mobil untuk setiap empat
kamar tidur.
e. Sebagian kamar tidur dilengkapi dengan pendingin ruangan
41
f. Fasilitas tambahan berupa :
1) Kolam renang.
2) Tempat olah raga dan rekreasi.
3) Drug store, pertokoan, biro perjalanan, dan tempat penjualan bahan
bacaan.
4) Ruang pertemuan, ruang rapat, dan ruang serbaguna.
3. Hotel Bintang 3
Kriteria :
a. Minimum 30 kamar tidur, termasuk kamar mandi dan WC.
b. Single Room = 22 m2.
c. Double Room = 26 m2.
d. Mempunyai ruangan umum yang terdiri dari :
1) Lobby and Lounge, minimum 12 tempat duduk.
2) Ruang makan.
3) Bar luas minimum 2,5 X kamar tidur.
e. Fasilitas tambahan berupa :
1) Kolam renang.
2) Tempat olah raga dan rekreasi.
3) Drug store, pertokoan, biro perjalanan, dan tempat penjualan bahan
bacaan.
4) Ruang pertemuan, ruang rapat, dan ruang serbaguna.
f. Pelayanan yang baik dan tenaga terdidik.
4. Hotel Bintang 4
42
Kriteria :
a. Minimum 50 kamar tidur, termasuk kamar mandi dan WC.
b. Single Room = 24 m2.
c. Double Room = 28 m2.
d. Mempunyai ruangan umum yang terdiri dari :
1) Lobby and Lounge, minimum 16 tempat duduk.
2) Ruang makan.
3) Bar luas minimum 2,5 X kamar tidur.
e. Mempunyai tempat parkir dengan kapasitas satu mobil untuk setiap empat
kamar tidur.
f. Setiap kamar dilengkapi dengan pendingin ruangan, alat komunikasi atau
telepon, dan sound system.
g. Fasilitas tambahan berupa :
1) Kolam renang.
2) Tempat olah raga dan rekreasi.
3) Drug store, pertokoan, biro perjalanan, dan tempat penjualan bahan
bacaan.
4) Ruang pertemuan, ruang rapat, dan ruang serbaguna.
h. Pelayanan yang baik dan tenaga terdidik.
5. Hotel Bintang 5
Kriteria :
a. Minimum 100 kamar tidur, termasuk kamar mandi dan WC.
43
b. Single Room = 26 m2.
c. Double Room = 30 m2.
d. Mempunyai ruangan umum yang terdiri dari :
1) Lobby and Lounge, minimum 20 tempat duduk.
2) Ruang makan.
3) Bar luas minimum 2,5 X kamar tidur.
e. Mempunyai tempat parkir dengan kapasitas satu mobil untuk setiap empat
kamar tidur.
f. Setiap kamar dilengkapi dengan pendingin ruangan, alat komunikasi atau
telepon, dan sound system.
g. Fasilitas tambahan berupa :
1) Kolam renang.
2) Tempat olah raga dan rekreasi.
3) Drug store, pertokoan, biro perjalanan, dan tempat penjualan bahan
bacaan.
4) Ruang pertemuan, ruang rapat, dan ruang serbaguna.
h. Pelayanan yang baik dan tenaga terdidik.
H. Pelayanan
Suatu pelayanan akan terbentuk karena adanya proses pemberian layanan
tertentu dari pihak penyedian layanan kepada pihak yang dilayani. Baik yang
dilakukan atas dasar kesukarelaan masing-masing pihak (non-komersial), tujuan
44
komersil antara persona, ataupun karena orang-orang mempunyai keterikatan kerja
dalam organisasi yang bertujuan komersil maupun non komersil.
Dengan demikian, layanan itu mungkin diberikan karena satu pihak
berkehendak membantu pihak lain secara sukarela, atau adanya permintaan dari pihak
lain kepada satu pihak untuk membantunya secara suka rela. Misalnya bantuan yang
berkaitan dengan kegotongroyongan antar warga, bantuan perhelatan, bantuan duka
cita, bantuan hukum cuma-cuma, pemeliharaan anak yatim/piatu, pemeliharaan orang
jompo, dan penyelesaian pekerjaan yang dilakukan oleh para aktivitas dalam
organisasi non komersil seperti lembaga swadaya masyarakat.
Dalam hal layanan diberikan karena tujuan komersil, satu pihak akan
menyediakan layanan bagi pihak lain tersebut bersedia untuk membayar. Misalnya,
layanan yang diberikan karena ada transaksi jual beli, layanan timbal balik antara
pegawai dan perusahaan, layanan timbal balik antara pegawai negeri dan instansi
pemerintah tempatnya bekerja, antara pejabat negara dan lembaganya, dan hubungan
timbal balik antara atasan dan bawahan sebagai lanjutan hubungan antara posisi
dalam organisasi komersil, non komersil maupun instansi pemerintah.
Pelayanan sangat penting karena dengan pelayanan yang baik dan benar akan
menciptakan simpati, baik dari masyarakat maupun dari perusahaan saingan. Jika
masyarakat simpati, akan menimbulkan kepercayaan sehingga pemasaran produk/jasa
akan lebih lancar. Pelayanan juga merupakan daya penarik bagi calon nasabah untuk
menjadi nasabah, serta tidak menimbulkan persaingan yang tidak sehat antar sesama.
45
Pelayanan dapat dicitrakan berdasarkan pada dimensi-dimensi kualitas yang
dimilikinya, seperti dimensi bukti langsung (tangible), kehandalan (realiability), daya
tanggap
(responsiveness),
jaminan
(assurance),
emphaty.
Perusahaan
yang
bersangkutan bisa memilih salah satu atau lebih dari lima dimensi kualitas pelayanan
tersebut.
Aritonang (2005 : 26) mengemukakan bahwa pelayanan adalah kemampuan
perusahaan untuk memberikan pelayanan secara akurat, andal dapat dipercaya,
bertanggungjawab atas apa yang dijanjikan, tidak pernah memberikan janji yang
berlebihan dan selalu memberikan janjinya.
Barata (2004 : 10) bahwa suatu pelayanan akan terbentuk karena adanya proses
pemberian layanan tertentu dari pihak penyedia layanan kepada pihak yang dilayani.
Tjiptono dan Chandra (2005 : 39) mengemukakan bahwa konsep orientasi
pelayanan lebih menekankan pada aspek praktik, kebijakan dan prosedur layanan
pada sebuah organisasi.
Pelayanan dapat dicitrakan berdasarkan pada dimensi-dimensi kualitas yang
dimilikinya, seperti dimensi bukti langsung (tangible), kehandalan (realiability), daya
tanggap
(responsiveness),
jaminan
(assurance),
emphaty.
Perusahaan
yang
bersangkutan bisa memilih salah satu atau lebih dari lima dimensi kualitas pelayanan
tersebut.
Pelayanan adalah suatu aktivitas atau serangkaian aktivitas yang bersifat tidak
kasat mata (tidak dapat diraba) yang terjadi sebagai akibat adanya interaksi antara
konsumen dengan karyawan atau hal-hal lain yang disediakan oleh perusahaan
46
pemberi pelayanan yang dimaksudkan untuk memecahkan permasalahan konsumen /
pelanggan.
Moenir (2006 : 88) juga mengemukakan bahwa ada 6 faktor pendukung yang
penting dalam mewujudkan pelaksanaan pelayanan yang baik yaitu :
1. Faktor Kesadaran
Kesadaran menunjukkan suatu keadaan pada jiwa seseorang yaitu merupakan
titik temu atau equilibrium dari berbagai pertimbangan sehingga diperoleh suatu
keyakinan, ketenangan, ketetapan hati, dan keseimbangan dalam jiwa yang
bersangkutan.Proses tumbuhnya kesadaran berbeda pada setiap orang baik dalam
hal kecepatan maupun dalam hal kualitas. Hal itu tergantung pada kemampuan
berfikir, penggunaan rasa perasaan, pertimbangan dan pembandingan.
Adanya
kesadaran
dapat
membawa
seseorang
kepada
keikhlasan
dan kesungguhan dalam menjalankan atau melaksanakan suatu kehendak dalam
lingkungan organisasi kerja yang tertuang dalam bentuk tugas baik tertulis
maupun tidak tertulis, mengikat semua orang dalam organisasi organisasi
kerja. Karena itu adanya kesadaran pada pegawai atau petugas, diharapkan
mereka melaksanakan tugas dengan penuh keikhlasan, kesungguhan dan
disiplin.
2. Faktor Aturan
Aturan adalah perangkat penting dalam segala tindakan dan perbuatan orang yang
dibuat oleh manajemen sebagai pihak yang berwenang mengatur segala sesuatu
yang ada diorganisasi kerja tersebut. Pertimbangan harus diarahkan pada manusia
47
sebagai subyek aturan maupun manusia sebagai obyek aturan. Pertimbangan
pertama manusia sebagai subyek aturan ditujukan kepada hal-hal yang penting
yaitu :
a. Kewenangan
Kewenangan erat hubungannya dengan sahnya suatu perbuatan atau tindakan
yang diambil, termasuk pembuatan aturan yang akan mengikat berbagai
pihak. Aturan yang dibuat harus oleh pihak yang berwenang agar sah dan
mempunyai kekuatan hukum. Mengenai kewenangan itu biasanya sejak
semula sudah ditetapkan dalam ketentuan-ketentuan pokok organisasi, tentang
hak kewajiban, wewenang tanggung jawab, dan tugas pekerjaan.
b. Pengetahuan dan pengalaman
Dengan pengetahuan dan kemampuan itu kita dapat memiliki pandangan jauh
kedepan sehingga aturan yang dibuat dapat menjangkau waktu yang cukup
panjang karena dapat mengantisipasi segala sesuatu yang berada 5 – 10 tahun
yang akan datang. Itu tidak berarti bahwa aturan yang dibuat menjadi kaku
seakan- akan tidak dapat mengikuti perubahan keadaan.
c. Kemampuan bahasa
Kemampuan berbahasa yang baik dan benar secara lisan dan tulisan
merupakan suatu hal penting yang harus diperhatikan oleh seorang pegawai.
Dalam penggunaan bahasa sebaiknya yang sederhana dan mudah dimengerti
serta susunan kalimatnya yang mudah dicerna dan dapat menggambarkan
secara lengkap apa yang dikehendaki.
48
d. Pemahaman oleh pelaksana
Petugas pelaksana yang akan terlibat langsung dengan aturan yang telah
dibuat, harus memahami terlebih dahulu maksud dan arti aturan yang telah ada
sehingga mampu menjalankan tugasnya yaitu memberikan penjelasan serta
pelayanan yang cepat dan tepat untuk pelanggan.
e. Disiplin dalam pelaksanaan
Disiplin adalah suatu bentuk ketaatan terhadap aturan, baik tertulis maupun
tidak tertulis, yang telah ditetapkan. Maksudnya bahwa apabila para pemberi
layanan dapat taat pada aturan maka sikap disiplin akan tumbuh, sehingga
timbul sikap efektif dan efisien dalam memberikan layanan.
Ada dua jenis disiplin yang sangat dominan sehingga dapat mempengaruhi
lancarnya proses pelayanan, yaitu :
1) Disiplin Waktu
Disiplin waktu adalah jenis displin yang paling mudah dilihat dan
dikontrol pada kehidupan sehari-hari dalm suatu organisasi. Dalam
pengontrolannya
kita
dapat
menggunakan
beberapa
cara
untuk
mendisiplinkan pegawai seperti absensi, apel pagi atau cara-cara lain yang
dapat disertai dengan sanksi-sanksi administrative untuk mengetahui
tingkat kedisiplinan pegawai dari segi kehadiran pegawai setiap hari
kerjanya.
2) Disiplin Kerja
Isi pekerjaan pada dasarnya terdiri dari metode pengerjaan, prosedur
49
kerjanya, waktu dan jumlah unit yang harus diselesaikan. Disiplin kerja
akan tumbuh apabila memenuhi aturan yang ada sehingga akan menunjang
terciptanya pelayanan yang baik.
3. Faktor organisasi
Faktor organisasi sebagai suatu sistem merupakan alat yang efektif dalam usaha
pencapaian tujuan, dalam hal ini pelayanan yang baik dan memuaskan.
Organisasi pelayanan pada dasarnya tidak berbeda dengan organisasi pada
umumnya, namun ada perbedaan sedikit dalam penerapannya, karena sasaran
pelayanan ditujukan secara khusus kepada manusia yang mempunyai watak dan
kehendak multi kompleks. Oleh karena itu organisasi tidak semata-mata dalam
perwujudan susunan organisasi, melainkan lebih banyak pada pengaturan dan
mekanisme kerjanya yang harus mampu menghasilkan pelayanan yang memadai.
4. Faktor Pendapatan
Pendapatan adalah seluruh kompensasi yang diberikan kepada seseorang sebagai
imbalan atas tenaga dan pikiran yang telah dicurahkan untuk orang lain atau
badan/organisasi, baik dalam benntuk uang, natura maupun fasilitas, dalam
jangka waktu tertentu. Pada dasarnya pendapatan harus dapat memenuhi
kebutuhan hidup baik untuk dirinya maupun untuk keluarga. Namun hal itu
dalam masyrakat yang berteknologi maju, dimana kebutuhan hidup makin
meningkat tidak hanya dalam jenis tetapi juga dalam hal kegunaan, pendapatan
seseorang tidak lagi dapat mengjangkau kebutuhannya bersama keluarga.
Kebutuhan hidup yang makin meningkat disatu pihak, kurang dapat diimbangi
50
dengan pendapatan yang relatif tetap, sehingga menyebabkan perubahan pola
ketenagakerjaan.
5. Faktor Kemampuan dan keterampilan
Kemampuan
berasal
dari
kata
dasar
mampu
yang
dalam
hubungan
tugas/pekerjaan berarti dapat melaksanakan tugas/pekerjaan dengan baik
sehingga dapat menghasilkan barang dan jasa sesuai dengan yang diharapkan.
Dengan kemampuan dan keterampilan yang memadai maka pelaksanaan
tugas/pekerjaan dapat dilakukan dengan baik, cepat dan dapat memenuhi
keinginan semua pihak, baik manajemen itu sendiri maupun masyarakat.
6. Faktor Sarana Pelayanan
Sarana pelayanan yang dimaksud adalah segala jenis peralatan, perlengkapan
kerja dan fasilitas lain yang berfungsi sebagai alat utama/pemantau dalam
pelaksanaan pekerjaan, dan juga berfungsi sosial dalam rangka kepentingan
orang-orang yang sedang berhubungan dengan organisasi kerja itu. Fungsi sarana
pelayanan tersebut antara lain :
a. Mempercepat proses pelaksanaan pekerjaan, sehingga dapat menghemat
waktu.
b. Meningkatkan produktivitas, baik barang dan jasa.
c. Kualitas produk yang lebih baik/terjamin.
d. Ketepatan susunan dan stabilitas ukuran terjamin.
e. Lebih mudah atau sederhana dalam gerak para pelakunya.
f. Menimbulkan rasa kenyamanan bagi orang yang berkepentigan.
51
g. Menimbulkan perasaan puas pada orang yang berkepentigan sehingga dapat
mengurangi sifat emosional mereka.
Oleh karena itu peranan sarana pelayanan sangat penting, tanpa mengecualikan
peranan manusia sebagai pelaksana. Dengan adanya sarana pelayanan maka
diharapkan pelaksanaan pekerjaan dapat berjalan secara efektif dan efisien.
I. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat
Faktor pendukung adalah segala faktor yang menjadi keunggulan Public
Relations dalam melakukan aktivitasnya. Hal ini dapat meliputi :
a. Fasilitas pelayanan
b. Event/program khusus
c. Promosi.
Sedangkan faktor penghambat adalah segala faktor-faktor yang menjadi
kelemahan Public Relations yang dapat meliputi :
a. Kebijakan perusahaan,
b. Kurangnya skill,
c. Pendanaan.
J. Pelanggan
Era perdagangan bebas dewasa ini, perusahaan dituntut untuk menemukan
dan membangun sistem manajemen yang mampu secara profesional meretensi para
pelanggannya. Dua hal yang menjadi pertimbangan utama perusahaan dalam
melakukan retensi pelanggan ini adalah pertama karena semakin mahalnya biaya
52
perolehan konsumen baru dalam iklim kompetisi yang sedemikian ketat, kedua
adalah adanya kenyataan bahwa tingkat kemampulabaan perusahaan berbanding
lurus dengan pertumbuhan hubungan antara perusahaan dan konsumen.
Pentingnya peranan pelanggan bagi kelangsungan hidup perusahaan seringkali
diungkapkan oleh para pelaku bisnis dengan cara mengungkapkannya dalam bentuk
pujaan dan kebanggaan kepada pelanggan.
Lupiyoadi (2006 : 143) pelanggan adalah seseorang yang beberapa kali datang
ke tempat yang sama untuk membeli suatu barang atau peralatan.
Tidak seorang pun dapat memenangkan apabila berargumentasi dengan
pelanggan, sebab pelanggan menurut Irawan (2004 : 7) adalah “Orang yang
membawa kita kepada pemenuhan kebutuhannya.”
Pelanggan merupakan fokus utama dalam pembahasan mengenai kepuasan
dan kualitas jasa. Dalam hal ini pelanggan memegang peranan cukup penting dalam
mengukur tingkat kepuasan terhadap produk maupun pelayanan yang diberikan oleh
perusahaan. Untuk dibahas persepsi kita tentang pelanggan sebagai dasar pembahasan
lebih lanjut.
Rangkuti (2008 : 90) bahwa pelanggan adalah orang yang mengkonsumsi atau
menggunakan produk atau jasa.
Semua karyawan diminta untuk menghafalkan definisi pelanggan ini. Untuk
itu, di setiap ruangan yang penting, terdapat bingkai terpasang dengan tulisan yang
mudah terbaca oleh setiap karyawannya. Perusahaan sadar, apabila semua
karyawannya dapat menempatkan pelanggan dalam tempat yang sebenarnya, maka
hal ini merupakan suatu jaminan untuk meraih sukses di masa mendatang.
53
Terdapat tiga jenis pelanggan yaitu :
1. Pelanggan internal (internal customer) adalah setiap orang yang ikut menangani
proses pembuatan maupun penyediaan produk di dalam perusahaan atau
organisasi.
2. Pelanggan perantara (internediate customer) adalah mereka yang bertindak atau
berperan sebagai perantara untuk mendistribusikan produk kepada pihak
konsumen atau pelanggan eksternal. Pelanggan perantara ini bukan sebagai
pemakai akhir.
3. Pelanggan eskternal (external customer) adalah pembeli atau pemakai akhir, yang
sering disebut sebagai pelanggan yang nyata (real customer).
Download