RESUME KEPERAWATAN Nama Mahasiswa : Fahira Nurfitria Tanggal : 22 Juni 2021 Tempat : Poli Paru Rumah Sakit TK II Dustira Nama Pasien : Ny.E Diagnosa Medis : PPOK (Penyakit Paru Obstruktif Kronis) RIWAYAT KESEHATAN Keluhan Utama : Sesak nafas dan batuk : TD : 140/95mmHg, SPO2 : 98, Nadi : 96 RR : 24x/mnt Riwayat Penyakit Sekarang : Mengeluhkan sesak napas, kelemahan fisik, batuk yang disertai dengan adanya sputum Riwayat penyakit Dahulu : Asma PEMERIKSAAAN FISIK DAN PENUNJANG : A. Pemeriksaan fisik Pada PPOK fase awal umumnya normal atau hanya menunjukkan ekspirasi yang memanjang. Pemeriksaan fisik akan semakin bervariasi sesuai dengan tingkat keparahan PPOK dan semakin bermakna pada PPOK berat. - Inspeksi Pada inspeksi dapat ditemukan : a. Penampilan pink puffer (kurus, kulit kemerahan) atau blue bloater(gemuk, sianosis, edema tungkai) b. Bila telah terjadi gagal jantung kanan dapat terlihat denyut vena jugularis dan edema tungkai c. Penggunaan dan hipertrofi otot bantu nafas d. Pursed-lips breathing e. Barrel chest( diameter antero-posterior dan transversal sebanding) - Palpasi Pada tipe emfisema, fremitus paru dirasakan melemah dengan sela iga melebar. - Perkusi Pada perkusi toraks akan ditemukan suara paru hipersonor, batas jantung mengecil, dan letak diafragma rendah. - Auskultasi Pada auskultasi toraks akan ditemukan ekspirasi memanjang, wheezing pada waktu bernafas biasa atau ekspirasi paksa, penurunan suara nafas vesikuler, dan suara jantung terdengar menjauh. B. Pemeriksaan Penunjang - Pemeriksaan Fungsi Paru Pemeriksaan fungsi paru sangat penting dalam menegakkan diagnosis, menentukan tingkat keparahan PPOK dan untuk mengkaji ulang kondisi pasien PPOK. Pemeriksaan dengan spirometri pada PPOK diutamakan untuk menentukan nilai forced expiratory volume in 1 second (FEV1) dan the forced vital capacity (FVC). Pada PPOK ditemukan penurunan nilai FEV1 dengan penurunan rasio FEV1/FVC. Dapat juga dilakukan uji bronkodilator. Jika Nilai rasio FEV1/FVC post pemberian bronkodilator <0.70, ini menunjukkan adanya keterbatasan aliran udara yang persisten. - Global Initiative Lung Disease (GOLD) Melakukan klasifikasi tingkat keparahan keterbatasan aliran udara pada PPOK. Klasifikasi ini berdasarkan pemeriksaan spirometri setelah dilakukan pemberian bronkodilator inhalasi kerja pendek untuk meminimalisir variabilitas. Berikut klasifikasinya berdasarkan nilai FEV1 post-bronkodilator dengan rasio FEV1/FVC <70%: GOLD 1 (Mild) : FEV1 > 80% predicted GOLD 2 (Moderate) : 50% < FEV1 < 80% predicted GOLD 3 (Severe) : 30% < FEV1 < 50% predicted GOLD 4 (Very Severe) : FEV1 < 30% predicted - Pemeriksaan Radiologi Pemeriksaan radiologi yang dapat dilakukan pada PPOK adalah foto rontgen toraks dan CT Scan toraks. Pada foto rontgen thoraks anteroposterior-lateral, dapat ditemukan hiperinflasi paru, hiperlusensi, diafragma tampak datar, bayangan jantung yang sempit, dan gambaran jantung seperti pendulum (tear drop appearance). Pada PPOK tipe bronkitis kronis dapat ditemukan pertambahan corak vascular paru dan kardiomegali. - Pemeriksaan CT scan toraks Dapat membantu dalam mendiagnosis berbagai tipe dari PPOK. CT Scan lebih spesifik dalam mendiagnosa emfisema jika dibandingkan foto thoraks polos. - Pemeriksaan Echokardiografi Pada pasien dengan PPOK lama, dapat menyebabkan timbulnya hipertensi pulmonal dan gagal jantung kanan (cor pulmonale). Echocardiografi dapat digunakan untuk menilai tekanan sistolik arteri pulmonal dan fungsi sitolik ventrikel kanan. - Pemeriksaan Laboratorium Pemeriksaan laboratorium sebetulnya tidak ada yang spesifik untuk PPOK. Apabila dilakukan pemeriksaan laboratorium, maka akan didapatkan : a. Pemeriksaan Analisa Gas Darah (AGD) dapat digunakan untuk memprediksi tingkat keparahan dan serangan akut dari PPOK. Secara umum. pH < 7.3 menandakan adanya gangguan pernafasan akut. Biasanya juga ditemukan kompensasi ginjal sehingga nilai pH mendekati normal. b. Pemeriksaan darah lengkap dapat digunakan untuk melihat apakah ada infeksi sekunder pada PPOK yang ditandai dengan leukositosis c. Pemeriksaan kimia darah pada pasien PPOK dapat menunjukkan retensi natrium. Obat-obatan PPOK (agonis beta adrenergic, teofiline) memiliki efek penurunan kadar kalium serum, sehingga harus dilakukan monitor berkala. d. Pemeriksaan Sputum Pada bronchitis kronis, biasanya sputum bersifat mukoid dan penuh dengan makrofag. Pada PPOK eksaserbasi, sputum akan menjadi purulent dan penuh dengan neutrofil. Perlu juga dilakukan pemeriksaan kultur mikroorganisme, sehingga dapat diberikan antibiotik yang definitif. e. Pemeriksaan Brain natriuretic peptide (BNP) dapat membantu dalam membedakan sesak yang disebabkan oleh PPOK atau oleh gagal jantung kongestif. Namun tetap harus memperhatikan gejala klinis pasien. f. Pemeriksaan enzim alpha1-antitrypsin (AAT) dapat ditemukan defisiensi AAT. Pemeriksaan ini dapat dilakukan pada pasien yang memiliki riwayat keluarga menderita emfisema pada usia muda. DIAGNOSA KEPERAWATAN (yang muncul) : DATA Data Subyektif ; - Klien mengatakan sesak nafas - Klien mengatakan jika berjalan jauh atau menaiki tangga sudah tidak kuat ETIOLOGI Gangguan pertukaran o2 & Co2 Hiperventilasi Hasil AGD abnormal Data Obyektif : - Klien tampak sesak nafas - TD : 140/95mmHg - SPO2 : 98 - Nadi : 96 Gangguan pertukaran gas MASALAH Gangguan pertukaran gas - RR : 24x/mnt Data Subyektif ; - Klien mengatakan sesak nafas - Klien mengatakan jika berjalan jauh atau menaiki tangga sudah tidak kuat Data Obyektif : - Klien tampak sesak nafas - TD : 140/95mmHg - SPO2 : 98 - Nadi : 96 RR : 24x/mnt Gelisah Gangguan pertukaran gas Suara nafas abnormal Frekuensi nafas abnormal Gamgguan Pertukaran Gas RENCANA TINDAKA KEPERAWATAN NO 1. DIAGNOSA KEPERAWATAN Ketidakefektifan pola nafas b,d keletihan otot pernafasan, penggunaan otot bantu pernafasan Batasan karakteristik 1.Bradipnea 2.Dyspnea 3.Penggunaan otot bantu pernafasan 4.Penurunan kapasitas kapasitas vital 5.Penurunan tekanan ekspirasi 6.Penurunan tekanan inspirasi 7. Pernafasan bibir 8. Pernafasan cuping hidung 9. Takipnea Factor yang berhubungan 1. Ansietas 2.Cedera medulla spinalis PERENCANAAN Tujuan Intervensi Setelah dilakukan 1.Terapi oksigen a.Pertahankan kepatenan jalan tindakan nafas keperawatan diharapkan status b.Siapkan peralatan oksigen dan pernafasan : ventilasi berikan melalui system humidifier dengan kriteria hasil c.Berikan oksigen tambahan seperti yang diperintahkan : a.Frekuensi pernafasan d.Monitor aliran oksigen tidak ada deviasi dari e.Monitor efektifitas terapi oksigen kisaran normal f,Amati tanda-tanda hipoventialsi b.Irama pernafasan induksi oksigen tidak ada deviasi dari g,Konsultasi dengan tenaga kisaran normal kesehatan lain mengenai c. Suara perkusi nafas penggunaan oksigen tambahan tidak ada deviasi dari selama kegiatan dan atau tidur kisaran normal d.Kapasitas vital tidak 2. Monitor tanda-tanda vital ada deviasi dari dari a.Monitor tekanan darah, nadi, kisaran normal suhu dan status pernafasan dengan tepat b.Monitor tekanan darah saat pasien berbaring, duduk dan berdiri sebelum dan setelah perubahan posisi c.Monitor dan laporkan tanda dan gejala hipotermia dan hipertermia d.Monitor keberadaan nadi dan kualitas nadi 2. 3.Hiperventilasi 4.Keletihan 5.Keletihan otot pernafasan 6. Nyeri 7.Obesitas 8.Posisi tubuh yang menghambat ekspansi paru Gangguan pertukaran gas b.d ventilasiperfusi Batasan karakteristik 1. Diaphoresis 2. Dyspnea 3. Gas darah arteri abnormal 4.Gelisah 5.Hiperkapnia 6.Hipoksemia 7.Hipoksia 8.pH arteri abnormal 9.Pola pernafasan abnormal 10.sianosis e. Monitor irama dan tekanan jantung f. Monitor suara paruparu g.Monitor warna kulit, suhu dan kelembaban h.Identifikasi kemungkinan penyebab perubahan tanda-tanda vital Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapakan keseimbangan elektrolit dan asam basa dengan kriteria hasil : a.frekuensi pernafasan tidak ada deviasi dari kisaran normal b.irama pernafasan tidak ada deviasi dari kisaran normal c.serum pH tidak ada deviasi dari kisaran normal d.serum karbondioksida tidak ada deviasi dari kisaran normal Manajemen Asam Basa a.Pertahankan kepatenan jalan nafas b.Posisikan klien untuk mendapatkan ventilasi yang adekuat c.Monitor kecenderungan pH arteri, PaCO2 dan HCO3 dalam rangka mempertimbangkan jenis ketidakseimbangan yang terjadi ( misalnya, respiratorik atau metabolic) dan kompensasi mekanisme fisiologis yang terjadi (misalnya, kompensasi paru atau ginjal dan penyangga fisiologis) d.Pertahankan pemeriksaan pH arteri dan plasma elektrolit untuk membuat perencanan perawatan factor berhubungan yang akurat 1.Ketidakseimbangan e.Monitor gas darah arteri, level ventilasi-perfusi serum serta urin elektrolit jika 2.Perubahan diperlukan membrane alveolarf.Monitor pola pernafasan kapiler g. Monitor penentuan pengangkutan oksigen ke jarinagn Setelah dilakukan (misalnya rendahnya PaO2) h.Monitor intake dan output i) tindakan Monitor status hemodinamik, keperawatan diharapakan status meliputi level CVP, MAP, PAP dan PCWP jika tersedia pernafasan: pertukaran gas dengan kriteria hasil Terapi oksigen a.Pertahankan kepatenan jalan : a)Tekanan parsal nafas b.Siapkan peralatan oksigen oksigen di darah arteri dan berikan melalui system (PaO2) tidak ada humidifier deviasi dari kisaran c.Berikan oksigen tambahan seperti normal yang diperintahkan b)Tekanan parsial d.Monitor aliran oksigen karbondioksisa di e.Monitor efektifitas terapi oksigen darah arteri (PaCO2) f.Amati tanda-tanda hipoventialsi induksi oksigen tidak ada deviasi dari kisaran normal c)Saturasi oksigen tidak ada deviasi dari kisaran normal d)Keseimbangan ventilasi dan perfusi tidak ada deviasi dari kisaran normal Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapakan tandatanda vital dengan kriteria hasil : a) Suhu tubuh tidak ada deviasi dari kisaran normal b) Denyut nadi radial tidak ada deviasi dari kisaran normal c) Tingkat pernafasan tidak ada deviasi dari kisaran normal d) Irama pernafasan tidak ada deviasi dari kisaran normal e) Tekanan darah sistolik tidak ada deviasi dari kisaran normal f) Tekanan darah diastolik tidak ada deviasi dari kisaran normal g.Konsultasi dengan tenaga kesehatan lain mengenai penggunaan oksigen tambahan selama kegiatan dan atau tidur Monitor pernafasan a.Monitor kecepatan, irama, kedalaman dan kesulitan bernafas b.Catat pergerakan dada, catat ketidaksimetrisan, penggunaan otot bantu pernafasan dan retraksi otot c.Monitor suara nafas tambahan d.Monitor pola nafas e.Auskultasi suara nafas, catat area dimana terjadi penurunan atau tidak adanya ventilasi dan keberadaan suara nafas tambahan f. Kaji perlunya penyedotan pada jalan nafas dengan auskultasi misalnya suara nafas ronki di paru g. Monitor kemampuan batuk efektif pasien h.Berikan bantuan terapi nafas jika diperlukan (misalnya nebulizer) TINDAKAN YANG DILAKUKAN : 1. Menyarankan penderita untuk berhenti merokok jika pasien memang merokok 2. Memberikan obat-obatan seperti : - Bronkodilator, untuk melemaskan otot di saluran pernapasan dan mengurangi sesak napas. - Kortikosteroid, untuk mengurangi peradangan pada saluran napas dan mencegah eksaserbasi atau gejala PPOK kambuh kembali. - Phosphodiesterase-4 inhibitors, untuk mengurangi peradangan pada saluran napas dan melemaskan saluran udara. - Teofilin, untuk memperbaiki pernapasan dan mencegah eksaserbasi. Jenis obat ini biasanya digunakan ketika pengobatan lain tidak efektif mengatasi PPOK. Antibiotik, untuk mengatasi infeksi pada saluran pernapasan, misalnya jika PPOK sudah menimbulkan komplikasi pneumonia. 3. Fisioterapi Paru 4. Operasi Operasi hanya dilakukan jika gejala PPOK tidak bisa diredakan atau ditangani dengan obat-obatan atau terapi. Operasi umumnya bertujuan untuk mengambil jaringan paruparu yang rusak atau transplantasi paru-paru.