'aa. ! { r' ' t:^:= .l-*r. F I Il t a e at I o E- I BIOFARMASETIKA & FARMAKOKINETIKA EDISI KELIMA TERAPAN LEON SHARGEL SUSANNA WU-PONG ANDREW B.C. YU ir. , I I BI(lFARMASETIKA & FARMAKOKINETIKA I TERAPAN EDISI KELIMA I r '':, I T rr hsal 72 Undang-Lndang Nomor ( ti 19 Tahun 2002 tentang Hak CiPta: B.r.qsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebapJailnana dalam hsal2 ayat (l ) atau hsal49a,vat (l) dan avat (2) dipitlana dengau peajara masing-rnasing palirrg singkat I (sanr)bulan tlarVatatr dentla palitrg 1ila.o <,t}i. Rp1.0O0.000,00 (sanrluta nrpiah), atau pidala peulam palilg larna 7 (n!rrh) d''-r-d rl- dan arau denda paling banvak Rp:r.000.000.000,00 (lima nriliar nrPiah). dengan sengaja nenviarkal, rlerrranterkan, tnengedarkalr atatr nrelrjual t pcda umum suanr ciptaan atau bamng hasil pelanggaran Hak Cipra atau Hak Tctait sebagarmana diruaksud pada avat ( t) dipidara dengan pe!1ara palrug lanta 5 {lima) tahun dauatarr deuda paling banlak Rp500.000.000,00 (liDr:r r:rtusJUti r?t la-agsrapa nryiah). l3) I Barangsiapa dengan serrgaj:r rlan tanpa hak rnemperbanyak pengguna:rrt utrruk lepenringan komersial suanr Prograur Komputer dipidaira dengau pirlarta penjara paling lama 5 (lirna) rahurr dar/atau denda paling banyak Rp500.000.000,00 (linra ranr. Suta rupiah). r{r Barangsiapa dengan sengaja nrelanggar thsal 17 dipidata clengan pirlana petrjara paling lama 5 (lima) tahtrl darvatau denda paling banvak Rp L000.000.000,00 tsatu miliar mpiah). 6) Barangsiapa de[gaD sengaja rnelanggar Pasal 19, Pasal 20, atau FJSaI 29 a\at (3) drpidana dengan pidana pen1ara palmg larua 2 (dua) tahun dan/arau rlenda paling banr ali Rp 150.000.000,00 (seratus Lnra puluhluta rupiah). 16r Barangsiapa dengan serrgala dau tanpa hak rnelanggar Pasal 2 [ atalr hsal 5a) dipidana dengan pidana peljara paling lama I(dua) tahun dauatau clertcla paling banr al Rp 150.000.000,00 (seratus lillra prrltrhjura mpiah). (ir Barangsiapa dengan selg:rja datt tartpa hak melanggar Pasal 2--r rlipitlala dengan prdana per5ara palirtg lanta 2 (ciua) tahun dan/atau (lerrtla palirtg barlvak Rp150.000.000,00 (seratus liura prrlrrhjrrta mpiah). (8r Barangsrapa clelgan sengaja dan tanpa hak melanggar Pasal 27 <lipiclana T dengan pidana petjara paling larna 2 (dua) tahun dar/atau denda palirtg banyak . Rp 150.000.000.00 (seratus lirrra prrluhluta mpiah). t9; Barangsiapa dengan sengala nrelanggar Pasal28 dipidana detrgatt pirlana peIlara pdme lama 5 (lmra) tahrru <lary'atau denda palrng banyak Rp L500.000.000.00 (satu E rar hnra ratusJuta rllpiall). a a a Iti t I I t It a a I I BIOFARMASETIKA & FARMAKOKINETIKA TERAPAN EDISI KELIMA LEOil SI|ARGEL PhO. RPh \\akil Presiden, Biofarmase dka V Eol l-ab, Inc. \{'ilson, North Carolina I Adjunct Associate Professor School of Pharmacy University of Maryland Baltimore , Maryland SUSANNA tvU-PONG PhO, RPh Associate Professor Departrnent of Pharrnaceutics Medical College of Virgiuia Carnpus Vir girria (iorrrrrrorrwealtlr I rriversitl Richrnoud, \'irginia A}IDREW 8.C. YU PhO, RPh Apoteker Gaithersburg, \{D Sebelunrnva Associate Prolessor of Pharrnaceutics Albarry College of Plrar rnacr r, I T @ 2012 Airlangga University Press AUP 600/08.435103.12-C1E. I Dilarang rnengutip dan atau memperbanyak tanpa izin tertulis dari Penerbit sebagian atau seluruhnl,a dalam benruk apapun, baik cetak, fotoprirtt, mikrofiln dan sebagainla. 12 13 t4 15 16,/ 9 8765432 Penerbit: Pusat Penerbitan dan Percert.n L'ni!.ersitas Airlangga Kampus C Unair,Jl. Vuhoreir Surabaya 601lir Telp. (031) 5992246,59W47 Fa:. (031) 5992248 E-mail: [email protected] Dicetak oleh: Pusat Penerbitan dan Percela.Lan (PNB. 010/03. 1 2,2.{UP-ClE t nirersitas Airlangga r .\/ LEO b Leon Shargel Biofarnasetile daa Farmakokinetika Terapan / Leon Shargel, Susanna Wu, Andrew B.C.I'u-, alih bahasa Fasich, Budi Suprapti Edisi Kelima Surabaya: Pusat Frnerbimn dan Percetakan Universiras Airlangga, 20'12 xx, 897 hlm,: 18.5 x 23,5 cm. Bibliografi ISBN 979-602€96740-0 Judul Asli: ^{pplied Biopharrrraceutics and Pharnracokinetics @ 2005 The \lcGrar-Hill Companies, Inc. Hak cipta terbiran dalam bahasa Indonesia l. Farmakokinetik I. Judul II. III. IV Susanna Wu-Pong Andrew B.C. Yu. Fasich 615.7 ANGGOTA II(API: 001 / lT | / 95 DAFTAR ISI Pralata/XII SingfutanD{V NGANTAR B Biofarmasetika/ I PE I OFARMAS ETI KA DAN FA WTAKO KI N ET I KA/1 Farmakokinetika/3 Farmakokinetika Klinis/3 Farmakodinamika/4 Toksikokinetika dan Toksikotogi Klinis,/4 Pengukuran Konsentrasi Obat/5 Farmakokinetika Dasar dan Model Farmakokinetika,/10 Pertanyaan yang Sering Diajukan/ l8 Pertanyaan Pembelajaran,/ 18 Acuan/19 Bibtiografi/19 2. DASAR- DASAR MATEMATI KA DALAM FARMAKO KI N ETI KA,/21 Evaluasi Diri Matemaika/21 Estimasi dan Penggunaan Kalkulator dan Komputer/22 Ladhan Soal/25 I(alkulus/27 Grafik,z31 Satuan dalam Farmakokinetika/37 Pengtrkuran dan Penggunaan trlziS cqnt Figure/39 Satuan untuk Menyatakan Konsentrasi datam Darah,/39 Staristik/39 L{u dan Order Reaksi/42 Pertanyaan yang Serihg Diajukan,/47 Pertanyaan Pembelalar afl 48 Acuan/50 Bibliografi/50 \1 DAFTAR I5I 3. MODEL KOMPARTETU tN-SATU TERBUKA:PEM INTRAVENA BOLUS/5I BE RIAN Tetapan Laju Eliminasil52 Volume Distribusi, 53 Klirens,/57 Perhitungan li dari Dara Ekskresi Urine,/63 Terapan Klinis,'6? Pertanl aan sang Sering Diajukan/6!) Pertanvaan Pembel4iann,' 69 .\cuan.,72 Bibliogra-6,, 7? INTRAVENA I 5. INFUSI INTRAVENIVI0T Obat-obat Dengan Modd Bompartemen Satu,/108 Metode lnfusi untul Hitungan \Vaktu Paruh Eliminasi Pada Pasien,/l12 Infusi IV Plus Dosis Mrntan: Ilodel Kornpartemen Satu,/115 Perkiraarr Klirens Obel &n li, dari Data Infusi/122 Infusi Intravena dari Obarobat Model Komparteme:.r Dlua/122 Infrrsi Iv Plus Dosis Muaran: \lodel Kompartemen Dua,/123 Pertanyaan yang Sering D{ukan/l27 Pertanyaan Pembelalaran/ 127 Acuan/129 Bibliografi/130 6. .- ELIMINASI DAN KLIRINS OBAT/131 Eliminasi Obat/l3l DAFIAR ISI VII G\ryal/132 Ekkresi Obat Lewar Ginjal/136 ti,. t Klirens Renal/144 ti *ij L Penentuan Klirens Renal,z 149 Hubungan Klirens Terhadap \&aktu Paruh Eliminasi dan Volume Distribusi/ 155 Pertanyaan yang Sering Di4jukan/157 Penanyaan Pembelajarun / 157 Acuan/159 Bibtiografi/159 7. FARMAKOKINETIKA ABSORPSI ORAL/161 Farmakokinetika Absorpsi Obatll6l Model Absorpsi Order Nol/163 Model Absorpsi Order Kesatu/163 Makna Tetapan Laju Absorpsi/l8l Pertanyaan yang Sering Diajukan/182 Pertanyaan Pembelajaraln / 182 Acuan/184 Bibliografi/184 8. PENGAIURAN DOSIS CANDA/185 Akumulasi Obat/185 Injeksi Intrar.ena Berrrlang,/ 190 Infusi Intravena Intermitten/197 Perkiraan I( dan I/p Aminoglikosida Pada Keadaan Klinik,z201 Pengaturan Dosis Oral Gatda/202 Dosis Muatan,/205 Penentuan Bioavailabilitas dan Bioekuivalensi dalam Suatu Pengaturan Dosis Gatda/207 Studi Bioekuivalensi,/208 Penjadwalan Pengaturan Dosis/210 Pertanvaan yarg Sering Diajtrkan/215 Pertanyaan Pembelajaran/ Acuan,/216 Bibliografi/217 21 5 vlll DAFTAR tst 9. FARMAKOKINITIKA NONLINIER/219 Proses Eliminasi Enzimaris rzng DapatJenuh/221 Eliminasi Obar Dengan Farmakokinetika Kapasitas-terbatas: Motlel Kompartemen-satu, lnjeksi IV Botus/224 Persamaan untuk Obar-obar yang Terdistribusi Sebagai Modet KomparterDer] Satu dan Dieliminasi Dengan Farurakokinetika Nonlinier/239 Kronofarmakokineti\a dan Farmakoki netika Bergantung-waktu/240 Bioavailabilitas Obar rang Mengikuti Farrnakokinetika Nonlinier/243 Far-makokinetita \onlinier yang Disebabkan Ikatan Obat-proteirt,/243 Pertanraan rzng Sering Diajukan/246 Pertanraan Pembelajara n 246 Acuanr218 Bibliografi;2.18 10. FISIOLOGIS DISTRIBUSI OBAT DAN IKATAN PROTEIN/251 FaLtor-fatror Frilogis Distribusi/z51 Volume Disrrihuri,/250 Ikatan Protcin d.ri Obar-obat/267 Hubungan llarun Obar Protein Plasma Dengan Distribusi dan Eliminasi /275 DeErminan ILaoD Protein/2?9 Kinetika Itaran Prordn /280 Ilaran dan Sir lkatan Dengan M€tode Crafik/282 Kemaknaan Klinil IL-."rr Obat Protein /286 Penentuan Terzpan Pemodelan Disrribusi Ohat/296 I Pertanyaan yang Scring Diajukan/297 Pertanyaan Pembdajaran,/298 Acuan,/300 Bibliografi/301 I1. ELIMINASI HEPATIK DARI OBAT/303 Rute Pemakaian Obat dan \letabolisnre Obat Ekstrahepatik/303 Klirens Hepatik/306 Kinetika Enzim/308 Anatouri dan Fisiologi Liver/316 Enzim Hepatik yang Terlibat dalam Biotransf<rrruasi Obat/319 Reaksi Biotransforrnasi Obat,/319 I DATTAR ISI Jalur Biotransformasi Obat/321 t- -,t ftrgt p a.j..- Tir<:(t Klirens Hepatik dari Obat lang Terikat Protein: Klirens Terbatasi dan Tak Terbatasi Ikatan/340 Ekskrcsi Obat Sec ara Bilier / 344 Pertaalaan yang Sering Diajukan,/348 Pertau)aan Pembelalar an / 348 Acuan/351 Bit li%rafil353 I2. FARMAKOGENETIKA,/355 Contoh Polimorfi sme/356 Farmakogenom ikl359 Reatsi Obat yang Merugikan vang Terkait Dengan Perbedaan Genetik/361 Polimorfisme Genetik dalam Metabolisme Obat:isozim Sitokrom P-450/361 Polimorfisme Genetik dalam Transpor Obat: P-glikoprotein dan Resistensi Berbagai Obat/364 Polimorfisme Genetik clalarn Target Obat/365 Penimbangan Farrnakokinetika/farmakoclinamika (PKIPD) dan Farmakogenetika/farrnakogenornik (P Gt/ PGx) / 367 Pertanraan vang Sering Diajtrkan,/368 Acuan,/369 Bibliografi/369 13. FAKTOR FISTOLOGIS TERKAIT DENGAN ABSORI'SI OBAT/371 Rute Pemberian Obat/371 Sifat Membran Sel/373 Perjalanan Obat Melintasi Membran Sel/375 Absorpsi Obat Orall382 Metode untuk Mempelajari Faktor-faktor yang Mempengamhi Absorpsi Obat/397 Pengaruh Penyakit Pada Absorpsi Obat,/401 Rute Lain Pemberian Obvr/404 Pertanyaan yang Sering Di{ukar,/406 Pertanyaan Pembelaiar an / 40 6 Acrtar /407 Bibliografi ,2409 + x DAFTAR ISI 14. PERTIMBANGAN BIOTARMASETIK DALAM RANCANC BANGUN PRODUK OBAT/4I I Tahap Penentu dalam .{bcorpsi Obat/413 Faktor Farnasetika rang llempengaruhi Bioavailabilitas Obat/413 Sifat Fisikokimia Obar,',115 Faktor Formulasi rang \leopengaruhi Pelarutan Obat,/418 Pelarutan dan Lji Pdepasan Obat/421 Metode Pelaruta.n Xlmpcidial/ 424 Pemenuhan $rarer Fdarutan/428 Metode Lji Pdaruren Alternatif/429 Masala}t lGndali ltariabel datam Lli Pelarutan/430 Korelasi Pdannzn Ia l-ttro-In Viro/431 Penimbangu ll;.'f^.rnrsetika/436 Penimbangeo Eerm*odbamika / 437 obrZ.flT Pro&t Obat/ 43? Penimbangao Pein l{39 Rute Pemalaian Oh,/439 Penimbangan Penimbangan Penary.aan 7ery Scring Penan)"atr Di{ukan/449 Maamn/450 Acrzn/45O Bibliografr,z{51 15. BIOAVAIIABILITAS DAN BIOEKUIVALENSI/453 Definisi/453 Maksud Studi Birailatilitas,/456 Availabilitas Relatif dan -{beolut/457 Metode Penilaian Bierailabilitas/460 Strrdi Bioekuivalensi,/465 Rancang Bangun dan Penilaian Studi Bioekuivalensi,/467 Rancang Bangun Percobaan,'470 Penilaian Data/473 Contoh Bioekuivalensi/476 Pengusulan Studi dan Proses Peninjauan Kembali Obat/478 Sistem Klasifi kasi Biofarrnardka (Bcs)/482 Biologis Generik,/485 Makna Klinis Studi Bioekuivalensi/486 DAFTAR ISI )(I Perhatian Khusus dalarn Studi Bioavaitabilitas dan Bioekuivalensi,/487 Penggantian Generik/489 Pertanvaan 1'ang Sering Di{ukan/491 Pertanvaan Pembelajaran/492 Acuan/497 Bibliogra6/498 16. DAMPAK KUALITAS PRODUK OBAT DAN BIOFARMASETIKA PADA KEMAN'URAN KLTNIS/501 Risiko dari Obat/501 Manajemen Risiko/505 Perubahar Pascapersetrguan (SUPAC-Scalz up an.d Postapprotal / 506 Sra/z-t.rp dan Changes) Masalah Kualitas Produk/5l1 Penganvasan Pascapemasaran/51 3 Pertanvaan yang Sering Diajukan/513 Penanvaan Pembelajarat / 514 Acuan,/514 1 7. PRODU K'PRODU K OBAT PE LEPASAN_MODI Contoh Sediaan Oral Pelepasan-Modifi kasi/516 F I KAS I,/515 Faktor-faktor Biofarnrasetik/519 Pemilihan Bentuk Se<tiaanl521 Keuntungan dan Kerugian Prodvk Extend.ed. Rebase/i21 Kinetika Bentuk Sediaan Extended Retease/523 Simulasi Farmakokinetik dari Prodrrk-prodvk Exlzndzd Release/ 525 lenis Prodv.k Extardzd Release / 528 Pertimbangan dalam Penilaian Produk Pelepasan Modifi kasi/543 Penilaian Produk Pelepasan Modifi kasi/544 Penilaian Data Bioavailabilitas 1a lhrol548 Pertanyaan yang Sering Diajukan/550 Pertanyaan Pembelajarut/ 55O Acuan/551 Bibtiografi/552 xll T DATTAR rsr 18. SISTEM PENGHANTARAN OBAT TARGET DAN PRODUK.PRODUK BIOTEKNOLOCI,/555 Bioteknologi/556 Pembawa dan Target Obat,/s64 Penghantaran Obat Targel,/569 Farmakokinetika dari Bahan Biofarmase tikal/ 572 Bioekuivalensi Produk Obat yang Diperoleh Dengan Bioteknologi/574 Pertanyaan yang Sering Diajukan/ 574 Pertanlaan Pembd4iaran,/574 Acuan/575 Bibliografi,z575 19. HUBUNGAN ANTARA FARMAKOKINETIKA DAN FARMAKODINAiIIKA/577 Farmakodi-namila dan Farmakokinetika/577 Hubungan Dosb Deogan Efek Farrnakologis/579 Hubungan.{nrara Dosis dan Lama Aktivitas (t 16), Iqjeksi IV Bohrs Tunggal,z582 Pengaruh Dcis.bn ll'aktu Paruh Elirninasi Pada Lama Aktivitas/5U4 Pengaruh \t'attu Pamh Eliminasi Pada Lama Aktivitas/5|i4 Lqju Absorpsi Obal dan Respons Farmakodinamik/589 Toleransi Obar dan Ketergantungan Fisik/590 Hipersensitiritas dan Resgxs -vang Merugikan,/591 Distribusi Obal da.o Respons Farmakologis,/592 Model Farmakodiramik, 595 Pertanyaan,vang Sering Diajukan/610 Pertanyaan Pembelajaran.,'610 Acuan/611 Bibliografi/612 20. TERAPAN FARMAKOKINETIKA PADA SITUASI KLINI5/615 Individualisasi Aturan Dosis Obat,/615 Pemantauan Obat Terap€utik,/616 Konversi dari Infusi Intrarena Ke Dosis Orall627 Penentuan Dosis/ti29 Nomogram clan Tabulasi dalam lferancang Aturan Dosis/ti34 DAFTAR ISI XIII Penentuan Rute Pemberian,/635 /636 -t Penrlosisan Obat Pada Pasien Obesitas/643 Perrdosi'arr ( )bar Pada Bari darr Anak bl"4 l" 1 }B j Farmakokinetika lnteraksi Obat/645 Inhitisi Nletabolisme Obat,/648 Inhibisi Ekskresi Bitier/650 Induksi Menbolisme Obat/650 Perubahan Reabsorpsi Ginjal Karena Perubahan pH Urine/650 ' Inhibisi Absorpsi Obat/651 Pengaruh Makanan Pada Disposisi Obat/65'l Ineraksi Obat Viral yang Merugikan/652 Farmakokinetika Populasi/652 Farmakokinetika Regional/666 Pertanyaan yang Sering Diajukan/667 Pertanyaan Pembelajaran,/668 Acuan/671 I Bibliografi/673 21. PENYESUAIAN DOSIS PADA PENYAKIT CINIAL DAN HEPAR,/677 Garrgguan Ginjal/677 Pertimbangan Farrnakokinetika/678 Pendekatan Umurn untuk Penlesuaian Dosis Pada Penyakit Gir!all679 Pengukuran Laju Filtrasi Glomeruhrs/682 Konsentrasi l(reatinin Ser-um dan Klilens Kreatinin/683 Penyesuaian Dosis untuk Pasien Ureruia,/688 Penghilangan Obat Extrarorporeal/ 700 Pengaruh Penyakit Hepatik Pada Farrnakokinetika/709 Pertanyaan yang Sering Diajukan/71ti Pertanyaan Pembelajaran/717 Acuan/718 Bibliografi/720 22. MODEL FARTVTAKOKIN ETIKA FISIOLOGIS. MEAN RISIDENCE TIME. DAN TEORI MOMEN STATISTIK/723 Model Farurakokinetika Fisiologis/724 Mean Residence Tiure/737 Teori Momen Statistik/742 a.L -1 L+ ,t+ t+ c I+D r.+E *.4;i - U;d+4r4) foqtla dalam Farmahohirutiha/ 781 ry ffia unhth Perlanlaan )ang Ser tg Diajuhan tuFmn/797 (Faq) dan Pertanlaan W Panduan untuh Penel.ttian Pad.a Manuia dan Haoan/861 (y-&l4n Populcr d,an Pararwtzr Farmakohinetiha/867 PRAKATA Edisi kelisra BioJarmoaiha dan Farmahokinetika Terapan terus berlanjut untuk mempertahanlan ruang lingkup dan tujuan dari edisi sebelumnya. Tujuan utamanya adalah untuk memberi pembaca suatu pemahaman dasar tentang prinsip-prinsip biofarmasetika dan farmakotinetika yang dapat diterapkan untuk pengembangan produk obat dan terapi obat. Teks popular edisi revisi dan yang diperbaharui ini tetap unik dalam mengqiar siswa tentang konsep dasar yang dapat diterapkan untuk memahami isu-isu kompleks yang terkait dengan proses penghautaran obat dan pentingnla terapi obat yang aman dan efektif. Teks ini mengintegrasikan prinsip-prinsip ilmiah dasar dengan praktek farmasi klinis dan pengembangan produk obat. Contoh-contoh praktis dan pertanyaan dimasukkan guna mendorong siswa untuk menerapkan prinsip-prinsip dalam perawatan pasien dan konsultasi obal Belajar aktif dan tujuan berbasis keluaran san8at ditekankan. Pembaca utama adalah mahasiswa farmasi yang terdaftar dalam program ilmu farmasi untuk mata kuliah farmakokinetik dan biofarmasetika. Teks ini untuk memenuhi program kerja yang ditawarkan dalam program terpisah atau dikombinasikan dalam mata ajaran ini. Pembaca kedua buku ini adalah para ilmuwan peneliti dan pengembang di industri farmasi, khususnya dalam bidang farmasetika, biofarmasetika, dan farmakokinetik. Beberapa perbaikan dalam edisi ini mencakup pengaturan kembali bab.bab dan isi untuk mencerminkan kurikulum saat ini dalam ilrnu farmasi dan penambahan dua bab baru yang mencakup Farna*ogmztik, dar^ Dampa\ Kualitas kotluk Obat dan Bbfatmascti*a pafu. Kem.anjuran r(lizis. Setiap bab telah direvisi untuk memasukkan konsep terbaru dalam biofarmasetika dan farmakokinetika dengan masalah praktek baru dan contoh-contoh klinis yang dapat diterapkan untuk praktik farmasi dan penelitian. Susanna Wu-Pong, PhD, RPH, Associate Professot Departemen farmasi, Virginia Commonwealth University, Richmond, Virginia, telah berkolaborasi dengan penulis awal. Keahliannya menambah kualitas edisi ini. l,eon Shargel Susanrut Wu-Pong Andlmt SM Ytt Agustu 2004 XV SINGKATAN A,B,C a,b,c (\B,y \,h,k Ab Ab.. \ Tetapan Prq$fonensial BA Bioavailabilitas untuk persamaan model BC]S B iop h armn kompartemen-tiga Eksponen untuk persamaan model kompartemen-tiga Eksponen untuk persamaan model kompartemen-tiga (ekuivalen dengan a, ANOVA AUC hUC]T lAUCl6 AUMC BE Bioekuivalensi BMI Bodl mass C c^ (irrdeks C:, Eksponen untuk persamaan eksponensial tipe-kompartemen-tiga (ekuivalen dengan a, D, c di atas; lebih banyak istilah ditambahkan dan indeks numerik dengan szDsrnptr untuk model multieksponensia[) Jumlah obat dalam tubuh pada waktu t, lihat juga Ds Jumlah total obat dalam Konsentrasi (massa/ volume) Konsentrasi obat dalam plasma arteri D, c di atas) Abbreaiared. Neu i.nd,ex massa tubuh) tubuh ANDA edi cs cI as s ifi c atinn syst4n C" ataw C, cc, c,n Konsentrasi obat dalam plasma tunak-rata-rata Konsentrasi obat dalam kompartemen sentral atau dalam plasma Konsentrasi kreatinin serum, biasanp dinyatakan sebagai mg% Konsentrasi obat efektif minimum Ccr Konsentrasi obat dalam saluran cerna CI Interval kepercayaan c^ Konsentrasi metabolit dalam plasma Konse[trasi obat maksimum Konsentrasi obat tunak maksium Konsentrasi obat minimum Konsentrasi obat tunak Drug Applit ation; lih at juga ND A C-^r.. Analisis varian Area di bawah kur-va kadar Cfi*. plasma-waktu Area di bawah kurva kadar plasma-waktu ekstrapolasi C-i. Cff, ke waktu tak terhingga Area di bawah kurua kadar cp Konsentrasi obat dalam c3 plasma Konsenrasi obat dalam plasma pada waktu nol plasma-waktu dari l= 0 sampai konsentrasi obat dalam plasma terukur terakhir pada waktu r Area di bawah kurva momeu (pertama) -waktu minimum (r=0) XVII IVM iA' 1. PTNCANTAR q BIOIARMASTTIKA DAN IARI,IAKOKINETIKA Konsentrasi obat plasma tunak (ekuivalen dengan Intersep pada sumbu y dari grafik yang menghubungkan respons farmakologi ke log konsentrasi obat css) C Konsentrasi obat dalam css plasma terukur terakhir Konsentrasi obat pada keadaan tunak E ct Konsentrasi obat dalam Eo cht jaringan Klirens kreatinin ECso CID c4 ctr CRFA Cunulatiue relatizr fraction ct\", CL, cln C'[ alsorbed C. (Kumulatif relatire fraksi terabsorpsi) Konsentrasi obat dalam plasma vena D D^ 4 4Dcr 4 D ELS ER t' t Jumlah obat terabsorpsi Jumlah obat dalam tubuh Obat yang dieliminasi Jumlah obat dalam saluran f, yang diekskresi dalam Fraksi obat tidak r<ib_qP Drug " Administralion Fungsi yang menyatakan eliminasi obat atas waktu (waku merupakan rzriabel independen) f'(t) Turunan dari /(t) cerna GFR Dosis muatan (awal) Dosis penjagaan GI Lqju fi ltrasi glomerulus Saluran cerna C,ood, Manufaetuing Pr<uticz (Praktek Pembuatan yang Baik) Idtal bu$ ur$ht (lrcrat badan ideal) GMP Dosis normal IB\T D" Obat dalam kornpartemen sentral Jumlah obat dalarn IVIVC t: (faktor bioavailabilitas) Fraksi dosis yang tinggal dalam tubuh Fraksi obat tidak berubah fa) DN il rasio ekstraki Fraksi dosis terabsorpsi u.S. Food and Jumlah total metabolit yang diekskresi dalarn urine Dn Do menghasilkan 5O7o efek farmakologi maksimum Extend,ed bost quare Tetapan ekstraksi (ekuivalen dengan E5); FDA DP 4 Efek farmakologi pada konsenrasi obat nol Konsentrasi obat yang urine Juurlah obat (massa, rnisal, m8) Efek farmakologi maksimum Klirens dialisis Klirens hepadk Klirens intrinsik Klirens intrinsik (obat tidak terikat atau bebas) Klirens nonrenal Klirens renal Klirens renal pasien uremia Klirens tubuh total C4", ur. jaringan Jumlah obat dalarn urine h Dosis obat Jumlah obat pada rvakgtu nol (t = 0) Efek farmakologi In oiaro-in oiao correlation (korelasi in oitro-in uiao) Tetapan l{u eliminasi obat keseluruhan (t = fr. + A-); tetapan lqju order ke-satu, serupa densan &-, K; Tetapa 4 Tetapan laju a ke-satu "4{;;;(;;;"-i, rpsl order PTNCANTAR BIOIARMASITIXA DAN TARMAKOKINTTIXA BA8 & t 4o NM h ftN i#n t#r. 4, io hk hrz MRT MRTe Mean resibttcc Tetapao Michaelis-Menten Tetapan l4ju metabolisme (order ke-satu) Tetapan laju eliminasi normal (order ke-satu) Tetapan eliminasi nonrenal MRTt kompartemen perifer Mean residmce time dal.i dari pasien normal Tetapan eliminasi nonrenal pasien uremia t4 Tetapan laju eliminasi uremia (order ke-satu) Tetapan l4ju absorpsi lLt order-nol Tetapan laju transfer dari kompartemen sentral ke NDA NONMEN P efek Tetapan laju transfer (dari PD PK kompartemen sentral ke MRA kompanemen sentral I (sama seperti MTC a R bawah kurva nol (sama seperti bawah kurva ke-satu (sama seperti AUMC) Nra Drug Applhation Nonlinear mixzd, elJect modcl Jumlah protein Farmakodinamika Farmakokinetika Aliran darah Laju infusi; rasio C-"* setelah dosis ke N sampai (n,* setelah satu dosis (Bab 8) (rasio akumulasi); respon farmakologik (Bab 19) ke sentral); tetapan laju Rasio mol obat terikat terhadap total mol protein n-d' Respon farmakologi Lean body weight (berat SD badan ramping) Slop (iuga slop Eversus maksimrrm Srandard dtuiation (simpangan baku) t I log C) Jumlah metabolit yang MDT MEC pelarutan rata-rata) Konsentrasi efektif ttr 4nr It"g l'"I" minimum MLP Area di momen AUC) Area di momen kompartemenjaringan diekskresi dalam urine Mean alscrptiotu tirru (wakt\t absorpsi rata-rata) Mean dissolutian tina (waktu MAT MRIr) toxic c ot\e ntrati on (konsentrasi toksik kompartemen 2 Tetapan lqiu transfer (dari kompartemen M,, Mininum minimum) ke transfer order ke-satu dari kompartemen 2 ke LBW thu dari kompartemenjaringan transfer order ke-satu dari komparremen Maximum. lfe span potential XIX Man tqikacc time Man rc l*tuc tizudari Tetapan ikatan dissosiasi Tetapan laju ekskresi (order ke-satu) Tetapan l{u transfer keluar kompanemen efek jaringan); tetapan laju hr 1. t{) Waktu (waktu atau menit); menunjukkan jaringan bila digunakan sebagai suatu subscript Lama respon farmakologik terhadap obat Periode infusi Lag tit E Waktu terjadi konsentrasi maksimum (puncak) Waktu awal atau nol IX \,2 MI I. PINGANTAR BIOIARMASETIKA Dfu\ FAR]VIAKOKINITIKA Waktu paruh u, Jarak/intewal antar dosis V-"r. USP Unired Statzs Phannaco?cia V Volume (L or mL) %ro vc Volume distribusi (ikatan) Volume kompartemen sentral Volume distribusi Kecepatan I,'D vo u (Vn)*p (VD)ss atau voss Volurne kompartemen efek Laju metabolik maksimum Volume plasma (kompanemen sentral) Volume kompartemen jaringan Volume distribusi ekstrapolasi Volume distribusi tunak ------i-I T PENGANTAR BIOFARMASETIKA DAN FARMAKOKINETIKA BIOFARMASETIKA Semua produk farrnasetik, mulai dari tablet analgesik generik dalam farmasi komunitas sampai penggrrnaan iumnoterapi dalam rumah sakit khusus, melalui penelirian dan pengembangan yang ekstensif sebelum disetujui oleh U.S. Food, and Dtug Adminktratioa (FDA). Karakteristik fisikokirnia bahan aktif farrlasetik (actite phamatattital ingredi"zr-APl atau senyawa obat) bentuk sediaan atau obat, dan mte pemakaian merupakan determinarr yang kritis dari performa in rioo, keamanan dan kemanjuran dari produk obat. Sifat-sifar obat dan bentuk sediaannya dirancang dan diuji secara hati-hati untuk nrenghasilkan respons terapelrtik yang diinginkan pada pasien. Farmasis dan ilmuwan farurasetik harus rnemahami hubungan yang kompleks ini rrntuk menrahami penggunaan dan pengernbangan farnrasetik vanS tepat- Lntuk menjelaskan pentingnya senyawa obat dan formulasi obat pada absorpsi dan distribusi obat ke .rir" aksi, seseorang [rarus rnempertimbangkan urutan kejadian vang mendahului suatu efek terapi obat. Pertarna, obat dalarn bentuk sediaannya digunalan oleh pasien baik melahri suatu rute pernakaial oral, intravena, subkutan, transdermal dan lainlain. Selanjutnya, obat clilepas (lari bentuk sediaan dalanl suatu cara rarg dapat dirauralkan dan <likarakterisasi. Kemuclian beberapa fraksi obat diabeorpoi dari .r,rz pemakaian ke dalam jaringan sekitarnya, ke dalam tubuh (seperti pada bentuk-bentuk sediaan oral) atau keduanya. Akhirnya, obat mencapai s;a afsi-f}fa fonsenrrasi obar pada si.tz aksi melebihi ionsez trasi efehtif rntnimum (MEC) , 2[2p dihasilt-n situ respons farrnakologis. Aturan pendosisan yang sesungguhnya (dosis, bentul sediaan, inten-al pendosisan) rlitetapkan secara hati-hati dalam percobaao LJiais untuk menghasilkan konsentrasi obat yang benar pada sirz aksi. I l^I 1. PTNCANTAR BIOFARMASITIKA DAN TARMAKOKINETIKA Kenyataannya, urutan kejadian ini sangat dipengaruhi oleh rancangan bentuk sediaan, obat itu sendiri, atau keduanla. Menurut sejarah, ahti farmasetik telah mengevaluasi ketersediaan relatif obat pada trrbuh in dao setelah pemberian suatu produk obat pada seekor binatang atau seorang manusia, dan kemudian membandingkan respons farmakologis, klinis, atau kemungkinan respons toksik yang nungkin. Sebagai contoh, suatu obat seperti isoproterenol menyebabkan kenaikan denyutjantung bila diberikan secara intravena tetapi tidak menunjukkan efek pada jantung bila diberikan per oral pada tingkat dosis yang sama. Sebagai tambahan, bioatailabilitas (suatu ukuran ketersediaan sistemik dari suatu obat) dapat berbeda dari satu produk obat ke produk lain yang mengandung obat sama, sekalipun rute pemakaian sama. Perbedaan dalam bioavailabilitas obat ini dapat ditunjukkan melalui pengamatan perbedaan dalam efekdvitas terapeutik produk obat. Dengan kata lain, sifat molekul obat, rute pelepasan, dan formulasi bentuk sediaan dapat menentukan apakah suatu obat lang diberikan efektif secara terapeutik, toksik, atau tidak menunjukkan efek sama sekali. Biolatmaaiha adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara sifat fisikokimia obat, bentuk sediaan yang mana obat diberikan, dan rute pemakaian terhadap laju dan jumlah absorpsi obat sistemik. Jadi, biofarmasetika juga mencakup faktor-faktor yang mempengaruhi (1) stabititas obat dalam produk obat, (2) pelepasan obat dari produk obat, (3) laju disolusi/pelepasan obat pada sjte absorpsi, dan (4) absorpsi sistemik obat. Suatu skema umum yang menggambarkan hubungan dinamis ini digambarkan dalam Gambar 1-1. Studi biofarmasetika didasarkan atas prinsip dasar ilmiah dan metodologi eksperimental. Studi dalam biofarmasetika menggunakan metode in dtrodan in dao. Metode in uirro adalah prosedur yang menggunakan peralatan dan pertengkapan uji tanpa melibatkan binatang laboratorium atau manusia. Metode iz viuo merupakan studi yang lebih kompteks yang melibatkan subjek manusia atau binatang laboratorium. Beberapa dari metode ini akan didiskusikan dalam Bab 14. Metodemetode ini harus mampu memperkirakan pengaruh sifat fisikokimia obat, stabilitas obat, dan produksi obat skala besar dan produk obat pada performa biologis obat. Lebih tanjut, biofarmasetika juga mempertimbangkan sifat-sifat obat dan bentuk sediaan dalam suatu lingkungan fisiologis di mana penggunaan terapeutik obat ditujukan, dan rute pemakaian. Obor dolom si*ulosi Obot dolom ioinso. Eksk,osi don Gambar l-l farmakologis Ebk Iomokologis Skema yang menunlukkao hubungan drnamis antara obat. produk obat. dan efek PENGANTAR BIOFARMASTTIKA DAN fARMAKOKIN ITIKA BAB I 3 FARMAKOKINETIIL{ Setelah suatu obat dilepas dari bentuk sediaannya, obat diabsorpsi ke dalam jaringan sekitarnya, tubuh, atau keduanya. Distribusi dan eliminasi obat dalam tubuh berbeda untuk tiap pasien tetapi dapat dikarakterisasi dengan menggunat:n model matematika dan statisika. Farma*ahiruti*a adalah llmu dari kinetika absorpsi, distribusi, dan eliminasi (yakni, ekskresi dan metabolisme) obat. Deskripsi distribusi dan eliminasi obat sering disebut duposiri orat Karakterisasi disposisi obat merupakan suatu Persyaratan penting untuk penentuan atau modifikasi aturan pendosisan untuk individual dan kelompok pasien. Studi farmakokinetika mencakup baik pendekatan eksperimental dan teoretis. Aspek eksperimental farmakokinetika meliputi pengembangan tehnik sampling biologis, metode analitik untuk pengukuran obat dan metabolit, dan prosedur yang memfasilitasi pengumpulan dan manipulasi data. Aspek teoretis farmakokinetika meliputi pengembangan model farmakokinetika yang memprediksi disposisi obat setelah pemakaian obat. Penerapan statistik mempakan suatu bagian integral dari studi farmakokinetika. Metode statistika digunakan untuk mengesrimasi parameter farmakokinetika dan akhirnya menginterpretasi data untuk maksud perancangan dan prediksi aturan dosis optimal untuk pasien individual atau kelompok pasien. Metode statistik diterapkan pada model farmakokinetika untuk menentukan kesalahan data dan penyimpangan model struktural. Matematika dan teknik komputer membentuk dasar teoretis dari beberapa metode farmakokinetika. Farmakokinetika klasik adalah suatu studi model teoritis yang memfokuskan pada pengembangan dan paramercrisasi model. FARMAKOKINETIKA KLINIS Selarna proses pengembangan obat, sejumlah besar pasien diuji untuk menentukan aturan dosis optimum, yang kemudian direkomendasikan oleh pabrik untuk menghasilkan respons farmakologis yang diinginkan pada sebagian besar populasi pasien yang diharapkan. Akan tetapi variasi intra dan interinvidual sering akan mengakibatkan respons subterapeutik (konsentrasi obat di bawah MEC) atau tokik (konsentrasi obat di atas honsenrrasi tohsi* minimum-MTC), yang selanjutnya memerlukan penyesuaian aturan dosis- Fannahohiwtiha Hizis merupakan penerapan metode farmakokinetika untuk terapi obat. Farmakokinetika klinis mencakup suatrr pendekatan multidisiplin untuk strategi pendosisan optimal individual yang didasarkan pada kondisi penyakit pasien dan pertimbangan spesi6k-pasien. Studi farmalokinedka klinis terhadap obat-obat pada keadaan sakit memerlukan masukan dari penelitian medik dan farmasetik. Tabel 1.1 merupakan satu daftar l0 laju kematian dari 10 penyebab utama kematian di United Stated, 2003. Pengaruh dari berbagai penyakit pada disposisi obat tidak dipelajari secara memadai. Perbedaan usia, gender, genetik dan etnikjuga dapat mengakibatkan perbedaan farmakokinetika yzng dapat mempengaruhi keluaran terapi obat. Studi perbedaan farmakokinetika obat pada berbagai kelompok populasi disebut ./arrzahokinetiha pqpu.lasi (Sheiner dan ludden, 1992). ,I M81. PENGANTAR BIOFARMASTTIKA DAN TARMAKOKIN ETIKA Tabel l.l Rasio lalu kematian yang disesuaikan dengan usia. dengan rasio lakrlak/perempuan dari I 0 penyebab kematran utama kematan di USA 2003 PEtJYAKIT PERINGKAT Penyakitjantung Neoplasma maligma Penyakit serebrovaskuler Penyakit pernapasan bawah konis Keaeiakaan dan larnnya' Drabetes meliitus Pneumoniae dan infl uenza Ajzheimer Neftotf. gndrom nefrotis dan nefrosis Seotikemra I 2 3 4 5 6 7 I 9 IO I.AKI.LAKI:P€REMPIIAN I,5 I,5 4,0 1,4 2.2 1,2 1,4 O,B 1.5 1.2 rKefiBtan yarE d6eOaDkan efek samp'ng sebaqalmana dtentukan oleh CDC Sumber NaiorEl Vltrl Sazbs!6 Report vol 52 No 3, 2001 Farmakokinetika juga diterapkan untuk pemantauan obat terapeutik Aherupruti(. drug ruruitoring-TDM) untuk obat-obat yang sangat poten seperti obat-obat dengan rentang terapeutik sempit, untuk mengoptimasi kemanjuran dan mencegah berbagai toksisitas yang merugikan. Untuk obat-obat ini, perlu memantau pasien, baik dengan pemantauan konsentrasi obat dalam plasma (misal teofilin) atau dengan pemantau hasil farmakodinamik khas seperti waktu peurbekuan protrombin (misal warfarin). Pelayanan farmakokinetika dan analisis obat perlu untuk pemantauan keamanan obat yang pada umumnya diberikan melalui pelalanan farmakokinetika hlinis (clinical pharmarohinetic set'uicc-CPKS). Beberapa obat yang sering dipantau adalah aminogikosida dan antikonvulsan. Obat-obat lain yang dipantau secara ketat adalah obat-obat yang digunakan pada kemoterapi kanker, untuk meminimalkan efek samping yang merugikan (Rodman dan Evans, 1991). FARMAKODINAMIKA merujuk pada hubungan antara konsentrasi .obat pada sir, aksi (reseptor) dan respons farmakologis, termasuk efek biokimia dan fisiologis yang mempengaruhi interaksi obat dengan reseptor. Interaksi suatu obat dengan suatu reseptor menyebabkan inisiasi suatu urutan kejadian molekuler yang menghasilkan suatu respons farmakologis atau toksik. Model farmakokinetik-farmakodinamik disusun untuk mengkaitkan kadar obat dalam plasma dengan konsentrasi obat padz site aksi dan menetapkan intensitas dan perjalanan obat. Model-model farmakodinamik dan farmakokinetik-farmakodinamik didiskusikan lebih lengkap Farma,hod,inami,ka pada Bab 19. TOKSIKOKINETIKA DAN TOKSIKOLOGI KLINIS Toksihokirutiha arlalah penerapan prinsip-prinsip farmakokinetika untuk merancang, melakukan, dan interpretasi studi evaluasi keamanan obat (Leal et al, 1993) dan dalam memvalidasi dosis yang dipaparkan pada hewan. Data toksikokinetik .. li\B l 5 membantu dalam menginterpretasi temuan toksikologi pada binatang clan ekstrapolasi data hasil kepada manusia. Studi toksikokinetik dilakukan pada binatang selama pengembangan obat preklinis dan dapat berlanjut setelah obat obat diuji dalam percobaan klinis. ToLs*ologi Hinis adalah studi efek merugikan dari obat-obat dan senyawa-senyawa toksil (racun) dalam tubuh. Farmakokinetika suatr.r obat pada pasien yang mendapat pengobatan belebihan (intoksikasi) dapat sangat berbeda dari farmakokinetika obat vang sama yang diberikan pada dosis terapeutik yang letrih rendah. Pada dosis vang sangat tinggi, konsentrasi obat dalam tutruh dapat menjenuhkan enzirnenzim yang terlibat ctalam mekanisrne absorpsi, biotransformasi atarr sekresi aktif renal, dengan demikian urengubah farruakokinetika rlari farruakokinetika linear ke nonlinear. Farmakokirretika nonlinear didiskusikan clalam Bab 9. Obat-obat yang sering terlibat dalam kasrrs toksisitas meliputi asetarninofen, salisilat, norfin, dan trisiklik antidepresan (TCAs). Beberapa dari obat ini dapat diuji kadarnva secara tepat dengan kit Jluorescmce immzaoassal (FIA) PENGUKURAN KONSENTRASI OBAT Oleh karena konsentrasi obat merupakan satu unsur penting dalam penentrran farmakokinetika individual atau populasi, konsentrasi obat diukur dalam sampel biologis, seperti air susu ibu, saliva, plasma, dan urine. Metode analitik yang sensitif, akurat, dan tepat tersedia untuk pengukuran obat-obat dalam matriks biologis. Pengukuran rcrsebut secara umum divalidasi sehingga dihasilkan inforrnasi yang akurat untuk pemantauan farmakokinetika dan klinis. Pada umumnya, metode kromatografi paling sering digunakan untuk pengukuran konsentrasi obat, karena krornatografi memisahkan obat dari bahan-bahan lain yang terkait yang dapat menyebabkan gangguan penetapan kadar. kngambilan Cuplikan Spesimen Biologis Hanya sedikit spesimen biologis dapat diperoleh secara aman dari pasien untuk mendapat informasi konsentrasi obat dalam tubuh. Metod,e inaasive lr:eliputi pengambilan cuplikan darah, cairan spinal, cairan sinovial, biopsi jaringan, atau material biologis lain memerlukan intervensi parenteral atau pembedahan pada pasien. Sebaliknya metodc noninaasive meliputi pengambilan cuplikan urine. saliva. feses, udara yang dihembuskan, atau berbagai material biotogis dapat diperoleh tanpa intervensi parenteral atau pembedahan. Pengukuran konsentrasi obat dan metabolit dalam masing-masing material biologis ini menghasilkan informasi penting, seperti jumlah obat yang tertahan dalam, atau ditranspor ke dalam, jaringan atau cairan, Leluaran farmakologis atau toksikologis yang mungkin dari pendosisan obat, dan oeobentukan atau transpor metabolit obat. Eancrfrad Obat dalam Darah, Plasma, atau Serum Pengu-kuraa konsentrasi (kadar) obat dalam darah, senrm, atau lrl:rsrna mempakarr pendekatan langsung urluk penetapan farmakokinetika obat dalarn tubuh. Daralr tengkap mengandung unsur-unsur sehrler di antaranya sel clarah urerah, sel clarah I^} I. PENCANTAR BIOFARMASETIKA DAN fARMAKOKINETTKA putih, platelet, dan berbagai protein lain, seperti albumin dan globulin. Pada umumnya, serum atau plasma paling sering digunakan untuk pengukuran obat. Untuk mendapatkan serum, darah lengkap dibiarkan untuk menggumpal dan serum dikumpulkan dari supernatan setelah sentrifugasi. Plasma diperoleh dari supernatan senrifugasi darah lengkap yang ditanbahkan suatu antikoagulan, seperti heparin. Oleh karena itu, kandungan protein serum dan plasma tidak sama. Plasma memperfusi semua jaringan nrbuh, termasuk elemen-elemen selular dalam darah. Dengan menSanggap bahwa suatu obat dalam plasma dalam kesetimbangan dinamik dengan jaringan, maka perubahan konsentrasi obat dalam plasma akan mencerminkan perubahan konsentrasi obat dalam jaringan. Kurva Kadar dalam Plasma - Waktu Ifurv'a kadar drlam plasma-waktu didapatkan dengan mengukur konsentrasi obat dalam sampel plasma png diambil pada berbagai jarak waktu setelah pemberian suatu produk obat. Konsentrasi obat dalam tiap cuplikan plasma digambar pada koordinat kertas grafik rektangular terhadap waktu pengambilan cuplikan plasma. Selama obat mencapai sirkulasi umum (sistemik), konsentrasi obat dalam plasma akan naik sampai maksimum. Pada umumnya absorpsi suatu obar terjadi lebih cepat daripada eliminasi. Selama obat diabsorpsi ke dalam sirkulasi sistemik, obat didistribusikan ke semuajaringan dalam tubuh danjuga secara serental dieliminasi. Eliminasi suatu obat dapat terjadi melalui ekskresi atau biotransformasi atau kombinasi dari keduanya. Hubungan kurva kadar obat waktu dan berbagai parameter farmakologis dapat dilihat pada Gambar l-2. MEC (minimum effective concentration) dan MTC (minimum toxic concenlrution) masing-masing menyatakan konsentrqsi efektif miniuum dan konsentrasi toksik minimutn suatu obat, Untuk beberapa obat, seperti yang bekerja pada sistem saraf otonom (ANS = autonomic nzruous systern), adalah penting untuk mengetahui konsentrasi obat yang akan mulai menghasilkan suatu efek farmakologis yang nyata (yakni, MEC). Dengan menganggap konsentrasi obat dalaur plasma dalam kesetimbangan dengan obat-obat dalam jaringar, maka MEC mencerminkan : _9 se _9 I Gamba. l-2 ke4o PENCANTAR BIO[AR,[-,IAs[TI KA 7 konsentrasi obat vang diperlukan oleh reseptor unrut ocrgtdll:o eftL fannakologis vang diinginkan. Demikian pula, MTC merrr.tzlar Lrrrrrci oh yang diperlukan untuk mulai menghasilkan suatu efek tolrsil lfcb al4 L.rf sama dengan r*-aktu vang diperlrrkan obat untuk mencapai MEC- Inrnsirzs eftl farrnakologis adalah sebanding clengan jumlah reseptor obat )ang diteryad" rzng dicerminkan dalam pengamatan, di rnana konsentrasi obat dalam plasma lebih tinggi menghasilkan respons farrnakolosis yang lebih besar, sampai maksimum. Lama haja obat adalah selisih waktu antara waktu mula kerja obat dan waktu yang diperlukan obat turun kembali ke MEC. Sebatiknya, ahli farmakokinetikajuga clapat menggambarkan kurva kadar dalam plasma-waktu dalam istilah farnrakokinetika seperti kadar puncak dalam plasma, waktu untuk mencapai kadar puncak dalam plasma dan area di bawah kurva, atau AUC (area under tfu cune) (Gb. t.3). Wahtu holar putuak dalam plasma a<lalah waktv vang diperlukan untuk mencapai konsentrasi otrat maksirnurn dalant plasma vang secara kasar menuqjukkan laju absorpsi obat rata-rata. Kadar prnco* dalam plasma atau konsentrasi maksirnurn obat triasanva dikaitkan dengan dosis tlan tetapan laju absorpsi dan eliminasi otat. Se(langkan AUC dikaitkan dengan.jumlah obat yang terabsorpsi secara sisteruik. Pararneter-parameter ini dan lang lain dibahas dalam bab berikutnya. Konsentrasi Obat dalam Jaringan Kadang-kadang biopsi jaringan diambil untrrk tujuan diagnostik, seperti pemastian dari suatu keganasan. Pada umrrrnnya hanya sedikit cuplikan jaringan diambil, menyebabkan pengukuran konsentrasi obat menjadi sulit. Konsentrasi obat dalam .jaringan biopsi mungkin tidak nencerminkan konsentrasi obat dalarnjaringan lain, tidak juga konsentrasi obat dalaur sernua bagian jaringan dari mana bahan biopsi diambil. Sebagai contoh,jika biopsijaringan dilakukan untuk diagnosis turnor dalam suatrrjaringan, maka aliran darah ke sel tumor rnungkin tidak sama seperti aliran darah ke sel-sel lain dalarn jaringan tersebut. Pada kenyataannva untuk beberapa '' . MIC Konsentosi puncol E ! E _9 ,, -,------MEC At]C I Garnbar l-3. Kurva kadar dalarn plasrna-waktu yang menunjukkan waktu dan konrentrasi puncak Eagran yang dErlrr menuoUkkan AUC (area di bawah kurva) - I Ia MB t L PTNCANTAR BlOtARllJ\SFrlKA DAN tAR llAKOKl N [TIK{ jaringan, aliran darah ke satu bagian jaringan ddak sama dengan aliran darah ke bagian lain dari jaringan yang sama. Pengukuran konsentrasi obat dalam bahan biopsijaringan dapat digunakan untuk memastikan apalah obat mencapai jaringan tersebut dan mencapai konsentrasi lang tepat dalamjaringan. Konsentrasi Obat dalam urine dan Feses Pengukuran obat dalam urine merupakan metode tidak langsung untuk memasdkan bioavailabilitas suatu obat. Lqju dan jumlah obat yang diekskresi dalam urine mencerminkan taju dan jumlah absorpsi obat sistemik. Penggunaan pengukuran ekskresi obat lewat urine untuk menetapkan berbagai parameter farmakokinetika didiskusikan dalam Bab 15. Pengukuran obat dalam feses dapat mencerminkan obat yang tidak diabsorpsi setelah dosis oral atau dapat mencerminkan obat lzng dikeluarkan melalui sekresi bilier setelah absorpsi sistemik. Ekskresi obat fekal (lewat feses) sering dilakukan dalam studi kesetimbangan massa, di mana peneliti mencoba memperhitungkan keseluruhan dosis yang diberikan kepada pasien. Untuk studi kesetimbangan massa, urine dan feses dikumpulkan dan kandungan obatnya diukur. Untuk bentuk sediaan oral padat tertentu yang tidak melarut dalam saluran pencernaan tetapi secara lambat melepas obat, pengumpulan fekal dilakukan untuk mendapatkan kembali bentuk sediaan. Bentuk sediaau yang tidak melarut kemudian dircmpkan kadarnya untuk obat tersisa. Konsentrasi Obat dalam Saliva Konsentrasi obat dalam saliva untuk beberapa obat dipertimbangkan untuk pemantauan obat terapeutik (Pippengerdan Massoud, 1984). Oteh karena hanla obat bebas yang berdifusi ke dalam saliva, kadar obat dalam saliz cenderung mendekati obat bebas daripada konsentrasi obat total dalam plasma. Rasio konsentrasi obat dalam saliva,/plasma untuk beberapa obat kurang dari 1. Rasio konsentrasi obat dalam saliva,/plasma sangat dipengaruhi pKa obat dan pH dari saliva. Obat-obat asam lemah dan obat-obat basa lemah dengan pKa yangjauh berbeda dari pH 7,4 (pH plasma) pada umumnya mempunyai korelasi yang lebih baik dengan kadar obat dalam plasma. Konsentrasi obat dalam saliva yang diambil setelah berkesetimbangan dengan kadar obat dalam plasma pada umumnya memberi petunjuk yang lebih stabil dari kadar obat dalam tubuh. Penggunaan konsentrasi obat dalam saliva sebagai indikator terapeutik hendaknya digunakan dengan kehati-hatian dan lebih disukai sebagai indikator sekunder. kngukuran Obat Forensik Ilmu forensik mertrpakan penerapan ilmu pada laporan-laporan kecelakaan personal, pernbunuhan dan laporan legal lain. Pengukuran obat dalamjaringan yang diperoleh patla autopsi atatr cairan tubuh lainnya seperti saliva, urine, dan darah bermanfaat jika seseorang ,vang dicurigai atau korban menggunakan suatu obat legal secara overdososis, diracun, atau rnenyalahgunakan obat-obat seperti opiate (misal heroin), kokain, atau mariyuana. Keberadaan Sotial dntg dalartt analisis obat dalam darah, urine dan saliva rnenunjukkan penvalahgunaan obatjangka pendek. I .'.. '.: ] : . .] : .:\: : : ini dapat dieliminasi secara cepat, sehingga meqjadi lebih sulit untul membuktikan bahwa subjek telah menyalahgunakan obat. Analisis untuk obat-obat yang disalahgunatan dalan cuplikan rambut dengan metode penetapan kadar yang sangat sensitif, seperti kromatografi gas yang digabung dengan spektrometri massa, memberi informasi mengenai paparan obat yang telah lalu. Suatu studi )ang dilakukan oleh Cone dkl (1993) menunjuklan bahwa cuplikan rambut dari subjek lzng diketahui sebagai penyalah guna obat mengandung kokain dan 6-astilmorfin, suatu metabolit heroin (diasetilmorfin). Obat-obat Makna Fengukuran Konsentrasi Obat dalam Plasma Intensitas efek farmakologis atau efek toksik suatu obat sering kali dikaitkan dengan konsentrasi obat pada reseptor, lang biasanya terdapat dalam sel-sel jaringan. Oleh karena sebagian besar sel-sel jaringan diperfusi oleh cairan jaringan atau plasma, maka pemeriksaan kadar obat dalam plasma rnerupakan suatu metode 1zng sesuai untuk pemantauan pengobatan. Secara klinis, perbedaan individual dalam farmakokinetika obat sering terjadi. Pemantauan konsentrasi obat dalam darah atau plasma memastikan bahwa dosis yang telah diperhitungkan benar-benar telah melepaskan obat dalam plasma dalam kadar yang diperlukan untuk efek terapeutik. Unnrk beberapa obat, ekspresi dat/ataro kepekaan reseptor pada individu berbeda, sehingga pemantauan kadar obat dalam plasma diperlukan untuk membedakan pasien yang menerima terlalu banyak obat dan pasien yang sangat peka terhadap obat. I-ebih lanjut, fungsi-fungsi fisiologis pasien dapat dipengaruhi oleh penlakit, makanan, lingkungan, obat yang diberikan bersamaan dalam terapi, dan faktor-faktor lain. Model farmakokinetika dapat memberikan penafsiran lang lebih teliti tentang hubungan kadar obat dalam plasma dan respons farmakologis. Tanpa data farmakokinetik, kadar obat dalam plasma hampir tidak berguna untuk penyesuaian dosis. Sebagai contoh, suatu cuplikan darah tunggal dari seorang pasien diuji dan didapat kadar 10 mglml-. Menurut kepustakaan, konsentrasi maksimum yang masih aman dari ebat tersebut adalah 15 mg,/ml. Untuk menggunakan data ini secara tepat, penting untuk diketahui kapan cuplikan darah diambil, berapa dosis yang diberikan, dan bagaimana rute pemberiannya. Jika data telah didapat, penggunaan persamaan farmakokinetika dan modelnya dapat menggambarkan kurva kadar obat dalam darah-waktu secara teliti. Pemantauan konseqtrasi obat dalam plasma memungkinkan untuk penyesuaian dosis obat secara individual dan juga untuk mengoptimasi terapi. Dengan adanya perubahan fungsi fisiologis sehubungan dengan penyakit, perrantauan konsentrasi obat dalam plasma dapat memberikan petunjuk untuk kemajuan keadaan penyakit dan memungkinkan peneliti mengubah dosis obat yang lebih sesuai. Namun demikian, secara klinis keputusan dan pengamatan medis adalah paling penting. Keputusan terapi seharusnya tidak semata-mata didasarkan pada konsentrasi obat dal.am plasma. Dalam beberapa kasus, respons farmakodinamis obat dapat lebih penting untuk diukur daripada konsentrasi obat dalam plasma. Sebagai contoh, elektrofisiologi jartung, termasuk elektrokardiogram (ECG), penting untuk ditetapkan pada pasien lang mendapat pengobatan obat-obat kardiotonik seperti digoksin. Untuk sratu obat antikoagulan, seperti dikumarol, waktu pembekuan protrombin dapat I Nll I. PTNGANTAR BIOFARMASITIKA DAN FARMAKOKINITIKA menunjukkan apakah dosis yang tepat telah dicapai. Sebagian besar pasien diabeter yang menggunakan insulin akan memonitor kadar glukosa darah atau urine merekz sendiri. Untuk obat-obat yang berlaku ireversibel pada sitz reseptor, konsentrasi obat dalan ptasma tidak dapat meramal secara teliti respons farmakologis. Obat-obat yanp digunakan dalam kemoterapi kanker sering mengganggu biosintesis asam nuklea atau protein untuk merusak sel tumor. Untuk obat-obat ini, konsentrasi obat dalan plasm"a tidak berhubungan langsung dengan respons farmakodinamik. Dalau kasus ini, parameter patofisiologis lain dan efek samping pada pasien dipantar untuk mencegah toksisitas yang merugikan. FARMAKOKINETIKA DASAR DAN MODEL FARMAKOKINETIKA Obat-obat dalam tubuh berada dalam suatu keadaan dinamis seperti urerekr bergerak antarjaringan dan cairan, terikat pada komponen plasma atau selule atau dimetabolisme. Sifat biologis dari distribusi dan disposisi obat kompleks, dar peristiwa-peristiwa obat sering terjadi secara simultan. Faktor-faktor tersebut haru dipertimbangkan saat merancang aturan terapi obat. Kompleksitas yang meleka dan tak terbatas dari kejadian-kejadian tersebut memerlukan penggunaan mode matematika dan statistik untuk mengestimasi pendosisan obat dan memprediks lama kemanjuran obat untuk suatu dosis tertentu. Suatu madel merupakan suatu hipotesis dengan menggunakan istilah matematik untuk menggambarkan hubungan kuntitatif secara ringkas. Kemampuan predikti dari suatu model terletak pada ketepatan pemilihan dan pengembangan fungsi fungsi matematika yang menjadi parameter faktor-faktor penting yang menentukar proses kinetika. Parameter-parameter kunci dalam suatu proses biasanya diestimas melalui pencocokan model ke data percobaan, yang dikenal sebagai tariabel. Suatr parameter farmakokinetika merupakan suatu tetapan untuk obat yang diestimas dari data percobaan. Sebagai contoh, parameter farmakokinetika yang diestimas seperti l bergantung pada metode semptingjaringan, waktu pengambilan cuplikan analisis obat, dan model prediktif yang dipilih. Suatu fungsi farmakokinetika menghubungkan sztu uariabel bebas (inbp;detu) l< salu aarial,el tergantung (d,epend,rn), sering melalui penggunaan parameter-parameter Sebagai contoh, suatu model farmakokinetika dapat neqamalkan konsentrasi oba dalam tiver satu jam setelah satu pemberian oral dari suatu dosis 20 mg. Variabe bebas adalah waktu dan variabel tergantung adalah konsentrasi obat dalam liver Berdasar satu seri data konsentrasi obat versus waktu, suatu persamaan mode diturunkan untuk meramalkan konsentrasi obat dalam liver berkenaan denga4 waktu. Dalam kasus ini, konsentrasi obat tergantung pada waktu setelah pemberial dosis, di maua hubungan konsentrasi-waktu ditentukan melalui suatu pamete! farmakokinetik, t, tetapan laju eliminasi. l Model-model natematika dapat direncanakan untuk mensimulasi proses l{i absorpsi, distribusi, dan eliminasi obat untuk menggarnbarkan dan meramalkal konsentrasi obat datam tubuh sebagai fungsi waktu. Model farmakokinetikl digunakan untuk I l. Memprediksi kadar obat dalam pengaturan dosis. plasma, jaringan, dan urine pada berbagd i 2. Menghitung pengaturan dosis optimum untuk tiap rr*r rfr. 3. Memperkirakan kemungkinan akumulasi obat dan /ara rr-*-# 4. Menghrrbrrngkan konsentrasi obat dengan akdvitas Er:dgft toksikologis. 5. Menilai perubahan a atau tingkat availabilitas antarformulasi (Uo.hirdil:}6. Menggambarkan perubahan faal atau penvakit yang mempeugaruhi abdpi distribusi atau eliminasi obat. 7. Menjelaskan interaksi obat. l{u Dalam model farmakokinetika penyederhanaan anggapan dibuatuntukmenggambarkan suatu sistem biologis yang kompleks berkaitan dengan pergerakan obat dalam tubuh. Sebagai contoh, sebagian besar model farmakokinetika menganggap bahwa konsentrasi obat dalam plasrna mencerminkan konsentrasi obat dalam tubuh secara global. Suatu model dapat didasarkan secara empiris, fisiologis, atau kompartemental. Suatu rnodel yang menginterpolasi data secara sederhana dan memungkinkan suatu rumusan empiris untuk mengestimasi kadar obat pada satu selang waktu dibenarkan bila ada keterbatasan informasi. Mod.el empiis adalah praktis tetapi tidak terlalu berrnanfaat dalam menjelaskan rnekanisme proses sesungguhnya di mana obat diabsorpsi, didistribusi, dan dieliminasi dalarrr tubuh. Contoh-contoh clari model empirik yang digrrnakan dalam farmakokiuetika digambarkan dalam Bab 22. Model-model yng d)dasarhan fisiologis juga mempunyai keterbatasan. Dengan menggunakan contoh di atas dan selain dari perlunla untuk mengambil cuplikan jaringan dan memantau aliran darah ke liver iz uiu4 peneliti perlu untuk memahami pertanyaan-pertanyaan berikut. Apa yang dimaksud dengan konsenuasi obat dala.m liver? Apakah konsentrasi obat dalam darah di dalam jaringan harus ditentrrkan dan dikurangkan dari obat dalam jaringan liver? Tipe sel yang bagaimana yang dapat mewakili liverjika suatu cuptikan biopsi terpilih dapat dikumpulkan tanpa kontaminasi dari jaringan sekitarnya? Tentu saja, bergantung pada lokasi jaringan liver dari pernbuluh darah hepatik, konsentrasi obat dalam jaringan dapat berbeda bergantung pada jarak ke pembuluh darah atau pada tipe sel dalam liver Lebih lanjut, pembahan dalam perfusi darah liver akan mengubah konsentrasi obat dalam jaringan. Jika jaringan liver yang heterogen dihomogenkan dan diuji kadarnya, jaringan yang dihornogenkan hanya mewakili suatu konsentrasi hipotetik yang merupakan rakt-ratadari semua sel dan darah dalam liver pada waktu pengumpulan. Oleh karena homogenisasijaringan tidak praktis uutuk subjek manusia, konsentrasi obat dalam liver dapat diestimasi dengan mengetahui rasio ekstraksi liver untuk obat yang didasarkan pada pengetahuan fisiologis dan komposisi biokimia dari organorgan tubuh. Sejumlah besar rnodel telah dikembangkan untuk mengestimasi informasi regional dan global dalam tubuh. Beberapa urodel farmakokinetika fisiologis didiskrrsikan dalam Bab 22. Proses farmakokinetika individual didiskusikan dalarn bab terpisah dengan topik absorpsi obat, distribusi obat, eliminasi obat, dan interaksi farmakokinetika obat yang melibatkan satu atau semua proses di atas. Secara teoretis, jumlah tak terbatas model dapat disusun untuk menggambarkan proses kinetika absorpsi, distribusi, dan eliminasi obat dalam tubuh, bergantung pada tingkat perincian informasi yang dipertimbangkan. Pertimbangan praktis membatasi perkembangan rnodel-model farmakokinetika yang baru. 12 I BAB l. PINGANT RBlo[ARM SITIKA DAN FARTVIAKOKINIIK Suatu alat yang san8at sederhana dan berguna dalam farmakokinetika adalr lang did,asarhan secatd kot part nenlaL Sebagai contoh dengan mengangg suatu obat diberikan dengan injeksi intravena dan obat melarut (didistribusi) sec: cepat dalam cairan tubuh. Satu model farmakokinetika yang dapat menggambark keadaan ini adalah suatu bak yang berisi satu volume cairan yang berkesetimbang dengan obat secara cepat. Konsentrasi obat dalam bak setelah dosis terter ditentukan oleh dua'parameter: (1) volume cairan bak yang akan melarutkan ot dan (2) lqju eliminasi obat persatuan waktu. Walau model ini menyederhanal disposisi obat dalam tubuh manusia, satu sifat farmakokinetika obat sering I dapat digambarkan dengan menggunakan satu model bak yang terisi cairan y <lisebut model kom|arianzn satu tefiuka (lihat bawah). Baik dalam bak dan mo tubuh kompartemen satu, suatu fraksi obat akan dieliminasi secara kontinu seba fungsi waktu (Gb. 1-4). Dalam farmakokinetika, parameter-parameter ini diangl tetap untuk suatu obat tertentu. Jika konsentrasi obat dalam bak ditentukan p berbagai interval waktu setelah pemberian suatu dosis yang diketahui, maka volr cairan dalam bak atau kompartemen (yD, volume distribusi), dan laju eliminasi c dapat diestimasi. model Dalam praktik, parameter farmakokinetika seperti i dan Vp ditentukan se< eksperimental dari satu seri konsentrasi obat yang dikumpulkan pada berbr waktu dan yang dikenal sebagai data- Jumlah parameter yang diperlukan ur menggambarkan model bergantung pada kompleksitas proses dan pada r pemakaian obat. Pada rrmumnya, bilajumlah parameter yang diperlukan ur memodel data meningkat, estimasi yang akurat dari parameter-parameter menjadi lebih sulit. Pada model farmakokinetika yang kompleks, program komp digunakan untuk memfasilitasi estimasi parameter. Akan tetapi, agar param, parameter menjadi sahih, jumlah titik-titik data harus selalu melebihi jur parameter dalam model. Oleh karena suatu model didasarkan pada suatu hipotesis dan penyederhar anggapan, suatu tingkat perhatian diperlukan bila mengandalkan secara pada model farmakokinetika untuk meramalkan aksi obat. Untuk beberapa , konsentrasi obat dalam plasma tidak bermanfaat dalam memprediksi akti obat. Untuk obat-obat lain, suatu perbedaan genetik individual, keadaan peny respons kompensasi tubuh dapat memodifikasi respons suatu obat. Jika s model sederhana tidak cocok dengan semrra pengamatan eksperimental st akurat, suatu model baru, yang lebih rumit dapat diajukan dan akhirnya diuji. karena keterbatasan data yang tersedia pada sebagian besar [eadaan klinis, farmakokinetika hendaknya diinterpretasi bersama-sama dengan pengamatan I daripada mengembalikan keputusan kepada klinisi. Pengembangan model stz farmakometrik dapat membantu memperbaiki prediksi kadar obat pada p: pasien dalam populasi (Sheiner dan Beal, 1982; Mallet dkk, 1988). Akan t, hal ini dilakukan kadang-kadang sebelum metode tesebut menjadi diterima s umum. l-4. 8ak dengan suatu volume yan dan caitan yaog ber-setimbang dengan obat. ' cairan 1.0 L. Cairan kejuar I0 mt/menrt. Fral yang diambij per satuan waktu l0l1000 at. menirr. Gambar Cokon mengisi l<emboli s€coro otmoris untul menioso loluhe yons Ertp -. Coto^ PTNGANTAR BlOtARlvlAStTlXA DAN FARMAKOKINTTIKA r^r l- f3 Model kompartemen Jika konsentrasi dan ikatan obat dalam jaringan diketahui, model farmakokinetika fisiologis, yang didasarkan atas jaringan sesungguhnya dan aliran darah 1,ang bersangkutan, menggambarkan data secara realistik. Model farrnakokinetika fisiologis sering digunalan dalam menggambarkan distribusi obat pada binatang, karena cuplikan jaringan tersedia dengan mudah untuk penetapan kadar. Pada sisi lain, cuplikan jaringan sering tidak tersedia untuk subjek marrusia, sehingga sebagian besar model fisiologis mengasumsikan rata-rata suatu seri aliran darah untuk subjek indiridual. Sebaliknya, karena kompleksitas tubuh, kinetika obat dalam tubuh serirrg kali disederhanakan dinvatakan melalui satu atau lebih tanki, atau kompartemen, yang berhubungan satu dengan lain secara rerersibel. Suatu kompartemen bukan nerupakan daerah fisiologis atau anaton)is rrrata tetapi dianggap sebagai suatu jaringan atau kelompok jaringan yang mempun)'ai aliran darah dan afinitas obat serupa. Dalam masing-masing kompartemen, obat dianggap terdistribusi secara urerata- Pencamprrran obat-obat dalam suattr kompartemen cepat dan lrornogen dan dianggap "diaduk dengan baik- sehingga konsentrasi obat mewakili konsentrasi rata-rata, dan masing-masing molekul obat mempun\ai kemungkinan yang sama untuk meninggalkan kompartemen- Tetapan laju digunakan untuk menyatakan serrrua proses laju obat masuk dan keluar dari kompartemen. llodel merupakan suatu sistern yang terbuka karena obat dapat dieliminasi dari sistem tersebut. Model kornparternen didasarkan atas anggapan linier yang menggunakan persamaan tliferensial lirrier. Model Mammillary Suatu model kompartemen memberi suatu cara sederhana pengelompokan semua jaringan ke dalam satu atau lebih kompartemen di mana obat bergerak ke dan dari kompartemen sentral atau plasma. Mod,el mammillary merupakan rnodel yang paling umum digunakan dalarn farmakokinetika. Model mammilarry merupakan suatu sistem yang berhubungan sangat erat, karena seseorang dapat mengestimasi jumlah obat dalam dalam berbagai kompartemen sistem setelah obat dimasukkan ke dalam suatu kompartemen tertentu. Dalam model kompartemen senral, obat ditambahkan ke dan dieliminasi dari suatu komparternen sentral. Kompartemen sentral mewakili plasma dan jaringanjariugan yang perfusinya tinggi dan secara cepat berkesetimbangan dengan obat. Bila suatu dosis obat intravena diberikan, obat secara langsung masuk ke dalam kompartemen sentral. Eliminasi obat te{adi dari kompartemen sentral karena organ-organ yang terlibat da]am eliminasi obat, terutama ginjal dan hati, merupakanjaringan yang diperfusi dengan baik. Dalam suatu model kompartemen dua, obat dapat bergerak antara kompartemen sentral atau plasma ke dan dari komparternenjaringan. Walau kompartemenjaringan tidak mewakili suatujaringan tertentu, kesetimbangan massa memperhitungkan obat yang ada dalam semua jaringan. Dalam modet ini, jumlah total obat dalam tubuh secara sederhana merupakan penjumlahan obat yang ada dalam kompartemen sentral ditambah obat yang ada dalam kornpartemenjaringan. Dengan mengetahui parameter baik kompartemen satu atau dua, seseorang dapat mengestimasi jumlah obat yang tinggal dalam tubuh dan jumlah obat lang dieliminasi dari tubuh pada I,I I. f,A} PINGANTAR BIOFARMASTTIKA DAN FARMAKOKINTTIKA berbagai waktu. Model kompartemen sentral terutama bermanfaat bila informasi tentang jaringan sedikit diketahui. Beberapa macam model kompartemen digambarkan dalam Gambar l-5. Tetapan l4iu dari farmakokinetika dinyatakan dengan huruf [. Kompartemen satu mewakili plasma atau kompartemen sentral, sedangkan kompartemen dua mewakili kompartemen jaringan. Penggambaran model ini mempunyai tiga kegunaan, yaitu (1) memungkinkan ahli farmakokinetika merrrmuskan persamaan diferensial untuk menggambarkan perubahan konsentrasi obat dalam masing-masing kompartemen, (2) memberikan suatu gambaran nyata dari lqiu proses, dan (3) menunjukkan berapa banyak tetapan farmakokinetika: yang diperlukan untuk menggambarkan proses secara memadai. T \& I I CONTOH Dua parameter diperlukan untuk menggambarkan model 1, Gambar 1-5, yaitu volume kompartemen dan tetapan laju eliminasi i. Pada kasus model 4, Gambar 1-5, parameter famakokinetiknla terdiri atas volume kompartemen satu dan dua dan tetapan t4ju reaki h hrz dan 121- total 6 parameter. -k", model Dalam mempelajari ini, penting untuk diketahui apakah dara konsentrasi obat dapat diperoleh secara langsung dari masing-masing kompartemen. Untuk model 3 dan 4, Gambar 1-5, data untuk kompartemen 2 tak dapat diperoleh dengan mudah oleh karena jaringan tak mudah diambil sampelnya di samping korrsentrasi obat Jang tidak homogen- Jikajumlah obat terabsorpsi dan tereliminasi per satuan waknr lvlODEL l. komporie,ien iot.lierbulo, inieki IV ^/.del MODEL 2. A,todel komportemen iolulelbuko dengon obsorpsi order kesotu MODEL 3 tnod€l kompodemen duderbuko, inieki lV l }{@Et 4. Model lonportennn 2 duo+erboko dengon o&orpsi o.der kesotu. 2 I h, Gambar t-5. Berbagai model kompartemen PINGANTAR BIOIARM SITI(A DAN FARIVIAKOKINITIKA BAB l. 15 didapat dari sampel kompanemen l, makajumlah obat lang berada dalam jaringan 2 dapat diperkirakan secara matematis. Persamaan matematis lang sesuai untuk menggambarkan model ini dan mengewaluasi berbagai parameter farmakokinetika diberikar ri,l2m bab berikumyz- Model Caternary Dalam farmakokinetika, model mammillary harus dibedakan dengan macam model kompartemen yang lain yang disebut model catemory. Model catzrnary terdiri atas kompartemen-kompartemen yang bergabung satu dengan yang lain menjadi satu deretan kompartemen (Gb. 1-6). Sebaliknya, model mammillary terdiri atas satu atau lebih kompartemen yang mengelilingi suatu kompartemen sentral seperti satelit. Oleh karena model caternary tidak dapat dipakai pada sebagian besar organ yang fungsional dalam tubuh yang secara langsung berhubungan dengan plasma, model ini digunakan tidak sesering model mammillary Model Farmakokinetika Frsiologis (Model Aliran) Model farmahohiutiha y'rioJogt, juga dikenal sebagai modd aliran atau perfirsi darah, model farmakokinetika yang didasarkan atas data :rnatomis dan fuiologis. Model menggambarkan data secara kinetik, dengan p€rtimbangan bahwa aliran darah bertanggung jawab untuk distribusi obat ke berbagai bagian tubuh. Ambilan obatobat ke dalam organ ditentukan oleh ikatan obat dalam jaringan ini. Sebaliknya untuk mengestimasi volume distribusi_ jaringan, digunakan volume jaringan sesungguhnya. Oleh karena ada beberapa jaringan organ dalam tubuh, masingmasing volume jaringan harus diperoleh dan konsentrasi obatnya digambarkan. Model secara potensial akan meramalkan konsentrasi obat sesungguhnya, yang mana model kompartemen dua gagal melakukannya. Sayangnya, banyak informasi yang diperlukan untuk menggambarkan suatu model fisiologis secara memadai yang secara eksperimental sulit untuk diperoleh. Walau ada keterbatasan ini, model farmakokinetika fisiologis memberi pengertian yang lebih baik bagaimana faktorfaktor fisiologis dapat mengubah distribusi obat dari satu spesies binatang ke yang lain. Perbedaan besar lainnya digambarkan di bawah. Pertama, tidak dibutuhkan pencocokan data dalam model perfusi- Konsentrasi obat dalam berbagai jaringan diperkirakan melalui ukuran jaringan organ, aliran darah, dan melalui percobaan ditentukan perbaadingan obat dalamjaringan-darah (yakri partisi obat antarajaringan dan darah). Kedua, aliran darah, ukuran jaringan dan perbandingan obat dalam jaringandarah dapat berbeda sehubrrngan dengan ktitfii'i patofisiologis tertentu. Oleh karena itu, dalam model fisiologis pengaruh perubahan-perubahan ini terhadap distribusi obat harus diperhitungkan. I Ga,iuar l{. Contoh model Caternary 2 3 - 15 BAB 1. PINGANTAR BIoFAR]vlAsETt(A DAN FARM KoKINTIKA Ketiga, dan yang terpenting dari semuanya, model farmakokinetika dengan dasar fisiologis dapat diterapkan pada beberapa spesies, dan dengan beberapa data obat pada manusia dapat diektrapolasikan. Ekstrapolasi tidak mungkin dilakukan pada model kompartemen, oleh karena volume distribusi dalam model seperti itu merupakan suatu konsep matematis yang hubungannva tidak sederhana dengan volume dan aliran darah. Hingga kini, sejumlah obat (termasuk digoksin, lidokain, metotreksat, dan tiopental) telah digambarkan dengan model perfusi. Kadar dalam jaringan dari beberapa obat ini tidak dapat diprediksi secara mudah dengan model kornpartemen, walau secara umum tergambarkan kadar dalam darah dengan baik. Suatu contoh dari model perfusi diperlihatkan dalam Gambar 1-7. Jumlah kompartemen jaringan dalam suatu model perfusi berbeda-beda bergantung obatnya. Sebagai ciri khas, jaringan atau organ yang tidak ditembus obat dikeluarkan dari model ini. Dengan demikian, organ-organ seperti otak, tulang-tulang, dan bagian-bagian lain sistem saraf pusat sering tidak dimasukkan dalam model karena hampir semua obat mempunyai daya tembus yang kecil ke dalam organ-organ tersebut- Untuk menggambarkan rnasing-rnasing orgaD tersebut secara terpisah dengan suatu persamaan diferensial akan membuat model menjadi rumit dan secara matematik sulit. Suatu pendekatan yang lebih sederhana dan sama baiknya adalah mengelornpokkan sernua jaringanjaringan dengan sifat perfusi darah yang sama ke dalam suatu kompartemen tunggal. Suatu model perfusi telah berhasil digunakan untuk menggambarkan distribusi lidokain dalam darah dan pada berbagaijaringan. Dalam hal ini, organ seperti paru, hati, otak, dan otot masing masing digambarkan dengan persamaan diferensial, sedangkan jaringanjaringan lain dikelompokkan sebagai F.E-l (rapidb equilibrating tissze) dan SET (slouly equilibrating tissr.re) seperti diperlihatkan dalam Gambar 1-7. lnieksi lV GF Jontung oM Otct ar SET AR camuar t-l Model farmakokrnerika perfusi obat k menyatakan tetapan kinetika: ke adal.rh teLapan lal.r order (esatu Lrntuk eksk,esr obat lewat urine dan km adalah tetapan laJU eliminasi lewat hati. Tiap "bak" mewakili suatu kompartemen jaflngan. otgan otgan yang palin1 penting dalam absorpsi obat dipertlmbangkan secara terpisah, sedang )dnga )dnngan rain dikeromookkan rebegdi RET (JanngaGjaringan REI yanq berkesetimbangan dengan cepat] dan SET Uarinqan yang berkesetimbangan dengan lambat) Ukuran QK Giniol or Hoti atau besar tiap kompartemen jaringan ditentukan secara fisioiogis daripada dengan estrmasi matematis. Konrentrasi obat dalam larinqan ditentukan oleh kemampuan jaringan mengakumulasi obat dan JUga laJU perfLrsi darah keJaringan, disediakan oleh O IINGANTAR BIOIARMAsETIKA DAN IARMAKOKINETIKA BAB 1. 17 Gambar 1-8 menunjukkan konsentrasi lidokain menurun secara bieksponensial dan dapat diramalkan deugan baik oleh model fisiologis yang didasarkan atas aliran darah. Kadar lidokain dalamjaringan paru-paru, otot danjaringan lemak (adiposa) dan organ-organ lain ditunjukkan dalam Gambar 1-9. Model menunjukkan bahwa jaringan lemak mengakumulasi obat secara lambat dikarenakan pasokan darah yang lambat. Sebaliknya jaringan vaskuler, seperti paru-paru, berkestimbangan dengan darah dengan cepat dan mulai menurun bila kadar dalam darah mulai tumn. Model farmakokinetika fisiologis memberi suatu cara realistik dari pemodelan kadar obat dalam jaringan. Sayangnya, tiruan kadar jaringan dalam Gambar 1-9 tidak tlapat dibuktikan pada manusia oleh karena kadar obat dalamjaringan tidak tersedia. Satu kecaman dari model farmakokinetika fisiologis pada umumnya adalah titik data lebih sedikit dari parameter yang mana seseorang mencoba mencocokkan. Sebagai akibatnya, data penelitian ridak dapat dipaksakan. Arti penting model berdasarkan fisiologis ini adalah penerapan model ini vang potensial dalam memprediksi farmakokinetika pada manusia berdasarkan data binatang (Sawada, 1985). Massa berbagai macam organ tubuh atau jaringan, tingkat ikatan protein, kapasitas metabolisme obat dan aliran darah pada manusia dan spesies lain sering kali tlapat diketahui atau dapat ditentukan. Oleh karena itu, parameter-perameter fisiologis dan anatornis dapat digunakan utuuk Eemprediksi efek obat terhadap manusia berdasarkan efek obat terhadap binatang rlalam kasus di mana percobaan pada manusia mengalami kesulitan atau dilarang. I 100 I 20 80 l0 E ? 60u 5 .9.q :9 .3 -9 = - Doroh 40 RET 3 ..I t ! Oicl I Simulosi 60 124 Teromoli 180 240 20 0 2 woktu (menii A 8 16 32 64 128 2s6 nme lminures) G-r6ar l€. Kosenrrasr irdok: n dalam difah anerial a? --.i'a:,,44 normai yanE mene].irrta rnlujr I mgl la ,--.-. a -e1ri Meen yang rerarnair lO dan srmlrla, 34: : :, t-9. Simujasi model perfusi dari distribusi l,doka;n pada berbagai laringao dan ej;.nina{nya pada manusia setelah pemberian infusi intravena relama I menit. (Dan Benowu, dkk 1974, dengao Ein ) Gambar MI 2 I. PINGANTAR BIOIARMASTTI KA DAN FARN1AKOKI N ITI KA PERTANYAAN YANG SERING DIAJUKAN -l l. Mengapa konsentrasi obat dalam plasma atau serum digunakan untuk memantau konsentrasi obat dalam tubuh dari pada konsentrasi dalam darah? 2. Apa alasan untuk menggunakan suatu model multikompartemen bukannya model fisiologis? 3. Kapan konsentrasi obat dalam plasma diambil agar dapat memberikan prediksi terbaik respons dan efek samping obat? {0i PE RTANYAAN PTMB E IAJARAN arti kurva kadar dalam plasma-waktu? Bagaimana hubungan kurva kadar dalam plasma-waktu dengan aktivitas farmakologis suatu obat? 1. Apa 2. Apa rnaksud modet farmakokinetika? 3. Gambarkan suatu diagram yang menggambarkan suatu model kompartemen-tiga dengan absorbsi dan eliminasi obat oder kesatu dari kompartemen satu! 4. Model farmakokinetika dalam Gambar 1-10 menunjukkan suatu obat yang dieliminasi dengan ekskresi giqial, ekskresi bilier dan metabolisme obat. Distribusi metabolit digambarkan dengan suatu model kompartemen-satu terbuka: Pertanyaan berikut berkaitan dengan Gambar 1-10 a. Berapa parameter yang diperlukan untuk menggambarkan model jika obat dinjeksilan secara IV (l4lu absorpsi obat dapat diabaikan)? b. Kompartemen mana yang dapat diambil sampelrrya? c. Apakah keseluruhan tetapan laju eliminasi obat dari kompartemen satu? d. Tulis suatu pernyataan yang menggambarkan laju perubahan konsentrasi obat dalam kompartemen satu (dG/dt)? Obor 2 tl 3 Gambar l-lO. obat dieliminasr melalui ekskesi giryal )ang Model farmakokrnetika dan empedu sena metabolrsme obat. &.tetapan Eu merabolisrne obac (r = tetapan lalu ekskresr metlrbolt lewat urne. lb= tetapan lalu ekkresi obat lewat empeduj dan & = tetapan laju ekikresi obat lewat urine- 5. Berikan drra alasan untuk pengukuran konsentrasi obat aahrn plaoa, q ae%-. anggapan (a) C, secara langsung berkaitan dengan aktiritas Ermalodinamil obat dan (b) C, tidak berkaitan dengan aktivitas farmakodinamik obar 6. Dianggap dua kompartemen biologis dipisahkan oleh suatu membran tiologis, Obat A cliperoleh dalarn kornparternen 1 dan dalam kompartemen 2 dengan konsentrasi berturut-turut c1 dan c2. a. Kenungkinan kondisi atau keadaan manakah akan menghasilkan konsentrasi c1 > c2 pada kesetimbangan? b. Bagaimanakah anda akan urentrnjukkan secara eksperimental kondisi rersebut di atas? c. Di bawah kondisi bagairuanakah 11 = 6, pada kesetimbangan: d.Juurlah total obat -\ dalam masing-masing kompartemen biologis berturutturut ,4t dan Ar- Gambarkan suatu kondisi di mana A1 > A2, tetapi .l = c2 pada kesetiurbangan. Masukan dalaru diskusi anda, bagaimanakah sifat fisikokimia obat A atau sifat-sifat biologis masing-rnasing kompartemen dapat mempengaruhi kondisi kesetimbangan. ACUAN Beno$,itz N, Forsvth R, Melmon K Rowland M: Lidocaine disposirion kinctics in monkcy and man. Ctin Pturrunl Thcr 15:87 98, 1974 Cone EJ, Darwin WD, Wang W-L: Thc occurrence of cocainc, heroin and metabolitcs in hair of drug abN€rs. aolra; &i /n 63:55-68, 1993 Leal M, Yacobi A, Batra VJ: Use of toxicokin€lic principles in drug development: Bridging preclinical and clinical studics. Dalam Yacobi A, SkcllyJP, Shah VB Benet LZ ( eds\ , Integation ol Phdrna.okinettr, Phamaa@nani: arul T oxiakineti-\ h RanoMl Drug Da,.L'?nmr. New York, Plenum Pr€ss, 1993, pp 55-67 Mallet A, Mentre R StcimerJl, Lokiec F: Pharmacometrics: Nonparametric maximum likelihood estimation for population pharmacokinedcs, wilh application to clrlosryrine. ! marn Biophann 16:3ll327, 1988 Pippcnger CE and Massoud N: Th€rapeutic drug monitorint. Dalam B€n€t LZ, ct al (cds). frrzfina. in ti( Br.rrs lor lhlg Tratn /x. Ncw York, Raven, 1984, chap 2t RodmanJH and Evans WE: Targeted systemic exposure for pediatric canccr thcrapy. Dalam DArgenio DZ (ed) , A&nurn Methuk oI Pluffnalahin tu ad mawodlmni $str r Anabsis. New York, Plenum Press, 1991, pp 177-183 Sawada X Hanano M, Su8iyama Y, I8a T: Prcdiction of thc disposition of ninc weakly acidic and six ,,rEekly basic drugs in humans from pharmacokinetic paramercrs in r^ts. Phafl^!1to*;,t t B;o?hom J 13:477-492, l9E5 Sheiner LB and Beal SL: Balesian individualization of pharmacokinctics. Simplc implcmentation and comparison with nonBayesian methods. / Prurz .Sri ?l:1344-1348, 1982 Sheiner LB and Ludden TM: Population pharmacokinctics/dynamics. .{n?LL Ra, Pharmacol Toicol 32:185-201, 1992 BIBLIOGRAFI Benet LZ: G€neral treatment of linear mammillary models with elimination from any compartment used in pharmacokinerics. J Ph.,rn S.i 61t536-541, 1972 BischoffKand Brown R: Drug distribution in mammall Aen l)ry Med62:33-45, 1966 as , !A! r. ptNGANTAR BtoFARr\,lAS ETIK\ DAN FAR\L\KOKINITIKA Ilirchoff K, Dcdrick R, Zaharko D, LongsEeth T: Methotrexate pharmacokinetics../ lrlarn Sa 60:t1281133, I I I l97l Chiou W: Qgantitation ofhepatic and pulmonary first-pass elfect and its implications in pharmacokinetic study, I: Pharmacokinctics ofchloroform in man.J enam srophunS:193-ml, 1975 Colburn WA: Controversy III: To model or not ro rlrdcl, J CLin Phamaral23:879-888, 1988 Cowles A, Borgstedt H, Gilles A: Tissue wcights and rates of blood flow in man for the prediction of ancsthcdc uptake and distribution. ,4n r.Arsr:r/,.)p 35:523-526, l97f Dedrick R, Forrester D, Cannon T, et a.l: Pharmacokinctics of l-p{-arabinofurinosulcytosine (ARA-C) deamination in sevcral spe.i$. Biodrn Phunanl22:2405-2417, 1972 Gerlowski LE and Jain RK: Physiologically based pharmacokinetic mod€ling: Principles and applica- ions. J Pham sri72tll03-lt2?. 1983 Gibaldi Mt Bio u.fluuaai* and Cli,u.al Pturnaq*in d.r, 3rd ed. Philadelphia, Lea & Fcbiger, 1984 Cibaldi M: Estimation of the pharmacokinetic param€ters of the two-compartmcnt opcn model from post-infusion plasma con€entration data../ P/rarrn S.i 5E:1133-1135, 1969 Himmelstein Ilf and Lutz RJ: A review of the applications of physiologically based pharmacokinetic mad,etin* l Pharn Biofliltrn1:127-145, 1979 Lutz R and Dedrick RL: Physiologic pharmacokinctics: Rclelance to human risk ass€ssment. DaLAM Li AP (ed), Ton.iry Tosting: Nao Applications and AP?k ti"ns in Hlt nan lt'r& A.'J?$ruar. New York, Raven, 1985, pp 129-149 Lulz R, Dedrick R, Strav, J, et al: The kinctics of methotrexate distribution in spontaneous canine lymphosarcoma. / Pta'z Bioptuunl:77-97, 1975 Mctzler CM: Estimation of pharmacokinctic paramcters: Statistical consideratio[s. Pharma.ol Ther 13:543-556, r98l Montandon B, Roberrs R, Fischcr L: Computcr simulation of sulfobromophthalein Linetics in the rat using flowlimited models with extrapolation to run. ! Ptu nn Bio?harn3t277-n0, $75 Rescigno A and BeckJS: Th€ us€ and abusc ot model& J Phann Bioph{trn 15:527-344, L9a7 Ritschcl WA and Bancrjee PS: Physiologic pharmacokinetic models: Applications, limitations and outl<lok. I.th Ex? Clin Pha.narolSt@3-614,19A6 Rowland M, Thomson P, Cuichard A, Melmon K: Disposition kinctics of lidocain€ in normal subjects. Ann N Y Aud ki 119t385-398, l97l Rowland M and Toz€r T: C).tnital Pha natohirutcs-ark Pt: and APPlirarrrrs, 3rd ed. Philadelphia, Lea& Febiger. 1995 Segre G: Pharmacokin€tics: Compartmenal repte*ntation. Pharm Thrr t7:lIl-f27, f982 Toze. TNi Pha.macokinetic principles relclant to bioarailability studies. In Blanchardj, Sawchuk RJ, Brodic BB (eds), hn.iphs and Pct4|,{tnt s ;n Dtug Bi!,i6ibbiit. New York, S KarSer, 1979, pp r20r55 WagnerJc: Do you need a pharmacokinctic model, and, if so, which one? J Pharn Bio?hatn !t45747a,r915 Welling P and Ts€ F: Prornatdtirutic. New Yotk, Marccl D€t-ker, 1993 Winters ME: Bar; Crrni&l Phonnan*i,t t\cs,3td ed. Vancouvet WA, Applied Therap€urics, 1994 2 DASAR-DASAR MA|ENAA|IKA DALAM FARIVIAKOKINETIKA Oleh karena farmakokinetika dan biofarmasetika memiliki dasar matematika yang kuat, suatu dasar matematika yang kuat dalam aljabal kalkulus, eksponensial, logaritma, dan analisis satual adalah penting untuk mahasiswa dalam keilmuan ini. Suatu evaluasi diri untuk melalukan penilaian diri dari kemungkinan kelemahan dalam satu keterampilan matematika dasar disertakan dalam bab ini. Kesulitan dengan pertanyaan-pertanyaan evaluasi diri menunjukkan bahwa perlu mengulang dasar-dasar matematika. Di sini dasar-dasar matemadka disajikan secara ringkas hanya untuk tiqjauan kembali. Untuk diskusi yang lebih lengkap renang prinsipprinsip dasar, perlu dipertimbangkan satu buku teks matematika yang sesuai. EVALUASI DIRI MATEMATIKA L Apakah satuarr untuk konsentrasi? 2. Satu larutan obat mempunyai konsentrasi 50 rng/rnl-. Berapa jurrrlah obat yang , dikandung dalam 20,5 mL lanrtan? Berapa dalarn 0,4 L? Berapa voluue larutan bila mengan<lung 30 mg obat? 3. Konversikan satuan dari larutan di atas dari mg,/ml ke g/L dan pglul-. Bila berat molekul obat 325 Da, berapa satuan dalarn M? 4.Jika 20 mg obat ditambahkan ke suatu wadah yang berisi air dan urenghasilkan konsentrasi 0,55 mg,/L, berapa vohrme air dalam wadah? 5. Untuk pertanl'aan berikut: )=0,5x+2 a. Buat sketsa grafik dari persamaan tersebrrt. b. Gambarkan hubungan nasing-rnasing bagian rlari persamaan irri. r = 0,6, berapa 1? d.Jika ) = 4,1, beraPa x? c. Jika 21 22 BAB 2. DASAR-DASAR MATTMA KA DALAM FARIVIAKoKINETIKA 6. Selesaikan persamaan berikut untuk x: a. logx=0,95 b. d = o,44 c. ln x= 1,22 7. Berapa slop dari garis yang menghubungkan dua titik berikut? Tirikl: Titik 2; x=2 r=0,6 )=5,6 J=2,38 8. Untuk grafik berikut, tentukan Cjika r = 2. Jika x = 12. 0,4 Log C 0,3 0,2 0,1 0 2 4 6 8 10 12 ESTIMASI DAN PENGGUNAAN KALKULATOR DANKOMPUTER Sebagian besar matematika yang diperlukan untuk farmakokinedka dan perhitru lain )ang disajikan dalam buku ini dapat dilakrrkan dengan pensil, kertas gr dan proses berpikir logis. Satu kalkulator ilmiah dengan fungsi logarit dan eksponensial akan menjadikan perhitungan kurang melelahkan dan t memerlukan waktu lama. Perangkat lunak komputer khusus (lihat Lampira tersedia untuk perhitungan keadaan sakit pada farmakokinetika ktinis. Sewaktu satu perhitungan dosis obat dibuat, seseorang hendaknya memperkir: apakah jawaban sudah benar untuk satu seri informasi tertentu. Sebagai cor untuk satu soal teftentu, pertimbangkan apakah angka dalam jawaban merup: besaran dan satuan yang benar; misal jika jawaban benar antara 100 dan 200 makajawaban 12,5 mg dan 1250 mg adalah salah. Satuan untuk jawaban soal hendaknya diperiksa secara hati-hati; misal jawaban yang diharapkan adalah dalam satuan konsentrasi, uraka mg/L atau mL dapat diterima; dan satuan seperti L atau mg,/jam pasti salah. Satuan salah dapat disebabkan oleh substitusi yang salah atau pemilihan rumus yang s Dalam perhitungan farmakokinetik, jawaban adalah benar hanya bila angka satuan benar Penaksiran Penaksiran merupakan suatu proses yang berguna untuk memeriksa ap jawaban untuk satu seri perhitungan tertentu kemungkinan benar. Penak dapat dilakukan dengan pensil dan kertas dan kadang-kadang dengan pensil, l gra6k, dan penggaris. Prosedur ini terutama berguna dalam lingkungan yang bilajawaban harus diperiksa seca.ra cepat. Untuk memperkirakan satu seri perhitungan, lingkari angka dan tulis a dengan menggunakan notasi ilmiah. Kemudian lakukan perhitungan de mengingat rumus eksponensial. Sebagai contoh, perkirakan jawaban untul berikut: )l 58 x 489 6x10x5x102 _ 30 x 1d _400 8x10 2114x0,04 2x 103x4x10-2 Jawaban tepat dari perhitungan di atas adalah 335,4. Perhatikan, jawaban ta-ksiran kurang dari 400; oleh karena 30 : 8 adalah antara 3 dan 4. Untuk beberapa soal farmakokinetik, data seperti waktu versus konsentrasi obat, dapat diletakkan baik pada kertas grafik rektangular atau semilog. Jawaban perkiraan untuk soal dapat diperoleh melalui pemeriksaan garis yang dicocokkan ke semua titik data. Metode grafik untuk pemecahan soal farmakokinetika diberikan kemudian dalam bab ini. Kalkulator Satu kalkulator ilmiah genggam penting untuk perhitungan. Sebagian besar kalkulator ilmiah menyertakan fungsi eksponensial dan logaritma. yang sering digunakan dalam farmakokinetika. Fungsi-fungsi tambahan seperti mean (ratarata), simpangan baku, dan analisis regresi linear digunakan untuk menentukan waktu paruh obat. Parameter statistik, seperti koefisien korelasi, digunakan untuk menentukan seberapa baik model sesuai dengan data pengamatan. Eksponen dan Logaritma Ehsponen Dalam persamaan N=A (2.1) x adalah eksponen, D adalah dasar, dan N mewakili angka bila pangkat x, yakni 11. Sebagai contoh, D ditingkatkan ke 1000 = 105 di rnarra 3 adalah eksponen, 10 aclalah dasal, dan 103 adalah pangkat 3 dari dasar 10. Nilai numerik -l/ dalarn persamaan 2.1 adalah 1000. Dalam contoh ini, dapat dinyatakan terbalik bahwa log Nuntuk dasar 10 adalah 3.Jadi dengan menggunakan Iog bilanean N mempunyai pengaruh pernampatar bilangan; beberapa bilangan lebih rnudah ditangani bila dimampatkan atau ditransforrnasikan ke dasar 10. Transfornasi rrrenvederhanakan beberapa operasi matematika. Hukum Eksponensial d.d = d.r \u) - u d=o:J O;t l- = "' tTo = or/) Contoh 102 . 103 = l05 (lo2)3 = 106 102 IF = 102 1 =102 lot Vo = o''u 24 BA} 2. DASAR.DASAR N4AIEM{IIKA DA]ATA IARiI\KOKINITIKA Ingaritma Logaritma dari bilangan positif Ndengan dasar i adalah eksponen atau pangkat , dari dasar Dyang sama dengan bilangan -NI Oleh karena itu,jika N= bx (2.2) maka lo96 N= r (2.3) Sebagai contoh, dengan logaritma biasa (lqg), atau logaritma dengan dasar 10. 100 = 102 log 100 = 2 Bilangan 100 adalah sebagai antilogaritma dai 2. Logaritma natural (ln) menggunakan dasar e, ,valg mempunyai nilai 2,718282 Untuk menghubungkan logaritma natural dengan logaritma biasa, digunakar persamaan berikut: 2,303 logN=lnN (2.4) Pernyataan Logaritma Pernyataan Eksponensial 103 102 101 -- log 1000 1000 = 100 = 10 100=1 10-1 = 0,1 10 2 = 0,01 10 3 = 0,001 log 100 log 10 2 log 1 log 0,1 log 0,01 log 0,001 0 1 Hukum Logaritma los a'll = loga*logb log4 1,r* o 1on, -b = 1og zil = r log a ,n,a logT +ros, I = Unruk kepentingan tertentu dipergunakan hubungan berikut: lner= x ( 2.5) Persamaan 2.5 dapat tlibanclingkan dengan contoh berikut: 1og10 2= 2 Suatu logaritma tidak mempunyai satuan. Suatu logaritma tidak mempunyai dimensi dan dianggap suatu augka yang nFta. Logaritma 1 adalah nol; logaritma suatu angka kurang dari satu adalah bilangan negatif, dan logaritma suatu bilangan lebih besar dari I adalah bilangan positif. LAIIHAN SOAL I rlar krrrtputet rueltrptulvai fungsi logarittna <lan eksponemialmetode perhiturrgan lalrg nrelibatkau fungsi Soal berikut mengulang k<'nrbali ntt:rtgguuakan kalkttlator-. llrlisi awal dar-i teks ini atau ekslxruertsial <lt'ttg;rn k)qarilma ttttlttk tnetr.r'elesaikan l(rgalilrna ctan eksJrottettsial rneurrrliuLkan penggunaan tirlx'l kosortgkatr kalkrrlatorlx:lbagai bant, pastikan perhitungan soal ini- Sebelum mermrlai lrlbagai scbehrrnrtra. dari bilangan Bt'lrr-apa kalkulator l. Hitung log 35. Pemecahan Ilasrrkal trilangan 3i kc tlalaur kalkttlator 'Ii'karr tonlxrl furtgsi L()(i. arr<la. .farvatran = 1,54.11 (Unttrk bcbcrapa lialkrrlatr>r tornl>ol fttrrgsi I-()(; (litekalr [x rlalra, r'aIrg tliikuti <lt'lgarr bilarrgal,.jawabirl rlipt'r'olt'lt rliploleh dellgan lnerrekarl torrrlxrl =). Perharikan balrt'a jarvlban l>crtitt-rtnlttk bg 35 adalah sallla scl)cl-ti pcrhittttrgatr cksponcn 10, r'ang akiur salla so[x) ti tcrlihat di bauah. 35 = 101fi{1 b< rarla antara t0 rlan lrra<la arrtar-a I.0 rlan 2,0. Estimasi-karela bilangan ll5 k>g 3ir harrrs 2. Hitung log 0,028 Estiruasi-karcna lrilarrgan 0,02t1 1(X) lxrada antara 10-r dan (r'akni l()l rlan 101). ntaka 10-2, maka log 0,02t1 harus belada antara -1,0 dan -2,0. Pemecahan Grrnakal prosedrrr sanra tli atas. I{asukan bilangan (},02U ke rlalarn kalkularor anda Tekan tombol firngsi I -( )(;. Jawaban = -1,553 3. Ilitung antilog 0,028. Proses untuk rten<lapatkan autilog adalah kebalikan dari urendapatkatr krg. Arrtilog adalah bilangan 1'ang berkaitan cleugau log, scperti antilog 3 (dengan dasar 10) adalah 1000 (atau lo:t). Soal ini adalah kebalikan dari soal latihan 2 di atas. Pada kasns ini perltitungau tnt'uctrtttkart bilatrgan berapa bila l0 tlitingkatkarr ke 0,028 (yakni l0o o28). Pemecahan Metode berikut dapat digunakan, bergantung pada tipe kalkttlator lang digrrnakan. Metodc 1 Jika kalkulatol an<la tnt'tnptttryai tornbol firngsi bertarttla l0', tnaka lakukan hal befikut: 26 BAB 2 DASAR-DAJAR MAIIMATIKA DAIAM fARMAKOKINTTIKA ().02t'i. !Iasukan 'l'ekal l0'. Jawaban = I.(X;(;(i Metode 2 Beberapa kalkrrlatol ruerrganggap bahlr,a penggrura talrtt baltwa log x. Lntuk perhitung.an ini: Ilasukan 0.028. l0'atlalall kebalikz Tekan tornlrul 1'arrg lrr-tanda INV Kemudiarr tekan torntxrl vang ber-tantla LOG. Jawaban = l,066ti 4.Hitungcll Penecahan \Ietorte belikrrt rlapat rligrrnakan, berganltttrg parla tilx' kalktrlator vang an gunakan. Metode 1 Jika kalkulator and:r rncrnprrn'r'ai tomtxrl fungsi b<:rtaruia 1, nnka lakttkan bedkut: Masukan 1,3. Ubah tanda kc rrtirttts <lerrgarr rnerrekal tourlxrl Iatrg b<:rtarttla Tekart t. l. -larvaban = 0,2725 Maode 2 Beberapa kalkrrlatol nletrganggap bahna penggttna lahrt bah'wa e' merupal kehalikarr ln x. I rrtrrk 1,t r hitrrrtgan irri: Masrrkan 1.3. L-bah tan<la ke rninrrs <lengan menekatr tombol bert;rIr<la t:. 'l-ekan tornbol vaug lxnanda I\\r. Kemudiarr tekar t(rul)ol l)eltallda LN. = 0,2725 Jadi z.t.s = 0,2725 Jal'aban 5. Hitung harga 21t i rlirlarn persarraan lrcrikut: = 50p-1* Pemecahan ,, 2lt ....2 i =-=\t.ll't ir0 ()rrnakan log natrrral, In, rurtrtk kethn sisi persafiraan: lu e r{ = ln 0,0ii clali persarnaarr ?.tr, IrI c-'= x. Oleh karena ittt ltt r-{r = -4[ <lan tn 0,05 = 0 (kalkrrlator: nrasrrkarr 0,i> kerrturlial tekan torrlxrl furrgsi L)() -4* = -0,093 I ,0,tig3 -4 = 0,173 6. Satu soirl ,ralg sar)gal tuDu I dalaln firnlakokirtctika atlalah sc'Perti C?= Cge-kt bila = 2: Sebagai contoh, hittrrtg nilai Co <lalam l>cralriralr lx'rikrrt ' CP=3i'rPoti'r Pemecahan (iurakart kalkrrlator: \'lasrtkart 0,15. 'Ickar lornbol t Kalikalr dengan = -0'15 = -0,3{) = 0,7408 = 25'93 2 'li'kan t<>urbol lirngsi e* Kalikatt dengan 35 c,, 35e. oi5/= 35(o,74oll) = ()leh kar era e. t= 1 /d, = 2.5.93 bila nilai untuk r merliadi lebih bcsar' nitai r ' mcrliadi lebih kecil. Spreadsheets untuk Melakukan Perhitungan PRO dan EXCEL' Perangkat lunak spreadsheets seperti LOTUS 123' QUATRO MAC drl tersedfa pada berbagai komputei personal' baik pada. PCs kampatibel B-2 Gambar IBM. Spreadsheet, ir.,i te.,.,,|'t" dari suatr' Srid sePerti tertihat pada dalam didapat dari Lampiran B. Contoh operasi spreadsheets yang terperinci Lampiran B. KALKULUS suatu Karena farmakokinetika menganggap obat-obat dalam tubuh dalam untuk penting yang matematika alat ,"e^pat"" keadaan dinamik, maka kalkului diferensial diguuakan menganalisis perpindahan obat secara kuantitatif Persamaan tubuh pada berbagai organ berbagai obat dalam untui menghubungkan konsentrasi respons terapeutik memodel untuk digunakan waktu. Persamaan iutegrasi sering kumulatif dan toksik dari obat-obat dalam tubuh' Kalkulus diferensial pencarian Kalkulus diferensial merupakan cabang dari kalkulus yang menyangkut X i4,l ai -"n. r,rat, *.iab.l kuantitas;erubah' Sebagai contoh' sejumlah obat obat melarut diletakkan dalam gelas piala yang berisi air sehingga melarut' Laju ol'eh dinyatakan dan padat obat permukaan d"ari obat ditentukan oleh laj"u difusi Persanwan NoYes-WhitneY 28 BAB 2. DASAR.DASAR MATTM,\TIKA DAI-AM FARMAKOKINETIKA _ Laiu oelanrtarr = D,r.^ (C'-G) +dx dtl= - d = Denunjukkan suatu perubahan yat]g sangat kecil; X = obat X; , = waktu; D koefisien difusi; ,.1 = luas permukaan efektif obat; 1= panjang lapisan difusi; C1 konsentrasi permukaan obat dalam lapisan difusi; C: = konsentrasi obat dalar larutan. Turunan dX/ dt dapat dirafsirkan sebagai perubahan X (atau turunan X) denga perubahan t. Dalam farmakokinetika, jumlah obat dalam tubuh merupakan suatu variab( kuantitas (variabel tergantung), dan waktu dianggap merupakan suatrt variabt bebas. Dengan demikian, dianggap bahwa jumlah obat itu berubah denga perubahan waktu. CONTOH I Konsentrasi C dari suatu obat berubah sebagai frmgsi uaktu t (2.6) c =.f ta Perhatikan data berikut: Waktu (am) Konsentrasi Obat dalam Plasma C (tglml-) 0t2 110 28 36 44 52 : Konsentrasi obat C dalam plasma setiap jam menurun 2pg/mL. Oleh karena itu, laju penrbahan konsentrasi obat sehubungan dengan waktu (yakni, urunan dari Q dapat dinlatakan sebagai !9 = 2 ur/^L/izun dt' siniIl) mempakan suanr persamaan matematik lzng menggambarkan perubahan C yang dinyatakan sebagai Di C = t2 - 2t (2.7\ DASAR-DASAR Kalkulus Integral Integrasi adalah kebalikan dari diferensiasi dan f(x\ . dx; tanda integral J merupakan prenjumlahan- dinyatakan dalam Gambar 2-1, integrasinya adalah I suatu grafik dari fungsi 1 = Ae-', yar.g lazim teramati setelah Proses integrasi di sini rnempakan suatu penjumlahan dari kecil dari grafik. Bila xditetapkan dan diberi batas dari a sampai ,, itu menjadi suatu integral terbatas, yakni peqjumlahan area dari x= 4 Suat\t integr&l terbatas d.ari suatu fungsi matematik dapat .jumlah masing-rrrasing area di bawah grafik dari fungsi tersebut. Ada metode numerik yang tetiti untuk memperkirakan suatu area. Untuk yang cepat metode ini dapat diprogram ke dalam suatu komputer. farmakokinetika sering digunakan ru.mts trapesiurfu sebagai suatu metode mrmeric untuk menghitung area di bawah kurva obat dalam plasma-waktu, yang disebut area di bawah kurva (AUC). Sebagai contoh, dalam Gambar 2-2 terdapat suatu kurva yang menggambarkan elirninasi suatu obat dari plasna setelah pemberian suatu injeksi intravena tunBgal. Kadar obat dalam plasma dan waktu yang berkaitan, digambar dalam Gambar 2-2 sebagai berikut: Waktu Xadar Obat dalam Plasma Oam) (;ig/mL) 0,5 38,9 30,3 1,0 18,4 2,0 3,0 4,0 5,0 l1,l 6,77 4,10 v =40 E Eso _9 Ezo j : ro 0 ob Gambar 2- I . lntegtasi dat y = ax atau I ax . dx 0l Garnbatr 2 2-2. 3 5 Grafik eljmjnasi obat dan plasma sesudah injekii A/ tunggal. IAI 2 DAsA.R.DASAR MATIMATIKA DALAM FARMAKOKINETIKA Area antarajarakljarak waktu dapat dihitung dengan rumus berikut: 1ruc1i,=3tl9t s,- t^-s (2.8) [eUC] = s, di Sawah kurva; ,, : waktu pengamatan dari konsentrasi obat C,; dan ,, I = waktu pengamatan sebelumnya yang berhubungan dengan konsentrasi obar C*t' Untuk mendapatkan AUC dari I sampai 4jam dalam Gambar 1-2, maka setiaS bagian area ini harus dijumlah. AUC antara 1 dan 2jam didapat dengan substitus secara tepat ke dalam Persamaan 2.8: teuct ll = 4f,8 (2-1) = 2a,35 pg jamlml Dengan cara yang sama, AUC antara 2 dan 3jam didapat 14,75 mgjam/rnl- dar AUC antara 3 dan 4jam didapat 8,94 pgjam/ml. Keselumhan AUC antara I dan jam diperoleh dengan menjumlah ketiga nilai AUC tersebut bersarna-sarna. . [euc] li = - [euc] f + [euc] E {eucl 'j 24,35 + 14,75 + 8,94 = 48,04 pgjam/ml Total area di bawah kurva kadar obat dalam plasma-waktu (Gb. 2-2) diperole dengan penjumlahan tiap area antara dua jarak waktu vang benrnrtan denga rnenggrrnakan nmus trapesium. Harga pada sumbu 1 pada waktu nol cliperkiraka urelahri cara ekstrapnlasi dari data dengan menggunakan suatu gambar log linir (yakni, Iog 1 versus x). Metode rurrnerik untuk mendapatkan AUC ini merrunjukkan ketelitianjika (lat I yang tersedia cukup. Bila juurlah data makin banyak metode trapesiuru urrrrr memperkirakan area menjadi tebih teliti. Rumus trapesiun menganggap titik-titik data berada pada suatu fungsi linier ata fungsi garis linier. Jika titik-titik data tersebar secara luas, maka lengkung dari gar akan menyebabkan kesalahan yang besar dalam memperkirakan area. Pada suatu waktu area di bawah kurva kadar plasma-waktu diekstropolasika sampai r = ... Dalam hal ini area tersisa, [etlCl 1;6tnn""t sebagai berikut: C. laucl; I' (2, R I Cr,, = konsentrasi dalarn plasma terakhir pada t, dan k = slop vang diperoleh da bagian akhir kurva. Rrrrnus trapesium ditulis dalam bentuk lengkap untuk menghitung AUC dari t = sampai I = oc sebagai berikur: c^- [.ruc]i=s[AUC]J;r+-I GRAFIK Pembentukan suatu kurva atau garis lurus dengan teramati atau data percobaan pada suatu grafik penting untuk menuljukkan hubungan antara harga variabel bebas (r), diletakkan pada garis datar dalam pada absis (sumbu r), sedangkan harga-harga variabel tergantung garis tegak dalam bidang, atau pada ordinat (sumbu 1), seperti Gambar 2-3. Hargalrarga biasanya diatur menaik dari kiri ke kanan dan ke atas. Harga-harga dapat diletakkan secara berubah-ubah sepanjang sumbu mengoptimasi berbagai hubungan yang dapat terarnati antara dua variabel. Dalam farmakokinetika, waktu merupakan variabel bebas dan digambar pada absis (sumbu) r, sedangkan konsentrasi merupakan variabel tergantung dal digambar pada ordinat (sumbu )). Dalam farmakokinetika biasanya digunakan dua macam kertas grafrk yaitu kertas grafik "cartesian" atau kertas grafik koordinat rektangular (Gb. 2-4) dan kertas grafik semilog (Gb. 2-5). Kertas semilog tersedia dengan satu, dua, tiga seri atau lebih dalam setiap lembar, tiap seri mewakili suatu angka dengan kenaikan sepuluh kali, atau saruan loglo tunggal. Kertas ini memungkinan penempatan data dalamjarak logaritma sehingga angka-angka tidak perlrr diubah ke harga log sebelum digambar pada grafik. Pencocokan Kurva Pencocokan suatu kurva untuk titik-titik pada suatu grafik menyatakan bahwa ada beberapa macam hubungan antara variabel x dan y, seperti dosis obat vs efek farmakologis (misal, penurunan tekanan darah). Hubungan ini tidak terbatas pada titik-titik yang terpisah tetapi merupakan suatu fungsi yang berkesinambungan dari r dan 1. Dalam beberapa hal dibuat suatu hipotesis mengenai hubungan antara variabel x dan 1. Kemudian suatu persamaan empiris dibentuk, sebagai persamaan lang paling baik dalam menggambarkan hipotesis tersebut. Persamaan empiris ini harus sesuai dengan data percobaan atau data pengamatan. Variabel-variabel fisiotogis tidak selalu berhubungan secara linier. Akan tetapi dimungkinkan untuk mengatur atau mentransformasi data guna menyatakan hubungan antara variabel-variabel tersebut sebagai garis lurus. Garis lurus tersebut t@ v 50 6 5 I t0 3 0 5 2 0 6ambar I 2-3. Pengaturan baku vaiabeJ bebas lx) dan variabeJ terqantung 04 pada grafik 0 0123 Gafibar 24- a 5 67I Koord,nat rektangular 4567 Gambar 2-5. Koordrnat semiloo IAI Z DASAR,DASAR MATEM{IIKA DALAM FARMAKOKIN ETIKA v v v m=0 m <o b b D>0 Gambar 2{. Grafik yang menurUukkan perbedaan llop {,,?) sangat berguna untuk memprediksi dengan teliti harga-harga yang tidak diamati dalam percobaan. Persamaan umum dari suatu garis lurus adalah y=mx+b (2.10) m = slop dan 6 = intersep ). Persamaan 1.10 dapat menghasilkan satu dari beberapa grafik yang diperlihatkan dalam Gambar 2-6 bergantung pada harga m. Bes nya m menunjukkan kecuraman kurva. Sebagai contoh, bila harga m mendekati nol, grafik menjadi horizontal. Bila harga absolut m menjadi lebih besar, slop garis menjadi lebih mengarah ke atas atau ke bawah bergantung pada harga negatip. Sebagai contoh persamaan m apakah positip atau y:15x+7 menunjukkan slop = -15 dan intersep ) = +7. Tanda negatif menunjukkan bahwa kurva miring ke bawah dari kiri ke kanan. Penentuan Slop Slop dari suatu Gari,s Lurus pada suatu Grafik Koordindt Rxktdngular llarua slop dapat ditentukan dari setiap dua titik yang ada pada kurva (Gb.2-7) SIop kurva sarna dengan Ay/Ax, seperti ditu!iukkan dalam persamaan berikut: Sloo=a12 (2.1l ) ^\ Slop dari grafik yang digarnbar dalarn Garnbar 2-7 adalah 2-3 3-1 -1 2 Oleh karena intersep l sama dengan 3,5, dengan substitusi ke dalam Persamaan 1.10, persamaan kurva menjadi r=- 1 x+3.!> 4 (1, 3) 3 3 Jo 13,21 2 0 0 23 Garfibat 2-7. Grafik yang menLrnlukkan sebuah gans deagan slap m = -1/2 . Slop dari saatu Garis Lurus pada suatu Grufk Semilag Bila menggunakan kertas semilog, harga-harga ,v cligambar pada skala k8arirmik tanpa mengubah ke dalam logaritnrarrva, seclangkan harga-harga x yang berkairan digambar pada skala linier. Oleh karena itu, urrtuk menentukan slop dari stratu garis lurus pada grafik semilog, perlu mengubah harga \' ke logaritma, seperti dinrr!ukkan dalam persamaan berikut: . (logq-log11) lnp x2- xt Y2 ln;y1 Xt slop sering digunakan untuk rnenghitung k, tetapan yang menentukan laju penurunan obat t = 2,3 slop Metodc lzast-Sqmrcs Sangat sering suatu persamaan empiris dihitung untuk menunjukkan hubungan antara dua variabel. Secara percobaan, data yang diperoleh menunjukkan suatu hubungan linier aqtara suatu variabel bebas x dan suatu variabel tergantung y. Garis lurus yang mengkarakterisasi hubungan antara dua variabel disebut garis regresi. Dalam beberapa hal data percobaan dapat mempunyai beberapa kesalahan dan oleh karena itu, menunjukkan sejumlah sebaran tertentu atau simpangan tertentu dari linieritas. Metode least-squares merupakan suatu prosedur yang berguna untuk mendapatkan garis yang paling sesuai dari satu set titik-titik data dengan meminimalkan simpangan antara garis percobaan dan teoretis. Dalam menggunakan metode ini, untuk penyederhanaan, sering dianggap ada suaru hubungan liuier antara variabel-variabel. Jika suatu garis secara substansial menyimpang dari data dapat diusulkan perlunya suatu model regresi nonlinier, walau beberapa variabel (regresi linear ganda) dilibatkan. Model regresi nonlinier merupakan prosedur maternatika lang rumit, terbaik dilakukan dengan suatu program komputer (lihat Lampiran B) Bila persamaan dari suatu model linier diperiksa, variabel-variabel tergantung dapat dinyatakan sebagai penjumlahan dari hasil variabel-variabel bebas dan parameter. Pada model nonlinier, paling sedikit ada satu parameter selain koefisien. Sebagai contoh, Modet linier: )= ox,) =(N+bx+cf ,1=6v*6*t *rS Model nonlinier:1=ax/(b+cx), ) = 10a3' (a, D, dan c merupakan parameter dan x , x1 adalah variabel) Contoh nonlinier kedua ditulis sebagai nonlinear, tetapi dapat ditransforrnasikan linier dengan menggunakan log natural pada kedua sisi. ke persamaan lnl=-3, Permasalalun dari Pewtathan ruih he Crqk Bila titik-titik data r dan y digambar pada suatu grafik, dicari suatu hubungan antara variabel r dan 1. Hubungan linier berguna untuk memprediksi harga variabel bergantung 1, harga tertentu untuk variabel bebas r. Perhitungan regresi linbr derrgal menggunakan netode lea,st-squares digunakan untuk perhinrngan suatu garis lurus dari satu seri titik-titik tertentu. Penting untuk disadari pada saat menggunakan metode ini, seseorang beranggapan bahwa titiktitik data berhubungan secara linier. Tentu sqia, untuk 3 titik data, hubungan linier tidak selalu berlaku sebagaimana diperlihatkan dalam Gambar 2-8, Riggs (1963) menghitung tiga krrrva yang berbeda dan cocok dengan data secara teliti. Pada umumnya, seseorang mempertimbangkan law parsimony yang secara luas berarti Jadikan sederhana", yakni jika tersedia satu pilihan antara 2 hipotesis, pilih hubungan yang lebih sederhana. Jika ada suatu hubungan linier antara variabel x dan 1, seseorang hams hati-hati untuk mengestimasi harga variabel bergantung ), untuk variable bebas x. Intc4rolasi yang berarti pengisian celah antara data yang teramati pada grafik adalah aman dan menganggap bahwa kecenderungan antara titik-titik data yang reramati konsisten dan dapat diprediksi. Sebaliknya protrs ehstrapolasi berarti prediksi data baru di luar data yang teramad, dan menganggap bahwa perpanjangan di luar titik data akhir )ang teramati ada kecenderungan ,lang sama antara dua titik data yang diperoleh. Penggunaan ekstrapolasi dapat salah jika garis regresi tidak lagi mengikud kecenderungan yang sama di luar titik yang terukur. 5 I I I I t0 v ls,2l Gaaba. 24. Tiga titik yang cocok dengan kurva yang berbeda. Parabola. y = lo,5 - 5,25x + 0.75x2 lkurva 4: eksponensial, y = 12,93{t @* + ,27 lk)rua Bl; dan hpe.tlola re\langulat, y = 6/x lkuNa C) semua cocok denqan ketjgE titik 5 1 ll , 6), 12, 3) dan 14, 1,51, sebagai hasil tidak terbaEE dari kurva lain. lDafl Rrggs, 1963. dengan lzn ) kuN? 0 0 2 A 6 I DASAR,DAJAR MATT MAT IK{ DALAM FAR,IIA KOKINITIft BAB 2 LATIHAN SOAL l. Gambarkan data berikut, O* perxamaal ga.ris )ang pating sesuai dengan data, dengan (a) menggunakar1it1L^: suatu penggaris cla,i.1tr; I mg) ,r",Jj. ) fiam) x (-c) 3,1 ir 15,3 (; 3 6,0 8,7 t7,\l 1 7 12,9 8 22,o 23,0 I 2 -bost_sqwtres.. ) farn) Pemecahan a. D? ga p"tggai, l.etlLJiatt l,errugari. glarla riri ,rrar t irik-t irik rlar,r r l.rrr garrrlrar.lsll -;11.1,; larrg llliU Pelirrg rr.r:rrrrari..\rrrlril rlrr.r ,i,,1 ,f",, ,,,,,,,,i,,,.,f,r,,li,i 11,,S,lal,ar rlibcrikan dalarn persarrraa, 2 ll ,r,,,, i;,;..;i.;;;.';i"i:,:,:';Ii,,.,.,,,:*,,il.:]illli',,l.x,]f, "' "" "' 1rcrkir-aan r,arra ccparjika seb".",, ,lnro rn,,gnr iecil. b. il[ehde lzas! square.s I)alrun rrretork. . ha st-so uruel. .l,rp- ;;IiilTi:,i :i:lll:,' " "'-' b+ n' u'r "i ar rlan irrteni(,p ), k""'r;;'':; D ;';pl;;;; ..d;::ifi (pt^rsarnaan lal-,^=,l Jila ri.ak arra siorJra.girrr a<lalah scbagai bcrikrri: aari lirricritas, r,aka ll.l3) tlihirunu, g;r., )i, Sinrpa' el[) 11 = 0, rl:rrr rrcrrtrrk l,t.rsal,:ran 2-1, b+ nLx-\=l) L-rrttrk rrerrd.rlrark.rrr grarlicrr borik,t: ni' rlart itltt'rsc1r' t' rligtttrakali l)('r-sarraa, I(,r) al(r)) Ir(x)]e-,E(l) I(x) <lirrrarrl rr - jrrnrlalr rilik_ririk (2.14) rlara. I(x) r(r]) - r(f) r(.r) I r1x1]? arlf; I arlalah.jrrrn lalr dari lr tilik (lara l)engarr lrenggurrakan dara di atas, harga_harga x, sepcrri di hawa h: (2.15) ), f, dan ry ditabelkan i,i % BAB 2. M TIM{IIKA DALAM IARMAK0KINITIKA DASAR-DAIAR i y x iJl I 3,1 i 3,1 2 3 ri,0 4 12,0 4 12,9 t6 51,6 5 I J,J 25 76,5 6 7 17,9 49 IJ 23,0 154,0 184,0 26,r ll,7 Ir= llti I,r= 1071 rl4 108,9 Sckararrg substitusi harga-harga kt dalanr (36) (614.7) (2('4) (108,9) , - -----i---------- ,----------(36)2 - (8) (204) - (8) (614.7) (36) (108.9) m=# (36)? - (8) (204) I-\-= Ir= 204 61'1,7 Persamaarr 2.1'{ <larr 2.1ir = r)...1:,? rrro = 2.97 n)g/jam ()k lr kartl:r itrr, 1x'rsitrnaau lirticr lartg lralirtg sesllai (l('llgtll tlata atlalalt I r=2.1)7r+{),257 \\hlaupun stratu l)ersanlaan trntllk sllaltl garis lttnts (ltx'l()lch derrgaD Proscdtrr Ieasl-sqt ares, kelratrtlalau harga-ltalga hetrclaklva pasti. Koefisien horelasi' r menrpakau suaru istilah statistik r'ang bctguna untltk ntelrunjtlkkan httbrttrgarr data x, ) dengan sebuah garis lurus. Untrtk suatu lrubungau linicr talrg sctrrl)Ilrna arrtara , dar ), r = *l jika sloP urenaik, rlau -l.jika sloP trtetrttt ttrr. Jika r = 0, Inaka tidak ada hubungan linier antara x dan 1. Biasant'a r > o,95 menuniukkan bttkti lang baik atau korclasi vang emt lang menvatakan ada hrtbungan liuier antala ;r tlan y. 2. I'etpnltatt slap dapol dilnhuhan dengtn ntctgqtnthan kdkultbt Beberapa kalkrrlator rnernpunyai regresi lirriel statistik ttntllk lncrlenttlkair sloll dari garis rel4lesi tlan k<r{isir:n korelasi. Kalkutator hanrs dikosottgkan rian statistik rutin dimtllai. Untttk regresi liuier rcgtrlar, rlala rlimasukkall se(:ara langslrng secara trerpasaltgan st:bagai berikrrt: a. Regesi Linier MasukanWaktu MasukanKonsentrasi 2 0 20 1 40 0 Pa<la kasus ini,jika rcglcsi linier dilakukan secara bcnar darl proscs adalah oxler nol, sk1> adalah 10. Nilai skrp ini akal urt-trclekati sk)l) vang ditelttrkall (lorgan nrctrxlc grafik parla k('r'tas srafik regtrl:rr. DAJAR-DAsAR MATIMATI KA DATAM TARMAKOKI NETI b- Rcgvsi log (A i^tz il linier ini, data <li barvah ltukan mcrupakau srraltr ltrrbrrugarr lirrit,r tetapi dal)at,ditrarrsforflrasikan (grr,aka, [.g k,rrserrrrasil ,ur,,,l -.rrir,,* tlata li,icr. Guaaka, prograr, regresi li,ier )ang sarli!, rrrasing-r,asirrg wakt._ko,sentrasi dirrrasrrkan, rr.karr LO(i. sclx.rri diper.liirar k;rn ,li l,uu;,. ^ Pa<la kastrs Masukan Waktu Masukan Konsentrasi 0 2 4 Tombol l0 L(X; L(X; L(X; 5 Slop vang diperoleh akarr oerrdekati harga,vang diterrtrrkarr secara ruetoda gr.afik parla kerras seruikrg. Flarga slqyp = _Q,lgl. direk,rr parla riap r^akrrr sebagai pcrrgganti ..,J:1".,:::l,1,lf r:lIlaP (ll alas, sk)p akiltl IlI( niadi 0.:J1ti. atau slnra rlcngarr L()G pada semua i. ltlapan climirrasi. Irri mclpakan suatu mctode pintas larrg karlang <lig,,,ot"r, urrr,,t,,r',rleutukan I (lari srratrt Irrores, or<l('r satrr. Rcgre.i mclibatkal r.tgiesi ln korrselrrasi ?rJ rvaktu secara r:rngsung. viikrlr lI C\crsu\ /, karena lrr C _ _ht + intcnep, slol) rz = _A 0ihat bagian larjut dari Bab irr i). SATUAN DALAM EARMAKOKINETIKA Agar suatu persamaan sahih, satuan atau dimensi pada kedua sisi persamaan harus tetap. Dalam farmakokinetika beberapa ,r.run yirg berbeda digunakr;,-;#; tercantum dalam Tabel 21. U^ntuk,rr"iu p..rr_""n i"r,g,.pr,, Uilangan UuUiaan satuan-satuan harus imbang. Sebagai contoh, suatu perny"ataan umum untuk klirens tubuh total adalah: cl, = lyo (2.16) Dcngan_ penempatan yang tepat satuan-satuan tiap istilah di atas dengan dasar Tabel 2-i diperoleh: dari persamaan tersebut mLl .-=. -mL Jam Jam Jadi persamaan di atas sahih seoerti diperliharkan dengan persamaan mL/jam = mL/ jam. aturan yang penting dalam menggunakan persamaan dengan satuan.Suatu "dibagi, satuan yang berbeda adalah satuan_satuan aipat agumtafr, dikurangi, atau dikatikan sepaqjang satuar akhirnya tetap din.riih. Bil" t.4adi k .agr_r"g,lrn periksa persamaan dengan nenempatka; satuan_satuan deifin tepat. Sebagai contoh, AUC= FD" =" = kon\enlrasi > wakru (2.t7) IAB 2. DASAR-DASAR MAITMAII KA DALAlvt FARIIAKOKINtTIKA I mg ::t,E Iam - rnl-' .iam I liter gg ia-rrr mL Istilah-istilah tertentu tidak mempunyai satuan, termasuk logaritma dan rasio. Persen dapat tidak mempunyai satuan, dan secara matematis dinyatakan sebagai suatu desimal antara 0 dan 1 atau 0 sarnpai 100%. Kadang-kadang persen dapat menuryukkan massa/volume, volume/volume, atau massa/massa. Tabel 2-l mencantumkan pararneter-pararneter farmakokinetika yang umum dengan sirnbol dan satuannya. Suatu tetapan sering disisipkan dalam persamaan untuk mengkuantifikasi hubungan dari variabel bergantung dengan variabel bebas. Sebagai contoh, Hul<um drfusi Fick rnengkaitkan laju difusi obzr, dq/dL dengan perubahan konsentrasi obat, C, luas permukaan membran, A dan ketebalan membran t. Uutuk membuat hubungan ini suatu persamaan disisipkan tetapan difusi D: dO dth DA Untuk memperoleh satuan yang tepat untuk D, satuan untuk masing-rnasing istilah harus disisipkan nrg D (cm2) rng jam=X- cm cmJ Tetapan difusi D harus mempunyai satuan area,/waktu atau cur2,/jam jika laju difusi mgljarn. TABEL 2.1 Satuaftsatuan yang Umum Digunakan dalam Farmakok,neiG PARAMETER l-1u Tetapan /aju ordea nol SIMBOL SATI'AN dD Ma5i€ dt Waktu dc Konsentrasi dt Waktu 4 Konsentrasi Waktu Massa Waktu Tetapan lajLr order kesatu Waktu Dosis obat Da Konsentrasl C Konsentrasr obat dalam piasma cp Volume Area di bawah kurva AUC Frakti obat terabsorpsi Kllrens Waktu paruh o tY2 Massa Massa Volume Massa obat Volume CONTOH mg/ja.r, p9/m\am pg/mL)am ng/)am 1/)amalau)am-l m9 pg/mL pg/rnL Volume Konsentrasix waktu mL atau ,iter Tanpa satuan 0-l Voiume Waktu Waktu pq)an/mL mujam Jam DASAR-DASAR MAITMAIIKA DALAM F RM (OKlNflfrr Ul2 }) Grafik selalu mempunyai sumbu-sumbu (absis dan ordinat) yang secila tepat ditandai dengan satuan. Sebagai contoh, dalam Gambar 2-7 jumlah obat pada ordinat (sumbu ,) diberikan dalam mg dan waktu pada absis (sumbu x) diberikan dalam jam. Persamaan yang paling sesuai dengan tidk-titik pada kurva adalah p€rsamaan untuk sebuah garis lurus, ata'u ) = n)c+ 6. Karena stop zz = A/&, maka satuan untuk slop sama dengan miligram perjam- Begitu pula, satuan-satuan untuk intersep ], D sama seperti untuk 1, yakni mitligram (mg). PENGUKURAN DAN PENGGUNAAN S/GMEICANT FIGURE Setiap pengukuran dilakukan dalam suatu tingkat pengukuran tertentu, yang dibatasi oleh alat yang digunakan untuk pengukuran. Sebagai contoh, berat muatan suatu truk dapat diukur dengan teliti ke harga terdekat 0,5 kg, sedangkan berat obat dalam suatu tablet dapat diukur ke 0,001 I (f mg). Pengukuran berat muahn suatu truk ke mg terdekat tidak diperlukan dan akan memerlukan timbangan atau skala yang mahal untuk mendeteksi suatu perubahan dalam kuantitas miligram. Signifcant j.gure merupakan angka digit akurat dalam suatu pengukuran. Jika ukuran tirnbangan massa obat ke miligram terdekat, pengukuran yang mengandung digit kurang dari 1 mg tidak akurat. Sebagai contoh, pembacaan berat atau massa obat 123,8 mg dari timbangan ini, 0,8 mg hanya merupakan pendekatan; oleh karena itu angka dibulatlan ke 124 mg dan dilaporkan sebagai massa lang tera-urati. Untuk maksud perhitungan praktis, semua angka dapat digunakan sampai diperoleh angka (awaban) akhir. Akan tetapi, jawaban hendaknya hanya angka stgntf.cant fgun d am pengukuran awal yang akurat. SATUAN UNTUK MENYATAKAN KONSENTRASI DAI-AM DARAH Berbagai satuan telah dipergunakan dalam farmakologi, tokikologi dan beberapa laboratorium klinis untuk menyatakan konsentrasi obat dalam darah, plasma, atau serum. Konsentrasi obat atau kadar obat dinyatakan sebagai massa/volume. Pernyataan, rncg,/ml-, pg/mL, dan mg/L adalah sama dan umum dilaporkan dalam pustaka. Konsentrasi obatjuga dapat dinyatakan sebagai mgTo atau mg/dl, keduanya menyatakan miligram obat per 100 mL (desititer). Dua pernyataan lama untuk konsentrasi obat yang digunakan dalam kedokteran hewan adalah ppm dan ppb, yang menunjukkanjumlah obat per sejuta bagian darah (ppm) atau per miliar bagian darah (ppb). Satu ppm sama dengan 1,0 pglml. Perubahan yang teliti dari satuan-satuan sering dipergunakan untuk mencegah kebingungan dan salah pengertian. STATISTIK Semua pengukuran mempunyai beberapa tingkat kesalahan. Statu hesalahan adalah perbedaan antara harga benar atau absolut dan harga teramati. Kesalahan dalam pengukuran dapat bersifat tetap darj^ tida*. tzta? (aczk, kebetulan). Kesalahan tetap dapat diminimalkan dalam prosedur analitik dengan menggunakan alat F-ng dikalibrasi secara tepat, bahan kimia yang terstandarisasi dan sampel blanko dan kontrol yang tepat. Untuk tujuan praktis biasanya dilakukan beberapa pengukuran dari satu sampel dan hasil dirata-rata. Sering dilaporkan harga mean 'f SD. SD at^w sinpangan baku (lihat Lampiran A) merupakan suatu cara statistik untuk menyatakan sebaran antarpengukuran individual dari mean. SD yang kecil terhadap harga mean menunjukkan konsistensi dari keterulangan pengukuran yang baik. SD besar menunjukkan konsistensi yang jelek dan fluktuasi data. Sering kali, variabilitas pengukuran dinyatakan sebagai RSD (relatiue stand.ard d.euiation) yalJ:g dihitung dari SD dibagi harga mean data. RSD mengijinkan variabilitas dinyatakan berdasarkan persen dan bermanfaat dalam membandingkan variabilitas dari dua seri pengukuran bila mean berbeda. Pada pengukuran yang melibatkan satu subjek atau sampel tunggal, hanya melibatkan kesalahan pengukuran. Pada sisi lain, bila dua atau lebih sampel atau subjek dalam kelompok diukur, biasanya ada variasi yang disebabkan oleh perbedaan individual. Sebagai contoh, berat dari tiap murid dalam suatu kelas mungkin berbeda dari yang lain oleh karena perbedaan fisik individual seperti tinggi dan seks. Oleh karena itu, dalam penentuan berat dari satu kelompok murid, kita berhadapan dengan variasi yang disebabkan oleh perbedaan biologis dan juga kesalahan penimbangan. Kesalahan utama dalam pengukuran kelompok adalah hzsolahan pngatnbiktn sazpcl, suatu kesalahan karena ketidakseragaman pengambilan sampel. Pengambilan sampel merupakan hal penting karena pengukuran dari semua anggota dalam kelompok tidak praktis. Kita menggunakan statistik untuk mendapatkan interpretasi data percobaan yang sahih. Srarirrii mempakan penggunaan logika matematika yang mencakup (1) rancangan percobaan (2) pengumpulan data (3) analisis data (4) interpretasi data (5) tji hipotesis. Diskusi yang lebih lengkap tentang statistik ada dalam Lampiran A. w FOKUS PRAKTIS Dalam farmakokinetika dan terapeutik, cuplikan plasma atau jaringan sering dipantau untuk menentukan apakah dosis yang diresepkan perlu disesuaikan. Perbandingan data pustaka dari beberapa pusat medik sering dibuat. Farmasis hendaknya kenal dengan semua satuan yang terlibat dalam pendosisan dan mampu membuat konversi. Beberapa dokter meresepkan satu dosis obat berdasar berat badan, sedangkan yang lain lebih suka metode luas permukaan tubuh. Perbedaan yang bermakna dalam konsentrasi obat dalam plasma dapat te4adi bila dosis didasarkan pada metode yang berbeda. Konsentrasi obatjuga dapat berbedajika satu dosis diinjeksikan secara cepat versus diinfusikan pada satu periode waktu. Tabel 2.2 mencantumkan beberapa metode yang lazim untuk pendosisan. Sebagian besar obat poten dilakukan pendosisan secara tepat untuk pasien individuat, dan berat badan pasien hendaknya diketahui. Sebagai contoh, teofilin diberikan dengan dosis 5 mg/kg. Oleh karena berat badan (BB) individu dapat berbeda oleh karena usia, seks, penyakit, dan status nutrisi, irdividualisasi dosis yang didasarkan berat badan lebih akurat mencerminkan ketepatan terapi yang dibutuhkan pasien. Untuk obat-obat dengan indeks terapi sempit dan efek samping Tabel 2 2 METODE SATUAN OBAT ORAL SAruAN INFUSI Umum ltlg nq)am B8 LPI mqrq mElg/)am mEl .73m2 mEl,73m2/)am 488. berat badan, LPT: luas permukaan Tabel 2.3 tubuh satuan farmakokinelka dan konversi SATUAN DAI.AM VOLUME VOLUME (BERDASAR BERAT BADAN' .nw rnL dL dw ukg L KONVERSI BERAT KONSENTRASI gtam/L m9/L k9 mEdL mg = I 000 pg = I 000 9 g= 1000 mq p9- ng/nL 1000 n9 ng = 1000 pg WmL Contoh konversi konsentrasi yang digunakan dalam toksikologi dan terapeutik I mgck = 1 mg/dL I mg/L = t ,9 /mL I yglL = I ng/tnL I w/L= I WrnL porcnsial, perdosisan didasarkan atas permukaar tubuh. Kemoterapi dengan obatobat antitumor, dosis beberapa obat didasarkan luas permukaan tubuh (LPT) pasien. Luas permukaan tubuh dapat ditentukan dari berat pasien dengan menggunakan persamaan empiris. LPr=ffi"'t,zs-' Keterangan: LPT = Luas permukaan tubuh dalam m2, dan BB = berat tubuh dalam kg, Beberapa satrran dan konversi yang lazim digunakan dalam farmakokinetika dan toksikologi tercantum dalam Tabel 2.3. w, CONTOH I-aju elirninasi etanol pada ,1 alkoholik yang nrer{alani detoksifikasi dilaporkan 1733 mg/ dL/jutt (Jones, 1992). (i) Berapakah l4ju eliminasi dalam pcg/rr.L/jwn? (2\ Xadar darah puncak pada subjek (SP) adalah 90 p.g,/dl. Berapakah korxentrasi darah 42 BAB 2. DA5AR.DASAR MATEMATIKA, D LAM IARMAKOKIN[TIKA punca.k dalam pg/.,n'? $) Masuk kategori manakah Sp menurut krasifikxi arkohot dalam darah berikut (di mana harga dalam mg7o)? a- > 0,55 mgVo -fatal b. 0,50-0,55 mg% mematikan -minuman c. 0,1G4,50 rngTo-Iiegal d. 0,01{, l0 mg%---dirzgrrkan e. < 0,05 mgTo-arnan Pemecahan r. !\ uS/ a.!/iatm = 17.000 pgl100 rnl /jam = 120 pg/ mL/ jam 3^l uX,/dl/1am = 33.000 pg/100 mL /jatn =Z3O ^2. 90 mg/ <lL = 90 peg/1U) mL= O,9 pg/mL 3. 90 mg,zdl = 0,090 mg,z 100 dL = 0,090 mg% Subjek SP adalah diragukan. pglmL/janl LATIHAN SOAL Volurne distr-ibrrsi .ari teofilin a.alah 0,7 L/kg. pada sebagia. besar l)asien, trlanfaat optimal da'i ter.api teofilirr rerlihat pada konientrasi seru"nr >10 -g7L; p..rgutrr"r, konsc'ntrasi obat dalaur plasma ir mg/L ltatas rcmpelrtik mengakibitkan p.,.,i,-,,u",, kemanjuran klinis (t)der dan Bryan, 1996) (l) Bempakah volrrnre ctistiibrrsi parta seora.g laki-laki 20 rahun, berar badan 70 kg_ (2) Berapakah dosis roral untuk pasicn jika dosisnrz ir mg/kg? Peryelesaian l. (5 rrrg,/L nrr.rupakarr cara lain untuk inenyatakan 5lrg/urI.) = (1,7 L/kg x 70 kg = 49 L \blurrre pasien 2, Dosis untrrk pasierr = 5 rng,/kg x 70 kg = 156 -U LAJU DAN ORDER REAKSI Laju Reaksi Laju suatu reaksi kimia atau proses kimia diartikan sebaaai kecepatan terjadinva suatu reaksi kimia. Perhatikan reaksi kimia berikut: Obat A ,> Obat B Bila jumlah obat A berkuraag dengan bertambahnya waktu (reaksi berjalan searah dengan tanda panah, ), maka laju reaksi dapat dinyatakan sebagai: d/l dt Dengan demikian, apabilajumlah obat B bertambah dengan bertambahnya waktu, maka laju reaksi dapat l)ula dinyatakan sebagai: dB +- dt Pada umumuya hanya obat induk (obat yang aktif farmakologis) yang ditentukan dalam percobaan. Sedangkan rnetabolit obat atau hasil penguraiarr obat tidak dapat atau sangat sukar ditentukan secara kuantitatif. Oleh karena itu, laju reaksi ditentukan melalui percobaan dengan cara rnengukur obat A dalam jarak wakttr yang ditetapkan. Tetapan Laju Reaksi Order reaksi rnerrrrnjrrkkan cara bagaimana konsentrasi obat atau pereaksi rnernpenganrhi lajrr suatu reaksi kimia. Reaksi Order Nol Bila jumlah obat.A berkurang dalam suatu jarak waktu yang tetap, ,, maka laju hilangrya obat A dinyatakan sebagai: dA (2'le) dt =-h *n adalah rctapan lqiu reaksi order nol dan dinyatakan dalam satuan massa/waktu (misal: mglmenit). Integrasi Persamaan 2.19 menghasilkan persamaan beriEt: A =-ha t + An (2,20) d adalahjumlah obat A pada t = 0. Berdasarkan Persamaan 2.20 dapat dibuat suatu grafik hubungan antara A terhadap , yang menghasilkan suatu garis lurus (Gb.2-9). Intersep y adalah sama dengan d, dan slop arah garis sama dengan *n. Persamaan 2.20 dapat dinyatakan dalam konsentrasi obat, yang dapat diukur secara langsung. Slop - lo Gambat 2,9. Grafrk PerranEan 2 20 c=-ht+ CD (2.2r) ,.l,l2h dan s&i q 16 konsentrasi obat pada waktu 0, C adalah konsentrasi obat pada waktu l, adalah tetapan penguraian order nol. CONTOH Seorang farmasis menimbang tepat 10 g obat dan melamtlan dalam 100 mL air Lamtan disimpan pada suhu kamar dan diambil sampel larutan itu secara berkala untuk ditentukal kadarrya. Farmasis tersebut rnemperoleh data berikut: obat (mglml-) Konsentrasi 100 952 904 856 808 75 70 Waktu (i.-) 0 10 12 Dari data tersebut dibuat grafik hubungan konsentrasi obat terhadap waktu, dan diperoleh suatu garis lurus. Dengan demikian, laju penurunan konsentrasi obat adalah mengikuti reaksi order nol. &tapan laju reaksi order nol, ta, dapat diperoleh dari slop garis atau dengan cara substitusi lang tepat ke dalam Persamaan 2.21. Bila Q = 100 mg/ml pada t = 0 dan C= 90 mglml pada t = 4jam maka 90 = -eo (a) + 100 dan ia = 2,5 mg/ml lam Pemeriksaan lebih lanjr.rt ctan secara hati-hati terhaclap data menunjukkan bahwa konsentrasi obat menurun 5 rng,/ml setiap jarak waktrr 2 jarn. Oleh karena itu, tetapan laju reaksi order nol ini dapat pula diperoleh dengan car:a rnembagi 5 mg,/ rnl- dengal 2jarn: 5 rns/ml- b = -=fzjam L- = 2.5 mg/mL jam + DASAN.DASAR MATIMATIKA DALAM FARMAKOKINffIT l^I 2 Reaksi Order Kesatu Bilajumlah obat,4 berkurang dengan l{u yang sebanding dengan jumlah obat A tersisa, maka laju hilangnya obat A dinyatakan sebagai: dA (2.22' dt t adalah tetapan laju reaksi order kesatu dan dinyatakan dalam satuan waktu-l (misal:jam 1). Integrasi Persamaan 2.22 menghasilkan persamaan b€rikut: lnA:-ftr+ln,4,o (2.21\ Persamaan 2.23 dapat pula dinyatakan sebagai (2.24\ Karena ln = 2,3 log, Persamaan 2.23 menjadi log ,4 = -ht 13- (2.25) + log .4o Bila penguraian obat rnelibatkan suatu lartrtan, dengan konsentrasi awal C9, sering lebih mudah untuk menyatakan laju perubahan dalam peruraian ob^L d.C/dt, dalam isrilah konsentrasi obat, C, daripada dalam jumlah karena konsentrasi obat ditetapkan. Oleh karena itu, dC _=_hc (2.26 ) dt lnC=-&t+lnCo (2.27) Persamaan 2.27 dapat dinyatakan sebagai C= Coe (2.28) ^l Oleh karena ln = 2,3 log, Persamaan 2.27 menjadi -ht logC=-+logQ (2.2e) I Menurut persamaan 2.25, suatu grafik log A versus t akan nenghasilkan srratu garis lrrrus (Gb. 2-10), intersep l adalah log.4,n, dan slop garis adalah -h/2,3 (Gb.2-10). Begitujuga grafik log Cversus lakan menghasilkan suatu garislurus sesrrai persamaan 2.29. Intersep I adalah log C6, dan slop garis a<lalah -h/2,3. Untuk memudahkan C versus I dapat digambar pada kertas semilog tanpa perlu mengkonversi C ke log C Satu contoh ditunjukkan dalam Gambar 2-11. Waktu Paruh Wahtu paruh (t172) menyatakan waktu yang diperltrkan oleh sejuurlah obat atau konsentrasi obat untuk berkurang rrreqjadi separuhnl'a 46 BA-B 2, DAJAR DASAR MATIMATIKA DALA.N,I FARMAKOK]NITIKA 100 50 E : I sbp=+ t0 E 5 o 4 Gambar 2.10. 812 wattu woktu Gambar Grafik Persamaan 2.25 2-ll. 16 20 21 (ioml Grafrk inr menunjLrkkan letapan trl2 pada reaklr order kesatu Wahtu-Patuh Reaksi Mer Kesatu Har'ga ,l/2 untuk reaksi order kesatrr dapat diperoleh dari persarnaan berikut 0.693 ' (2.30) Dari persamaan itu tampak bahwa untuk reaksi order kesatu, 1172 adalah konstan. Tanpa perlu diperhatikan berapajumlah atau konsentrasi obat pada keadaan awal, maka waktu yang diperlukan untuk berkurang menjadi separuhnya adalah konstan (Gb. 2-lr). Wahtu-Paruh Rcahsi Order Nol Berbeda dengan t1,2 reaksi order kesatrr, (.2 reaksi order nol berjalan tidak tetap. Harga \12 reaksi order nol ad:rlah sebanding dengan jumlah atarr konsentrasi awal obat dan berbanding terbalik rlengan tetapan laju reaksi order nol, An: tt:-- 0.5,4n " h (2.31) Oleh karena ,l/2 berubah secara berkala clengan berkuranenva konsentrasi obat, maka ,lr2 untuk reaksi order nol ini hanva sedikit kegunaannva. T \& CONTOH Seorang farmasis melarutkan obat 1ang ditimbang tepat sebanpk l0 g dalam 100 mL air I-arutan disimpan pada suhu kamar dan diambil sampel larutan ittr secara berkala untuk ditentukan kadamya. Fannasis tersebut memperoleh data berikut: * DASAR-DASAR MATIMATIKA DATAM Konsentrasi obat (mg/mL) TARMAKOKINITIKA BAB 2 Waktu Log U^- Konsentrasi Obat 100,00 0 2,00 50,00 25,00 4 8 lJ0 12,50 t2 1,10 6,25 16 3,13 1,56 20 0,80 0,50 0,20 47 1,70 24 Dari data tersebut dibuat grafik hubungan togaritma konsentrasi obat us, waltu pada kertas rektangrrlar, diperoleh suatu garis lums. Dengan cam lang lebih baik dapat pula konsentrasi obat digambarkan langsung pada sumbu logaritma kertas semilog terhadap waltu, diperoleh suatu garis lums (Gb. 2-11). Hubungan antara waktu dan konsentrasi obat pada Gambar 2-11 menlztakan suatu reaksi order kesatu. }{arga q/2 reaksi order kesatu ini adalah konstan dan dapat diperoleh dari dua titik mana pun pada grafik yang menunjukkan penumnan kadar obat 507o. Di dalam contoh ini, 4/2 adalah 4 jam. Tetapan laju reaksi order kesahr ini diperoleh dengan cara (1) mengalikan 2,3 dengan slop atau (2) membagi 0,693 dengan sebagaimana berikut: l. Slop * tog2-log11 2,3 x2- xl 2,3 (log 50 - log 100) 4-0 ft = 0,173 472, jam-t 0.693 h 2 = --:-- fr= ? tn 0.693 = 0.173 iam ' I PERTANYAAN YANG SERING DIAJUKAN l. I Bagaimana saya mengetahui bahwa srratu grafik merupakan order kesatu bila digambar pada kertas semilog? 2. Saya menggarnbarkan data konsentrasi obat dalam plasma versus waktu pada kertas semilog, dan mendapatkan slop dengan t yang salah. Mengapa? 3. Saya melakukan regresi linear lversus ln Co. Bagaimana saya menentukan C$ dari intersep? I 48 BAB ffi l. 2, DAsAR-DASAR MATEMATIKA DALAM TARMAKOKINETIKA PE R]ANYAAN PEMBE LAJARAN Gambarkan dara berikut pada kertas grafik semilog dan koordinat rektangular Waktu (menit) Obat A (mg) 10 96,0 89,0 20 a. Apakah penurlrnan 40 60 90 73,0 120 130 10,0 57,0 34,0 2,5 jumlah obat d mengikuti reaksi order nol atau order kesatu? b. Berapakah tetapan laju reaksi (]) tersebut? c. Berapakah waktu-paruh (117")? d. Berapakahjurnlah obat A ekstrapolasi ke titik nol pada sumbu x? e. Bagairnanakah persamaan garis vang diperoleh pada grafik tersebut? 2. Gambarkan data berikut pada kertas grafik semiloB dan koordinat rektangular. Waktu (menit) I Obat A (mg) 4 70 10 58 42 20 30 60 90 31 12 4,5 120 ., Jawablah pertanyaan a, b, c, d, dan e sepeni pada soal sebelumnya. farmasis melarutkan beberapa miligrarn obat antibiotika baru ke dalarn dengan tepat, kemudian larutan itu disimpan dalam almari beberapajarak waktu, fannasis tersebut mengambit 10 mL dari lamtan dan diukrrrjumlah obat di dalamnya. Diperoleh data berikut: I es (5" I Waktu (am) Antibiotika (tglml-) 0,5 84,5 1,0 81,2 74,5 61,0 2,0 4,0 6,0 48,0 8,0 12,0 35,0 8,7 '! a. Apakah penguraian antibiotika order nol? ini mengikuti reaksi order kesatu atau re-a.ksi b. Berapakah kecepatan peruraian antibiotika ini? c. Berapa miligramkah antibiotika di dalam lanrtan awal yang disiapkan oleh farmasis tersebut? d. Berikan persamaan garis yang paling sesuai dengan data percobaan. 4. Suatu larutan obat yang dibuat baru nenpunyai konserrtrasi 300 mg,/ml-. Setelah disimpan 30 hari pada suhu 25'C, konsentrasi obat di dalam larutan adatah 75 mg/ml. a. Dengan menganggap kinetika obat nrensikuti ()rder kesatrr, kapankah obat tersebut berkurang menjadi separuhnya? b, Dengan nenganggap kinetika obat nengikuti reaksi order nol, kapankah obat tersebut berkurang menjadi separuhnya? 5. Berapa kali harga lr,,o untuk obat tenrrai menjadi 99,9% dari kadar awal? Anggaplah kinetika obat urengikuti reaksi order kesatu. 6. Bila waktu-paruh peruraian suatu obat sarua dengan 12 jarn, berapa larnakah yaug diperlukan bagi obat sejurnlah 125 mg agar temrai 307o? Anueaplah kiDetika obat mengikuti reaksi order kesatu dalam suhu konstan. 7. SejuIrlah 300 mg obat vang ditiurbang tepat clilarutkan ke dalarrr air suling vang tidak diketahui \olu renva. Sesuclah obat terlanrl sempurna, 1,0 mL sampel diambil dan ditentukan kadarnva. Hasil vang diperoleh sebagai berikut: (iam) 0.5 2,0 Waktu Konsentrasi (mg/ml) 0.45 0,3 Dengarr rnenganggap peruraiarr obat mengikuti reaksi order nol, berapakah rohrme air yang rlipergunakan untuk melarutkan obat? 8. Pada umumnya obat, laju eliminasinya sebanding tlengan jumlah obat yang tersisa di dalam tubuh- Apakah yang dapat diryatakan tentang order kinetika eliminasi obat tersebut? 9. Suatu sel tunggal ditempatkan ke clalam satu tabung kultur ,vang rnengandung agar nutrien. Jikajurnlah sel rneqjadi dua kali setiap 2 rlenit dan tabung kultur terisi lengkap dalam 8 jam, berapa lama vang diperlukan untuk tabung kultur menjadi sepanrh penuh sel? t 4,2 L. Dengan mengasumsikan distribusi norrnal, berarti 95% subjek akan rneupunyai volurne distribusi dalarn rentang 10. Voltune clistribusi rvarfarin 9,8 11. Mana dari fungsi berikut yang rnernpun,vai slop pemrmnan yang paling curam? (, adalah variabel bebas dan 1 adalah variabel bersantuns) -Lsampai-L. a')=2'z' b')=3"'' c')=2"' DASAR,DASAR MATEMATI KA DALAM IARMAKOK]NTTIKA I 12. Mana dari persamaan berikut yang meramalkan 1 meningkat bila I meningkat? (, adalah angka posirif) II a' 1 = 2t3' b' ) = 3r'' c')=2c 13. Mana dari persamaan berikut akan mengakibatkan suatu kesalahan menggunakan log dari r dengan menggunakan kalkulator? jika anda a. x= 2,5 b. r = 0,024 c. r= 10 2 d. r = -0,2 14. Mana dari persamaan berikut akan mempunyai nilai rerbesar pada , sama dengan nol dengan asumsi I bukan negatif. a. e'' b. 3e 2t c. %/ ACUAN Ed€r AF, Bryan WA: Thcophylline: Recent conscnsus and current conr(o\ersy. Am Asso. Chn Clwm TDX Tox, 17:Jan. p 1051. 1996 Jones AW: Disappearance rate of ethanol from the blood of human subjects: Implicarions in ; forensic toxicology._l Flr,"nslt SciM^y,104-118, f992 RiggsD* The Mathenrltird Al4toaA b Plrysialngirrl Prablhns. Baltimore, Williams & Wilkins, 1965, p 5l BIBLIOGRAFI Bohor, S: l'hamnruttal.Slrrri'/i.r. New Yo*, Marcel Dekker, 1984 Randolph LK, CumineraJL: Slatistics. Dalam Gennaro AR (ed), Renrngun\ ITth ed. Easton, PA, Mack, 1985, pp 104-139 Plnmtra ml S.iclks,