Uploaded by User112646

Syirkah Kelompok G fix

advertisement
MAKALAH
SYIRKAH / MUSYARAKAH
Mata Kuliah
: Fiqh Muamalah
Dosen Pengampu
: Siti Hasanah, S.Ag, M.Ag
Disusun oleh :
1. Ezratama Gustia Mahaputra
(4.42.20.0.12)
2. Ratih Desvita Erviana
(4.42.20.0.23)
3. Syifa Tabina Maharani
(4.42.30.0.28)
KELAS PS 1A
PRODI PERBANKAN SYARIAH
JURUSAN AKUNTANSI
POLITEKNIK NEGERI SEMARANG
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya sehingga kami diberikan waktu dan kesempatan untuk menyelesaikan
makalah Syirkah / musyarakah.
Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Fiqh Muamalah Program Studi
Perbankan Syariah Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Semarang. Kami menulis makalah ini
untuk membantu mahasiswa supaya lebih memahami mata kuliah khususnya mengenai Syirkah
atau Musyarakah.
Terima kasih kami ucapkan kepada semua pihak termasuk teman-teman yang telah
berpartisipasi dalam mencari bahan-bahan untuk menyusun tugas ini sehingga memungkinkan
terselesaikan makalah ini, meskipun banyak terdapat kekurangan.
Akhir kata, kami berharap mudah-mudahan makalah ini dapat memberikan sumbangan
pikiran dan bermanfaat khususnya bagi kami dan umumnya bagi pembaca. Kami menyadari
bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, mengingat keterbatasan kemampuan dan
pengetahuan kami. Oleh karena itu dengan terbuka dan senang hati kami menerima kritik dan
saran dari semua pihak.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..................................................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................................................... ii
BAB I .............................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN .......................................................................................................................... 1
1.1 Latar belakang ....................................................................................................................... 1
1.2 Rumusan masalah ................................................................................................................. 1
1.3 Tujuan .................................................................................................................................... 2
BAB II............................................................................................................................................. 3
PEMBAHASAN ............................................................................................................................. 3
2.1 Pengertian Syirkah ................................................................................................................. 3
2.2 Dasar Hukum Syirkah ........................................................................................................... 3
2.3 Rukun dan Syarat Syirkah ..................................................................................................... 5
2.4 Macam macam syirkah .......................................................................................................... 6
2.5 Penentuan proporsi keuntungan dan kerugian ....................................................................... 8
2.6 Pembatalan dan berakhirnya akad syirkah ............................................................................ 9
2.7 Aplikasi Akad Musyarakah dalam Lembaga Keuangan Syariah .......................................... 9
2.8 Fatwa DSN MUI tentang akad syirkah................................................................................ 12
BAB III ......................................................................................................................................... 16
PENUTUP..................................................................................................................................... 16
3.1 Kesimpulan .......................................................................................................................... 16
3.2 Kritik dan saran ................................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 17
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Banyaknya umat muslim yang belum mengetahui bagaimana seharusnya menjalankan
syirkah atau perkongsian dalam memenuhi kebutuhan hidup di dunia ini yang sesuai dengan
tuntunan syari’at.
Islam sangat menganjurkan kepada pemeluknya untuk memakukan aktisitas bisnis, untuk
memperoleh penghasilan guna mencukupi kebutuhan sehari baik itu untuk dirinya sendiri atau
untuk keluarganya, serta sebagai bekal dalam melaksanakan ibadah kepada Allah SWT.
Berbagai macam jenis usaha dapat dilaksanakan untuk memenuhi kebutuhan, seperti bekerja
sebagai buruh, sebagai pengusaha atau sebagai investor yang kesemuanya tergantung pada
bidang keahlian yang dimiliki. Kesemuanya itu boleh dilakukan selama tidak melanggar
ketentuan agama yang dijelaskan dalam al-Qur’an dan Hadis.
Salah satu bentuk aktifitas ekonomi yang dapat dilakukan sebagai pengusaha yaitu
musyarakah. Yakni perserikatan antara dua orang atau lebih dalam usaha untuk memperoleh
keuntungan dengan hasil ditanggung bersama. Yang dalam makalah ini akan dibahas lebih lanjut
mengenai musyarakah.
1.2 Rumusan Masalah
a) Apa pengertian dari Syirkah?
b) Apa saja dasar hukum yang mengatur tentang Syirkah?
c) Apa saja rukun dan syarat Syirkah?
d) Apa macam macam Syirkah?
e) Bagaimana penentuan proporsi keuntungan dan kerugian?
f) Bagaimana pembatalan dan berakhirnya akad syirkah?
g) Bagaimana penerapan syirkah dalam perbankan syariah?
1
h) Bagaimana fatwa DSN MUI tentang akad syirkah?
1.3 Tujuan
a) Untuk mengetahui penegrtian dari syirkah
b) Untuk mengetahui dasar hukum yang mengatur tentang syirkah
c) Untuk mengatahui rukun dan syarat syirkah
d) Untuk mengetahui macam macam syirkah
e) Untuk mengetahui penentuan proporsi keuntungan dan kerugian
f) Untuk mengatahui pembatalan dan berakhirnya akad syirkah
g) Untuk mengetahui penerapan syirkah dalam perbankan syariah
h) Untk mengetahui DSN MUI tentang akad syirkah
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Syirkah
Secara bahasa syirkah/musyarakah berasal dari kata al-syirkah yang berarti al-ikhtilath
(percampuran) atau persekutuan atau kerja sama dua hal atau lebih, sehingga antara masingmasing sulit dibedakan. Seperti persekutuan hak milik atau perserikatan usaha.
Secara etimologis, musyarakah adalah penggabungan, percampuran atau serikat. Musyarakah
berarti kerjasama kemitraan atau dalam bahasa Inggris disebut partnership.
Adapun menurut istilah ada beberapa pendapat menurut ulama, yaitu:
a.Menurut Ulama Hanafiah
Syirkah adalah akad antara dua orang yang berserikat pada pokok harta (modal)
dan keuntungan.
b.Menurut Ulama Malikiyah
Syirkah adalah izin untuk bertindak secara hukum bagi dua orang yang
bekerjasama terhadap harta mereka.
c.Menurut Hasby as-Shiddiqie
Syirkah adalah akad yang berlaku antara dua orang atau lebih untuk saling tolong
menolong dalam suatu usaha dan membagi keuntungannya
Dari beberapa definisi di atas, maka dapat disimpulkan memang terdapat perbedaan,
namun secara esensial prinsipnya sama yaitu bentuk kerjasama antar dua orang atau lebih dalam
sebuah usaha yang disepakati dan diusahakan dalam satu nama serta konsekuensi keuntungan
dan kerugian yang ditanggung secara bersama, sehingga tidak ada yang merasa dirugikan.
2.2 Dasar Hukum Syirkah
Syirkah atau musyarakah merupakan akad yang diperbolehkan berdasarkan Alqur’an,
sunnah, dan ijma’.
1. Q.S Shaad ayat 24
3
“Dan sesungguhnya kebanyakan dari orang yang berserikat itu, niscaya berbuat aniaya
sebagian mereka kepada sebagian, kecuali orang-orang beriman dan mengerjakan kebaikan, dan
mereka itu sedikit.” (Q.S Shaad : 24)
2. Q.S An Nisa ayat 12
“Tetapi jika saudara-saudara seibu itu lebih dari seorang, maka mereka bersekutu
dalam yang sepertiga itu”. (Q.S An Nisa : 12)
Kedua ayat di atas menujukkan perkenaan dan pengakuan Allah akan adanya
perserikatan dalam kepemilikan harta. Hanya saja dalam surat An-Nisa ayat 12
perkongsian terjadi secara otomatis karena waris, sedangkan dalam surat Shaad ayat 24
terjadi atas dasar akad (transaksi).
3. HR Abu Dawud Kitab Al Buyu’ dari Abu Hurairah
Dari Abu Hurairah, bersabda Nabi saw : ”Sesungguhnya Alloh berfirman : ”Aku
adalah orang yang ketiga dari dua orang yang bersyirkah, selama tidak mengkhianati
salah satu dari keduanya pada saudaranya. Maka ketika ia mengkhianati pada saudaranya,
maka Aku keluar dari syirkah mereka berdua.”
4. HR Nasai dari Abdullah bin Mas’ud
Dari Abdullah bin Mas’ud r.a. ia berkata: “Saya bersyirkah dengan ‘Ammar dan
Sa’ad dalam hasil yang kami peroleh pada Perang Badar. Kemudian Sa’ad datang dengan
membawa dua orang tawanan, sedangkan saya dan ‘Ammar datang dengan tidak
membawa apa-apa”.
5. Ijma’
4
Ibnu Qudamah dalam kitabnya, al Mughni, telah berkata: “Kaum muslimin telah
berkonsensus terhadap legitimasi masyarakat secara global walaupun terdapat perbedaan
pendapat dalam beberapa elemen darinya”.
2.3 Rukun dan Syarat Syirkah
A. Rukun Syirkah
Rukun syirkah diperselisihan oleh para ulama’, menurut ulama’ hanafiyah bahwa rukun
syirkah ada dua, yaitu ijab dan kabul sebab ijab Kabul (akad) yang menentukan adanya syirkah.
Adapun yang lain seperti dua orang atau pihak yang berakad dan harta berada diluar
pembahasan akad seperti terdahulu dalam akad jual beli. Adapun menurut pendapat jumhur
ulama, rukun syirkah ada 3 yaitu :
a. Shighat (Ijab kabul) adalah adanya kesepakatan antara kedua bela pihak yang
bertransaksi. Contoh : “Saya berserikat dengan anda dalam masalah ini”. Kemudian
dijawab olehpihak
kedua, “Saya terima”
b. ‘Aqidain (dua orang pihak yang berakad)/Syarik) dan memiliki kecakapan
melakukan pengelolaan harta
c.
d.
Ma’qud ‘alaih/Objek akad (harta, pembagian kerja, pembagian laba dan kerugian)
Nisbah bagi hasil.
B. Syarat Syirkah
Syarat-syarat yang berhubungan dengan syirkah menurut hanafiyah dibagi menjadi tiga
bagian yaitu:
1. Sesuatu yang bertalian dengan semua bentuk syirkah baik dengan harta maupun
dengan yang lainnya. Dalam hal ini terdapat dua syarat, yaitu:
a. yang berkenaan dengan benda yang diakadkan adalah harus dapat diterima
sebagai perwakilan,
5
b. yang berkenaan dengan keuntungan, yaitu pembagian keuntungan harus jelas
dan dapat diketahui dua pihak, misalnya setengah, sepertiga dan yang lainnya.
2. Sesuatu yang bertalian dengan syirkah mal (harta), dalam hal ini terdapat duaperkara
yang harus dipenuhi yaitu:
a. bahwa modal yang dijadikan objek akad syirkah adalah dari alat pembayaran
(nuqud), seperti junaih, riyal, dan rupiah.
b. yang dijadikan modal (harta pokok) ada ketika akad syirkah dilakukan,
baik jumlahnya sama atau berbeda.
3. Sesuatu yang bertalian dengan syarikat mufawadhah, bahwa dalam mufawadhah
disyaratkan:
a. modal dalam syirkah mufawadhah harus sama.
b. bagi yang bersyirkah ahli untuk kifalah.
c. bagi yang dijadikan objek akad disyaratkan syirkah umum, yakni pada semua
macam jual beli atau perdagangan.
Adapun syarat yang bertalian dengan syirkah inan sama dengan syarat-syarat syirkah
mufawadhah. Menurut malikiyah syarat-syarat yang bertalian dengan orang yang melakukan
akadialah merdeka, baligh, dan pintar (rusyd). Syafi’iyah berpendapat bahwa syirkah yangsah
hukumnya hanyalah syirkah ‘inan, sedangkan syirkah yang lainnya batal. Dijelaskan pula oleh
abd al-rahman al-jaziri bahwa rukun syirkah adalah dua orangyang berserikat, shighat dan objek
akad syirkah baik harta maupun kerja. Syarat-syarat syirkah, dijelaskan oleh idris Ahmad berikut
ini:
1. Mengeluarkan kata-kata yang menujukkan izin masing-masing anggota serikatkepada
pihak yang akan mengendalikan harta itu.
2. Anggota serikat itu saling mengpercayai, sebab masing-masing mereka adalah wakil
yang lainnya.
3. Mencampurkan harta sehingga tidak dapat dibedakan hak masing-masing, baik berupa
mata uang maupun bentuk yang lainnya.
2.4 Macam-Macam Syirkah
6
a. Syirkah Al-Milk
Syirkah al-Milk atau Al-Amlak adalah kepemilikan bersama antara pihak yang berserikat
dan keberadaannya muncul pada saat dua orang atau lebih secara kebetulan memperoleh
kepemilikan bersama atas sesuatu kekayaan tanpa adanya perjanjian kemitraan secara resmi.
Syirkah al-Milk biasanya berasal dari warisan. Pendapatan atas barang warisan ini akan dibagi
hingga porsi hak atas warisan itu sampai dengan barang warisan itu dijual. Misalnya tanah
warisan, sebelum tanah ini dijual maka bila tanah ini menghasilkan, maka hasil bumi tersebut
dibagi kepada ahli waris sesuai dengan porsi masing-masing. Syirkah al-Milk muncul bukan
karena adanya kontrak, tetapi karena suka rela dan terpaksa.
Syirkah Al-Milk dibagi menjadi dua bagian yaitu syirkah ikthtiar dan syirkah jabar.
1. Syirkah ikhtiar adalah syirkah yang lahir atas kehendak dua pihak yang bersekutu, contohnya
dua orang yang membeli suatu barang.
2. Syirkah jabar adalah persekutuan yang terjadi di antara dua orang atau lebih tanpa sekehendak
mereka. Seperti dua orang yang mendapatkan sebuah warisan, sehingga barang yang menjadi
warisan tersebut menjadi hak milik kedua orang yang bersangkutan.
b. Syirkah Al-Uqud
Syirkah Al-Uqud adalah akad kerja sama antar dua orang atau lebih dalam mengelola
harta dan resiko, baik keuntungan maupun kerugian ditanggung bersama. Syirkah al-Uqud
merupakan contractual partnership yang dapat dianggap sebagai kemitraan yang sesungguhnya
karena pada pihak yang bersangkutan secara sukarela yang berkeinginan untuk membuat suatu
perjanjian investasi bersama dan berbagai untung dan risiko.
Syirkah Al-Uqud dibagi menjadi lima jenis, yaitu sebagai berikut:
1. Syirkah Mufawwadah adalah kontrak kerja sama antara dua orang atau lebih. Setiap
pihak memberikan suatu porsi dari keseluruhan dana dan berpartisipasi dalam kerja.
Setiap pihak membagi keuntungan dan kerugian secara sama. Dengan demikian, syarat
utama dari jenis al-Musyarakah ini adalah kesamaan dana yang diberikan, kerja,
tanggung jawab, dan beban utang dibagi masing-masing pihak.
2. Syirkah Inan adalah kontrak antara dua orang atau lebih. Setiap pihak memberikan suatu
porsi dar keseluruhan dana dan berpartisipasi dalam kerja. Kedua pihak berbagi dalam
keuntungan dan kerugian sebagaimana yang disepakati di antara mereka. Akan tetapi,
7
porsi masing-masing pihak, baik dalam dana maupun kerja atau bagi hasil, tidak harus
sama dan identik sesuai dengan kesepakatan mereka.
3. Syirkah Wujuh adalah kontrak antara dua orang atau lebih yang memiliki reputasi dan
prestise baik serta ahli dalam bisnis. Mereka membeli barang secara kredit dari suatu
perusahaan dan menjual barang tersebut secara tunai. Mereka berbagi dalam keuntungan
dan kerugian berdasarkan jaminan kepada penyuplai yang disediakan oleh tiap mitra.
4. Syirkah A’mal adalah adalah kontrak kerja sama dua orang seprofesi untuk menerima
pekerjaan secara bersama dan berbagi keuntungan dari pekerjaan itu. Misalnya kerja
sama dua orang arsitek untuk menggarap sebuah proyek atau kerja sama, dua orang
penjahit untuk menerima order pembuatan seragam sebuah kantor. Musyarakah ini
kadang disebut dengan syirkah abdan atau sanaa'i.
5. Syirkah Mudharabah adalah bentuk kerja sama antara pemilik modal dan seseorang
yang punya keahlian dagang dan keuntungan perdagangan dari modal itu dibagi sesuai
dengan kesepakatan bersama. Syirkah Mudharabah merupakan kerja sama usaha antara
dua pihak atau lebih yang mana satu pihak sebagai shahibul maal yang menyediakan
dana 100% untuk keperluan usaha, dan pihak lain tidak menyerahkan modal dan hanya
sebagai pengelola atas usaha yang dijalankan, disebut mudharib.
2.5 Penentuan Proporsi Keuntungan dan Kerugian
Keuntungan yang diperoleh dan kerugian yang timbul memiliki ketentuan sebagai
berikut:
1. Keuntungan harus dikuantifikasi dengan jelas untuk menghindarkan perbedaan dan
sengketa pada waktu alokasi keuntungan atau penghentian musyarakah.
2. Setiap keuntungan mitra harus dibagikan secara proporsional atas dasar seluruh
keuntungan dan tidak ada jumlah yang ditentukan di awal yang ditetapkan bagi seorang
mitra.
3. Seorang mitra boleh mengusulkan bahwa jika keuntungan melebihi jumlah tertentu,
kelebihan atau persentase itu diberikan kepadanya.
4. Kerugian harus dibagi di antara para mitra secara proporsional menurut saham masingmasing dalam modal.
8
2.6 Pembatalan dan Berakhirnya Akad Syirkah
Syirkah akan berakhir apabila terjadi hal-hal berikut ini:
1.
Salah satu pihak membatalkan kesepakatannya meskipun tanpa persetujuan dari pihak yang
lainnya.
2.
Salah satu pihak kehilangan kemampuan dalam bertasharruf (keahlian mengelola harta)
3.
Salah satu pihak meninggal dunia, namun bila yang bersyirkah lebih dari dua orang, maka
yang berakhir hanya yang meninggal saja.
4.
Salah satupihak berada dalam pengampuan.
5.
Salah satu pihak mengalami kebangrutan yang mengakibatkan tidak lagi menguasai harta
yang menjadi saham syirkah.
6.
Modal para pihak yang bersyirkah hilang sebelum terjadi percampuran harta hingga tidak
dapat dipisah-pisahkan lagi.
2.7 Aplikasi Akad Musyarakah dalam Lembaga Keuangan Syariah
Aplikasi akad musyarakah dalam lembaga keuangan syariah yaitu dalam bentuk
pembiayaan muayarakah. Transaksi tersebut dilandasi adanya keinginan para pihak yang
bekerjasama untuk meningkatkan nilai aset yang mereka miliki secara bersama-sama. Termasuk
dalam golongan ini adalah semua bentuk usaha yang melibatkan dua pihak atau lebih di mana
mereka secara bersama-sama memadukan seluruh bentuk sumber daya baik yang berwujud
maupun tidak berwujud. Bentuk kontribusi bisa berupa dana, barang perdagangan,
kewiraswastaan, kepandaian, kepemilikan, peralatan, kepercayaan dan barang-barang lainnya
yang dapat dinilai dengan uang.
Dalam Musyarakah, bank dan nasabah bertindak selaku syarik (partner) yang
masingmasing memberikan dana untuk usaha. .Keuntungan dibagi menurut kesepakatan,
sedangkan apabila terjadi kerugian dibagi menurut porsi modal masing-masing). Selaku syarik,
bank berhak ikut serta dalam pengaturan manajemen, sesuai kaidah musyarakah.
9
Semua modal yang terkumpul dalam proyek musyarakah disatukan dan dikelola bersama,
setiap pemilik modal berhak turut serta dalam menentukan kebijakan usaha yang dijalankan oleh
pelaksana proyek.
Ketentuan umum dalam proyek musyarakah di perbankan syariah adalah sebagai berikut:
a) Menggabungkan dana proyek dengan harta pribadi
b) Menjalakan proyek musyarakah dengan pihak lain tanpa ijin pemilik modal lainnya.
c) Memberi pinjaman kepada pihak lain.
d) Setiap pemilik modal dapat mengalihkan penyertaan atau digantikan oleh pihak lain.
e) Setiap pemilik modal dianggap mengakhiri kerjasama apabila menarik diri dari perserikatan,
meninggal dunia, atau menjadi tidak cakap hukum.
f) Biaya yang timbul dalam pelaksanaan proyek dan jangka waktu proyek harus diketahui
bersama. Keuntungan dibagi sesuai dengan kesepakatan sedangkan kerugian dibagi sesuai
dengan porsi modal.
g) Proyek yang akan dilaksanakan harus disebutkan dalam akad. Setelah proyek selesai nasabah
mengembalikan dana tersebut bersama bagi hasil yang telah disepakati (PKES, 2008).
Implementasi musyarakah dalam Lembaga Keuangan Syariah dapat dijumpai pada
berbagai macam pembiayaan-pembiayaan berikut:
a) Pembiayaan Proyek.
10
Musyarakah biasanya diaplikasikan untuk pembiayaan proyek dimana nasabah dan bank
sama-sama menyediakan dana untuk membiayai proyek tersebut, dan setelah proyek itu selesai
nasabah mengembalikan dana tersebut bersama bagi hasil yang telah disepakati untuk bank.
b) Modal Ventura.
Pada lembaga keuangan khusus yang dibolehkan melakukan investasi dalam
kepemilikan perusahaan, musyarakah diaplikasikan dalam skema modal ventura. Penanaman
modal dilakukan untuk jangka waktu tertentu dan setelah itu bank melakukan divestasi atau
menjual bagian sahamnya, baik secara singkat maupun bertahap (Syahroni, 2011).
c) Musyarakah Mutanaqisah.
Musyarakah Mutanaqisah adalah Musyarakah atau Syirkah yang kepemilikan asset
(barang) atau modal salah satu pihak (syarik) berkurang disebabkan pembelian secara bertahap
oleh pihak lainnya, hukum Musyarakah Mutanaqisah adalah boleh. Akad Musyarakah
Mutanaqisah terdiri dari akad Musyarakah/ Syirkah dan Bai (jual-beli).
d) Sukuk Musyarakah.
Di Indonesia sukuk dengan menggunakan akad musyarakah, berpotensi untuk diterapkan
oleh perusahaan di berbagai sektor bidang usaha, sedangkan sukuk dengan menggunakan akad
istishna untuk perusahaan di sektor infrastruktur. Konsep ini sesuai diterapkan dalam kegiatan
investasi, di mana dalam kegiatan tersebut masih terdapat hal-hal yang belum dapat
diprediksikan antara lain berapa keuntungan yang akan diperoleh. Hal ini dapat dikatakan bahwa
sukuk musyarakah merupakan bentuk pembiayaan syariah yang paling ideal karena dalam
struktur ini terkandung dengan jelas konsep syariah yaitu untung muncul bersama risiko (al
ghunmu bil ghurmi) dan hasil usaha muncul bersama biaya (al kharaj bi dhaman) (Tim Kajian
Pengembangan Produk Syariah, 2009).
1) Sukuk Musyarakah Tanpa SPV Penerbitan sukuk didahului dengan adanya proyek
(yang akan dijadikan underlying asset) atau rencana proyek tertentu yang memerlukan
pendanaan lewat penerbitan sukuk musyarakah.
11
2) Sukuk Musyarakah dengan Menggunakan SPV Dalam struktur yang lebih kompleks,
Emiten dapat membentuk perusahaan khusus SPV untuk pengelola aset/proyek dan sukuk
yang diterbitkan terkait dengan aset tersebut.
2.8 Fatwa DSN MUI tentang Akad Syirkah
AKAD SYIRKAH
Dewan Syariah Nasional-Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) setelah,
Menimbang :
a. bahwa masyarakat memerlukan panduan dalam rangka mempraktikkan
akad syirkah terkait kegiatan usaha atau bisnis;
b. bahwa DSN-MUI telah menetapkan fatwa-fatwa terkait syirkah,baik
untuk perbankan, perusahaan pembiayaan, jasa keuangan maupun aktivitas
bisnis lainnya rulmun belum menetapkan fatwa tentang akad syirkoh untuk
lingkup yang lebih luas sebagai fatwa induk;
c. bahwa atas dasar pertimbangan huruf a dan huruf b, DSN MUI
memandang perlu untuk menetapkan fatvra tentang Akad Syirkah untuk
dijadikan pedoman.
Mengingat :
1. Firman Allah QS. Shad [38]: 24:
َ ‫ع ٰ ط َل ْ م ء هَ ضَ ءع ِ ب ء ِي ل ك ء‬
‫ا ط ل خ ِْ َِ ن ا ر ِ ِ َث ك َّ ن ِ َإ‬
َ ‫…ْ م ء‬
… ‫ح خ ِ ص خ َّ ٰ ِِ ط َمك اَ ن َمك ن ِ َن ك َ ِل ان‬
ِ ‫َ خ َّ ل ط ِ ِ َق‬
َ ‫ِك‬
"…Dan sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang bersyarikat itu
sebagian dari mereka berbuat zalim kepada sebagian lain, kecuali orang
yang beriman dan mengerjakan amal shaleh; dan amat sedikitlah mereka
ini…."
2. Hadis Nabi SAW
Hadis Nabi riwayat Abu Daud dari Abu Hurairah:
12
"Allah SW berfirmctn, 'Aku adalah pihak ketiga dari dua orang yang
bersyarikat selama salah satu pihak tidak mengkhianati pihak yang lain.
Jika salah satu pihak telah berkhianat, Aku keluar dari mereka'."
3. Taqrir Nabi terhadap kegiatan musyarakah yang dilakukan oleh
masyarakat pada saat itu.
4. Ijma’ Ulama atas keboleh musyarakah.
5. Kaidah fiqh:
“Pada dasarnya, semua bentuk muamalah boleh dilakukan kecuali ada
dalil yang mengharamkannya.” Memperhatikan : Pendapat peserta Rapat
Pleno Dewan Syari'ah Nasional pada hari Kamis, tanggal 8 Muharram
1421 H./13 April 2000.
Memperhatikan:
1. Surat dari Permata Bank Syariah Nomor 28ISYA-PRODUCT/ VIU
2017 tanggal 28 Juli 2017 perihal Permohonan Fatwa Dewan Syariah
Nasional - Majelis Ulama Indonesia;
2. Pendapat dan saran Working Group Perbankan Syariah (WGPS) yang
terdiri atas DSN-MUI, Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Dewan Standar
Akuntansi Syariah IAI (DSAS-IAI), dan Mahkamah Agung (MA) pada
tanggal 07 September 20l7 dilakarta;
3. Pendapat peserta Rapat Pleno Dewan Syariah Nasional-Majelis Ulama
Indonesia pada hari Selasa tanggal 28 Dzulhijjah 1438 H / 19 September
2017;
MEMUTUSKAN
Menetapkan
:
FATWA TENTANG AKAD SYIRKAH
Pertama
:
Ketentuan Umum
1. Akad syirkah adalah akad kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk
suatu usaha tertentu di mana setiap pihak memberikan kontribusi
dana/modal usaha (ra's al-mal) dengan ketentuan bahwa keuntungan
dibagi sesuai nisbah yang disepakati atau secara proporsional, sedangkan
13
kerugian ditanggung oleh para pihak secara proporsional. Syirkah ini
merupakan salah satu bentuk Syirkah amwal dan dikenal dengan nama
syirkah inan.
2. Syarik adalah mitra atau pihak yang melakukan akad syirkah, baik
berupa orang (syakhshiyah thab i' iyah/natuurlijke persoon) maupun yang
dipersamakan dengan orang, baik berbadan hukum maupun tidak
berbadan hukum (syakhshiyah i'tibariah/ syakhshiyah hulcrniyah/rechts
person)
3. Ra's al-mal adalah modal usaha berupa harta kekayaan yang disatukan
yang berasal dari para syarik.
4. Syirkah amwal adalah syirkah yang ra's al-mal-nya berupa harta
kekayaan dalam bentuk uang atau barang.
5. Syirkah 'abdan/syirkah a'mal adalah syirkah yang ra's al-mal-nya bukan
berupa harta kekayaan namun dalam bentuk keahlian atau keterampilan
usaha/kerja, termasuk komitmen untuk menunaikan kewajiban syirkah
kepada pihak lain berdasarkan kesepakatan atau proporsional.
6. Syirkah wujuh adalah syirkah yang ra's al-mal-nya bukan berupa harta
kekayaan dalam bentuk reputasi atau nama baik salah satu atau seluruh
syarik, termasuk komitmen untuk menunaikan kewajiban syirkah kepada
pihak lain berdasarkan kesepakatan atau proporsional.
7. Taqwim al-'urudh adalah penaksiran batang untuk diketahui nilai atau
harganya.
8. Nisbah bagi hasil, dapat juga disingkat nisbah adalah perbandingan
yang dinyatakan dengan angka seperti persentase untuk membagi hasil
usaha, baik nisbah-proporsional maupun nisbah-kesepakatan.
9. Nisbah-proporsional adalah nisbah atas dasar porsi ra's al-mal para
pihak (syarik) dalam syirkah yang dijadikan dasar untuk membagi
keuntungan dan kerugian.
10. Nisbah-kesepakatan adalah nisbah atas dasar kesepakatan (bukan atas
dasar porsi ra's al-mal) yang dijadikan dasar untuk membagi keuntungan.
14
11. Syirkah da'imah
atau syirkah tsabitah
adalah syirkah yang
kepemilikan porsi ra's al-mal setiap syarik tidak mengalami perubahan
sejak akad syirkah dimulai sampai dengan berakhirnya akad syirkah, baik
jangka waktunya dibatasi (syirkah mu'aqqatah-stil asr,ill) maupun tidak
dibatasi.
12. Musyarakoh mutanaqishah adalah syirkah yang kepemilikan porsi ra's
al-mal salah satu syarik berkurang disebabkan pembelian secara bertahap
oleh syarik lainnya.
13. Kerugian usaha musyarakah adalah hasil usaha, di mana jumlah modal
usaha (ra's al-mal) yang diinvestasikan mengalami penurunan atau jumlah
modal dan biaya-biaya melebihi jumlah pendapatan.
14. At-ta'addi adalah melakukan suatu perbuatan yang seharusnya tidak
dilakukan.
15. At-aqshir adalah tidak melakukan suatu perbuatan yang seharusnya
diiakukan.
17. Mukhalafat asy-syuruth adalah menyalahi isi dan/atau substansi atau
syarat-syarat yang disepakati dalam akad.
15
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Syirkah atau perkongsian merupakan bentuk kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk
menjalankan suatu usaha tertentu, dimana ada pembagian keuntungan dan kerugian berdasarkan
kesepakatan yang telah disetujui oleh pihak yang terkait. Syirkah dibagi menjadi dua macam
yaitu syirkah amlak dan syirkah uqud. Dimana syirkah amlak dibagi menjadi dua bentuk yaitu
syirkah amlak ikhtiyar dan syirkah amlak ijbar. Sedangkan mengenai pembagian syirkah uqud
ulama berbeda pendapat mengenai bentuknya. Akan tetapi, menurut jumhur ulama pembagian
dari syirkah uqud yaitu perkongsian ‘inan, perkongsian mufawidhah, perkongsian abdan,
perkongsian wujuh. Suatu kerjasama dapat dikatakan syirkah apabila telah memenuhi rukun dari
syirkah tersebut yaitu adanya para pihak dan ijab qabul.
Pengaplikasian syirkah sendiri mengalami kemajuan seiring semakin majunya
perkembangan zaman. Pengaplikasian tersebut dapat ditemukan di ranah perbankan seperti
pembiayaan proyek dan modal ventura. Kendala dalam kerjasama yang dilakukan antara Bank
dan nasabah tidak menutup kemungkinan terjadi. Maka alternative yang dapat dipakai untuk
menyelesaikan kendala atau sengketa adalah dengan musyawarah, mediasi perbankan, melalui
badan arbitrase, melalui pengadilan dalam lingkup pengadilan umum.
3.2 Kritik dan Saran
Demikian yang dapat penulis paparkan mengenai syirkah. kami menyadari banyak
kekurangan penulisan, maka dari itu kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat
kami harapkan sebagai referensi kami dalam penulisan makalah kedepan. Harapan penulis,
semoga makalah ini bermanfaat dan menambah pengetahuan pembaca.
16
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/9004578/MUSYARAKAH_SYIRKAH
https://tafsirweb.com/1544-quran-surat-an-nisa-ayat-12.html
https://www.kajianpustaka.com/2020/10/musyarakah.html
http://repo.iain-tulungagung.ac.id/9051/5/BAB%20II.pdf
https://ubico.id/wp-content/uploads/2019/02/114-Akad-Syirkah.pdf
17
Download