BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 4.1.1 Sejarah UNFCCC (United Nations Framework Convention on Climate Change) Pada tahun 1992, negara-negara mengadopsi Konvensi Kerangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim atau UNFCCC sebagai respon terhadap masalah pemanasan global. Lima tahun kemudian, mereka mengadopsi Protokol Kyoto, yang memperkuat konvensi dengan menetapkan mengikat secara hukum persyaratan pengurangan emisi untuk 37 negara-negara industri. Tujuan utama dari kedua perjanjian adalah untuk menstabilkan konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer pada tingkat yang akan mencegah campur tangan manusia yang berbahaya dengan sistem iklim. Staf Sekretariat Perubahan Iklim PBB bekerja menuju tujuan ini, dipandu oleh Konvensi 195 dan Protokol 192 Pihak. Pada tahun 1996, Pemerintah memutuskan untuk menerima tawaran dari Pemerintah Jerman untuk mencari sekretariat di kota Jerman Bonn. Pada kepala sekretariat adalah Sekretaris Eksekutif. Posisi ini saat ini dijabat oleh Christiana Figueres. UNFCCC saat ini memperkerjakan 500 orang, yang berasal dari 100 negara, dengan perpaduan beragam budaya, gender dan latar belakang profesional yang memperkaya dan meningkatkan pekerjaan kami. Pada tahun-tahun awal, tugas utama sekretariat UNFCCC adalah untuk mendukung negosiasi perubahan iklim antar pemerintah. Sejak berlakunya 35 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 36 Protokol Kyoto pada tahun 2005 menyebabkan kecenderungan peningkatan keahlian teknis dalam sekretariat, misalnya pada pedoman pelaporan dan sektor penggunaan lahan, perubahan penggunaan lahan dan kehutanan. Saat ini, bagian utama dari pekerjaan kami melibatkan analisis dan review informasi perubahan iklim dan data yang dilaporkan oleh Pihak. Antara dua dan empat sesi negosiasi tiap tahunnya diadakan. Sesi negosiasi terbesar dan paling penting adalah Konferensi Para Pihak atau Conference of the Parties (COP) yang diselenggarakan bersama-sama dengan Konferensi Para Pihak yang berfungsi sebagai Sidang Para Pihak pada Protokol Kyoto (CMP), diadakan setiap tahun dan diselenggarakan secara bergantian oleh kelompok-kelompok regional. Ini adalah konferensi terbesar tahunan PBB, yang dihadiri oleh 10.000 orang dari seluruh dunia, dan banyak pihak yang terlibat dalam konferensi tersebut. Rencana untuk COP dan CMP, serta pengaturan lain untuk proses antar pemerintah yang dikembangkan dalam konsultasi dengan Pihak setiap tahun pada sesi Mei / Juni. UNFCCC memiliki dua badan permanen yang masing-masing menangani urusan tertentu. Badan pertama yaitu penasehat sains dan teknologi atau Subsidiary Body for Scientific and Technological Advice (SBSTA). Badan ini memiliki tanggung jawab memberi masukan atau saran pada COP dalam bidang ilmiah, teknologi dan metodologi. Tugas utama badan ini mempromosikan pengembangan dan transfer teknologi yang ramah lingkungan dan melakukan pekerjaan teknis. Juga meningkatkan pedoman dalam menyiapkan komunikasi nasional dan inventarisasi emisi. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 37 Selain itu SBSTA juga memainkan peranan penting sebagai penghubung antara informasi ilmiah yang disediakan oleh para ahli di IPCC dan kebijakan yang berorientasi terhadap kebutuhan COP. Badan ini juga kerap meminta informasi ilmiah lainnya kepada IPCC dan juga melakukan kerjasama dengan organisasiorganisasi internasional yang relevan lainnya untuk berbagi informasi mengenai pembangunan berkelanjutan. Badan yang kedua yaitu badan pelaksana atau Subsidiary Body for Implementation (SBI). SBI bertanggung jawab dalam hal memberikan memberikan saran kepada COP dalam segala hal yang berkaitan dengan penerapan konvensi. Tugas utamanya adalah untuk menguji informasi dari inventarisasi komunikasi nasional dan inventarisasi emisi yang dikeluarkan oleh negara anggota dengan tujuan untuk menaksir efektifitas konvensi secara menyeluruh. Jika menengok sejarahnya, sepanjang COP 1 dan COP 2 hampir tidak ada kesepakatan yang berarti dalam upaya penurunan emisi GRK (Gas Rumah Kaca). Sedangkan pada COP 3, event ini menjadi ajang perjuangan negosiasi antara negara-negara Annex 1 seperti Amerika Serikat, Kanada, Inggris, Prancis, Italia, Jepang, dan Australia yang lebih dulu mengemisikan GRK (gas rumah kaca) sejak revolusi industri tahun 1850-an dengan negara-negara berkembang yang rentan terhadap perubahan iklim. “Negara-negara maju memiliki kepentingan bahwa pembangunan di negara mereka tidak dapat lepas dari konsumsi energi dari sektor kelistrikan, transportasi, dan industri. Untuk mengakomodasikan kepentingan antara kedua pihak tersebut Protokol Kyoto adalah satu-satunya kesepakatan internasional untuk http://digilib.mercubuana.ac.id/ 38 berkomitmen dalam mengurangi emisi GRK yang mengatur soal pengurangan emisi tersebut dengan lebih tegas dan terikat secara hukum,” papar Rahmat Witoelar (Ketua Dewan Nasional Perubahan Iklim Republik Indonesia) pada saat itu. Pada saat pertemuan otoritas tertinggi tahunan dalam UNFCCC ke-3 (Conference of Parties 3 - COP) yang diadakan di Kyoto (Jepang), suatu perangkat aturan yang disebut Protokol Kyoto diadopsi sebagai pendekatan untuk mengurangi emisi GRK. Kepentingan protokol tersebut adalah mengatur pengurangan emisi GRK dari semua negara-negara yang meratifikasi (mengadopsi) aturan. Protokol Kyoto ditetapkan tanggal 12 Desember 1997, kurang lebih 3 tahun setelah Konvensi Perubahan Iklim mulai menegosiasikan bagaimana negara-negara peratifikasi konvensi harus mulai menurunkan emisi GRK mereka. Negara-negara yang meratifikasi protokol ini berkomitmen untuk mengurangi emisi atau pengeluaran CO2 dan lima gas rumah kaca lainnya, atau bekerja sama dalam perdagangan emisi jika mereka menjaga jumlah atau menambah emisi gas-gas tersebut, yang telah dikaitkan dengan pemanasan global. Jika sukses diterapkan, Protokol Kyoto diprediksi akan mengurangi rata-rata suhu global antara 0,02C dan 0,28C pada tahun 2050. 4.1.2 Struktur UNFCCC Dalam menjalankan organisasi UNFCCC, diperlukan struktur organisasi yang akan menjalankan tugas dari posisi yang sudah dibuat. Berikut adalah jabatan http://digilib.mercubuana.ac.id/ 39 dan nama dari para pemangku kepentingan di UNFCCC sesuai dengan struktur organisasi yang saya lampirkan dalam lampiran: 30 Posisi Jabatan di Sekretariat UNFCCC Executive Secretary: Ms. Christiana Figueres Deputy Executive Secretary: Mr. Richard Kinley Director for Strategy: Mr. Halldor Thorgeirsson Legal Affairs (LA): Mr. Dan Bondi Ogolla, Coordinator & Principal Legal Adviser Sustainable Development Mechanisms programme (SDM): Mr. John Kilani, Director Mitigation, Data and Analysis programme (MDA): Mr. Donald Cooper, Coordinator Finance, Technology and Capacity Building programme (FTC):Ms. Dechen Tsering, Coordinator and UNFCCC Gender Focal Point Adaptation programme (AP): Mr. Youssef Nassef, Coordinator Conference Affairs Services (CAS): Ms. Salwa Dallalah, Coordinator Communications and Outreach (CO): Mr. Nick Nuttall, Coordinator Information Technology Services (ITS): Mr. James Grabert, Officer-In-Charge Administrative Services programme (AS): Ms. Joan Sawe, Coordinator 4.2 Hasil Penelitian Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data melalui wawancara, observasi, dan tinjauan pustakan dari sumber-sumber terkait. Untuk teknik wawancara dimana dilakukan kepada lima orang narasumber dan berdasarkan hasil observasi lapangan yang di lakukan oleh peneliti maka hasil yang 30 http://unfccc.org http://digilib.mercubuana.ac.id/ 40 diperoleh oleh peneliti adalah sesuai dengan rumusan masalah yang telah di paparkan oleh peneliti pada BAB I yakni: peneliti membahas tentang Peran Delegasi Pemuda Indonesia UNFCCC dan bagaimana cara delegasi pemuda dalam menyampaikan pesan perubahan iklim agar dapat diterima oleh audience atau followers-nya melalui media sosial Twitter. Pada penelitian tersebut peneliti menggunakan 2 key informan dan 3 informan. Kedua key informan yang dipilih oleh peneliti merupakan perwakilan pemuda Indonesia yang telah mengikuti UNFCCC dan aktif menggunakan media sosial twitter dalam mengkomunikasikan perubahan iklim. Key informan pertama adalah Rica Martyna yang merupakan delegasi pemuda Indonesia yang telah mengikuti dua kali UNFCCC yaitu UNFCCC COP 16 di Cancun, Mexico pada tahun 2010 dan UNFCCC COP 18 di Doha, Qatar pada tahun 2012. Key informan kedua adalah Mia Oenoto yang merupakan delegasi pemuda Indonesia yang telah mengikuti dua kali UNFCCC yaitu UNFCCC COP 20 di Lima, Peru pada tahun 2014 dan UNFCCC COP 21 di Paris, Perancis pada tahun 2015. Sedangkan tiga informan antara lain: informan pertama ibu Amanda Katili Niode, Ph.D yang saat ini merupakan Ketua Tim Ahli Kantor Utusan Khusus Presiden untuk Pengendalian Perubahan Iklim, Manager The Climate Reality Project Indonesia, dan salah satu pembimbing untuk delegasi pemuda Indonesia yang mengikuti ke UNFCCC. Informan kedua adalah ibu Emila Bassar, yang merupakan ahli komunikasi bidang perubahan iklim dan merupakan dosen di Universitas Mercu Buana serta Universitas Indonesia, dan informan ketiga adalah Mirantha Kristanty yang merupakan salah satu delegasi pemuda yang tertarik mengikuti perkembangan http://digilib.mercubuana.ac.id/ 41 komunikasi perubahan iklim setelah menjadi followers dari Rica Martyna serta followers dari Mia Oenoto untuk mengikuti perkembangan UNFCCC COP 21 yang sudah terlaksana di Paris tahun 2015. 4.2.1 Latar Belakang dan Bagaimana Cara Delegasi Pemuda Dapat Mengikuti UNFCCC Para Delegasi pemuda Indonesia memiliki latar belakang dan cara mendapatkan informasi yang berbeda-beda dalam mengikuti UNFCCC. Seperti yang telah diungkapkan ketika diwawancarai oleh peneliti pada tanggal 7 Januari 2016 di Jakarta, key informan pertama mengungkapkan: “Latar belakang saya mengikuti UNFCCC: Yang pertama untuk saya sendiri, Saya memiliki keinginan untuk menambah pengetahuan terutama pengetahuan perubahan iklim dan lingkungan, dan juga saya ingin membangun relasi saya dalam berkegiatan diperubahan iklim khususnya dalam lingkup pengambilan kebijakan karena di UNFCC, yang kita temu adalah orang-orang yang mengambil keputusan kebijakan atau stakeholders dan juga kegiatan-kegiatan regional pemuda, dan juga disana saya dapat bertemu dengan teman-teman saya sesama aktivis lingkungan dan aktifis perubahan iklim untuk bersama bergabung dan bekerjasama. Dan menurut saya UNFCCC adalah salah satu event terbesar yang dapat mempertemukan saya dengan aktivis tersebut hal ini yang memotivasi saya untuk mengikuti kegiatan UNFCCC.” Dalam mengetahui UNFCCC key informan pertama mengungkapkan: “Kalau UNFCCC sendiri saya mengetahuinya lewat berita dan media sosial. Namun ketika saya mulai bergabung untuk mengikuti UNFCCC saya mendapatkan informasinya dari Kepalah Sekolah saya di SMA Negeri 2 Balige, Sumatera Utara.” Sedangkan latar belakang key informan kedua ketika ditemui peneliti di UNFCCC COP 21 di Paris pada tanggal 11 Desember 2015, mengungkapkan: http://digilib.mercubuana.ac.id/ 42 “Latar belakang saya mengikuti UNFCCC ini adalah: Pertama-tama saya ingin memonitor jalannya negosiasi selama COP 21 di Paris ini. Hal utama saya hadir dalam proses negosiasi ini secara tidak langsung seperti mewakili teman-teman pemuda seperti saya. Selain itu proses negosiasi yang saya ikuti ini sebagai suatu jalan bahwa proses negosiasi juga transparan bagi young generation (generasi muda) baik yang ada di Indonesia dan Cina. Dari pengalaman negosiasi ini saya ingin sharing kemereka bahwa betapa susahnya proses negosiasi itu dan juga sebagai pembelajaran bagi saya.” Dalam mengetahui UNFCCC Key informan kedua, mengungkapkan: “Aku tahu masalah pertemuan internasional ini ketika dulu waktu magang di DNPI (Dewan Nasional Perubahan Iklim) disana orang-orang yang bekerja di DNPI menginformasikan saya tentang masalah COP (Converence of the Parties) yang diselenggarakan dibawah UNFCCC. Saat itu, sebenarnya saya lebih tahu masalah COY (Conference of Youth). sehingga saya mencari tahu mencari lebih banyak informasi di internet, google.. kemudian mempelajari dokumen-dokumennya sehingga jadi tahu mengenai pertemuan internasional. UNFCCC ini ternyata konferensi climate change yang diselenggarakan pertahun dimana seperti pertemuan internasional. Yang dihadiri seluruh negara termasuk dalam United Nation. Karena tertarik akhirnya saya mendapatkan rekomendasi dari salah satu manager di DNPI untuk mengikuti UNFCCC ini.” Menurut kedua key informan yang telah disampaikan diatas setiap delegaso pemuda memiliki alasan latar belakang yang berbeda dalam mengikuti UNFCCC. Key informan pertama memiliki latar belakang mengikuti UNFCCC karena ingin menambah pengetahuan dan relasi dalam berkegiatan di perubahan iklim khususnya dalam lingkup pengambilan kebijakan dan juga kegiatan – kegiatan regional pemuda. Sedangkan key informan kedua yang saat ini sedang menyelesaikan kuliah di Jiatong – Liverpool University di Suzhou - China memiliki latar belakang yang lebih spesifik yaitu ingin memonitor jalannya proses negosiasi http://digilib.mercubuana.ac.id/ 43 dan nantinya dari pengalaman tersebut dapat disampaikan kepada pemuda lainya khususnya di Indonesia dan China. Dari rekomendasi dan informasi yang telah didapat serta telah melalui tahap seleksi akhirnya key informan pertama mendapatkan kesempatan untuk mengikuti UNFCCC COP 16 di Cancun, Mexico pada tahun 2010 bersama 8 delegasi pemuda dan UNFCCC COP 18 di Doha, Qatar pada tahun 2012 bersama 5 delegasi pemuda. Kesempatan mengikuti dua kali UNFCCC juga dialami oleh key informan kedua. Key informan ke dua mengikuti UNFCCC COP 20 di Lima, Peru pada tahun 2014 bersama dua delegasi pemuda dan UNFCCC COP 21 di Paris, Perancis pada tahun 2015 bersama 6 delegasi pemuda. Informasi yang telah disampaikan oleh key informan mengenai awal keterlibatan mereka dapat mengikuti UNFCCC dibenarkan oleh informan pertama yang merupakan salah satu delegasi Republik Indonesia dan secara resmi terlibat dalam pengiriman pemuda Indonesia ke pertemuan UNFCCC sejak tahun 2009 ketika mengikuti United Nations Convention on Climate Change Converence of the Parties (UNFCCC - COP) ke 15 di Copenhagen. Mengungkapkan: “Tentunya harus mulai seleksi, karena tidak mungkin kita asal mengirimkan saja dan pasti akan lebih banyak peminat dari pada tempat yang tersedia. Jadi memang dilakukan seleksi. ketika pertama kali kami mengirimkan delegasi pemuda kami menghubungi tokoh-tokoh masyarakat di provinsi maupun di kantor-kantor pemerintah dan di kantor-kantor organisasi pemerintah untuk mengusulkan dan meminta agar mereka mengusulkan nama-nama untuk dicalonkan sebagai anggota delegasi dan mencari tahu alasan mengapa mereka dicalonkan.” Sebelum mengikuti suatu kegiatan internasional seperti UNFCCC tentunya ada persiapan yang perlu dilakukan oleh delegasi pemuda. Sebelum http://digilib.mercubuana.ac.id/ 44 mengikuti UNFCCC key informan pertama memiliki persiapan seperti: mendengarkan arahan dan pelatihan, untuk persiapan pribadi biasanya saya membaca artikel dan melakukan persiapan materi yang akan saya bawa ke event. Sedangkan Key Informan kedua yang masih melanjutkan kuliah di salah perguruan tinggi di China tidak memiliki persiapan matang hanya membaca dokumen yang diberikan oleh delegasi RI yang telah mengikuti UNFCCC lebih dari 15 tahun. Seperti yang dikemukan oleh key informan pertama ini: “Ya, kami mendapatkan arahan dan persiapan dari DNPI (Dewan Nasional Perubahan Iklim) sebagai Delegasi Republik Indonesia di Jakarta, untuk persiapan pribadi biasanya saya membaca artikel dan melakukan persiapan materi yang akan saya bawa ke event.” Seperti yang dikemukan oleh key informan kedua ini: “Untuk persiapan mengikuti UNFCCC saya tidak mendapatkan arahan dan persiapan khusus. Saya hanya dikirim saja oleh ibu Kuki selaku satu Negotiatior untuk membaca dokumen hasil ADP dari di Lima tahun lalu dan juga hasil ADP dari pertemuan Bonn di Jerman, Juni Juli kemarin. Kemudian saya membaca dokumen-dokumen yang sudah di buat saja yang baru terutama yang ADP dan juga SPA dan hanya sebagai basic general information.” Setiap delegasi pemuda memiliki persiapan yang berbeda-beda. Walaupun berbeda-beda para delegasi pemuda tetap memiliki persiapan sebagai bekal mengikuti UNFCCC. Hal ini dikarenakan pembekalan itu penting. Pembekalan sebelum mengikuti UNFCCC yang diberikan kepada para calon anggota delegasi pemuda bertujuan agar, delegasi pemuda dapat berinteraksi dengan para pemuda dari berbagai negara dan dapat mengikuti jalannya acara UNFCCC serta membuat laporan setelah mengikuti UNFCCC. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 45 Seperti yang diungkapkan oleh informan pertama: “Sebelum berangkat biasanya diadakan pembekalan, jadi pembekalan ini dibagi menjadi beberapa kategori. Yang pertama adalah kesehatan itu yang paling penting karena percuma jika ikut tidak sehat. Kemudian yang kedua tentunya secara substansi, substansi perubahan iklim. kemudian yang ketiga adalah pembekalan budaya. Kemudian yang berikutnya adalah pelatihan diplomasi. Jadi pentingnya diberikan pembekalan seperti itu dengan harapan sebelum berangkat mereka juga mempersiapkan diri. Kemudian ketika mereka sudah tiba di tempat tujuan tentunya tidak dilepas begitu saja, karena ketika pembekalan sudah diajarkan dan diberitahu nanti disana ada apa?, dan apa yang diharapkan dari mereka. Biasanya yang diharapkan itu adalah mereka berinteraksi dengan para pemuda-pemuda dari berbagai negara, kemudian juga membantu delegasi Indonesia, jadi delegasi yang bukan pemuda, delegasi-delegasi yang memang mewakili negara dan lain sebagainya. Membantu ini bisa berarti mengikuti para negosiator, jadi ada negosiatornegosiator dari negara yang bisa mengikuti mencatatan dan lain sebagainya. Bisa juga mereka membuat acara-acara yang membawa nama baik Indonesia. Acara ini bisa juga acara budaya ataupun acaraacara yang terkait dengan komunikasi perubahan iklim. tentunya mereka harus mempunyai rasa kepercayaan diri yang tinggi dan harus mampu berbahasa Inggris karena kalau tidak mampu berbahasa Inggris bagaimana bisa berkomunikasi.” Dari beberapa pernyataan diatas tersirat bahwa rekomendasi, rasa ingin tahu yang tinggi tentang perubahan iklim dan memiliki rekomendasi dari seseorang atau lembaga yang diberikan kepada para calon delegasi dalam mengikuti suatu pertemuan serta dapat berkomunikasi dengan bahasa Inggris secara baik sangat diperlukan dan penting diperhatikan ketika ingin mengikuti pertemuan internasional. Selain itu pembekalan dan persiapan dalam mengikuti suatu pertemuan tentunya setiap delegasi pemuda memiliki persiapan yang berbeda-beda dan dapat disesuaikan oleh para delegasi pemuda yang ingin mengikutinya. Pembekalan diperlukan agar para delegasi pemuda tersebut dapat berinteraksi dan http://digilib.mercubuana.ac.id/ 46 berkomunikasi dengan pemuda dari berbagai negara dan secara tidak langsung dapat menjadi perwakilan diplomat muda bagi negaranya. 4.2.2. Peran Delegasi Pemuda Mengikuti UNFCCC Pemuda adalah pemimpin masa depan dan nantinya menjadi pemangku keputusan dimasa yang akan datang. Atas dasar itulah setiap lembaga baik pemerintah, swasta maupun lembaga swadaya masyarakat sudah mulai mengikut sertakan pemuda untuk terut serta dalam kegiatan yang mereka adakan. Salah satu lembaga yang menjalankan hal itu adalah. Sekretariat UNFCCC menghimbau agar para negara-negara yang mengirimkan delegasi dapat mengirimkan pemudapemudanya untuk turut serta dalam UNFCCC. Indonesia resmi melibatkan delegasi pemuda untuk mengikuti UNFCCC sejak tahun 2010. Peran delegasi pemuda yang diikut sertakan dalam UNFCCC diharapkan dapat membantu pemimpin dunia dalam mengkomunikasikan perubahan iklim di negara masing-masing. Key informan pertama mengungkapkan: “Pemuda sebagai media action pemangku kebijakan dalam mensosialisasikan hasil kesepakatan, pemuda menjadi bagian dari sumber pengambilan keputusan yaitu mendengarkan pendapat, pemuda sebagai pewaris masa depan, pemuda menjadi supporting system, yaitu membantu pemangku kebijakan dalam melakukan aksi dan menyebarluaskan isu perubahan iklim di seluruh pelosok daerah.” Key informan kedua mengungkapkan: “Pastinya ia tetapi anak-anak muda di sini tidak bisa hanya berharap. Harus lewat demosntrasi lah, atau memberikan kritik melalui artikel di media public. Dan pastinya peran pemuda sangat diperlukan karena mereka sangat kreatif dalam mengajak anak-anak muda dan orang dewasa lainnya dinegara mereka untuk peduli terhadap climate change ini.” http://digilib.mercubuana.ac.id/ 47 Informan pertama mengungkapkan: “Jadi kita tidak langsung melihat pengaruh pemuda langsung kepemimpin dunia, karena ini kita melihatnya sebagai para pemangku kepentingan atau stakeholders jadi banyak faktor-faktor yang bisa mempengaruhi pemimpin dunia tetapi cara mengukurnya itu agak susah karena harus ada interaksi jadi interaksi berbagai pihak, jadi kita tidak tahu apakah seorang presiden disuatu negara mengeluarkan suatu kebijakan hanya karena dia sudah berinteraksi dengan pemuda misalnya. Tetapi kita tahu bahwa jika pemuda ini melakukan kegiatan-kegiatan yang menarik perhatian dan masuk akal misalnya itu bisa menjadi perhatian banyak orang dan bisa jadi juga menjadi masukan bagi para pemimpin dunia ini. Para pemimpin dunia ini dia bisa melihat sendiri, dia bisa mendapat masukan, atau dia bisa diajak terlibat dalam kegiatan-kegiatan pemuda jadi contohnya ada beberapa pemuda membuat video clip yang dimasukan ke youtube, yang kemudian mereka sebarkan melalui media sosial isisnya adalah himbauan mereka kepada para pemimpin dunia untuk memperhatikan masalah perubahan iklim ini maupun untuk mencari solusinya. Karena biasanya kegiatan pemuda itu menarik, tidak monoton dan kreatif ini yang diharapkan bisa menarik banyak perhatian termasuk para pemimpin dunia ini.” Informan kedua mengungkapkan: “Ia, Karena saya punya keyakinan bahwa kelak mereka itu bisa menjadi orang-orang yang memotivasi dan bahkan menjadi inspirasi bagi anak muda untuk kegiatan-kegiatan penanganan perubahan iklim di Indonesia begitu..., dan mereka juga bisa punya kontribusi sebenarnya melalui berbagai kegiatan yang melibatkan anak-anak muda di Indonesia.” Informan ketiga mengungkapkan: “Ya, karena menurut saya pemuda yang mengikuti UNFCCC orang-orang yang terpilih yang nantinya dengan ide kreatif dan kegiatan yang telah mereka lakukan dapat memberikan masukan kepada pemimpin dunia untuk mengkomunikasikan perubahan iklim terutama untuk anak muda.” http://digilib.mercubuana.ac.id/ 48 Menurut key informan dan informan yang diwawancarai peneliti, peran delegasi pemuda dalam mengikuti UNFCCC dapat membantu pemimpin dunia dalam mengkomunikasikan perubahan iklim di negaranya masing-masing. Tetapi dalam hal tersebut peran delegasi pemuda tidak dapat terlihat langsung dalam membantu pengambilan keputusan bagi pemimpin dunia. Perlu adanya proses yang harus dilalui oleh pemuda seperti: melakukan aksi nyata yang kreatif, membantu melakukan media action untuk mensosialisasikan perubahan iklim kepada masyarakat luas, serta mendukung keputusan yang telah diambil pemimpin dunia merupakan cara yang dapat dilakukan pemuda dalam hal ini. 4.2.3. Mengkomunikasikan Perubahan Iklim Melalui Media Sosial Twitter Setelah mengikuti UNFCCC delegasi pemuda tentunya mengetahui informasi terbaru, mendapatkan kesempatan untuk menambah dan berjejaring dengan delegasi negara-negara lain, dapat membantu delegasi Republik Indonesia, dan dapat mengubah pola hidup agar lebih eco friendly. Sepulangnya dari UNFCCC delegasi pemuda diharapkan dapat berperan seperti public relations dalam mengkomunikasikan perubahan iklim dan pengalaman yang mereka dapat kepada masyarakat luas khususnya pemuda di negaranya masing-masing. Menurut key informan pertama setelah mengikuti UNFCCC sebagai delegasi pemuda mendapatkan pengetahuan yang banyak tentang kegiatan yang berkaitan dengan kepedulian dunia terhadap climate change, mendapatkan kesempatan baru untuk mengikuti kegiatan lainnya baik di Indonesia dan di luar negeri, serta menambah relasi. Seperti yang diungkapkan oleh key informan pertama kepada peneliti: http://digilib.mercubuana.ac.id/ 49 “Saya mendapatkan pengetahuan yang banyak terutama tentang kegiatan-kegiatan peningkatan climate change awareness di dunia. Saya mendapatkan teman dan relasi baru dalam mendukung kegiatan saya dan teman-teman lainnya di Indonesia. Saya mendapatkan kesempatan baru lagi dalam mengikuti kegiatan lainnya baik di Indonesia dan di luar negeri. Saya mendapatkan kesempatan untuk langsung berdialog dengan tokoh baik Indonesia dan Dunia dalam isu perubahan iklim.” Key informan kedua mengungkapkan: “Setelah mengikuti UNFCCC ini secara tidak langsung dan otomatis saya memperoleh skill-skill negosiasi baik dari delegasi Indonesia maupun dari delegasi negara maju seperti Europian Union, USA, kemudian juga saya lebih mengerti isu-isu permasalahan dari negara-negara yang list devoloping country, yang mungkin lebih sentimental saya mengetahui semua proses itu dan yang kedua pasti nya memiliki lebih banyak memiliki koneksi secara internasional, memiliki kenalan relasi internasional dan bisa belajar banyak dengan mereka yang sudan berpengalaman jauh lebih banyak apalagi yang sudah mengikuti COP selama 20 tahun itu sangat bagus dan sangat berguna bagi saya untuk memperoleh ilmu dari dia. Yang terakhir saya lebih bisa melatih kepercayaan diri dan keberanian lagi.” Menurut key informan kedua setelah mengikuti UNFCCC secara tidak langsung mendapatkan pengetahuan negosiasi dari berbagai negara, menambah networking untuk berjejaring, serta dapat berlajar dari para negosiator handal yang sudah berpengalaman mengikuti UNFCCC selama 20 tahun. Agar pengalaman yang telah diterima delegasi pemuda mengikuti UNFCCC dapat di ketahui masyarakat luas, delegasi pemuda harus mengkomunikasinnya dengan berbagai cara seperti: melalui media sosial, media online atau berkomunikasi secara langsung kepada para audience. Tujuannya perlu diadakan komunikasi dengan berbagai cara tersebut, agar delegasi pemuda dapat http://digilib.mercubuana.ac.id/ 50 mengetahui apakah pengalaman yang mereka dapat sudah diketahui dan dapat diterima dengan baik oleh masyarakat khusus nya kepada pemuda. Key informan pertama mengungkapkan: “Saya menuis blog dan artikel terkait. Saya mengikuti kegiatan pemuda dan sharing pada kesempatan-kesempatan yang diberikan di dukung oleh Dewan Nasional Perubahan iklim). Saya menyebarkan ilmu dan pengalaman saya di kampus dan organisasi saya. Saya menggunakan sosial media seperti facebook, instagram dan twitter untuk berbagi informasi dan mengajak para followers saya untuk turut serta dalam mengkomunikasikan dan melakukan kegiatan untuk mengurangi dampak perubahan iklim.” Key informan kedua mengungkapkan: “Kalau di Indonesia sebenarnya saya belum begitu engaged karena mungkin belum menemukan platfrom yang tepat saja tetapi saya memiliki media sosial twitter, facebook, path dan instagram untuk berinteraksi dan mengikuti seminar-seminar. Namun kalau di China informasi yang saya miliki dapat di ulas di media nasional kaya china daily, koran di shuazin sebenarnya itu lumayan luas karena staff marketing universitas saya lumayan mendukung dan pastinya universitas saya dan departemen inveromental sience di Universitas saya sangat mendukung jadi mereka akan mengadakan seminar, open syposium atau mungkin semacam conference dan lectures yang akan dihadiri dan mungkin dipimpin oleh saya dan kemudian berbagi pengalaman di sana dan pastinya akan dimasukan kedalam artikel, video blog dan youtube semacam itu dan pastinya banyak banget bantuan dari universitas untuk lebih membagikan secara luas informasi, dan pengalaman yang saya peroleh di COP 21 ini.” Dari hasil wawancara peneliti dengan kedua key informan terdapat beberapa perbedaan dan persamaan hal ini dikarenakan kedua key informan tersebut saat ini tinggal di negara yang berbeda sehingga mereka harus menyesesuaikan dengan kapasitas tempat dan audience. Key informan pertama yang tinggal di http://digilib.mercubuana.ac.id/ 51 Indonesia menggunakan media sosial seperti: blog, facebook, instagram., mengikuti kegiatan-kegiatan pemuda seperti seminar dan diskusi. Menurut key informan kedua menggunakan cara yang lebih luas karena target audience nya adalah Indonesia dan China. Jika di Indonesia komunikasi yang digunakan lebih sering menggunakan media sosial seperti facebook, twitter dan path, menghadiri seminar sedangkan key informan kedua selain menggunakan media sosial juga mendapat bantuan dari marketing universitasnya dalam mengirimkan tulisan, mengadakan seminar, conference, lecture dan dibagikan kedalam artikel dikoran, video blog dan youtube. Hal ini dibenarkan oleh informan pertama setelah mengikuti UNFCCC para delegasi tersebut diharapkan dapat berbagai pengalamannya dan mengkomunikasikan kepada masyarakat luas, seperti yang diungkapkan informan pertama: “Kemudian setelah kembali, idealnya itu mereka juga harus berbagi pengalaman mereka kepada teman-temannya. Bagus kalau bisa mereka sendiri yang inisiasi bisa melalui berbagai organisasi, baik organisasiorganisasi pemuda maupun kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan oleh pemerintah, perusahaan, lembaga swadaya masyarakat maupun media. Misalnya ada pameran perubahan iklim atau ada festival perubahan iklim, atau pameran lingkungan, pekan lingkungan, baik itu ditingkat lokal dikota mereka, ditingkat universitas, tingkat nasional maupun tingkat internasional.” Di era globalisasi penyebaran informasi melalui media sosial menjadi pilihan terpopuler. Beberapa media sosial yang banyak digunakan adalah facebook, twitter, path dan instagram. Media tersebut memiliki kekurangan dan kelebihan yang berbeda-beda. Dalam menggunakan media sosial twitter misalnya, pengguna http://digilib.mercubuana.ac.id/ 52 dituntut untuk berpikir lebih kreatif hal ini dikarenaka jumlan karakter yang digunakan per satu kali posting di timeline adalah menggunakan 140 karakter maksimumnya. Sehingga agar informasi yang ingin disebarkan dapat diterima dengan baik oleh followers atau pembaca maka para pemilik akun tidak sedikit yang menggunakan link dan menulisnya secara singkat-singkat dengan pengirimannya secara berurutan dengan menggunakan angka 1.. 2.. 3.. dan seterusnya serta informasi dari twitter dapat di share dengan menggunakan link kedalam media sosial lainnya atau sebaliknya sebagai contoh: informasi di twitter dapat di bagikan ke akun facebook, informasi dari instagram dapat di bagikan ke akun twitter yang kita miliki. Dalam mengkomunikasikann perubahan iklim para delegasi pemuda Indonesia yang mengikuti menggunakan sosial media twitter. Twitter mereka gunakan karena menurut key informan pertama: “Twitter digunakan untuk menulis tips misalkan bagaimana hidup lebih eco friendly, dan kegiatan apa saja yang sudah saya lakukan, terutama untuk ketika saya post foto di Instagram saya juga dapat link kan ke twitter saya, jadi menurut saya twitter lebih mudah dan membuat penggunanya lebih kreatif.” Gambar 4.2: Salah satu cara key informan menyebarkan informasi aktivitasnya dengan menggunakan 2 media sosial yaitu: twitter dan instagram. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 53 Key informan kedua berpendapat: “Twitter lebih ke short quates yang mungkin ngena bagi mereka dan mereka jadi lebih penasaran lagi isu ini dan kemudian bisa dihubungkan ke link yang nyambung ke facebook atau website yang berhubungan dengan artikel terkait perubahan iklim seperti kebakaran hutan.” Ketertarikan kedua key informan menggunakan twitter ketika mengkomunikasikan perubahan iklim karena dalam menggunakan twitter, key informan dapat digunakan untuk mengirimkan tips, short quates dan berpikir kreatif dalam mengoptimalkan mengkomunikasikan perubahan iklim dan dapat menghubungkan akun twitter yang dimiliki dengan media sosial lainnya serta website yang berhubungan dengan artikel terkait perubahan iklim. Key informan pertama mengungkapkan: “Dengan mengasih link yang dihubungkan ke media sosial saya lainnya. Misalkan saya post di facebook tetapi saya link kan juga ke twitter saya juga, begitu pula sebaliknya. Di twitter itu kita dapat follow orang-orang atau stakeholders yang terkait perubahan iklim seperti: @unfccc sehingga saya bisa retweet dan menyebar luaskan pesan itu kepada followers saya. Selanjutnya saya bisa repost, retweet dari kegiatan-kegiatan perubahan iklim yang saya ikuti.” Maksud dari key informan pertama dengan menggunakan twitter key informan dapat menghubungkan informasi yang di kirimkan ke twitter dengan ke akun media sosial lainnya. Untuk mendapatkan berita terbaru key informan mengikuti berita dari akun perubahan iklim yang terkenal seperti akun @unfccc yang dimiliki oleh United Nations Framework Convention on Climate Change. Dari kegiatan tersebut diharapkan semua informasi yang key informan berikan dapat diterima dengan baik oleh followers. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 54 Key informan kedua mengungkapkan: “Lebih sering pakai, lebih sering retweet, mem-follow @neogeographic, terus @greenpeace @unfccc, terus bisa share link diline atau we chat. karena link yang saya share dari twitter, sehingga mereka mengetahui twitter masih aktif dan sering digunakan.” Maksud dari key informan kedua tersebut dengan aktif dan sering mengupdate informasi melalui twitter dan menghubungkan dengan menggunakan link antara media sosial yang di miliki dapat membuat twitter kita di ikuti para pemilik akun twitter lainnya atau yang lebih di kenal dengan istilah followers. Selain itu key informan juga mem-follow beberapa akun yang sering mengkomunikasikan perubahan iklim seperti @neogeographic dan @greenpeace untuk mendapatkan update dengan cara me-retweet atau mengulang informasi yang sudah disebarkan oleh akun lain. Gambar 4.3: Informasi hasil negosiasi yang disampaikan key informan kedua kepada followers melalui akun twitter pribadinya Aktif atau tidaknya media sosial twitter menjadi salah satu faktor pesan perubahan iklim yang disampaikan key informan dapat diterima dengan baik oleh para followers. Dalam penelitian ini peneliti melakukan pengamatan dan mencocokan dan menanyakan secara langsung apakah perwakilan delegasi pemuda http://digilib.mercubuana.ac.id/ 55 tersebut aktif dalam mengkomunikasikan perubahan iklim dan berapa kali mereka berbagai informasi perubahan iklim melalui media sosial twitter dalam satu minggu. Key informan pertama mengungkapkan: “Dalam satu minggu saya memposting 2-3 kali informasi mengenai perubahan iklim.” Key informan kedua mengungkapkan: “Sebelum ke China sering sekali, sekali bisa 10 kali. Tetapi sejak di China karena twitter di blok mungkin hanya sekitar 2-10 kali dalam seminggu.” Gambar 4.4: Timeline key informan pertama dalam 1 minggu memposting 2-3 Informasi mengenai perubahan iklim untuk mengkomunikasikan perubahan iklim kepada followers. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 56 Gambar 4.5: Key informan kedua dalam 1 minggu memposting 2-10 informasi perubahan ikim untuk mengkomunikasikan perubahan iklim kepada followers. Cara delegasi key informan mengkomunikasian pesan mengenai perubahan iklim memiliki perbedaan dalam frekuensi dan respond dari para followers. Peneliti melihat key informan pertama cara mengkomunikasikan pesan perubahan iklim dengan meretweet kegiatan yang telah dilakukan komunitas yang http://digilib.mercubuana.ac.id/ 57 diikutinya, sedangkan key informan kedua mengkomunikasikan pesan perubahan iklim sesuai perkembangan UNFCCC yang dia ikuti seperti yang terlihat dari gambar 4.4 dan 4.5. Dari kegiatan penggunaan media sosial yang digunakan oleh kedua key informan, para informan yang mengikuti perkembangan komunikasi perubahan iklim dari kedua key informan, berpendapat: Informan pertama mengungkapkan: “saya tidak bisa mengatakan mereka harus bagaimana karena sebagai generasi muda tentunya mereka lebih updated dan lebih mengetahui yang bisa kami, tim lakukan adalah mendorong mereka untuk membicarakan atau menggali potensi sosial media ini dalam komunikasi perubahan iklim jadi bukan saya yang mengarahkan tetapi mungkin saya bisa provokasi apa yang mereka bisa lakukan jika ingin menggunakan media seperti twitter, dan memang ini harus terus menerus diajak, atau terus menerus berkomunikasi karena masing-masing memiliki kesibukan sendiri yang jika tidak dikumpulkan atau jika tidak ditanya atau tidak di email dan lain sebagainya hilang. Itu memang human nature memang sifat manusia dan menariknya adalah jika ada kegiatan atau ada sesuatu bisa merasang minat mereka tentunya dengan senang hati mereka dapat berpartisipasi.” Maksud dari informan pertama adalah delegasi pemuda lebih update dalam mengikuti perkembangan zaman. Salah satunya dalam menggunakan media sosial seperti twitter. Yang bisa informan lakukan sebagai pembimbing adalah mendorong key informan bukan hanya mengarahkan tetapi memprovokasikan dalam mengkomunikasikan perubahan iklim seperti dalam menggunakan media sosial dan terus mengajak mereka untuk turut serta aktif dan selalu berkomunikasi dengan key informan. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 58 Informan kedua mengungkapkan: “yang paling penting adalah bagaimana kita melakukan monitoring dan evaluasi terhadap media sosial dan dilakukan secara rutin. Sifatnya dapat dealiy, weekley atau montly. Tergantung dari kebutuhan dan kemampuan dari organisasi jadi itu harus dilakukan. Jadi kita tahu, sehingga kita terus meningkatkan pemanfaatan itu secara optimal, efektif dan efesien. Paling penting itu jangan lupa twitter itu potensial audience nya adalah seluruh dunia tapi juga jangan lupa target kita siapa? Kalau target sasaran kita itu anak muda Indonesia, maka saran saya ada dua yang pertama adalah menulis dengan english version, yang kedua adalah menulis dengan Indonesian version. Kalau misalnya tidak bisa menggunakan english version atau dua bahasa, tidak apa-apa satu saja, tapi jangan semua menggunakan pakai bahasa Inggris. Contohnya akun @borneoorangutan yang dimilki oleh Orangutan Conservation Foundation menggunakan dua bahasa, yaitu bahasa Indonesia dan bahasa inggris di tampilkan secara berganti-gantian. Jadi orang-orang yang memiliki kemampuan bahasa Inggris terbatas atau mungkin tidak mengerti, dia bisa ikuti terus isu-isu perubahan iklim terutama dengan ketertarikan anak muda. Jika ingin membuat hastag harus sudah dipikirin jauh-jauh hari yaitu yang simple 2 atau 3 kata tetapi mudah di ingat dan sesuai dengan tema kegiatan yang akan dilakukan sehingga orang langsung sadar dengan perubahan iklim.” Maksud dari informan kedua adalah key informan diharapkan selalu melakukan monitoring dan evaluasi terhadap sosial media yang digunakan secara rutin. Cara penggunaannya boleh bersifat harian, mingguan atau bulanan. Selain itu penggunaan dua bahasa sangat diperlukan yaitu bahasa Indonesia dan bahasa Inggris dapat disesuaikan dengan kebutuhan karena berkomunikasi dengan twitter memiliki potensial audiece atau followers dari seluruh dunia. Jika informasi perubahan iklim yang telah dilakukan key informan dapat menjadi perhatian publik informan kedua menyarankan menggunakan hastag (#) yang harus sudah dipikirin jauh-jauh hari dan menggunakan 2 atau 3 kata yang simple tetapi mudah di ingat dan sesuai dengan tema kegiatan yang akan dilakukan sehingga orang langsung sadar dengan perubahan iklim.” http://digilib.mercubuana.ac.id/ 59 Informan ketiga mengungkapkan: “Selalu update perkembangan terbaru dalam permasalahan dan juga solusi dalam perubahan iklim. Menggunakan tulisan yang catchy dalam dua bahasa. Dan juga bukan sekedar tulisan tapi sebagai aksi nyata.” Maksud dari informan ketiga adalah menggunakan twitter secara optimal seperti key informan diharapkan selalu update. Menggunakan tulisan yang menarik baik dalam bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris. Tetapi yang lebih penting adanya aksi nyata selain menyampaikan pesan perubahan iklim melalui melalui media sosial twitter. Delegasi pemuda yang mengikuti UNFCCC saat ini sesuai pengamatan peneliti telah berkomunikasi melalui berbagai media seperti media online dan cetak dengan membuat artikel, sosial media seperti twitter, path, facebook, instagram dan melakukan aksi nyata walaupun sejauh ini belum adanya monitoring atau evaluasi secara rutin dari komunikasi yang sudah dilakukan. Apa yang dilakukan delegasi pemuda tersebut dalam mengkomunikasikan perubahan iklim diketahui berhasil atau tidaknya harus dapat dilihat dari respond yang di terima oleh komunikan dalam hal ini adalah followers dari akun kedua key informan. Untuk mengetahuinya para followers dapat mengirimkan respond secara langsung seperti: mengikuti kegiatankegiatan yang key informan lakukan. Sedangkan secara tidak langsung seperti membaca secara rutin informasi yang telah disebarkan key informan dan mengirimkan informasi kepada key informan melalui foto atau tulisan dari kegiatan yang mereka lakukan. Menurut key informan pertama komunikasi yang telah di lakukan sudah cukup baik karena para followers dari akun pribadi maupun akun organisasi yang http://digilib.mercubuana.ac.id/ 60 dia gunakan memberikan tanggapan secara langsung seperti: beberapa followers ada yang terinspirasi dari pesan dan kegiatan yang telah dilakukan oleh key informan atau hanya memberikan komentar secara langsung tanpa mengikuti aksi atau informasi secara nyata yang telah dilakukan. Seperti yang diungkapkan key informan pertama: “ketika saya menge post sesuatu tentang twitter ada beberapa teman yang terinspirasi dan mengajak kerjasama untuk melakukan sesuatu aksi nyata sehingga sesorang dapat terinspirasi. Ketika saya mengepost atau meretweet tips bagaimana cara agar hidup eco friendly mereka termotovasi untuk melakukannya. Tetapi kadang juga ada yang skeptikal seperti: aah Rica sudah biasa ngepost kaya gini sudah mulai deh. Keberhasilan saya mengkomunikasin perubahan iklim melalui twitter contohnya: ketika saya menyampaikan manfaat penggunaan thumbler, kemudian saya dan teman-teman menjualnya melalui twitter dan kemudian laku terjual karena orang sudah mulai menyadari lebih bahwa penggunaan thumbler lebih eco friendly dari pada menggunakan plastik botol.” Key informan kedua mengungkapkan: “Biasanya mereka respond yang positif banyak yang retweet, atau mereka lebih banyak tahu lagi masalah info-info dan mengikuti follow seperti contohnya COP 21, bisa ikuti juga misalnya untuk teman-teman di China dan Indonesia, tapi pernah ada juga kurang baik itu ketika aku retweet apa terus aku mentweet untuk aku buat suatu statment contoh: “Climate Reality is not espeliation” kemudia tiba-tiba ada yang reply kaya answered I desegree with your statement and something.. tapi menurut aku hal seperti itu lebih aku cari agar bisa dibuat debate atau suatu conversation sehingga ada tukar pengalaman juga untuk tukaran informasi karena mungkin informasi yang aku tahu belum tentu mungkin bener dan aku jadi bisa memperbaiki diri dan aku bisa mempelajari halhal yang kurang baik bisa jadi yang lebih baik.” Menurut key informan kedua respond yang diberikan oleh followers baru menjawab quote dan bertukar informasi dan menjadi pembelajaran bagi diri sendiri. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 61 Para informan yang di wawancarai peneliti memiliki tanggapan yang berbeda terkait komunikasi perubahan iklim yang telah disampaikan oleh para delegasi pemuda kepada audience atau followers. Informan pertama mengungkapkan: “Mengkomunikasi perubahan iklim dengan baik kan ada kriterianya kalau kita berbicara angka masih belum cukup banyak contoh delegasi pemuda yang ikut ke COP itu jumlahnya mungkin tidak sampai 50 orang dalam jangka waktu lima tahun ini. Tetapi kan ada kegiatan-kegiatan dimana mereka terlibat sehingga informasinya menjadi seperti bola salju yang menggelinding contoh nya adalah youth for climate camp kegiatan yang dilakukan oleh kantor Utusan Khusus Presiden untuk Pengendalian Perubahan Iklim yang melibatkan para delegasi pemuda ini yang menjadi sumber inspirasi bagi pemuda-pemuda yang lain. Alumni dari Youth for Climate Camp ini sudah 1000 orang. Informasi yang mereka kepada teman-teman mereka seperti bola salju yang menggelinding, tetapi saya sendiri merasa ini belum cukup. Belum cukup itu dalam arti kata harus lebih banyak lagi pemuda yang terlibat dalam berbagai kegiatan dan tidak hanya melalui media sosial karena kalau kita berbicara media sosial ini hanya.. istitlah orang sananya itu just click away hanya klik karena kalau klik itu mudahkan ya.. dia mau menggunakan twitter, facebook, hanya klik.. klik.. tetapi ketika sudah terjun apakah mereka mau terjun? Itu yang menurut saya masih bisa lebih lagi ditingkatkan meskipun bukan berarti tidak ada kegiatan-kegiatan pemuda terkait perubahan iklim.” Informan kedua mengungkapkan: “Menurut saya belum, karena saya saja yang bergerak di komunikasi perubahan iklim masih jarang benar mendengarnya, apalagi orang yang tidak consen. Kita sebenarnya ingin mengetrak anak-anak muda, twitter adalah media sosial yang menurut saya bagus untuk mengetrak anak-anak muda tapi optimalisasi penggunaan twitter itu harus ditingkatkan.” Informan tiga mengungkapkan: “Sudah banyak dan dapat mengkomunikasikannya, namun masyarakat terkadang masih kurang antusias dan tidak peduli mengenai perubahan iklim. Maka lebih baik komunikasi dalam bentuk aksi nyata dari pada http://digilib.mercubuana.ac.id/ 62 sekedar atikel atau kata2 motivasi. Selain itu komunikasi yang telah dilakukan delegasi pemuda sudah berhasil contohnya seperti saya yang terinspirasi dari informasi yang disebarkan oleh Rica sehingga saya dapat mengikuti UNFCCC di 2011 dan bekerjasama dengan Rica untuk membuat kegiatan dan mengikuti pertemuan internasional lainya sepert: Asian Power Shift pada tahun 2015 di Singapore. Saya juga mengikuti perkembangan kegiatan UNFCCC COP 21 yang sudah terlaksana di Paris akhir tahun 2015. Salah satu akun yang saya ikuti adalah Mia karena dia salah satu delegasi pemuda yang mengikuti UNFCCC COP 21 dan aktif dalam mengupdate informasi UNFCCC COP 21 di akun twitternya.” Dari tanggapan yang telah disampaikan oleh para informan peneliti mengamati bahwa komunikasi yang dilakukan key inforaman sebagai delegasi pemuda memiliki tanggapan berbeda dari para informan. Kedua informan yang mengikuti secara terus menerus dan mengenal key informan berpendapat bahwa komunikasi yang telah dilakukan oleh key informan sudah cukup baik. Karena kedua informan tersebut dapat berkomunikasi langsung dan melihat secara langsung kegiatan yang sudah dilakukan oleh key informan. Sedangkan informan kedua yang merupakan pakar komunikasi yang mengamati secara tidak langsung melihat akun twitter dari key informan dalam mengkomunikasikan perubahan iklim belum cukup karena belum banyak pemuda yang mengetahuinya. Berkembangnya waktu, peran delegasi pemuda Indonesia dapat berubah sesuai minat dari tiap-tiap individu delegasi pemuda. Kemungkinan yang dapat terjadi perwakilan dari delegasi pemuda kedepannya dapat dituntut untuk menjadi public realtions dan menggunakan E-PR dalam mengkomunikasikan perubahan iklim untuk organisasi dari tempat mereka bekerja. Melalui pandangan tersebut peneliti ingin mengetahui tanggapan apa yang diberikan oleh key informan dan http://digilib.mercubuana.ac.id/ 63 informan ketika bagaimana seorang PR dalam mengkomunikasikan perubahan iklim untuk masyarakat luas menggunakan E-PR. Dalam hal tersebut key informan pertama mengungkapkan: “Seorang PR dapat mengkomunikasikan perubahan iklim dengan mencari peluang dan minat masyarakat yang menjadi objek komunikasinya serta dapat menggunakan E-PR melalui media sosial seperti yang diungkapkan Bob Julius Onggo.” Key informan kedua mengungkapkan: “Seorang PR pastinya bisa mengkomunikasikan perubahan iklim. Komunikasinya antara lain dapat menggunakan E-PR melalui media sosial. Media sosial sangat penting karena efektif contohnya di China mereka menggunakan we chat dan sangat membantu sekali, membuat platfrom sendiri seperti website, seminar yang bekerjasama dengan NGO lokal, dari sekolah, kemudian membuat training dengan pemerintah, dan membuat working group untuk mengumpulkan masa untuk edukasi dan fun contohnya buat acara glow run mereka bayar tapi untuk charity untuk perubahan iklim untuk implementasi solar panel di sekolah, lomba poster perubahan iklim, membuat lomba writing yang nantinya mendapat hadiah untuk mengikuti UNFCCC ini. Sedangkan di China saat ini banyak kesempatan tawaran untuk mengikuti enviromental science terutama bagi orang-orang yang dapat berbahasa China untuk meningkatkan kepedulian perubahan iklim sehingga hal tersebut bisa menjadi peluang bagi seorang PR untuk mengembangkan pengetahuannya.” Informan pertama, berpendapat: “Cyber PR Kalau menurut saya sendiri memang sangat berguna untuk memperluas informasi tentang perubahan iklim dan kita ditantang untuk bisa menyampaikan pesan dengan hanya maskimum 140 karakter itu merupakan suatu tantangan tentunya juga bisa ada gambar-gambar karena kita tahu bahwa a picture is work o thousond words jadi dengan melihat gambar saja, kadang nilai informasinya berlipat ganda. Tetapi saya sendiri berpendapat bahwa tidak cukup cyber PR ini karena kita harus melihat climate action. Contohnya dalam kegiatan-kegiatan The Climate Reality Project Indonesia ada istilah yang namanya act of leadership jadi tindakan kepemimpinan. Jadi act of leadership ini bisa http://digilib.mercubuana.ac.id/ 64 saja dia berbicara dengan media dia berbicara dengan para pengambil keputusan baik dari sisi eksekutif, legislatif, maupun yudikatif dia menyelenggarakan suatu acara, dia menulis artikel, dia membuat buku, dia membuat lukisan, dia membuat lagu dan lain sebagainya. Jadi perlu tahu apa saja sih kriteria-kriteria kalau dia diminta atau diharapkan untuk menjadi public relations personal yang baik terkait dengan perubahan iklim. Jadi jawabannya tidak bisa hanya satu kata.. ooww dia bisa menjadi PR yang baik tidak bisa karena harus ada kriteria-kriteria, yang harus disepakati bersama.” Informan kedua berpendapat: “PR bisa banget! Mengkomunikasikan perubahan iklim. Karena peneliti ini berkaitan dengan media sosial, jadi menurut saya twitter ok, Facebook ok, blog juga ok, kemudian juga harus ada kopdar nya. Jadi paling penting harus ada aksi nyatanya yang dapat diikuti pemuda, agar pemuda dapat berkontribusi nyata baik di tingkat lokal maupun internasional. Sedangkan sifat yang konvensional dalam mengkomunikasikan perubahan iklim misalnya media relations seperti media visit, press breafing, pasti anak muda dapat melakukannya.” Informan ketiga berpendapat: “Seorang PR dapat mengkomunikasikan perubahan iklim melalui E-PR dengan memanfaatkan media sosial dan berusaha untuk menjadi opinion leader. Menciptakan tren baru mengenai lifestyle hijau.” Dari tanggapan yang diberikan oleh key informan dan informan peneliti mengamati bahwa dengan berkembangnya waktu delegasi pemuda bisa saja dituntun menjadi seorang PR dalam mengkomunikasikan perubahan iklim dengan menggunakan E-PR. Hal tersebut dapat terjadi jika delegasi pemuda yang memilki minat menjadi seorang PR mendapatkan arahan dari pembimbing atau organisasi selain memaksimalkan penggunaan media sosial delegasi pemuda yang ingin menjadi seorang PR harus menambah ilmu pengetahuannya seperti mengikuti http://digilib.mercubuana.ac.id/ 65 pelatihan kepemimpinan seperti yang diadakan oleh The Climate Reality Project serta melakukan gaya konvensional dalam mengkomunikasikan perubahan iklim misalnya membuat media relations, media visit, press breafing dan terakhir adalah melakukan climate action secara nyata agar masyarakat bukan hanya saja menerika pesan perubahan iklim tetapi bersama-sama dapat turut berpartisipasi. 4.3 Pembahasan Sejalan berkembangnya waktu, secara langsung atau tidak langsung pemuda sejatinya memiliki peran dan fungsi strategis dalam akselerasi pembangunan dalam proses kehidupan berbangsa dan bernegara. Pemuda adalah penerus bangsa dan negara serta memiliki fungsi sebagai agen perubahan yang lebih baik di setiap bidang. Tak terkecuali dalam mengkomunikasikan perubahan iklim ke masyarakat khsusnya kepada generasi muda. Dalam mengkomunikasikan pesan perubahan iklim kepada masyarakat luas bukanlah sesuatu yang bersifat instan. Dalam berkomunikasi agar pesan yang disampaikan dapat diterima dengan baik oleh lawan bicaranya atau orang yang membaca pesannya, perlu adanya interaksi antara manusia yang satu dengan yang lain. Seperti yang diungkapkan Shannon & Weaver mendefinisikan komunikasi sebagai bentuk interaksi manusia yang saling mempengaruhi satu sama lainnya, sengaja atau tidak sengaja. Tidak terbatas pada bentuk komunikasi menggunakan bahasa verbal, tetapi juga dalam hal ekspresi muka, lukisan, seni dan teknologi. Delegasi pemuda UNFCCC secara tidak langsung memiliki fungsi dan peran seperti seorang PR. seperti yang di kutip oleh Danandjaja dari Bertram R. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 66 Canfield dalam bukunya “Public Relations Principles and Problems“ Fungsi public relations itu haruslah mencakup kepada hal sebagai berikut: 31 1. It should serve the public’s interest 2. Maintain good communication 3. And stress good morals and manners”. Artinya bahwa fungsi delegasi pemuda sebagai memiliki public relations adalah memelihara komunikasi yang baik dan menjalin hubungan dengan baik dengan publik, dan kegiatan public relations yang dijalankan haruslah menitik beratkan pada moral dan tingkah laku yang baik. Dengan begitu, tujuan delegasi pemuda yang berhubungan dengan publik dalam mengkomunikasikan pesan perubahan iklim dapat diterima dengan baik oleh publik dan followers. Peran delegsi pemuda UNFCCC dalam mengkomunikasikan perubahan iklim memiliki empat peran seperti peran public relations yang yang diungkapkan oleh Indrawati Tamin yang dikutip oleh Lena Satlita, menyatakan bahwa ada empat peran yang dapat dimainkan oleh public relations yaitu: 32 a. Interpreter atau in the middle (Penerjemah) Yaitu public relations atau delegasi pemuda sebagai perwakilan pemuda bagi negaranya dapat berperan sebagai sumbu antara pemangku kepentingan dengan publik dalam menyampaikan pesan perubahan iklim. Delegasi pemuda harus mampu mengintepretasikan dinamika dan kebutuhan serta perilaku publik terhadap pemangku kepentingan dan Danandjaja. 2011. Peranan Humas dalam Perusahaan. Yogyakarta: Graha Ilmu. Hal 19 Lena Satlita. 2011. Media Public Relations. http:staff.uny.ac.id/dosen/lena-satlitadra-msi/PRMinggu-08.pdf 31 32 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 67 sebaliknya. Untuk bisa memikul peran ini, delegasi pemuda harus mempunyai akses dengan pemangku kepentingan. Peran ini sering disebut juga sebagai fasilitator komunikasi (komunikator/mediator). b. Lubricant (pelumas atau pelicin) Dalam menciptakan hubungan internal yang harmonis dan efisien seorang delegasi pemuda berperan sebagai pelumas atau pelicin. Peran ini memungkinkan delegasi pemuda mencegah timbulnya kemungkinan perpecahan dalam delegasi pemuda lainnya melalui komunikasi yang efektif c. Pemonitoring dan pengevaluasi Layaknya seorang public relations delegasi pemuda berperan untuk mengantisipasi setiap perubahan yang mungkin saja berdampak negatif terhadap organisasi. Dalam hal ini, delegasi haruslah pandai dalam mengawasi setiap tindakan publik (pemonitoring) dan mengevaluasi (pengevaluasi) semua kegiatan yang berhubungan dengan publik. Pada tahapan evaluasi ini dilakukan perbaikan-perbaikan untuk menciptakan hubungan yang harmonis diantara publik suatu organisasi. Misalnya ketika pemangku kepentingna atau organisasi mengadakan suatu kegiatan yang berhubungan dengan publik terkait perubahan iklim, harusnya delegasi pemuda stanby me-monitoring (memantau) kegiatan tersebut dari awal hingga akhir dan setelah kegiatan tersebut selesai dilaksanakan kemudian ikut mengevaluasi terkait kelebihan dan kekurangan dari diadakannya kegiatan tersebut. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 68 d. Komunikasi Seorang delegasi pemuda sebagai public relations harus mampu menggunakan teknik-teknik komunikasi yang efektif kepada publik. Komunikasi yang digunakan dapat berbagai macam cara salah satunya menggunakan media sosial twitter agar dapat menjangkau target publik yang lebih luas. Pada zaman sekarang ini perkembangan komunikasi dengan menggunakan teknologi mengalami kemajuan seperti adanya media sosial yang memerlukan perangkat teknologi dalam menggunakannya. Perkembangan media sosial dalam kehidupan manusia sangat mempengaruhi cara-cara berkomunikasi antar sesama manusia. Mulai dari penggunaan internet yang membuat orang-orang bisa mendapatkan informasi dengan mudahnya. Dalam penelitian ini, peneliti menemukan bahwa peran key informan sebagai public relations menggunakan media sosial untuk berkomunikasi ataupun berinteraksi dalam menyebarkan informasi ke halayak luas. Begitu pun dengan informan yang turut serta dalam penelitian ini. Key informan merupakan delegasi pemuda Indonesia yang mengikuti UNFCCC memilih media sosial twitter sebagai sarana mengkomunikasikan perubahan iklim dengan alasan dan tujuan tertentu. Keputusan menggunakan media sosial twitter menurut key informan, karena dengan menggunakan twitter key informan dengan mudah mencari dan menyebarkan informasi terbaru dari akun twitter yang mereka ikuti. Selain itu dengan twitter key informan dapat membagikan pengalaman seperti kampanye atau gaya hidup eco friendly kepada followers -nya http://digilib.mercubuana.ac.id/ 69 dan informasi atau pesan yang mereka sebarkan melalui twitter juga dapat dihubungkan kemedia sosial lainnya yang mereka miliki dengan menggunakan link. Berbicara mengenai menyebarkan informasi atau pesan melalui media sosial twitter, Setelah dilakukan analisa mendalam terhadap fakta-fakta hasil wawancara dan pengumpulan data sekunder, peneliti menemukan bahwa cara komunikasi key informan sejalan dengan E-PR yang dikemukakan oleh Bob Julius Onggo. Peneliti mengamati E-PR yang digunakan key informan dapat terlihat ketika proses, tanggapan dan hasil dari key informan kepada followers atau kepada target publik dalam menyampaikan pesan perubahan iklim melalui media sosial twitter, seperti: 1. Adanya komunikasi konstan antara key informan dengan followers dapat tercipta karena Media sosial twitter yang menggunakan koneksi internet dapat digunakan selama 24/7 (24 jam x 7 hari) dengan potensi target publik seluruh dunia dan tidak pernah tidur. Dalam hal ini peneliti melihat key informan menggunakan media sosial twitter tanpa mengenal waktu dan tempat ketika menyampaikan pesan sesuai kebutuhan dan kejadian yang ingin disampaikann oleh key informan. 2. Respon yang cepat antara key informan dengan followers, contohnya ketika key informan menyampaikan manfaat penggunaan thumbler, kemudian key informan dan teman-temannya menjualnya melalui twitter dan kemudian laku terjual. Dari peristiwa tersebut peneliti melihat http://digilib.mercubuana.ac.id/ 70 informasi yang disampaikan key informan melalui media sosial twitter mendapatkan respon yang cepat dari followers dan pemuda lainya. 3. Pasar Global, dalam penelitian ini maksudnya adalah dengan media sosial twitter komunikasi dalam menyampaikan informasi terkait perubahan iklim dari seluruh dunia dapat di terima oleh key informan dan dapat disebarkan dengan hanya meng klik dan menulis informasi singkat di timeline twitter pribadi atau twitter organisasi yang dimiliki key informan kepada followers dari seluruh dunia. 4. Interaktif, dalam hal ini key informan memperoleh feedback dari followers ketika membagikan informasi melalui media sosial twitter. Feedback yang didapat beraneka ragam mulai dari mengikuti gaya hidup eco friendly yang dilakukan key informan, dan juga key informan menjadi sosok yang dapat menjadi insipirasi oleh followersnya seperti yang disampaikan oleh informan ketiga yang menjadi delegasi pemuda UNFCCC COP 16 ketika mengikuti informasi key informan yang menceritakan pengalamannya mengikuti UNFCCC COP 15 dan rasa ingin tahu informan dengan mengikuti perkembangan update UNFCCC COP 21 dengan membaca akun twitter key informan kedua yang sedang mengikuti dan menjadi delegasi pemuda di UNFCCC COP 21 di Paris. 5. Komunikasi dua arah secara tidak langsung akan tercipta ketika key informan aktif dalam mengkomunikasikan perubahan iklim melalui media twitter. Dengan mengajak key informan bekerjasama membuat suatu kegiatan kemudian di sebarkan melalui media sosial seperti twitter http://digilib.mercubuana.ac.id/ 71 merupakan salah satu komunikasi dua arah yang peneliti lihat dalam penelitian ini. 6. Hemat, yang dimaksud dalam penelitian ini adalah key informan dapat meminimalisasikan biaya dalam mengkomunikasikan perubahan iklim dengan menggunakan media sosial twitter. Dalam mengkomunikasikan perubahan iklim melalui media sosial twitter, key informan hanya memerlukan koneksi internet tanpa adanya biaya cetak atau biaya transportasi. Sehingga biaya yang key informan keluarkan semakin hemat terlihat dari akses internet gratis yang sudah mudah didapat oleh key informan. Dengan menggunakan E-PR komunikasi yang dilakukan oleh key informan dengan melalui media sosial twitter peneliti mengamati dapat menghasilkan 3 R (relations, reputasi dan relevensi) bagi menyebarkan informasi perubahan iklim kepada pemuda lainnya, yaitu: relations dapat dilihat ketika key informan mampu berinteraksi dengan membangun hubungan dengan pemuda lainnya, reputasi key informan dapat dibangun ketika dalam menyebarkan pesan yang baik secara berkesinambungan, dan relevansi key informan dapat terlihat dari kegiatan online yang dilakukan relevan dengan target audience yang sebagian besar adalah anak muda. http://digilib.mercubuana.ac.id/