BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Objek

advertisement
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Gambaran Umum Objek Penelitian
4.1.1
Sejarah UNFCCC (United Nations Framework Convention on Climate
Change)
Pada tahun 1992, negara-negara mengadopsi Konvensi Kerangka Kerja
PBB tentang Perubahan Iklim atau UNFCCC sebagai respon terhadap masalah
pemanasan global. Lima tahun kemudian, mereka mengadopsi Protokol Kyoto,
yang memperkuat konvensi dengan menetapkan mengikat secara hukum
persyaratan pengurangan emisi untuk 37 negara-negara industri. Tujuan utama dari
kedua perjanjian adalah untuk menstabilkan konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer
pada tingkat yang akan mencegah campur tangan manusia yang berbahaya dengan
sistem iklim. Staf Sekretariat Perubahan Iklim PBB bekerja menuju tujuan ini,
dipandu oleh Konvensi 195 dan Protokol 192 Pihak. Pada tahun 1996, Pemerintah
memutuskan untuk menerima tawaran dari Pemerintah Jerman untuk mencari
sekretariat di kota Jerman Bonn. Pada kepala sekretariat adalah Sekretaris
Eksekutif. Posisi ini saat ini dijabat oleh Christiana Figueres.
UNFCCC saat ini memperkerjakan 500 orang, yang berasal dari 100
negara, dengan perpaduan beragam budaya, gender dan latar belakang profesional
yang memperkaya dan meningkatkan pekerjaan kami.
Pada tahun-tahun awal, tugas utama sekretariat UNFCCC adalah untuk
mendukung negosiasi perubahan iklim antar pemerintah. Sejak berlakunya
35
http://digilib.mercubuana.ac.id/
36
Protokol Kyoto pada tahun 2005 menyebabkan kecenderungan peningkatan
keahlian teknis dalam sekretariat, misalnya pada pedoman pelaporan dan sektor
penggunaan lahan, perubahan penggunaan lahan dan kehutanan. Saat ini, bagian
utama dari pekerjaan kami melibatkan analisis dan review informasi perubahan
iklim dan data yang dilaporkan oleh Pihak.
Antara dua dan empat sesi negosiasi tiap tahunnya diadakan. Sesi
negosiasi terbesar dan paling penting adalah Konferensi Para Pihak atau
Conference of the Parties (COP) yang diselenggarakan bersama-sama dengan
Konferensi Para Pihak yang berfungsi sebagai Sidang Para Pihak pada Protokol
Kyoto (CMP), diadakan setiap tahun dan diselenggarakan secara bergantian oleh
kelompok-kelompok regional. Ini adalah konferensi terbesar tahunan PBB, yang
dihadiri oleh 10.000 orang dari seluruh dunia, dan banyak pihak yang terlibat dalam
konferensi tersebut. Rencana untuk COP dan CMP, serta pengaturan lain untuk
proses antar pemerintah yang dikembangkan dalam konsultasi dengan Pihak setiap
tahun pada sesi Mei / Juni.
UNFCCC memiliki dua badan permanen yang masing-masing menangani
urusan tertentu. Badan pertama yaitu penasehat sains dan teknologi atau Subsidiary
Body for Scientific and Technological Advice (SBSTA). Badan ini memiliki
tanggung jawab memberi masukan atau saran pada COP dalam bidang ilmiah,
teknologi dan metodologi. Tugas utama badan ini mempromosikan pengembangan
dan transfer teknologi yang ramah lingkungan dan melakukan pekerjaan teknis.
Juga meningkatkan pedoman dalam menyiapkan komunikasi nasional dan
inventarisasi emisi.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
37
Selain itu SBSTA juga memainkan peranan penting sebagai penghubung antara
informasi ilmiah yang disediakan oleh para ahli di IPCC dan kebijakan yang
berorientasi terhadap kebutuhan COP. Badan ini juga kerap meminta informasi
ilmiah lainnya kepada IPCC dan juga melakukan kerjasama dengan organisasiorganisasi internasional yang relevan lainnya untuk berbagi informasi mengenai
pembangunan berkelanjutan.
Badan yang kedua yaitu badan pelaksana atau Subsidiary Body for
Implementation (SBI). SBI bertanggung jawab dalam hal memberikan memberikan
saran kepada COP dalam segala hal yang berkaitan dengan penerapan konvensi.
Tugas utamanya adalah untuk menguji informasi dari inventarisasi komunikasi
nasional dan inventarisasi emisi yang dikeluarkan oleh negara anggota dengan
tujuan untuk menaksir efektifitas konvensi secara menyeluruh.
Jika menengok sejarahnya, sepanjang COP 1 dan COP 2 hampir tidak ada
kesepakatan yang berarti dalam upaya penurunan emisi GRK (Gas Rumah Kaca).
Sedangkan pada COP 3, event ini menjadi ajang perjuangan negosiasi antara
negara-negara Annex 1 seperti Amerika Serikat, Kanada, Inggris, Prancis, Italia,
Jepang, dan Australia yang lebih dulu mengemisikan GRK (gas rumah kaca) sejak
revolusi industri tahun 1850-an dengan negara-negara berkembang yang rentan
terhadap perubahan iklim.
“Negara-negara maju memiliki kepentingan bahwa pembangunan di
negara mereka tidak dapat lepas dari konsumsi energi dari sektor kelistrikan,
transportasi, dan industri. Untuk mengakomodasikan kepentingan antara kedua
pihak tersebut Protokol Kyoto adalah satu-satunya kesepakatan internasional untuk
http://digilib.mercubuana.ac.id/
38
berkomitmen dalam mengurangi emisi GRK yang mengatur soal pengurangan
emisi tersebut dengan lebih tegas dan terikat secara hukum,” papar Rahmat
Witoelar (Ketua Dewan Nasional Perubahan Iklim Republik Indonesia) pada saat
itu.
Pada saat pertemuan otoritas tertinggi tahunan dalam UNFCCC ke-3
(Conference of Parties 3 - COP) yang diadakan di Kyoto (Jepang), suatu perangkat
aturan yang disebut Protokol Kyoto diadopsi sebagai pendekatan untuk mengurangi
emisi GRK. Kepentingan protokol tersebut adalah mengatur pengurangan emisi
GRK dari semua negara-negara yang meratifikasi (mengadopsi) aturan. Protokol
Kyoto ditetapkan tanggal 12 Desember 1997, kurang lebih 3 tahun setelah
Konvensi Perubahan Iklim mulai menegosiasikan bagaimana negara-negara
peratifikasi konvensi harus mulai menurunkan emisi GRK mereka.
Negara-negara yang meratifikasi protokol ini berkomitmen untuk
mengurangi emisi atau pengeluaran CO2 dan lima gas rumah kaca lainnya, atau
bekerja sama dalam perdagangan emisi jika mereka menjaga jumlah atau
menambah emisi gas-gas tersebut, yang telah dikaitkan dengan pemanasan global.
Jika sukses diterapkan, Protokol Kyoto diprediksi akan mengurangi rata-rata suhu
global antara 0,02C dan 0,28C pada tahun 2050.
4.1.2 Struktur UNFCCC
Dalam menjalankan organisasi UNFCCC, diperlukan struktur organisasi
yang akan menjalankan tugas dari posisi yang sudah dibuat. Berikut adalah jabatan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
39
dan nama dari para pemangku kepentingan di UNFCCC sesuai dengan struktur
organisasi yang saya lampirkan dalam lampiran: 30
Posisi Jabatan di Sekretariat UNFCCC
Executive Secretary: Ms. Christiana Figueres
Deputy Executive Secretary: Mr. Richard Kinley
Director for Strategy: Mr. Halldor Thorgeirsson
Legal Affairs (LA): Mr. Dan Bondi Ogolla, Coordinator & Principal Legal Adviser
Sustainable Development Mechanisms programme (SDM): Mr. John Kilani,
Director Mitigation, Data and Analysis programme (MDA): Mr. Donald
Cooper, Coordinator
Finance, Technology and Capacity Building programme (FTC):Ms. Dechen
Tsering, Coordinator and UNFCCC Gender Focal Point Adaptation
programme (AP): Mr. Youssef Nassef, Coordinator
Conference Affairs Services (CAS): Ms. Salwa Dallalah, Coordinator
Communications and Outreach (CO): Mr. Nick Nuttall, Coordinator
Information Technology Services (ITS): Mr. James Grabert, Officer-In-Charge
Administrative Services programme (AS): Ms. Joan Sawe, Coordinator
4.2
Hasil Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data
melalui wawancara, observasi, dan tinjauan pustakan dari sumber-sumber terkait.
Untuk teknik wawancara dimana dilakukan kepada lima orang narasumber dan
berdasarkan hasil observasi lapangan yang di lakukan oleh peneliti maka hasil yang
30
http://unfccc.org
http://digilib.mercubuana.ac.id/
40
diperoleh oleh peneliti adalah sesuai dengan rumusan masalah yang telah di
paparkan oleh peneliti pada BAB I yakni: peneliti membahas tentang Peran
Delegasi Pemuda Indonesia UNFCCC dan bagaimana cara delegasi pemuda dalam
menyampaikan pesan perubahan iklim agar dapat diterima oleh audience atau
followers-nya melalui media sosial Twitter. Pada penelitian tersebut peneliti
menggunakan 2 key informan dan 3 informan.
Kedua key informan yang dipilih oleh peneliti merupakan perwakilan
pemuda Indonesia yang telah mengikuti UNFCCC dan aktif menggunakan media
sosial twitter dalam mengkomunikasikan perubahan iklim. Key informan pertama
adalah Rica Martyna yang merupakan delegasi pemuda Indonesia yang telah
mengikuti dua kali UNFCCC yaitu UNFCCC COP 16 di Cancun, Mexico pada
tahun 2010 dan UNFCCC COP 18 di Doha, Qatar pada tahun 2012. Key informan
kedua adalah Mia Oenoto yang merupakan delegasi pemuda Indonesia yang telah
mengikuti dua kali UNFCCC yaitu UNFCCC COP 20 di Lima, Peru pada tahun
2014 dan UNFCCC COP 21 di Paris, Perancis pada tahun 2015. Sedangkan tiga
informan antara lain: informan pertama ibu Amanda Katili Niode, Ph.D yang saat
ini merupakan Ketua Tim Ahli Kantor Utusan Khusus Presiden untuk Pengendalian
Perubahan Iklim, Manager The Climate Reality Project Indonesia, dan salah satu
pembimbing untuk delegasi pemuda Indonesia yang mengikuti ke UNFCCC.
Informan kedua adalah ibu Emila Bassar, yang merupakan ahli komunikasi bidang
perubahan iklim dan merupakan dosen di Universitas Mercu Buana serta
Universitas Indonesia, dan informan ketiga adalah Mirantha Kristanty yang
merupakan salah satu delegasi pemuda yang tertarik mengikuti perkembangan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
41
komunikasi perubahan iklim setelah menjadi followers dari Rica Martyna serta
followers dari Mia Oenoto untuk mengikuti perkembangan UNFCCC COP 21 yang
sudah terlaksana di Paris tahun 2015.
4.2.1
Latar Belakang dan Bagaimana Cara Delegasi Pemuda Dapat
Mengikuti UNFCCC
Para Delegasi pemuda Indonesia memiliki latar belakang dan cara
mendapatkan informasi yang berbeda-beda dalam mengikuti UNFCCC. Seperti
yang telah diungkapkan ketika diwawancarai oleh peneliti pada tanggal 7 Januari
2016 di Jakarta, key informan pertama mengungkapkan:
“Latar belakang saya mengikuti UNFCCC: Yang pertama untuk saya
sendiri, Saya memiliki keinginan untuk menambah pengetahuan terutama
pengetahuan perubahan iklim dan lingkungan, dan juga saya ingin
membangun relasi saya dalam berkegiatan diperubahan iklim khususnya
dalam lingkup pengambilan kebijakan karena di UNFCC, yang kita temu
adalah orang-orang yang mengambil keputusan kebijakan atau
stakeholders dan juga kegiatan-kegiatan regional pemuda, dan juga
disana saya dapat bertemu dengan teman-teman saya sesama aktivis
lingkungan dan aktifis perubahan iklim untuk bersama bergabung dan
bekerjasama. Dan menurut saya UNFCCC adalah salah satu event
terbesar yang dapat mempertemukan saya dengan aktivis tersebut hal ini
yang memotivasi saya untuk mengikuti kegiatan UNFCCC.”
Dalam mengetahui UNFCCC key informan pertama mengungkapkan:
“Kalau UNFCCC sendiri saya mengetahuinya lewat berita dan media
sosial. Namun ketika saya mulai bergabung untuk mengikuti UNFCCC
saya mendapatkan informasinya dari Kepalah Sekolah saya di SMA
Negeri 2 Balige, Sumatera Utara.”
Sedangkan latar belakang key informan kedua ketika ditemui peneliti di
UNFCCC COP 21 di Paris pada tanggal 11 Desember 2015, mengungkapkan:
http://digilib.mercubuana.ac.id/
42
“Latar belakang saya mengikuti UNFCCC ini adalah: Pertama-tama saya
ingin memonitor jalannya negosiasi selama COP 21 di Paris ini. Hal
utama saya hadir dalam proses negosiasi ini secara tidak langsung seperti
mewakili teman-teman pemuda seperti saya. Selain itu proses negosiasi
yang saya ikuti ini sebagai suatu jalan bahwa proses negosiasi juga
transparan bagi young generation (generasi muda) baik yang ada di
Indonesia dan Cina. Dari pengalaman negosiasi ini saya ingin sharing
kemereka bahwa betapa susahnya proses negosiasi itu dan juga sebagai
pembelajaran bagi saya.”
Dalam mengetahui UNFCCC Key informan kedua, mengungkapkan:
“Aku tahu masalah pertemuan internasional ini ketika dulu waktu magang
di DNPI (Dewan Nasional Perubahan Iklim) disana orang-orang yang
bekerja di DNPI menginformasikan saya tentang masalah COP
(Converence of the Parties) yang diselenggarakan dibawah UNFCCC.
Saat itu, sebenarnya saya lebih tahu masalah COY (Conference of Youth).
sehingga saya mencari tahu mencari lebih banyak informasi di internet,
google.. kemudian mempelajari dokumen-dokumennya sehingga jadi tahu
mengenai pertemuan internasional. UNFCCC ini ternyata konferensi
climate change yang diselenggarakan pertahun dimana seperti pertemuan
internasional. Yang dihadiri seluruh negara termasuk dalam United
Nation. Karena tertarik akhirnya saya mendapatkan rekomendasi dari
salah satu manager di DNPI untuk mengikuti UNFCCC ini.”
Menurut kedua key informan yang telah disampaikan diatas setiap
delegaso pemuda memiliki alasan latar belakang yang berbeda dalam mengikuti
UNFCCC. Key informan pertama memiliki latar belakang mengikuti UNFCCC
karena ingin menambah pengetahuan dan relasi dalam berkegiatan di perubahan
iklim khususnya dalam lingkup pengambilan kebijakan dan juga kegiatan –
kegiatan regional pemuda. Sedangkan key informan kedua yang saat ini sedang
menyelesaikan kuliah di Jiatong – Liverpool University di Suzhou - China memiliki
latar belakang yang lebih spesifik yaitu ingin memonitor jalannya proses negosiasi
http://digilib.mercubuana.ac.id/
43
dan nantinya dari pengalaman tersebut dapat disampaikan kepada pemuda lainya
khususnya di Indonesia dan China.
Dari rekomendasi dan informasi yang telah didapat serta telah melalui
tahap seleksi akhirnya key informan pertama mendapatkan kesempatan untuk
mengikuti UNFCCC COP 16 di Cancun, Mexico pada tahun 2010 bersama 8
delegasi pemuda dan UNFCCC COP 18 di Doha, Qatar pada tahun 2012 bersama
5 delegasi pemuda. Kesempatan mengikuti dua kali UNFCCC juga dialami oleh
key informan kedua. Key informan ke dua mengikuti UNFCCC COP 20 di Lima,
Peru pada tahun 2014 bersama dua delegasi pemuda dan UNFCCC COP 21 di Paris,
Perancis pada tahun 2015 bersama 6 delegasi pemuda.
Informasi yang telah disampaikan oleh key informan mengenai awal
keterlibatan mereka dapat mengikuti UNFCCC dibenarkan oleh informan pertama
yang merupakan salah satu delegasi Republik Indonesia dan secara resmi terlibat
dalam pengiriman pemuda Indonesia ke pertemuan UNFCCC sejak tahun 2009
ketika mengikuti United Nations Convention on Climate Change Converence of the
Parties (UNFCCC - COP) ke 15 di Copenhagen. Mengungkapkan:
“Tentunya harus mulai seleksi, karena tidak mungkin kita asal
mengirimkan saja dan pasti akan lebih banyak peminat dari pada tempat
yang tersedia. Jadi memang dilakukan seleksi. ketika pertama kali kami
mengirimkan delegasi pemuda kami menghubungi tokoh-tokoh
masyarakat di provinsi maupun di kantor-kantor pemerintah dan di
kantor-kantor organisasi pemerintah untuk mengusulkan dan meminta
agar mereka mengusulkan nama-nama untuk dicalonkan sebagai anggota
delegasi dan mencari tahu alasan mengapa mereka dicalonkan.”
Sebelum mengikuti suatu kegiatan internasional seperti UNFCCC
tentunya ada persiapan yang perlu dilakukan oleh delegasi pemuda. Sebelum
http://digilib.mercubuana.ac.id/
44
mengikuti UNFCCC key informan pertama memiliki persiapan seperti:
mendengarkan arahan dan pelatihan, untuk persiapan pribadi biasanya saya
membaca artikel dan melakukan persiapan materi yang akan saya bawa ke event.
Sedangkan Key Informan kedua yang masih melanjutkan kuliah di salah perguruan
tinggi di China tidak memiliki persiapan matang hanya membaca dokumen yang
diberikan oleh delegasi RI yang telah mengikuti UNFCCC lebih dari 15 tahun.
Seperti yang dikemukan oleh key informan pertama ini:
“Ya, kami mendapatkan arahan dan persiapan dari DNPI (Dewan
Nasional Perubahan Iklim) sebagai Delegasi Republik Indonesia di
Jakarta, untuk persiapan pribadi biasanya saya membaca artikel dan
melakukan persiapan materi yang akan saya bawa ke event.”
Seperti yang dikemukan oleh key informan kedua ini:
“Untuk persiapan mengikuti UNFCCC saya tidak mendapatkan arahan
dan persiapan khusus. Saya hanya dikirim saja oleh ibu Kuki selaku satu
Negotiatior untuk membaca dokumen hasil ADP dari di Lima tahun lalu
dan juga hasil ADP dari pertemuan Bonn di Jerman, Juni Juli kemarin.
Kemudian saya membaca dokumen-dokumen yang sudah di buat saja yang
baru terutama yang ADP dan juga SPA dan hanya sebagai basic general
information.”
Setiap delegasi pemuda memiliki persiapan yang berbeda-beda. Walaupun
berbeda-beda para delegasi pemuda tetap memiliki persiapan sebagai bekal
mengikuti UNFCCC. Hal ini dikarenakan pembekalan itu penting. Pembekalan
sebelum mengikuti UNFCCC yang diberikan kepada para calon anggota delegasi
pemuda bertujuan agar, delegasi pemuda dapat berinteraksi dengan para pemuda
dari berbagai negara dan dapat mengikuti jalannya acara UNFCCC serta membuat
laporan setelah mengikuti UNFCCC.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
45
Seperti yang diungkapkan oleh informan pertama:
“Sebelum berangkat biasanya diadakan pembekalan, jadi pembekalan ini
dibagi menjadi beberapa kategori. Yang pertama adalah kesehatan itu
yang paling penting karena percuma jika ikut tidak sehat. Kemudian yang
kedua tentunya secara substansi, substansi perubahan iklim. kemudian
yang ketiga adalah pembekalan budaya. Kemudian yang berikutnya
adalah pelatihan diplomasi. Jadi pentingnya diberikan pembekalan
seperti itu dengan harapan sebelum berangkat mereka juga
mempersiapkan diri. Kemudian ketika mereka sudah tiba di tempat tujuan
tentunya tidak dilepas begitu saja, karena ketika pembekalan sudah
diajarkan dan diberitahu nanti disana ada apa?, dan apa yang diharapkan
dari mereka. Biasanya yang diharapkan itu adalah mereka berinteraksi
dengan para pemuda-pemuda dari berbagai negara, kemudian juga
membantu delegasi Indonesia, jadi delegasi yang bukan pemuda,
delegasi-delegasi yang memang mewakili negara dan lain sebagainya.
Membantu ini bisa berarti mengikuti para negosiator, jadi ada negosiatornegosiator dari negara yang bisa mengikuti mencatatan dan lain
sebagainya. Bisa juga mereka membuat acara-acara yang membawa
nama baik Indonesia. Acara ini bisa juga acara budaya ataupun acaraacara yang terkait dengan komunikasi perubahan iklim. tentunya mereka
harus mempunyai rasa kepercayaan diri yang tinggi dan harus mampu
berbahasa Inggris karena kalau tidak mampu berbahasa Inggris
bagaimana bisa berkomunikasi.”
Dari beberapa pernyataan diatas tersirat bahwa rekomendasi, rasa ingin
tahu yang tinggi tentang perubahan iklim dan memiliki rekomendasi dari seseorang
atau lembaga yang diberikan kepada para calon delegasi dalam mengikuti suatu
pertemuan serta dapat berkomunikasi dengan bahasa Inggris secara baik sangat
diperlukan dan penting diperhatikan ketika ingin mengikuti pertemuan
internasional. Selain itu pembekalan dan persiapan dalam mengikuti suatu
pertemuan tentunya setiap delegasi pemuda memiliki persiapan yang berbeda-beda
dan dapat disesuaikan oleh para delegasi pemuda yang ingin mengikutinya.
Pembekalan diperlukan agar para delegasi pemuda tersebut dapat berinteraksi dan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
46
berkomunikasi dengan pemuda dari berbagai negara dan secara tidak langsung
dapat menjadi perwakilan diplomat muda bagi negaranya.
4.2.2.
Peran Delegasi Pemuda Mengikuti UNFCCC
Pemuda adalah pemimpin masa depan dan nantinya menjadi pemangku
keputusan dimasa yang akan datang. Atas dasar itulah setiap lembaga baik
pemerintah, swasta maupun lembaga swadaya masyarakat sudah mulai mengikut
sertakan pemuda untuk terut serta dalam kegiatan yang mereka adakan. Salah satu
lembaga yang menjalankan hal itu adalah. Sekretariat UNFCCC menghimbau agar
para negara-negara yang mengirimkan delegasi dapat mengirimkan pemudapemudanya untuk turut serta dalam UNFCCC. Indonesia resmi melibatkan delegasi
pemuda untuk mengikuti UNFCCC sejak tahun 2010. Peran delegasi pemuda yang
diikut sertakan dalam UNFCCC diharapkan dapat membantu pemimpin dunia
dalam mengkomunikasikan perubahan iklim di negara masing-masing.
Key informan pertama mengungkapkan:
“Pemuda sebagai media action pemangku kebijakan dalam
mensosialisasikan hasil kesepakatan, pemuda menjadi bagian dari sumber
pengambilan keputusan yaitu mendengarkan pendapat, pemuda sebagai
pewaris masa depan, pemuda menjadi supporting system, yaitu membantu
pemangku kebijakan dalam melakukan aksi dan menyebarluaskan isu
perubahan iklim di seluruh pelosok daerah.”
Key informan kedua mengungkapkan:
“Pastinya ia tetapi anak-anak muda di sini tidak bisa hanya berharap.
Harus lewat demosntrasi lah, atau memberikan kritik melalui artikel di
media public. Dan pastinya peran pemuda sangat diperlukan karena
mereka sangat kreatif dalam mengajak anak-anak muda dan orang
dewasa lainnya dinegara mereka untuk peduli terhadap climate change
ini.”
http://digilib.mercubuana.ac.id/
47
Informan pertama mengungkapkan:
“Jadi kita tidak langsung melihat pengaruh pemuda langsung kepemimpin
dunia, karena ini kita melihatnya sebagai para pemangku kepentingan
atau stakeholders jadi banyak faktor-faktor yang bisa mempengaruhi
pemimpin dunia tetapi cara mengukurnya itu agak susah karena harus ada
interaksi jadi interaksi berbagai pihak, jadi kita tidak tahu apakah seorang
presiden disuatu negara mengeluarkan suatu kebijakan hanya karena dia
sudah berinteraksi dengan pemuda misalnya. Tetapi kita tahu bahwa jika
pemuda ini melakukan kegiatan-kegiatan yang menarik perhatian dan
masuk akal misalnya itu bisa menjadi perhatian banyak orang dan bisa
jadi juga menjadi masukan bagi para pemimpin dunia ini. Para pemimpin
dunia ini dia bisa melihat sendiri, dia bisa mendapat masukan, atau dia
bisa diajak terlibat dalam kegiatan-kegiatan pemuda jadi contohnya ada
beberapa pemuda membuat video clip yang dimasukan ke youtube, yang
kemudian mereka sebarkan melalui media sosial isisnya adalah himbauan
mereka kepada para pemimpin dunia untuk memperhatikan masalah
perubahan iklim ini maupun untuk mencari solusinya. Karena biasanya
kegiatan pemuda itu menarik, tidak monoton dan kreatif ini yang
diharapkan bisa menarik banyak perhatian termasuk para pemimpin
dunia ini.”
Informan kedua mengungkapkan:
“Ia, Karena saya punya keyakinan bahwa kelak mereka itu bisa menjadi
orang-orang yang memotivasi dan bahkan menjadi inspirasi bagi anak
muda untuk kegiatan-kegiatan penanganan perubahan iklim di Indonesia
begitu..., dan mereka juga bisa punya kontribusi sebenarnya melalui
berbagai kegiatan yang melibatkan anak-anak muda di Indonesia.”
Informan ketiga mengungkapkan:
“Ya, karena menurut saya pemuda yang mengikuti UNFCCC orang-orang
yang terpilih yang nantinya dengan ide kreatif dan kegiatan yang telah
mereka lakukan dapat memberikan masukan kepada pemimpin dunia
untuk mengkomunikasikan perubahan iklim terutama untuk anak muda.”
http://digilib.mercubuana.ac.id/
48
Menurut key informan dan informan yang diwawancarai peneliti, peran
delegasi pemuda dalam mengikuti UNFCCC dapat membantu pemimpin dunia
dalam mengkomunikasikan perubahan iklim di negaranya masing-masing. Tetapi
dalam hal tersebut peran delegasi pemuda tidak dapat terlihat langsung dalam
membantu pengambilan keputusan bagi pemimpin dunia. Perlu adanya proses yang
harus dilalui oleh pemuda seperti: melakukan aksi nyata yang kreatif, membantu
melakukan media action untuk mensosialisasikan perubahan iklim kepada
masyarakat luas, serta mendukung keputusan yang telah diambil pemimpin dunia
merupakan cara yang dapat dilakukan pemuda dalam hal ini.
4.2.3.
Mengkomunikasikan Perubahan Iklim Melalui Media Sosial Twitter
Setelah mengikuti UNFCCC delegasi pemuda tentunya mengetahui
informasi terbaru, mendapatkan kesempatan untuk menambah dan berjejaring
dengan delegasi negara-negara lain, dapat membantu delegasi Republik Indonesia,
dan dapat mengubah pola hidup agar lebih eco friendly. Sepulangnya dari UNFCCC
delegasi pemuda diharapkan dapat berperan seperti public relations dalam
mengkomunikasikan perubahan iklim dan pengalaman yang mereka dapat kepada
masyarakat luas khususnya pemuda di negaranya masing-masing.
Menurut key informan pertama setelah mengikuti UNFCCC sebagai
delegasi pemuda mendapatkan pengetahuan yang banyak tentang kegiatan yang
berkaitan dengan kepedulian dunia terhadap climate change, mendapatkan
kesempatan baru untuk mengikuti kegiatan lainnya baik di Indonesia dan di luar
negeri, serta menambah relasi. Seperti yang diungkapkan oleh key informan
pertama kepada peneliti:
http://digilib.mercubuana.ac.id/
49
“Saya mendapatkan pengetahuan yang banyak terutama tentang
kegiatan-kegiatan peningkatan climate change awareness di dunia. Saya
mendapatkan teman dan relasi baru dalam mendukung kegiatan saya dan
teman-teman lainnya di Indonesia. Saya mendapatkan kesempatan baru
lagi dalam mengikuti kegiatan lainnya baik di Indonesia dan di luar
negeri. Saya mendapatkan kesempatan untuk langsung berdialog dengan
tokoh baik Indonesia dan Dunia dalam isu perubahan iklim.”
Key informan kedua mengungkapkan:
“Setelah mengikuti UNFCCC ini secara tidak langsung dan otomatis saya
memperoleh skill-skill negosiasi baik dari delegasi Indonesia maupun dari
delegasi negara maju seperti Europian Union, USA, kemudian juga saya
lebih mengerti isu-isu permasalahan dari negara-negara yang list
devoloping country, yang mungkin lebih sentimental saya mengetahui
semua proses itu dan yang kedua pasti nya memiliki lebih banyak memiliki
koneksi secara internasional, memiliki kenalan relasi internasional dan
bisa belajar banyak dengan mereka yang sudan berpengalaman jauh lebih
banyak apalagi yang sudah mengikuti COP selama 20 tahun itu sangat
bagus dan sangat berguna bagi saya untuk memperoleh ilmu dari dia.
Yang terakhir saya lebih bisa melatih kepercayaan diri dan keberanian
lagi.”
Menurut key informan kedua setelah mengikuti UNFCCC secara tidak
langsung mendapatkan pengetahuan negosiasi dari berbagai negara, menambah
networking untuk berjejaring, serta dapat berlajar dari para negosiator handal yang
sudah berpengalaman mengikuti UNFCCC selama 20 tahun.
Agar pengalaman yang telah diterima delegasi pemuda mengikuti
UNFCCC
dapat
di
ketahui
masyarakat
luas,
delegasi
pemuda
harus
mengkomunikasinnya dengan berbagai cara seperti: melalui media sosial, media
online atau berkomunikasi secara langsung kepada para audience. Tujuannya perlu
diadakan komunikasi dengan berbagai cara tersebut, agar delegasi pemuda dapat
http://digilib.mercubuana.ac.id/
50
mengetahui apakah pengalaman yang mereka dapat sudah diketahui dan dapat
diterima dengan baik oleh masyarakat khusus nya kepada pemuda.
Key informan pertama mengungkapkan:
“Saya menuis blog dan artikel terkait. Saya mengikuti kegiatan pemuda
dan sharing pada kesempatan-kesempatan yang diberikan di dukung oleh
Dewan Nasional Perubahan iklim). Saya menyebarkan ilmu dan
pengalaman saya di kampus dan organisasi saya. Saya menggunakan
sosial media seperti facebook, instagram dan twitter untuk berbagi
informasi dan mengajak para followers saya untuk turut serta dalam
mengkomunikasikan dan melakukan kegiatan untuk mengurangi dampak
perubahan iklim.”
Key informan kedua mengungkapkan:
“Kalau di Indonesia sebenarnya saya belum begitu engaged karena
mungkin belum menemukan platfrom yang tepat saja tetapi saya memiliki
media sosial twitter, facebook, path dan instagram untuk berinteraksi dan
mengikuti seminar-seminar. Namun kalau di China informasi yang saya
miliki dapat di ulas di media nasional kaya china daily, koran di shuazin
sebenarnya itu lumayan luas karena staff marketing universitas saya
lumayan mendukung dan pastinya universitas saya dan departemen
inveromental sience di Universitas saya sangat mendukung jadi mereka
akan mengadakan seminar, open syposium atau mungkin semacam
conference dan lectures yang akan dihadiri dan mungkin dipimpin oleh
saya dan kemudian berbagi pengalaman di sana dan pastinya akan
dimasukan kedalam artikel, video blog dan youtube semacam itu dan
pastinya banyak banget bantuan dari universitas untuk lebih membagikan
secara luas informasi, dan pengalaman yang saya peroleh di COP 21 ini.”
Dari hasil wawancara peneliti dengan kedua key informan terdapat
beberapa perbedaan dan persamaan hal ini dikarenakan kedua key informan tersebut
saat ini tinggal di negara yang berbeda sehingga mereka harus menyesesuaikan
dengan kapasitas tempat dan audience. Key informan pertama yang tinggal di
http://digilib.mercubuana.ac.id/
51
Indonesia menggunakan media sosial seperti: blog, facebook, instagram.,
mengikuti kegiatan-kegiatan pemuda seperti seminar dan diskusi.
Menurut key informan kedua menggunakan cara yang lebih luas karena
target audience nya adalah Indonesia dan China. Jika di Indonesia komunikasi yang
digunakan lebih sering menggunakan media sosial seperti facebook, twitter dan
path, menghadiri seminar sedangkan key informan kedua selain menggunakan
media sosial juga mendapat bantuan dari marketing universitasnya dalam
mengirimkan tulisan, mengadakan seminar, conference, lecture dan dibagikan
kedalam artikel dikoran, video blog dan youtube.
Hal ini dibenarkan oleh informan pertama setelah mengikuti UNFCCC
para
delegasi
tersebut
diharapkan
dapat
berbagai
pengalamannya
dan
mengkomunikasikan kepada masyarakat luas, seperti yang diungkapkan informan
pertama:
“Kemudian setelah kembali, idealnya itu mereka juga harus berbagi
pengalaman mereka kepada teman-temannya. Bagus kalau bisa mereka
sendiri yang inisiasi bisa melalui berbagai organisasi, baik organisasiorganisasi pemuda maupun kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan oleh
pemerintah, perusahaan, lembaga swadaya masyarakat maupun media.
Misalnya ada pameran perubahan iklim atau ada festival perubahan
iklim, atau pameran lingkungan, pekan lingkungan, baik itu ditingkat lokal
dikota mereka, ditingkat universitas, tingkat nasional maupun tingkat
internasional.”
Di era globalisasi penyebaran informasi melalui media sosial menjadi
pilihan terpopuler. Beberapa media sosial yang banyak digunakan adalah facebook,
twitter, path dan instagram. Media tersebut memiliki kekurangan dan kelebihan
yang berbeda-beda. Dalam menggunakan media sosial twitter misalnya, pengguna
http://digilib.mercubuana.ac.id/
52
dituntut untuk berpikir lebih kreatif hal ini dikarenaka jumlan karakter yang
digunakan per satu kali posting di timeline adalah menggunakan 140 karakter
maksimumnya. Sehingga agar informasi yang ingin disebarkan dapat diterima
dengan baik oleh followers atau pembaca maka para pemilik akun tidak sedikit
yang menggunakan link dan menulisnya secara singkat-singkat dengan
pengirimannya secara berurutan dengan menggunakan angka 1.. 2.. 3.. dan
seterusnya serta informasi dari twitter dapat di share dengan menggunakan link
kedalam media sosial lainnya atau sebaliknya sebagai contoh: informasi di twitter
dapat di bagikan ke akun facebook, informasi dari instagram dapat di bagikan ke
akun twitter yang kita miliki.
Dalam mengkomunikasikann perubahan iklim para delegasi pemuda
Indonesia yang mengikuti menggunakan sosial media twitter. Twitter mereka
gunakan karena menurut key informan pertama:
“Twitter digunakan untuk menulis tips misalkan bagaimana hidup lebih
eco friendly, dan kegiatan apa saja yang sudah saya lakukan, terutama
untuk ketika saya post foto di Instagram saya juga dapat link kan ke twitter
saya, jadi menurut saya twitter lebih mudah dan membuat penggunanya
lebih kreatif.”
Gambar 4.2: Salah satu cara key informan menyebarkan informasi aktivitasnya
dengan menggunakan 2 media sosial yaitu: twitter dan instagram.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
53
Key informan kedua berpendapat:
“Twitter lebih ke short quates yang mungkin ngena bagi mereka dan
mereka jadi lebih penasaran lagi isu ini dan kemudian bisa dihubungkan
ke link yang nyambung ke facebook atau website yang berhubungan
dengan artikel terkait perubahan iklim seperti kebakaran hutan.”
Ketertarikan
kedua
key
informan
menggunakan
twitter
ketika
mengkomunikasikan perubahan iklim karena dalam menggunakan twitter, key
informan dapat digunakan untuk mengirimkan tips, short quates dan berpikir kreatif
dalam mengoptimalkan mengkomunikasikan perubahan iklim dan dapat
menghubungkan akun twitter yang dimiliki dengan media sosial lainnya serta
website yang berhubungan dengan artikel terkait perubahan iklim.
Key informan pertama mengungkapkan:
“Dengan mengasih link yang dihubungkan ke media sosial saya lainnya.
Misalkan saya post di facebook tetapi saya link kan juga ke twitter saya
juga, begitu pula sebaliknya. Di twitter itu kita dapat follow orang-orang
atau stakeholders yang terkait perubahan iklim seperti: @unfccc sehingga
saya bisa retweet dan menyebar luaskan pesan itu kepada followers saya.
Selanjutnya saya bisa repost, retweet dari kegiatan-kegiatan perubahan
iklim yang saya ikuti.”
Maksud dari key informan pertama dengan menggunakan twitter key
informan dapat menghubungkan informasi yang di kirimkan ke twitter dengan ke
akun media sosial lainnya. Untuk mendapatkan berita terbaru key informan
mengikuti berita dari akun perubahan iklim yang terkenal seperti akun @unfccc
yang dimiliki oleh United Nations Framework Convention on Climate Change.
Dari kegiatan tersebut diharapkan semua informasi yang key informan berikan
dapat diterima dengan baik oleh followers.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
54
Key informan kedua mengungkapkan:
“Lebih sering pakai, lebih sering retweet, mem-follow @neogeographic,
terus @greenpeace @unfccc, terus bisa share link diline atau we chat.
karena link yang saya share dari twitter, sehingga mereka mengetahui
twitter masih aktif dan sering digunakan.”
Maksud dari key informan kedua tersebut dengan aktif dan sering
mengupdate informasi melalui twitter dan menghubungkan dengan menggunakan
link antara media sosial yang di miliki dapat membuat twitter kita di ikuti para
pemilik akun twitter lainnya atau yang lebih di kenal dengan istilah followers.
Selain itu key informan juga mem-follow beberapa akun yang sering
mengkomunikasikan perubahan iklim seperti @neogeographic dan @greenpeace
untuk mendapatkan update dengan cara me-retweet atau mengulang informasi yang
sudah disebarkan oleh akun lain.
Gambar 4.3: Informasi hasil negosiasi yang disampaikan key informan kedua
kepada followers melalui akun twitter pribadinya
Aktif atau tidaknya media sosial twitter menjadi salah satu faktor pesan
perubahan iklim yang disampaikan key informan dapat diterima dengan baik oleh
para followers. Dalam penelitian ini peneliti melakukan pengamatan dan
mencocokan dan menanyakan secara langsung apakah perwakilan delegasi pemuda
http://digilib.mercubuana.ac.id/
55
tersebut aktif dalam mengkomunikasikan perubahan iklim dan berapa kali mereka
berbagai informasi perubahan iklim melalui media sosial twitter dalam satu
minggu.
Key informan pertama mengungkapkan:
“Dalam satu minggu saya memposting 2-3 kali informasi mengenai
perubahan iklim.”
Key informan kedua mengungkapkan:
“Sebelum ke China sering sekali, sekali bisa 10 kali. Tetapi sejak di China
karena twitter di blok mungkin hanya sekitar 2-10 kali dalam seminggu.”
Gambar 4.4: Timeline key informan pertama dalam 1 minggu memposting 2-3
Informasi mengenai perubahan iklim untuk mengkomunikasikan
perubahan iklim kepada followers.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
56
Gambar 4.5: Key informan kedua dalam 1 minggu memposting 2-10 informasi
perubahan ikim untuk mengkomunikasikan perubahan iklim kepada
followers.
Cara delegasi key informan mengkomunikasian pesan mengenai
perubahan iklim memiliki perbedaan dalam frekuensi dan respond dari para
followers. Peneliti melihat key informan pertama cara mengkomunikasikan pesan
perubahan iklim dengan meretweet kegiatan yang telah dilakukan komunitas yang
http://digilib.mercubuana.ac.id/
57
diikutinya, sedangkan key informan kedua mengkomunikasikan pesan perubahan
iklim sesuai perkembangan UNFCCC yang dia ikuti seperti yang terlihat dari
gambar 4.4 dan 4.5.
Dari kegiatan penggunaan media sosial yang digunakan oleh kedua key
informan, para informan yang mengikuti perkembangan komunikasi perubahan
iklim dari kedua key informan, berpendapat:
Informan pertama mengungkapkan:
“saya tidak bisa mengatakan mereka harus bagaimana karena sebagai
generasi muda tentunya mereka lebih updated dan lebih mengetahui yang
bisa kami, tim lakukan adalah mendorong mereka untuk membicarakan
atau menggali potensi sosial media ini dalam komunikasi perubahan iklim
jadi bukan saya yang mengarahkan tetapi mungkin saya bisa provokasi
apa yang mereka bisa lakukan jika ingin menggunakan media seperti
twitter, dan memang ini harus terus menerus diajak, atau terus menerus
berkomunikasi karena masing-masing memiliki kesibukan sendiri yang
jika tidak dikumpulkan atau jika tidak ditanya atau tidak di email dan lain
sebagainya hilang. Itu memang human nature memang sifat manusia dan
menariknya adalah jika ada kegiatan atau ada sesuatu bisa merasang
minat mereka tentunya dengan senang hati mereka dapat berpartisipasi.”
Maksud dari informan pertama adalah delegasi pemuda lebih update
dalam mengikuti perkembangan zaman. Salah satunya dalam menggunakan media
sosial seperti twitter. Yang bisa informan lakukan sebagai pembimbing adalah
mendorong key informan bukan hanya mengarahkan tetapi memprovokasikan
dalam mengkomunikasikan perubahan iklim seperti dalam menggunakan media
sosial dan terus mengajak mereka untuk turut serta aktif dan selalu berkomunikasi
dengan key informan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
58
Informan kedua mengungkapkan:
“yang paling penting adalah bagaimana kita melakukan monitoring dan
evaluasi terhadap media sosial dan dilakukan secara rutin. Sifatnya dapat
dealiy, weekley atau montly. Tergantung dari kebutuhan dan kemampuan
dari organisasi jadi itu harus dilakukan. Jadi kita tahu, sehingga kita terus
meningkatkan pemanfaatan itu secara optimal, efektif dan efesien. Paling
penting itu jangan lupa twitter itu potensial audience nya adalah seluruh
dunia tapi juga jangan lupa target kita siapa? Kalau target sasaran kita
itu anak muda Indonesia, maka saran saya ada dua yang pertama adalah
menulis dengan english version, yang kedua adalah menulis dengan
Indonesian version. Kalau misalnya tidak bisa menggunakan english
version atau dua bahasa, tidak apa-apa satu saja, tapi jangan semua
menggunakan pakai bahasa Inggris. Contohnya akun @borneoorangutan
yang dimilki oleh Orangutan Conservation Foundation menggunakan dua
bahasa, yaitu bahasa Indonesia dan bahasa inggris di tampilkan secara
berganti-gantian. Jadi orang-orang yang memiliki kemampuan bahasa
Inggris terbatas atau mungkin tidak mengerti, dia bisa ikuti terus isu-isu
perubahan iklim terutama dengan ketertarikan anak muda. Jika ingin
membuat hastag harus sudah dipikirin jauh-jauh hari yaitu yang simple 2
atau 3 kata tetapi mudah di ingat dan sesuai dengan tema kegiatan yang
akan dilakukan sehingga orang langsung sadar dengan perubahan iklim.”
Maksud dari informan kedua adalah key informan diharapkan selalu
melakukan monitoring dan evaluasi terhadap sosial media yang digunakan secara
rutin. Cara penggunaannya boleh bersifat harian, mingguan atau bulanan. Selain itu
penggunaan dua bahasa sangat diperlukan yaitu bahasa Indonesia dan bahasa
Inggris dapat disesuaikan dengan kebutuhan karena berkomunikasi dengan twitter
memiliki potensial audiece atau followers dari seluruh dunia. Jika informasi
perubahan iklim yang telah dilakukan key informan dapat menjadi perhatian publik
informan kedua menyarankan menggunakan hastag (#) yang harus sudah dipikirin
jauh-jauh hari dan menggunakan 2 atau 3 kata yang simple tetapi mudah di ingat
dan sesuai dengan tema kegiatan yang akan dilakukan sehingga orang langsung
sadar dengan perubahan iklim.”
http://digilib.mercubuana.ac.id/
59
Informan ketiga mengungkapkan:
“Selalu update perkembangan terbaru dalam permasalahan dan juga
solusi dalam perubahan iklim. Menggunakan tulisan yang catchy dalam
dua bahasa. Dan juga bukan sekedar tulisan tapi sebagai aksi nyata.”
Maksud dari informan ketiga adalah menggunakan twitter secara optimal
seperti key informan diharapkan selalu update. Menggunakan tulisan yang menarik
baik dalam bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris. Tetapi yang lebih penting
adanya aksi nyata selain menyampaikan pesan perubahan iklim melalui melalui
media sosial twitter.
Delegasi pemuda yang mengikuti UNFCCC saat ini sesuai pengamatan
peneliti telah berkomunikasi melalui berbagai media seperti media online dan cetak
dengan membuat artikel, sosial media seperti twitter, path, facebook, instagram dan
melakukan aksi nyata walaupun sejauh ini belum adanya monitoring atau evaluasi
secara rutin dari komunikasi yang sudah dilakukan. Apa yang dilakukan delegasi
pemuda tersebut dalam mengkomunikasikan perubahan iklim diketahui berhasil
atau tidaknya harus dapat dilihat dari respond yang di terima oleh komunikan dalam
hal ini adalah followers dari akun kedua key informan. Untuk mengetahuinya para
followers dapat mengirimkan respond secara langsung seperti: mengikuti kegiatankegiatan yang key informan lakukan. Sedangkan secara tidak langsung seperti
membaca secara rutin informasi yang telah disebarkan key informan dan
mengirimkan informasi kepada key informan melalui foto atau tulisan dari kegiatan
yang mereka lakukan.
Menurut key informan pertama komunikasi yang telah di lakukan sudah
cukup baik karena para followers dari akun pribadi maupun akun organisasi yang
http://digilib.mercubuana.ac.id/
60
dia gunakan memberikan tanggapan secara langsung seperti: beberapa followers
ada yang terinspirasi dari pesan dan kegiatan yang telah dilakukan oleh key
informan atau hanya memberikan komentar secara langsung tanpa mengikuti aksi
atau informasi secara nyata yang telah dilakukan.
Seperti yang diungkapkan key informan pertama:
“ketika saya menge post sesuatu tentang twitter ada beberapa teman yang
terinspirasi dan mengajak kerjasama untuk melakukan sesuatu aksi nyata
sehingga sesorang dapat terinspirasi. Ketika saya mengepost atau
meretweet tips bagaimana cara agar hidup eco friendly mereka
termotovasi untuk melakukannya. Tetapi kadang juga ada yang skeptikal
seperti: aah Rica sudah biasa ngepost kaya gini sudah mulai deh.
Keberhasilan saya mengkomunikasin perubahan iklim melalui twitter
contohnya: ketika saya menyampaikan manfaat penggunaan thumbler,
kemudian saya dan teman-teman menjualnya melalui twitter dan
kemudian laku terjual karena orang sudah mulai menyadari lebih bahwa
penggunaan thumbler lebih eco friendly dari pada menggunakan plastik
botol.”
Key informan kedua mengungkapkan:
“Biasanya mereka respond yang positif banyak yang retweet, atau mereka
lebih banyak tahu lagi masalah info-info dan mengikuti follow seperti
contohnya COP 21, bisa ikuti juga misalnya untuk teman-teman di China
dan Indonesia, tapi pernah ada juga kurang baik itu ketika aku retweet
apa terus aku mentweet untuk aku buat suatu statment contoh: “Climate
Reality is not espeliation” kemudia tiba-tiba ada yang reply kaya
answered I desegree with your statement and something.. tapi menurut aku
hal seperti itu lebih aku cari agar bisa dibuat debate atau suatu
conversation sehingga ada tukar pengalaman juga untuk tukaran
informasi karena mungkin informasi yang aku tahu belum tentu mungkin
bener dan aku jadi bisa memperbaiki diri dan aku bisa mempelajari halhal yang kurang baik bisa jadi yang lebih baik.”
Menurut key informan kedua respond yang diberikan oleh followers baru
menjawab quote dan bertukar informasi dan menjadi pembelajaran bagi diri sendiri.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
61
Para informan yang di wawancarai peneliti memiliki tanggapan yang
berbeda terkait komunikasi perubahan iklim yang telah disampaikan oleh para
delegasi pemuda kepada audience atau followers.
Informan pertama mengungkapkan:
“Mengkomunikasi perubahan iklim dengan baik kan ada kriterianya kalau
kita berbicara angka masih belum cukup banyak contoh delegasi pemuda
yang ikut ke COP itu jumlahnya mungkin tidak sampai 50 orang dalam
jangka waktu lima tahun ini. Tetapi kan ada kegiatan-kegiatan dimana
mereka terlibat sehingga informasinya menjadi seperti bola salju yang
menggelinding contoh nya adalah youth for climate camp kegiatan yang
dilakukan oleh kantor Utusan Khusus Presiden untuk Pengendalian
Perubahan Iklim yang melibatkan para delegasi pemuda ini yang menjadi
sumber inspirasi bagi pemuda-pemuda yang lain. Alumni dari Youth for
Climate Camp ini sudah 1000 orang. Informasi yang mereka kepada
teman-teman mereka seperti bola salju yang menggelinding, tetapi saya
sendiri merasa ini belum cukup. Belum cukup itu dalam arti kata harus
lebih banyak lagi pemuda yang terlibat dalam berbagai kegiatan dan tidak
hanya melalui media sosial karena kalau kita berbicara media sosial ini
hanya.. istitlah orang sananya itu just click away hanya klik karena kalau
klik itu mudahkan ya.. dia mau menggunakan twitter, facebook, hanya
klik.. klik.. tetapi ketika sudah terjun apakah mereka mau terjun? Itu yang
menurut saya masih bisa lebih lagi ditingkatkan meskipun bukan berarti
tidak ada kegiatan-kegiatan pemuda terkait perubahan iklim.”
Informan kedua mengungkapkan:
“Menurut saya belum, karena saya saja yang bergerak di komunikasi
perubahan iklim masih jarang benar mendengarnya, apalagi orang yang
tidak consen. Kita sebenarnya ingin mengetrak anak-anak muda, twitter
adalah media sosial yang menurut saya bagus untuk mengetrak anak-anak
muda tapi optimalisasi penggunaan twitter itu harus ditingkatkan.”
Informan tiga mengungkapkan:
“Sudah banyak dan dapat mengkomunikasikannya, namun masyarakat
terkadang masih kurang antusias dan tidak peduli mengenai perubahan
iklim. Maka lebih baik komunikasi dalam bentuk aksi nyata dari pada
http://digilib.mercubuana.ac.id/
62
sekedar atikel atau kata2 motivasi. Selain itu komunikasi yang telah
dilakukan delegasi pemuda sudah berhasil contohnya seperti saya yang
terinspirasi dari informasi yang disebarkan oleh Rica sehingga saya
dapat mengikuti UNFCCC di 2011 dan bekerjasama dengan Rica untuk
membuat kegiatan dan mengikuti pertemuan internasional lainya sepert:
Asian Power Shift pada tahun 2015 di Singapore. Saya juga mengikuti
perkembangan kegiatan UNFCCC COP 21 yang sudah terlaksana di
Paris akhir tahun 2015. Salah satu akun yang saya ikuti adalah Mia
karena dia salah satu delegasi pemuda yang mengikuti UNFCCC COP 21
dan aktif dalam mengupdate informasi UNFCCC COP 21 di akun
twitternya.”
Dari tanggapan yang telah disampaikan oleh para informan peneliti
mengamati bahwa komunikasi yang dilakukan key inforaman sebagai delegasi
pemuda memiliki tanggapan berbeda dari para informan. Kedua informan yang
mengikuti secara terus menerus dan mengenal key informan berpendapat bahwa
komunikasi yang telah dilakukan oleh key informan sudah cukup baik. Karena
kedua informan tersebut dapat berkomunikasi langsung dan melihat secara
langsung kegiatan yang sudah dilakukan oleh key informan. Sedangkan informan
kedua yang merupakan pakar komunikasi yang mengamati secara tidak langsung
melihat akun twitter dari key informan dalam mengkomunikasikan perubahan iklim
belum cukup karena belum banyak pemuda yang mengetahuinya.
Berkembangnya waktu, peran delegasi pemuda Indonesia dapat berubah
sesuai minat dari tiap-tiap individu delegasi pemuda. Kemungkinan yang dapat
terjadi perwakilan dari delegasi pemuda kedepannya dapat dituntut untuk menjadi
public realtions dan menggunakan E-PR dalam mengkomunikasikan perubahan
iklim untuk organisasi dari tempat mereka bekerja. Melalui pandangan tersebut
peneliti ingin mengetahui tanggapan apa yang diberikan oleh key informan dan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
63
informan ketika bagaimana seorang PR dalam mengkomunikasikan perubahan
iklim untuk masyarakat luas menggunakan E-PR.
Dalam hal tersebut key informan pertama mengungkapkan:
“Seorang PR dapat mengkomunikasikan perubahan iklim dengan mencari
peluang dan minat masyarakat yang menjadi objek komunikasinya serta
dapat menggunakan E-PR melalui media sosial seperti yang diungkapkan
Bob Julius Onggo.”
Key informan kedua mengungkapkan:
“Seorang PR pastinya bisa mengkomunikasikan perubahan iklim.
Komunikasinya antara lain dapat menggunakan E-PR melalui media
sosial. Media sosial sangat penting karena efektif contohnya di China
mereka menggunakan we chat dan sangat membantu sekali, membuat
platfrom sendiri seperti website, seminar yang bekerjasama dengan NGO
lokal, dari sekolah, kemudian membuat training dengan pemerintah, dan
membuat working group untuk mengumpulkan masa untuk edukasi dan
fun contohnya buat acara glow run mereka bayar tapi untuk charity untuk
perubahan iklim untuk implementasi solar panel di sekolah, lomba poster
perubahan iklim, membuat lomba writing yang nantinya mendapat hadiah
untuk mengikuti UNFCCC ini. Sedangkan di China saat ini banyak
kesempatan tawaran untuk mengikuti enviromental science terutama bagi
orang-orang yang dapat berbahasa China untuk meningkatkan
kepedulian perubahan iklim sehingga hal tersebut bisa menjadi peluang
bagi seorang PR untuk mengembangkan pengetahuannya.”
Informan pertama, berpendapat:
“Cyber PR Kalau menurut saya sendiri memang sangat berguna untuk
memperluas informasi tentang perubahan iklim dan kita ditantang untuk
bisa menyampaikan pesan dengan hanya maskimum 140 karakter itu
merupakan suatu tantangan tentunya juga bisa ada gambar-gambar
karena kita tahu bahwa a picture is work o thousond words jadi dengan
melihat gambar saja, kadang nilai informasinya berlipat ganda. Tetapi
saya sendiri berpendapat bahwa tidak cukup cyber PR ini karena kita
harus melihat climate action. Contohnya dalam kegiatan-kegiatan The
Climate Reality Project Indonesia ada istilah yang namanya act of
leadership jadi tindakan kepemimpinan. Jadi act of leadership ini bisa
http://digilib.mercubuana.ac.id/
64
saja dia berbicara dengan media dia berbicara dengan para pengambil
keputusan baik dari sisi eksekutif, legislatif, maupun yudikatif dia
menyelenggarakan suatu acara, dia menulis artikel, dia membuat buku,
dia membuat lukisan, dia membuat lagu dan lain sebagainya. Jadi perlu
tahu apa saja sih kriteria-kriteria kalau dia diminta atau diharapkan untuk
menjadi public relations personal yang baik terkait dengan perubahan
iklim. Jadi jawabannya tidak bisa hanya satu kata.. ooww dia bisa menjadi
PR yang baik tidak bisa karena harus ada kriteria-kriteria, yang harus
disepakati bersama.”
Informan kedua berpendapat:
“PR bisa banget! Mengkomunikasikan perubahan iklim. Karena peneliti
ini berkaitan dengan media sosial, jadi menurut saya twitter ok, Facebook
ok, blog juga ok, kemudian juga harus ada kopdar nya. Jadi paling penting
harus ada aksi nyatanya yang dapat diikuti pemuda, agar pemuda dapat
berkontribusi nyata baik di tingkat lokal maupun internasional.
Sedangkan sifat yang konvensional dalam mengkomunikasikan perubahan
iklim misalnya media relations seperti media visit, press breafing, pasti
anak muda dapat melakukannya.”
Informan ketiga berpendapat:
“Seorang PR dapat mengkomunikasikan perubahan iklim melalui E-PR
dengan memanfaatkan media sosial dan berusaha untuk menjadi opinion
leader. Menciptakan tren baru mengenai lifestyle hijau.”
Dari tanggapan yang diberikan oleh key informan dan informan peneliti
mengamati bahwa dengan berkembangnya waktu delegasi pemuda bisa saja
dituntun menjadi seorang PR dalam mengkomunikasikan perubahan iklim dengan
menggunakan E-PR. Hal tersebut dapat terjadi jika delegasi pemuda yang memilki
minat menjadi seorang PR mendapatkan arahan dari pembimbing atau organisasi
selain memaksimalkan penggunaan media sosial delegasi pemuda yang ingin
menjadi seorang PR harus menambah ilmu pengetahuannya seperti mengikuti
http://digilib.mercubuana.ac.id/
65
pelatihan kepemimpinan seperti yang diadakan oleh The Climate Reality Project
serta melakukan gaya konvensional dalam mengkomunikasikan perubahan iklim
misalnya membuat media relations, media visit, press breafing dan terakhir adalah
melakukan climate action secara nyata agar masyarakat bukan hanya saja menerika
pesan perubahan iklim tetapi bersama-sama dapat turut berpartisipasi.
4.3
Pembahasan
Sejalan berkembangnya waktu, secara langsung atau tidak langsung
pemuda sejatinya memiliki peran dan fungsi strategis dalam akselerasi
pembangunan dalam proses kehidupan berbangsa dan bernegara.
Pemuda adalah penerus bangsa dan negara serta memiliki fungsi sebagai
agen perubahan yang lebih baik di setiap bidang. Tak terkecuali dalam
mengkomunikasikan perubahan iklim ke masyarakat khsusnya kepada generasi
muda.
Dalam mengkomunikasikan pesan perubahan iklim kepada masyarakat
luas bukanlah sesuatu yang bersifat instan. Dalam berkomunikasi agar pesan yang
disampaikan dapat diterima dengan baik oleh lawan bicaranya atau orang yang
membaca pesannya, perlu adanya interaksi antara manusia yang satu dengan yang
lain. Seperti yang diungkapkan Shannon & Weaver mendefinisikan komunikasi
sebagai bentuk interaksi manusia yang saling mempengaruhi satu sama lainnya,
sengaja atau tidak sengaja. Tidak terbatas pada bentuk komunikasi menggunakan
bahasa verbal, tetapi juga dalam hal ekspresi muka, lukisan, seni dan teknologi.
Delegasi pemuda UNFCCC secara tidak langsung memiliki fungsi dan
peran seperti seorang PR. seperti yang di kutip oleh Danandjaja dari Bertram R.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
66
Canfield dalam bukunya “Public Relations Principles and Problems“ Fungsi
public relations itu haruslah mencakup kepada hal sebagai berikut: 31
1. It should serve the public’s interest
2. Maintain good communication
3. And stress good morals and manners”.
Artinya bahwa fungsi delegasi pemuda sebagai memiliki public relations
adalah memelihara komunikasi yang baik dan menjalin hubungan dengan baik
dengan publik, dan kegiatan public relations yang dijalankan haruslah menitik
beratkan pada moral dan tingkah laku yang baik. Dengan begitu, tujuan delegasi
pemuda yang berhubungan dengan publik dalam mengkomunikasikan pesan
perubahan iklim dapat diterima dengan baik oleh publik dan followers.
Peran delegsi pemuda UNFCCC dalam mengkomunikasikan perubahan
iklim memiliki empat peran seperti peran public relations yang yang diungkapkan
oleh Indrawati Tamin yang dikutip oleh Lena Satlita, menyatakan bahwa ada empat
peran yang dapat dimainkan oleh public relations yaitu: 32
a. Interpreter atau in the middle (Penerjemah)
Yaitu public relations atau delegasi pemuda sebagai perwakilan
pemuda bagi negaranya dapat berperan sebagai sumbu antara pemangku
kepentingan dengan publik dalam menyampaikan pesan perubahan iklim.
Delegasi pemuda harus mampu mengintepretasikan dinamika dan
kebutuhan serta perilaku publik terhadap pemangku kepentingan dan
Danandjaja. 2011. Peranan Humas dalam Perusahaan. Yogyakarta: Graha Ilmu. Hal 19
Lena Satlita. 2011. Media Public Relations. http:staff.uny.ac.id/dosen/lena-satlitadra-msi/PRMinggu-08.pdf
31
32
http://digilib.mercubuana.ac.id/
67
sebaliknya. Untuk bisa memikul peran ini, delegasi pemuda harus
mempunyai akses dengan pemangku kepentingan. Peran ini sering disebut
juga sebagai fasilitator komunikasi (komunikator/mediator).
b. Lubricant (pelumas atau pelicin)
Dalam menciptakan hubungan internal yang harmonis dan efisien
seorang delegasi pemuda berperan sebagai pelumas atau pelicin. Peran ini
memungkinkan delegasi pemuda mencegah timbulnya kemungkinan
perpecahan dalam delegasi pemuda lainnya melalui komunikasi yang
efektif
c. Pemonitoring dan pengevaluasi
Layaknya seorang public relations delegasi pemuda berperan untuk
mengantisipasi setiap perubahan yang mungkin saja berdampak negatif
terhadap organisasi. Dalam hal ini, delegasi haruslah pandai dalam
mengawasi setiap tindakan publik (pemonitoring) dan mengevaluasi
(pengevaluasi) semua kegiatan yang berhubungan dengan publik. Pada
tahapan evaluasi ini dilakukan perbaikan-perbaikan untuk menciptakan
hubungan yang harmonis diantara publik suatu organisasi. Misalnya ketika
pemangku kepentingna atau organisasi mengadakan suatu kegiatan yang
berhubungan dengan publik terkait perubahan iklim, harusnya delegasi
pemuda stanby me-monitoring (memantau) kegiatan tersebut dari awal
hingga akhir dan setelah kegiatan tersebut selesai dilaksanakan kemudian
ikut mengevaluasi terkait kelebihan dan kekurangan dari diadakannya
kegiatan tersebut.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
68
d. Komunikasi
Seorang delegasi pemuda sebagai public relations harus mampu
menggunakan teknik-teknik komunikasi yang efektif kepada publik.
Komunikasi yang digunakan dapat berbagai macam cara salah satunya
menggunakan media sosial twitter agar dapat menjangkau target publik
yang lebih luas.
Pada zaman sekarang ini perkembangan komunikasi dengan menggunakan
teknologi mengalami kemajuan seperti adanya media sosial yang memerlukan
perangkat teknologi dalam menggunakannya. Perkembangan media sosial dalam
kehidupan manusia sangat mempengaruhi cara-cara berkomunikasi antar sesama
manusia. Mulai dari penggunaan internet yang membuat orang-orang bisa
mendapatkan informasi dengan mudahnya. Dalam penelitian ini, peneliti
menemukan bahwa peran key informan sebagai public relations menggunakan
media sosial untuk berkomunikasi ataupun berinteraksi dalam menyebarkan
informasi ke halayak luas. Begitu pun dengan informan yang turut serta dalam
penelitian ini.
Key informan merupakan delegasi pemuda Indonesia yang mengikuti
UNFCCC memilih media sosial twitter sebagai sarana mengkomunikasikan
perubahan iklim dengan alasan dan tujuan tertentu. Keputusan menggunakan media
sosial twitter menurut key informan, karena dengan menggunakan twitter key
informan dengan mudah mencari dan menyebarkan informasi terbaru dari akun
twitter yang mereka ikuti. Selain itu dengan twitter key informan dapat membagikan
pengalaman seperti kampanye atau gaya hidup eco friendly kepada followers -nya
http://digilib.mercubuana.ac.id/
69
dan informasi atau pesan yang mereka sebarkan melalui twitter juga dapat
dihubungkan kemedia sosial lainnya yang mereka miliki dengan menggunakan
link.
Berbicara mengenai menyebarkan informasi atau pesan melalui media
sosial twitter, Setelah dilakukan analisa mendalam terhadap fakta-fakta hasil
wawancara dan pengumpulan data sekunder, peneliti menemukan bahwa cara
komunikasi key informan sejalan dengan E-PR yang dikemukakan oleh Bob Julius
Onggo.
Peneliti mengamati E-PR yang digunakan key informan dapat terlihat
ketika proses, tanggapan dan hasil dari key informan kepada followers atau kepada
target publik dalam menyampaikan pesan perubahan iklim melalui media sosial
twitter, seperti:
1. Adanya komunikasi konstan antara key informan dengan followers
dapat tercipta karena Media sosial twitter yang menggunakan koneksi
internet dapat digunakan selama 24/7 (24 jam x 7 hari) dengan potensi
target publik seluruh dunia dan tidak pernah tidur. Dalam hal ini peneliti
melihat key informan menggunakan media sosial twitter tanpa mengenal
waktu dan tempat ketika menyampaikan pesan sesuai kebutuhan dan
kejadian yang ingin disampaikann oleh key informan.
2. Respon yang cepat antara key informan dengan followers, contohnya
ketika key informan menyampaikan manfaat penggunaan thumbler,
kemudian key informan dan teman-temannya menjualnya melalui twitter
dan kemudian laku terjual. Dari peristiwa tersebut peneliti melihat
http://digilib.mercubuana.ac.id/
70
informasi yang disampaikan key informan melalui media sosial twitter
mendapatkan respon yang cepat dari followers dan pemuda lainya.
3. Pasar Global, dalam penelitian ini maksudnya adalah dengan media
sosial twitter komunikasi dalam menyampaikan informasi terkait
perubahan iklim dari seluruh dunia dapat di terima oleh key informan dan
dapat disebarkan dengan hanya meng klik dan menulis informasi singkat
di timeline twitter pribadi atau twitter organisasi yang dimiliki key
informan kepada followers dari seluruh dunia.
4. Interaktif, dalam hal ini key informan memperoleh feedback dari
followers ketika membagikan informasi melalui media sosial twitter.
Feedback yang didapat beraneka ragam mulai dari mengikuti gaya hidup
eco friendly yang dilakukan key informan, dan juga key informan menjadi
sosok yang dapat menjadi insipirasi oleh followersnya seperti yang
disampaikan oleh informan ketiga yang menjadi delegasi pemuda
UNFCCC COP 16 ketika mengikuti informasi key informan yang
menceritakan pengalamannya mengikuti UNFCCC COP 15 dan rasa ingin
tahu informan dengan mengikuti perkembangan update UNFCCC COP 21
dengan membaca akun twitter key informan kedua yang sedang mengikuti
dan menjadi delegasi pemuda di UNFCCC COP 21 di Paris.
5. Komunikasi dua arah secara tidak langsung akan tercipta ketika key
informan aktif dalam mengkomunikasikan perubahan iklim melalui media
twitter. Dengan mengajak key informan bekerjasama membuat suatu
kegiatan kemudian di sebarkan melalui media sosial seperti twitter
http://digilib.mercubuana.ac.id/
71
merupakan salah satu komunikasi dua arah yang peneliti lihat dalam
penelitian ini.
6. Hemat, yang dimaksud dalam penelitian ini adalah key informan dapat
meminimalisasikan biaya dalam mengkomunikasikan perubahan iklim
dengan menggunakan media sosial twitter. Dalam mengkomunikasikan
perubahan iklim melalui media sosial twitter, key informan hanya
memerlukan koneksi internet tanpa adanya biaya cetak atau biaya
transportasi. Sehingga biaya yang key informan keluarkan semakin hemat
terlihat dari akses internet gratis yang sudah mudah didapat oleh key
informan.
Dengan menggunakan E-PR komunikasi yang dilakukan oleh key
informan dengan melalui media sosial twitter peneliti mengamati dapat
menghasilkan 3 R (relations, reputasi dan relevensi) bagi menyebarkan informasi
perubahan iklim kepada pemuda lainnya, yaitu: relations dapat dilihat ketika key
informan mampu berinteraksi dengan membangun hubungan dengan pemuda
lainnya, reputasi key informan dapat dibangun ketika dalam menyebarkan pesan
yang baik secara berkesinambungan, dan relevansi key informan dapat terlihat dari
kegiatan online yang dilakukan relevan dengan target audience yang sebagian
besar adalah anak muda.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Download