EKSPOR BENIH LOBSTER MENJERAT MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN Oleh : PUTRI THAHIRAH . I Mahasiswi Semester 3 Program Studi Administrasi Publik Stisipol Raja Haji Tanjung Pinang Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) resmi menetapkan Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo sebagai tersangka kasus dugaan penerimaan perizinan tambak, usaha, atau pengelolaan perikanan atau komoditas perairan sejenis lainnya tahun 2020. Edhy Prabowo yang saat ini berstatus tersangka kasus suap ekspor benih lobster ini ditangkap KPK di Bandara Soekarno-Hatta. Edhy diduga menerima suap Rp 3,4 miliar dan juga USD 100.000 terkait izin ekspor benih lobster. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) melakukan pemeriksaan terhadap sejumlah saksi terkait kasus yang menjerat mantan Menteri KKP Edhy Prabowo tersebut. Pada Jumat, 11 Desember 2020 KPK kembali mengonfirmasi mengenai aliran uang kepada dua Sekretaris Pribadi (Sespri) Edhy Prabowo. Dua sespri tersebut masing-masing Fidya Yusri dan Anggia Putri, telah diperiksa KPK sebagai saksi untuk aliran uang yang diterima tersangka Andreau Pribadi Misata Edhy Prabowo. Selain itu, KPK juga memeriksa Staf Khusus Menteri KKP sekaligus Ketua Pelaksana Tim Uji Tuntas Andreau Pribadi Misata dan Amiril Mukminin, swasta/sespri Edhy Prabowo sebagai saksi. Saksi Amiril Mukminin dikonfirmasi penyidik terkait pengetahuan saksi soal dugaan penerimaan uang yang diterima tersangka Edhy Prabowo dari pihak-pihak yang berhubungan dengan perizinan ekspor benih lobster. Lobster (Panulirus sp) atau udang karang yang merupakan salah satu komoditas ekspor dari subsector perikanan Indonesia dan merupakan komponen penting bagi perikanan udang di Indonesia. Lobster banyak tersebar di seluruh perairan Indonesia dengan nilai ekonomis yang tinggi. Permintaan akan lobster selalu meningkat tajam setiap tahunnya, meningkatnya permintaan pasar domestic maupun ekspor, menyebabkan penangkapan komoditi lobster semakin intensif tanpa memperhatikan ukuran. Bak gayung bersambut, tidak hanya lobster dewasa, minat pasar internasioal terhadap benih lobster juga semakin meningkat. Ekspor benih lobster Indonesia dari tahun 2011-2014 mengalami peningkatan secara konstan dan tajam. Ini tentu saja menguntungkan bagi Negara karena mendatangkan devisa yang cukup besar. Namun keuntungan ini tidak sebanding jika biota laut berharga ini hilang dari laut Indonesia. Tidak adanya pembatasan kuota ekspor menimbulkan eksploitasi besar-besaran terhadap benih lobster tanpa memperhatikan populasinya. Untuk mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan dan sebagai bentuk realisasi dari perlindungan terhadap biota laut, maka pada tahun 2015, Indonesia melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan dibawah kepemimpinan Menteri Susi Pudjiastuti menerbitkan Permen-KP No.1 tahun 2015 tentang penangkapan lobster. Dimana didalamnya mengatur tentang ukuran lobster yang boleh diekspor, serta larangan mengekspor lobster yang sedang bertelur dengan alasan agar spesies hewan laut tersebut memiliki waktu untuk bereproduksi sebelum ditangkap dan diperjual belikan. Namun Menteri Perikanan dan Kelautan (KKP) Edhy Prabowo mencabut larangan tentang ekspor benih lobster yang sebelumnya diterbitkan oleh menteri sebelumnya Susi Pudjiastuti. Kebijakan ini sempat terjadi prokontra ada yang merasa kebijakan tersebut sudah tepat, tapi banyak pula yang berpandangan kebijakan yang diterbitkan oleh Menteri Edhy Prabowo dapat mengganggu atau mengakibatkan kepunahan lobster di Tanah Air, dampaknya membahayakan kedaulatan pangan Indonesia. Permasalahan ekspor benih lobster ini tidak signifikan di perekonomian nelayan. keuntungan hanya didapat eksportir, nelayan dan pengusaha lokal tidak berdampak.