LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA DIAGNOSA HIDROSEFALUS Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Keperawatan Anak Dosen Pembimbing: Shulhan arief, S.Kep, Ners, M.Kep Disusun Oleh: DEVA WIDI OKTA (A1R19028) RIKA TRI HANDAYANI (A1R19028) RISKI AMALIS DWI AFRIANI (A1R19028) WAHYU KURNIA DAMAYANTI (A1R19028 PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HUTAMA ABDI HUSADA TULUNGAGUNG TAHUN AJARAN 2020/2021 Askep Anak LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN PENDAHULUAN ASKEP HIDROSEFALUS DI SUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS KEPERAWATAN MATA KULIAH KEPERAWATAN ANAK Telah disetujui dan disahkan pada : Hari : Tanggal : Mengetahui Mahasiswa Dosen Pembimbing (Shulhan arief, S.Kep, Ners, M.Kep) () Askep Anak KATA PENGANTAR Puji syukur saya ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia serta hidayahNya sehingga saya dapat menyelesaikan Laporan Pendahuluan HIDROSEFALUS yang Di Susun Untuk Memenuhi Tugas Keperawatan Mata Kuliah Keperawatan Anak oleh dosen pembimbing, Shulhan arief, S.Kep, Ners, M.Kep dan merupakan salah satu tugas kelompok yang harus dipenuhi oleh mahasiswa. Dalampembuatan laporanpendahuluan ini saya banyak mendapatkan bimbingan dan arahan dari berbagai pihak, oleh sebab itu saya mengucapkan banyak terimakasih kepada dosen pembimbing yakni bapak Shulhan arief, S.Kep, Ners, M.Kep dan rekan-rekan mahasiswa yang telah membantu dan memberikan dorongan dalam pembuatan laporan pendahuluan ini. Saya menyadari bahwa penulisan laporan pendahuluan ini masih belum sempurna, oleh karena itu saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini. Saya mengharapkan semoga laporan pendahuluan ini bermanfaat bagi kita semua. Akhir kata saya ucapkan terima kasih. Tulungagung,12 maret 2021 Rika tri handayani Askep Anak DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN ...................................................................................................... 2 KATA PENGANTAR....................................................... Ошибка! Закладка не определена. DAFTAR ISI ............................................................................................................................. 4 BAB I.................................................................................. Ошибка! Закладка не определена. PENDAHULUAN ............................................................. Ошибка! Закладка не определена. A. Latar Belakang ..................................................... Ошибка! Закладка не определена. B. Rumusan masalah...............................................................................................................6 C. Tujuan Penulisan.................................................. Ошибка! Закладка не определена. BAB II ................................................................................ Ошибка! Закладка не определена. PEMBAHASAN ................................................................ Ошибка! Закладка не определена. A. Pengertian ............................................................ Ошибка! Закладка не определена. B. Etiologi................................................................. Ошибка! Закладка не определена. C. Tanda dan gejala .................................................. Ошибка! Закладка не определена. D. Patofisiologi ......................................................... Ошибка! Закладка не определена. E. Pemeriksaan Diagnostik ...................................... Ошибка! Закладка не определена. F. Penatalaksanaan Medis ........................................ Ошибка! Закладка не определена. G. Pengkajian Keperawatan...................................... Ошибка! Закладка не определена. H. Diagnosa Keperawatan ........................................ Ошибка! Закладка не определена. I. Intervensi ............................................................. Ошибка! Закладка не определена. J. Evaluasi ................................................................ Ошибка! Закладка не определена. BAB III............................................................................... Ошибка! Закладка не определена. PENUTUP.......................................................................... Ошибка! Закладка не определена. A. KESIMPULAN .................................................... Ошибка! Закладка не определена. B. SARAN ................................................................ Ошибка! Закладка не определена. DAFTAR PUSTAKA ........................................................ Ошибка! Закладка не определена. Askep Anak BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Hydrocephalus telah dikenal sajak zaman Hipocrates, saat itu hydrocephalus dikenal sebagai penyebab penyakit ayan. Di saat ini dengan teknologi yang semakin berkembang maka mengakibatkan polusi didunia semakin meningkat pula yang pada akhirnya menjadi factor penyebab suatu penyakit, yang mana kehamilan merupakan keadaan yang sangat rentan terhadap penyakit yang dapat mempengaruhi janinnya, salah satunya adalah Hydrocephalus. Saat ini secara umum insidennya dapat dilaporkan sebesar tiga kasus per seribu kehamilan hidup menderita hydrocephalus. Dan hydrocephalus merupakan penyakit yang sangat memerlukan pelayanan keperawatan yang khusus. Hydrocephalus itu sendiri adalah akumulasi cairan serebro spinal dalam ventrikel serebral, ruang subaracnoid, ruang subdural (Suriadi dan Yuliani, 2010). Hydrocephalus dapat terjadi pada semua umur tetapi paling banyak pada bayi yang ditandai dengan membesarnya kepala melebihi ukuran normal. Meskipun banyak ditemukan pada bayi dan anak, sebenarnya hydrosephalus juga biasa terjadi pada oaran dewasa, hanya saja pada bayi gejala klinisnya tampak lebih jelas sehingga lebih mudah dideteksi dan diagnosis. Hal ini dikarenakan pada bayi ubun-ubunnya masih terbuka, sehingga adanya penumpukan cairan otak dapat dikompensasi dengan melebarnya tulangtulang tengkorak. Sedang pada orang dewasa tulang tengkorak tidak mampu lagi melebar. Hidrosefalus adalah suatu penyakit dengan ciri-ciri pembesaran pada sefal atau kepala yang mengakibatkan bertambahnya cairan serebrospinal (CSS) dengan atau karena tekanan intrakranial yang meningkat sehingga terjadi pelebaran ruang tempat mengalirnya cairan serebrospinal (CSS) (Ngastiah). Bila masalah ini tidak segera ditanggulangi dapat mengakibatkan kematian dan dapat menurunkan angka kelahiran di suatu wilayah atau negara tertentu sehingga pertumbuhan populasi di suatu daerah menjadi kecil. Menurut penelitian WHO untuk wilayah ASEAN jumlah penderita Hidrosefalus di beberapa negara adalah sebagai berikut, di Singapura pada anak 0-9 th : 0,5%, Malaysia: anak 5-12 th 15%, India: anak 2-4 th 4%, di Indonesia berdasarkan penelitian dari Fakultas Ilmu Kedokteran Universitas Indonesia terdapat 3%. Berdasarkan pencatatan dan pelaporan yang diperoleh dari catatan register dari ruangan perawatan IKA 1 RSPAD Gatot Soebroto dari bulan oktober-desember tahun 2015 jumlah anak yang menderita dengan gangguan serebral berjumlah 159 anak dan yang mengalami Hidrosefalus berjumlah 69 anak dengan persentase 43,39%. Dari data yang didapat di ruang rawat inap Anak RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi Dari awal bulan Januari sampai dengan bulan Juni Tahun 2018. angka kejadian kasus Hidrosefalus sebanyak 7 orang anak terdiagnosa hidrosefalus angka tertinggi terletak pada bulan maret sebanyak 2 anak. B. RUMUSAN MASALAH C. TUJUAN Tujuan Umum Penulis dapat melaksanakan asuhan keperawatan pada klien dengan Hidrosefalus post pasang shunt RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi. Tujuan khusus a. Penulis dapat melaksanakan pengkajian pada klien An.M dengan hidrosefalus post pasang shunting di ruang rawat anak RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi. Askep Anak b. Penulis dapat merumuskan diagnosa keperawatan pada klien An.M dengan hidrosefalus post pasang shunting RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi. c. Penulis dapat merencanakan tindakan asuhan keperawatan pada klien An.M dengan hidrosefalus post pasang shunting RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi. d. Penulis dapat melaksanakan tindakan asuhan keperawatan pada klien An.M dengan hidrosefalus post pasang shunting RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi. e. Penulis dapat mengevaluasi asuhan keperawatan pada klien An.M dengan hidrosefalus post pasang shunting RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi. f. Penulis dapat mendokumentasikan asuhan keperawatan pada klien An.M dengan hidrosefalus post pasang shunting RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi. Askep Anak BAB II PEMBAHASAN A. PENGERTIAN Hidrosefalus adalah penumpukan cairan di rongga otak, sehingga meningkatkan tekanan pada otak. Pada bayi dan anak-anak, hidrosefalus membuat ukuran kepala membesar. Sedangkan pada orang dewasa, kondisi ini bisa menimbulkan sakit kepala hebat. Cairan otak diproduksi oleh otak secara terus menerus, dan diserap oleh pembuluh darah. Fungsinya sangat penting, antara lain melindungi otak dari cedera, menjaga tekanan pada otak, dan membuang limbah sisa metabolisme dari otak. Hidrosefalus terjadi ketika produksi dan penyerapan cairan otak tidak seimbang. Hidrosefalus dapat dialami oleh siapa saja, tetapi lebih sering dialami oleh bayi dan orang-orang yang berusia 60 tahun ke atas. Beberapa jenis hidrosefalus, antara lain: Hidrosefalus kongenital, yaitu kelainan bawaan yang terjadi akibat gangguan di dalam kandungan ibu saat hamil, seperti infeksi toksoplasma, kekurangan asam folat, atau penyebab lainnya. Hidrosefalus yang didapat (acquiredhydrocephalus), terjadi karena gangguan di dalam otak, seperti misalnya stroke, radang selaput otak, atau tumor otak. Kemudian, kondisi tersebut menyebabkan sirkulasi cairan otak tersumbat, sehingga terjadi hidrosefalus. Menurut Suriadi,(2016) Hidrocepalus adalah akumulasi cairan serebrospinal dalam ventrikel cerebral, ruang subarachnoid, atau ruang subdural, Sedangkan menurut Darto Suharso,(2009) Hidrosepalus adalah kelainan patologis otak yang mengakibatkan bertambahnya cairan serebrospinal dengan atau pernah dengan tekanan intrakranial yang meninggi, sehingga terdapat pelebaran ventrikel. Menurut Dwita( 2017) Hidrosefalus berasal dari kata hidro yang berarti air dan chepalon yang berarti kepala. Hidrosefalus merupakan penumpukan CSS yang secara aktif dan berlebihan pada satu atau lebih ventrikel otak atau ruang subarachnoid yang dapat menyebabkan dilatasi sistem ventrikel otak. Sedangkan menurut Suriadi, (2010) Hidrosefalus adalah suatu keadaan patologis otak yang mengakibatkan bertambahnya cairan serebrospinalis, disebabkan baik oleh produksi yang berlebihan maupun gangguan absorpsi, dengan atau pernah disertai tekanan intrakanial yang meninggi sehingga terjadi pelebaran ruangan-ruangan tempat aliran cairan serebrospinalis. Dari beberapa pendapat di atas, Jadi dapat disimpulkan Hidrosefalus merupakan penumpukan CSS yang secara aktif dan berlebihan pada satu atau lebih ventrikel otak atau ruang subrachnoid yang dapat menyebakan dilatasi sistem ventrikel otak dimana keadaan patologis otak yang mengakibatkan bertambahnya cairan serebrospinal, disebabkan baik oleh produksi yang berlebihan maupun gangguan absorpsi, dengan atau pernah disertai tekanan intracranial yang meninggi sehingga terjadi pelebaran di ruangan – ruangan tempat aliran cairan serebrospinal. B. ETIOLOGI Menurut Darsono,(2012) Cairan Serebrospinal merupakan cairan jernih yang diproduksi dalam ventrikulus otak oleh pleksus koroideus, Cairan ini mengalir dalam ruang subaraknoid yang membungkus otak dan medula spinalis untuk memberikan perlindungan serta nutrisi(Cristine Brooker:The Nurse’s Pocket Dictionary). CSS yang dibentuk dalam sistem ventrikel oleh pleksus khoroidalis kembali ke dalam peredaran darah melalui kapiler dalam piamater dan arakhnoid yang meliputi seluruh susunan saraf pusat (SSP). Askep Anak Cairan likuor serebrospinalis terdapat dalam suatu sistem, yakni sistem internal dan sistem eksternal. Pada orang dewasa normal jumlah CSS 90-150 ml, anak umur 8-10 tahun 100-140 ml, bayi 40-60 ml, neonatus 20-30 ml dan prematur kecil 10-20 ml. Cairan yang tertimbun dalam ventrikel 500-1500 ml. DeVito EE et al, (2007:32) Aliran CSS normal ialah dari ventrikel lateralis melalui foramen monroe ke ventrikel III, dari tempat ini melalui saluran yang sempit akuaduktus Sylvii ke ventrikel IV dan melalui foramen Luschka dan Magendie ke dalam ruang subarakhnoid melalui sisterna magna. Penutupan sisterna basalis menyebabkan gangguan kecepatan resorbsi CSS oleh sistem kapiler. Allan H. Ropper, (2011) Hidrosefalus terjadi bila terdapat penyumbatan aliran cairan serebrospinal (CSS) pada salah satu tempat antara tempat pembentukan CSS dalam sistem ventrikel dan tempat absorbsi dalam ruang subaraknoid. Akibat penyumbatan, terjadi dilatasi ruangan CSS diatasnya). Allan H. Ropper, (2011) Teoritis pembentukan CSS yang terlalu banyak dengan kecepatan absorbsi yang abnormal akan menyebabkan terjadinya hidrosefalus, namun dalam klinik sangat jarang terjadi. Penyebab penyumbatan aliran CSS yang sering terdapat pada bayi dan anak ialah : 1. Kelainan Bawaan (Kongenital) a. Stenosis akuaduktus Sylvii Merupakan penyebab terbanyak pada hidrosefalus bayi dan anak (60-90%). Aqueduktus dapat merupakan saluran yang buntu sama sekali atau abnormal, yaitu lebih sempit dari biasa. Umumnya gejala hidrosefalus terlihat sejak lahit atau progresif dengan cepat pada bulan-bulan pertama setelah kelahiran. b. Spina bifida dan kranium bifida Hidrosefalus pada kelainan ini biasanya yang berhubungan dengan sindrom Arnould-Jhiari akibat tertariknya medulla spinalis dengan medulla oblongata dan cerebellum letaknya lebih rendah dan menutupi foramen magnum sehingga terjadi penyumbatan sebagian atau total. c. Sindrom Dandy-Walker Merupakan atresia congenital Luscha dan Magendie yang menyebabkan hidrosefalus obtruktif dengan pelebaran system ventrikel terutama ventrikel IV, yang dapat sedemikian besarnya sehingga merupakan suatu kista yang besar di daerah fosa pascaerior. d. Kista araknoid dan anomali pembuluh darah Dapat terjadi congenital tapi dapat juga timbul akibat trauma sekunder suatu hematoma. 2. Infeksi Akibat infeksi dapat timbul perlekatan meningen sehingga dapat terjadi obliterasi ruangan subarahnoid. Pelebaran ventrikel pada fase akut meningitis purulenta terjadi bila aliran CSS terganggu oleh obstruksi mekanik eksudat pirulen di aqueduktus sylviin atau system basalis. Hidrosefalus banyak terjadi pada klien pasca meningitis. Pembesaran kepala dapat terjadi beberapa minggu sampai beberapa bulan sesudah sembuh dari meningitis. Secara patologis terlihat pelebaran jaringan piamater dan arahnoid sekitar system basalis dan daerah lain. Pada meningitis serosa tuberkulosa, perlekatan meningen terutama terdapat di daerah basal sekitar sistem kiasmatika dan interpendunkularis, sedangkan pada meningitis purunlenta lokasisasinya lebih tersebar. Askep Anak 3. Neoplasma Hidrosefalus oleh obstruksi mekanik yang dapat terjadi di setiap tempat aliran CSS. Pengobatannya dalam hal ini di tujukan kepada penyebabnya dan apabila tumor tidak di angkat, maka dapat di lakukan tindakan paliatif dengan mengalihkan CSS melalui saluran buatan atau pirau. Pada anak, penyumbatan ventrikel IV atau akuaduktus Sylvii biasanya suatu glioma yang berasal dari serebelum, penyumbatan bagian depan ventrikel III disebabkan kraniofaringioma. 4. Perdarahan Menurut Allan H. Ropper, 2011:360 Perdarahan sebelum dan sesudah lahir dalam otak, dapat menyebabkan fibrosis leptomeningen terutama pada daerah basal otak, selain penyumbatan yang terjadi akibat organisasi dari darah itu sendiri. C. TANDA DAN GEJALA Beberapa gejala hidrosefalus kongenital yang terjadi saat bayi baru lahir, antara lain: Bayi terlihat mengantuk terus atau kurang responsif terhadap lingkungan sekitarnya. Kaki dan tangan berkontraksi terus, sehingga terlihat kaku dan sulit digerakkan. Bayi mengalami keterlambatan perkembangan, misalnya umur 6 bulan belum bisa tengkurap, atau umur 9 bulan belum bisa duduk. Kepala bayi terlihat lebih besar, juga bertambah besar jika dibandingkan dengan anak seusianya. Kulit kepala bayi tipis dan pembuluh darahnya dapat terlihat dengan jelas. Napas tidak teratur. Mengalami kejang berulang. Beberapa gejala hidrosefalus didapat (acquiredhydrocephalus), antara lain: Pengidap tampak lemas. Keluhan sakit kepala hebat. Muntah menyemprot. Terlihat mengantuk, bingung, atau mengalami disorientasi. Kejang berulang. Mengalami gangguan penglihatan, berupa penglihatan kabur atau penglihatan ganda. Mengompol. D. PATOFISIOLOGI Menurut pendapat Harsono (2015). Pembentukan cairan serebrospinal terutama dibentuk di dalam sistem ventrikel. Kebanyakan cairan tersebut dibentuk oleh pleksus koroidalis di ventrikel lateral, yaitu kurang lebih sebanyak 80% dari total cairan serebrospinalis. Kecepatan pembentukan cairan serebrospinalis lebih kurang 0,35- 0,40 ml/menit atau 500 ml/hari, kecepatan pembentukan cairan tersebut sama pada orang dewasa maupun anakanak. Dengan jalur aliran yang dimulai dari ventrikel lateral menuju ke foramen monro Askep Anak kemudian ke ventrikel 3, selanjutnya mengalir ke akuaduktus sylvii, lalu ke ventrikel 4 dan menuju ke foramen luska dan magendi, hingga akhirnya ke ruang subarakhnoid dan kanalis spinalis. Secara teoritis, terdapat tiga penyebab terjadinya hidrosefalus, yaitu: 1. Produksi likuor yang berlebihan. Kondisi ini merupakan penyebab paling jarang dari kasus hidrosefalus, hampir semua keadaan ini disebabkan oleh adanya tumor pleksus koroid (papiloma atau karsinoma), namun ada pula yang terjadi akibat dari hipervitaminosis vitamin A. 2. Gangguan aliran likuor yang merupakan awal kebanyakan kasus hidrosefalus. Kondisi ini merupakan akibat dari obstruksi atau tersumbatnya sirkulasi cairan serebrospinalis yang dapat terjadi di ventrikel maupun vili arakhnoid. Secara umum terdapat tiga penyebab terjadinya keadaan patologis ini, yaitu: a. Malformasi yang menyebabkan penyempitan saluran likuor, misalnya stenosis akuaduktus sylvii dan malformasi Arnold Chiari. b. Lesi massa yang menyebabkan kompresi intrnsik maupun ekstrinsik saluran likuor, misalnya tumor intraventrikel, tumor para ventrikel, kista arakhnoid, dan hematom. c. Proses inflamasi dan gangguan lainnya seperti mukopolisakaridosis, termasuk reaksi ependimal, fibrosis leptomeningeal, dan obliterasi vili arakhnoid. 3. Gangguan penyerapan cairan serebrospinal. Suatu kondisi seperti sindrom vena cava dan trombosis sinus dapat mempengaruhi penyerapan cairan serebrospinal. Kondisi jenis ini termasuk hidrosefalus tekanan normal atau pseudotumor serebri. Dari penjelasan di atas maka hidrosefalus dapat diklasifikasikan dalam beberapa sebutan diagnosis. Hidrosefalus interna menunjukkan adanya dilatasi ventrikel, sedangkan hidrosefalus eksterna menunjukkan adanya pelebaran rongga subarakhnoid di atas permukaan korteks. Hidrosefalus komunikans adalah keadaan di mana ada hubungan antara sistem ventrikel dengan rongga subarakhnoid otak dan spinal, sedangkan hidrosefalus nonkomunikans yaitu suatu keadaan dimana terdapat blok dalam sistem ventrikel atau salurannya ke rongga subarakhnoid. Hidrosefalus obstruktif adalah jenis yang paling banyak ditemui dimana aliran likuor mengalami obstruksi. Terdapat pula beberapa klasifikasi lain yang dilihat berdasarkan waktu onsetnya, yaitu akut (beberapa hari), subakut (meninggi), dan kronis (berbulan-bulan). Terdapat dua pembagian hidrosefalus berdasarkan gejalanya yaitu hidrosefalus simtomatik dan hidrosefalus asimtomatik. E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK Selain dan gejala-gejala klinik, keluhan pasien maupun dari hasil pemeriksaan fisik dan psikis, untuk keperluan diagnostik hidrosefalus dilakukan pemeriksaan pemeriksaan penunjang, yaitu 1. Rontgen foto kepala Dengan prosedur ini dapat diketahui a. Hidrosefalus tipe kongenital/infantil. Yaitur ukuran kepala, adanya pelebaran sutura, tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial kronik berupa imopressio digitate dan erosi prosessus klionidalis posterior. b. Hidrosefalus tipe juvenile adult oleh karena sutura telah menutup maka dari foto rontgen kepala diharapkan adanya gambaran kenaikan tekananIntrakranial Askep Anak 2. Transiluminasi Syarat untuk transiluminasi adalah fontanela masih terbuka, pemeriksaan ini dilakukan dalam ruangan yang gelap setelah pemeriksa beradaptasi selama 3 menit. Alat yang dipakai lampu senter yang dilengkapi dengan rubber udaptor. Pada hidrosefalus, lebar halo dari tepi sinar akan terlihat lebih lebar 1-2 cm. 3. Lingkaran kepala Diagnosis hidrosefalus pada bayi dapat dicurigai, jika penambahan lingkar kepala melampaui satu atau lebih garis-garis kisi pada chart (jarak antara dua garis kisi 1 cm) dalam kurun waktu 2-4 minggu. Pada anak yang besar lingkaran kepala dapat normal hal ini disebabkan oleh karena hidrosefalus terjadi setelah penutupan suturan secara fungsional. Tetapi jika hidrosefalus telah ada sebelum penutupan suturan kranialis maka penutupan satura tidak akan terjadi secara menyeluruh 4. Ventrikulografi Yaitu dengan memasukkan kontras berupa 02 murni atau kontras lainnya dengan alat tertentu menembus melalui fontanela anterior langsung masuk ke dalam ventrikel. Setelah kontras masuk langsung difoto, maka akan terlihat kontras mengisi ruang ventrikel yang melebar. Pada anak yang besar karena fontanela telah menutup untuk memasukkan kontras dibuatkan lubang dengan bor nada kranium bagian frontal atau oksipitalis Ventrikulografi ini sangatsulit, dan mempunyai risiko yang tinggi. Di rumah sakit yang telah memiliki fasilitas CT Suun, prosedur ini telah ditinggalkan. 5. Ultrasonografi Dilakukan melalui fontanela anterior yang masih terbuka. Dengan USG diharapkan dapat menunjukkan system ventrikel yang melebar. Pendapat lam mengatakan pemeriksaan USG pada penderita hidrosefalus temyata tidak mempunyai nilai di dalam menentukan keadaan sistem ventrikel hal ini disebabkan oleh karena USG tidak dapat menggambarkan anatomi sistemventrikel secara jelas, seperti halnya pada pemeriksaan CT Scan 6. CT Scan kepalaPada hidrosefalus obstruktif CT Scan sering menunjukkan adanya pelebaran dari ventrikel lateralis dan ventrikel III. Dapat terjadi di atas ventrikel lebih besar dari occipital horns pada anak yang besar. Ventrikel TV sering ukurannya normal dan udanya penurunan densitas oleh karena terjadireabsorpsi transependimal dari CSS.Pada hidrosefalus komunikans gambaran CT Scan menunjukkan dilatasi ringan dari semua sistem ventrikel termasuk ruang subarakhnoid di proksimaldari daerah sumbatan, 7. MRI Kepala MRI kepala dapat menunjukkan gambaran anatomi kepala secara mendetail dan bermanfaat untuk mengidentifikasi tempat obstruksi F. PENATALAKSANAAN MEDIS 1. Terapi medikamentosa Hedrosefalus dengan progesifan rendah dan tanpa obstruksi umumnya tidak memerlukan tindakan operasi. Dapat diberikan asetazolamid dengan dosis 25-50 mg/kg BB. Pada keadaan akut dapat diberikan monitol, diuretika dan kortikosteroid dapat diberikan meskipun hasilnya kurang memuaskan. Pemberian diamox atau furocemide juga dapat diberikan. Tanpa pengobatan pada kasus spontan didapat cepet sembuh 40-50% kasus. 2. Pembedahan Tujuannya untuk memperbaiki tempat produksi LCS dengan tempat absorbsi, misalnya Cysternostomi pada stenosis aquadustus. Dengan pembedahan juga dapat mengeluarkan LCS kedalam rongga kranial yang disebut: a. Ventrikulo peritorial shunt b. Ventrikulo adrial shunt Pemasangan pintasan dilakukan untuk mengalirkan cairan serebospinal dari ventrikel ke otak ke atrium kanan atau ke rongga peritoneum yaitu pintasan ventrikuloatrial atau ventrikuloperitonial. Pintasan terbuat dari bahan-bahan silikon khusus yang tidak mkenimbulkan reaksi meradang atau penolakan,sehingga dapat ditinggalkan di dalam tubuh untuk selamanya. Penyulit terjadi pada 40-50%, terutama berupa infeksi, obstruksi, atau diskolasi. G. PENGKAJIAN KEPERAWATAN Askep Anak 1. ANAMNESA a. Riwayat penyakit/keluhan utama Muntah, gelisah, nyeri kepala, lethargi, lelah apatis, penglihatan ganda, perubahan pupil, kontriksi perubahan perifer. b. Riwayat perkembangan Kelahiran: prematur. Lahir dengan pertolongan, pada waktu lahir menanggis keras atau tidak. Kekejangan: mulut dan perubahan tingkah laku. Apakah pernah terjatuh dengan kepala terbentur. 2. PEMERIKSAAN FISIK a. Inspeksi: Anak dapat melihat keatas atau tidak Pembesaran kepala Dahi menonjol dan mengkilat serta pembulu darah terlihat jelas b. Palsasi Ukur lingkar kepala: kepala semakin besar Fontanela: keterlambatan penutupan fontela anterior sehingga fontanela tegang, keras dan sedikit tinggi dari permikaan tengkorak. c. Pemeriksaan mata Akomodasi Gerakan bola mata Luas lapang pandang Konvergensi Di dapatkan hasil: alis mata dan bulu mata keatas,tidak bisa melihat keatas Stabismus, nystaqmus, atropi optic 3. OBSERVASI TANDA-TANDA VITAL Didapat data-data sebagai berikut: a. Peningkatan sistole tekanan darah b. Penurunan nadi c. Peningkatan frekuensi pernapasan 4. DIAGNOSA KLINIS Transmulasi kepala bayi yang akan menunjukan tahap dan lokalisasi dari pengumpulan cairan banormal (transsimulasi terang) a. Perkusi tengkorak kepala bayi akan menghasilkan bunyi “crakedpot” b. Opthalmoscopy: edema pupil c. CT scan memperlihatkan type hidrosefalus dengan nalisasi komputer. d. Radiologi : ditemukan pelebaran sutura, erosi tulang intra cranial. H. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. 2. 3. 4. 5. I. Resiko perfusi serebral tidak efektif yang dibuktikan oleh hidrosefalus Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis Resiko infeksi yang dibuktikan oleh prosedur invasif Resiko defisit nutrisi yang dibuktikan oleh nausea, vomiting. Resiko gangguan perkembangan yang dibuktikan oleh kerusakan otak. INTERVENSI No Diagnosa keperawatan Tujuan dan kriteria hasil (SLKI) Intervensi (SIKI) 1 Resiko perfusi serebral tidak efektif yang dibuktikan oleh hidrosefalus Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama …x… jam, diharapkan perfusi serebral efektif dengan kriteria hasil: Perfusi serebral 1. Tingkat kesadaran baik 2. Tekanan intrakranial normal 3. Tidak ada sakit kepala 4. Tidak gelisah 5. Nilai rata-rata tekanan darah normal Manajemen peningkatan tekanan intracranial. 1. Identifikasi penyebab teningkatan TIK 2. Monitor tanda dan gejala peningkatan TIK 3. Monitor MAP 4. Monitor CVP 5. Monitor ststus pernapasan Askep Anak 6. Reflek saraf normal 2 Nyeri akut b.d agen pencedra fisiologis Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama …x… jam, diharapkan tidak terjafi nyeri akut dengan kriteria hasil: Tingkat nyeri Tidak mengeluh nyeri Tidak meringis Tidak ada sikap protektif Frekuensi nadi normal Pola nafas normal Tekanan darah normal 6. Monitor intake dan output cairan 7. Monitor cairan serebro-spinalis 8. Minimalkan stimulus dengan menyediakan lingkungan yang tenanag. 9. Berikan posisi semiflower 10. Hindari manicuver valsava 11. Cegah terjadinya kejang 12. Hindari pemberian cairan IV hipotonik 13. Kolaborasi pemberian diuretik osmosis, jika perlu MANAJEMEN NYERI Observasi 2. lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri Identifikas i skala nyeri Identifikas i respon nyeri non verbal Identifikas i faktor yang memperberat dan memperingan nyeri Identifikas i pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri Identifikas i pengaruh budaya terhadap respon nyeri Identifikas i pengaruh nyeri pada kualitas hidup Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan Monitor efek samping penggunaan analgetik Terapeutik Askep Anak 3. 4. Berikan teknik nonfarmakologi s untuk mengurangi rasa nyeri (mis. TENS, hypnosis, akupresur, terapi musik, biofeedback, terapi pijat, aroma terapi, teknik imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi bermain) Control lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. Suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan) Fasilitasi istirahat dan tidur Pertimban gkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan nyeri Edukasi Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri Jelaskan strategi meredakan nyeri Anjurkan memonitor nyri secara mandiri Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat Ajarkan teknik nonfarmakologi s untuk mengurangi rasa nyeri Kolaborasi Kolaboras i pemberian analgetik, jika perlu Askep Anak J. EVALUASI Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan yaitu menilai efektifitas rencana yang telah dibuat, strategi dan pelaksanaan dalam asuhan keperawatan serta menentukan perkembangan dan kemampuan pasien mencapai sasaran yang telah diharapkan. Tahapan evaluasi menentukan kemajuan pasien tehadap pencapaian hasil yang diinginkan dan respons pasien terhadap dan keefektifan intervensi keperawatan kemudian mengganti rencana perawatan jika diperlukan. Tahap akhir dari proses keperawatan perawat mengevaluasi kemampuan pasien ke arah pencapaian hasil. Nursalam, (2009). Askep Anak SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN “HUTAMA ABDI HUSADA” Ijin Pendirian Mendiknas RI Nomor : 113/D/O/2009 Jl. Dr. Wahidin Sudiro Husodo Telp./Fax: 0355-322738 Tulungagung 66224 Alamat E-mail : [email protected] ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN HIDROSEFALUS Ruangan : Flamboyan No. Reg : 4322109 Pengkajian diambil tanggal : 19 Maret 2021 jam 08.00 I.Identitas Klien Nama / Jenis kelamin : An. A Alamat : Lk 9, Ngunut, Tulungagung Umur anak : 1,5 tahun Nama ayah : Tn. I Pendidikan ayah : SMA Pekerjaan ayah : Wiraswasta Pekerjaan ibu : IRT Agama : Islam Suku bangsa : Indonesia Diagnosa medis : Hidrosefalus Tanggal masuk RS : 18 Maret 2021 II. Riwayat Keperawatan 1. Riwayat penyakit 1.1. Keluhan utama : An. M diantar ke RSUD Dr. ISKAK Tulungagung pada tanggal 18 Maret 2021 dengan keluhan pucat dan kepala An. A mengalami pembesaran 1.2. Lama keluhan : sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit. 1.3. Akibat timbulnya keluhan : An.M terlihat sangat lemas 1.4. Faktor yang memperberat : batuk berdahak dan demam Askep Anak Riwayat penyakit sekarang : An. A mulai dirawat mulai tanggal 18 Maret 2021 . Saat dilakukan pengkajian pada hari Jumat tanggal 19 Maret 2021 pukul 08.00 WIB Keluarga mengatakan kepala An. A mengalami pembesaran, pucat sejak 3 hari yang lalu, batuk berdahak, nafsu makan tidak ada sejak 3 hari yang lalu. An. A tampak batuk dan sulit mengeuarkan dahak, tampak pucat, tampak sklera anikterik, tampak konjungtiva anemis, tampak rewel dan gelisah. Riwayat keperawatan dahulu : 3.1. Pre natal : Kesehatan ibu waktu hamil : Normal, tidak ada gangguan. Pemeriksaan kehamilan : Ada, sekitar 5 kali ke bidan setempat dan mendapatkan imunisasi TT Riwayat pengobatan selama kehamilan : Tidak ada mengkonsumsi obat-obatan 3.2. Natal : Usia kehamilan saat lahir : 9 bulan . Cara persalinan : Normal . Ditolong oleh : Bidan puskesmas . BB/ TB saat lahir : 3000 gram/ 49 cm . Pengobatan yang didapatkan : Obat tetes mata dan vitamin K 3.3. Post natal : An. A pernah dirawat saat usia 6 buan 3.4. Luka / operasi : tidak ada 3.5. Allergi : tidak ada 3.6. Pola kebiasaan : – Sebelum Sakit : An. A lebih sering bermain sama orang tua. Terkadang – An. A di bawa oleh tetangga bermain keluar rumah. – Saat Sakit : An. A hanya terbaring di tempat tidur 3.6. Tumbuh kembang : - Tengkurap usia : 4 bulan - Duduk usia : 7 bulan - Berdiri usia : 12 bulan - Mengoceh usia : 12 bulan - Bicara usia : 13 bulan 3.7. Riwayat Imunisasi : BCG : 1 bulan HB : 2,3,dan 4 DPT : 2,3,4 bulan Meningitis : belum Polio :1, 2, 3 dan 4 Lain – lain : hepatitis B saat baru lahir Campak : 9 bulan 4. Riwayat kesehatan keluarga : Keluarga mengatakan tidak ada keluarga yang lain yang mengalami hal yang serupa dengan pasien. Askep Anak 5. Riwayat Psikososial : Ny.D mengatakan dalam kesehariannya, An. A termasuk anak yang ceria dan senang bermain di luar rumah bersama Ny. D. An. A yang sedang aktif – aktif nya bermain – main dengan orang tua. 6. Riwayat seksual : Ny.D mengatakan bahwa anaknya tidak mempunyai keluhan dan kelainan seksual 7. Riwayat keluarga : 7.1. Komposisi keluarga terhadap : Keluarga Inti : keluarga terdiri dari Ny. D sebagai ibu, Tn. I Sebagai ayah dan An. A adalah sebagai anak dan keluarga tidak pernah ada keturunan yang menderita hidrosefalus 7.2. Lingkungan rumah dan Komunitas : An. A tinggal di lingkungan rumah yang cukup ramai asri dan jauh dari kebisingan dimana disekitar rumah masih banyak pohon – pohonan dan jauh dari sumber polusi. 8. Kultur dan kepercayaan : klien beragama islam dan percaya dengan agamanya 9. Fungsi dan hubungan keluarga : hubungan keluarga berjalan baik 10. Pola perilaku yang mempengaruhi kesehatan: a. Mandi Sebelum sakit : An. A mandi 2 x sehari memakai air dan sabun, dibantu oleh keluarga. Saat Sakit : An. A tidak mandi menggunakan sabun saat di rumah sakit, hanya dilap dengan handuk lembab dan pakaian selalu diganti jika sudah tampak kotor, dibantu oleh keluarga. b. Oral Hygiene Sebelum Sakit : An. A menggosok gigi 2x sehari Saat Sakit : An.A tidak ada menggosok gigi c. Cuci rambut Sebelum Sakit : An. A biasanya keramas 1 x sehari yaitu pada sore hari menggunakan sampo. Saat Sakit : An. A belum ada keramas sejak masuk rumah sakit. 11. Persepsi keluarga terhadap anak : keluarga pasien menganggap anak merupakan anugrah yang harus dijaga oleh karena itu keluarga pasien sangat khawatir dengan penyakit yang dialami pasien III. Pemeriksaan fisik Anak dan neonatus 1. Keadaan umum : Baik Kesadaran : Composmentis BB : 11 kg TB :45 cm LL :15 cm 2. Tanda – tanda vital : – Tensi :100/86 mmhg - Nadi : 86x/i – Suhu : 36°C - Pernafasan : 26x/i 3. Kepala dan wajah Askep Anak - Rambut kepala : keadaan rambut anak berminyak karena sejak masuk rumah sakit anak belum ada keramas, tidak ada ketombe - Bentuk kepala : Saat dilakukan pengakajian pada An.A keluarga mengatakan kepala anak mengalami pelebaran dari yang normalnya yaitu 44,7 cm, kepala An.diraba lunak , tidak lesi - Ukuran – ukuran kepala : 44,7 cm - UUB : belum menutup sempurna dan menggelembung - UUK : menggelembung berisi cairan 4. Mata : – Sklera : tidak ikterik – Konjungtiva : anemis, 5. Telinga : Telinga simetris kiri dan kanan, tidak terjadi penurunan pendengan, tidak ada serumen. 6. Hidung : Hidung simetris kiri dan kanan , tidak ada kelainan pada hidung , penciuman normal, tidak ada peradangan / sinusitis pada An. A 7. Mulut : An. A belum menggosok gigi , mukosa mulut pucat, bibir kering ,lidah bersih , tidak ada cyanosis pada bibir, bibir simetris kiri dan kanan, keadaan rahang normal, tidak ada kelainan 8. Tenggorokan : Tenggorokan normal tidak ada pembesaran tonsildan ovula berada di tengah 9. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar thyroid,tidak kelainan pada leher 10. Dada : Dada simetris antara kanan dan kiri 11. Paru – paru – I : simetris kiri dan kanan , tidak ada menggunakan otot bantu pernafasan, tidak menggunakan cuping hidung. – P : Pergerakan dinding dada teratur, trakttil fremitus sama, tidak ada oedem – Pk : Sonor – Aus : Irama pernafasan klien vesikuler , ronchi (-) , wheezing (-) – I : Tidak ada palpitasi – P : Ictus cordis teraba di ICS ke V – Pk : Gallop – Aus : S1 S2 lup dup 12. Jantung 13. Abdoment : – I : Tidak ada lesi, ositaktrik tidak ada – P : Tidak ada oedem, atau masa, nyeri tekan tidak ada, nyeri lepas tidak ada, pembesaran hepar tidak ada – Aus : Bising usus normal 7 – 6 x/i – Pk : Tympani Askep Anak 14. Ginjal : tidak ada nyeri ataupun kelainan pada ginjal 15. Genetalia : kelaian pada genetalia eksterna dan daerah inguinal tidak ditemukan 16. Axstremits : otot simetris namun kekuatan otot lemah 17. Rektum : normal 18. Neurologi : ada masalah dikarenakan peningkatan TIK 19. Endokrin : tidak ada kelainan IV. Pola Kesehatan Fungsional 1. Nutrisi / Makan / Minum : a. ASI/ MPASI/ makanan padat/ vitamin Sebelum Sakit : An. A menyusu kepada ibunya sejak lahir sampai ia saat ini. Saat ini dalam keadaan sehat, An. A biasanya makan bubur dengan cara disuapi oleh keluarganya. Saat Sakit : An. A saat ini mendapatkan diet SF (makanan cair) 6 x 75 cc, makanan diberikan melalui mulut (disuapi). b. Pola makan dan minum Sebelum Sakit : An. A makan 3 x sehari dalam bentuk bubur dan disuapi oleh keluarganya. An. A masih minum air susu ibu. Saat sakit : Saat ini An. A makan makanan cair SF 6 x 75 cc per oral. 2. Eliminasi : a. Buang Air Besar (BAB) Sebelum Sakit : An. A BAB 2 x sehari yaitu pagi dan sore hari, dengan warna kuning, konsistensi padat, tidak ada keluhan saat BAB, dan dibantu oleh keluarga ke kamar mandi. Saat Sakit : Ny. Y mengatakan anak sudah BAB tadi pagi, sebelumnya sudah tiga hari tidak ada BAB. . b. Buang Air Kecil (BAK) Sebelum Sakit : An. A BAK + 6-7 x sehari dengan warna kuning jernih, An. A, tidak ada keluhan saat BAK. Saat Sakit : An. A memakai popok saat berada di rumah sakit. Frekuensi BAK sulit diketahui 3. Istirahat dan tidur : a. Sebelum sakit : Keluarga mengatakan An. A biasanya tidur malam dari pukul 21.00 sampai 07.00 WIB, dan tidur siang dari pukul 11.00 sampai 13.00 WIB. Tidak ada Kebiasaan An. A menjelang tidur. b. Saat Sakit : Saat ini An. A susah tidur karena rewel dan gelisah 4. Aktivitas dan latihan : a. Sebelum Sakit : An. A lebih sering bermain sama orang tua. Terkadang An. A di bawa oleh tetangga bermain keluar rumah. b. Saat Sakit : An. A hanya terbaring di tempat tidur V. Pemeriksaan Penunjang : ( Hasil Laboratorium dan Hasil Pemeriksaan Lain ) a. Hematologi (17 Juni 2017) Askep Anak – WBC : 67,91 x 103/ mm3 (5,0 - 10,0) – RBC – HGB :9,5,0 g/dl (12,0 - 14,0) – HCT – PLT : 0,56+ x 103/ mm3 (150 - 400) : 6,00 x 106/ mm3 (4,0 - 5,0) : 34,4 % (37,0 - 43,0) b. Kimia Klinik dan Serologi (17 Juni 2017) - Natrium (Na+) : 132,3 mg/dl (135 – 147) - Kalium (K+) : 4,60 mg/dl (3,5 – 5,5) - Chlorida (Cl-) : 90,6 mg/dl (95 – 107) - Ph : 7,334 (7,37 - 7,44) - PCO2 : - PO2 : 26,9 mmHg (83 – 100) 36,0 mmHg (35 - 45) - SO2 % : 55,7 % (95 – 99) VI. Persepsi Keluarga Terhadap Penyakit Anaknya : Keluarga mengatakan masih belum begitu paham dengan penyakit tersebut, dan didalam keluarganya tidak pernah ada keturunan penyakit hidrosefalus. VII. Penatalaksanaan Dan Terapi : Pemeriksaan CT – Scan Ventrikel lateral III dan IV melebar, sinus paranalis dan maksilaris bilateral dan sinus ethmoidalis. Kesan : hidrosefalus komunikan dengan edema veriventrikel terutama kiri. Gambaran sinusitis maksilari dan ehmoidalis bilateral. Data obat Nama Dosis Golongan Bila Anti kejang konvulan Indikasi Kontra Indikasi Obat Diazepam 1,5 mg – Pengobatan jangka pendek pada insomnia, ansietas, kejang demam, panic - hindari penggunaan pada wanita hamil dan ibu menyusui – Menghilangkan kejang otot - hindari penggunaan pada insufieni pernafaan berat - Hipersentitif terhadap – Menangani gejala putus alcohol akut Askep Anak – Mengobati kejang diazepam – Mengobati ketergantungan Ka eN 1 B 4tt/i Cairan elektrolit, infuse, karbohidrat Menyalurkan atau Hiponatremia, pasien mengganti cairan dalam keadaan koma dan eektolit pada akibat insulin. kondisi dehidrasi, pennyakit yang belum diketahui penyebabnya VIII. Pengkajian Tumbuh Kembang : * Sebelum sakit : a. Motorik Kasar Pemeriksaan motorik kasar bisa dilakukan oleh pasien. b. Motorik Halus Perkembangan motorik halus bisa dilakuakan c. Kognitif dan Bahasa Perkembangan kognitif bahasa bisa dilakukan dengan mengocehkan beberapa kata * Selama sakit : a. Motorik Kasar Pemeriksaan motorik kasar tidak bisa dilakukan karena kondisi pasien rewel dan gelisah. b. Motorik Halus Perkembangan motorik halus tidak bisa dilakukan karena pasien rewel dan gelisah. c. Kognitif dan Bahasa Perkembangan kognitif bahasa tidak bisa dilakukan kerana pasien rewel dan gelisah Mahasiswa ( _____________) Askep Anak ANALISA DATA Nama pasien : An. A Umur : 1,5 Tahun No. Register : 4322109 NO KELOMPOK DATA PENYEBAB MASALAH KEPERAWATAN Askep Anak DS: Keluarga - mengatakan Pembesaran kepala Resiko perfusi serebral tidak efektif kepala An. A membesar Keluarga - mengatakan An. A susah tidur Keluarga - mengatakan tekanan intrakranial meningkat perubahan tanda-tanda vital An. A kejang sebelum masuk rumah sakit Keluarga - muntah, nyeri kepala, oedema pupil mengatakan kejang selama 1 menit Keluarga - mengatakan resiko perfusi serebral tidak efektif an. A susah BAB Keluarga - kepala mengatakan An. A mulai membesar DO Data Klinik : - • Suhu : 36,30 C • Nadi : 86 x/i • RR : 26 x/i • Kesadaran : Composmentis Tampak - kepala yang mulai memebesar An. A tampak terbaring ditempat tidur dan lemas Pemeriksaan labor Askep Anak DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN Nama pasien : An. A Umur : 1,5 Tahun No. Register : 4322109 NO TANGGAL MUNCUL 15 Maret 2021 DIAGNOSA KEPERAWATAN resiko perfusi serebral tidak efektif dibuktikan dengan hidrosefalus 1 Askep Anak RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN Nama pasien : An. A Umur : 1,5 Tahun ………………………………. No. Register : 4322109………………………………. NO DIAGNOSA KEPERAWATAN resiko perfusi serebral tidak efektif yang dibuktikan dengan hidrosefalus LUARAN (SLKI) INTERVENSI (SIKI) MANAJEMEN PENINGKATAN Dengan dilakukan TEKANAN INTRAKRANIAL (I. 06198) tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam 1. Observasi diharapkan perfusi Identifikasi penyebab serebral meningkat dengan peningkatan TIK (mis. Lesi, gangguan metabolisme, kriteria hasil: edema serebral) Sakit kepala Monitor cairan serebromenurun spinalis (mis. Warna, Gelisah menurun konsistensi) 2. Terapeutik Demam menurun Minimalkan stimulus Nilai rata rata dengan menyediakan tekanan darah lingkungan yang tenang membaik Cegah terjadinya kejang Pertahankan suhu tubuh normal Kolaborasi Kolaborasi pemberian sedasi dan antikonvulsan, jika perlu Kolaborasi pemberian diuretic osmosis, jika perlu 3. Askep Anak TINDAKAN KEPERAWATAN Nama Pasien : An. A NO NO. DX 1 1 Umur : 1,5 TANGGAL/ JAM CATATAN PERKEMBANGAN No. Register : 4322109 IMPLEMENTASI 19 Maret 2021, 08.15 08.30 09.00 09.25 TANGGAL/ JAM EVALUASI TANDA TANGAN 19 Maret 2021 S : 08.00 09.20 TANDA TANGAN Kasus : Hidrosefalus Mengidentifikasi penyebab peningkatan TIK (mis. Lesi, gangguan metabolisme, edema serebral) Memonitor cairan serebro-spinalis (mis. Warna, konsistensi) Meminimalkan stimulus dengan menyediakan lingkungan yang tenang Mencegah terjadinya kejang danertahankan suhu tubuh normal Mengkolaborasikan pemberian sedasi dan antikonvulsan Memberikan diuretic osmosis, 15.00 Keluarga mengatakan kepala An.A masih membesar ibu klien mengatakan klien sering mengeluh nyeri O: Keluarga mengatakan An.A rewel dan gelisah TTV ND :84 x/I RR: 20 x/i Suhu :36.40c An. A tidak ada muntah Sudah tidak ada kejang A: Masalah teratasi sebagian P: Interverensi nomor 1,2,3,5 dan 6 diteruskan Askep Anak 3 1 20 Maret 2021, 08.00 20 Maret 2021 08.15 08.30 09.00 09.20 Mengidentifikasi penyebab peningkatan TIK (mis. Lesi, gangguan metabolisme, edema serebral) Memonitor cairan serebro-spinalis (mis. Warna, konsistensi) Meminimalkan stimulus dengan menyediakan lingkungan yang tenang Mengkolaborasikan pemberian sedasi dan antikonvulsan Memberikan diuretic osmosis, 15.00 S: O: Keluarga mengatakan kepala An.A masih membesar Keluarga mengatakan An.A sudah tidak rewel dan gelisah An. A sudah klien mulai bisa diajak berkomunikasi dan merespon A: P: Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan serebral Interverensi nomor 1, 2, 3, 5 dan 6 diteruskan dirumah Askep Anak FORMAT PENYULUHAN KESEHATAN Topik Sasaran Ruang : Penyuluhan tentang hidrosefalus : Keluarga An. A : Flamboyan TUJUAN UMUM Setelah dilakukan penyuluhan tentang hidrosefalus keluarga An. A mampu memahami diit hidrosefalus. TUJUAN KHUSUS POKOK BAHASAN Setelah dilakukan Pencegahan dan penyuluhan tentang diit penanganan penyakit DM keluarga Ny. J hidrosefalus pada bayi dan diharapkan mampu : anak a) Menjelaskan pengertian hidrosefalus. b) Menjelaskan etiologi hidrosefalus c) Menjelaskan tanda dan gejala dari hidrosefalus. d) Menjelaskan patofisiologi dari hidrosefalus DM dengan 3 J e) Menjelaskan pemeriksaan diagnostik yang dapatdilakukan untuk hidrosefalus f) Menjelaskan penatalaksanaan medis dari hidrosefalus MATERI METODE a) pengertian Ceramah, diskusi, tanya hidrosefalus. jawab, b) etiologi hidrosefalus c) tanda dan gejala dari hidrosefalus. d) patofisiologi dari hidrosefalus DM dengan 3 J e) pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan untuk hidrosefalus f) Menjelaskan penatalaksanaan medis dari hidrosefalus MEDIA Leaflet EVALUASI Keluarga mampu mengulang informasi atau pendidikan kesehatan yang diberikan terkait dengan hidrosefalus Askep Anak Askep Anak